isi (2)
Post on 28-Jan-2016
221 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. STATUS PENDERITA
Nomor Rekam Medik : 422267
Tanggal dan Pukul Masuk RSAM : 30 Juli 2015 / 16.00 WIB
I. ANAMNESIS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. RU
Jenis kelamin : Pria
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Suku : Lampung
Alamat : Panjang
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
Tidak bisa BAK
KeluhanTambahan :
Sulit BAB sejak ± 3 bulan yang lalu
1
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan tidak bisa BAK, pasien memiliki riwayat
pemasangan kateter sejak tahun 2012. Keluhan tidak bisa BAK dirasakan pasien
sejak November 2011, keluhan lain yang dirasakan pasien yakni sering kencing
terutama pada malam hari, saat kencing dirasakan terputus-putus, pancaran
kencing lemah, nyeri saat kencing, dan terasa masih ada urin yang menetes.
Karena keluhan tersebut pasien berobat ke RSAM dan dilakukan colok dubur
dengan kesan pembesaran prostat. Saat itu pasien disarankan untuk dilakukan
pengerokan prostat dan dijadwalkan untuk operasi prostat 3 bulan kemudian,
pasien mengatakan ingin cepat dilakukan tindakan, untuk itu pasien berobat ke RS
kota dengan saran operasi prostat. 1 bulan kemudian (Desember 2012) dilakukan
operasi prostat dengan hasil pembesaran prostat sebesar bakso sebanyak 2 buah.
Hasil operasi tersebut lalu dikirim ke laboratorium patologi anatomi dengan kesan
kanker prostat.
Pada akhir tahun 2012 pasien mengatakan keluhan sulit BAK kembali terjadi lalu
pasien berobat kembali ke RS kota dan disarankan agar testis pasien dibuang,
pasien lalu dirujuk ke RSAM lalu operasi pengangkatan testis dilakukan. Setelah
itu pasien pulang dengan selang kateter terpasang. Awalnya urin lancar keluar dari
selang namun lama kelamaan selang kerap macet. Pada tahun 2013 pasien
mengeluh sulit BAK kembali terjadi kemudian dilakukan pengerokan kandung
kencing. Setelah itu pasien disarankan untuk kemoterapi namun pasien menolak
dengan alasan takut.
2
±3 bulan yang lalu keluhan pasien bertambah, yakni sulit BAB, terkadang BAB
bercampur darah. Keluhan selang kencing mampet masih dirasakan pasien. Pasien
lalu berobat ke Puskesmas untuk penggantian kateter, namun kateter tidak dapat
dipasang / tersumbat. Pasien lalu dirujuk ke RS Urip dan dilakukan pemasangan
kateter dan berhasil namun kencing berdarah. Setelah itu dilakukan USG dengan
hasil ada permasalahan di ginjal. dan pasien di konsulkan untuk pemasangan alat
untuk membantu pasien BAB seperti biasa (masih terpasang sampai saat ini) dan
pasien disuntikkan zoladex 1x, dan disarankan untuk suntik zoladex per 3 bulan.
Setelah itu dilakukan pemasangan selang di perut pasien untuk pasien BAK
(ureterostomy).
Riwayat Keluarga :
Pasien menyangkal dalam keluarga terdapat keluhan serupa dan tidak pernah ada
riwayat kanker di keluarga, riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-).
