kespro 8 agst 2016 - sekolah buruh – belajar bersama …… · ppt file · web view ·...

Post on 18-May-2018

233 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGAKEMENTERIAN KESEHATAN RI

2016

PENDAHULUAN

• Jumlah pekerja perempuan makin meningkat sktr 42 juta dari sekitar 105 juta seluruh pekerja

• Status Kesehatan masyarakat Indonesia telah banyak mencapai kemajuan yang bermakna, namun penurunan AKI dan AKB masih belum sesuai dengan yang diharapkan

• Perempuan saat ini bekerja di hampir semua sektor dan jenjang pekerjaan

• 68% di sektor informal

Angkatan Kerja ~ Usia Produktif ~ masa reproduktif

Umumnya pekerja berada di tempat kerja 1/3 waktu dalam hidupnya.

Ketersediaan waktu bagi pekerja untuk mengakses fasilitas yankes terbatas

Selama bekerja perempuan maupun laki-laki yang bekerja sering terpajan berbagai risiko yang berpotensi mengancam kesehatan (termasuk kesehatan reproduksi)

KOMPOSISI PENDUDUK INDONESIA

ANGKATAN KERJA(121,87 JUTA)

BEKERJA(114 JUTA)

PENDUDUK INDONESIA(237,64 JUTA) TIDAK BEKERJA

(7,19 JUTA)

PEKERJA PADA USAHA SKALA BESAR DAN MENENGAH (PEKERJA FORMAL)

(45,6 JUTA)

PEKERJA PADA USAHA SKALA MANDIRI, KECIL & MIKRO(PEKERJA SEKTOR INFORMAL

(68,4 JUTA)

SEKTOR INFORMAL, UMKM (SME)

INDUSTRISARANA KESEHATAN (RS,

PUSKESMAS, LAB, KLINIK PERUSAHAAN DLL)

PERKANTORAN

Sumber data :BPS, 2014

Potensi Bahaya Ringan, Sedang 1-2-3, Berat Faktor risiko 1,5 kali dibanding

tempat kerja lain

Potensi Bahaya Ringan, Sedang 1-2-3, Berat

Potensi Bahaya Ringan

Kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM agar semakin tangguh,

mandiri, dan berkualitas, serta mampu bersaing dalam ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi

Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indek Pembangunan Manusia (IPM) ↑↑

• Belum semua tempat kerja menerapkan program kesehatan kerja – menurut WHO hanya 5 – 10% pekerja di negara berkembang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan kerja

• Upaya pemerintah menurunkan AKI dan AKB, serta masalah gizi tidak berhasil optimal bila program Kesehatan Kerja tidak diterapkan

7

PERMASALAHAN

Definisi Kesehatan Reproduksi

• Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya(ICPD, Kairo, 1994)

8

REPRODUKSI MANUSIA

4

5

1

1

2

2

2

2

32

2

2

Pendekatan“Siklus Hidup”

REMAJA

USIASUBUR

USIATUA

KONSEPSI(Ibu Hamildan Janin)

BAYI BARU LAHIR(dan ibu Bersalin)

BAYI menyusuiAsi ekslusif(dan IbuMenyusui)

BAYI

ANAKBalita

ANAKUsia Sekolah

Perempuan

Perempuan& Laki-laki

REPRODUKSI MANUSIA

• Setiap fase perkembangan dapat diganggu agen eksogen

• Dapat mempengaruhi sistem reproduksi laki maupun perempuan – mulai dari gangguan terhadap sperma/sel telur sampai pada gangguan kehamilan dan lansia

a. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

b. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

c. Keluarga Berencana

d. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular

Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS

e. Pencegahan dan Deteksi dini kanker pada organ

reproduksi dan/atau Osteoporosis

Apakah kondisi kerja tersebut dapat menjaminkesehatan reproduksi ?

Apakah kondisi kerja tersebut dapat menjaminkesehatan reproduksi ?

PERMASALAHAN KESPRO PADA PEKERJA

• Beberapa penelitian di Indonesia:– Gangguan siklus haid pada pekerja tertentu– Prevalensi Anemia tinggi pd pekerja wanita– Abortus spontan lebih tinggi– Risiko abortus dengan pajanan pestisida– Tingginya prevalensi HIV di daerah “mobile

worker”– Berkurangnya pengasuhan bayi dan ASI pada ibu

pekerja

Faktor Risiko Okupasi-Lingkungan Kerja

• Pajanan Kimia• Pajanan Fisik• Pajanan Biologi• Pajanan Ergonomi• Faktor Psikososial

