jurnal kohesifitas suporter tim sepak bola persija
Post on 12-Jan-2017
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA
Bayu Wicaksono
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI Suporter sebuah tim adalah salah satu
faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan
dari sisi luar lapangan pertandingan. Bahkan
keberadaan supporter ini sendiri mampu
memberikan dukungan moral yang cukup besar
bagi para pemainnya. Gemuruh suara para
supporter ketika pertandingan seringkali
terdengar sebelum hingga pertandingan
berakhir, bahkan dukungan pun terus diberikan
oleh para supporter yang tidak dapat
menyaksikan pertandingan secara langsung.
Inilah mengapa dukungan supporter menjadi hal
yang sangat penting bagi semangat para
pemain.
Sepak bola adalah permainan yang
sangat lekat dengan masyarakat Indonesia.
Olah raga ini digemari oleh berbagai kalangan
masyarakat, terlepas dari faktor umur, jenis
kelamin, dan status sosial di masyarakat.
Banyaknya Tim sepak bola yang ada di setiap
wilayah Indonesia menimbulkan antusias
penduduk setiap wilayah untuk mendukung tim
sepak bola dari wilayahnya sendiri. Hal ini pula
yang melatar belakangi adanya tim suporter
sepak bola Persija, atau yang lebih dikenal
dengan The Jakmania.
Mengacu pada antusiasme supporter
sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada
kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
pada The Jakmania. Kekompakan yang
ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga
akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk
mengkaji kelompok suporter ini.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif yang
ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti
mengambil langkah ini karena melihat adanya
sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal
ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994)
menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk
penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu
masalah yang memiliki sifat kekhususan
(particulary), dapat dilakukan baik dengan
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan
sasaran perorangan (individual) maupun
kelompok, bahkan masyarakat luas.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan tampak adanya kohesivitas individu
dalam kelompok kecil The Jakmania, hal
tersebut dapat dilihat dari:
a. Aktifitas kelompok dalam komunitas (main
bola bareng, berkumpul setiap hari, bakti
sosial dan nonton bola bareng).
b. Aktifitas kelompok kecil (pulang pergi
bersama saat menonton pertandingan,
patungan untuk menyewa kendaraan).
c. Proses pengambilan keputusan (berdiskusi,
solusi, pengambilan keputusan).
d. Identitas kelompok (Warna, tulisan, logo-logo,
atribut Persija)
e. Kohesivitas kelompok di luar lapangan
(proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas
sebelum pertandingan, aktifitas setelah
pertandingan, tempat berkumpul, mencari
kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan
yel-yel, membeli air dan rokok, tegur sapa,
menuju tempat parkir, perjalanan pulang,
membahas pertandingan).
f. Kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk
dukungan, aktifitas ketika pertandingan,
mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain,
bernyanyi bersama, merayakan gol,
merayakan kemenangan).
Selain melihat kohesivitas, peneliti juga
menemukan faktor-faktor yang menyebabkan
kohesivitas individu dalam kelompok kecil The
Jakmania adalah:
a. Latar belakang kelompok (jumlah anggota,
teman nongkrong, tujuan yang sama).
b. Aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola
bareng, satu lingkungan, main bola, bakti
sosial, nonton bola).
c. Kebersamaan kelompok ( proses
menumbuhkan keterikatan, saling membantu,
saling menolong).
Kata kunci: Kohesivitas, TheJakmania, Suporter
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Persija adalah sebuah klub sepak bola
yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada
tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan
Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam
kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi
Utama Liga Indonesia memberikan warna
tersendiri, bukan hanya oleh permainannya
yang menawan tetapi juga pada suporter
pendukung yang menamai dirinya The
Jakmania.
The Jakmania adalah kelompok
suporter pendukung tim sepak bola Persija yang
terbentuk karena suatu alasan, yaitu sama-
sama mendukung tim sepak bola Persija dan
berupaya untuk mengorganisir para suporter
Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga
Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997.
Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari
100 orang, dengan pengurus sebanyak 40
orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang
dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong
merupakan sosok yang paling dikenal saat itu
dan memimpin The Jakmania pada periode
1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu
masa kepemimpinan Gugun Gondrong
digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin
selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan
Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan
anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator
Wilayah (Wikipedia, 2007).
Selain kegiatan mendukung Persija
dalam pertandingan, anggota The Jakmania
juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang
dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana
dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun
anggota membahas perkembangan The
Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap
bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini
juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru
dalam rutinitas tersebut (Wikipedia, 2007).
Dalam kelompok The Jakmania terdapat
kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu
kelompok yang bekerja sama dengan Radio
Utan Kayu yang setiap seminggu sekali
mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak
Angel yaitu kelompok perempuan yang
mendukung tim Persija, Jak Online yaitu
kelompok yang mempunyai kegiatan untuk
memberikan fasilitas informasi tentang Persija
melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu
kelompok pengguna kendaraan vespa yang
mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah
kelompok suporter yang mendukung persija saat
bertanding di kandang lawan (Wikipedia, 2007).
