kasus-1.forensik
Post on 21-Dec-2015
15 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
MO- FORENSIK
SEORANG MAYAT YANG DITEMUKAN DI TEPI SUNGAI
Kelompok 5
Calivindra .L 03008064
Christy Suryandari 030080
Citra Anggraeny 03008071
Cynthia Karamina Elvia 03008072
Dewi Setyowati 03008076
Diah Permata Kinanti 03008078
Diajeng Putri Iracily 03008079
Dina Putri Damayanti 03008083
Dini Noviani 03008084
Dita Rahmita 03008085
Edward Wijaya 03008089
Elfira .L 03008091
Evelin V. P . Snak 03008095
JAKARTA, OKTOBER 2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan
cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum.
Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motif, misalnya politik,
kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya.
Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum adalah dengan
menggunakan senjata api atau senjata tajam. Pembunuhan dapat juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan peledak, seperti bom.
Di Indonesia sudah puluhan orang dieksekusi mati mengikuti sistem KUHP peninggalan
kolonial Belanda. Bahkan selama Orde Baru korban yang dieksekusi sebagian besar
merupakan narapidana politik.
Walaupun amandemen kedua konstitusi UUD '45, pasal 28 ayat 1, menyebutkan: "Hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun", tapi peraturan perundang-undangan dibawahnya tetap
mencantumkan ancaman hukuman mati.
Kelompok pendukung hukuman mati beranggapan bahwa bukan hanya pembunuh saja yang
punya hak untuk hidup dan tidak disiksa. Masyarakat luas juga punya hak untuk hidup dan
tidak disiksa. Untuk menjaga hak hidup masyarakat, maka pelanggaran terhadap hak tersebut
patut dihukum mati.
Hingga 2006 tercatat ada 11 peraturan perundang-undangan yang masih memiliki ancaman
hukuman mati, seperti: KUHP, UU Narkotika, UU Anti Korupsi, UU Anti terorisme, dan UU
Pengadilan HAM. Daftar ini bisa bertambah panjang dengan adanya RUU Intelijen dan RUU
Rahasia Negara.
3
BAB II
KASUS
Anda bekerja di sebuah puskesmas di daerah yang agak terpencil. Suatu hari anda
kedatangan seorang anggota polisi mengaku wakapolsek setempat. Ia meminta anda ke
sebuah tempat di tepi sungai yang menurutnya telah ditemukan sesosok mayat yang telah
agak berbau busuk. Polisi tersebut juga bercerita bahwa mayat tersebut ditemukan warga
yang sedang memancing di sunga. Mayat tersebut seorang laki-laki, sehingga saat ini tidak
dikenal oleh karena tidak ditemukan kartu identitas dan bukan warga setempat, wajah mayat
masih tampak jelas, dan di lehernya terdapat memar dan lecet. Sebuah luka terbuka berbentuk
lubang kecil ditemukan di dada kanan mayat. Polisi ingin agar anda melakukan pemeriksaan
di TKP dan dilanjutkan autopsi di puskesmas. Ia akan membantu apa saja yang menurut anda
diperlukan karena ia ingin mengungkap kasus tersebut.
4
BAB III
TINJAUAN PUSAKA
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar
prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundangundangan yang berlaku di
Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika
kedokteran.
Ruang lingkup medikolegal dapat disimpulkan sebagai yang berikut :
a. pengadaan visum et repertum
b. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
c. pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli
di dalam persidangan
d. kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
e. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik
f. tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik
Pasal 133 KUHP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan atau mati yg diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
5
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli keapda ahli kedokteran
Kehakiman atau Dokter dan atau ahli lainya.
(2) Permintaan keterangan Ahli seperti yang dimaksud dalam pasal 1 dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka,
pemeriksaan mayat & atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau Dokter pd RS harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan pada mayat tersebut & diberi
label yang memuat identits mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Aspek hukum pada kasus ini
Pasal 354 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara selama
10
tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.
6
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana paling lama 15
tahun.
Pemeriksaan medis, baik dibidang tanatologis dan traumatologi
a. Lebam mayat (Livor mortis)
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah karena gaya
tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang terkena alas keras.
Darah tetap cair karena adanya pembuluh darah. Livor mortis biasanya muncul antara 30
menit sampai 2 jam setelah kematian. Lebam mayat muncul bertahap, biasanya mencapai
perubahan warna yang maksimal dalam 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat akan
berpindah bila tubuh mayat dipindahkan. Lebam mayat menetap tidak lama setelah
perpindahan atau turunnya darah, atau ketika darah keluar dari pembuluh darah ke sekeliling
jaringan lunak yang dikarenakan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah. Fiksasi dapat
terjadi setelah 8-12 jam jika dekomposisi terjadi cepat, atau pada 24-36 jam jika diperlambat
dengan suhu dingin. Untuk mengetahui bahwa lebam mayat belum menetap dapat
didemostrasikan dengan melakukan penekanan ke daerah yang mengalami perubahan warna
dan tidak ada kepucatan pada titik dimana dilakukan penekanan.Menetapnya lebam mayat
disebabkan oleh tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit
berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit
perpindahan tersebut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan
menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam saat pemeriksaan.
b. Kaku mayat (Rigor mortis)
7
Rigor mortis atau kekakuan dari tubuh mayat setelah kematian dikarenakan
menghilangnya adenosine trifosfat (ATP) dari otot. ATP adalah sumber utama dari energi
untuk kontraksi otot. Otot memerlukan pemasukan yang berkelanjutan dari ATP untuk
berkontraksi karena jumlah yang ada hanya cukup untuk menyokong kontraksi otot selama
beberapa detik. Pada ketiadaan dari ATP, filament aktin dan myosin menjadi kompleks yang
menetap dan terbentuk rigor mortis. Kompleks ini menetap sampai terjadi dekomposisi.