-Beban Kerja

Faktor Risiko Non OkupasiUmur, Gizi, Penyakit kronisInfeksi Menular Seksual (IMS) genetikPenggunaan obat-obatanOlahragaRokok, alkohol dan kopiDukungan sosialPenghasilanPelayanan kesehatan, dll

DAMPAK PAJANAN TEMPAT KERJA

• Tergantung dosis, lama dan saat pajanan• Saat pajanan:

– Trimester 1: abortus spontan dan kel. Kongenital– Trimester 2 dan 3: gg. kehamilan dan BBL

• Dosis Pajanan:– Kelainan Kongenital < Abortus spontan < infertilitas

BAHAYA KIMIA

PRA KONSEPSI

Perubahan Perubahan libidolibido

Merusak sel Merusak sel telur telur

Merusak Merusak spermasperma

Mutasi genetikMutasi genetik

SELAMA KEHAMILAN SETELAH KEHAMILAN

Kerusakan janinKerusakan janinLahir cacatLahir cacatRetardasi mentalRetardasi mentalAbortusAbortus

Pertumbuhan anak Pertumbuhan anak terganggu akibat terganggu akibat bahan kimia yang bahan kimia yang terbawa oleh orang terbawa oleh orang tuanya mell tuanya mell pakaian, rambut, pakaian, rambut, kulit, ASI, dllkulit, ASI, dll

Bahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-lakiBahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-laki

Faktor kimiaPenurunan jml sperma

Bentuk sperma abnormal

Ggn mortalitas sperma

Perubahan hormon/ performa sperma

Lead X X X X

Dibromochloropropane X

Carbaryl (Sevin) X

Toluendiamine & dinitrotoluen

X

Ethylene dibromide X X X

Plastic production (styrene & acetone)

X

Ethylen glikol monoethyl ether

X

Bahaya Pajanan Kimia Bahaya Pajanan Kimia pada Reproduksi Perempuanpada Reproduksi Perempuan

Dampak Pajanan Kimia

Infertil gas anastesia, Pb

Gangguan siklus haid CS2, dioxin, pelarut organik.

Abortus spontangas anastesia, obat antineoplastik, arsen, CS2, etilen oksida, CO2, Mercuri

BBLR Arsen, CO, DDT

Prematur DDT,

AKIBAT FAKTOR FISIK

FAKTOR LAKI-LAKI PEREMPUANSUHU PANAS

oligosperma Perkembangan janin terganggu

BISING - Gangguan pendengaran pada janin, BBLR

GETARAN - Gangguan haid, prematur, abortus

RADIASIPENGION

Kerusakan spermaInfertilitasMe(-) libido

Gangguan haidKelainan kongenitalBBLRAbortus

Faktor fisik

AKIBAT FAKTOR BIOLOGI

FAKTOR AKIBAT

Hepatitis Prematuritas atau retardasi psikomotor

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penurunan daya tahan tubuhPenularan HIV transplacenta, ASI

Rubella atau German Measles

Trimester I kelainan kongenital (mata, telinga, jantung janin), Mental retardasi

Cytomegalovirus

retardasi mental, masalah penglihatan dan pendengaran.

Varicella atau Chicken Pox

Trimester I keguguran, atropi otot, clubbed foot dan katarak.

Listeria AbortusToksoplasmosis hidrosefalus, retardasi mental, abortus

Berdiri lamaHenriksen et al, 1995 : perempuan hamil yang berdiri lebih dari 4 jam dalam satu shift (8 jam) memiliki potensial risiko abortus, melahirkan bayi prematur.

AKIBAT FAKTOR ERGONOMIAKIBAT FAKTOR ERGONOMI

Duduk lamaSohn et al, 1989 : Duduk yang lama akan menyebabkan kualitas dan jumlah darah yang disuplai ke uterus secara significant berkurang.

AKIBAT FAKTOR ERGONOMIAKIBAT FAKTOR ERGONOMI

MengangkatFourn et al, 1999 : mengangkat beban berat akan menyebabkan kontraksi uterus, lahir prematur, BBLR dan abortus.

AKIBAT FAKTOR ERGONOMIAKIBAT FAKTOR ERGONOMI

STRESSTerjadi peningkatan tegangan otot, pernafasan dan tekanan darah. Respon tubuh terhadap stres dengan variasi perubahan hormonal (baik laki-laki maupun perempuan), biokimia, dan neurologi.

