irene manik 140200313 departemen hukum ekonomi
Post on 06-Oct-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP
PROGRAM(PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)
SEBAGAI SALAH SATU PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
IRENE MANIK 140200313
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan 2018
Universitas Sumatera Utara
z
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah, kekal abadi kasih setiaNya.Terpujilah Tuhan atas
berkat serta rahmat karuniaNya yang memberikan kemampuan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.Penulisan skripsi ini
merupakah salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penyelesaian studi di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar Sarjana
Hukum.Skripsi ini berjudul Penerapan Employee Stock Ownership Program
(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu
Penerapan Good Corporate Governance.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua
penulis Bapak Oscar Manik dan Mama Mardiana Tumanggor atas kasih sayang,
doa, kesabaran, serta segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
formal ini, juga kepada Abang penulis, Martua Andus Manik dan Adik penulis,
Tetty Manik terimakasih untuk doa dan segala dukungan selama ini kepada
penulis.
Dalam proses penyusunan skripsi ini juga penulis mendapat banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum sebagai Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus
Dosen Pembimbing I. Terimakasih atas saran, nasehat, dan ilmu yang
diberikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini;
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II.
Terimakasih atas waktu, saran, ilmu, dan segala bantuan serta telah
membimbing penulis dengan sabar dalam penulisan skripsi ini;
8. Ibu Latifah, S.H dan Ibu Syarifah Lisa Andriati, S.H., M.Hum selaku
Dosen Pembimbing Akademik;
9. Ibu Windha, S.H., M.Hum dan Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.Hum selaku
Dosen Pendamping Tim Delegasi NMCC Pringgodigdo V;
10. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
11. Saudara-saudara penulis, Anggita Sumbayak, Diana Simanjuntak, Endang
Silalahi, Angelika Gultom, Glory Situmorang, Grace Sianturi, Lowis
Onike, Nova Makonni, Widya Cicilia yang selalu mendukung proses studi,
mendoakan dan menemani penulis.
12. Sahabat-sahabat penulis, Riris F Panjaitan, Deniel P Sirait & Irene Cristna
yang menjadi sahabat menjalani perkuliah sejak awal sampai saat ini yang
Universitas Sumatera Utara
selalu memberi semangat, mendoakan, menoreh kenangan bersama, serta
menyuarakan canda tawa dan juga tangis.
13. Teman-teman penulis, Flora, Riris Silalahi, Antrisari, Piter, Desy,
Magdalena, Sarah Gita, Yona yang terus memotivasi penulis agar
semangat dalam proses pembelajaran di perkuliahan.
14. Keluarga besar UKM Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, terkhusus saudara-saudara kelompok kecil
penulis, Kak Sylvia, Riris, Rame Liza, Chris Agave, Andree, Christina,
dan adik-adik penulis Ketzia, Lilis, Feny, Bertha, Dwina, dan Lulu.
15. Keluarga Besar Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara (KPS FH USU), terkhusus tim delegasi pada NMCC
Pringgodiggo V Fakultas Hukum Universitas Airlangga Tahun 2015,
Riris, Deniel, Irene C, David, Yudika, Elia, Fadlan, Doli, Hafifah, Kak
Mawan, Bang Ritcat, juga kepada BPH dan Pengurus KPS FH USU
Periode 2015-2016, para coach dan juga rekan mooters lainnya.
16. Teman-teman penulis Cindy, Den, Kim, Resmi, Sara, Silvia, Bintang,
Mul, angkatan 2014 di Grup B, IMAHMI, tim klinis, dan teman-teman
lain yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan, Februari 2018
Irene Manik
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 14
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 14
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 15
E. Keaslian Penulisan ..................................................................... 16
F. Tinjauan Kepustakaan ................................................................ 17
G. Metode Penulisan ....................................................................... 23
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 27
BAB II GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM HUKUM PERUSAHAAN DI INDONESIA
A. Pengertian Corporate Governance .............................................. 30 B. Prinsip Dasar GoodCorporate Governance.................................. 44 C. Perkembangan Good Corporate GovernanceDalam
Hukum Korporasi di Indonesia.................................................... 50
BAB III PENERAPAN DAN SISTEM EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)
A. Pengertian Employee Stock Ownership Program(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) .......................................... 61
B. Konsep dan Ketentuan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) ........................... 67
C. Sistem dan Jenis Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) ........................... 76
BAB IV EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Universitas Sumatera Utara
A. Penerapan Good Corporate Governancedalam Hukum Perusahaan di Indonesia.............................................................. 83
B. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) pada Perusahaan di Indonesia ................................................................................... 101
C. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu Penerapan Good Corporate Governance ..................................... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 113
B. Saran.......................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 118
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) SEBAGAI SALAH SATU
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Irene Manik* Bismar Nasution ** Mahmul Siregar ***
Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada inisiatif perusahaan untuk mampu mengatur semua kinerja perusahaan dengan baik dalam wujud Good Corporate Governance yang dijalankan sesuai dengan prinsip yang berlaku. Bahwasanya, pengelolaan perusahaan perlu melihat cara untuk mengakomodasikan dan melindungi setiap unsur dalam perusahaan termasuk karyawan sebagai stakeholder. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana Good Corporate Governance dalam hukum perusahaan di Indonesia, bagaimana penerapan dan sistem Employee Stock Ownership Program, bagaimana Employee Stock Ownership dalam Good Corporate Governance. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif.Data utama yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis secara kuslitatif. Konsep Good Corporate Governancediterapkan perusahaan guna memperbaiki keberlangsungan perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip dan telah diatur dengan regulasi yang sedemikian.Konflik kepentingan perusahaan bisa muncul mengingat aspek perusahaan bukan saja tentang pemegang saham ada stakeholderlain yang juga mempunyai peran penting dan selanjutnya perlu dilindungi.Keberadaan program Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program yang telah lama dilaksankan pada negara-negara maju dan sejak tahun 1998 sudah diterapkan di Indonesia yang sistemnya diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Wujudnya dapat diberikan sebagai bonus atau pembelian secara sukarela karyawanatau bahkan dana yang ditetapkan, yang dikelola oleh pengelola dana yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan. Korelasi antara kedua hal tersebut menjukkan sinergi yang baik dalam keberlangsungan perusahaan, peningkatan produktivitas, dan mampu membangun persepsi yang positif terhadap perusahaan. Kata Kunci: Good Corporate Governance (GCG), Employee Stock
OwnershipProgram (ESOP) *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dunia bisnis dewasa ini sudah sangat pesat, hal ini disebabkan
adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat baik berupa barang
maupun jasa untuk keperluan sarana dan prasarana, sehingga mendorong
masyarakat untuk melakukan kegiatan bisnis meskipun sebagian masyarakat
masih memilih melakukan kegiatan bisnis secara mandiri dan sebagian lagi
melakukan bisnis dengan membentuk suatu organisasi perusahaan sebagai
wadahnya.
Perusahaan di pandang dari sudut ekonomi adalah suatu unit organisasi
usaha yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.Sedangkan
perusahaan dipandang dari sisi hukum adalah suatu kegiatan usaha yang
dijalankan secara terus menerus, tidak terputus-putus dan terang-terangan
yang bergerak keluar dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai
keuntungan.1
Veithal dan Rivai menjelaskan bahwa organisasi adalah wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat
dicapai oleh individu dan secara sendiri-sendiri.Organisasi suatu unit
1Marihot Tua Efendi Harianja, Perilaku Organisasi (Memahami dan Mengelola Perilaku
dalam Organisasi, (Bandung: UNPAR PRESS, 2009), hlm. 47.
Universitas Sumatera Utara
terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai suatu
sasaran tertentu atau serangkaian sarana dengan struktur dan tujuan tertentu.2
Persoalan bisnis tidak semata-mata lepas dari situasi dan tanggung jawab
kepada masyarakat sekitar.Untuk itu, diperlukan prinsip Good Corporate
Governance yang dilihat sebagai suatu keniscayaan bagi dunia usaha untuk
kembali menata kehidupan bisnisnya menjadi lebih baik.Corporate
Governance adalah mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan
dialokasikan menurut aturan hak dan kuasa. Pelaksanaan GCG adalah
dianggap sebagai terapi yang paling manjur untuk membangun kepercayaan
antara pihak manajemen dan penanam modal beserta krediturnya, sehingga
Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas merupakan trend dan
perkembangan terpenting saat ini.Bagi negara-negara tertentu, memasuki era
perdagangan bebas memerlukan persiapan misalnya mengefektifkan dan
mengefisienkan perekonomian adalah suatu prasyarat kondisional. Belajar dari
krisis keuangan dan ekonomi di Asia, lembaga-lembaga keuangan
internasional seperti World Bank, Consultative Group on Indonesia, Asian
Development Bank, International Monetary Fund, berkesimpulan bahwa
penerapan Good Corporate Governance adalah hal yang cukup mendesak
untuk segera diimplementasikan oleh kalangan pelaku usaha dan solusi bagi
krisis. Secara historis, corporate governance adalah suatu konsep yang telah
lama dirintis dan dijalankan oleh kalangan pakar hukum bisnis dan pelaku
bisnis di negara-negara Anglo-Saxon dan beberapa negara-negara Eropa.
2 Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 189.
Universitas Sumatera Utara
pemasukan modal bisa terjadi kembali, yang pada gilirannya dapat membantu
proses pemulihan ekonomi Indonesia.3
Corporate Governance merupakan, proses dan struktur yang digunakan
untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan
dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan
dengan tujuan utama mewujudkan nilai tambah pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder yang lain.Dari
pengertian itu dapat dikatakan bahwa corporate governance mengandung
prinsip pengelolaan perusahaan dengan memperhatikan keseimbangan
kewenangan pelaksana perusahaan dengan kepentingan pemegang saham,
serta kepentingan masyarakat luas sebagai bagian dari stakeholder.Secara
internal, keseimbangan kewenangan direksi dan komisaris dan hak pemegang
saham di rancang sedemikian rupa melalui penerapan prinsip CG mekanisme
dan struktur kelembagaan perusahaan dapat bergerak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.
4
Dalam perkembangan selanjutnya CG dijadikan sebaagi aturan atau
standar di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,
direksi, manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta
pertanggungjawaaban kepada pemegang saham.CG mengandung prinsip-
prinssip yang melindugi kepentingan perusahaan, pemegang saham,
manajemen, board of directors, dan investor, serta pihak-pihak yang terkait
3Ibid. 4Ibid., hlm. 96.
