kajian ekonomi regionalkajian ekonomi regional … · ringkasan eksekutif 1 ringkasan eksekutif...
Post on 06-Apr-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
iii
Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan
sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam
memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah
satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai
pihak terkait.
Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang
diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank
Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu
kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini
ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa
mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan
datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, November 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Suhaedi
Direktur
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
iv
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR halaman iii
DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI
halaman iv
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 9
Sisi PermintaanSisi PermintaanSisi PermintaanSisi Permintaan halaman 9
Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran halaman 16
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHINFLASI DAERAHINFLASI DAERAHINFLASI DAERAH halaman 29
Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy) halaman 30
Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)
FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 31
halaman 31
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 41
Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Sulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi Utara halaman 41
Perkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor Bank halaman 42
Perkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 43
halaman 49
halaman 52
halaman 53
PERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH halaman 57
Struktur Struktur Struktur Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 57
APBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat Provinsi halaman 58
Boks Boks Boks Boks 1111: : : : Peran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal Daerah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasi
Pembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan Infrastruktur
Halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan DaerahDaerahDaerahDaerah halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat halaman 82
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
v
PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 89
Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro halaman 89
Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi halaman 95
Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan Halaman 98
Daftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan Singkatan halaman 101
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi Regional
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama
triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh
pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 8,21% (yoy). Optimisme semakin
membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong
meningkatnya kinerja investasi dan konsumsi. Dari sisi eksternal,
penguatan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan luar
negeri Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya pertumbuhan positif
ditengah-tengah perlambatan ekonomi Eropa. Sementara itu, dari sisi
penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan
faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi
Utara pada triwulan III-2012.
Perkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012
meningkat, tercermin dari tingkat inflasi yang berada diatas tingkat
inflasi nasional dan Zona Sulampua. Secara bulanan, tekanan inflasi
Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi
0,85% (mtm), yang berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami
inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari
Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan
berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Pada akhir
triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah
cukup tajam, tercatat sebesar -1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan
Ramadhan dan Idul Fitri 1433H. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota
Manado sampai dengan September 2012 tercatat 4,33% (ytd), jauh
lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi
sebesar -0,19% (ytd).
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi…
Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012 meningkat...
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)
dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core
inflation) mengalami inflasi pada level moderat.
Perkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan Daerah
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan
perkembangan yang baik sebagaimana tercermin dari pertumbuhan
fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada
triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih
menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Aset perbankan Sulut tumbuh sebesar
21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu
yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat
tumbuh sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan lalu yang sebesar 21,95% (yoy) maupun dibandingkan
dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy). Dari
sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar
16,95% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan
kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah
dari pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan
demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara
berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan
seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator
lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga
berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%
PPPPerkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang
berasal dari APBD Provinsi pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini
sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, khususnya
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin baik...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan...
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik...
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali...
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada
tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja
modal pada triwulan III-2012 sebesar 31,6% mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).
Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara
keseluruhan pada triwulan III-2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu sebesar
76,4%.
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,87%
terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-
2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari
kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang
berkontribusi besar dalam PDRB.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai
maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada
triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga
terjadi pada sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank
Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan
laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk
transaksi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan yang
bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada
periode laporan.
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, meskipun belum
mengindikasikan adanya perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari
menurunnya jumlah penduduk bekerja ditengah menurunnya jumlah
pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan
dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012...
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah
pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah
tenaga kerja mengalami penurunan, tercermin dari Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada
periode laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih
terjadi penambahan tenaga kerja terutama pada sektor bangunan
(SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di Sulawesi
Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif
tetap. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan
kerja tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei
Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut yang
masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka
indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
tercatat sebesar 144,83.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan
indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level
optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat
kemiskinan.
OutlookOutlookOutlookOutlook Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012
diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 antara
lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir
tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan
(Idul Adha, Santa Claus’s Day dan Hari Natal) serta Tahun Baru 2012.
Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala internasional dan
nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang
pertumbuhan ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang
tidak kondusif dimana musim penghujan relatif tinggi diprediksikan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,05% - 8,45% (yoy)...
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus meningkat....
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi
menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.
OutlookOutlookOutlookOutlook InflasiInflasiInflasiInflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan
meningkat, yakni berada pada kisaran 5,87%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya
harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas
produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan
permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal
dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental
pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi
masyarakat Sulut kenaikan harga komoditas emas internasional yang
berpengaruh pada harga emas perhiasan domestik, dan kenaikan
harga bahan bangunan seiring dengan realisasi proyek pemerintah
pada akhir tahun anggaran. Dari sisi non fundamental, perkembangan
inflasi volatile food triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat sebagai
faktor peningkatan aktivitas konsumsi dan risiko terganggunya suplai
akibat faktor cuaca. Sejalan dengan itu, tekanan inflasi kelompok
administered price pada triwulan IV juga diperkirakan meningkat yang
terutama dipengaruhi kenaikan ongkos angkutan udara.
OutlookOutlookOutlookOutlook PerbankanPerbankanPerbankanPerbankan
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan
akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian
Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga. Geliat
pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya
jumlah infrastruktur perbankan di Sulut. Dari sisi kredit, hasil
rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan
penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target
tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang
merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan
serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya,
estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit
menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,87%±1% (yoy)...
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan terus meningkat)...
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro
yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan
26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang
ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy).
Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan
berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada
dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan,
kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan
bertransaksi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
9
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2012. Setelah
tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali
tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya,
yaitu sebesar 8,21% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek
kedepan mendorong meningkatnya kinerja investasi dan konsumsi. Dari sisi eksternal,
penguatan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara yang
menunjukkan adanya pertumbuhan positif ditengah-tengah perlambatan ekonomi Eropa.
Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan
faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-
2012.
1.11.11.11.1 SISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III 2012 terutama ditopang oleh
membaiknya kinerja ekspor, aktivitas investasi dan konsumsi. Kinerja ekspor pada triwulan
laporan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat
pertumbuhan yang negatif. Perbaikan ini ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi
unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya serta produk olahan
perikanan. Sementara itu, perkembangan kinerja investasi lebih didorong oleh aktivitas
pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta.
Selanjutnya, kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah juga mengalami
pertumbuhan yang relatif tinggi meskipun tidak lebih besar apabila dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
10
Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.2. Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan
Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun
ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1.1.1.1.1.1.1111 KonsumsiKonsumsiKonsumsiKonsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan III 2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar
6,42% (yoy) dengan kontribusi sebesar
4,03% terhadap laju pertumbuhan
ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode
yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja
kegiatan konsumsi selama triwulan laporan
tercatat mengalami sedikit perlambatan.
Namun demikian masih lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pertumbuhan konsumsi selama 6 tahun (5%) sebagaimana ditunjukkan
pada grafik1.2.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan laporan
salah satunya terindikasi melalui Indeks
Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei
Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan
III 2012. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.3,
pada akhir triwulan laporan (September 2012)
IEK mencapai 156,33. Jika dilihat berdasarkan
komponennya, optimisme konsumen terhadap
kondisi perekonomian saat ini tercermin dari
positifnya nilai indeks seluruh komponen
penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (172) , Indeks
Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb
Konsumsi 7.34 4.47 8.13 5.18 4.44 2.98 5.21 3.29 6.42 4.03
Konsumsi Swasta 7.47 3.09 8.21 3.29 3.62 1.59 4.15 1.73 5.66 2.34
Konsumsi Pemerintah 6.37 1.37 8.00 1.89 6.00 1.39 7.25 1.57 7.91 1.69
PMTB 15.87 3.73 16.73 3.74 10.23 2.29 12.80 2.73 13.97 3.54
Stok 25.31 0.42 18.79 0.31 13.00 0.13 -25.68 -0.38 -43.10 -0.83
Ekspor -16.58 -7.93 6.19 2.97 4.60 2.31 16.58 7.92 38.03 14.12
Impor -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.64 0.26 18.06 6.10 46.78 12.65
PDRBPDRBPDRBPDRB 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46 7.477.477.477.47 7.477.477.477.47 8.218.218.218.21 8.218.218.218.21
2011201120112011Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan
2012201220122012
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
e
July
Au
g
Sep
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini
7.34
6.42
-2
0
2
4
6
8
10
12
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi
Rata-rata Konsumsi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
11
Grafik 1.6. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (112,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan
Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak
terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan
penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan
konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui data pernyaluran kredit
konsumsi oleh perbankan Sulut yang
menunjukkan pertumbuhan positif. Pada
September 2012, kredit konsumsi yang berhasil
disalurkan bank umum mencapai Rp10.304
miliar, atau tumbuh sebesar 29,99% (yoy), lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
mengalami pertumbuhan 11,54% (yoy).
Sementara itu, indikator kinerja konsumsi
lainnya menunjukkan perkembangan yang
relatif melambat. Hal ini ditunjukkan melalui
penjualan kendaraan roda empat di wilayah
Kota Manado yang mengalami penurunan
sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu
dealer utama penjualan kendaraan roda empat
di Kota Manado. Selama triwulan III 2012
penjualan kendaraan roda empat mengalami
penurunan 13,29% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan ini sejalan dengan hasil Survei
Konsumen yang dilakukan oleh KPw Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang juga
menunjukkan adanya penurunan indeks
pembelian barang tahan lama dari 141,50
pada September 2011 menjadi 112,5 pada
September 2012.
11.54
29.99
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
12
Indikator lainnya, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan adanya penurunan sebesar
2,88% (yoy). Pada triwulan laporan indeks NTP berada pada posisi 100,63 sedikit lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 103,61. Namun demikian, dalam
berdasarkan trennya sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan III 2012 NTP Sulawesi Utara
masih berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Berdasarkan subsektornya, petani untuk
subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat masih tercatat sebagai petani dengan tingkat
kesejahteraan paling tinggi (106,86), disusul kemudian oleh petani subsektor tanaman pangan
(100,98) dan petani subsektor peternakan (100,22). Sementara untuk petani subsektor
holtikultura dan petani subsektor perikanan pada triwulan laporan masih berada dibawah
kategori sejahtera dengan indeks NTP masing-masing sebesar 98,07 dan 94,39. Rendahnya
tingkat kesejahteraan pada subsektor holtikultura tersebut diduga disebabkan oleh bencana
letusan gunung lokon dan soputan yang terjadi pada triwulan laporan yang berdampak
terhadap kerusakan dan penurunan produksi tanaman holtikultura. Sementara NTP pada
subsektor perikanan masih disebabkan oleh maraknya aksi illegal fishing yang terjadi di wilayah
perairan Sulawesi Utara.
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama
triwulan III 2012 juga tumbuh positif sebesar 7,91% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,69%
(yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja
operasional termasuk didalamnya belanja pegawai. Hingga triwulan III 2012, realisasi belanja
pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp291,24 miliar atau mencapai 59,8%
dari total yang dianggarkan dalam APBD-P 2012. Poroporsi belanja pegawai juga merupakan
proporsi terbesar (46,9%) pada komponen belanja operasional (tidak langsung) Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara pada APBD-P 2012.
1.1.1.1.1.1.1.1.2 2 2 2 InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi
Pada triwulan III 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
13,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,54% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut,
masih tercatat sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan yang
sama tahun lalu yang tumbuh 15,87% dengan kontribusi sebesar 3,73%. Faktor pendorong
pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2012 diantaranya bersumber dari dimulainya
realisasi proyek fisik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan
pertumbuhan positif kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang
memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 10,59% (yoy) dari 173,81
pada September 2012 menjadi 192,22 pada September 2012. Indikator lainnya yang juga
menunjukkan pertumbuhan adalah penjualan semen, hingga triwulan III 2012, penjualan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
13
Grafik 1.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Grafik 1.8. Perkembangan Penjualan Semen
semen di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% dari 163,93 ribu ton
pada triwulan III 2011 menjadi 164,26 ribu ton pada triwulan III 2012.
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan dalam
penyaluran kredit untuk kegiatan investasi sedikit
mengalami perlambatan. Sampai akhir triwulan III
2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar
Rp2.463 miliar atau tumbuh 10,88% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan III 2011 yang tumbuh
117,22% (yoy). Rendahnya tren penyaluran kredit
untuk sektor investasi dapat berpotensi menurunkan
kinerja investasi Sulawesi Utara pada periode-periode
mendatang.
1.1.31.1.31.1.31.1.3 Ekspor Ekspor Ekspor Ekspor –––– ImporImporImporImpor
Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan positif sebesar
38,03% (yoy) dan tercatat memberikan sumbangan terbesar dengan kontribusi sebesar
14,12% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Indikasi pertumbuhan positif kinerja
ekspor Sulut disumbang melalui perdagangan antar negara. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi
Utara selama triwulan III 2012 tercatat sebesar USD213,6 juta atau meningkat sebesar 32,8%
(yoy).
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD) 82.68 271.60 160.80 234.60 333.40 257.00 213.60 32.8%
2011201120112011 Growth Growth Growth Growth
(yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
2012201220122012UraianUraianUraianUraian
Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Volume (ton) - left axis
g_semen (%) - right axis
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
14
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang
oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan ekspor hasil
sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada
triwulan III 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa
mencapai 77% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 9%, sisanya dalam bentuk
daging olahan dan ikan olahan (6%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk kimia (2%) dan
produk lainnya (1%).
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III 2012 adalah Belanda
(36,09%), Cina (22,66%), Amerika Serikat (16,12%), Korea Selatan (12,27%), dan Jepang
(5,02%). Sementara itu, dari sisi kinerja ekspor antar pulau/daerah, Sulawesi Utara mencatat
adanya penurunan. Hal ini dapat tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan
Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke
luar provinsi. Selama triwulan III 2012, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat)
ke pasar domestik sebesar 178 ribu ton atau turun 35,28% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun lalu.
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
Grafik 1.13. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
Grafik 1.10. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.12. Negara Tujuan Ekspor Jan-Sep 2012
Grafik 1.11. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
-64.46
-35.28
-120
-70
-20
30
80
130
180
230
280
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
15
Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 juga mengalami
peningkatan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan impor sebesar 46,78% (yoy) atau lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang terkontraksi 19,62% (yoy). Peningkatan
impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan
laporan yang tercatat USD26,50 juta atau tumbuh 24,4% (yoy) dibanding periode yang sama
tahun lalu.
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor
barang modal dengan pangsa sebesar 61%, sisanya sebesar 26% berupa bahan baku dan 14%
berupa impor barang konsumsi. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komponen kapal
laut merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 39% dari total nilai impor, kemudian
disusul oleh komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin (20%), gandum-
ganduman (12%), mesin/peralatan listrik (4%) dan besi baja(3%).