Kelompok-kelompok yang ada dalam
The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang
tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil
yang tidak tercatat berdasarkan pembagian
kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini
memiliki aktifitas seperti berangkat bersama-
sama dari suatu tempat menuju stadion tempat
lokasi pertandingan Persija dan pulang
bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok
The Jak Kukusan merupakan salah satu
kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan
pembagian kelompok diatas.
Hal-hal tersebut diataslah yang
melatarbelakangi peneliti mengangkat tema
kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan
sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya
pandangan masyarakat yang bertentangan
mengenai suporter sepak bola. Masyarakat
memandang kegiatan suporter sepak bola dapat
memicu timbulnya agresifitas yang merugikan
banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas
yang dapat membangun serta bersifat positif.
Theodore Caplov (dalam Sarwono,
2005) membagi kelompok kecil menjadi dua
jenis berdasarkan ukurannya antara lain,
kelompok primer dan non-primer. Kelompok
primer adalah kelompok yang jumlah
anggotanya 2-20 orang dan tiap anggota
berinteraksi dengan setiap anggota lainnya
dalam kelompok (keluarga, sahabat).
Sedangkan, kelompok non-primer adalah
kelompok yang jumlah anggotanya 3-30 orang
dan interaksi antar anggotanya tidak seintensif
pada kelompok primer (teman sekelas,
kelompok arisan, panitia kecil).
Aristoteles (dalam Budiyanto, 2004)
mengatakan bahwa manusia adalah zoon
politicon atau makhluk yang pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan
sesama manusia lainnya. Status makhluk sosial
melekat pada diri setiap individu. Ia tidak dapat
bertahan hidup secara utuh hanya dengan
mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir
sampai meninggal dunia manusia memerlukan
bantuan atau kerja sama dengan orang lain.
Dalam ilmu-ilmu sosial seperti Ekonomi,
Hukum, Sosiologi, dan sebagainya, termasuk
juga Psikologi Sosial, sering memasukkan
istilah-istilah seperti kelompok umur, kelompok
urban, kaum imigran, generasi muda, golongan
menengah, dan sebagainya. Istilah-istilah itu
bermaksud untuk menggambarkan satu
kumpulan (agregat) manusia dengan ciri-ciri
tertentu walaupun individu-individu manusia
anggota kumpulan itu sama sekali belum pernah
saling berhubungan, dan sebagaimana kita
ketahui tidak setiap kumpulan orang dapat
dipertimbangkan sebagai kelompok.
Pengertian kelompok berbeda dengan
pengertian agregat. Agregat lebih menunjuk
pada kumpulan individu yang tidak berinteraksi
satu sama lain namun bagaimanapun juga
dapat terjadi bahwa suatu agregat dapat
berubah menjadi sebuah kelompok (Sarwono,
2005).
Menurut Johnson (Sarwono, 2005)
kelompok adalah dua individu atau lebih yang
berinteraksi tatap muka (face to face
interaction), yang masing-masing menyadari
keanggotaannya dalam kelompok, masing-
masing menyadari keberadaan orang lain yang
juga anggota kelompok, dan masing-masing
menyadari saling ketergantungan secara positif
dalam mancapai tujuan bersama.
Bebearapa ahli psikologi sosial seperti
Durkheim dan Warriner berpandangan bahwa
kelompok merupakan sesuatu yang riil yang
dapat diperlakukan sebagai objek di dalam
lingkungan kita (dalam Sarwono, 2005). Sejalan
dengan pandangan ini, adalah pandangan yang
mendukung bahwa perilaku sosial lebih dapat
dijelaskan dengan menekankan keunikan
proses-proses kelompok daripada dijelaskan
dalam tingkat individu. Dengan demikian,
sebuah kelompok itu lebih dari sekedar
berkumpulnya secara kebetulan orang-orang
yang bersama-sama berbagi ide. Sebagai
contoh, sebuah kerusuhan yang muncul setelah
selesainya suatu pertandingan olah raga.
Interaksi sosial semacam ini hanya
dapat dipahami dengan menganalisa perilaku
dalam tingkat kelompok, sebagai kebalikan dari
tingkat individual. Tajfel (dalam Sarwono, 2005)
mendukung analisa perilaku kelompok, dan
berpandangan bahwa untuk perilaku sosial perlu
mempertimbangkan kelompok sebagai entitas
sederhana yang nyata, karena keanggotaan
dalam kelompok merupakan bagian integral dari
konsep diri (self-concept).
Pakar psikologi sosial antara lain:
Cattel, Bennis dan Sheppard, Schutz ( Sarwono,
2005) menempatkan penelitian dan
pembahasan tentang perilaku kelompok dalam
prioritas yang cukup tinggi. Keterpaduan
kelompok (group cohesiveness) diterangkan
oleh berbagai teori. Sebagian tidak berdasarkan
eksperimen seperti diusung Le Bon, Mc Dougall,
dan Bion, sebagian lagi berdasarkan
eksperimen seperti yang diusung oleh Festinger
dan Lott dan Lott.