Universitas Sumatera Utara
dengan perusahaan.Prinsip-prinsip tersebut adalah melalui penerapan fairness,
transparancy, accountability, dan responsibility.5
Tujuan utama setiap perusahaan adalah berusaha dapat memepertahakan
hidupnya (going concern) dan memperoleh profit. Kemampuan perusahaan
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan didirikan perusahaan tersebut
menunjukkan kinerja atau prestasi kerja. Tujuan perusahaan dapat diwujudkan
dalam visi dan misi perusahaan.Selanjutnya, visi dan misi tersebut
diterjemahkan dalam strategi perusahaan.Perusahaan dapat mengukur kinerja
usahanya dengan menggunakan ukuran finansial (pertumbuhan penjualan,
pertumbuhan profit, dan pertumbuhan aset) dan nonfinansial (perputaran
karyawan, kepuasan pelanggan, dan produktivitas).Hal tersebut juga sesuai
dengan konsep pengukuran kinerja dari perspektif Balanced Scorecard yang
melakukan pengukuran kinerja perusahaan dari dua sisi, yaitu sisi keuangan
dan nonkeuangan. Konsep Balanced Scorcard dapat dijabarkan menjadi empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses
bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
6
GCG menurut OECD Principle of Corporate Governance, tata kelola
perusahaan yang baik membantu untuk memastikan bahwa perusahaan
melibatkan dirinya ke dalam serangkaian kepentingan
konstituennya.Konstituen yang dimaksud adalah pihak-pihak terkait dengan
operasi perusahaan, manajemen yang bertanggung jawab terhadap perusahaan,
serta stakeholder lainnya.Dalam tulisannya “Analysis of 400 Strategic
5Ibid., hlm. 97. 6IGAM Asri Dwija Putri, 2012. “Peranan Good Governance dan Budaya Terhadap
Kinerja Organisasi”.Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7. No. 2., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
Decisions”, bahwa separuh dari pengambil keputusan strategis menemui
kebuntuan karena mereka tidak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
stakeholder kunci perusahaan.7
Perubahan sudut pandang entitas terhadap corporate governance utamanya
pendekatan terhadap stakeholder, mengalami tiga tahapan perkembangan
historis.Dimulai dengan production view of the firm, yang memandang bahwa
entitas lebih berfokus pada bagaimana perusahaan hanya bertindak sebagai
produsen yang menyalurkan produk kepada konsumennya.Ketika kontrol dan
kepemilikan perusahaan telah dipisahkan, saat itu mereka tengah memasuki
fasemanagerial view of thefirm, yakni sudutpandang yang memfokuskan pada
fungsi kendali dan kepemilikan di perusahaan.
8
Memasuki tahap selanjutnya, entitas berada dalam kondisi matang saat
terciptanya pandangan bahwa perusahaan timbul sebagai akibat pertemuan
dari berbagai kepentingan pemangkunya.Kondisi ini disebut sebagai nexus of
contract yang memfokuskan pada pemisahan peran antara shareholder dan
stakeholder. Konflik yang sering terjadi adalah antara stakeholder dan
shareholder, ketika pemegang saham mendambakan keuntungan yang
sebesar-besarnya, sementara di sisi lain stakeholder menginginkan perusahaan
seharusnya memberikan kontribusi lebih banyak lagi kepada sekelilingnya.
9
Shareholder theory hanya menitikberatkan pada keuntungan jangka
pendek, sedangkan manajemen harus memperhatikan kesinambungan
7 Analisis Stakeholder Mapping Srudi Kasus pada Professional Product Division L’oreal
Indonesia Periode Januari-Juni 2013, http;//lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 22 November 2017) 8Ibid. 9Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dan berorientasi jangka panjang.Hal esensial dalam mengelola,
mengatur, dan memimpin sebuah perusahaan, yakni bagaimana manajemen
mengubah cara pandangnya terhadap nilai bisnis dari pendekatan shareholder
menuju pendekatan stakeholder. Stakeholder tidak dapat dipungkiri
bahwasanya mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin
keberlangsungan suatu perusahaan.10
Pemisahkan defenisi stakeholder menjadi dua bagian, yakni penjabaran
dalam arti luas dan penjabaran dalam arti sempit.Secara umum stakeholder
dijelaskan sebagai individu maupun kelompok yang mampu mempengaruhi
pencapaian tujuan perusahaan, dan memiliki hubungan yang saling
berkorelasi.Sementara dalam sudut pandang yanglebih sempit, stakeholder
merupakan pihak-pihak tempat perusahaan menggantungkan dirinya untuk
menjamin kelangsungan perusahaan.Kepentingan setiap stakeholder tidak
selalu konsisten, sehingga perusahaan harus menanggapi beragam kepentingan
yang berbeda.Sesuai dengan prinsip OECD ke IV kerangka tata kelola
perusahaan mengakui hak-hak para stakeholder yang ditetapkan oleh
hukum.
11
Perlindungan hukum akan memastikan pengelolaan stakeholder berjalan
dengan semestinya dantidak merugikan salah satu pihak. Globalisasi
mendorong regulator untuk memperhatikan peraturan peundang-undangan
yang mendukung pelaksanaan manajemen stakeholder perusahaan.Secara
umum klasifikasi stakeholder dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, antara
10Ibid. 11Ibid., hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
lain internal dan eksternal stakeholder serta primary dan secondary
stakeholder. Stakeholder internal adalah pihak yang berasal dari dalam
perusahaan dan secara langsung terlibat dalam operasi bisnis
perusahaan.Selanjutnya yang termasuk dalam stakeholder internal tersebut
adalah para pemegang saham dan karyawan.Dalam konteks ini pengelolaan
perusahaan harus mengakomodasikan dan melindungi kepentingan pemegang
saham dan karyawan perusahaan.12
Peranan Good Corporate Governance (GCG), yaitu seperangkat peraturan
yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak
kreditor, pemerintah, karyawan, serta pihak intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengendalikan perusahaan. GCG sebagai proses dan struktur
Keberadaaan karyawan perusahaan sebagai stakeholder internal
perusahaan perlu untuk dilindungi kepentingannya dan tidak dapat dipungkiri
bahwa karyawan mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan operasi
perusahaan dan produktivitas dari perusahaan tersebut.Upaya peningkatan
kinerja perusahaan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal
dan eksternal perusahaan.Pengelolaan perusahaan yang baik termasuk faktor
internal perusahaan sebaliknya lingkungan, kondisi perekonomian secara
umum, dan kebijakan-kebijakan pemerintah merupakan faktor ekternal yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.GCG sebagai suatu sistem
pengawasan perusahaan dengan tujuan mengutamakan kepentingan
stakeholders.
12Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang ditetapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama untuk
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap
memerhatikan kepentingan stakeholders. Dapat diartikan juga bahwa pada
prinsipnya GCG mengandung makna sistem tata kelola perusahaan yang baik
dengan memerhatikan kepentingan stakeholdersdan meningkatkan
nilai/kinerja perusahaan.13
Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu sentral dalam
pengelolaanperusahaan pada saat sekarang ini. Dengan terjadinya rentetan
peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa
diantaranya dinyatakan bangkrut, diAmerika Serikat, telah menyadarkan
banyak pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang baik dan benar. Untuk itu, berbagai cara ditempuh oleh
banyak pihak untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter-parameter
apa yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan konsep GCG ini di dalam
perusahaan.
14
Mengingat istilah stakeholder dapat berupa individu, sekelompok
manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial
yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Kinerja
perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan baik secara
individu maupun secara kelompok.Manusia sebagai entitas kehidupan yang
sangat komplek, sangatlah rumit memperlakukannya. Namun, bukan hal yang
susah juga menyenangkan karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Karena
13 IGAM, Asri Dwija Putri, Op. Cit., hlm. 196. 14 Marta Utama, 2004. “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Perlengkapan
Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1.hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
apabila perusahaan sudah memperlakukan karyawan sebagai manusia yang
utuh, bukan hal mustahil perusahaan akan tumbuh menjadi unggul. Karyawan
seringkali kecewa dengan keputusan manajemen perusahaan menyangkut
kebijakan sumber daya manusianya.Keputusan yang diambil tidak
berdasarkan melihat karyawan sebagai manusia.Keputusan yang hanya terlihat
menguntungkan perusahaan saja tanpa memikirkan akibat yang timbul
diantara karyawannya.Walaupun keputusan itu sebenarnya baik, tidak ada
komunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawan untuk
menjembatani perbedaan pendapat.15
Bisa dilihat pada perusahaan maju dan besar, mereka menjadikan
karyawan sebagai aset yang perlu dilindungi dan ditangani dengan sangat
baik. Mereka memberi imbalan karyawan tidak sekadar gaji yang layak, tapi
juga unsur jaminan kesehatan, perkembangan karir, kesehatan jiwa,
lingkungam, sukungan positif dari manajemen, ketegasan dalam menjalankan
peraturan, desain kantor yang bagus dan budaya perusahaan yang positif.
Karyawan adalah manusia, layaknya aset, tanpa faktor karyawan, sehebat
apapun perusahaan, tidak bisa berjalan dengan baik.Kita lihat adanya mogok
bekerja oleh asosiasi pekerjan mengakibatkan bukan lagi kehilangan
pendapatan perusahaan tapi sudah kerugian besar.Memperlakukan karyawan
hanyalah sumber daya bukanlah kebijakan yang baik.Sumber daya yang hanya
diambil keuntungan tanpa melihat faktor di dalamnya.
15 SDM adalah Aset Terbesar Manajemen, http://www.infosdm.com (diakses pada
tanggal 14 November 2017)
Universitas Sumatera Utara
Membuat karyawan puas bekerja di perusahaan memang bukan hal yang
gampang, tapi bukan hal mutlak yang tak bisa dijalankan.
Sebab apabila karyawan sudah senang dan bahagia bekerja, karyawan
akan menjadi orang terdepan untuk menumbuhkan maupun sebagai tameng
perusahaan. Karyawan akan berbuat apa saja yang mereka bisa agar
perusahaannya maju pesat. Mereka sudah melihat bahwa perusahaan adalah
rumah milik mereka. Rumah yang akan dipertahankan sebaik mungkin dari
gangguan, rumah yang akan terus menerus diperbagus agar nyaman ditinggali,
dan tempat keluarga karyawan tumbuh bersama. Apabila sudah mencapai
tahap itu, perusahaan bisa dipastikan akan tumbuh walaupun banyak faktor
eksternal yang muncul menghadang. Karyawan bisa dijadikan andalan
perusahaan untuk kemajuan walapun tanpa diminta.Perusahaan adalah rumah
kedua bagi karyawan menjadikan rumah yang layak dan nyaman untuk
ditinggali.
Keberadaan suatu perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran
seluruh pemangku kepentingan dengan memaksimalkan seluruh sumber daya
yang ada. Sebagai bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan
di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di
negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju perkembangan
manajemen usahanya. Salah satu praktek tersebut adalah diperkenalkannya
suatu program manajemen sumber daya manusia berupa program kepemilikan
karyawan dalam saham perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja.
Program tersebut dikenal dengan nama Program Kepemilikan Saham oleh
Karyawan (Employee Stock Ownership Program, ESOP).
Universitas Sumatera Utara
Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat
hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik ditinjau dari aspek pasar
modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan.Hal ini mengakibatkan penerapan
ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara
khusus didesain untuk mengatur ESOP. Selain itu, untuk perusahaan tertutup
yang belum go public tetapi ingin melakukan program ini masih dibatasi
dengan ketentuan penawaran umum mengingat belum adanya ketentuan
khusus tentang ESOP.