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2012 lebih
dominan didatangkan dari negara Cina (32%), Malaysia (17%), Australia (14%), Thailand
(13%), dan Jepang sebesar 3%. Sementara itu kinerja impor antar daerah/pulau dapat
dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar
didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III
2012, volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 689 ribu ton turun
12,79% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 790
ribu ton. Berdasarkan data diatas, Sulawesi Utara lebih banyak bergantung terhadap komoditi
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD)
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut
Grafik 1.15. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD) 64.76 11.90 21.30 46.40 17.60 49.90 26.50 24.4%
2011201120112011 Growth Growth Growth Growth
(yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
2012201220122012UraianUraianUraianUraian
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
16
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
yang berasal dari luar negeri dibandingkan komoditi yang didatangkan dari daerah/pulau lain di
Indonesia.
1.21.21.21.2 SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 disumbangkan oleh seluruh
sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,21% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73% (yoy). Sektor yang
memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan III 2012 adalah sektor
bangunan yang tercatat tumbuh 11,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,76% terhadap
total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor jasa-jasa,
keuangan, sewa dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
pertanian dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,54%, 1,16%, 1,05%, 0.96% dan
0.88% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.4.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb
Pertanian 2.42 0.52 1.00 0.18 5.86 1.08 6.70 1.28 4.70 0.88
Pertambangan & Penggalian 7.90 0.39 2.44 0.11 7.17 0.37 7.29 0.36 6.11 0.30
Industri Pengolahan 6.33 0.49 -3.07 -0.24 7.38 0.60 9.63 0.72 6.99 0.53
Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 0.06 6.29 0.05 15.26 0.13 6.16 0.05 5.01 0.04
Bangunan 15.76 2.26 13.41 2.16 8.26 1.33 7.62 1.17 11.38 1.76
PHR 12.97 1.83 18.52 3.46 7.45 1.22 8.40 1.43 8.86 1.54
Pengangkutan & Komunikasi 2.55 0.35 3.57 0.48 8.11 0.99 6.02 0.78 7.14 0.96
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.51 0.43 9.87 0.60 7.62 0.54 8.20 0.58 16.16 1.05
Jasa-Jasa 8.20 1.39 10.36 1.49 7.70 1.20 7.20 1.09 7.56 1.16
PDRBPDRBPDRBPDRB 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46 7.477.477.477.47 7.477.477.477.47 8.218.218.218.21 8.218.218.218.21
2011201120112011Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha
2012201220122012
Grafik 1.17. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Sep 2012
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
-68.26
-12.79
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
17
1.2.11.2.11.2.11.2.1.... BangunanBangunanBangunanBangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III 2012 mencatat pertumbuhan sebesar
11,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,76% terhadap total pertumbuhan. Beberapa
faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian
beberapa proyek pemerintah seperti:
• Pembangunan infrastruktur jalan di Kota Manado sepanjang 3Km dengan alokasi dana
sebesar Rp5.1 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Tabel 1.5. Proyek Infrastruktur di Kota Manado
Sumber: Harian Manado Post
• Pembangunan hotmix jalan di 4 (empat) lokasi di Kab.Kep Talaud dengan alokasi anggaran
sekitar Rp9 miliar.
Tabel 1.6. Proyek Infrastruktur di Kab/Kep. Talaud
Sumber: Harian Manado Post
• Pembangunan jalan lingkar utara di Kabupaten Sitaro dengan usulan anggaran mencapai
Rp225 miliar. Target pembangunannya mulai dari Desa Lia menuju Kiawang Siau Barat.
Pembangunan tahap pertama jalan lingkar utara sudah disetujui dengan alokasi dana Rp6
miliar dan saat ini tengah dalam pengerjaan membangun jalan dari Desa Lia menuju Deahe
• Pembangunan jembatan Arelo sepanjang 40 meter yang menghubungkan Mala dengan
daerah lainnya di pinggiran kota Melonguane resmi direalisasikan Pemkab Talaud dengan
dana yang bersumber dari APBN TA 2012 dengan alokasi dana mencapai Rp11,42 miliar.
• Pengerjaan proyek jalan lingkar Lembeh yang mengalokasikan anggaran APDD 2012
sebesar Rp30 miliar saat ini telah dimulai dengan target penyelesaian hingga akhir tahun
2012.
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan III 2012.
Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek
perumahan dan proyek pembangunan pusat hiburan/mall ‘Star Square’ di kawasan pertokoan
Bahu yang dikembangkan oleh PT Artoda Karya Gemilang (AKG) saat ini sedang dalam proses
No
1
2
3
DANA INFRASTRUKTUR JALAN DI MANADO 2012
Anggaran
Rp5.100.000.000
Rp4.400.000.000
Rp250.000.000
Keterangan
Pembangunan jalan baru
Peningkatan jalan lapis penetrasi
Pemeliharaan jembatan
- Peningkatan jalan Bandara-Perkantoran
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG BELUM TEREALISASI DI TALAUD
Pembangunan
- Peningkatan jalan Gagang Payung
- Pemeliharaan ruas jalan Tarun-Ambela
- Pemeliharaan ruas jalan dalam kota Beo
Anggaran
Rp1.159.954.918
Rp3.036.693.000
Rp3.093.200.000
Rp2.106.428.485
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
18
Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.20. Perkembangan Penjualan Seng
pembangunan pondasi. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada awal tahun 2013. Indikator
yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran
(SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 10,59% (yoy)
dari 173,81 pada September 2012 menjadi 192,22 pada September 2012. Selain itu, penjualan
semen di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% dari 163,93 ribu ton
pada triwulan III 2011 menjadi 164,26 ribu ton pada triwulan III 2012.
Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja sektor bangunan adalah kenaikan jumlah produksi
seng dari 2.080 ton pada September 2011 menjadi 2.106 ton pada September 2012. Dari sisi
pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2012
tercatat sebesar Rp645 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,32% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Volume (ton) - left axis
g_semen (%) - right axis
2,080 2,106
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
2011 2012
Jumlah Produksi (ton)-left axis growth (%) - right axis
Sumber : Pelaku Usaha, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
19
1.2.1.2.1.2.1.2.2.2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III 2012 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 8,86% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,54% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai
respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan
THR yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat bertepatan dengan musim liburan sekolah,
perayaan pengucapan syukur dan hari raya Idul Fitri.
Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong
oleh pelaksanaan event berskala nasional dan internasional, diantaranya:
• Pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF) 8-12 Agustus 2012 akan
meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kegiatan pariwisata maupun ekonomi
kreatif terutama dari kreatifitas bunga yang dikembangkan masyarakat. TIFF diikuti 82
peserta termasuk negara sahabat seperti Malaysia, Vietnam, Korea Utara, India dan Rusia
dengan target pengunjung mencapai 30.000 orang.
• HUT ke 65 Koperasi dan UMKM Sulut dan The 2nd Small and Medium Enterprises and
Cooperatives (SMEsCo) Sulut Exhibition 2012 yang dihelat selama lima hari berakhir Senin
(30/7). Selama empat hari, berhasil mencetak transaksi Rp4,2 miliar. Nilai itu naik lebih dari
100 persen jika dibandingkan dengan transaksi tahun lalu yang masih Rp2 miliar. Jumlah
pengunjung selama kegiatan berlangsung diperkirakan mencapai 2.000 orang per hari.
• Pelaksanaan event Pan Indo Hash XXVIII 2012 yang berlangsung pada tanggal 6-9
September 2012 di Manado, Tomohon dan Minahasa dengan jumlah peserta sebanyak
2.500 baik dari dalam maupun luar negeri.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan
antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum
memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data
jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar
terjual.
Grafik 1.22. Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.23. Data Jumlah Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
20
Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor
ekonomi terbesar yang mendapatkan alokasi
pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan
September 2012 kredit sektor PHR yang telah
disalurkan bank umum mencapai Rp5.016 miliar
atau tumbuh 14,98% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu.
1.2.1.2.1.2.1.2.3.3.3.3. Sektor Sektor Sektor Sektor PertanianPertanianPertanianPertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
4,70% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,88% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.
Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:
• Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
(Bolmut) optimis panen padi 2012 ini mencapai target sebanyak 750 ton per tahun.
Berdasarkan hasil pantauan panen Juli 2012 kemarin, hasil panen sudah mencapai 450 ton.
Selain itu, dengan adanya peningkatan indeks pertanaman yakni P3A dan ditunjang irigasi
yang baik, Kabupaten Bolmut kemungkinan bisa mengalamai tiga kali panen hingga
Desember 2012 nanti.
• Para petani asal Desa Tombolango Kecamatan Sangkub, berkomitmen meningkatkan
produktivitas padi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara usai menimba ilmu di
Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan selama 40 hari. Mereka mempelajari metode tanam padi
yang dikenal dengan nama System of Rice Intensification (SRI). Salah satu kelebihan metode
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.24. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.25. Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
21
Grafik 1.27. Pertumbuhan Kredit Pertanian
Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
SRI yaitu, bibit padi yang akan dipakai di areal 1 hektare hanya 8 kg dan diharapkan akan
menghasilkan 8-12 ton gabah kering per hektare atau naik bila dibandingkan dengan
metode konvensional yang hanya menghasilkan 1-2 ton.
Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Provinsi Sulawesi Utara,
dimana pada 2012 produksi beras diperkirakan mencapai 619,41 ribu ton atau naik 3,89%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan
untuk membiayai sektor pertanian menunjukkan
adanya tren perlambatan. Sampai dengan September
2012, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian mencapai Rp472 milliar atau tumbuh
46,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun lalu (96,97%). Jika dibandingkan
dengan total kredit yang disalurkan bank, jumlah
kredit pertanian hanya mencapai 2,56% dari total
kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara
Jenis TanamanJenis TanamanJenis TanamanJenis TanamanATAP ATAP ATAP ATAP
2009200920092009
ATAP ATAP ATAP ATAP
2010201020102010
ATAP ATAP ATAP ATAP
2011201120112011
ARAM II ARAM II ARAM II ARAM II
2012 2012 2012 2012
PerubahanPerubahanPerubahanPerubahan
2011-2012 2011-2012 2011-2012 2011-2012
(%)(%)(%)(%)
Produksi (Ton)Produksi (Ton)Produksi (Ton)Produksi (Ton)
Padi (Sawah+Ladang) 520,193 584,030 596,223 619,413 3.89
Jagung 466,041 446,144 438,504 439,836 0.30
Kedelai 7,217 7,627 6,319 3,070 (51.42)
Kacang Tanah 8,640 8,671 9,049 8,214 (9.23)
Kacang Hijau 2,381 2,184 1,825 2,077 13.81
Ubi Kayu 83,656 84,084 70,147 62,817 (10.45)
Ubi Jalar 42,152 51,838 46,266 41,076 (11.22)
Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)
Padi (Sawah+Ladang) 47.31 48.76 48.83 48.49 (0.70)
Jagung 35.36 36.59 36.59 36.60 0.03
Kedelai 13.81 13.29 13.31 13.31 0.00
Kacang Tanah 13.14 13.12 13.10 13.10 0.00
Kacang Hijau 13.29 12.73 12.74 12.62 (0.94)
Ubi Kayu 130.96 130.89 130.60 130.62 0.02
Ubi Jalar 96.65 97.84 97.69 97.78 0.09
Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)
Padi (Sawah+Ladang) 109,951 119,771 122,108 127,729 4.60
Jagung 131,791 121,930 119,850 120,167 0.26
Kedelai 5,227 5,739 4,746 2,305 (51.43)
Kacang Tanah 6,573 6,611 6,908 6,272 (9.21)
Kacang Hijau 1,791 1,715 1,433 1,646 14.86
Ubi Kayu 6,386 6,424 5,371 4,809 (10.46)
Ubi Jalar 4,273 5,298 4,736 4,201 (11.30)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
22
lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya
NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 4,93% pada triwulan laporan.
1.21.21.21.2....4444. Sektor . Sektor . Sektor . Sektor lainnyalainnyalainnyalainnya
A.A.A.A. Sektor JasaSektor JasaSektor JasaSektor Jasa----jasajasajasajasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III 2012
tumbuh positif sebesar 7,56% (yoy), dengan
sumbangan sebesar 1,16% terhadap total
pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor
jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas
sub sektor jasa pemerintahan dan hiburan. Data
yang diperoleh dari salah satu pusat
perbelanjaan terbesar menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah pengunjung pada
September 2012 sebesar 24,21% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau tercatat sebanyak 674.826 ribu pengunjung.
Penguatan kinerja sektor jasa-jasa juga didukung
oleh perbankan, yang tercermin dari peningkatan
penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai
dengan September 2012 kredit sektor jasa-jasa
tercatat sebesar Rp966 miliar atau tumbuh 35,11%
(yoy).
B.B.B.B. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun
internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara
khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat
Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya
minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan
komunikasi pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan 7,14% (yoy), dengan sumbangan
sebesar 0,96% terhadap total pertumbuhan.
Grafik 1.28. Perkembangan Jumlah Pengunjung Pusat Perbelanjaan
Sumber : Pusat Perbelanjaan
0
10
20
30
40
50
60
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Ok
t
No
p
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
2011 2012
Jumlah Pengunjung (org-left axis) Growth (%-right axis)
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
23
Tabel 1.8. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari
tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado
baik asal/tujuan domestik maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus
penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar
16,55% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah
Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 12,45% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,
keberpihakan perbankan yang diwujudkan
dalam penyaluran kredit di sektor
pengangkutan dan komunikasi juga
memperlihatkan adanya peningkatan. Sampai
dengan akhir triwulan III 2012 jumlah kredit
yang disalurkan mencapai Rp175 miliar, atau
tumbuh 43,67% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.
C.C.C.C. Sektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan yang
mencatat pertumbuhan sebesar 6,99% dengan sumbangan sebesar 0,53%, lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,33% (0,49%). Peningkatan ini ditandai
oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah
pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan III 2012 tumbuh sebesar 1,08% (yoy).
Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor industri adalah perlambatan
pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai dengan akhir triwulan III 2012
jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp411 miliar atau tumbuh sebesar 15,04% (yoy).
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Datang 203,160 213,389 229,846 245,468 230,845 249,329 267,891 16.55%
Berangkat 213,108 216,771 232,520 231,954 242,260 249,372 261,474 12.45%
Datang 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 1,307,021 1,721,272 1,792,780 -0.89%
Berangkat 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 1,061,987 1,069,686 975,270 3.10%
20122012201220122011201120112011
Penumpang
Kargo
Jenis Jenis Jenis Jenis
PengangkutanPengangkutanPengangkutanPengangkutan
Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/
KeberangkatanKeberangkatanKeberangkatanKeberangkatan
Growth Growth Growth Growth
(YoY)(YoY)(YoY)(YoY)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
24
Grafik 1.33. Perkembangan Transaksi Gadai
D.D.D.D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III
2012 tumbuh 16,16% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain
tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:
pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta
penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas
sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan
sektor ini.