Menurut Mc Dougal (dalam Sarwono,
2005) kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh
faktor-faktor, antara lain kelangsungan
keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu
yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran
setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan,
ada organisasi dalam kelompok (ada
deferensiasi dan spesialisasi fungsi), dan
kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu
siapa saja yang termasuk kelompok, bagaimana
caranya ia berfungsi dalam kelompok,
bagaimana struktur dalam kelompok),
pengetahuan tentang kelompok, keterikatan
(attachment) kepada kelompok.
Menurut Festinger (dalam Sarwono,
2005) keterpaduan kelompok diawali oleh
ketertarikan terhadap kelompok dan anggota
kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi
sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut
adanya saling ketergantungan. Pada gilirannya
kekuatan-kekuatan di lapangan itu akan
menimbulkan perilaku kelompok yang berupa
kesinambungan keanggotaan dan penyesuaian
terhadap standar kelompok, misalnya kelompok
suporter tim sepak bola yang tetap konsisten
dengan standar kelompoknya untuk
memberikan dukungan terhadap tim tersebut,
kelompok penggemar motor besar yang tetap
konsisten dengan standar kelompoknya yang
mengharuskan menggunakan motor besar.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah
penelitian di atas, maka peneliti ingin
mengetahui:
1. Bagaimanakah kohesivitas individu dalam
kelompok kecil The Jakmania?
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The
Jakmania?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimanakah kohesivitas individu
dalam kelompok kecil The Jakmania, serta ingin
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
kohesivitas individu dalam kelompok kecil The
Jakmania.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kelompok The Jakmania memiliki bentuk
kohesivitas seperti aktifitas kelompok dalam
komunitas, aktifitas kelompok kecil, proses
pengambilan keputusan, identitas kelompok,
kohesivitas kelompok di luar lapangan,
kohesivitas kelompok di lapangan.
Hal itu menjadi bukti bahwa dengan
serangkaian tindakan dan perilaku tersebut The
Jakmania bisa didekati melalui teori psikologi
sosial dan psikologi kelompok. Dengan demikian
penelitian ini bermanfaat dan memperkaya
khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi
sosial dan psikologi kelompok.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kelompok The Jakmania khususnya bagi
komunitas The Jakmania Kukusan dan secara
umum untuk kelompok dan komunitas lainnya.
Kohesivitas yang dibangun The Jakmania
merupakan hasil dari hubungan antar individu di
dalam kelompok yang mengarah kepada
terbentuknya kebersamaan. Kohesivitas itu
merupakan cerminan dari tindakan positif
anggota The Jakmania yang mendukung klub
sepakbola Persija.
TINJAUAN PUSTAKA A. Kohesivitas
1. Pengertian Kohesivitas Hornby (2000) mendefinisikan kohesif
adalah pembentukan agar menjadi sebuah
kesatuan. Selanjutnya, Alwi dkk (2005)
mendefinisikan kohesif adalah melekat satu
dengan yang lain, berpadu, berlekatan .
Festinger (dalam Ahmadi, 2002)
mendefinisikan kohesivitas kelompok adalah
kekuatan yang memelihara dan menjaga
anggota dalam kelompok. Selanjutnya, Back
(dalam Sarwono, 2005) mendefinisikan
kohesivitas adalah daya tarik terhadap anggota
kelompok atau ketertarikan interpersonal,
dimana pengertian kohesivitas dikaitkan sebagai
daya tarik anggota kelompok terhadap anggota
lainnya.
Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005)
menyatakan bahwa kohesivitas kelompok
adalah ketertarikan terhadap kelompok dan
anggota kelompok dan dilanjutkan dengan
interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang
menuntut saling ketergantungan. Selanjutnya,
Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas
kolompok adalah saling tertariknya atau saling
senangnya anggota satu dengan yang lain
dalam kelompok.
Dengan demikian dapat disimpulkan
kohesivitas adalah ketertarikan anggota-anggota
dalam kelompok untuk melekat satu dengan
yang lain agar menjadi sebuah kesatuan.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas kelompok Kohesivitas kelompok terbentuk karena
adanya daya tarik antar anggota kelompok atau
kelompok itu sendiri. Pada beberapa kelompok,
ikatan diantara anggota-anggota kuat dan
menetap. Pada kelompok lain ikatan tersebut
merenggang, dengan hilangnya rasa
“berkelompok” dan semakin lama anggota-
anggotanya cenderung memisahkan diri.
Albert Myers (dalam Ahmadi, 2002)
berdasarkan eksperimen yang dilakukan
terhadap sejumlah regu tembak yang
dipertandingkan, menyimpulkan bahwa
ancaman dapat menimbulkan dan meningkatkan
kohesivitas.