Pada perusahaan yang sudah go public, awalnya saham dimiliki oleh para
manajer, pemilik, pegawai-pegawai kunci, dan hanya sejumlah kecil yang
dimiliki investor. Ketika perusahaan ingin mengembangkan usahanya maka
perlu ditentukan cara untuk menambah jumlah dari kepemilikan dengan
menerbitkan saham baru yang dapat dijual dengan berbagai cara misalnya
dijual kepada pemegang saham yang sudah ada, dijual kepada karyawan lewat
program Employee Stock Ownership Program (ESOP), menambah saham
lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan), dijual kepada
pembeli tunggal (investor institusi) secara privat, atau ditawarkan kepada
publik.16
Program Opsi Saham Karyawan (POSK) atau dikenal dengan Employee
StockOwnership Program (ESOP) adalah salah satu kebijakan jangka panjang
perusahaan yang melibatkan psikologi tenaga kerja dalam bentuk program
kompensasi yang diberikan kepadakaryawan, terutama karyawan eksekutif,
16 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Employee Stock
Option Plan pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, http;//eprints.uns.ac.id (diakses pada tanggal 13 November 2017)
Universitas Sumatera Utara
untuk menghargai eksekutif atas kinerjajangka panjang perusahaan. Jadi
Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan penyertaan
karyawan dalam kepemilikan saham karyawan terbatas pada tingkat karyawan
tertentu seperti direksi, manajemen, serta karyawan pada posisimanajerial
lainnya.17
Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program
kepemilikan karyawanatas saham perusahaan yang diharapkan dapat
meningkatkan sense of belonging sehingga meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai insentif untuk menghargai
kinerja jangka panjangperusahaan, Employee Stock Ownership Program
(ESOP) merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem keagenan
dan menurunkan agency cost melalui penyejajaran kepentingan para eksekutif
dengan para pemegang saham. Kepemilikan tersebut akan memberikan feeling
yang besar terhadap kepuasan juga komitmen dan kontrol kepada perusahaan.
Program ini telah digunakan secara luas dalam perencanaan dan kompensasi
oleh perusahaan yang terdaftar dipasar modal.
18
Employee Stock Option Plan (ESOP) diharapkan dapat meningkatkan
kinerja agen yang akan tercermin dalam informasi laba akuntansi. Secara
teoritis kompensasi yang berbasis ekuitas secara tidak langsung akan
mendistilasi keberadaan tenaga kerja sehingga dalam jangka panjang
perusahaan akan memiliki karyawan yang secara umum berkualitas dan
memegang konsep proprietary dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan.
17Ibid., hlm. 2. 18Ibid., hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
Karyawan yang potensial danmerupakan key person dapat ditahan dan
dimanfaatkan melalui pemberian sahamdan opsi untuk membeli saham
melalui program Employee Stock Option Plan (ESOP). Hal ini sangat
menguntungkan bagi manajemen perusahaan karena parakaryawan dapat
mengetahui harga saham di pasar dan dengan sendirinya mengetahui berapa
besar keuntungan yang diperolehnya. Para karyawan jugamemperoleh
keuntungan karena tidak langsung dikenakan pajak penghasilan yangbaru
akan dikenakan saat mereka menjualnya.19
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan
sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Good Corporate Governance dalam hukum perusahaan di
Indonesia?
2. Bagaimana penerapan dan sistem Employee Stock Ownership Program
(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)?
3. Bagaimana Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) dalam Good Corporate
Governance?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guna memperoleh
gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Namun disamping Tujuan tersebut terdapat tujuan lainnya, yaitu:
19Ibid., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengetahui Good Corporate Governance dalam hukum
perusahaan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui tentang penerapan dan sistem Employee Stock
Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan).
c. Untuk mengetahui bagaimana Employee Stock Ownership Program
(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu
penerapan dalam Good Corporate Governance.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi iniadalah sebagai
berikut:
a. Secara Teoritis
Dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang
kosong dalam ilmu pengetahuan dibidang hukum yang terkait dengan isi
juga substansi skripsi ini sehingga dapat meberikan sumbangsih yang
berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
khususnya mengenai Employe Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) dalam penerapan Good Corporate
Governance.
b. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para
pembaca baik kalangan akademis dan seluruh organ dan lembaga yang
kemudia dapat memperbaiki penerapan Good Corporate Governancenya
serta setiap aspek yang memerlukannya.
Universitas Sumatera Utara
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai
jenis dan judul skripsi lainnya yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Pada penelusuran yang telah dilakukan ditemukan beberapa
skripsi yang telah dituliskan oleh Alumni Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara terkait dengan program kepemilikan saham oleh karyawan
namun dengan judul yang berbeda yaitu:
1. Nama : Andrew J Tarigan
NIM :060200181
Judul :Aspek Yuridis Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada
Perseroan Terbuka (PT. Tbk)
2. Nama : Yosephine Matilda
NIM : 110200397
Judul :Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi
Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan
Dengan Penerapan Pajak Penghasilan
Pada penulisan skripsi yang telah dilakukan, memiliki perbedaan dengan
penulisan skripsi ini, yaitu pada judul pertama tentang Aspek Yuridis
Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka (PT. Tbk)
membahas tentang, bagaimana aspek yuridis kepemilikan saham bagi
karyawan dalam perseroan terbuka dan pada judul yang kedua terkait Analisis
Universitas Sumatera Utara
Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas
Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan mengkaji tentang
analisis yuridis program kepemilikan saham bagi karyawan namun dikaitkan
dengan penerapan pajak penghasilan, sedangkan pada penulisan skripsi ini
dengan judul penerapan Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Perusahaan) sebagai salah satu penerapan Good
Corporate Governance membahas dan menguraikan tentang bagaimana
keberadaan Good Corporate dalam Hukum Perusahaan di Indonesia,
kemudian tentang penerapan dan sistem dalam Employee Stock Ownership
Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Perusahaan) dalam Good
Corporate Governance.
Pada arsip perpustakaan serta dokumentasi dan informasi hukum,
perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara melalui surat tanggal 06 Oktober 2017 yang menyatakan tidak
ada judul yang sama. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Bapak Prof. Dr.
Bismar Nasution, S.H, M.H dan Ibu Tri Murti Lubis, S.H, M.Hum selaku
Ketua dan Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis.
Apabila kemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain
dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut
menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari penulis.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Good Corporate Governance
Universitas Sumatera Utara
Good Corporate Governance secara defenitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan
dalam konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan yang
kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosesure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Tata kelola perusahaan atau yang lebih populer dengan istilah
corporate governance tersebut juga didefenisikan secara umum oleh
Internasional Finance Corporation (IFC) sebagai “the structures and
processes for the direction and control of companies”.20
Berdasarkan pengertian tersebut, pada intinya tata kelola perusahaan
membahas mengenai bagaimana cara suatu perusahaan diarahkan dan
dikelola agar seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders)
diakomodasi secara baik.
21
20 IFC, “The independent Corporate Governance Manual: First Edition,” (Jakarta: IFC
2004), hlm. 30
Maka dari itu perusahaan harus dikelola dengan
seimbang dan baik, sehingga timbul istilah Good Corporate Governance
(GCG). Meminjam pengertian GCG dari peraturan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam Peraturan Nomor 73/POJK.05/2016 Tahun 2016
tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian
(“POJK 73/2016”) pada Pasal 1 angka 25 disebutkan bahwasanya
21Pengertian Corporate Governance, http://www.investopedia.com (diakses pada tanggal 8 November 2017)
Universitas Sumatera Utara
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian yang selanjutnya disebut Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organ Perusahaan Perasuransian untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai Perusahaan Perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika.
Dari pengertian GCG yang digunakan oleh OJK di atas dapat dilihat
bahwa pengertian tersebut selaras dengan IFC yang menitikberatkan pada
struktur perseroan, yakni pembagian tugas dankewenangan dan tanggung
jawab masing-masingpemangku kepentingan.Pada tahun 2015, G20
Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting bersama dengan
Organisation for Economic Co-operation and Development
(“G20/OECD”) memperbaharui prinsip yang harus diterapkan dalam
GCG, yaitu22
1. Perlindungan hak-hak pemegang saham dan peran kunci
kepemilikan (the rights of shareholders and key ownership
functions);
:
2. Persamaan perlakukan terhadap seluruh pemegang saham (the
equitable treatment of shareholders);
3. Insentif yang masuk akal untuk mendukung iklim investasi (sound
incentives throughout the investment chain);
4. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perseroan
dalam tata kelola perusahaan (the role of stakeholders in corporate
governance);
22G20/ Organization for Economic Co-operation and Development, “Principles of
Corporate Governance,” (Turkey: OECD, 2015), hlm. 4-6.
Universitas Sumatera Utara
5. Keterbukaan dan transparansi (disclosure and transparency);
6. Tanggung jawab pengurus perseroan (the responsibilities of the
board).
Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervise atau pemantauan kinerja manajemen dan
adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya,
berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
2. Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham
Oleh Karyawan)
Program kepemilikan saham atau lebih dikenal dengan sebutan
Employee Stock Ownership Program (ESOP) ialah program manajemen
sumber daya manusia berupa program kepemilikan karyawan dalam
saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Karyawan biasanya
diberikan hak untuk membeli saham perusahaan tempat ia bekerja setelah
periode kerja tertentu, tergantung kebijakan perusahaan. Pelaksanaan
program ESOP dalam suatu perusahaan merupakan bentuk lain dari
penghargaan yang dapat diberikan oleh perusahaan pada karyawan dalam
hal ini secara langsung telah memberikan kontribusi meningkatnya kinerja
perusahaan secara makro.
Program ESOP dapat menciptakan keselarasan, kepentingan serta misi
para pejabat dengan karyawan di lingkungan dengan kepentingan serta
misi pemegang saham.Hal ini secara langsung juga mencegah terjadinya
benturan kepentingan antara pemegang sahamserta pihak-pihak yang
menjalankan perusahaan.Program ESOP sendiri juga dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan serta memberikan motivasi kepada karyawan perusahaan,
juga secara tidak langsung meminta komitmen dari karyawan perusahaan
untuk dapat memberikan kontribusi yang sebaik-baiknya pada perusahaan.
Employee Stock Ownership Programs (ESOPs) adalah rencana
penangguhan keuntungan karyawan dengan mendapatkan saham
perusahaan.23 Secara lengkapnya menurut Bapepam (2002), ESOPs
merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima
kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang akan
melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan
karyawan.24
Employee Stock Ownership Program (ESOP) yang saat ini populer,
didefinisikan oleh Smith dan Zimmerman sebagai salah satu bentuk
kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan
eksekutif, untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang
perusahaan. Berkembangnya Employee Stock Ownership Program (ESOP)
di Indonesia tidak luput dari sejarah awal berkembangnya Employee
StockOwnership Programs (ESOPs) di Amerika Serika pada tahun 1950-
an.