Riwayat Masa Lampau :
- Penyakit terdahulu :
- Trauma Terdahulu : (-)
- Operasi :
- Sistem saraf : (-)
- Sistem Kardiovaskular : tidak ada
- Sistem Gastrointestinal : tidak ada
- Sistem urinarius :
- Sistem Genitalis : (-)
- Sistem Muskuloskeletal : (-)
3
B. Status Present
a. Status Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis ; GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Frekuensi nadi : 88x/menit
Frekuensi nafas : 22x/ menit
Berat Badan : 56 kg
Kulit : Akral hangat, turgor cukup, sianosis (-)
Status gizi : Kesan baik
Tinggi: 165 Berat badan : 60 kg
IMT : 22,05 (normal)
Kepala dan Muka
o Kepala : Normochepal
o Rambut : dominan putih beruban, tidak mudah
dicabut
o Mata :
- Konjungtiva : Anemis +/+
- Sklera : Ikterik -/-
- Reflek Cahaya : Langsung +/+, Tidak Langsung +/+
- Pupil : Isokor +/+
- Palpebra : edem (-)
o Telinga : Bentuk normal, liang lapang, membrane
timpani intake, Otorhea (-), pus (-)
o Hidung : Rinore (-), pus (-), sekret (-), mukosa
4
merah muda, deformitas (-), edema (-),
napas cuping hidung (-)
o Tenggorokan : Tonsil T1-T1, mukosa merah muda
o Mulut : Laserasi (-), sianosis (-), tumor (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-),Tonsil T1-T1,
mukosa merah muda
o Gigi : Karies (-),Gigitivitis (-)
Leher
o KGB : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
o Kelenjar Gondok : dalam batas normal
o JVP : tidak terdapat peningkatan
Dada (Thorax)
o Inspeksi : Simetris (-), ikterik (-), scar (-), deformitas (-)
o Palpasi : Femitus taktil kanan sama dengan kiri, ictus cordis
teraba di arcus costae, tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru , kardiomegali (-)
o Auskultasi : Vesikuler, bunyi jantung BJ1-BJ2 reguler
Perut (Abdomen)
o Inspeksi : Datar (terpasang kateter ureterostomy)
o Palpasi : Nyeri Tekan (+), organomegali (-)
o Perkusi : Redup
5
o Auskultasi : Bising Usus (+)
RegioLumbal (Flank Area)
o Inspeksi : Deformitas (-), edema (-), jejas (-), lordosis (-),
kifosis (-), spondilitis (-), massa (-), ballotement
(+)
o Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
o Perkusi : Nyeri ketok CVA (-/-)
o Auskultasi : tidak dilakukan
Ekstremitas
o Superior : Edema (-), fraktur (-)
o Inferior : Edema (-), fraktur (-)
Neuromuskular
o Sensibilitas : region superior (+++), region inferior (+++)
o Reflek fisiologis : + (positif)
o Reflek patologis : - (tidak ada)
Tulang Belakang
o skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), deformitas (-), lordosis (-)
C. Status Lokalis
Genitalia
o Inspeksi : massa (-), pembesaran skrotum (-), tanda inflamasi (-),
6
hidrokel (-), pus di muara uretra (-)
o Palpasi : nyeri tekan (-) massa (-) discharge (-)
Vesika urinaria
o Inspeksi : Datar, tanda-tanda inflamasi (-)
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Redup
Perianal
o Inspeksi : deformitas (-), hemoroid (-), tumor (-), tanda
inflamasi (-)
o Rectal Toucher
Inspeksi : Tanda-tanda inflamasi (-)
Tonus sfingter ani eksternus (+)
Refleks bulbocavernosus (+)
Ampula rektum tidak ada nyeri tekan
Lumen rectum licin, nyeri (-)
Teraba benjolan di arah jam 12
Prostat konsistensi keras, bernodul-nodul.
Laboratorium
o Darah Rutin
Hb = 7,9 ( N : 14 – 18)
Ht = 33 ( N: 40 – 54 %)
LED = 100 (N: 0 -10 mm/jam)
Leukosit = 18. 200 ( N: 4800- 10.800)
Trombosit = 275.000 (N: 150.000-400.000)
Eritrosit = 2,6 (N: 4,7-6,1)
7
CT/BT = 11’/3’
Hitung jenis
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 0
Segme 85
Limfosit 7
Monosit 8
o Kimia Darah
o Protein = 6,5 (6,4-8,3)
o Albumin = 3,3(3,5-5,2)
o Globulin = 3,2 (2,3-3,5)
o GDS = 163 (<140)
o Ureum = 110 (13-43)
o Creatinine = 8,40 (0,72-1,18)
o Natrium = 128 (135-145)
o Kalium = 4,2 (3,5-5)
o Kalsium = 7,6 (8,6-10)
o Chlorida = 98 (96-106)
Resume
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan retensio urine, pasien memiliki
riwayat pemasangan kateter sejak tahun 2012. Retensio urine dirasakan
8
pasien sejak November 2011, keluhan lain yang dirasakan pasien yakni
frekuensi, nokturi, disuria, terminal dribling, hesistansi, intermitensi, weak
stream. Karena keluhan tersebut pasien berobat ke RSAM dan dilakukan
RT dengan kesan BPH. Saat itu pasien disarankan untuk dilakukan TUR-P
kemudian dilakukan TUR-P dan di biopsi kesimpulan Adenocarsinoma
prostat, gleason score 7 (3+4).
Pada akhir tahun 2012 pasien kembali retensio urin orkiektomi, pasien lalu
dirujuk ke RSAM lalu dilakukan orkiektomi. Pada tahun 2013 retensio
urin kembali terjadi kemudian dilakukan TUR-B. Setelah itu pasien
disarankan untuk kemoterapi namun pasien menolak dengan alasan takut.