McDougall (dalam Sarwono, 2005)
menyimpulkan bahwa kohesivitas kelompok
dapat tumbuh jika ada faktor-faktor yang
menimbulkannya, yaitu:
a. Kelangsungan keberadaan kelompok
(berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti
keanggotaan dan peran setiap anggota.
b. Adanya tradisi, kebiasaan, dan adat.
c. Ada organisasi dalam kelompok.
d. Kesadaran diri kelompok, yaitu setiap
anggota tahu siapa saja yang termasuk
dalam kelompok, bagaimana caranya ia
berfungsi dalam kelompok,bagaimana
struktur dalam kelompok, dan sebagainya.
e. Pengetahuan tentang kelompok.
f. Keterikatan (attachment) kepada kelompok.
3. Dampak dari kohesivitas kelompok Menurut Lott dan Lott (dalam Sarwono,
2005) kohesivitas kelompok akan menimbulkan
dampak sebagai berikut :
a. Agresivitas sebagai reaksi terhadap
gangguan dari luar.
b. Evaluasi diri: menilai diri sendiri sebagai
dinilai positif oleh orang-orang yang
menyenangi dan menilai positif terhadap
orang-orang yang disenangi.
c. Evaluasi yang berlebihan tentang
keunggulan atau ketidakmampuan seeorang
dibandingkan anggota kelompok lainnya.
d. Evaluasi positif terhadap kelompok dan hal-
hal yang terkait dengan kelompok.
e. Persepsi tentang kesamaan antar pribadi
dalam hal sikap, perilaku, dan kepribadian.
f. Komunikasi yang lebih bebas hambatan.
g. Konformitas pada standar kelompok yang
bersangkutan dengan sikap dan penampilan.
4. Ciri-ciri kelompok yang kohesif Ciri-ciri kohesifitas kelompok menurut
Suryabrata (2007) dapat dilihat dari:
a. Setiap anggota kelompok mengenakan
identitas yang sama.
b. Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan
sasaran yang sama.
c. Setiap anggota kelompok merasakan
keberhasilan dan kegagalan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok saling berkerja
sama dan berkolaborasi.
e. Setiap anggota kelompok memiliki peran
keanggotaan.
f. Kelompok mengambil keputusan secara
efektif.
B. Definisi Suporter Hornby (2000) mendefenisikan suporter
adalah seseorang yang mendukung sebuah
kelompok atau pemikiran. Alwi dkk (2005)
mendefinisikan suporter adalah orang yang
memberikan dukungan, sokongan, dalam
pertandingan.
Alwi (2005) mendefinisikan pendukung
adalah orang mendukung, menyokong, dan
menunjang. Hornby (2000) mendefinisikan
pendukung adalah seseorang yang secara
sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung
sebuah teori, konsep, kegiatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan
suporter adalah seseorang yang memberikan
dukungan kepada sebuah kelompok dalam
pertandingan.
C. Tim Sepak Bola Persija
1. Sejarah
Persija singkatan dari Persatuan Sepak
Bola Jakarta adalah sebuah klub sepak bola
Indonesia yang berbasis di Jakarta dan memiliki
julukan Macan Kemayoran. Persija saat ini
bermain di Divisi Utama Liga Indonesia.
Persija didirikan pada tahun 1928,
dengan cikal bakal bernama Voetbalbond
Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah
satu klub yang ikut mendirikan Persatuan Sepak
Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan
keikutsertaan wakil VIJ, Mr.Soekardi dalam
pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo
Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930 (Wikipedia,
2007).
2. Prestasi Persija
Klub Sepak Bola Persija memiliki
stadion yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta,
yang memiliki kapasitas berjumlah 30.000
penonton. Klub ini mendapatkan mendapatkan
perhatian yang besar dari Gubernur Jakarta
waktu itu ,Sutiyoso yang merupakan Pembina
Persija. Keberadaan Persija dalam kancah Liga
Indonesia memiliki banyak prestasi, di
antaranya:
a. 1931 Juara – VIJ Jakarta ( nama awal
Persija)
b. 1933 Juara – VIJ Jakarta
c. 1934 Juara – VIJ Jakarta
d. 1938 Juara – VIJ Jakarta
e. 1964 Juara – Persija Jakarta
f. 1974 Juara – Persija Jakarta
g. 1975 Persija Jakarta dan PSMS Medan
(juara bersama)
h. 1977 Juara – Persija Jakarta
i. 1979 Juara – Persija Jakarta
j. 1990 Divisi Utama Peringkat 10
k. 1995 Peringkat 12 Wilayah Barat
l. 1995 Peringkat 13 Wilayah Barat
m. 1996 Peringkat 10 Wilayah Barat
n. 1998 4 Besar Liga Indonesia
o. 1999 4 Besar Liga Indonesia
p. 2001 Juara Liga Bank Mandiri
q. 2002 8 Besar Liga Bank Mandiri
r. 2003 Peringkat 7 Liga Bank Mandiri
s. 2004 Peringkat 3 Liga Bank Mandiri
t. 2005 Runner-Up Liga Indonesia
u. 2005 Runner-Up Copa Indonesia
v. 2006 Liga Indonesia 8 Besar
w. 2006 Copa Indonesia Juara
D. Kohesivitas Suporter Tim Persija
The Jakmania memiliki kohesivitas yang
dapat terlihat pada saat memberikan dukungan
kepada tim Persija saat menghadapi
pertandingan dengan menggunakan baju yang
berwarna orange yang merupakan seragam dari
tim sepak bola Persija. Selain memberikan
dukungan kepada Persija dalam pertandingan,
The Jakmania juga melakukan kegiatan seperti
Jak On Air yaitu kegiatan yang diadakan dengan
bekerja sama dengan Radio Utan Kayu. Mereka
melakukan siaran radio secara langsung
seminggu sekali dengan mendatangkan pemain-
pemain Persija. Jak Angel yaitu komunitas
perempuan yang mendukung tim Persija, Jak
Online adalah kegiatan untuk bertukar informasi
tentang Persija melalui jalur internet, dan
Jakscooter merupakan komunitas pengguna
kendaraan vespa yang mendukung persija
Persija (Wikipedia, 2007).