25
23 Klein Katherine J. 1987. Employment Stock Ownership and Employment Attitudes : A
test of Three Models. Journal of Applied Psycology Monograph. Vol. 72, No. 2 24Bapepam. 2002. Studi tentang Penerapan ESOP Perusahaan Publik di Pasar Modal
Indonesia. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 25Asyik, Ida Bagus Putra. 2006. Dampak Pernyataan dan Nilai Wajar Opsi pada
Pengaruh Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.Simposium Nasional Akuntasi 9.Padang .
Seorang ahli hukum yang juga investment banker bernama Louis
Kelso mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan menjadi lebih kuat
apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan.
Dengan demikian, hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga
sekaligus pemilik perusahaan.Sarana yang digunakan untuk memberikan
kesempatan berpartisipasi dalam kepemilikan saham perusahaan adalah
melalui program ESOP tersebut.26
ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain
sebagai berikut
27
1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi,
dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap peningkatan
kinerja perusahaan.
:
2. Menciptakan keselarasaan kepentingan serta misi dari pegawai dan
pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham,
sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham serta
pihak-pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan.
3. Meningkatkan motivasi dan komitmen perusahaan terhadap
perusahaan, karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan,
sehingga di harapkan akan meningkatkan produktifitas dan kinerja
perusahaan.
4. Menarik mempertahankan serta memotivasi pegawai kunci perusahaan
dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.
5. Sebagai saran program peningkatan sumber daya manusia untuk
mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang,
karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi didasarkan
pada prinsip insentif yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu
26 Bapepam, Op. Cit., hlm. 24. 27 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Jakarta: Mega Poin, 2003), hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja
perusahaan atau shareholders’ value.
G. Metode Penulisan
Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu
penelitian yang berfungsi mengembangkan pengetahuan.Jenis penelitian yang
digunaka dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian metode ini, sebagaimana di tulis oleh Peter Mahmud Marzuki,
penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan atura hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian hukum normatif ialah
penelitian ini mangacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan.
1. Jenis dan Sifat Penulisan
Dalam melaksanakan penyusunan penulisan, disesuikan dengan ruang
lingkup objek penelitian dan akan menggunakan metode penelitian yuridis
normatif karena penelitian akan difokuskan pada kajian penerapan kaidah-
kaidah atau norma-norma dalam hukum positif28
28 Johny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Banyumedia Publishing, 2007), hal. 295
. Soerjono Soekanto
menyatakan metode penelitian yuridis normatif merupakan metode
penulisan yang berupa penelitian hukum tentang asas-asas hukum yang
memusatkan perhatian pada kajian tentang norma-norma hukum yang
terdapat dalamperaturan perundang-undangan, konvensi internasional,
traktat, serta keputusan-keputusan pengadilan yang dikelompokkan dalam
bahan hukum primer, dan yang berkembang melalui pembahasan dalam
Universitas Sumatera Utara
bahan hukum sekunder, serta yang dapat ditentukan dalam bahan hukum
tersier29
2. Data Penulisan
.
Pendekatan yang dilakukan untuk penelitian hukum yuridis normatif
adalah pendekatan yang menggunakan konsepsi yang mengemukakan
bahwa hukum identik dengan norma-norma tertulis yang disebut dan
diundangkan oleh yang berwenang. Penulisan ini menitikberatkan pada
studi kepustakaan sebagai data utamanya. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yuridis normatif yang dikaji
dengan pendekatan perundang-undangan (the statue approach) artinya
suatu masalah akan dilihat dari aspek hukumnya dengan menelaah
peraturan perundang-undangan kemudia dikaitkan dengan permasalahan
yang dibahas.
Penulisan skripsi bersifat penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi
objek penelitian yakni penerapan Employee Stock Ownership Program
(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu
penerapan Good Corporate Governance.
Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal.
Pada penelitian hukum jenisi ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai
apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau
hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena itu
29 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, UI Press, Jakarta, 2007,
hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
sebagai sumber datanya hanyalah data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer; bahan hukum sekunder; atau data tersier30
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
yang terdiri dari:
.Data penulisan
tersebut antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.04/2015
tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka
4. Peraturan Bapepam No. IX.D.4 tentang Penambahan Modal
tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
5. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, yaitu:
1. Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor…/POJK.04/2013 tentang Program Kepemilikan Saham
Oleh Karyawan Perusahaan Terbuka
2. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership
Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia
oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan
Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar
Modal Tahun 2002
30 Amiruddin & H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm. 118.
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, yaitu, kamus hukum dan Ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Soerjono Soekanto31
4. Teknik Analisis Data
, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga
jenis alat pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Pada penulisan
skripsi ini selanjutnya alat pengumpulan data yang dilakukan adalah
melalui pengumpulan data jenis studi pustaka (literature research) dan
juga mengambil informasi dengan menggunakan media elektronik yaitu
internet.
Penelitian hukum normatif, pengelolaan data pada hakikatnya
merupakan kegitan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan
hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-
bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan
konstruksi.Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan
pada metode deduktif sebagai pegangan utama dan metode induktif
sebagai tata kerja penunjang.Analisis data normatif terutama
mempergunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data
penelitiannya32
31Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, UI Press, Jakarta, 2007,
hlm. 21. 32 Amiruddin & H. Zainal Asikin, op. cit., hlm. 167.
.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengelahan data
kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja denga data,
merumuskan pengertian-pengertian hukum berdasarkan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat
dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan pada orang lain.
H. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum
dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari
hubungan antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang
lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa
komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk
terjadinya suatu hal. Skripsi ini disusun dalam lima bab, dimana masing-
masing bab terdiri dari beberapa bab yang disesuaikan dengan kebutuhan
jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan.
Bab I merupakan bab pendahuluan dalam skripsi ini. Pada bab ini
diuraikan mengenai gambaran umum mengenai latar belakang masalah yang
menjadi dasar penulisan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat
penilitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II secara lugas membahas mengenai rumusan permasalahan yang
pertama dalam penulisan ini yakni tentang Good Corporate Governance
dalam hukum perusahaan di Indonesia, pengertian Good Corporate
Universitas Sumatera Utara
Governance, prinsip dasar dalam Good Corporate Governance, serta tentang
hal perkembangan Good Corporate Governance dalam hukum korporasi di
Indonesia.
Bab III menjelaskan tentang Employee Stock Ownership Program
(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan), apa pengertiannya,
bagaimana penerapan dan sistemnya mengenai konsep dan ketentuan dalam
Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh
Karyawan), sertabagaimana dengan sistem dan jenisnya.
Bab IV sebagai bab yang akan membahas mengenai rumusan masalah
yang ketiga penulisan skripsi ini yang juga bersinergi dengan judul skripsi ini
tentang Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham
Oleh Karyawan) dalam Good Corporate Governance, tentang penerapan
Good Corporate Governance pada hukum perusahaan di Indonesia, penerapan
Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh
Karyawan) juga Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan
Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu penerapan dalam Good Corporate
Governance.
Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini yang memuat
kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dituliskan merupakan intisari dari
bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok permasalahan dalam penulisan
ini.Selain itu, penulis juga mengemukakan sara-saran untuk Penerapan
Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh
Karyawan) pada penerapan Good Corporate Governance.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM HUKUM PERUSAHAAN DI
INDONESIA
A. Pengertian Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu sentral dalam
pengelolaan perusahaan pada saat sekarang ini, dengan terjadinya rentetan
peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa
diantaranya dinyatakan bangkrut. Amerika Serikat, telah menyadarkan banyak
pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang baik dan benar. Berbagai cara ditempuh oleh banyak pihak
untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter apa yang digunakan
untuk mengukur pelaksanaan konsep good corporate governance dalam
perusahaan.
Good corporate governance merupakan sebagai tata cara kelola
perusahaah yang sehat yang sudah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia
dan International Monetary Fund (IMF). Konsep ini diharapkan dapat
melindungi pemegang saham dan kreditur dalam memperoleh kembali
investasinya.Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani
letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah
pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di
Indonesia.Sejalan dengan hal itu, Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia mempunyai tanggung jawab yang menerapkan standar GCG yang
telah diterapkan standar internasional.33
Tata kelola perusahaan merupakan suatu rangkaian proses, kebiasaan,
kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan,
serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Struktur pengelolaan
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance atauGCG) sangat
dipengaruhi budaya dan sistem hukum yang diadopsi oleh suatu negara.
34
Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry
Committee of United Kingdom pada tahun 1992, dalam laporannya yang
dikenal dengan Cadburry Report.Laporan ini dipandang sebagai titik balik
(turning back) yang menentukan praktik corporate governance di seluruh
dunia.
Proses untuk meningkatkan keberhasilan suatu perusahaan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan berlandaskan peraturan
dan nilai etika.
35
“A set of rules that define the relationship between shareholders, manager, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled”.
Cadburry Committee mendefenisikan corporate governance sebagai:
36
33 Sutedi Adrian, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 3. 34 Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholder Perusahaan pada Pelatihan Mengelola
Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 Oktober 2008, Sei Karang Sumatera Utara.
35 I. Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hal. 24.
36Ibid., hal. 26.
“Seperangkat aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan”.
Universitas Sumatera Utara
The Organization for Economic Corporation and Development (OECD),
mendefenisikan corporate governance sebagai berikut:37
Corporate governance sebagai sistem yang digunakan untuk mengarahkan
dan mengelola kegiatan perusahaan.Sistem tersebut mempunyai pengaruh
besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mencapai
sasaran tersebut.Corporategovernance juga mempunyai pengaruh dalam
upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan
pengendalian risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.
“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and control. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, the manager, shareholders and other stakeholder, and spells out the rule and procedure for making decision on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.
“Tata kelola perusahaan adalah sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan.Struktur tata kelola perusahaan menentukan distribusi hak dan tanggung jawab di antara peserta yang berbeda dalam perusahaan, seperti dewan, manajer, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan menjelaskan peraturan dan prosedur untuk membuat keputusan mengenai urusan perusahaan.Dengan melakukan ini, ia juga menyediakan struktur di mana tujuan perusahaan ditetapkan, dan sarana untuk mencapai tujuan dan kinerja pemantauan tersebut”.
38
World Bank mendefenisikan good corporate governance sebagai
kumpulan hukum, peraturan, kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
37 Siswanto Sutojo & E. Jhon Aldridge, Good Corporate Governance, (Jakarta: Damar
Mulia Pustaka, 2005). hal. 2. 38Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.39
Mengingat demikian pentingnya Good Corporate Governance bagi
perusahan-perusahaan di Indonesia., maka berdasarkan SK Menko Ekuin
No.Kep-10 M.EKUIN/08/1999 dibentuklah Komite Nasional
CorporateGovernance.Tujuan Komite ini adalah menyusun Code for
GoodCorporate Governance (CGCG) sebagai panduan bagi komunitas bisnis
di Indonesia. Komite ini pada dasarnya akan merekomendasikan perbaikan
berbagai perangkat hukum guna menunjang implementasi CGCG tersebut.