±3 bulan yang lalu keluhan pasien bertambah, yakni konstipasi. terkadang
hematoskezia. Terjadi pula striktur uretra dan pasien di konsulkan untuk
pemasangan alat untuk membantu pasien BAB seperti biasa (masih
terpasang sampai saat ini) dan pasien disuntikkan zoladex 1x, dan
disarankan untuk suntik zoladex per 3 bulan. Setelah itu dilakukan
pemasangan kateter ureterostomy.
Sesampainya di RSAM dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah : 120/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, suhu : 36.5oC, pernafasan 22
x/menit. Pasien tampak sakit sedang dan konjungtiva anemis +/+. Status
Lokalis abdomen: full blast (+), terpasang ureterostomy dan nefrostomy.
Genitalia, inspeksi : massa (-), pembesaran skrotum (-), palpasi : nyeri
tekan (-) massa (-), perianal, inspeksi deformitas (-), hemoroid (-), tumor
(-).
9
Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang yakni Darah Rutin dengan
hasil Hb = 7,9 ( N : 14 – 18), Ht = 33 ( N: 40 – 54 %), LED = 100 (N: 0 -
10 mm/jam), Leukosit = 18. 200 ( N: 4800- 10.800), Trombosit =
275.000 (N: 150.000-400.000), Eritrosit = 2,6 (N: 4,7-6,1), CT/BT =
11’/3’ , Hitung jenis Basofil 0, Eosinofil 0, Batang 0, Segmen 85, Limfosit
7, . Monosit 8. Kimia Darah Protein = 6,5 (6,4-8,3), Albumin = 3,3(3,5-
5,2), Globulin = 3,2 (2,3-3,5), GDS = 163 (<140), Ureum = 110 (13-43),
Creatinine = 8,40 (0,72-1,18), Natrium = 128 (135-145), Kalium = 4,2
(3,5-5), Kalsium = 7,6 (8,6-10), Chlorida = 98 (96-106).
Diagnosis banding
o BPH
o hematoskezia
Diagnosis kerja
o Kanker Prostat
Penatalaksanaan dan Pengobatan :
1. Non Medikamentosa : Pemasangan threeway kateter, diet lunak,
tirah baring
2. Medikamentosa :
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/min
- Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Ranitidin amp/ 12 jam
- Kalnex amp/ 12 jam
III. Pemeriksaan Penunjang :
10
1. Radiologi : USG upper dan lower abdomen
- Tampak lesi inhomogen di prostat yang menyebabkan
ukuran prostat membesar ( volume 197 cc). Batas lesi
tampak irreguler dan masuk ke dalam vesika urinaria aspek
posteroinferolaterodextra et sinistra yang terpasang balon
kateter. (volume lesi di vesika urinaria lk 21,2 cc).
- Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal. SPC tampak
melebar sedang tak tampak massa/batu. Tampak lesi
anechoic bentuk membulat diameter 1,1 cm di subcapsular
pole media ren dextra.
- Ren sinistra : ukuran dan echostruktural normal.SPC tmpak
melebar ringan. Tak tmpak massa atau batu.
- Hepar : ukuran dan ekostruktural normal. Permukaan licin,
sistema bilier dan vaskuler normal, intrahepatal tak
prominen, tak tampak massa/nodul.
- Vesika vilea : ukuran nomal, dinding tak menebal, tak
tampak massa atau batu.
- Lien : ukuran dan ekostruktural normal tak tampak massa
atau batu. Hilus lienalis tak promment
- Pankreas: ukuran dan ekostruktural normal tak tampak
massa atau batu.
Kesan:
- Residif tumor prostat yang menginfiltrasi vesika urinaria
yang menyebabkan hidronefrosis dextra grade II dan
hidronefrosis sin grade I
- Simple cystsubcapsuler di pole media ren dextra ukuran
diameter 1,1 cm
- Tak tampak kelainan dan metastase pada hepar, lien,
pankreas, vesika felea.
- Tak tampak limfadenopati paraortici
11
2. Laboratorium khusus :
a. Histopatologi
Makroskopis : diterima satu sediaan berisi dua potong
jaringan ukuran 3x2x1,5 cm dan 5x4x3 cm, permukaan luar
sebagian kasar, irisan masa solid putih abu-abu, diproses
sebagian cetak.
Mikroskopis : potongan jaringan prostat dengan
proliferasi kelenjar sebagian dengan struktur tubuler kecil,
dilapisi sel berinti bulat, nukleoli prominent, pada bagian lain
tidak membentuk struktur tubuler, invasi diantara stroma
fibromuskuler.
Kesimpulan : adenocarsinoma prostat, gleason score 7
(3+4).