Penggunaan yang banyak dari otot sebelum kematian akan menimbulkan penurunan
pada ATP dan mempercepat onset terjadinya rigor mortis, hingga tidak ada ATP yang
diproduksi setelah kematian. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan yang bermakna
pada ATP menjelang kematian adalah olahraga yang keras atau berat, konvulsi yang parah,
dan suhu tubuh yang tinggi.
Ada 4 kegunaan rigor mortis:
1. Menentukan lama kematian.
2. Menentukan posisi mayat setelah terjadi mortis.
3. Merupakan tanda pasti kematian.
4. Menentukan saat kematian.
d. Pembusukan (dekomposisi)
Dekomposisi terbentuk oleh dua proses: autolisis dan putrefaction. Autolisis
menghancurkan sel-sel dan organ-organ melalui proses kimia aseptik yang disebabkan oleh
enzim intraselular. Proses kimia ini, dipercepat oleh panas, diperlambat oleh dingin, dan
8
dihentikan oleh pembekuan atau penginaktifasi enzim oleh pemanasan. Organ-organ yang
kaya dengan enzim akan mengalami autolisis lebih cepat daripada organ-organ dengan
jumlah enzim yang lebih sedikit. Jadi, pankreas mengalami autolisis lebih dahulu daripada
jantung.
Bentuk kedua dari dekomposisi, yang mana pada setiap individu berbeda-beda adalah
putrefaction. Ini disebabkan oleh bakteri dan fermentasi. Setelah kematian, bakteri flora dari
traktus gastrointestinal meluas keluar dari tubuh, menghasilkan putrefaction. Ini
mempercepat terjadinya sepsis seseorang karena bakteri telah meluas keseluruh tubuh
sebelum kematian.
perubahan warna menjadi hijau pada kuadran bawah abdomen, sisi kanan lebih
daripada sisi kiri, biasanya pada 24-36 jam pertama. Ini diikuti oleh perubahan warna
menjadi hijau pada kepala, leher, dan pundak; pembengkakan dari wajah disebabkan oleh
perubahan gas pada bakteri; dan menjadi seperti pualam. Seperti pualam ini dihasilkan oleh
hemolisis dari darah dalam pembuluh darah dengan reaksi dari hemoglobin dan sulfida
hydrogen dan membentuk warna hijau kehitaman sepanjang pembuluh darah. Lama
kelamaan tubuh mayat akan menggembung secara keseluruhan (60-72 jam) diikuti oleh
formasi vesikel, kulit menjadi licin, dan rambut menjadi licin. Pada saat itu, tubuh mayat
yang pucat kehijauan menjadi warna hijau kehitaman.
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Traumatologi
a. Ditemukan luka memar dan lecet didaerah leher, diperiksa m. sternocloidomastoideus
9
b. Ditemukan luka terbuka berupa lubang kecil di dada sebelah kanan, dilihat apakah
terdapat klim tattoo atau tidak. Jika iya kemungkinan besar korban tertembak pada
jarak yang dekat.
Interprestasi temuan
Warga menemukan sesosok mayat lelaki yang mengapung di tepi sungai. Mayat
tersebut sudah berbau busuk dengan pakaian yang sudah tampak compang-camping. Mayat
tersebut bukanlah warga setempat dengan wajah yang masih tampak jelas, dan tidak
ditemukan tanda identitas. Selain itu, ditemukan memar dan lecet pada leher korban, beserta
sebuah luka terbuka berbentuk lubang kecil yang ditemukan di dada kanan mayat.
Sebab kematian dan kemungkinan cara mati korban
Dilihat dari temuan luka disekitar tubuh, diduga korban mengalami penganiayaan
berupa cekikan yang akhirnya meninggal dengan luka tembakan akibat senjata api. Diduga
korban telah meninggal 2-3 hari yang lalu, dengan asfiksia dan perdarahan.
Kemungkinan besar korban telah meninggal di darat sebelum akhirnya dibuang ke
sungai, dan pada akhirnya ditemukan oleh warga.
10
PELAPORAN KASUS
VISUM ET REPERTUM
Bagian Ilmu Kedoterkan Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa
Nomor : 3456-SK.III/2345/2-10 Jakarta, 12 Oktober 2010
Lamp : Satu sampul tersegel
Perihal : Hasil pemeriksaan pembedahan
atas jenazah Tn….
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Calvindra, dokter ahli kedoteran forensic pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.
Menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat no.
Pol B/789/VR/XII/10/Serse tertanggal 10 Oktober 2010, maka pada tanggal dua belas
oktober tahun dua ribu sepuluh , pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama :
11
Pekerjaan :
Alamat :
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai
lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.
Hasil pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, Arif dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Forensik
FKUI
2. http://www.bawean.net/2008/09/pembunuhan-dalam-kuhp.html
3.
13
top related