Indikator lain yang menunjukkan perkembangan
di sektor keuangan adalah peningkatan jumlah
transaksi gadai di PT. Pegadaian (Persero) di
Sulawesi Utara. Pada Juli 2012, transaksi gadai
mencapai Rp604 miliar atau tumbuh 20,98%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tabel 1.9. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Jumlah Bank umum 25 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 231 238 244 248 248 250 255
Jumlah BPR 16 17 17 17 17 17 17
Jumlah kantor BPR 43 46 46 48 48 48 49
Data BankData BankData BankData Bank2011201120112011 2012201220122012
Sumber : PT. Pegadaian (Persero), diolah
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0
100
200
300
400
500
600
700
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Se
p
Okt
No
p
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
2011 2012
Transaksi Gadai (miliar-left axis) GrowthGadai (% yoy-right axis)
Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PT. PLN (Persero) Cab. Suluttenggo, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
25
E.E.E.E. Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada
triwulan III 2012 tumbuh 6,11% (yoy) dengan
sumbangan sebesar 0,30% terhadap total
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan
industri berskala besar. Dukungan perbankan
terhadap sektor pertambangan juga terus
mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan
trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak
perbankan terhadap sektor pertambangan
mengalami tren penurunan sejak awal tahun 2012, hingga pada triwulan laporan jumlah kredit
yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp83 miliar atau hanya tumbuh
sebesar 20,89% (yoy).
F.F.F.F. Sektor LiSektor LiSektor LiSektor Listrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III 2012 tumbuh sebesar 5,01%
(yoy), dengan kontribusinya sebesar 0,04% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data
jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada
triwulan III 2012 sebesar 466.927 ribu pelanggan atau tumbuh 5,59% (yoy) dengan jumlah
pemakaian 256 MW atau tumbuh 39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 288 MW atau
tumbuh 48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih
terdapat surplus daya listrik sebesar 32 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh
adanya peningkatan produksi listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.
Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
26
Grafik 1.35. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
di Sulawesi Utara
Grafik 1.36. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik
di Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
29
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012 mengalami peningkatan.
Pada akhir triwulan III 2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 5,23% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,31% (yoy) dan tingkat inflasi Zona
Sulampua yang tercatat sebesar 4,78% (yoy), serta jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi
Kota Manado periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 1,24% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,85% (mtm) yang
berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai
pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan
berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Pada akhir triwulan III 2012 tekanan
inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah cukup tajam, tercatat sebesar -1,58% (mtm) pasca
perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado
sampai dengan September 2012 tercatat 4,33% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,
yang justru mencatat deflasi sebesar -0,19% (ytd).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)
mengalami inflasi pada level moderat.
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
1,24
5,23
4,31 4,78
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011 2012
%%%%
yoy Manado yoy Nasional
yoy Sulampua
1,40
1,68
1,56
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011 2012
%%%%
qtq Manado qtq Nasional qtq Sulampua
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
30
2.1.2.1.2.1.2.1. PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.1.12.1.12.1.12.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)
Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan III 2012 meningkat, tercatat 5,23% (yoy), jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar
1,25% (yoy) maupun dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 3,73%(yoy). Sejalan dengan itu, laju inflasi Kota Manado jauh lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan laju inflasi Sulampua dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar
4,78% (yoy) dan 4,31% (yoy) pada akhir triwulan III 2012 (grafik 2.1).
Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.
Inflasi terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi
8,63% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
serta kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi tertinggi, masing-masing tercatat sebesar
14,53% (yoy) dan 13,72% (yoy) terutama disebabkan karena kenaikan harga komoditas cabai
rawit. Sementara itu inflasi terendah terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,81% (yoy).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, mengalami inflasi sebesar 8,64% (yoy) sebagai
faktor kenaikan harga pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi. Selanjutnya kelompok
perumahan,air,listrik,gas dan bahan bakar, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau, kelompok kesehatan serta kelompok sandang mengalami inflasi berturut-turut
sebesar 5,64% (yoy), 3,89% (yoy), 2,08% (yoy), 1,29% (yoy).
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
1 Bahan Makanan 21,69 14,72 -1,23 -3,17 -5,19 3,01 8,63
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,43 1,50 1,45 1,21 2,95 3,36 3,89
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,85 2,14 1,58 1,63 4,73 5,70 5,64
4 Sandang 5,03 4,28 8,32 5,56 5,68 4,52 1,29
5 Kesehatan 0,61 2,62 3,20 5,20 4,48 2,52 2,08
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,91 0,86 9,70 9,06 9,22 9,41 8,46
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,80 -0,38 -0,87 0,49 -0,35 0,17 0,81
6,906,906,906,90 5,155,155,155,15 1,251,251,251,25 0,670,670,670,67 0,950,950,950,95 3,733,733,733,73 5,235,235,235,23
2011201120112011 2012201220122012NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok
UmumUmumUmumUmum
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
31
Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm)
2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (qqqqttttqqqq))))
Sejalan dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado juga mengalami peningkatan,
namun dalam kisaran yang relatif moderat. Pada triwulan III 2012 Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,4% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan II
2012 yang sebesar 1,28% (qtq). Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami
peningkatan, sehingga cukup mengakselerasi laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan
olah raga tercatat sebesar 8,2% (qtq). Pendaftaran baru pada jenjang Perguruan Tinggi yang
jatuh pada triwulan III 2012 merupakan faktor pendorong terjadinya peningkatan harga pada
kelompok ini. Sementara itu, kelompok lainnya mengalami inflasi sebagai pengaruh musiman
perayaan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1433 H.
2.1.32.1.32.1.32.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
1 Bahan Makanan 4,03 -5,51 -3,59 2,18 1,86 2,66 1,66
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau -0,22 0,10 0,72 0,60 1,51 0,50 1,23
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,24 0,38 0,41 0,60 3,29 1,31 0,35
4 Sandang 0,40 1,17 5,02 -1,03 0,50 0,05 1,78
5 Kesehatan 1,66 1,96 0,90 0,59 0,97 0,05 0,46
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,02 -0,04 9,15 -0,06 0,16 0,14 8,20
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,02 0,05 0,13 0,29 -0,81 0,58 0,77
1,311,311,311,31 -1,43-1,43-1,43-1,43 -0,05-0,05-0,05-0,05 0,870,870,870,87 1,591,591,591,59 1,281,281,281,28 1,401,401,401,40UmumUmumUmumUmum
2011201120112011KelompokKelompokKelompokKelompok
2012201220122012NoNoNoNo
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
(1,58)
(0,78)
0,01
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011 2012
mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
32
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2012
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,85% (mtm), yang
berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai
pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan
berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Inflasi terutama terjadi pada komoditas
cabai rawit, ongkos angkutan udara, emas perhiasan dan biaya pendidikan tinggi. Pada akhir
triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah cukup tajam, tercatat sebesar
-1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H.
Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III 2012 lebih berfluktuasi dibandingkan
dengan tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Grafik 2.3). Pada akhir triwulan III
2012 tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 0,01% (mtm), sementara itu tingkat inflasi Zona
Sulampua tercatat sebesar -0,78% (mtm).
� JULIJULIJULIJULI 2012201220122012
Pada awal triwulan III-2012, Kota Manado
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,85% (mtm).
Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan
makanan sebesar 2,14% (mtm) dengan
sumbangan sebesar 0,63% terhadap total inflasi
bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-
bumbuan mengalami inflasi sebesar 8,09%
(mtm). Kemudian diikuti oleh sub kelompok
daging dan hasilnya serta kelompok umbi-
umbian dan hasilnya yang masing-masing
mengalami inflasi sebesar 3,14% (mtm) dan
3,03% (mtm).
Tekanan inflasi pada Juli 2012 dipengaruhi oleh faktor peningkatan permintaan seiring Bulan
Ramadhan yang jatuh pada awal triwulan laporan. Ditengah meningkatnya permintaan,
pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca. Bencana letusan Gunung Lokon dan
Soputan yang terjadi menyebabkan berkurangnya produktivitas sektor pertanian akibat gagal
panen yang terjadi pada beberapa area di sentra komoditas pertanian Sulut.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
33
� AGUSTUSAGUSTUSAGUSTUSAGUSTUS 2012012012012222
Tekanan inflasi Kota Manado pada Agustus 2012 terakselerasi tajam sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan,
bahan makanan dan transportasi yang masing-masing tercatat sebesar 7,92% (mtm), 4,41%
(mtm) dan 2,45%(mtm).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama terjadi
pada komoditas cabai rawit dengan sumbangan
0,75% (mtm), angkutan udara dengan sumbangan
0,31% (mtm), pendidikan akademi/perguruan tinggi
dengan sumbangan 0,27% (mtm).
Inflasi pada Agustus 2012 lebih disebabkan oleh: (1)
pengaruh musiman perayaan Hari Raya Idul Fitri
1433H yang menyebabkan terjadinya peningkatan
demand pada bahan makanan serta peningkatan
arus penumpang (arus mudik dan balik dari dan ke
Manado) (2) Terganggunya distribusi akibat anomali
cuaca dan bencana alam (3) Tahun ajaran baru
pendidikan akademi/perguruan tinggi.
� SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER 2012012012012222
Pada akhir triwulan III–2012, laju perkembangan
harga barang dan jasa secara umum terkoreksi
kebawah sehingga tercatat mengalami deflasi -
1,58% (mtm). Deflasi pada akhir triwulan III 2012
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
dan transportasi yang masing-masing tercatat
sebesar -4,67% (mtm) dan -2,35% (mtm).
Deflasi terjadi akibat berlalunya pengaruh musiman
perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H,
didukung oleh membaiknya kondisi pasokan dan
distribusi yang sempat terganggu pada Agustus
2012.
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Agustus 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa September 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
34
Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah.
2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR----FAKTOFAKTOFAKTOFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)
mengalami inflasi pada level moderat.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan III 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir
triwulan III 2012 tercatat 3,69% (yoy) dengan sumbangan 1,97% terhadap total inflasi tahunan
pada akhir triwulan III-2012, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang
tercatat sebesar 3,93% (yoy) dengan sumbangan 2,06% terhadap total inflasi tahunan. Hal ini
tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi
eksternal, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga emas internasional dapat diredam oleh
terjaganya kestabilan nilai tukar Rupiah. Sementara itu, dari sisi internal kenaikan permintaan
masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui peningkatan penggunaan
kapasitas produksi. Namun demikian, masih tingginya ekspektasi masyarakat Sulut terhadap
tingkat harga 3 dan 6 bulan yang akan datang berpotensi mengakselerasi inflasi pada level
yang lebih tinggi.
� Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan III 2012 sebagai faktor seasonal (Bulan Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi
sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.9).
Grafik 2.7.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.8.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011 2012
Volatile Administered CORE IHK
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010 2011 2012
UMUM Volatile Administered Core
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
35
Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut
.
� Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi
pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi
Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi pedagang terhadap
tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 198,5 pada
September 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat
juga terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi
Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen
terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang tercatat sebesar146 pada September 2012
(Grafik 2.10).
Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran
dan Kapasitas Produksi
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
120
146
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
189,5198,5
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
36
Grafik 2.13. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Emas di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Minyak di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
� Eksternal
Perkembangan nilai tukar rupiah pada September 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan
intensitas depresiasi yang menurun. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya.
Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,37% (mtm) ke level Rp9.570 per dolar AS atau
secara rata-rata melemah 0,64% (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai
tukar rupiah terutama berasal dari masih tingginya permintaan valuta asing untuk keperluan
impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan lebih besarnya aliran masuk modal
asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian global dan prospek ekonomi domestik
yang tetap kuat. Meskipun demikian, pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih
terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga domestik, seiring
dengan penurunan harga komoditas internasional yang masih berlanjut.
2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental
� Volatile foods
Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan III 2012 meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Juni 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi
8,65% (yoy) dengan sumbangan 2,39% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi dibandingkan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,99% (yoy) dengan sumbangan 0,86% terhadap inflasi
umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok ini selama
triwulan III 2012 diantaranya:
(a) Meningkatnya permintaan sebagai faktor seasonal hari raya keagamaan yang jatuh pada
triwulan laporan.
1656,7
-2,7 (5)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III
2011 2012
Pers
en
USD
/OZ
Harga Emas yoy (axis kanan)
92,1
2,7
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
35
80
85
90
95
100
105
I II III IV I II III
2011 2012
Pe
rse
n
US
D/O
Z
WTI yoy (axis kanan)
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
37
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
(b) Anomali cuaca dan bencana (letusan Gunung Lokon dan Soputan) yang terjadi sehingga
berpengaruh pada berkurangnya produktivitas pada sentra komoditas pangan di Sulut.
(c) Berkurangnya produksi perikanan tangkap karena faktor cuaca dan kelangkaan BBM
bersubsidi.
Sementara itu, bertambahnya pasokan beras seiring dengan panen yang terjadi di beberapa
sentra beras Sulut dapat menahan laju inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan.
� Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan III 2012 tercatat
sebesar 4,64% (yoy) dengan sumbangan 0,88% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan
lalu yang tercatat sebesar 4,27% (yoy) dengan sumbangan 0,81% terhadap inflasi tahunan.
Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan laporan terutama berasal dari
peningkatan ongkos angkutan udara seiring dengan derasnya arus mudik dan/arus balik pada
momen perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433H.
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Ikan di Kota Manado
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit
dan Bawang Merah di Kota Manado
10.000
30.000
I IIIII IV
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012
Mei2012
Juni2012
Juli2012
Agst 2012 Sept 2012
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg
Deho Malalugis
10.000
30.000
50.000
I IIIII IV
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012
Mei2012
Juni2012
Juli2012
Agst 2012 Sept 2012
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg
Cabe Rawit (merah) Bawang Merah Beras
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
41
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik
sebagaimana tercermin dari pertumbuhan fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko
kredit. Pada triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih menunjukkan
pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aset
perbankan Sulut tumbuh sebesar 21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat tumbuh
sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 21,95%
(yoy) maupun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 16,95% (yoy) atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan
pertumbuhan kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah dari
pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio
(LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.1. 3.1. 3.1. 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan dibandingkan
dengan periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut
pada triwulan III 2012 mencapai Rp24.844 miliar atau tumbuh 21,40% (yoy), lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yang masing-masing tercatat sebesar 23,55% (yoy)
dan 22,32% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset pada triwulan III 2012 masih lebih
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Total Aset 14.783 15.914 16.731 17.534 18.242 19.467 20.465 21.244 22.112 24.052 24.844
Tumbuh Y.o.Y (%) 8,42 11,79 12,58 18,72 23,40 22,33 22,32 21,16 21,22 23,55 21,40
DPK (Rp Miliar) 9.953 10.604 11.114 11.428 11.797 12.601 13.298 14.138 14.579 15.367 15.552
Tumbuh Y.o.Y (%) 11,74 12,24 14,28 14,43 18,53 18,83 19,66 23,71 23,58 21,95 16,95
Kredit outstanding (Rp Miliar) 10.867 11.631 12.119 12.909 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445
Tumbuh Y.o.Y (%) 19,48 20,81 21,14 23,12 23,28 23,83 24,65 23,14 20,75 21,54 22,10
LDR (%) 109,18 109,68 109,05 112,95 113,56 114,30 113,60 112,43 110,96 113,92 118,60
NPL (%) 3,53 3,46 3,48 3,13 3,74 3,64 3,46 2,66 2,66 2,61 2,57
2011201120112011 2012201220122012KomponenKomponenKomponenKomponen
2010201020102010
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
42
tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, tercatat
sebesar 19,85% (yoy).