AKIBAT FAKTOR PSIKOSOSIALAKIBAT FAKTOR PSIKOSOSIAL

Mempengaruhi siklus menstruasiSulit hamil, menurunkan libidoPrematuritas, BBLR,

Identifikasi Bahaya Kesehatan di tempat kerja

Melakukan pengukuran besarnya pajanan

Penilaian risiko kerja/tempat kerja

Pengendalian tempat kerjaEliminisasi , substitusiEngineering controlAdministrative controlAlat Pelindung DiriEdukasi ttg bahaya di tempat kerja, perilaku kerja, PHBS, dll

1. Perlindungan di Tempat Kerja

-Gizi pekerja-KB-Pencegahan IMS-Pencegahan infertilitas

-ANC-Gizi pekerja-Konseling

-PNC-KB Pasca salin-ASI eksklusif

Persalinan di Faskes oleh Nakes

2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi

PENINGKATAN PENINGKATAN PEMBERIAN ASI padaPEMBERIAN ASI pada IBU PEKERJA IBU PEKERJA

UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 83 menyebutkan bahwa pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.

SKB 3 menteri tentang Peningkatan Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja

PP No.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif

PP ASI No. 33 /2012

Tanggung jawab pemerintah daerah provinsi /Kab dalam program pemberian ASI Eksklusif meliputi: a. ……… e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala provinsi.

BAB II TANGGUNG JAWAB

BAB V TEMPAT KERJA DAN TEMPAT SARANA UMUM

Pasal 30

(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusif.

(2) ……….(3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat

sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan.

1. Unit pelayanan kesehatan di tempat kerja(klinik perusahaan)

Melaksanakan program kespro dan kesja secara paripurnaBerkoordinasi/bekerjasama dgn puskesmas setempatMelaporkan cakupan program kespro di tempat kerja ke Dinas kesehatan melalui Puskesmas setempat

2. PuskesmasMembina tempat-tempat kerja/yankes lain dalam pelaksanaan kesehatan kerjaKerjasama dengan unit yankes lain (klinik perusahaan)Mengumpulkan laporan kesehatan kerja dari unit yankes lainMelaksanakan rujukan jika diperlukan

3. BKKMMenerima rujukan medik dan rujukan kesehatan kerja masyarakat

4. Rumah SakitMenerima rujukan medik berkaitan dgn kespro

5. Dinas KesehatanMenggalang dukungan LS, Pemda, organisasi profesi, dunia usaha, dll Bimbingan teknis dan fasilitasiMenerapkan syarat kesehatan kerja dan kespro di berbagai tempat kerjaMelaksanakan peningkatan kapasitas petugasMengupayakan ketersediaan dukungan dana, sarana, prasarana

6. Dinas Tenaga Kerja & TransmigrasiPengawasan norma K3Pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perusahaan dalam program kespro di tempat kerjaPenyelesaian aspek legal kasus terkait kespro sesuai peraturan yang ada

Pemberian identitas / PIN khusus Ibu hamil

Pregnant

Prosedur untuk Karyawati yang HamilProsedur untuk Karyawati yang Hamil

Prioritas waktu pulang kerja

Inspeksi ibu hamil rutin setiap bulan, untuk memastikan ibu hamil bekerja ditempat yang aman/ bebas dari bahaya bagi ibu hamil dan bayinya.

Monitor chemical usage Monitor chemical usage – exposure, exposure, – proper chemical handling trainingproper chemical handling training

APD, Closed system

Chemical Measurement

(Internal)

Chemical Measurement (External)

Training Drill questioner 16

Asbestos Measurement

Dust Measurement Fume Measurement

Alat Pelindung Diri (APD)Alat Pelindung Diri (APD)

KANTIN

PENYULUHAN KESEHATAN

Fasiltas Khusus Karyawati Hamil

Kursi tunggu khusus ibu hamil di terminal

Jalur cek roll khusus ibu hamil Toilet khusus ibu hamil

(dilengkapi pegangan dan alarm)

Meja makan khusus ibu hamil di kantin

Kebijakan Perusahaan -HIV / AIDS

Ruang Konsultasi / Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak

Buku KIA dibagikan kepada karyawati hamil

Fasilitas kesehatanFasilitas kesehatan

Senam Ibu Hamil

PELAYANAN KB PELAYANAN KB

Pelayanan pemasangan IUD dan Implant masal

Meliputi :• Preemplyment• Periodik• Job relatedDokumentasi:• Data medical record

Medical Check Up (MCU)Medical Check Up (MCU)

PENUTUPPENUTUP Industrialisasi mempunyai dampak yang positif

maupun yang negatif terhadap kesehatan reproduksi para pekerjanya.

Cukup banyak faktor di lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi baik pekerja perempuan maupun laki-laki.

Penerapan kesehatan reproduksi dapat mewujudkan penyediaan SDM masa depan yang sehat, cerdas dan Produktif serta berkontribusi dalam pencapaian MDG’s

top related