Prinsip yang terkandung dalam CGCG pada dasarnya lebih bersifat
Regulation Driven.Karena regulasi ini bukan dimaksudkan untuk mengisi
kekosongan hukum yang mungkin timbul, sehingga aspek etika dalam
GoodCorporate Governance menjadi sangat penting.
40
Definisi menurut Komite Nasional Corporate Governance:
41
39 Hassel Nogi S. Tangkilisan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance,
(Yogyakarta: Balairung & Co, 2003), hal. 12. 40 Misahardi Wilamarta, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam
Perseroan Terbatas, (Jakarta: Center for Education and Legal Studies, 2007), hal. 8. 41Komite Nasional Corporate Governance dibentuk berdasarkan putusan Menteri
Koordinator Perekonomian, Keuangan dan Industri No. Kep-10/M.EKUIN/08/1999. Selanjutnya nama Komite Nasional Corporate Governance berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKGC) untuk mencerminkan luasnya bidang tata kelola Perseroan yang diatur termasuk BUMN.
“GCG sebagai pola hubungan, sistem serta proses yang digunakan oleh organ Perseroan (direksi dan dewan komisaris) guna memberi nilai tambah kepada para pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku, dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang kepentingan lainnya. Pola hubungan, sistem serta proses itu sendiri berjalan berdasarkan 5 (lima) prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran.”
Universitas Sumatera Utara
Definisi menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG):42
“as a social contract between the company and the wider constituencies of the corporation which morally obliges the corporation and its directors to take account of the interests of other stakeholder”.
“Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan Perseroan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.”
Saleem Sheikh dan SK Chatterjee menyatakan corporate governance
adalah:
43
Pengertian good corporate governance menurut Amin Widjaja Tunggal
adalah:
"Sebagai kontrak sosial antara perusahaan dan daerah pemilihan korporasi yang lebih luas yang secara moral mewajibkan korporasi dan direksi untuk mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan lainnya".
44
42 Tim Corporate Governance BPKP, Modul 1 GCG – Dasar-dasar Corporate
Governance, (Jakarta: BPKP, 2003), hal. 4-5. 43 Saleem Sheikh dan SK Chatterjee, Corporate Governance and Corporate Control,
(London: Cavendish Publishing Ltd, 1995), hal. 3. 44Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, (Jakarta;
Havarindo, 2011), hal. 24.
“corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, dan masyarakat luas”.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesian/FGCI
mendefenisikan corporate governance sebagai:
”Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubngan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”
Universitas Sumatera Utara
Sukrisno Agoes mendefenisikan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
adalah:45
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance merupakan:
“sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi,pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yayng baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya”
Kalau meminjam defenisi tentang tata kelola perusahaan salah satu yang
tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
73/POJK.05/2016 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang baik
Bagi Perusahaan Perasuransian,dalam Pasal 1 angka 25 POJK 73/2016
diberikan pengertian GCG bagi perusahaan perasuransian sebagai berikut:
“Tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaan perasuransian yang selanjutnya disebut tata kelola perusahaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organ perusahaan perasuransian untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika”.
46
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
Dewan Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang Saham dan para
Stakeholder lainnya.
45 Sukrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 101. 46 Mas Achmad Daniri, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, edisi kedua,
(Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
2. Suatu sistem check and balance mencakup pertimbangan kewenangan
atas pengendalian Perseroan yang dapat membatasi munculnya dua
peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset Perseroan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan Perseroan,
pencapaian dan pengukuran kinerjanya.
Dari pengertian di atas pula, tampak beberapa aspek penting dari GCG
yang perlu dipahami beragam kalangan di dunia bisnis, yakni:47
1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ Perseroan
diantaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris, dan Direksi. Keseimbangan ini mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional
ketiga organ Perseroan tersebut (keseimbangan internal).
2. Adanya pemenuhan tanggung jawab Perseroan sebagai entitas bisnis
dalam masyarakatkepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini
meliputi hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antara
Perseroan dengan stakeholder (keseimbangan eksternal). Diantaranya,
tanggung jawab pengelola Perseroan, manajemen, pengawasan serta
pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan
stakeholderslainnya.
3. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham untuk
mendapat informasi yang tepat dan benar pada waktu yang diperlukan
mengenai Perseroan. Kemudian hak berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perkembangan strategis perubahan mendasar atas
47Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan serta ikut menikmati keuntungan yang diperoleh Perseroan
dalam pertumbuhannya.
4. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham
minoritas melalui keterbukaan informasi yang material dan relevan
serta melarang penyampaian informasi untuk pihak sendiri yang bisa
menguntungkan orang dalam (insider information for insidertrading).
Berdasarkan uraikan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa corporate
governance mengandung konsep bagaimana dalam mengelola perusahaan
untuk dapat memperhatikan keseimbangan kewenangan antara pelaksana
perusahaan dengan kepentingan pemegang saham serta kepentingan
masyarakat luas sebagai bagian dari pemangku kepentingan. Keseimbangan
kewenangan antara direksi, komisaris, dan pemegang saham dirancang
sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance, sehingga mekanisme dan struktur kelembagaan perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan kepentingan seluruh stakeholder, termasuk
kepentingan luas.
Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD)
memberikan pedoman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar
terciptanya good corporate governance dalam suatu perusahaan yaitu sebagai
berikut:48
a. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham
48 Sutedi Adrian, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 44.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka kerja corporate governance harus mendorong dan
melindungi pemegang saham, dengan memberikan:
1) Metode yang aman dalam pendaftaran kepemilikan, melakukan
transfer efek, mendapat informasi perusahaan, partisipasi dalam
RUPS, memilih board of directors, dan mendapat deviden.
2) Hak untuk berpartisipasi dan diberitahu mengenai keputusan
perubahan perusahaan yang bersifat fundamental, disamping itu
harus ada pula dimungkinkan adanya kontrol pasar terhadap
perusahaan yang wajar melalui: (a) peraturan, persyaratan dan tata
cara mengenai pemilihan direktur, pengendlaian yang terjadi di
pasar modal, transaksi materil seperti merger dan penjualan aset
perusahaan, (b) struktur permodalan yang memungkinakan
pemegang saham tertentu mengendalikan perusahaan harus
diungkapkan, (c) hak untuk melakukan take over hanya digunakan
semata-mata untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
b. Hak dan Tanggung Jawab Stakeholders
Kerangka kerja corporate governance harus member kepastian bahwa
hak stakeholders dan publik dilindungi oleh undang-undang dan
mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dan
stakeholdersuntuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran,
lapangan kerja, serta kemampuan keuangan perusahaan yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
c. Perlakuan yang wajar terhadap Pemegang Saham
Kerangka kerja corporate governance harus memastikan perlakuan
yang wajar terhadap semua pemegang saham termasuk pemegang
saham minoritas dan asing. Pemegang saham yang mempunyai
klasifikasi yang sama mendapatkan perlakuan yang sama.
d. Keterbukaan dan Transparansi
Kerangka kerja corporate governance harus memastikan
diungkapkannya informasi materil yang akurat dan tepat waktu, antara
lain meliputi situasi keuangan, kinerja perusahaan, pemegang saham,
dan manajemen perusahaan serta faktor risiko yang mungkin timbul.
e. Wewenang dan Tanggung Jawab Board of Directors
Board of directors harus melakukan pengawasan terhadap perusahaan
secara efektif dan memberikan pertanggung jawaban kepada pemegang
saham. Board of Directors bertanggung jawab untuk mengutamakan
kepentingan pemegang saham pendiri dan memastikan perusahaan
melakukan kegiatannya.
Penerapan good corporate governance di perusahaan memiliki peran yang
besar dan manfaat yang bisa membawa perubahan positif bagi perusahaan
baik di kalangan investor, pemerintah maupun masyarakat umum.Pelaksanaan
corporate governance menurut Amin Widjaja Tunggal mempunyai beberapa
manfaat, antara lain:49
49 Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, (Jakarta:
Havarindo, 2012), hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
1) Meminimalkan agency cost, selama ini pemegang saham harus
menanggung biaya yang timbul akibat dari pendelegasian wewenang
kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa berupa kerugian karena
manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan
pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2) Meminimalkan cost of capital, perusahaan yang baik dan sehat akan
menciptakan suatu referensi positif bagi para kerditur. Kondisi ini
sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus
ditanggung bila perusahaan akan mengajukan pinjaman, selain itu
dapat memperkuat kinerja keuangan juga akan membuat produk
perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
3) Meningkatkan nilai saham perusahaan, suatu perusahaan yang dikelola
secara baik dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya.
4) Meangkat nilai perusahaan, citra perusahaan merupakan faktor penting
yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan perusahaan
tersebut dimata masyarakat dan khususnya para investor. Citra suatu
perusahaan kadang kala akan menelan biaya yang sangat besar
dibandingkan dengan keuntungan perusahaan itu sendiri, guna
memperbaiki citra tersebut.
Manfaat dari penerapan good corporate governance tentunya sangat
berpengaruh bagi perusahaan, dimana manfaat GCG ini bukan hanya untuk
saat ini tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pendukung dari
Universitas Sumatera Utara
tumbuh kembangnya perusahaan dalam era persaingan global saat ini.Selain
bermanfaat meningkatkan citra perusahaan di mata para investor, hal ini
tentunya menjadi nilai tambah perusahaan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan untuk menghadapi persaingan usaha dalam dunia bisnis yang
semakin kompetitif.
Ada lima macam tujuan utama dari good corporate governance, yaitu:50
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para stakeholders non pemegang saham.
3. Meingkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meingkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau board of
directors, dan manajemen perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen
senior.
Good corporate governance dapat dimakai sebagai rangkaian mekanisme
dengan apa suatu perusahaan tersebut diarahkan dan dikendalikan sesuai
dengan harapan para stakeholder juga. Mekanisme tersebut merefleksikan
suatu struktur pengelolaan perusahaan dan menetapkan distribusi hak dan
tanggung jawab diantara berbagai partisipan dalam perusahaan. Tujuan utama
dari pengelolaan perusahaan yang baik memberikan perlindungan yang
memadai dan perlakuan yang adil kepada pemegang saham dan pihak yang
berkepntingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham secara
maksimal, bukanlah sekadar suatu upaya untuk menjaga agar perusahaan
50 Johny Sudharmono, BE G2C Good Governed Company Panduan Praktis bagi BUMN untuk Menjadi “G2C-Good Governed Company” dan Mengelolanya Berdasarkan Suara Hati, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku secara universal. Terutama
bahwa pengelolaan yang baik itu dapat diketahui oleh publik dan para pihak
yang berkepentingan, sehingga memperoleh keyakinan bahwa taruhannya di
perusahaan adalah suatu keputusan yang benar.
Menurut KNKCG perusahaan yang telah memberikan respon mereka
dengan cara menerapkan kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik corporate
governance yang lebih baik tidak menempatkan penerapan GCG sebagai
tujuan akhir, akan tetapi perusahaan menyadari bahwa hal tersebut sangat
penting untuk mencapai:51
1. Peningkatan kinerja perusahaan melalui prosedur pengambilan
keputusan yang lebih baik, kehiatan operasi yang lebih efisien dan
pemberian layanan yang lebih baik.