Kohesifitas kelompok The Jakmania ini
sebagian sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Suryabrata (2007) mengenai
ciri-ciri kohesifitas kelompok antara lain:
a. Setiap anggota kelompok mengenakan
identitas yang sama.
b. Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan
sasaran yang sama.
c. Setiap anggota kelompok merasakan
keberhasilan dan kegagalan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok saling berkerja
sama dan berkolaborasi.
e. Setiap anggota kelompok memiliki peran
keanggotaan.
f. Kelompok mengambil keputusan secara
efektif.
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Usman dan Purnomo (2006)
mendefinisikan metode penelitian kualitatif
adalah metode yang berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri. Metode
penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang
wajar (natural setting) dan lebih berdasarkan
pada filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan. Akan tetapi dalam
penelitian ini lebih ditekankan pada penelitian
studi kasus yang merupakan bagian dari
penelitian kualitatif. Yin (1994) menyimpulkan
studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian
(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang
memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat
dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan
(individual) maupun kelompok, bahkan
masyarakat luas.
Selanjutnya, Mulyana (2002)
menjelaskan bahwa studi kasus ditekankan oleh
beberapa peneliti karena memfokuskan apa
yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus
tunggal. Penekanan studi kasus adalah
memaksimalkan pemahaman tentang kasus
yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan
generalisasi.
Metode penelitian studi kasus
bermaksud mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan
masyarakat (Usman & Purnomo, 2006).
Ciri-ciri studi kasus menurut Mulyana
(2002):
a. Studi kasus bukan metodologi penelitian,
tetapi suatu bentuk studi (penelitian)
tentang masalah yang khusus (particular).
b. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal
(ditujukan per orangan/individual) atau suatu
kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok
profesional, dan lain-lain.
c. Masalah yang dipelajari bersifat kompleks
atau sederhana. Masalah sederhana
misalnya anak yang mengalami
penyimpangan perilaku.
d. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pemahaman yang mendalam tentang suatu
kasus.
e. Studi kasus tidak bertujuan melakukan
generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan
terhadap beberapa kasus.
f. Hal-hal yang umum juga dipelajari dalam
studi kasus tetapi lebih fokus kearah yang
spesifik atau unik.
B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek
Subjek adalah anggota The Jakmania
dan merupakan bagian dari kelompok The
Jak Kukusan yang melakukan aktifitas
berangkat bersama-sama dari suatu tempat
menuju lokasi pertandingan Persija dan
pulang bersama-sama menuju tempat asal.
Peneliti memilih The Jak Kukusan
karena keaktifan para pendukung tim sepak
bola Persija ini yang secara wilayah berada
di luar Jakarta yaitu di Depok, walaupun kota
Depok memiliki tim sepak bola sendiri yaitu
Persikad, tetapi kesetiaan suportivitas tetap
kepada Persija.
2. Metode Pengambilan Subjek
Metode pengambilan subjek dalam
metode studi kasus ini dilakukan dengan
cara memilih berdasarkan karakteristik
subjek yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Jumlah Subjek
Menurut Foreman (dalam Black &
Champion, 2001) dalam penelitian studi
kasus sampel penelitian dapat dikenakan
pada seseorang, sekelompok orang seperti
misalnya suatu perkumpulan atau keluarga,
suatu kelas orang seperti profesor atau para
pencuri, suatu unit ekologis seperti misalnya
rukun tetangga atau komunitas, suatu unit
budaya seperti misalnya sebuah peragaan
atau lembaga. Berdasarkan pendapat di
atas, maka jumlah subjek dalam penelitian ini
adalah 2 orang yang masih dalam satu
kelompok pada komunitas The Jak Kukusan.
C. Tahap-tahap Penelitian Menurut Usman dan Purnomo (2006)
tahap persiapan dan pelaksanaan dalam
penelitian kualitatif meliputi beberapa tahap:
1. Studi Pendahuluan
Pada tahap ini studi pendahuluan berguna
untuk menjajaki keadaan di luar lapangan, di
mana peneliti harus mengetahui masalah
apa yang layak dan penting untuk diteliti.
(Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan kegiatan untuk melihat kelayakan
dan kepatutan dari masalah yang akan diteliti
pada kelompok yang bersangkutan disertai
adanya konsultasi dan bimbingan dari dosen
pembimbing.)
2. Pembuatan Pradesain Penelitian
Pada tahap ini penelitian tidak bertujuan
untuk menguji atau membuktikan teori seperti
dalam metode kuantitatif, melainkan peneliti
harus dapat mengembangkan teori yang
akhirnya menemukan teori baru berdasarkan
data yang didapatkan dilapangan.
3. Seminar Pradesain
Pada tahap ini seminar berguna untuk
mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal
yang perlu mendapatkan perbaikan. Setelah
pradesain selesai dibuat, maka perlu
diseminarkan atau meminta persetujuan
pembimbing, barulah peneliti terjun
kelapangan untuk mengumpulkan data yang
relevan. (Peneliti melakukan seminar di
depan kelas, di hadapan dosen pembimbing
dan rekan kuliah. Seminar ini dilakukan pada
saat mata kuliah seminar studi kasus.)
4. Memasuki Lapangan
Pada tahap ini langkah awal peneliti adalah
memilih lokasi situasi sosial yang
mengandung unsur tempat, pelaku, dan
kegiatan.
a. Tempat adalah wadah dimana manusia
melakukan kegiatan tertentu.
b. Pelaku adalah semua orang yang terdapat
dalam wadah tertentu.
c. Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan
dalam wadah tertentu.
5. Pengumpulan data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan oleh
peneliti meliputi tempat, pelaku, dan kegiatan
yang diperoleh dari lapangan.
6. Analisis Data
Pada tahap ini data yang diperoleh dari
lapangan harus segera dianalisis setelah
dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk
laporan lapangan.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Menurut Usman dan Purnomo (2006)
mendefinisikan wawancara adalah tanya jawab
lisan dua orang atau lebih secara langsung.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
Pewawancara yang disebut intervieuwer,
sedangkan orang yang diwawancarai disebut
interviewee. Menurut Denzin (dalam Black &
Champion, 2001) mendefinisikan Interview atau
wawancara adalah pertukaran percakapan
dengan tatap muka dimana seseorang
memperoleh informasi dari yang lain.
Jenis wawancara menurut Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2007) dapat dibagi
beberapa jenis yaitu:
1.) Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara
dilakukan tidak hanya oleh satu orang,
tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap
sesorang yang diwawancarai. Di pihak lain,
seseorang pewawancara dapat saja
memperhadapkan dua orang atau lebih
yang diwawancarai sekaligus, yang dalam
hal ini dinamakan panel.
2.) Wawancara tertutup dan terbuka
Pada wawancara tertutup biasanya yang
diwawancarai tidak mengetahui, tidak
menyadari bahwa mereka diwawancarai,
dan tidak mengetahui tujuan wawancara.
Sedangkan pada wawancara terbuka
subjek mengetahui bahwa ia sedang
diwawancarai dan mengetahui pula apa
maksud dan tujuan wawancara itu.
3.) Wawancara riwayat secara lisan
Jenis ini adalah wawancara yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga terwawancara
berbicara terus menerus, sedangkan
pewawancara duduk mendengarkan
dengan baik diselingi dengan sekali-kali
mengajkan pertanyaan.
4.) Wawancara terstruktur dan wawancara tak
tersruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara
yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Sedangkan wawancara tak
terstruktur adalah wawancara dimana
pernyaan biasanya tidak disusun terlebih
dahulu, malah disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari responden.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tipe wawancara terbuka. Hal ini
akan memungkinkan peneliti untuk memiliki
panduan dalam mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan hal yang diteliti, namun pada
saat yang bersamaan tetap fleksibel, itu semua
tergantung pada perkembangan dan situasi
dalam wawancara.
2. Observasi
Menurut Black & Champion (2001)
observasi adalah mengamati dan mendengar
perilaku seseorang selama beberapa waktu
tanpa melakukan manipulasi dan pengendalian,
serta mencatat penemuan yang memungkinkan
atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam
tingkat penafsiran analisis.
Menurut Young (dalam Ahmadi, 2002)
observasi adalah suatu penyelidikan yang
dijalankan secara sistematis, dan dengan
sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indera (terutama mata) terhadap kejadian-
kejadian yang langsung ditangkap pada waktu
kejadian itu terjadi.
Menurut Usman dan Purnomo (2006)
observasi adalah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Dalam observasi peneliti secara terus
menerus melakukan pengamatan atas perilaku
seseorang, mencatat ucapan-ucapan, ekspresi-
ekspresi dari responden dalam suatu
wawancara.