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 masih didominasi oleh aset bank
umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,01% dari total aset perbankan. Lebih lanjut,
sebesar 67,56% merupakan aset bank pemerintah dan 27,45% merupakan aset bank swasta.
Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar
1,84% dan 3,16%.
Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional tumbuh melambat apabila
dibandingkan dengan periode sebelumnya maupun dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pada September 2012 aset BPR konvensional tercatat tumbuh 46,54% (yoy) atau
lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 57,29% (yoy) maupun periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 64,35%(yoy). Searah dengan BPR
konvensional, aset bank umum syariah juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2012
aset bank umum syariah tercatat tumbuh 38,34%(yoy), atau lebih rendah dibandingkan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 44,19% (yoy).
3.2.3.2.3.2.3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank
umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan
jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 255 kantor dan bank umum syariah
memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 49 kantor. Seiring dengan meningkatnya
aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara, penambahan jaringan kantor terus berlanjut. Pada
triwulan III 2012 terjadi penambahan 3 kantor bank umum di Kota Manado dan 2 kantor bank
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2012
Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. III-20112 (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
93,5
94
94,5
95
95,5
96
96,5
97
97,5
98
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011 2012
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
% %
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
43
umum di Minahasa. Hal ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi tidak hanya terjadi di
Kota Manado sebagai pusat pertumbuhan, namun juga sudah mulai tersebar ke wilayah lainnya
di Sulawesi Utara.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALENSIONALENSIONALENSIONAL
3.3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih
konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi
tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Bank Indonesia memandang bahwa keseimbangan
eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada Triwulan III-2012 mengalami
perbaikan seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun demikian, Bank Indonesia tetap
mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang bersumber dari risiko
memburuknya prospek perekonomian global. Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi
dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan
mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat
koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca
pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi
Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga
perbankan hingga akhir triwulan III-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang
bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September 2012, rata-rata tingkat suku
bunga kredit tercatat sebesar 13,27% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 13,41%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat
suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,91% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar
13,94% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,31% per tahun. Sementara itu,
rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan September 2012 tercatat sebesar
5,43%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71%.
Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi
Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Pada September 2012 rata-rata suku
bunga kredit Nasional tercatat sebesar 10,87% per tahun1. Berdasarkan penggunaannya, rata-
1 Sumber : Bank Indonesia Kredit Bank Umum Konvensional, mata uang Rupiah dan Valas
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
44
rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 9,84% per tahun, rata-rata kredit
investasi sebesar 9,57% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,70% per tahun.
3.3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2. Penyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,95% (yoy) menjadi Rp15.552 miliar.
Namun demikian, laju pertumbuhan DPK cenderung melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 19,66% (yoy) maupun
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,95% (yoy).
Berdasarkan jenis simpanannya, perlambatan terjadi pada semua jenis simpanan, terutama
deposito yang tercatat hanya tumbuh 12,06% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan II
2012 yang tumbuh sebesar 21,4% (yoy) maupun pada triwulan III 2011 yang tercatat tumbuh
24,13% (yoy). Sementara itu tabungan dan giro masing-masing tumbuh 19,83% (yoy) dan
19,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat
masing-masing sebesar 22,39% (yoy) dan 21,78% (yoy).
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
45
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam
sistem perbankan masih didominasi oleh jenis
simpanan tabungan sebesar 48,12% dari total
keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul
kemudian deposito (33,73%) dan giro
(18,15%).
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah
menyerap 67,35% dari total DPK sedangkan
sisanya dihimpun oleh bank swasta (32,65%).
Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di
bank pemerintah tumbuh 20,24% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar
10,69% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang
dihimpun, sebesar 70,92% atau sebesar Rp11.029 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (8,25%), Kota Bitung (6,76%),
Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,78%), Kabupaten Minahasa (5,04%), Kota Tomohon
(1,18%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,11%), Kabupaten Minahasa Utara (0,95%) .
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII
Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148
Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029
Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282
Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052
Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184
Total Total Total Total 11.79711.79711.79711.797 12.60112.60112.60112.601 13.29813.29813.29813.298 14.13814.13814.13814.138 14.57914.57914.57914.579 15.36715.36715.36715.367 15.55215.55215.55215.552
Kota/KabupatenKota/KabupatenKota/KabupatenKota/Kabupaten2011201120112011 2012201220122012
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
46
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 36,96% (yoy) dan yang terendah dialami oleh
Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 12,09% (yoy).
3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3. Penyaluran KrePenyaluran KrePenyaluran KrePenyaluran Kredit Bank Pelapordit Bank Pelapordit Bank Pelapordit Bank Pelapor
Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus tumbuh positif, walaupun melambat
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Pada triwulan III-2012, jumlah kredit
secara umum tercatat 18.445 miliar atau tumbuh 22,10% (yoy). Berdasarkan jenis
penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi yang
mencapai jumlah Rp10.304 miliar atau tumbuh 29,98% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit
modal kerja dan kredit investasi masing-masing tercatat sebesar Rp5.677 miliar dan Rp2.463
miliar atau tumbuh 14,50% (yoy) dan 10.90% (yoy). Peningkatan jumlah kredit konsumsi di
Sulawesi Utara merupakan pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan dan
pendaftaran baru pada pendidikan tinggi yang jatuh pada triwulan III 2012.
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota Triwulan III 2012 (%)
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
I II III IV I II III
2011 2012
Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184
Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052
Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282
Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899
Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Menado
Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
47
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 55,86%
dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar
30,78%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 13,36%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar
ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,19%
dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,
bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum
swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp13.115 miliar atau mencapai
pangsa pasar 71,12% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar
Rp5.330 miliar dengan pangsa pasar 28,90% dari total kredit.
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp18.445 miliar, tercatat
65.49% atau sebesar Rp12.079 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,3% (Rp1.716 miliar), Kabupaten
Minahasa 8,49% (Rp1.566 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,36%(Rp.1.174 miliar), Kota
Bitung 5,91% (Rp.1.090 miliar), Kota Tomohon 1,79% (Rp331 miliar), Kabupaten Minahasa
Selatan 1,58% (Rp.291 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,08% (Rp199 miliar).
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Tomohon sebesar 40,29% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa
14,43% (yoy).
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
48
3.3.4.3.3.4.3.3.4.3.3.4. Kredit MKMKredit MKMKredit MKMKredit MKM
Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak
terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM
adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan
kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008
tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi
kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang
disajikan dalam pembahasan Kajian Ekonomi Regional Triwulan III 2012 adalah kredit UMKM
dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang
UMKM.
Sampai dengan triwulan III-2012, posisi kredit
MKM tercatat Rp5.625 miliar atau tumbuh
2,24% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya,
kredit menengah memiliki pangsa terbesar yakni
42,47%, kredit kecil memiliki pangsa mencapai
40,30%, dan sisanya 17,22% merupakan kredit
mikro.
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap
penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan III-2012, pangsa kredit MKM
tercatat 30,50%, atau sedikit lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 36,41%. Pertumbuhan
kredit MKM harus ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan. Pada
triwulan III 2012 rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 4,55%, menurun
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,15%.
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
49
3.43.43.43.4 STABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2012 relatif terkendali.
Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI
yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio
(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan
berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang
tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, Pendapatan
Bunga Bersih, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.13.4.13.4.13.4.1 Risiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko Kredit
Pada triwulan III-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin
dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio
NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)
tercatat sebesar 2.57%, yang merupakan rasio terendah selama tahun 2012. Dengan nilai NPLs
yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit,
terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada
hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-
upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit .
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat
bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif
rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,77% dari total kredit
memiliki tingkat NPL sebesar 1,46%.
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
3.4.23.4.23.4.23.4.2 Risiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan
laporan cukup terkendali.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu
sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara
masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek
(tabungan dan giro) yang berpotensi menciptakan
maturity mismatch karena kredit yang disalurkan
perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang
daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini
ditandai oleh masih mendominasinya tabungan pada
DPK perbankan Sulut dengan pangsa rata-rata 3
tahun terakhir tercatat sebesar 47,20% dari total DPK
secara keseluruhan.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 118,60%. Perlu
digarisbawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio
LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar
103,67%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 199,62%,
disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Tomohon sebesar 179,72%, Kabupaten
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2012
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
Minahasa Selatan sebesar 167,99%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 134%, Kota
Kotamobagu sebesar 133,79%, Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 130,60%, Kota
Manado sebesar 109,52%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan
bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan
banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di
wilayah tersebut.
3.4.33.4.33.4.33.4.3 Risiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari
rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)
yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak
dalam batasan yang relatif rendah. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan
berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta
asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.43.4.43.4.43.4.4 Indikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnya
� Rasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik Kredit
Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada
triwulan III-2012 menunjukkan tren penurunan.
Tercatat rasio kelonggaran tarik pada September
2011 sebesar 6,06%, atau lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat 7,78%. Hal ini mencerminkan
berkurangnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh
nasabah.
� Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih
Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu
indikator penilaian terkait kemampuan bank
dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca
konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan
bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang
biasa disebut Pendapatan Bunga Bersih pada
triwulan laporan menunjukkan angka yang positif
sebesar Rp1.348 miliar, mengalami peningkatan
bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu
yang tercatat Rp1.182 miliar.
Grafik 3.22. Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
� Rasio BOPORasio BOPORasio BOPORasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan
laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio
BOPO bank umum dari 81,82% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 68,02%
pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
� Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2012, rasio ROA
bank umum tercatat sebesar 3,27%, meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%.
3.53.53.53.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Pada triwulan III 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan
yang cukup baik.Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi September 2012 tumbuh
sebesar 38,34% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 36,80% (yoy). Sementara
itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,69% (yoy) pada triwulan laporan.
Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to
Deposit Ratio (FDR) turun dari 231,85 pada September 2011 menjadi 214,75 pada September
2012. Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu
meningkatkan upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.
Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio
Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni
sebesar 4,95% (<5%).
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan positif
meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya risiko kredit. Aset BPR pada akhir triwulan III
2012 mengalami pertumbuhan sebesar 46,54% (yoy), menjadi Rp825,13 miliar. Pertumbuhan
aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 36,16%
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
AsetAsetAsetAset 430,61 496,17 563,07 651,75 713,67 780,43 825,13
Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 58,31 64,35 68,43 62,12 65,74 57,29 46,54
DPKDPKDPKDPK 308,44 348,50 395,04 439,46 471,29 508,60 515,70
Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 60,01 57,10 54,89 55,92 52,80 45,94 30,54
Deposito 236,49 267,94 318,64 346,55 382,24 408,82 416,40
Tabungan 71,95 80,56 76,40 92,91 89,05 99,78 99,30
Kredit Kredit Kredit Kredit 322,50 383,57 420,10 455,81 505,54 544,48 572,01
Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 51,91 66,58 70,22 58,09 56,76 41,95 36,16
Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan
Modal Kerja 104,36 92,37 100,10 98,12 97,13 102,88 114,10
Investasi 15,69 14,14 13,22 12,50 17,32 21,83 23,16
Konsumsi 202,44 277,06 306,78 345,19 391,09 419,77 434,75
SektoralSektoralSektoralSektoral
Pertanian 4,47 4,66 5,59 5,73 5,85 5,55 6,59
Perindustrian 5,40 3,63 2,77 2,34 2,34 2,12 2,65
PHR 41,78 46,21 49,50 44,88 50,85 56,84 61,39
Jasa-jasa 53,61 33,64 33,22 33,50 33,77 35,27 32,92
Lain-lain 217,23 295,43 329,02 369,37 412,73 444,70 468,46
LDR (%)LDR (%)LDR (%)LDR (%) 104,56 110,06 106,34 103,72 107,27 107,06 110,92
NPL (%)NPL (%)NPL (%)NPL (%) 4,71 3,85 4,16 3,92 3,89 4,17 5,44
KomponenKomponenKomponenKomponen2011201120112011 2012201220122012
2012
Q1 Q2 Q3 Q4 Jan Q1 Q2 Q3
Asset 331,31 330,49 347,06 480,87 398,31 454,29 476,53 480,13
Growth (yoy) 99,87 65,87 20,46 57,82 20,22 37,12 44,19 38,34
DPK 128,38 133,03 138,95 188,58 185,59 195,65 198,98 205,21
Growth (yoy) 54,29 47,34 33,13 50,31 44,57 52,40 49,57 47,69
Giro 13,12 12,14 12,76 16,73 14,11 13,94 15,87 16,24
Tabungan 76,95 34,87 35,88 68,68 62,68 75,16 72,59 62,71
Deposito 38,30 86,02 90,31 103,16 108,80 106,55 110,52 126,27
Kredit 246,04 285,07 322,15 355,48 352,82 371,77 403,16 440,70
Growth (yoy) 63,94 53,33 48,16 48,08 43,40 51,10 41,42 36,80
Modal Kerja 217,87 243,62 5,71 259,58 256,77 260,57 276,33 295,16
Investasi 3,62 3,96 248,81 10,92 10,68 16,27 22,38 122,81
Konsumsi 24,55 37,49 67,63 84,98 85,37 94,93 104,45 22,73
FDR (%) 191,65 214,29 231,85 188,51 190,10 190,02 202,61 214,75
NPF (%) 2,70 3,17 2,28 1,94 2,00 1,89 3,06 4,95
2011 2012
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
(yoy) atau mencapai Rp572,01 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor
lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,90% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 33,15%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit
konsumsi dengan pangsa mencapai 76% dari total kredit.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 30,54%(yoy)
dengan jumlah nominal sebesar Rp515,7 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,
deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,74%. Pertumbuhan DPK BPR jauh
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga
perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi
BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada
tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang
tercatat sebesar 110,92% pada triwulan III-2012. Namun demikian, kualitas kredit BPR harus
mendapatkan perhatian melihat tren kenaikan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga
tercatat mencapai 5,44% pada triwulan III-2012, berada diatas ketentuan Bank Indonesia.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
57
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi
pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,
khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada tahun 2011.
Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja modal pada triwulan III-2012 sebesar
31,6% mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).
Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan III-
2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu
sebesar 76,4%.
4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai
Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi
kesenjangan pelayanan kepada publik.
Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari dana perimbangan pada
komponen Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Berdasarkan
pangsanya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD
Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai
85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85%
dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Berdasarkan alokasi dana perimbangan
di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara
mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Sementara,
(dlm jutaan rupiah)
Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146
Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367
TOTALTOTALTOTALTOTAL 4,656,1724,656,1724,656,1724,656,172 5,676,3545,676,3545,676,3545,676,354 5,683,1805,683,1805,683,1805,683,180 7,150,4107,150,4107,150,4107,150,410 7,426,9307,426,9307,426,9307,426,930
*) Data Update per 31 Maret 2012
2012*2012*2012*2012*DanaDanaDanaDana 2008200820082008 2009200920092009 2010201020102010 2011201120112011
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
58
alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.
Sulawesi Utara masih memiliki tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi
terhadap dana perimbangan. Pada tahun
2012, tingkat ketergantungan Sulawesi
Utara tercatat sebesar 62%, sisanya
sebesar 38,19% merupakan Pendapatan
Asli Daerah. Pencapaian ini masih jauh
lebih baik dibandingkan rata-rata Provinsi
di seluruh Indonesia yang mencatat rasio
sebesar 80% serta jika dilihat tren
perkembangannya rasio tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi dana perimbangan terus mengalami
penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa Sulawesi Utara relatif mandiri dan memiliki
kapasitas ekonomi yang cukup baik.
4.4.4.4.2222. . . . APBD APBD APBD APBD di Tingkat di Tingkat di Tingkat di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Dukungan fiskal daerah dalam rangka pembiayaan perekonomian diperkirakan akan lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari nilai APBD Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2012 yang meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun (Tabel 4.2). Dengan
dukungan tersebut maka diperkirakan prospek aktivitas perekonomian Sulawesi Utara akan
semakin baik. Dari sisi pendapatan, target pendapatan di Tahun 2012 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32%
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Grafik 4.1. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota
di Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
62%
80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Dana Perimbangan PAD
Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
59
Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
(yoy). Hingga akhir triwulan III-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
telah mencapai Rp1,41 triliun (82,1%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan
dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun
atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja
ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan III-2012 realisasi belanja
pemerintah tercatat hanya mencapai 50,9%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan
III-2011 (51,9%).
4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. PenPenPenPendapatandapatandapatandapatan Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 telah
melampaui pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan daerah tercatat sebesar Rp1,41 triliun atau 82,1% dari target penerimaan APBD
tahun 2012. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan III-2012 mencapai
sebesar Rp464,87 miliar atau 84,6% yang sebagian besar disumbang dari lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah (177%) diantaranya berupa penerimaan jasa giro dan penerimaan bunga
deposito milik pemerintah. Selain itu, retribusi daerah juga turut berkontribusi terhadap
peningkatan realisasi PAD dengan pencapaian yang telah melampaui target yang ditetapkan
sebesar 136,6%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
IIII PendapatanPendapatanPendapatanPendapatan 1,339,4291,339,4291,339,4291,339,429 1,023,8761,023,8761,023,8761,023,876 76.4%76.4%76.4%76.4% 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 82.1%82.1%82.1%82.1%
Pendapatan Asli Daerah 516,085 374,352 72.5% 549,355 464,869 84.6%
Dana Perimbangan 722,359 578,679 80.1% 889,074 741,522 83.4%
Lain-lain PAD yang Sah 100,985 70,845 70.2% 278,841 203,229 72.9%
IIIIIIII BelanjaBelanjaBelanjaBelanja 1,443,7031,443,7031,443,7031,443,703 749,793749,793749,793749,793 51.9%51.9%51.9%51.9% 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 924,747924,747924,747924,747 50.9%50.9%50.9%50.9%
Belanja Tidak Langsung 715,513 416,039 58.1% 1,038,760 585,955 56.4%
• Belanja Pegawai 424,083 280,090 66.0% 486,752 291,239 59.8%
• Belanja Hibah 43,783 16,642 38.0% 300,728 195,072 64.9%
• Belanja Bantuan Sosial 39,720 17,350 43.7% 35,000 0 0.0%
• Belanja Bagi Hasil 205,147 101,192 49.3% 205,000 99,017 48.3%
• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 265 20.7% 1,280 556 43.4%
• Belanja Tidak Terduga 1,500 500 33.3% 10,000 70 0.7%
Belanja Langsung 728,189 333,754 45.8% 779,209 338,793 43.5%
• Belanja Pegawai 60,999 28,762 47.2% 54,819 28,419 51.8%
• Belanja Barang dan Jasa 397,869 187,883 47.2% 372,855 199,277 53.4%
• Belanja Modal 269,321 117,109 43.5% 351,536 111,096 31.6%
IIIIIIIIIIII Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit) (104,273)(104,273)(104,273)(104,273) 274,083274,083274,083274,083 (100,699)(100,699)(100,699)(100,699) 484,873484,873484,873484,873
IVIVIVIV PembiayaanPembiayaanPembiayaanPembiayaan 104,273104,273104,273104,273 109,273109,273109,273109,273 100,699100,699100,699100,699 189,114189,114189,114189,114
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P
2012201220122012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
NoNoNoNo UraianUraianUraianUraianAPBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
60
Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
4.2.4.2.4.2.4.2.2. 2. 2. 2. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan
realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan III-2012 realisasi belanja tercatat sebesar 50,9% dari
total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 51,9%.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak
langsung dengan pangsa masing-masing 42,9% dan 57,1%. Belanja tidak langsung didominasi
oleh belanja pegawai dengan pangsa 46,9% atau mencapai Rp486,75 miliar, sisanya
merupakan belanja hibah (29%), belanja bantuan sosial (3,4%), belanja bagi hasil (19,7%),
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,339,4291,339,4291,339,4291,339,429 100.0100.0100.0100.0 1,023,8761,023,8761,023,8761,023,876 76.476.476.476.4 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 100.0100.0100.0100.0 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 82.182.182.182.1
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 516,085516,085516,085516,085 38.538.538.538.5 374,352374,352374,352374,352 72.572.572.572.5 549,355549,355549,355549,355 32.032.032.032.0 464,869464,869464,869464,869 84.684.684.684.6
- Pajak Daerah 467,523 90.6 353,203 75.5 507,063 92.3 403,982 79.7
- Retribusi Daerah 6,591 1.3 4,607 69.9 7,091 1.3 9,689 136.6
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 23,000 4.5 0 0.0 20,000 3.6 24,298 121.5
- Lain-lain 18,970 3.7 16,542 87.2 15,200 2.8 26,900 177.0
Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan 722,359722,359722,359722,359 53.953.953.953.9 578,679578,679578,679578,679 80.180.180.180.1 889,074889,074889,074889,074 51.851.851.851.8 741,522741,522741,522741,522 83.483.483.483.4
- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)73,360 10 40,287 55 55,000 6.2 69,681 126.7
- Dana Alokasi Umum 619,711 85.8 516,426 83.3 790,534 88.9 658,779 83.3
- Dana Alokasi Khusus 29,288 4.1 21,966 75.0 43,540 4.9 13,062 30.0
Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 100,985100,985100,985100,985 7.57.57.57.5 70,84570,84570,84570,845 70.270.270.270.2 278,841278,841278,841278,841 16.216.216.216.2 203,229203,229203,229203,229 72.972.972.972.9
UraianUraianUraianUraianAPBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD-P 2011 APBD-P 2011 APBD-P 2011 APBD-P 2011
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD
Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011 APBD-P 2012APBD-P 2012APBD-P 2012APBD-P 2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P
2012201220122012
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD
Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
BELANJABELANJABELANJABELANJA 1,443,7031,443,7031,443,7031,443,703 100.0100.0100.0100.0 749,793749,793749,793749,793 51.951.951.951.9 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 100.0100.0100.0100.0 924,747924,747924,747924,747 50.950.950.950.9
Belanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak Langsung 715,513715,513715,513715,513 49.649.649.649.6 416,039416,039416,039416,039 58.158.158.158.1 1,038,7601,038,7601,038,7601,038,760 57.157.157.157.1 585,955585,955585,955585,955 56.456.456.456.4
• Belanja Pegawai 424,083 59.3 280,090 66.0 486,752 46.9 291,239 59.8
• Belanja Hibah 43,783 6.1 16,642 38.0 300,728 29.0 195,072 64.9
• Belanja Bantuan Sosial 39,720 5.6 17,350 43.7 35,000 3.4 0 0.0
• Belanja Bagi Hasil 205,147 28.7 101,192 49.3 205,000 19.7 99,017 48.3
• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 0.2 265 20.7 1,280 0.1 556 43.4
• Belanja Tidak Terduga 1,500 0.2 500 33.3 10,000 1.0 70 0.7
Belanja LangsungBelanja LangsungBelanja LangsungBelanja Langsung 728,189728,189728,189728,189 50.450.450.450.4 333,754333,754333,754333,754 45.845.845.845.8 779,209779,209779,209779,209 42.942.942.942.9 338,793338,793338,793338,793 43.543.543.543.5
• Belanja Pegawai 60,999 8.4 28,762 47.2 54,819 7.0 28,419 51.8
• Belanja Barang dan Jasa 397,869 54.6 187,883 47.2 372,855 47.9 199,277 53.4
• Belanja Modal 269,321 37.0 117,109 43.5 351,536 45.1 111,096 31.6
UraianUraianUraianUraianAPBD -P 2011APBD -P 2011APBD -P 2011APBD -P 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD 2011 APBD 2011 APBD 2011 APBD 2011
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011 APBD -P 2012APBD -P 2012APBD -P 2012APBD -P 2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
61
Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 September 2012
Terhadap PDRB Harga Berlaku
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 11.9111.9111.9111.91
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 464,869464,869464,869464,869 3.933.933.933.93
- Pajak Daerah 403,982 3.41
- Retribusi Daerah 9,689 0.08
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 24,298 0.21
- Lain-lain 26,900 0.23
Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan 741,522741,522741,522741,522 6.266.266.266.26
- Dana Bagi Hasil Pajak 67,674 0.57
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 2,007 0.02
- Dana Alokasi Umum 658,779 5.56
- Dana Alokasi Khusus 13,062 0.11
Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian 202,893202,893202,893202,893 1.711.711.711.71
Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 336336336336 0.000.000.000.00
BELANJABELANJABELANJABELANJA 924,747924,747924,747924,747 7.817.817.817.81
Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah 813,651813,651813,651813,651 6.876.876.876.87
- Belanja Pegawai 319,658 2.70
- Belanja Barang 199,277 1.68
- Belanja Hibah 195,072 1.65
- Belanja Bantuan Sosial 0 0.00
- Belanja Bantuan Keuangan 556 0.00
- Belanja Tak Terduga 70 0.00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 99,017 0.84
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) 111,096111,096111,096111,096 0.940.940.940.94
UraianUraianUraianUraian
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw.III-2012Tw.III-2012Tw.III-2012Tw.III-2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
% thd PDRB% thd PDRB% thd PDRB% thd PDRB
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
belanja bantuan keuangan (0,1%), dan belanja tidak terduga (1%). Sementara itu belanja
langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 47,9%, sisanya merupakan
belanja modal (45,1%) dan belanja pegawai (7%). Komposisi tersebut mengkonfirmasi data
pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor konsumsi.
Berdasarkan tren historisnya, realisasi belanja
modal di triwulan III-2012 tercatat sebagai
pencapaian realisasi terendah (31,60%)
dibandingkan periode yang sama tahun 2009-
2011 sebagaimana ditunjukkan pada grafik 4.4.
Berbagai tantangan dan permasalahan yang
dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya
anggaran belanja modal akan dijelaskan pada isu
strategis Boks.1.
4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. PPPPangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB
Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos
belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)
kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan
belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar
6,87% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan III-2012, sedangkan
realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi
pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi
dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara
yang berkontribusi besar dalam PDRB.
51.10
36.27
43.48
31.60
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3
Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis
% realisasi - Right axis
Grafik 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun
2009-2012
62
BOKS 1BOKS 1BOKS 1BOKS 1. PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORONG AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASI
PEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRUKTURUKTURUKTURUKTUR
Secara umum, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terbagi atas anggaran
pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan bersumber dari
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Di sisi lain, anggaran belanja menunjukkan pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan Pemda sekaligus merupakan stimulus kegiatan ekonomi di daerah. Secara garis besar,
kegiatan belanja dapat dibagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja
bunga, belanja subisidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap atau inventaris yang memberikan manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset. Belanja modal meliputi belanja tanah, belanja gedung & bangunan, belanja
peralatan & mesin, belanja jalan, irigasi, & jaringan, serta belanja fisik lainnya. Dari rincian
tersebut nampak bahwa belanja modal erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur yang
menunjang peningkatan kapasitas perekonomian suatu daerah.
Pertumbuhan (growth) belanja modal di wilayah Sulawesi Utara selama 4 tahun terakhir
menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2010 misalnya, pertumbuhan belanja modal tercatat
mengalami pertumbuhan negatif, hal ini disebabkan realisasi anggaran belanja modal lebih
sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga mengalami perlambatan.
18.47%
45.95%
-11.90%
9.13%
-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%
2008
2009
2010
2011
Grafik 1. Perkembangan Belanja Modal APBD Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
63
Kontribusi pemerintah daerah
dalam pembangunan dapat dilihat dari
formula pembentuk PDRB yang terdiri
atas komponen Konsumsi Rumah
Tangga, Konsumsi Pemerintah,
Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB), Ekspor, dan Impor. Realisasi
belanja modal dalam APBD menjadi
salah satu pembentuk PDRB dari
komponen konsumsi pemerintah. Untuk
wilayah Sulawesi Utara, realisasi belanja modal dibandingkan PDRBnya pada tahun 2008
tercatat sebesar 0,99% dan pada tahun 2011 tercatat sebesar 1,18%, namun sempat
mengalami penurunan pada tahun 2010. Dari data tersebut terlihat bahwa proporsi belanja
modal terhadap PDRB masih relatif kecil dan dengan tendensi yang berfluktuatif setiap
tahunnya menyesuaikan dengan agenda pemerintah khususnya dalam rangka pengembangan
infrastruktur. Sebagai contoh di tahun 2009 dimana terdapat perhelatan berskala internasional,
World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit, proporsi belanja modal meningkat cukup
tajam menjadi 1,41% yang alokasinya lebih banyak digunakan untuk pembangunan
infrastruktur pendukung untuk menyukseskan event dimaksud.
Sejalan dengan analisa diatas,
untuk mengetahui alokasi belanja
modalnya, dapat dilihat dari rasio Belanja
Modal (BM) terhadap Total Belanja
Daerah (TBD). Dari hasil analisa terlihat
bahwa rasio BM/TBD untuk Sulawesi
Utara juga mengalami penurunan
selama kurun waktu 2008-2011 dari
26,38% pada tahun 2008 menjadi
21,74% pada tahun 2011. Sampai
dengan semester III-2012 pun terlihat bahwa rasio Belanja Modal (BM) terhadap Total Belanja
Daerah (TBD) masih sekitar 12,01%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum di Sulawesi
Utara, proporsi belanja modal semakin menurun.