2. Akses terhadap pembiayaan dengan biaya rendah bagi teknologi-
teknologi baru, keahlian manajemen, pasar, dan sumber-sumber
pembiayaan lainnya, yang akan meningkatkan nilai perusahaan.
3. Masyarakat investor yang puas karena perusahaan memberikan
deviden dan nilai perusahaan yang lebih baik atas hasil kinerja
keuangan yang meningkat.
4. Kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang dan penciptaan nilai
dengan tetap mempertimbangkan kepentingan seluruh stakeholders.
5. Sumber pendapatan pemerintah melalui privatisasi BUMN, serta
pembayaran deviden dan pajak oleh BUMN.
51 Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), Profil Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance, KNKCG, Jakarta, 2001
Universitas Sumatera Utara
Selain manfaat dan tujuan sebagaimana dijelaskan di atas, penerapan GCG
setidak-tidaknya ada empat situasi ideal yang hendak dicapai, yakni:52
1. Existence of fair business: efficient market, efficient regulation, and
effiecient contract (Adanya bisnis yang wajar: pasar yang efisien,
regulasi yang efisien, dan kontrak yang efisien).
2. Information regarding the fair price and specification of goods and
services being exchanged is available to all parties (Informasi
mengenai harga wajar dan spesifikasi barang dan jasa yang
dipertukarkan tersedia untuk semua pihak).
3. Each party is able and is willing to compy to the rules and regulation,
and terms and condition incontract (Setiap pihak mampu dan bersedia
mematuhi peraturan dan peraturan, dan syarat dan ketentuan dalam
kontrak).
4. Judicial process exist and are able to implement the rules and to
execute punishment to the non-compliant of the contract (Proses
peradilan ada dan mampu menerapkan peraturan dan menjatuhkan
hukuman kepada yang tidak patuh terhadap kontrak).
Selain itu corporate governance yang baik diakui dapat membantu
mengebalkan perusahaan dari kondisi yang tidak menguntungkan, dalam
banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti meningkatkan
kinerja perusahaan sampai 30% di atas tingkat kembalian (rute of return) yang
normal. Oleh karena itu, corporate governance yang baik memberikan
52 Ainun Na’in, Applying GoodCorporate Governance in Indonesia (A General Case of
State Owned Enterprises, makalah Corporate Governance, Universitas Gajah Mada, Yogayakarta, 21 Juli 2000.
Universitas Sumatera Utara
manfaat pada perbaikan dalam komunikasi, minimalisasi potensi benturan,
fokus pada strategi utama, peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi,
kesinambungan manfaat (sustainability of benefit), promosi citra perusahaan
(corporate image), peningkatan kepuasan pelanggan dan peroleh kepercayaan
investor.53
B. Prinsip Good Corporate Governance
Corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengelola bisnis dan urursan-urusan perusahaan dalam
rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan
dengan tujuan utama mewujudkan nilai tambah pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder yang lain. 54
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.Asas GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, resposibilitas, independensi serta kewajaran dan
kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability),
perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan
(stakeholders).Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam
pedoman umum good corporate governance Indonesia, prinsip dasar good
corporate governance adalah:
55
1. Transparansi (Transparancy)
53 Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate
Governance, (Jakarta: Harvarindo, 2002), hal. 9. 54Investment & Financial Service Association (IFSA), Corporate Governance A Guide for
Invesment Managers and Corporation, Sydney, N.S.W., Australia, 2000. 55 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia, Jakarta, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya.
Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya. Informasi yang harus diungkakan
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan, dan kompensasi pengurus, pemegang
saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi.Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.Perusahaan harus menetapkan rincian tugas
dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya
dalam pelaksanaan GCG.Perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan, juga harus
memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten
dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system).Dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus
berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang
telah disepakati.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan serta dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. Organ perusahaan harus berpegang
pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar, dan peratiran perusahaan (by-laws).
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing
organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentum bebas dari benturan
kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan,
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Masing-
masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang
lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.Perusahaan harus
memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan
kepada perusahaan. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama
dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanankan tugasnya secara
professional tanpa membedakan suku, agama, ras golongan, gender, dan
kondisi fisik.Dalam pelaksanaannya, proses penyelarasannya sistem GCG di
perusahaan bisa dilaksanakan secara sistematis melalui lima tahapan yang
terstruktur, yaitu:56
1. Perumusan governance commitment. Diyakini bahwa implementasi
GCG akan berjalan dengan baik apabila dilandasi dengan komitmen
yang kuat dari seluruh jajaran perusahaan. Untuk itu, perlu dirumuskan
visi, misi dan strategi perusahaan.
2. Penyempurnaan governance structure. Dalam tahap ini perusahaan
telah melakukan beberapa hal penting yaitu pemenuhan jumlah dan
komposisi dewan komisaris serta pembentukan komite-komite.
3. Penyempurnaan governance mechanism. Dalam tahapini dilakukan
penyempurnaan terhadap aturan mekanisme kerja perusahaan yang
dituangkan dalam kebijakan-kebijakan, standar prosedur dan petunjuk
teknis lainnya yang senantias berlandaskan kepada prinsip-prinsip
GCG.
4. Sosialisasi dan evaluasi. Untuk menjamin terlaksananya implementasi
GCG, telah dilakukan sosialisasi yang tidak hanya terkait dengan
56 Muchyat, Badan Usaha Milik Negara: Retorika Dinamika dan Realita, (Jakarta: Gagas
Bisnis, 2010), hal. 159.
Universitas Sumatera Utara
prinsip-prinsip GCG namun termasuk sosialisasi terhadap budaya
perusahaan, inisiatif strategi, dan kebijakan.
5. Walk the walk. Empat tahapan sebelumnya tentunya tidak bermakna
apabila implementasi GCG tidak dilakukan secara disiplin serta
konsisten yang diwujudkan dalam tindakan nyata oleh seluruh jajaran
manajemen perusahaan.
Pada tahun 2015, G20 Finance Ministers and Central Bank Governors
Meeting bersama dengan Organization for Economic Co-operation and
Development memperbaharui prinsip yang harus diterapkanuntuk menerapkan
GCG, yaitu:57
1. Perlindungan hak-hak pemegang saham dan peran kunci kepemilikan
(the rights of shareholders and key ownership functions)
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (the equitable
treatment of shareholders)
3. Insentif yang masuk akal untuk mendukung iklim investasi (sound
incentives throughout the investment chain)
4. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perseroan dalam
tata kelola perusahaan (the role of stakeholders in corporate
governance)
5. Keterbukaan dan transparansi (disclouse and transparency) dan
6. Tanggung jawab pengurus perseroan (the responsibilities of the board)
57 G20/Organization for Economic Cooperation and Development, Principles of
Corporate Governance (Turkey: OECD, 2015) hal. 4-6.
Universitas Sumatera Utara
C. Perkembangan Good Corporate Governance dalam Hukum
Korporasi di Indonesia
Konsep corporate governance yang komprehensif mulai berkembang
sejak setelah kejadian The New York Exchange Crush pada 19 Oktober 1987
dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di Bursa Efek
New York mengalami kerugian financial yang cukup besar. Mengantisipasi
permasalahan internal perusahaan, para eksekutif melakukan rekayasa
keuangan yang intinya adalah bagaimana menyembunyikan kerugia
perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan laporan
keuangan.Penanganan yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi
juga financial angineering. Lazimnya pada situasi kondisi bisnis kondusif,
penyimpangan kelakukan baik oleh oknum maupun secara kolektif dalam
perusahaan tidak ada, namun pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka
segala macam sumber-sumber peyimpanan (irregularities) dan penyebab
kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakukan profittering,
commercial crime hingga economic crime.58
Kesadaran mengenai perlu adanya corporate governance mulai tumbuh di
Inggris tahun 1992, ditandai dengan dikeluarkannya peraturan tata kelola
perusahaan oleh Bank of England dan Bursa London yang diketuai oleh Sir
Adrian Cadbury. Setelah itu penerapan Good Corporate Governance mulai
menyebar ke Eropa, Amerika dan Australia.
59
58Muchyat, op. cit., hal. 112. 59 Sukrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 98.
Universitas Sumatera Utara
Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatat pada Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan
bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat
komisaris independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998.
Corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di
Indonesia.60
Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman umum GCG di tahun
2001, pedoman CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris
Independen dan Pedoman Komite Audit yang Efektif. Pedoman ini tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat melainkan rujukan bagi dunia usaha
untuk dapat menerapkan GCG serta dapat digunakan sebagai acuan bagi
seluruh perusahaan untuk melakukan GCG. Pada tahun 2004 Pemerintah
Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan Menteri
Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004
tentang pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang
memperluas cakupan tugas sosialisai Governance bukan hanya di sektor
korporasi tapi juga disektor pelayanan publik.
61
Sejarah perkembangan konsep corporate governance hingga permulaan
abad ke-21, telah melalui dua tahapan generasi. Generasi pertama dibidani
oleh Berle dan Means (1932) dengan penekanan pada konsekuensi dari
terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas suatu Perseroan
60 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005),
hal. 1 61 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
modern (the modern corporation). Menurut mereka, sejalan dengan
berkembangnya Perseroan menjadi semakin besar, maka pengelolaan
Perseroan yang semula dipegang oleh pemilik (owner-manager) harus
diserahkan pada kaum professional. Dalam kaitan ini isu yang dianggap
dominan adalah; perlunya suatu mekanisme untuk menjamin bahwa
manajemen (agent), yang merupakan orang gajian pemilik modal
(principal),akan mengelola Perseroan sesuai dengan kepentingan pemilik.
Pesanpenting dari penjelasan ini adalah terdapatnya potensi
konflikkepentingan (conflict of interests) antara pihak agent dan principal.62
Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada
generasi pertama ditandai dengan kemunculanJensen dan Meckling (1976)
hampir setengah abad kemudian.Keduaekonom ini terkenal dengan teori ke-
agenan (Agency Theory) yangmenandai tonggak perkembangan riset yang luar
biasa di bidanggovernance.Melalui teori ini, berbagai ilmu sosial lainnya
seperti;sosiologi, manajemen strategik, manajemen keuangan, akuntansi,etika
bisnis dan organisasi mulai menggunakan pendekatan teorikeagenan untuk
memahami fenomena corporate governance.Akibatnya perkembangan
corporate governance menjadimultidimensi, Turnbull (1997) menyebutkan
sebagai sebuah multidisiplin ilmu.Dibandingkan dengan periode sebelumnya,
dimanapemanfaatan teori dimaksud masih didominasi oleh para ahli
hukum(legal) dan ekonom (economist). Pada era generasi pertama pula
62 Akhmad Syakhroza, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada perseroan BUMN, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005) hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
muncul berbagai derivasi teori keagenan hasil dari sintesis melalui proses
dialektika dan berbagai bidang keilmuan diatas.63
Konsepsi governance mulai ramai dikenal dan menguat di Indonesia pada
tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa Indonesia, banyak akibat buruk dari
krisis tersebut salah satunya banyaknnya perusahaan yang berjatuhan karena
tidak mampu bertahan, corporate governance yang buruk disinyalir sebagai
salah satu sebab terjadinya. Mengingat demikian pentingnya Good Corporate
Governance bagi perusahan-perusahaan di Indonesia., maka berdasarkan SK
Menko Ekuin No.Kep-10 M.EKUIN/08/1999 dibentuklah Komite Nasional
CorporateGovernance.Tujuan Komite ini adalah menyusun Code for
GoodCorporate Governance (CGCG) sebagai panduan bagi komunitas bisnis
di Indonesia. Komite ini pada dasarnya akan merekomendasikan perbaikan
berbagai perangkat hukum guna menunjang implementasi CGCG tersebut.