IV. Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad malam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
12
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KELENJAR PROSTAT
2.1.1. Anatomi
Prostat merupakan kelenjar terbesar yang diselubungi oleh capsula prostatica
(lapisan tebal berisi pleksus vena dan syaraf) dan vagina prostatica (suatu jaringan
fibrosa bagian dari fascia endopelvica atau lamina viseral pascia pelvis) serta
secara embriologi memiliki muasal yang sama (homolog) dengan glandula
paraurehtrales pada perempuan. Dimensi ukuran prostat yakni memiliki panjang
sekitar 3 cm, lebar 4 cm, dan kedalaman AP 2 cm. Prostat memiliki basis yang
terletak dekat fundus vesica urinaria dan apex yang bersentuhan dengan sfingter
uretra eksterna serta m. perinei profundus. Bagian anterior prostat berupa lapisan
otot, yang disebut juga isthmus prostat atau dulunya disebut lobus anterior, dan
merupakan bagian dari sfingter uretra eksterna.
Prostat dipisahkan dari simfisis pubis di anterior oleh lemak peritoneal di dalam
spatium retropubis. Pada masa intrauterin, prostat fetus dibagi menjadi 5 lobus: 1
lobus anterior (merupakan isthmus prostat saat dewasa), 2 lobi laterales, 1 lobus
posterior, dan 1 lobus medius. Sementara di bagian posterior, antara prostat dan
13
rektum terdapat suatu jaringan ikat pemisah yakni fascia Denonvillier atau septum
recovesicalis yang berguna mencegah invasi karsinoma prostat ke rektum.
Struktur-struktur pemfiksasi prostat diantaranya: ligamentum puboprostaticum
yang merupakan lanjutan anterolateral dari vagina prostatica, diafragma
urogenital, dan M. levator prostat. Vaskularisasi: pasokan darah arteri prostat
berasal dari r. Prostaticus a. vesicalis inferior dan r. Prostaticus a. rectalis media.
Aliran vena: darah dari prostat akan terdrainasi ke pleksus venosus prostaticus
yang terletak di antara capsula prostatica dan vagina prostatica. Darah dari pleksus
venosus prostaticus akan mengalir ke v. iliaca interna. Pleksus venosus prostaticus
berhubungan di superior dengan pleksus venosus vesicalis dan di posterior dengan
pleksus venosus vertebralis interna. Inervasi: prostat mendapat persyarafan dari
pleksus prostaticus tempat prostat menerima impuls baik rangsang simpatis
maupun parasimpatis. Impuls simpatis prostat bermula dari: nucleus
intermediolateralis L1—L3 –> n. sphlanicus lumbalis –> ganglion mesenterica
inferior –> pleksus hipogastricus superior –> n. hipogastrikus dekstra et sinistra –
> plekus hipogastricus inferior (atau pleksus hemorroidalis medius) –> pleksus
prostaticus. Sementara itu, jalaran parasimpatis prostat bermula dari: nucleus
intermedius S2—S4 –> Nn. Errigentes (Nn. Sphlanchnici Pelvici) –> pleksus
plekus hipogastricus inferior (atau pleksus hemorroidalis medius) –> pleksus
prostaticus. Nodus limfatik pada prostat yakni: lnn. Iliaci interni dan lnn. Sacrales.
Secara anatomis, meskipun kurang begitu jelas terlihat, lobus-lobus prostat dibagi
menjadi beberapa bagian:
14
1. Isthmus prostat: disebut juga lobus anterior dan sesuai namanya berada di anterior
urethra, berisi jaringan fibromuskuler lanjutan m. sfingter uretra eksterna dan
sedikit jaringan glandular
2. Lobus dekstra dan sinistra prostat, yakni lobus selain bagian dari isthmus prostat,
yang dibagi lagi menjadi 4 lobulus berdasarkan hubungannya dengan urethra dan
ductus ejaculatorii:
Lobulus inferoposterior: berada di posterior urethra dan inferior ductus
ejaculatorii
Lobulus inferolateral: berada langsung di lateral urethra dan merupakan bagian
terbesar dari lobus dekstra dan sinistra prostat
Lobulus superomedial: berada di dalam dari lobulus infero posterior, mengelilingi
ductus ejaculatorii
Lobulus anteromedial: berada di dalam lobulus inferolateral, dan secara langsung
di lateral dari uretra prostatica proksimal
Gambar 2.1. Organ prostat pada pria
15
Gambar 2.2. Organ prostat pada priaSumber : K. OH, William (2000)
Secara klinis, parenkim prostat dewasa dibagi menjadi 4 zona:
Zona sentral: disebut juga lobus medius, mengelilingi ductus ejakulatorius saat
memasuki glandula prostat. Zona ini menyusun 25% jaringan kelenjar dan
resisten mengalami keganasan karsinoma dan peradangan. Sel-sel pada zona
sentral memiliki ciri lebih mencolok dan sitoplasma sedikit basofilik dengan
nukleus lebih besar yang terletak pada level berbeda pada tiap-tiap sel.