Menurut Usman dan Purnomo (2006)
Metode observasi dibagi menjadi enam teknik,
yaitu
a) Observasi Partisipasi adalah observasi yang
dilakukan jika observer terlibat langsung
secara aktif dalam objek yang diteliti.
b) Observasi Nonpartisipasi adalah observasi
yang dilakukan jika observer tidak terlibat
langsung secara aktif dalam objek yang
diteliti.
c) Observasi Sistematis adalah observasi yang
sudah ditentukan terlebih dahulu
kerangkanya, kerangka itu memuat faktor-
faktor yang akan diobservasi menurut
kategorinya.
d) Observasi Nonsistematis adalah observasi
yang belum ditentukan terlebih dahulu
kerangkanya.
e) Observasi Eksperimental adalah observasi
yang dilakukan terhadap situasi yang
disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti
sesuatu yang dicobakan.
f) Observasi Noneksperimental adalah
observasi yang dilakukan terhadap situasi
yang belum disiapkan atau alami untuk
meneliti sesuatu yang dicobakan.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi partisipasi
dimana peneliti terlibat langsung secara aktif
dalam objek yang diteliti sehingga
memungkinkan informasi yang diperoleh dapat
lebih maksimal dan diharapkan akan membantu
dalam penelitian.
E. Alat Bantu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan alat bantu pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi pertanyaan
– pertanyaan yang berkenaan dengan masalah
penelitian. Pedoman wawancara ini disusun
berdasarkan teori –teori yang berhubungan
dengan topik penelitian. Manfaat dari pedoman
wawancara ini adalah agar wawancara yang
dilakukan tdak menyimpang dari tujuan
penelitian. Pedoman wawancara ini memiliki 3
bagian, yaitu :
a Introduksi: berisi hal – hal yang perlu
disampaikan kepada subjek sehubungan
dengan kegiatan wawancara yang akan
dilaksanakan.
b Data partisipan: Berisi hal-hal umum yang
perlu diketahui seperti usia subjek, latar
belakang pendidikan subjek dan lain
sebagainya.
c. Pertanyaan –pertanyaan terbuka: Berisi hal-
hal yang ingin ditanyakan peneliti kepada
subjek yang sesuai dengan masalah dan
tujuan penelitian
2. Alat Bantu Pengumpul Data
Tape Recorder digunakan sebagai alat
bantu pada saat wawancara, ini dimaksud agar
memudahkan peneliti dalam mencatat jawaban
yang subjek berikan. Penggunaan alat perekam
dilakukan atas sepengetahuan dan seizin
subjek.
Kamera digunakan sebagai alat bantu
pada saat observasi, ini dimaksud agar
memudahkan peneliti dalam mengobservasi
kejadian di lapangan. Penggunaan alat perekam
dilakukan atas sepengetahuan dan seizin
subjek.
F. Keakuratan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa uji keakuratan, antara
lain:
1. Uji Kredibilitas
Kredibilitas adalah kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif. Untuk
mencapai kredibilitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan
mengunakan proses triangulasi dan
meningkatkan ketekunan (keajegan
pengamatan).
Menurut Wiersma (dalam Sugiyono,
2007) triangulasi adalah pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Patton (dalam Moleong, 2007)
mengemukakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan, yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif.
b. Triangulasi Metode
Pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
c. Triangulasi penyidik
Adanya pengamat diluar peneliti untuk
keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Adanya pengamat lain
membantu mengurangi kemelencengan
dalam pengumpulan data.
d. Triangulasi Teori
Pengunaan berbagai teori yang berlainan
untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
2. Uji Dependability
Dependability adalah uji yang dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Cara untuk melakukan
dependability adalah dilakukan oleh auditor
yang independen atau pembimbing mengaudit
keseluruhan aktifitas peneliti dalam melekukan
penelitian (bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah atau fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, sampai
membuat kesimpulan dapat ditunjukan oleh
peneliti).
3. Uji Confirmability
Confirmability adalah menguji hasil
penelitian yang dikaitkan dengan proses yang
dilakukan.
G. Analisis Data
Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa langkah, antara lain:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Menyajikan kedalam pola sehingga
memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Dalam penyajian data, verbatim
disusun berdasarkan tema-tema. Dalam
koding dilakukan 2 tahap. Yang pertama,
pertanyaan dan jawaban serta observasi
disusun menjadi tiga kolom (baris,
wawancara, tema) serta urutan penyajian
berdasarkan baris. Yang kedua pertanyaan
dan jawaban serta observasi yang sudah
disusun dikelompokkan berdasarkan tema-
tema, sehingga baris berubah lalu dibuat
baris baru. Selanjutnya hasil koding tahap
kedua dibaca berulang-ulang.
3. Conclusion Drawing/verication
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan
beberapa hal yaitu:
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil
The Jakmania.
Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri
kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap
anggota kelompok mengenakan identitas yang
sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan
dan sasaran yang sama, setiap anggota
kelompok merasakan keberhasilan dan
kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok
saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap
anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan,
kelompok mengambil keputusan secara efektif.