Prinsip yang terkandung dalam CGCG pada dasarnya lebih bersifat
Regulation Driven.Karena regulasi ini bukan dimaksudkan untuk mengisi
kekosongan hukum yang mungkin timbul, sehingga aspek etika dalam
GoodCorporate Governance menjadi sangat penting.
64
Pasca krisis ekonomi di paruh akhir tahun 1997 ditandai dengan
ditandatanganinya Letter of Intents (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan
lembaga donor International Monetery Fund (IMF) yang mensyaratkan
perbaikan governance (publik maupun korporasi) sebagai syarat diberikan
bantuan. Kemudian dipertegas dengan ditetapkannya Tap MPR No VII tahun
63Ibid. 64 Misahardi Wilamarta, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam
Perseroan Terbatas, (Jakarta: Center for Education and Legal Studies, 2007), hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
2001 tentang visi Indonesia masa depan dalam bab IV ayat 9 butir a, yaitu
terwujudnya penyelenggaraan negara yang professional, transparan, akuntabel,
memiliki kredibilitas dan bebas KKN. LOI dan Tap MPR ini kemudian di
respon oleh pemerintah untuk mewujudkan goodcorporate governance
dengan dikeluarkan perangkat-perangkat Perundang-undangan dan Peraturan
Pemerintah.65
Pemerintah memberikan dorongan yang kuat terhadap implementasi GCG
di Indonesia, dengan membentuk regulasi yang mengatur tentang GCG.
Berawal dari dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999, dan menerbitkan pedoman GCG Indonesia.
Menyadari kondisi saat itu Kementerian Negara BUMN mulai
memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini juga di lingkungan
BUMN, melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan
kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate Governance
secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan
perundang-undangan.
65Op. cit., hal. 4
Universitas Sumatera Utara
Penerapan prinsip Good Corporate Governance pada BUMN diawali
dengan semangat perbaikan ekonomi dan reformasi BUMN di Indonesia pasca
terjadinya krisis ekonomi, seiring dengan kegiatan dunia usaha yang semakin
kompetitif dan dinamis maka peraturan sebelumnya diperbaharui melalui
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-
01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya
diperbaharui lagi melalui Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara.66 Defenisi Tata Kelola Perusahaan yang Baik
menurut Peraturan Menteri BUMN Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip
yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.67
Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG melalui surat Keputusan
Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004, terdiri dari
Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan
SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi
66Myrza Pahlevi, Wilopo, Muhammd Kholid Mawardi. 2016. Penerapan Prinsip Good
Corporate Governance Pada BUMN Berorientasi Global Studi Kasus Pada PT Semen Indonesia Persero Tbk. Dalam Mengelola Thang Long Cement Joint Stock Company. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 37, No. 1 Agustus.Hal. 88.
67Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara. Pasal 1
Universitas Sumatera Utara
himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten. Sebagaimana
UU RI Nomor 6 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi
Undang-Undang dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 Bank
Indonesia bahwasanya oleh bank Indonesia dapat menetapkan ketentuan
hukum yang sifatnya mengikat setiap orang atau badan hukum, selanjutnya
pula menetapkan regulasi terkait good corporate governance seperti yang
tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum yang dirubah
dengan PBI No.8/14/PBI/2006juga menekankan peningkatan kualitas
pelaksanaan Good Corporate Governance perlu dilaksanakan karena risiko
dan tantangan yang dihadapi Bank baik dari intern maupun ekstern semakin
banyak dan kompleks.68
68 Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank Umum
UU No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang
diundangkan dan mulai berlakuk pada tanggal 19 Juni 2003 ssebagaimana
disebutkan dalam Penjelasan Umum UU No. 19 tahun 2003, Bab VI, Paragraf
II, Pembentukan UU No. 19 Tahun 2003 tersebut antara lain dimaksudkan
untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di masa yang akan datang dan
meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance).
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Bab VI, Paragraf III juga menyebutkan bahwa UU No. 19
Tahun 2003 juga dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan
pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna
meningkatkan kinerja dan nilai (value) BUMN, serta menghindarkan BUMN
dari tindakan-tindakan pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance). Dengan demikian, dari Penjelasan
Umum tersebut terlihat bahwa UU No. 19 tahun 2003 memberikan aturan
yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengelola Persero secara baik
berdasarkan pada prinsip-prinsip GCG. Sebagaimana termuat dalam
Penjelasan Umum Paragraf II UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, salah satu alasan penyempurnaan UU No. 1 tahun 1995 adalah
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pengembangan dunia usaha yang
sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate
governance), dengan demikian sama dengan UU No. 19 tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ini juga telah mengakomodir tata cara pengelolaan perusahaan secara
baik. Pengaturan Good Corporate Governance dalam kedua Undang-undang
tersebut tidak hanya mencakup keseimbangan internal yang mengatur
hubngan antara organ-organ persero dalam suatu struktur perusahaan,
melainkan juga keseimbangan eksternal yang menekankan perusahaan untuk
memperhatikan hubungannya dengan seluruh stakeholders sebagai
perwujudan dari pemenuhan tanggung jawab perusahaan dan juga telah
Universitas Sumatera Utara
mengamanatkan perusahaan untuk menaati semua peraturan perundang-
undangan.69
Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya
generasi kedua corporate governance ditandai dengan hasil karya La-Porta
dan koleganya pada tahun 1998.Secara signifikan LLSV
Secara eksplisit Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak membahas
mengenai Good Corporate Governance, tetapi prinsip-prinsip GCG
diakomodasi secara umum oleh UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas tersebut. Fungsi pengawasan terhadap perusahaan terbuka dan
perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yang memerlukan tingkat
kepatuhan terhadap hukum yang tinggi yang dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan, yang juga mengeluarkan peraturan terkait good corporate
governance seperti yang terangkum dalam Peraturan OJK Nomor:
21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Terbuka, bahwasanya dalam rangka mendorong perusahaan terbuka untuk
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik maka dibentuklah peraturan
guna untuk penerapan pedoman tata kelola perusahaan yang baik untuk
menginternalisasikan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik bahkan
dengan dorongan penerapan yang sesuai dengan praktik internasional yang
patut untuk diteladani.
70
69Dian Cahyaningrum. 2009. Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance Pada Bumn Yang Berbentuk Persero.Jakarta: Kajian. Vol. 14, No. 3 September., hal., 471-472.
70La-Porta, Lopez-de-Silanes, Shleifer dan Vishny (disingkat LLSV) lebih dieknalsebagai paraahli yang memperkenalkan dan mempopulerkan pendekatan legal-keuangan (legal and finance approach) di dalam memahami fenomena corporate governance.
mengidentifikasikan kecenderungan terdapatnya konsentrasi kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
Perseroan pada pihak-pihak tertentu. Berbeda dengan Berle dan Means (1932),
menurut LLSV (1998, 1999) penerapan corporate governance di suatu Negara
sangatdipengaruhi oleh kondisi perangkat hukum dinegara tersebut dalam
upaya melindungi kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan Perseroan,
terutama pemilik minoritas. Jika sebelumnya konflik kepentingan dianggap
terjadi antara pemilik modal (principal) dengan pengelola (agent), LLSV
(1999) menyatakan bahwa di berbagai negara lainnya di luar AS dan Inggris,
kepemilikan Perseroan sangat terkonsentrasi. Akibatnya, konflik kepentingan
akan terjadi antara “pemilik mayoritas yang kuat” dengan “pemilik minoritas”
yang berada pada posisi yang lemah. Lebih lanjut, LLSV (1999, 2000)
berpendapat bahwa sistem hukum yang tidak kondusif dan belum berpihak
pada kepentingan umum, mengakibatkan konflik ini menjadi semakin tajam
sehingga berpotensi merusak sistem perekonomian negara secara
keseluruhan.71
Istilah corporate governance secara eksplisit baru muncul pertama kali
pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker. Di dalam bukunya, Tricker
memandang corporate governance memilki kegiatan utama sebagai berikut:
72
1. Direction, yang berfokus pada formulasi arah dan strategi untuk masa
depan Perseroan secara jangka panjang;
2. Executive action, yang diaplikasikan dalam pengambilan keputusan;
3. Pengawasan, yang meliputi monitoring performance dari manajemen;
71 Syakhroza, op.cit., hal. 9. 72 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal.8.
Universitas Sumatera Utara
4. Akuntabilitas, yang berfokus pada pertanggungjawaban pihak-pihak yang
membuat keputusan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENERAPAN DAN SISTEM EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP
PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)
A. Pengertian Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)
Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan
untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.73
Namun dipihak lain penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk
mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah
yang dikarenakan tujuan utama perusahaan berbeda dengan tujuan pribadi
manajer. Konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer dapat
diminimumkan dengan mensejajarkan kepentingan pemegang saham dengan
pihak manajemen.74
Salah satu alternatif untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan
antara pemegang saham dengan pihak manajemen dan karyawan perusahaan,
yaitu dengan menerapkan program kepemilikan saham oleh karyawan
(Employee Stock Ownership Program, ESOP). Penerapan ESOP diharapkan
menjadi salah satu cara untuk dapat menarik perhatian para karyawan, dimana
semua karyawan mendapatkan kesempatan dan berhak untuk memiliki saham
pada perusahaan dimana mereka bekerja. Karena karyawan diberikan
kesempatan untuk memiliki saham dalam perusahaan, maka setiap karyawan
73 E. F. Brigham & Gapanski L. International Financial Management, Fifth Editions, Sea
Harbour Prive: The Dryden Press, 1996, hal. 67. 74 M.C Jensen dan Meckling W.H, Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 1976, Vol.3, No. 4.
Universitas Sumatera Utara
akan merasa ikut memiliki (sense of belonging) pada perusahaan mereka.