Kemungkinan zona ini secara embriologik berasal dari inklusi ductus
mesonefrikus saat prostat berkembang.
Zona perifer: menyusun 70% kelenjar prostat dan mengelilingi zona sentral yakni
terletak pada bagian posterior dan lateral glandula prostat. Kebanyakan carcinoma
muncul dari zona perifer prostat dan akan terpalpasi saat tes colok dubur. Selain
itu, zona ini merupakan zona paling rentan terkena radang.
16
Zona transisional: menyusun 5% komponen kelenjar, terdiri dari glandula
mucosal, dan terletak di sekitar urethra prostatica. Pada lansia, sel parenkim pada
zona ini seringkali mengalami hiperplasia (penambahan jumlah sel) dan
membentuk massa nodular sel epitel yang dapat menekan urethra prostatica,
menyebabkan gangguan urinasi. Kondisi tersebut dinamakan benign prostatic
hyperplasia (BPH).
Zona periurethra: tersusun atas glandula mukosa dan submukosa. Zona ini dapat
mengalami pertumbuhan abnormal pada fase BPH lanjutan, terutama
pertumbuhan dari komponan stroma. Bersama dengan nodul glandular pada zona
transisional, keduanya akan meningkakan kompresi urethra dan retensi lebih
parah dari urin di vesica urinaria.
Zona lain selain komponen glandular yakni stroma fibromuskular yang terletak
pada permukaan anterior glandula prostat, anterior dari urethra.
Gambar 2.3. Zona prostat secara histologi
17
2.2. Kanker Prostat
Kanker prostat merupakan keganasan pada prostat yang terbanyak diantara
keganasan sistem urogenital pria. Karsinoma prostat ini diderita oleh pria berusia
diatas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75%
pada usia lebih dari 50 tahun (Purnomo, 2012).
Penyebab kanker prostat tidak diketahui secara tepat, beberapa faktor diduga
sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat, yakni predisposisi genetik,
pengaruh hormonal, diet, pengaruh lingkungan, dan infeksi. Kemungkinan untuk
menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudarnya juga menderita. Hal ini
menunjukkan bahwa ada faktor genetika yang melandasi terjadinya kanker
prostat. Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari hewan,
daging merah, dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat.
Lebih dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya didominasi
transisional sel karsinoma. (Presti, J. C, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa 60
- 70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba sebagai
nodul – nodul keras irregular. Fenomena ini nyata pada saat pemeriksaan rectum
dengan jari (Digital Rectal Examination). Nodul – nodul ini memperkecil
kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih atau uretra yang berjalan tepat di
tengah prostat. Sebanyak 10 – 20 % kanker prostat terjadi pada zona transisional,
dan 5 – 10 % terjadi pada zona sentral.
2.2.1. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Prostat
Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor resiko
kanker prostat adalah sebagai berikut:
1. Usia
Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria kulit putih,
dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat. Sedangkan pada pria
kulit hitam pada usia 40 tahun dengan riwayat keluarga satu generasi sebelumnya
18
menderita kanker prostat. Data yang diperolehmelaui autopsi di berbagai negara
menunjukkan sekitar 15 – 30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat
secara samar. Pada usia 80 tahun sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran
histology kanker prostat. (K. OH, William et al, 2000).
2. Ras dan tempat inggal
Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras Afrika – Amerika.Pria
kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita kanker prostat
dibandingkan dengan pria kulit putih (Moul, J. W., et al, 2005).
3. Riwayat keluarga
Carter dkk menunjukkan bahwa kanker prostat didiagnosa pada 15% pria yang
memiliki ayah atau saudara lelaki yang menderita kanker prostat, bila
dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang tidak memiliki kerabat yang
terkena kanker prostat (Haas, G. P dan Wael A. S., 1997). Pria yang satu generasi
sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar
menderita kanker prostat dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk
pria yang 2 generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10
kali lipat lebih besar menderita kanker prostat.
4. Faktor hormonal
Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel Leydig pada testis
yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa dihidrotestosteron (DHT) di
organ prostat oleh enzim 5 - α reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa
kanker prostat terjadi karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria,
tetapi hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian
menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker prostat.
Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita prostat, tanpa
diikuti dengan meningkatnya kadar testosteron. (Haas, G. P dan Wael A. S.,
1997).