0.99%
1.41%
0.89%
1.18%
0.00% 0.50% 1.00% 1.50%
2008
2009
2010
2011
Grafik 2. Perbandingan Belanja Modal Terhadap PDRB Harga Berlaku
Sumber: Biro Keuangan & BPS Sulut, diolah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
Grafik 3. Perbandingan Belanja Modal Terhadap Total Belanja
26.38%
25.85%
22.00%
21.74%
12.01%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
2008
2009
2010
2011
2012*)
64
Proyek-proyek pemerintah
daerah yang dibiayai oleh APBD
terutama terkait dengan belanja modal
pengadaan konstruksi jalan, konstruksi
jembatan, jaringan air, instalasi listrik
dan telepon, serta bangunan. Dalam
kurun waktu 4 tahun terakhir, terlihat
bahwa sebagian besar anggaran belanja
modal di Sulawesi Utara digunakan
untuk membiayai pengadaan konstruksi
jalan. Hal ini sejalan dengan upaya membuka akses transportasi di Sulawesi Utara yang masih
menjadi prioritas penting untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat
termasuk mendukung distribusi barang maupun jasa.
Perkembangan realisasi belanja
modal pada semester III-2012 terhadap
total anggaran belanja modal tahun
2012 di Sulawesi Utara baru mencapai
31,60%, atau mencapai titik
terendahnya di periode yang sama
sepanjang 2009-2012. Selanjutnya, dari
hasil liaison kepada Badan Keuangan
Daerah Provinsi diperoleh informasi
bahwa sebagian besar proyek prioritas
di daerah telah dibiayai dari belanja
modal. Namun demikian masih terdapat
beberapa pembangunan fisik yang tidak dibiayai belanja modal yaitu proyek fisik yang akan
menjadi aset pemerintah kabupaten/kota. Proyek tersebut dibiayai dari komponen belanja hibah
meskipun proyek tersebut merupakan proyek pembangunan fisik.
51,10
36,27
43,48
31,60
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3
Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis
% realisasi - Right axis
Grafik 4. Realisasi Pembiayaan Proyek Pemerintah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
Grafik 5. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun
2009-2012
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Belanja modal pengadaankonstruksi jalan
Belanja modal pengadaankonstruksi jembatan
Belanja modal pengadaanjaringan air
Belanja modal instalasilistrik dan telepon
Belanja modalkonstruksi/bangunan
2008 2009 2010 2011
65
Tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya
anggaran belanja modal secara optimal dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Perencanaan
Kelemahan perencanaan yang dilakukan pada tengah tahun anggaran, menyebabkan
realisasi APBD khususnya belanja modal untuk tahun anggaran selanjutnya menjadi tidak
optimal.
2) Birokrasi/ketentuan
a. Sulitnya tender terhadap barang-barang modal menyebabkan proses pengadaan berjalan
lambat, sehingga seringkali realisasi baru dilakukan pada periode selanjutnya.
b. Lambatnya proses pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran dan pencairan anggaran
belanja modal.
3) Teknis
a. Kurangnya kompetensi SDM Pemda yang memiliki keahlian dalam proses pengadaan
barang.
b. Kendala teknis di lapangan seperti cuaca dan tenaga kerja terkadang memperlambat
proses penyelesaian proyek pemerintah daerah.
Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan penyerapan anggaran sangat kecil
pada triwulan I dan II sehingga harus dilaksanakan pada triwulan berikutnya (carry over).
Keterlambatan pencairan ini menyebabkan penumpukan realisasi pada triwulan IV relatif besar.
Hal ini berpotensi terjadi peningkatan uang beredar yang sangat besar di akhir tahun.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu
pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai
maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6
tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu
dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen
pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai
representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik
tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara.
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring)
di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi
Utara pada triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga terjadi pada
sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS) pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan
III-2012 mengalami peningkatan yang bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri
yang jatuh pada periode laporan.
5.1.5.1.5.1.5.1. Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran Tunai
5.1.1.5.1.1.5.1.1.5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow))))
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan
laporan, aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (inflow)
sehingga secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp11 miliar. Dilihat dari data
historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana pada saat
bertepatan dengan moment/perayaan hari raya keagamaan, aliran uang kartal selalu
mengalami siklus net outflow.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
70
Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp836,53 miliar, relatif
mengalami penurunan sebesar 15,50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Sementara itu, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp846,08 miliar atau turun 31,79% (yoy).
Apabila dilihat secara bulanan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
mengalami baik net outflow maupun net inflow selama triwulan III-2012. Net outflow terjadi
pada Juli dan Agustus 2012 masing-masing secara berturut-turut sebesar Rp49,41 miliar dan
Rp97,73miliar. Besarnya net outflow pada Juli dan Agustus 2012 bertepatan dengan moment
bulan puasa dan Idul Fitri. Selanjutnya pada September 2012 (pasca hari raya Idul Fitri) aliran
kas mulai mengalami net inflow sebesar Rp136,70 miliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
5.1.2.5.1.2.5.1.2.5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan
melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah
lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan
yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan
untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Selama triwulan III-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 2,96%, lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 37,98%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Inflow (+) 617 303 482 383 750 327 989 382 1,15 453 836
Outflow (-) -0.7 -525 -799 -896 -155 -510 -1,2 -1,5 -184 -885 -846
Net Flow 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 -1,1 975 -431 -11
836
-846
-2,000
-1,500
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500miliar
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
71
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Rp25 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang
kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan
mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga
akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3.5.1.3.5.1.3.5.1.3. Perkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas
titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank
umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Inflow 617 303 482 383 750 327 989 382 1,159 453 836
PTTB 261 297 309 474 326 329 376 414 435 45 25
Rasio 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9 108. 37.5 10.0 2.96
-
40
80
120
160
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400% Miliar
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
72
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan posisi net
inflow sebesar Rp121 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di
Gorontalo tercatat Rp947 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp825 miliar.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Pada triwulan III-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar
Rp14 miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp71 miliar, lebih tinggi
dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp57 miliar.
5.1.4.5.1.4.5.1.4.5.1.4. Penemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang Palsu
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 59 lembar atau secara
nominal tercatat sebesar Rp4,43 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 126 lembar atau secara nominal sebesar Rp9,25 juta. Secara
historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah
uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang
palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang
palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan
masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi
dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan
terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan
proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk
dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.2.5.2.5.2.5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran Non----TunaiTunaiTunaiTunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan
pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1.5.2.1.5.2.1.5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2012 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 93.738 lembar dengan nilai Rp2.350
miliar atau meningkat baik secara volume dan nominalnya masing-masing sebesar 2,46% (yoy)
dan 8,14% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan
rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak
1.538 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp38,64 miliar atau tumbuh sebesar 8,69% (yoy).
Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa
perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 54 36 19 31
- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 31 57 32 26
- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 10 16 2 1
- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 7 7 4 1
- Rp5.000,- 3 - - - - - - 1 - - -
- Rp1.000,- - - - - - - - - - - -
TotalTotalTotalTotal 37373737 3333 106106106106 49494949 26262626 75757575 126126126126 103103103103 116116116116 57575757 59595959
2011201120112011 20122012201220122010201020102010PecahanPecahanPecahanPecahan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
74
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,26% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 19,75% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,57%.
5.2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2. RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir
transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini
dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi
RTGS selama triwulan III-2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp4.400 miliar
atau mengalami peningkatan nilai sebesar 46,31% (yoy). Berbeda dengan tren perkembangan
jumlah nilainya, volume RTGS pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar
0,80% (yoy) dari 6.222 transaksi di triwulan III-2011 menjadi 6.172 transaksi pada triwulan III-
2012.
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring
a. Lembar 80,909 86,567 91,486 91,789 86,147 93,606 93,738
b. Nominal (Rp miliar) 1,915 2,093 2,167 2,279 2,151 2,294 2,350
Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,310 1,418 1,501 1,434 1,367 1,510 1,538
b. Nominal (Rp miliar) 31.01 34.31 35.55 35.62 34.13 37.02 38.64
Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 1.78 1.71 1.57 1.67 1.39 1.46 1.26
b. Nominal (%) 1.99 2.23 1.40 2.12 1.72 3.00 1.59
KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN2011201120112011 2012201220122012
NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai
(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)
Jul 234 875 684 1,201 918 2,076
Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209
Sep 230 833 759 1,104 988 1,937
Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222
Oct 232 936 590 1,121 821 2,057
Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393
Dec 336 997 750 897 1,087 1,894
Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344
Jan 214 714 425 849 640 1,563
Feb 273 868 673 1,025 946 1,893
Mar 324 1,033 813 1,156 1,138 2,189
Tw I-2012 811 2,615 1,911 3,030 2,723 5,645
Apr 303 988 668 1,132 971 2,120
Mei 273 963 687 1,169 960 2,132
Jun 271 917 713 1,150 985 2,067
Tw II-2012 847 2,868 2,069 3,451 2,916 6,319
Jul 331 998 689 1,150 1,020 2,148
Aug 310 857 707 1,292 1,016 2,149
Sep 261 819 625 1,056 887 1,875
Tw III-2012 902 2,674 2,022 3,498 4,400 6,172
Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %) 24.3624.3624.3624.36 3.043.043.043.04 -11.41-11.41-11.41-11.41 -3.56-3.56-3.56-3.56 46.3146.3146.3146.31 -0.80-0.80-0.80-0.80
PeriodePeriodePeriodePeriode
FROMFROMFROMFROM TOTOTOTO FROM + TOFROM + TOFROM + TOFROM + TO
VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
77
PERKPERKPERKPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
DANDANDANDAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan, meskipun belum mengindikasikan adanya perbaikan signifikan. Hal ini
tercermin dari menurunnya jumlah penduduk bekerja ditengah menurunnya jumlah
pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang
dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja
mengalami penurunan, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
pada periode laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih terjadi penambahan
tenaga kerja terutama pada sektor bangunan (SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor
bangunan di Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif
tetap. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka indeks
ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 144,83.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus
meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan
masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level optimis dan pada periode
laporan, sejalan dengan turunnya tingkat kemiskinan.
6.16.16.16.1. . . . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Indikator ketenagakerjaan pada triwulan III-2012 di Sulawesi Utara belum mengindikasikan
adanya perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari menurunnya jumlah penduduk bekerja
ditengah penurunan jumlah pengangguran. Secara relatif angka pengangguran Sulawesi Utara
menunjukkan penurunan dari 8,32% pada Februari 2012 menjadi 7,79% pada bulan Agustus
2012. Namun demikian, angka pengangguran Sulawesi Utara masih di atas angka
pengangguran nasional yang tercatat sebesar 6,14% pada Augustus 2012.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
78
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus 2012 terkoreksi
menjadi 61,93% dari 66,82% pada Februari 2012. Penurunan TPAK mengindikasikan
terjadinya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.
Penurunan jumlah angkatan kerja sebesar 76,5 ribu orang selama periode Februari 2012-
Agustus 2012 terjadi karena adanya drop out penduduk bekerja secara relatif sebesar 64,7 ribu
orang serta berkurangnya pencari kerja sebesar 11,9 ribu orang.
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Sebanyak
10,38% angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja),
atau 50,4 ribu orang. Sedangkan di perdesaan tingkat pengangguran tercatat 5,50% atau 30,4
ribu orang. Tingkat dan jumlah pengangguran baik di perdesaan maupun perkotaan pada
Agustus 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Februari 2012.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja
yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (32,6%), mengalami pertumbuhan sebesar 2,45% (yoy).
Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan
kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 212,7 ribu orang (19,8%).
Dilihat dari tren sektoralnya, kontribusi sektor pertanian cenderung menurun, sementara sektor
lainnya mengalami fluktuasi cukup tinggi. Selama kurun waktu Februari 2012 s/d Agustus 2012
Penduduk 15 Thn ke atas 1.685,5 1.694,1 1.710,9 1.637,4 1.651,0 1.659,8 1.668,1 1.676,2
Angkatan Kerja 1.077,2 1.051,1 1.074,3 1.036,6 1.068,4 1.084,2 1.114,7 1.038,1
Bekerja 962,6 940,2 961,6 936,9 970,2 990,7 1.022,0 957,3
Mencari Kerja 114,5 111,0 112,6 99,6 98,2 93,5 92,7 80,8
Bukan Angkatan Kerja 608,3 643,0 636,7 600,8 582,6 575,6 553,4 638,1
TPAK 63,91 62,0 62,79 63,31 64,71 65,32 66,82 61,9
TPT 10,63 10,56 10,48 9,61 9,19 8,62 8,32 7,8
Aug-12Aug-12Aug-12Aug-12Feb-12Feb-12Feb-12Feb-12Ags-09Ags-09Ags-09Ags-09 Feb-10Feb-10Feb-10Feb-10 Aug-10Aug-10Aug-10Aug-10 Feb-11Feb-11Feb-11Feb-11Feb-09Feb-09Feb-09Feb-09 Aug-11Aug-11Aug-11Aug-11
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Perkotaan 54,60 11,40 57,30 11,37 58,80 11,31 50,40 10,38
Pedesaan 43,60 7,40 36,20 6,24 33,90 5,70 30,40 5,50
Sulawesi Utara 98,20 9,16 93,50 8,62 92,70 8,32 80,80 7,79
Agustus 2012Februari 2012
Daerah
Februari 2011 Agustus 2011
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
79
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut
Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
terjadi shifting lapangan pekerjaan dari sektor pertanian dan perdagangan ke sektor konstruksi
dan jasa kemasyarakatan. Hal ini terindikasi dari terjadinya drop out tenaga kerja pada sektor
pertanian dan perdagangan masing-masing sebesar 35 ribu dan 23,2 ribu orang dan
bertambahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor konstruksi dan jasa kemasyarakatan
masing-masing sebanyak 12,6 ribu dan 14 ribu orang.
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini,
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan & Perikanan
32,6%
Pertambangan dan Penggalian
3,1%
Industri6,0%
Listrik/Gas/Air Minum0,4%
Konstruksi7,9%
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi19,8%
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi8,3%
Lemb Keuangan/Real Estate/Persewaan dan
Jasa Perusahaan2,6%
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
19,1%
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Perikanan
333,0 357,5 338,9 321,1 347,2 312,2
Pertambangan dan
Penggalian* * * *
36,3 30,0
Industri 57,4 50,6 69,2 66,0 73,6 57,9
Listrik/Gas/Air Minum * 4,1 3,8
Konstruksi 57,3 59,1 61,3 * 63,4 76,0
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
178,3 172,7 186,7 196,2 212,7 189,5
Transportasi, Pergudangan
dan Komunikasi
97,5 77,9 69,6 *
85,3 79,7
Lembaga Keuangan/Real
Estate/persewaan dan Jasa
19,3 15,0 19,7 *
30,0 24,9
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan
183,0 182,3 182,1 199,6 169,3 183,3
Lainnya * 35,8 21,8 42,7 207,8 - -
Total 961,6 936,9 970,2 990,7 1.021,9 957,3
Lapangan Pekerjaan Utama20122010 2011
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
80
Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
maka pada Agustus 2012 sekitar 412,1 ribu pekerja (44,4%) bekerja pada kegiatan formal dan
545,2 ribu pekerja(55,6%) bekerja pada kegiatan informal.
Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak
sebagai buruh/karyawan (39,1%) dan diikuti berusaha sendiri (26,7%). Dalam periode satu
semester terakhir (Februari 2012– Agustus 2012) berkurangnya jumlah tenaga kerja didominasi
pada pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja
keluarga. Pada pekerja status berusaha dibantu buruh tetap hanya sedikit berkurang.
Sedangkan pekerja dengan status buruh/karyawan bertambah sekitar 24,7 ribu. Dengan kata
lain pada periode semester ini berkurangnya jumlah penduduk bekerja sebagian besar
merupakan pekerja informal dan di sisi lain justru ada penambahan/peralihan pada pekerja
formal.
Berdasarkan sebaran jumlah pengangguran menurut kabupaten/kota, Kota Manado menempati
peringkat pertama dengan jumlah pengangguran sebesar 20,9 ribu jiwa dan yang terendah
adalah Kabupaten Siau dengan jumlah pengangguran sebesar 1,2 ribu jiwa.
Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah
pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja mengalami
penurunan, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada periode
laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih terjadi penambahan tenaga kerja
terutama pada sektor bangunan (SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di
Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap.
Berusaha Sendiri 286,7 259,6 242,9 250,2 270,8 280,1 255,3
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap - Buruh Tidak
Dibayar
129,3 128,0 102,4 131,9 114,5 127,3 89,5
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap-Buruh Dibayar
42,9 41,0 45,9 47,0 42,4 39,1 38,2
Buruh/Karyawan 284,8 322,3 332,7 335,9 347,7 349,3 374,0
Pekerja Bebas Pertanian 48,0 52,0 74,3 43,3 55,1 47,5 51,0
Pekerja Bebas Non Pertanian 55,1 58,5 40,4 52,3 60,3 57,2 53,0
Pekerja Tak Dibayar 93,4 100,3 98,6 109,6 99,9 121,4 96,3
TotalTotalTotalTotal 940,2 940,2 940,2 940,2 961,6 961,6 961,6 961,6 936,9 936,9 936,9 936,9 970,2 970,2 970,2 970,2 990,7 990,7 990,7 990,7 1022 1022 1022 1022 957 957 957 957
Ags-11Ags-11Ags-11Ags-11Feb-10Feb-10Feb-10Feb-10Status PekerjaanStatus PekerjaanStatus PekerjaanStatus Pekerjaan Ags-09Ags-09Ags-09Ags-09 Feb-11Feb-11Feb-11Feb-11Aug-10Aug-10Aug-10Aug-10 Feb-12Feb-12Feb-12Feb-12 Ags-12Ags-12Ags-12Ags-12
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
81
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usahan (SKDU) KPwBI Prov. Sulut
Grafik 6.2. Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut
Tabel 6.5. Perkembangan TPAK dan Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Jumlah
(Ribu)TPT (%)
Jumlah
(Ribu)TPT (%)
Kab. Bolaang Mengondow 63,21 58,13 5,2 5,46 5,2 5,84
Kab. Minahasa 65,77 62,18 14,2 9,20 9,1 6,14
Kab. Kepulauan Sangihe 64,09 60,55 4,5 7,34 3,6 6,19
Kab. Kepulauan Talaud 65,61 74,89 3,1 7,91 1,6 3,47
Kab. Minahasa Selatan 65,20 62,18 5,7 6,13 6,8 7,54
Kab. Minahasa Utara 65,13 62,32 8,1 8,98 9,4 10,82
Kab. Bolaang Mengondow Utara 63,18 55,00 1,5 5,03 1,6 5,97
Kab. Kep. Siau Tagolandang Biaro (Sitaro) 62,67 58,66 1,5 4,80 1,2 4,28
Kab. Minahasa Tenggara 64,34 64,21 3,2 6,96 2,6 5,67
Kab. Bolaang Mongondow Selatan 64,22 55,53 2,0 8,16 1,3 5,95
Kab. Bolaang Mongondow Timur 64,40 56,68 1,9 6,43 2,5 9,58
Kota Manado 66,40 63,02 23,4 11,48 20,9 10,85
Kota Bitung 68,08 61,52 10,1 11,30 6,3 7,72
Kota Tomohon 64,17 63,18 3,9 8,79 3,8 8,68
Kota Kotamobagu 67,02 65,07 5,2 10,05 4,8 9,42
TotalTotalTotalTotal 65,3265,3265,3265,32 61,9361,9361,9361,93 93,593,593,593,5 8,628,628,628,62 80,880,880,880,8 7,797,797,797,79
TPAK (%)TPAK (%)TPAK (%)TPAK (%) Pengangguran TerbukaPengangguran TerbukaPengangguran TerbukaPengangguran Terbuka
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota Agustus
2011
Agustus
2012
Agustus 2011 Agustus 2012
Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka indeks
ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 144,83.
Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi
bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
82
Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &
Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
pada triwulan III tahun 2012 menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini
tercermin dari indeks penghasilan saat ini dan
pembelian barang tahan lama hasil Survei
Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Prov. Sulut yang berada pada level optimis yakni
masing-masing tercatat sebesar 172 dan 165,5,
meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu
yang masing-masing tercatat sebesar 125 dan
144,5.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat
bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera. Hal ini juga tercermin dari
pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan
biaya produksi.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
83
Tabel 6.6. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Grafik 6.6. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2012 sebesar 100,63,
sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,3. Kedua
komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)
mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IB lebih besar dibandingkan kenaikan IT,
maka terjadi penurunan rata-rata NTP pada triwulan III-2012. Adapun kenaikan IB terutama
datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi
rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk
kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Indeks Diterima Petani 134,69 135,72 135,70 135,81 136,59 1,41% 0,57%
Indeks Dibayar Petani 130,00 130,27 132,11 134,06 135,74 4,42% 1,25%
Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah Tangga 134,30134,30134,30134,30 134,60134,60134,60134,60 136,81136,81136,81136,81 139,27139,27139,27139,27 141,40141,40141,40141,40 5,29%5,29%5,29%5,29% 1,53%1,53%1,53%1,53%
Bahan Makanan 147,92 147,96 151,08 154,96 158,26 6,99% 2,13%
Makanan Jadi 133,46 133,93 135,89 138,26 140,92 5,59% 1,93%
Perumahan 120,34 121,14 122,63 123,69 124,31 3,30% 0,50%
Sandang 116,97 117,06 118,01 118,25 118,57 1,37% 0,27%
Kesehatan 120,68 121,35 123,18 124,50 125,71 4,16% 0,97%
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 113,43 113,75 114,85 114,85 114,97 1,35% 0,10%
Transportasi dan Komunikasi 112,31 112,26 112,27 112,55 112,82 0,45% 0,24%
BPPBMBPPBMBPPBMBPPBM 117,32117,32117,32117,32 117,48117,48117,48117,48 118,27118,27118,27118,27 118,72118,72118,72118,72 119,03119,03119,03119,03 1,45%1,45%1,45%1,45% 0,26%0,26%0,26%0,26%
Bibit 111,18 111,21 111,57 111,43 111,31 0,12% -0,11%
Obat-obatan & Pupuk 119,01 118,90 120,29 121,08 121,17 1,81% 0,08%
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111,78 111,80 111,95 112,07 112,21 0,38% 0,12%
Transportasi 119,78 119,80 119,98 120,09 120,29 0,42% 0,17%
Penambahan Barang Modal 121,41 121,65 121,92 122,36 122,78 1,13% 0,35%
Upah Buruh Tani 113,15 113,44 114,38 114,76 115,11 1,73% 0,30%
Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks) 103,61103,61103,61103,61 104,19104,19104,19104,19 102,73102,73102,73102,73 101,30101,30101,30101,30 100,63100,63100,63100,63 -2,88%-2,88%-2,88%-2,88% -0,67%-0,67%-0,67%-0,67%
2012201220122012
IndeksIndeksIndeksIndeks Growth (%)Growth (%)Growth (%)Growth (%)
yoyyoyyoyyoy qtqqtqqtqqtqRincianRincianRincianRincian 2011201120112011
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
84
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan pada tahun 2011.
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan
September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak
194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi
sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa
periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan
pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun
2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada
dibawah angka nasional.
MakananMakananMakananMakananBukan Bukan Bukan Bukan
MakananMakananMakananMakananTotalTotalTotalTotal
PerdesaanPerdesaanPerdesaanPerdesaan
Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04
Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05
Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14
Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37
Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25
Kota & DesaKota & DesaKota & DesaKota & Desa
Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10
Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79
Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10
Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51
Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
TahunTahunTahunTahun
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
MiskinMiskinMiskinMiskin
% Penduduk % Penduduk % Penduduk % Penduduk
MiskinMiskinMiskinMiskin
Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.8. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.7. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18%
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
85
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010
menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan
nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient
pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan
Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari
kemiskinan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami
penurunan menjadi 77,45%.Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011
ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi
non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
TahunTahunTahunTahun KotaKotaKotaKota DesaDesaDesaDesa TotalTotalTotalTotal
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2007 1.30 2.33 1.88
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2010 1.12 1.16 1.14
Maret 2011 1.11 1.16 1.14
September 2011 0.20 1.22 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2007 0.31 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.45 0.38
Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Maret 2011 0.30 0.19 0.24
September 2011 0.31 0.25 0.28
Tabel 6.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
86
menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan
terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi
yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1
berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak
kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis
kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1
yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai
indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
PROSPEK PEREKONOMIAN
89
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012
PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN
7.7.7.7.1. 1. 1. 1. Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran
8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-
2012 antara lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun
anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha, Santa Claus’s Day dan
Hari Natal) serta Tahun Baru 2012. Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala
internasional dan nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang pertumbuhan
ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif dimana musim penghujan
relatif tinggi diprediksikan akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi
menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara menunjukkan adanya
penurunan ekspektasi pelaku usaha
terhadap dunia usaha yang ditandai
dengan turunnya indikator ekspektasi
kegiatan usaha pada triwulan IV-2012
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 7,23%, lebih rendah dari
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada
triwulan IV-2012 dengan SBT sebesar 20,84%. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya,
sektor pertanian diperkirakan akan mengalami penurunan yang cukup tajam, tercermin dari
nilai SBT yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,94%. Sementara ekspektasi kegiatan
usaha sektor PHR diperkirakan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut
pada triwulan laporan.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan
mengalami peningkatan terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 26
Oktober, Santa Claus’s Day 5 Desember 2012, Natal dan tahun baru. Tingginya aktivitas belanja
masyarakat pada triwulan laporan tercermin hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulut pada
Oktober 2012 yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami kenaikan dari 151 pada
PROSPEK PEREKONOMIAN
90
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Pelaku Usaha, diolah
September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012. Peningkatan Indeks Keyakinan
Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh komponen penyusunnya, yakni indeks
penghasilan saat ini (173,50) dan indeks ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks
pembelian barang tahan lama (121,5) sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2. Peningkatan
indeks pembelian barang tahan lama tercermin dari meningkatkan perkiraan penjualan
kendaraan bermotor seperti digambarkan pada Tabel 7.1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada
indeks ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan yang juga menunjukkan
adanya tren peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik 7.3.
Selanjutnya kinerja investasi memasuki triwulan IV-2012 juga diperkirakan mengalami
peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya realisasi proyek fisik baik pemerintah
maupun swasta memasuki akhir tahun anggaran. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan perkembangan
indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 18,97% (yoy) dari 158,37 pada Oktober 2012
menjadi 188,43 pada Oktober 2012. Sejalan dengan hasil survei, penjualan semen di Sulawesi
Utara pada triwulan IV-2012 diproyeksikan juga mengalami tren peningkatan, hal ini tercermin
dari kenaikan penjualan sebesar 21,73% (yoy) dari 44,98 ribu ton pada Oktober 2011 menjadi
53,27 ribu ton pada Oktober 2012.
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
e
July
Au
g
Sep
Oct
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini
JanJanJanJan FebFebFebFeb MarMarMarMar AprAprAprApr Mei Mei Mei Mei JunJunJunJun JulJulJulJul AugAugAugAug Sept Sept Sept Sept OktOktOktOkt NovNovNovNov DesDesDesDes
2010 173 169 187 183 158 231 244 225 204 220 238 273
2011 205 295 320 263 262 281 285 299 259 276 636 272
2012 258 243 295 300 300 300 257 245 229 350*) 350*) 350*)
2010201020102010TahunTahunTahunTahun
Tabel 7.1. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara (dalam unit)
PROSPEK PEREKONOMIAN
91
Ket: *) Proyeksi KPw Provinsi Sulut Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.2. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2012
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulut
Selain itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi
Utara, terdapat 4 (tiga) rencana investasi yang masuk pada triwulan III-2012 yang diperkirakan
akan terealisasi pada triwulan IV-2012 diantaranya untuk sektor Industri pengolahan minyak
kelapa sawit dan pengolahan ikan.
Sementara itu, kinerja ekspor Sulut pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Hal ini salah satunya diindikasikan dari data arus masuk dan keluar barang di
pelabuhan Bitung yang mencatat pertumbuhan positif pada ekspor dan perlambatan yang
terjadi pada impor.
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
Grafik 7.5. Perkembangan Penjualan Semen
Rencana
Investasi
Realisasi
Investasi
( US$ ) ( US$ ) WNI WNA
1
PT. Global
International
Indah
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya.
11.106.482 - 1.12 - Singapura Bolmong
2
PT.
International
Alliance Food
Indonesia
Industri pengolahan dan
pengawetan ikan dan
biota air (bukan udang)
dalam kaleng serta
biota air lainnya.
5.000.000 - 400 - Philipina Bitung
3
PT. Anugerah
Sulawesi
Indah
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
21.074.654 - 1.45 - Singapura Bolmong
4
PT. Bolmong
Indah
Perkasa
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
20.738.921 - 1.71 - Singapura Bolmong
JUMLAH 92.727.119 - 7.988 -
No.Nama
PerusahaanBidang Usaha
Tenaga Kerja Asal
Negara Ket.
