its undergraduate-14581-presentationpdf

Post on 07-Aug-2015

88 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Penilaian Risiko dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Induction

Furnace dengan Pendekatan RCM II (Reliability Centered

Maintenance)

Studi Kasus di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik

Desy Ambar Yunanta

(6506.040.051)

ABSTRAK

PT Barata Indonesia (Persero) Gresik merupakan salah satu perusahaan industri Manufakture

dan EPC (Engineering, Procurement, Construction). Terdapat proses peleburan besi dan baja yangdilakukan dengan 1 buah dapur busur listrik atau arc furnace berkapasitas 6 ton dan 4 buah induction

furnace, masing – masing berkapasitas ½ ton, 2 ton, 2 ton dan 10 ton di workshop 1. Pengoperasiandapur listrik induksi/ induction furnace di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik berpotensi terjadinyarisiko ledakan.

Penelitian ini akan membahas perencanaan kegiatan perawatan dengan menerapkan metodeRCM (Reliability Centered Maintenance) II untuk penilaian risiko kegagalan fungsi yang ditimbulkanoleh peralatan induction furnace. Dalam merencanakan kegiatan perawatan yang tepat, perludilakukan analisa terhadap bentuk kegagalan fungsi peralatan tersebut.. Analisa kuantitatif diberikanuntuk menentukan interval waktu perawatan optimal dengan memperhatikan biaya perawatan (CM)serta biaya kerusakan (CR). Sedangkan BCA (Benefit-Cost Analysis) digunakan untuk mengetahuiperbandingan antara biaya untuk kegiatan perawatan yang telah direncanakan dan manfaat yangditerima setelah kegiatan perawatan dilaksanakan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 10 bentuk kegagalan pada peralatan induction

furnace. Hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa komponen kritis yang perlu mendapatkan prioritasdalam memberikan perawatan induction furnace adalah water colled led putus dan klem robek.Sedangkan hasil perhitungan Benefit-Cost Analysis dapat diketahui bahwa nilai B/C = 13,07, dimanaB/C ≥ 1 diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan perawatan yang telahdirencanakan.Kata kunci : risiko, kegiatan perawatan, interval perawatan, Benefit Cost Analysis, Induction Furnace

Latar Belakang

1. Induction furnace merupakan fasilitas produksi yang utama di PT

Barata Indonesia (Persero) Gresik.

2. Induction furnace sering mengalami kerusakan (kegagalan komponen)

sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah produksi.

3. Tidak ada penentuan nilai kritis komponen dalam melakukan

penanganan terhadap kerusakan komponen induction furnace.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Perumusan Masalah

1. Bagaimana melakukan penilaian risiko kegagalan pada komponendapur listrik induksi ?

2. Bagaimana menentukan interval kegiatan perawatan dalam rangkamengantisipasi terjadinya kegagalan pada dapur listrik induksitersebut ?

3. Bagaimana mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahayakegiatan perawatan dapur listrik induksi, serta upaya untuk mencegahterjadinya kecelakaan pada saat perawatan dapur listrik induksitersebut dilakukan ?

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Tujuan Penelitian

1. Memberikan penilaian resiko kegagalan atau kerusakan pada

komponen dapur listrik induksi.

2. Menentukan interval kegiatan perawatan dalam rangka mengantisipasi

terjadinya kegagalan komponen dapur listrik induksi.

3. Mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahaya kegiatan perawatan

dapur listrik induksi serta upaya untuk mencegah terjadinya

kecelakaan saat perawatan dapur listrik induksi tersebut dilakukan.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi yang lengkap mengenai kegiatan perawatanberdasarkan RCM II Decision Worksheet yang dapat digunakansebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perawatanbagi alat-alat vital perusahaan.

2. Memberikan masukan mengenai interval waktu perawatan optimaldengan mempertimbangkan resiko kegagalan dan biaya perawatanyang dikeluarkan oleh perusahaan.

3. Dapat memberikan masukan bagi PT Barata Indonesia (Persero)Gresik tentang rancangan kegiatan perawatan yang baik untukmeningkatkan produktifitas dan proses produksi berjalan denganlancar.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan pada dapur listrik induksi PT Barata Indonesia(Persero) Gresik di Workshop 1.

2. Penentuan distribusi dibantu dengan menggunakan software weibull++ version 7.

3. Identifikasi kerusakan hanya dilakukan pada komponen utama dapurlistrik induksi.

4. Kerusakan peralatan atau komponen yang terjadi yaitu yang tercatatpada data histories perawatan bukan disebabkan oleh human error.