19
5. Pola makan
Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan berbagai jenis
kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam terjadinya kanker prostat belum
dapat dijelaskan secara rinci karena adanya perbedaan konsumsi makanan pada
rasa atau suku yang berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi dan lain
sebagainya. Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari hewan,
daging merah, dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat. Sebaliknya,
beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat, diantaranya
adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon, atau fitoesterogen yang banyak terdapat
pada kedelai, likofen yang terdapat pada tomat, selenium yang terdapat pada
ikanlaut, daging, dan biji-bijian, serta vitamin E.
6. Kebiasaan merokok dan paparan zat kimia
Kebiasaan merokok dan paparan zat kimia kadmium yang banyak terdapat pada
alat elektronik dan baterai berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat.
2.2.2. Gejala Klinis Kanker Prostat
Secara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala khas. Karena
itu, sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada umumnya sama
dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu buang air kecil tersendat atau tidak
lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang dan gangguan saraf. Dua keluhan
itu muncul bila sudah ada penyebaran ke tulang belakang Tahap awal (early
stage) yang mengalami kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala klinis
atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya (locally advanced) didapati obstruksi
sebagai gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga hematuria
yakni urin yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat
berkemih. Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami
metastase di tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang menhgalami
kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda spinalis.
20
Kurang lebih 10% pasien yang datang berobat ke dokter mengeluh adanya
gangguan saluran kemih berupa kesulitan miksi, nyeri kencing atau hematuria
yang menandakan bahwa kanker telah menekan uretra.
2.2.3. Pemeriksaan Kanker Prostat
Kanker prostat stadium dini biasanya ditemukan pada pemeriksaan rectal toucher,
berupa nodul keras pada prostat, namun tidak jarang nodul ini sulit ditemukan
sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)
atau secara kebetulan ditemukan adanya peningkatan kadar penanda tumor PSA
(prostate spesific antigen) pada saat pemeriksaan laboratorium. Jika ditemukan
ada area hipoekoik selanjutnya dilakukan biopsi transrektal pada area tersebut
dengan bimbingan TRUS.
a. Digital Rectal Examination
Pemeriksaan rutin prostat yang di perlukan adalah pemeriksaan rektum dengan
jari atau digital rectal examination. Pemeriksaan ini menggunakan jari telunjuk
yang dimasukkan ke dalam rektum untuk meraba prostat. Penemuan prostat
abnormal pada DRE berupa nodul atau indurasi hanya 15 – 25 % kasus yang
mengarah ke kanker prostat (Moul, J. W., et al, 2005).
b. Pemeriksaan kadar Prostat Spesifik Antigen (PSA)
Adalah enzim proteolitik yang dihasilkan oleh epitel prostat dan dikeluarkan
bersamaan dengan cairan semen dalam jumlah yang banyak. Prostat Spesifik
Antigen memiliki nilai normal ≤ 4ng/ml. Pemeriksaan PSA sangat baik digunakan
bersamaan dengan pemeriksaan DRE dan TRUSS dengan biopsy. Peningkatan
kadar PSA bias terjadi pada keadaan Benign Prostate Hyperplasya (BPH), infeksi
saluran kemih dan kanker prostat sehingga dilakukan penyempurnaan dalam
interpretasi nilai PSA yaitu PSA velocity atau perubahan laju nilai PSA, densitas
PSA dan nilai rata – rata PSA, yang nilainya bergantung kepada umur penderita
21
Umur (tahun) Rata –rata Nilai Normal PSA (ng/mL)
40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
0.0 – 2.5
0.0 – 3.5
0.0 – 4.5
0.0 – 6.5
Tabel 2.1. Rata-rata nilai normal Prostat Spesifik Antigen menurut umur ( Choen
J.J dan Douglas M.D )
Pasien yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL biasanya menderita kanker
prostat. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa hanya 2% laki – laki yang
menderita BPH yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL. Sedangkan dari
103 pasien dengan semua stadium kanker prostat, 44% memiliki kadar PSA lebih
dari 10 ng/mL . Dimana 305 nya dapat ditemukan pada pasien dengan stadium
kanker T1 – 2, NX, M0. Dengan demikian jelaslah bahwa ada hubungan antara
peningkatan PSA dengan stadium kanker prostat (K. OH, William, et al,. 2000).