Berdasarkan penelitian kohesivitas
dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas
kelompok dalam komunitas (main bola bareng
adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan,
berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil
(pulang pergi bersama saat menonton
pertandingan Persija secara langsung,
patungan), proses pengambilan keputusan
(berdiskusi untuk menentukan keputusan yang
terbaik, setiap anggota mempunyai solusi),
identitas kelompok (menggunakan atribut
Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok
di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung
gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan
yel-yel bersama), kohesivitas kelompok
dilapangan (kelompok bergabung dengan The
Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersama-
sama, merayakan gol bersama, merayakan
kemenangan bersama).
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The Jakmania.
Menurut McDougall (dalam Sarwono,
2005) kohesivitas dalam kelompok dapat
dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan
kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama)
dalam arti keanggotaan dan peran setiap
anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat,
ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri
kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang
termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya
ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur
dalam kelompok, dan sebagainya),
pengetahuan tentang kelompok, keterikatan
(attachment) kepada kelompok.
Selain dapat melihat kohesivitas dalam
kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat
faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The Jakmania.
Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman
nongkrong (jarak rumah yang berdekatan
menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah
anggota (dengan anggota yang berjumlah 10
orang menyebabkan setiap individu dapat
mengenal lebih dalam dengan anggota
kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota
dalam kelompok memiliki keinginan yang sama
yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti
main bola bareng (setiap anggota kelompok
memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok
seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut
dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola
bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti
nonton Liga Champion bersama anggota
kelompok dan aktifitas tersebut dapat
meningkatkan kekompakan, karena setiap
anggota dapat saling bertemu). Ketiga
kebersamaan kelompok seperti proses
menumbuhkan keterikatan (pada saat
berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau
dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat
meningkatkan keterikatan antara anggota
kelompok), saling membantu dan menolong
(setiap anggota The Jak saling membantu jika
ada yang kesusahan dan setiap anggota The
Jak harus saling menolong, perilaku tersebut
dapat meningkatkan kekompakkan dan
kebersamaan setiap anggota).
Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang
menyebabkan adanya keterkaitan antara dua
hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut
dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The Jakmania
yang saling berkesinambungan.
PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini adalah
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil
The Jakmania, hal ini dilihat dari: Aktifitas
kelompok dalam komunitas(main bola
bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan
nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil
(pulang pergi bersama, patungan, pulang
dan pergi bersama), proses pengambilan
keputusan kelompok (berdiskusi, solusi,
pengambilan keputusan), identitas kelompok
(warna, tulisan, logo-logo, warna, logo,
atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar
lapangan (proses menumbuhkan keterikatan,
aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas
setelah pertandingan, tempat berkumpul,
mencari kendaraan, menaiki kendaraan,
menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok,
tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan
pulang, membahas pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk
dukungan, aktifitas ketika pertandingan,
mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain,
bernyanyi bersama, merayakan gol,
merayakan kemenangan).
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The Jakmania
adalah sebagai berikut: Latar belakang
kelompok (jumlah anggota, teman
nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan
kegiatan kelompok (main bola bareng, satu
lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton
bola), kebersamaan kelompok (proses
menumbuhkan keterikatan, saling membantu,
saling menolong).
A. Saran Terdapat beberapa saran yang peneliti
ingin berikan:
1. Saran untuk subjek
Dalam kesempatan ini penulis ingin
memberikan saran kepada subjek agar dapat
mempertahankan kohesivitas dan
komunikasi yang telah terjalin baik dalam
kelompok.
2. Saran untuk kelompok
Bagi kelompok diharapkan dapat
mempertahankan kohesivitas dengan cara
menjalankan kegiatan-kegiatan positif seperti
nonton bola bersama, main bola bersama,
sehingga dapat meningkatkan kekompakan
para anggotanya.
3. Saran untuk peneliti berikutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian yang sudah
dilakukan oleh peneliti, seperti mencari
subjek yang berbeda daerah dengan
penelitian ini, serta kegiatan yang dilakukan
oleh kelompok komunitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2002). Psikologi sosial. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Alwi, H. (2005). Kamus besar bahasa indonesia.
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Black, J. A., & Champion, D. J. (2001). Metode
dan masalah penelitian sosial. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Budiyanto. (2004). Kewarganegaraan untuk
SMA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Hornby, A. S. (2000). Oxford advanced learner’s
dictionary of current english. United
Kingdom: Oxford University Press.
Moleong, L. (2007). Metodelogi penelitian
kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2002). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial:
Psikologi kelompok dan psikologi terapan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. (2007). Memahami penelitian
kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sukardi. (2005). Metodologi penelitian
pendidikan. Jakarta; Balai Pustaka.
Suryabrata, C. (2007). Ciri-ciri kelompok yang
kohesif. http://www.bpkpenabur.or.id/kps-
jkt/berita/9810/artikel.htm. 21 Maret 2007
Usman, H., & Purnomo, S. A. (2006).
Metodelogi penelitian sosial. Jakarta:
Balai Pustaka.
Yin, R. K. (2002). Studi kasus: Desain &
metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Wikipedia. (2007). Jakmania.
http://id.wikipedia.org/wiki/the_jakmania.ht
m. 21 Maret 2007
top related