PROSPEK PEREKONOMIAN
92
Tabel 7.3. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung
Sumber: PT. Pelindo (Persero) Bitung
Dari sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi
terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan IV 2012 sejalan dengan hasil tracking
perkembangan beberapa indikator yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
perdagangan dan juga maraknya event yang berlangsung selama Oktober 2012. Peningkatan
kinerja sektoral juga terjadi pada sektor bangunan sebagai dorongan peningkatan realisasi
belanja fisik pemerintah yang memasuki akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja sektor
pertanian pada triwulan laporan diperkirakan masih masih tetap tumbuh positif, yang ditandai
dengan peningkatan hasil produksi padi. Namun perlu diwaspadai adanya perubahan cuaca
yang berpotensi menggangu hasil produksi pertanian di akhir tahun.
Sektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan Restorantorantorantoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)
Tren perkembangan indikator pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada
triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
(Juli-September 2012). Peningkatan ini terutama didorong oleh faktor musiman perayaan
keagamaan (Idul Adha dan hari Natal) dan Tahun Baru.
� Tingginya aktivitas belanja masyarakat pada Oktober 2012 tercermin hasil Survei
Konsumen KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme
masyarakat terhadap kondisi perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen
mengalami kenaikan dari 151 pada September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012.
Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh
komponen penyusunnya, yakni indeks penghasilan saat ini (173,50) dan indeks
ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks pembelian barang tahan lama (121,5)
sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2 dan 7.3.
Ekspor/ImporEkspor/ImporEkspor/ImporEkspor/Impor SatuanSatuanSatuanSatuan Q4-2011Q4-2011Q4-2011Q4-2011 Q4-2012Q4-2012Q4-2012Q4-2012 Growth Growth Growth Growth
(yoy) (yoy) (yoy) (yoy)
Impor Ton 31,636 19,170 -39.40%
Ekspor Ton 69,380 119,026 71.56%
Bongkar (impor) Ribu Ton 849 734 -13.49%
Muat (ekspor) Ribu Ton 199 203 2.20%
Perdagangan LNPerdagangan LNPerdagangan LNPerdagangan LN
Perdagangan DNPerdagangan DNPerdagangan DNPerdagangan DN
PROSPEK PEREKONOMIAN
93
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
� Dari sisi produsen, hasil Survei Penjualan
Eceran KPw BI Provinsi Sulut juga
menunjukkan adanya peningkatan
penjualan eceran yang tercermin dari
perkiraan Indeks Penjualan pada Oktober
2012 sebesar 231,18, mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 207,90
(Grafik 7.6). Berdasarkan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), indeks
yang mengalami peningkatan pada
Oktober 2012 diantaranya indeks peralatan
rumah tangga (270,23), indeks makanan dan tembakau (456,05), indeks pakaian dan
perlengkapannya (132,96), indeks bahan kimia (196,70), indeks peralatan tulis (133,27 dan
indeks bahan bakar (57,91), . Peningkatan pada beberapa klasifikasi ini sejalan dengan
tingginya aktivitas belanja masyarakat serta adanya perayaan hari raya Idul Adha yang
jatuh pada akhir Oktober 2012.
� Subsektor hotel juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pada Oktober 2012,
seiring dengan penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional diantaranya:
• Perhelatan Asian Solidarity Economy Forum (ASEF) yang telah dilaksanakan pada
tanggal 1-3 Oktober 2012 yang dihadiri oleh 500 peserta dari 16 negara.
• Kongres Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dari seluruh cabang di Indonesia
yang diperkirakan mencapai 1.200 peserta.
• Pelaksanaan event Colombo Plan yang akan dilaksanakan pada tanggal 11-12 Oktober
2012 dengan peserta dari 27 negara anggota Colombo Plan.
• Pertemuan bilateral ekonomi antara Indonesia dan pengusaha Uni Eropa (UE) di
Manado pada tanggal 23 Oktober dengan peserta sejumlah negara seperti Swis,
Norwegia, Skotlandia, Austria dan beberapa negara lainnya.
Sektor BangunanSektor BangunanSektor BangunanSektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan diperkirakan terus mengalami pertumbuhan positif seiring dengan
meningkatnya realisasi proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun anggaran.
Pembangunan berbagai proyek infrastruktur pemerintah dan swasta telah mendorong
peningkatan belanja konstruksi yang tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran yang
Grafik 7.6. Perkembangan Indeks Penjualan Riil
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
100
200
300
400
500
600
Jan
Feb
Ma
rA
pr
Me
iJu
nJu
lA
gu
stS
ep
Ok
tN
op
De
sJa
nFe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Ag
ust
Se
pO
kt
2011 2012
Indeks Riil PenjualanPakaian & perlengkapannyaMakanan & tembakauBahan bakargIndeks Riil Penjualan (%) -right axis
PROSPEK PEREKONOMIAN
94
Tabel 7.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
Ket: *) Angka Perkiraan Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulut
Grafik 7.7. Perkembangan Produksi, Luas Panen& Produktivitas Padi
Ladang&Padi Sawah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
memperlihatkan perkembangan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 18,97% (yoy) dari
158,37 pada Oktober 2012 menjadi 188,43 pada Oktober 2012 (Grafik 7.4). Indikator lainnya
yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah penjualan semen (grafik 7.5).
Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan
diantaranya :
• Pembangunan infrastruktur publik di Kabupaten Kepualauan Talaud dengan alokasi dana
yang bersumber dari PNPM-MP sebesar Rp2,75 miliar. (Tabel 3)
• Kegiatan pembangunan bandara di Pulau Miangas telah memasuki tahap pemersihan lahan
untuk pembuatan landasan pacu dengan panjang 200 meter dengan lebar 75 meter.
• Perbaikan kualitas jalan di desa Wanga-Picuan yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan
dengan alokasi dana sebesar Rp3,3 miliar.
• Sebesar 45% dari total belanja modal APBD-P Kabupaten Minahasa sebesar Rp11,6 miliar
akan digunakan untuk perbaikan ruas jalan.
Sektor PertanianSektor PertanianSektor PertanianSektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada awal triwulan IV-2012 diperkirakan mengalami peningkatan, hal
ini ditunjukkan oleh perkiraan hasil luas panen dan produksi beras yang mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 12,38% (yoy) dan 8.73% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun lalu sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 7.4.
Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif dimana musim penghujan relatif
diprediksikan akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi menganggu pasokan
komoditas pertanian.
Sektor PeSektor PeSektor PeSektor Pengangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan terus
mengalami peningkatan, hal ini didorong oleh tren kenaikan harga ongkos angkutan udara
1 Luas Panen (Ha) 26,659 29,960 12.38%
2 Produksi Gabah (ton) 138,001 150,047 8.73%
3 Produksi Beras (ton) 87,217 94,830 8.73%
No Komponen Q4-2011 Q4-2012Growth
(yoy)
PROSPEK PEREKONOMIAN
95
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
5,000,000
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
MIII
MIV
MV
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
MIII
MIV
MV
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
MIII
MIV
MV
MI
MII
MIII
MIV
MI
MII
Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei 2012 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12
Lion air Garuda Airlines
Grafik 7.8. Perkembangan Harga Angkutan Udara
Sumber: Survei Pemantauan Harga (SPH) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2009-Q4 2010-Q4 2011-Q4 2012-Q4*)
Datang Berangkat
Grafik 7.9. Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di
Bandara Sam Ratulangi
Ket: 2012-Q4*) Perkiraan Bank Indonesia Sumber: PT. Angkasa Pura I
seiring dengan perkiraan meningkatnya jumlah arus penumpang angkutan udara memasuki
peak seasons libur Natal dan tahun baru.
7.7.7.7.2222. . . . Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat, yakni berada pada
kisaran 5,87%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh
melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas produksi
seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun
demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi
fundamental pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut
kenaikan harga komoditas emas internasional yang berpengaruh pada harga emas perhiasan
domestik, dan kenaikan harga bahan bangunan seiring dengan realisasi proyek pemerintah
pada akhir tahun anggaran.
Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food triwulan IV 2012 diperkirakan
meningkat sebagai faktor peningkatan aktivitas konsumsi dan risiko terganggunya suplai akibat
faktor cuaca . Sejalan dengan itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan IV
juga diperkirakan meningkat yang terutama dipengaruhi kenaikan ongkos angkutan udara.
Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh Bank
Indonesia serta penguatan koordinasi kedepan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
diharapkan dapat menjaga keseimbangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dalam
rangka mengantisipasi gejolak harga menjelang akhir tahun TPID Provinsi Sulawesi Utara telah
menyiapkan berbagai aksi diantaranya:
PROSPEK PEREKONOMIAN
96
- Pengamanan ketersediaan suplai lokal melalui optimalisasi produksi sektor pertanian,
terutama bagi komoditas penyumbang utama inflasi, diantaranya beras, bawang, rica dan
tomat.
- Pengamanan aspek distribusi baik melalui jalur darat maupun laut untuk menjamin
ketersediaan kebutuhan pokok yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi Utara.
- Pelaksanaan kegiatan pasar murah pada minggu ke-III November 2012 bekerjasama dengan
perbankan dan stakeholder lainnya.
- Pelaksanakan pemantauan on the spot ketersediaan stok menjelang akhir tahun baik dari sisi
kualitas maupun kuantitas ke gudang distributor maupun pusat perbelanjaan di Kota
Manado.
- Pemantauan ketersediaan BBM bersubsidi berkoordinasi dengan PERTAMINA dan
stakeholder lainnya.
Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental
Inflasi inti pada triwulan IV 2012 diperkirakan terkendali. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi
diperkirakan relatif stabil sejalan dengan masih terjadinya tren penurunan harga komoditas
global. Namun demikian, terdapat risiko inflasi yang bersumber dari tren kenaikan harga emas
dunia dan kecenderungan depresiasi nilai tukar Rupiah.
Dari sisi domestik peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor seasonal (Hari Raya Natal &
Tahun Baru 2012) yang jatuh pada triwulan IV 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan
kapasitas produksi yang ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari
hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya peningkatan perkiraan
indeks penggunaan kapasitas produksi di tengah peningkatan indeks penjualan eceran pada
triwulan IV 2012 (grafik 7.12). Kenaikan harga bahan bangunan diperkirakan turut andil dalam
memberikan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV 2012 seiring dengan realisasi proyek
pemerintah pada akhir tahun anggaran
Risiko memburuknya ekspektasi masyarakat diperkirakan akan memberi tekanan inflasi inti di
triwulan IV 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulut memiliki ekspektasi yang
tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang, tercermin dari peningkatan angka
indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan tercatat sebesar 146
pada September 2012 dari 120 pada triwulan lalu (grafik 7.10). Selanjutnya, dari sisi konsumen
ekspektasi masyarakat juga mengalami peningkatan (grafik 7.11). Hal ini tercermin dari hasil
Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh
PROSPEK PEREKONOMIAN
97
Grafik 7.12 Interaksi Permintaan dan Penawaran
peningkatan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan
datang dari 189,5 pada Juni 2012 menjadi 198,5 pada September 2012. Peningkatan
ekspektasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor musiman perayaan Natal & Tahun Baru serta
ekspektasi peningkatan penghasilan pada Oktober 2012 seiring terjadinya musim panen
cengkeh pada periode tersebut.
Grafik 7.10. Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad
Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln
Sumber Bank Indonesia
Grafik 7.14. Perkembangan Harga Emas Dunia
Grafik 7.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Domestik
Sumber Bloomberg, diolah Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH), diolah
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
Sumber : Survei Pedxagang Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut
120
146
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
189,5198,5
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
1.574,62 1.574,62 1.574,62 1.574,62
1.764,00 1.764,00 1.764,00 1.764,00 1.771,92 1.771,92 1.771,92 1.771,92
1.671,26 1.671,26 1.671,26 1.671,26 1.638,95 1.638,95 1.638,95 1.638,95
1.652,95 1.652,95 1.652,95 1.652,95 1.741,23 1.741,23 1.741,23 1.741,23
1.676,84 1.676,84 1.676,84 1.676,84
1.649,90 1.649,90 1.649,90 1.649,90
1.587,55 1.587,55 1.587,55 1.587,55 1.600,11 1.600,11 1.600,11 1.600,11
1.594,19 1.594,19 1.594,19 1.594,19 1.630,25 1.630,25 1.630,25 1.630,25
1.745,69 1.745,69 1.745,69 1.745,69
1.450,001.450,001.450,001.450,00
1.500,001.500,001.500,001.500,00
1.550,001.550,001.550,001.550,00
1.600,001.600,001.600,001.600,00
1.650,001.650,001.650,001.650,00
1.700,001.700,001.700,001.700,00
1.750,001.750,001.750,001.750,00
1.800,001.800,001.800,001.800,00
1.850,001.850,001.850,001.850,00
7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999
2011201120112011 2011201120112011 2011201120112011 2011201120112011 2012201220122012
USD/pound
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
550.000
600.000
650.000
IIII
IIII
IIII
IIIV
IIIV
IIII
IIII
IIII
IIII
I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III V II
Apr MeiJun Jul AgstSeptOkt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst SeptOkt
2012
22 karat tanpa ongkos pembuatan 24 karat tanpa ongkos pembuatan
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut
Grafik 7.13. Perkembangan Nila Tukar Rupiah thd USD
Sumber ; Bank Indonesia
PROSPEK PEREKONOMIAN
98
FFFFaktor aktor aktor aktor Non FundamentalNon FundamentalNon FundamentalNon Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan meningkat. Berdasarkan
pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Sulut pada awal triwulan IV 2012 menunjukkan adanya tren
peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods. Peningkatan ini diperkirakan akan
berlanjut hingga akhir tahun mengingat puncak konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang
terjadi pada akhir tahun seiring perayaan Hari Raya Keagamaan (Idul Adha 1433 H dan Natal
2012) serta Tahun Baru 2013.
Harga komoditas perikanan tangkap meningkat sebagai imbas kenaikan harga yang dilakukan
oleh beberapa eksportir produk perikanan di Sulawesi Utara. Berdasarkan liaison kepada
beberapa perusahaan perikanan di Sulut, kenaikan harga disebabkan oleh tidak mencukupinya
suplai untuk merespon kenaikan permintaan.
Risiko menurunnya produktivitas sektor pertanian diperkirakan akan terjadi sebagai faktor
anomali cuaca dan tingginya curah hujan pada triwulan IV 2012.
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan IV 2012 diperkirakan
meningkat. Faktor yang diperkirakan meningkatkan inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga
ongkos angkutan udara. Sementara itu kebijakan penyesuaian harga gas industri sebesar 35%
yang mulai berlaku 1 September 2012 dan direncanakan sebesar 15% pada April 2013 belum
memberikan dampak signifikan pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri pengolahan.
7.3. 7.3. 7.3. 7.3. Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam
mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga.
Geliat pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya jumlah
infrastruktur perbankan di Sulut.
Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada
kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-
usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan
infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit
terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).
Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan
tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).
PROSPEK PEREKONOMIAN
99
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur
dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar
5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas
perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada
tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan.
Hal ini ditandai oleh tren penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu,
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode
laporan menunjukkan tidak ada perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan suku bunga
triwulan IV 2012 yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk
menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
101
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
102
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
top related