c. Biopsi Prostat
Biopsi prostat merupakan “gold standard” untuk menegakkan diagnosa kanker
prostat. (Jefferson, K dan Natasha J., 2009). Pemeriksaan biopsi prostat
menggunakan panduan transurectal ultrasound scanning (TRUSS) sebagai
sebuah biopsi standar. Namun seringnya penemuan mikroskopis kanker prostat ini
terjadi secara insidentil dari hasil TURP atau pemotongan prostat pada penyakit
BPH Pemeriksaan biopsi prostat dilakukan apabila ditemukan peningkatan kadar
PSA serum pasien atau ada kelainan pada saat pemeriksaan DRE atau kombinasi
keduanya yaitu ditemukannya peningkatan kadar PSA serum dan kelainan pada
DRE. Pada pemeriksaan mikroskopis ini sebagian besar karsinoma prostat adalah
jenis adenokarsinoma dengan derajat diferensiasi berbeda – beda. 70%
adenokarsinoma prostat terletak di zona perifer, 20% di zona transisional dan 10%
di zona sentral (Moul, Judd W, et al, 2005). Namun penelitian lain menyatakan
bahwa 70% kanker prostat berkembang dari zona perifer, 25% zona sentral dan
22
zona transisional dan beberapa daerah periuretral duct adalah tempat – tempat
yang khusus untuk beningn prostate hyperplasia (BPH) (Seitz, M., et al, 2009).
Pada hasil biopsi prostat, sebagian besar kanker prostat adalah adenokarsinoma
dengan derajat yang berbeda – beda. Kelenjar pada kanker prostat invasif sering
mengandung fokus atipia sel atauNeoplasia Interaepitel Prostat (PIN) yang diduga
merupakan prekusor kanker prostat.
d. Pencitraan
Dalam melakukan pencitraan, ada beberapa jenis pencitraan yang biasa di pakai
dalam mendiagnosis kanker prostat diantaranya yaitu :
1) Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS)
Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS) adalah pemeriksaan yang digunakan
untuk menentukan lokasi kanker prostat yang lebih akurat dibandingkan dengan
DRE, juga merupakan panduan klinisi untuk melakukan biopsi prostat sehingga
TRUSS juga sering dikatakan sebagai “a biopsy – guidence”. Selain untuk
panduan biopsi, TRUSS juga digunakan untuk mengukur besarnya volume prostat
yang diduga terkena kanker. Transrectal Ultrasound juga digunakan dalam
tindakan cryosurgery dan brachytherapy. Untuk temuan DRE yang normal namun
ada peningkatan kadar PSA (biasanya lebih dari 4) dapat juga digunakan TRUSS
untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadi keganasan pada prostat (Evidence
Based Guideline Transrectal Ultrasound BlueCross BlueShield of North Carolina,
1994)
2) Endorectal Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3) Axial Imaging (CT – MRI)
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah pasien penderita kanker prostat
menderita metastase ke tulang pelvis atau kelenjar limfe sehingga klinisi bias
menetukan terapi yang tepat bagi pasien. Namun perlu diingat juga bahwa
penncitraan ini cukup memakan biaya dan sensitivitasnya juga terbatas hanya
sekitar 30 – 40%.
23
2.2.4 Grading dan Staging Kanker Prostat
Kanker prostat biasanya mengalami metastase ke kelenjar limfe pelvis kemudian
metastase berlanjut ke tulang – tulang pelvis → vertebra lumbalis → femur →
vertebra torakal → kosta. Lesi yang sering terjadi pada metastase di tulang adalah
lesi osteolitik (destruktif), lebih sering osteoblastik (membentuk tulang). Adanya
metastasis osteoblastik merupakan isyarat yang kuat bahwa kanker prostat berada
pada tahap lanjut. Untuk menentukan grading, yang paling umum di gunakan di
Amerika adalah sistem Gleason (Presti, J. C., 2008). Skor untuk sistem ini adalah
1 – 5 berdasarkan pola secara pemeriksaan spesimen prostat di laboratorium
Patologi Anatomi (Tabel 2.2).
Ada 2 skor yang harus dilihat dalam sistem Gleason yaitu :
1) Skor primer adalah penilaian yang diberikan berdasarkan gambaran
mikroskopik yang paling dominan pada spesimen yang diperiksa
2) Skor sekunder adalah gambaran mikroskopik berikutnya yang paling dominan
setelah yang pertama.
Total skor untuk Gleason adalah jumlah dari skor primer dan skor sekunder
dimana masing – masing rentang nilai untuk skor primer dan sekunder adalah 1 -
5 dan totalnya 2 – 10. Bila total skor Gleason 2 – 4, maka specimen
dikelompokkan kedalam kategori well – differentiated, sedangkan bila skor
Gleason 5 – 6 dikategorikan sebagai moderate differentiated dan skor Gleason 8 –
10 dikelompokkan sebagai poor differentiated. Tidak jarang skor Gleason bernilai
7 sesekali di masukkan ke dalam kategori moderate differentiated, namun bisa
dimasukkan kedalam kategori poor differentiated. Kerancuan ini diatasi dengan
cara sebagai berikut :
1. Bila skor primer Gleason adalah 3 dan skor sekunder 4, maka di masukkan ke
dalam kategori moderate differentiated.