5. Komponen yang memiliki nilai risiko low tidak diperhitungkan.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Induction furnace merupakan suatu dapur listrikinduksi yang cara kerjanya mengubah tenaga listrikmenjadi panas yang dapat digunakan untukmelebur besi dan baja.

Induction Furnace

Reliability Centered Maintenance II (RCM)

Reliability centered maintenance didefinisikan sebagaisebuah proses yang digunakan dalam menentukantindakan yang tepat diberikan untuk meyakinkanbahwa asset fisik yang dimiliki perusahaan dapat terusmenjalankan fungsinya sesuai dengan yang diinginkan(Moubray, 1997)

Failure Mode and Effect Analysis(FMEA)

Failure Mode and Effect Analysis merupakan suatuteknik analisa bahaya secara kualitatif yang dapatdigunakan untuk mengidentifikasi bagaimana suatuperalatan, fasilitas, atau system dapat gagal serta akibatyang dapat ditimbulkannya

Metodologi

Penelitian

Mulai

Identifikasi dan perumusan masalah

Penetapan Tujuan

Studi Lapangan Studi pustaka

Tahap Pengumpulan Data:1. Data Kuantitatif : data waktu antar kerusakan mesin (time failure), data waktu perbaikan (time to repair), biaya akibat kerusakan/ kegagalan2. Data kualitatif : data fungsi induction furnace, data kegagalan dan penyebab kegagalan komponen induction furnace, data efek yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Penentuan Distribusi waktu antar kerusakan dan waktu antar perbaikan

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Penentuan Matriks Penilaian Resiko

Decision Worksheet

Perhitungan Benefit and Cost Analysis

Penentuan Interval Perawatan

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Penentuan Distribusi Waktu Kerusakan dan

Waktu Perbaikan

MTTF dan MTTR

Rekap Biaya Perbaikan (CR)

Penentuan Interval Perawatan

Penentuan Matriks Risiko

RCM II Decision Worksheet

Perhitungan Benefit Cost Analysis

Perhitungan Benefit-Cost Analysis

Berdasarkan hasil perhitungan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan diterimadan dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan perawatan yangdirencanakan, maka dapat dilakukan perhitungan Benefit-Cost Analysis (B/C) sebagaiberikut :B/C = Rp 9.617.627.665,00

Rp 735.439.013,7= 13,07 (B/C > 1 = layak secara ekonomis digunakan)

• Analisa data aliran proses induction furnace

• Analisa data kuantitatif :

1. Penentuan distribusi outputny parameter distribusi

2. Perhitungan MTTF dan MTTR MTTF = water presure gauge (2215.3093 jam)

MTTF = leak detector (525.2326 jam)

• Analisa risiko outputnya tingkat risiko extreme, high, medium, dan low

• Analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) kegagalan induction furnacekarena danya kerusakan pada leak detector, coil, selang air pendingin, thermostart temperatur 16-51 celcius, busbar, SCR, digital water temperatur indicator, dan water cooled led

• Analisa perhitungan optimum perawatan TM paling lama = SCR (1310,2276 hours)

TM paling singkat = water pressure gauge (59,7747 hours)

• Analisa decision worksheet RCM II menentukan consequence dan proaktif task

• Analisa perhitungan BCA nilai B/C = 13,07

• Analisa distribusi data R(t) memiliki rentang nilai 0-1 (peluang sistem untuk tidak akan gagal)

Analisa Data :

KESIMPULAN

Hasil penilaian resiko yang diberikan menunjukkan bahwa komponen kritis yang perlumendapatkan priorits utama/memiliki tingkat kepentingan tinggi untuk diperhatikanadalah kegagalan pada water colled led putus dan klem robek.

Berdasarkan hasil perhitungan interval perawatan optimal (scheduled discard &

restoration task) dengan mempertimbangkan biaya resiko perawatan, biaya penggantiankomponen, biaya kegagalan, biaya tenaga kerja, diketahui bahwa nilai yang diperolehdalam menurunkan kegagalan yang dialami oleh komponen ketel jauh berada di bawahnilai MTTF-nya. Hal ini menunjukkan bahwa interval perawatan optimal akan berusahauntuk menghindari terjadinya kegagalan sebelum waktu kerusakan terjadi.

Analisa FMEA/ RCM II Information Worksheet menunjukkan bahwa terdapat 9 bentukkegagalan yang memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya functional failures padainduction furnace. Dan dapat diketahui bahwa kegagalan terbagi dalam 3 kriteria yakni :kegagalan yang berdampak pada terhentinya proses produksi, kegagalan yang berdampakpada kerusakan/ kecacatan produk, dan kegagalan yang berpengaruh terhadap keamananoperasi induction furnace.

TERIMA KASIH

Decision Diagram (DD) RCM

top related