2. Bila skor primer Gleason 4 dan skor sekunder 3 maka di masukkan ke dalam
kategori poor differentiated, karena memiliki prognosis yang lebih buruk daripada
yang memiliki skor primer Gleason 3 (Presti, J. C., 2008).
24
Tabel 2.2. Skor Grading menurut Gleason Skor Gleason
2.2.5. Penanganan Kanker Prostat
Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu diperhatikan faktor
– faktor yang berhubungan dengan prognosis kanker prostat yang dibagi kedalam
dua kelompok yaitu faktor – faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat.
Faktor prognostik klinis adalah faktor – faktor yang dapat dinilai melalui
pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat. Faktor
klinis ini sangat penting karena akan menjadi acuan untuk mengidentifikasi
karakteristik kanker sebelum dilakukan pengobatan yang sesuai. Sedangkan faktor
patologis adalah faktor – faktor yang yang memerlukan pemeriksaan,
pengangkatan dan evaluasi kesuruhan prostat. (Buhmeida, A ., et al, 2006).
Faktor – prognostik antara lain :
1. Usia pasien
2. Volume tumor
3. Grading atau Gleason score
4. Ekstrakapsular ekstensi
5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis
6. Zona asal kanker prostat
7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor dan lain – lain.
25
Penangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan penyakitnya apakah kanker
prostat tersebut terlokalisasi, penyakit kekambuhan atau sudah mengalami
metastase. Selain itu juga perlu diperhatikan faktor – faktor prognostik diatas yang
sangat penting untuk melakukan terapi kanker prostat. Untuk penyakit yang masih
terlokalisasi langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan watchfull waiting
atau memantau perkembangan penyakit. Watchfull waiting merupakan pilihan
yang tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup kurang dari 10 tahun atau
memiliki skor Gleason 3 + 3 dengan volume tumor yang kecil yang memiliki
kemungkinan metastase dalam kurun waktu 10 tahun apabila tidak diobati
(Choen, J. J. dan Douglas M. D., 2008). Sumber lain menuliskan bahwa watchfull
waiting dilakukan bila pasien memiliki skor Gleason 2 – 6 dengan tidak adanya
nilai 4 dan 5 pada nilai primer dan sekunder karena memiliki resiko yang rendah
untuk berkembang (Presti, J. C, 2008) Sekarang ini, pria yang memiliki resiko
sangat rendah (very low risk) terhadap kanker prostat dan memilih untuk tidak
melakukan pengobatan, tetapo tetap dilakukan monitoring.
Menurut Dr. Jonathan Epstein, seorang ahli patologi dari Rumah Sakit Johns
Hopkins (Epstein, J., 2011) mengemukakan beberapa kriteria yang termasuk
kedalam golongan resiko rendah terhadap kanker prostat (very low risk) :
1) Tidak teraba kanker pada pemeriksaan DRE (staging T1c)
2) Densitas PSA (jumlah serum PSA dibagi dengan volume prostat) kurang dari
0,15
3) Skor Gleason kurang atau sama dengan 6 dengan tidak ditemukannya pola
yang bernilai 4 atau 5
4) Pusat kanker tidak lebih dari 2 atau kanker tidak melebihi 50% dari bagian
yang di biopsi. Radikal prostatektomi adalah prosedur bedah standar yang
mengangkat prostat dan vesika seminalis. Prognosis pasien yang melakukan
radikal prostatektomi tergantung dengan gambaran patologis spesimen prostat.
26
2.2.6. Terapi Kanker Prostat
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium,
umur harapan hidup, dan derajat diferensiasinya
STADIUM ALTERNATIF TERAPI
T1-T2 (A-B) Radikal prostatektomi
Observasi (pasien tua)
T3-T4 (C) Radiasi
Prostatektomi
N atau M (D) Radiasi
Hormonal
1. Observasi
Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang
dari 10 tahun.
2. Prostatektomi radikal
Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 cocok untuk dilakukan
tindakan ini yakni dengan mengangkat kelenjar prostat bersama dengan
vesikula seminalis.
3. Radiasi
Ditujukan untuk pasien tua atau dengan tumor yang telah mengalami
metastasis. Pemberian radiasi externa biasanya didahului dengan
limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapat dikerjakan melalui bedah
laparoskopik disamping operasi terbuka.
4. Terapi hormonal
Hal ini bertujuan untuk meniadakan sumber androgen baik dengan
pembedahan maupun dengan medikamentosa. Sumber androgen yang
dihilangkan berasal dari testis dan kelenjar suprarenal dimana terdapat 10%
dari seluruh testosteron yang beredar dalam tubuh.
27
top related