Sehingga hasil yang diharapkan adalah karyawan akan termotivasi untuk
memajukan perusahaan.75
Pertumbuhan ESOP dapat ditelusuri sampai dengan lima puluh tahun
silam di Amerika, sebagian perusahaan besar di negara tersebut semata-mata
dikelola untuk kepentingan pemilik modal atau pemegang saham. Hal ini
sesuai dengan sistem ekonomi kapitalis yang menganut paham individualisme
sehingga pemegang saham selaku pemilik perusahaan dapat bertindak sesuai
dengan keinginannya dalam pengelolaan perusahaan.Dalam sistem ekonomi
ini, karyawan hanya dikelompokkan sebagai salah satu faktor produksi.Untuk
itu pihak perusahaan menganggap telah memberikan hak yang memadai
kepada karyawannya apabila karyawan tersebut telah diberikan gaji atau balas
jasa yang memadai.
76
Pada tahun 1950-an seorang ahli hukum yang juga investment banker
bernama Louis Kelso mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan
menjadi lebih kuat apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham
perusahaan. Dengan demikian, hubungan hukum antara karyawan dengan
perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan
juga sekaligus pemilik perusahaan. Untuk mendorong pertumbuhan ESOP,
pada tahun 1972 Kelso mengusulkan kepada senator Rusell Long, Ketua The
Tax Senate Finance Committee, untuk secara tegas merumuskan dalam
75 Agus Hartono, Pengaruh Employee Stock Ownership Program Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia, jurnal vol. 26 (1): hal 85-85, 2014 issn 0852-1875 77 Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.
2002. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia. Hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan tentang pemberian kemudahan serta fasilitas
terhadap pelaksanaan program ESOP. Hal ini mendapat tanggapan positif dari
Senate dengan diundangkannya The Employee Retirement Income Security Act
1974, selanjutnya ESOP diatur dalam The Tax Act of 1984 and 1986.77
ESOP merupakan salah satu bentuk kompensasi atau balas jasa yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya.Berdasarkan beberapa penelitian,
faktor penting yang mendorong karyawan memiliki komitmen terhadap
perusahaan tempatnya bekerja adalag kompensasi atau balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan tersebut.Kompensasi yang diberikat dapat berubah
kompensasi finansial maupun non finansial.Kompensasi yang bersifat
financial dapat berbentuk upah/gaji, tunjanganm bonus, dan juga berupa
kepemilikan saham perusahaan oleh karyawan, sedangkan untuk kompensasi
non financial meliputi kesehatan, keamanan dan kenyamanan karyawan.
78
Meskipun bonus merupakan sarana non gaji yang paling lazim digunakan
perusahaan untuk member imbalan para karyawannya, sesuai dengan survey
dewan konferensi terhadap 520 perusahaan besar Amerika Serikat, pilihan
untuk menerapkan ESOP merupakan cara terpopuler kedua.
79
77Ibid.
Pemberian non
financial reward dalam bentuk saham yang diberikan pada saat Initial Public
Offering (IPO) atau go public, juga merupakan salah satu daya tarik di mata
investor. Nilai tambah penerapan ESOP dimata investor karena perusahaan
dianggap tidak lagi memperlakukan karyawannya sebagai buruh/tenaga kerja
78 Wininatin Khamimah, Analisis Pengarih Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawab Terhadap Komitmen Organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Drive V (Bidang Performansi dan Sumber Daya Manusia, Surabaya, www.damandiri.or.id 2 Desember 2005
79Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21, edisi ke 6, jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), hal. 171.
Universitas Sumatera Utara
semata, tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. John D. Rockefeller IV dalam
pengantar di buku yang berjudul ESOPs: The Handbook of Employee Stock
Ownership Plans oleh Gerald I Kalish80
Dapat dikatakan bahwa ESOP merupakah salah satu contoh berpikir baru
untuk memperlakukan karyawan sebagai partner kerja agar mereka bekerja
lebih produktif. Pemberian non financial reward jika digabungkan dengan
pemberian financial reward merupakan strategi yang sangat efektif untuk
memotivasi karyawan, anatar lain dijelaskan oleh Michael Amstrong:
menyatakan bahwa:
“ESOPs are one example of new thinking we need. Only when employers make sincere efforts to treat their work associates more likely partner than hired hands, only when employees are convinced that they are working with rather than against their employers, will more people be willing to mae the kind of effort that keeps society productive”.
"ESOP adalah salah satu contoh pemikiran baru yang kita butuhkan.Hanya ketika pengusaha melakukan upaya tulus untuk memperlakukan rekan kerja mereka dengan mitra kerja yang lebih mungkin daripada yang dipekerjakan, hanya ketika karyawan yakin bahwa mereka bekerja dengan bukan melawan atasan mereka, semakin banyak orang bersedia melakukan usaha yang membuat masyarakat tetap produktif ".
81
80 Gerald I Kalish, The Handbook of Employee Stock Ownership Plans, Probus
Publishing Company, ILLIONS, 1989, hal. xii-xiii. 81 Michael Amstrong, Employee Reward, 1996, London, hal. 323.
“Non financial motivators are powerfull in themselves but can work even more effectively if integrated with financial rewards in a total reward system. However, it’s important to remember that the needs of individuals vary almostinfinitely, depending upon their psychological make up, background, experience, occupation & position in the organization”.
“Motivator secara non finansial sangat kuat dalam diri mereka tapi bisa bekerja lebih efektif lagi jika diintegrasikan dengan imbalan finansial dalam sistem penghargaan total.Namun, penting untuk diingat bahwa kebutuhan individu bervariasi hampir tak terbatas, tergantung pada latar belakang psikologis, latar belakang, pengalaman, pekerjaan & posisi mereka dalam organisasi ".
Universitas Sumatera Utara
Oleh karenanya, pemberian motivasi akan lebih efektif jika non financial
reward dintegrasikan dengan penghargaan dalam bentuk uang dalam suatu
paket/sistem penghargaan. Namun, perlu diingat bahwa keperluan masing-
masing individu sangat berbeda, tergantung psikologi, latar belakang,
pengalaman, pekerjaan dan posisi mereka di dalam suatu organisasi.
Di Indonesia sendiri, menurut hasil studi penerapan ESOP pada emiten
atau perusahaan publik di Indonesia, perkembangan pelaksanaan kepemilikan
saham oleh karyawan di Indonesia adalah:82
a) Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-
perusahaan Indonesia,
pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat
perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan
sebuah stock allocation scheme, yaitu pada penawaran tersebut karyawan
memperoleh subsidi ataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan.
b) Tahun 1998 sampai dengan sekarang, terdapat perkembangan lebih lanjut
mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil
penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi,
yaitu sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi
penawaran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga
tertentu di masa yang akan datang yang telah ditentukan periode dan
harganya.
Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP,
yakni :83
82Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1) Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan
dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan
dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk
melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
2) Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara
kontan dengan memberikan opsi.
3) Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk
tetap bekerja di perusahaan tersebut.
ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain
sebagai berikut:84
1) Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi,
dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap peningkatan
kinerja perusahaan.
2) Menciptakan keselarasaan kepentingan serta misi dari pegawai dan
pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham,
sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham serta
pihak-pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan.
3) Meningkatkan motivasi dan komitmen perusahaan terhadap
perusahaan, karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan,
sehingga di harapkan akan meningkatkan produktifitas dan kinerja
perusahaan.
83 Oyer, Paul, Scoot Schaefer. 2005. Why Do some Firm give Stock Option to All
Employee: An Empirical Examination of alternative theories. Journal of Alternative theories 76:99-133
84Ibid, hlm .10.
Universitas Sumatera Utara
4) Menarik mempertahankan serta memotivasi pegawai kunci perusahaan
dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.
5) Sebagai saran program peningkatan sumber daya manusia untuk
mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang,
karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi didasarkan
pada prinsip insentif yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu
penghargaan yang besarnya di kaitkan dengan ukuran kinerja
perusahaan atau shareholders’ value.
B. Konsep dan Ketentuan Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan
Employee Stock Ownership Program (ESOP) adalah pemberian hak opsi
kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu
periode tertntu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi
diberikan.85Selain itu, defenisi konsep opsi saham karyawan sebagai hak yang
dihadiahkan perusahaan kepada karyawannya untuk membeli sejumlah saham
perusahaan pada harga yang ditentukan selama periode tertentu.86
Setiap perusahaan memiliki maksud dan tujuan yang berbeda.Namun
sebagaimana setiap perusahaan pada umumnya, dalam menjalankan usahanya,
suatu perusahaan mengharapkan karyawannya memiliki kemampuan
produktivitas yang tinggi dalam bekerja.Ini merupakan keinginan yang ideal
bagi perusahaan yang berorientasi pada profit. Akan tetapi, tidak semua
85 F.F. Telaumbanua, Opsi Saham Karyawan, (Jakarta: Bisnis Indonesia, 2000), hal. 22 86 K. Little, Ten Minute Guide to Employee Stock Option Purchase Plans, Andi Coptight,
2001.
Universitas Sumatera Utara
karyawan yang direkrut oleh perusahaan mempunyai pola kerja yang sama.
Setiap individu karyawan tertentu saja masing–masing mempunyai motivasi
dan latar belakang yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini menimbulkan pola
kerja dan hasil yang berbeda pula. Penghargaan serta penggunaan motivator
yang tepat akan menimbulkan suasana konduktif atau berakibat kepada
produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian
insentif dan usaha-usaha menambah kepuasan kerja melalui sarana yang
beraneka ragam.87
Selain itu melekatkan insentif uang pada pertambahan produktivitas
merupakan perangsang yang cukup ampuh guna menaikkan partisipasi aktif
tenaga kerja.Pemberian ESOP merupakan suatu penghargaan atau suatu
bentuk kompensasi yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan bersama, baik
bagi karyawan maupun bagi pihak perusahaan.ESOP diberikan kepada
karyawan yang berprestasi.Hal ini tentu saja diharapakan dapat memicu
karyawan agar dapat meningkatkan kinerjanya. Perusahaan berharap dengan
adanya program kepemilikan saham oleh karyawan ini, para karyawan akan
termotivasi untuk meningkatkan kualitas kinerjanya karena dengan adanya
ESOP, diharapkan karyawan akan merasa memiliki perusahaan sehingga
tingkat produktivitas tenaga kerja pada perusahaan akan meningkat sesuai
dengan target yang ingin dicapai oleh perusahaan.
88
Di dalam Undang-undang Perseroan Terbatas perlindungan hukum bagi
pemegang saham oleh karyawan sama dengan pemegang saham lainnya baik
87 Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa dan Bagaimana, (Jakarta : Bumi Aksara,
1997), hal.22. 88 J Ravianto, Produktivitas dan Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksar, 2001), hal. 54.
Universitas Sumatera Utara
suara, dividen, sisa likuidasi dan lain sebagainya, akan tetapi mengenai hak
tentang pengelolaan perseroan tetap dipegang oleh pihak direksi. Sedangkan
pengaturan pada hukum pasar modal, kepemilikan saham oleh karyawan
mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaan kepemilikan saham
tersebut juga mengikuti ketentuan penawaran saham perdana pada umumnya,
yang mana perusahaan akan melakukan penawaran sahamnya kepada
karyawan diwajibkan melakukan suatu pernyataan pendaftaran.89
Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik bermaksud menawarkan saham
baru, maka harus terlebih dahulu memberikan Hak Memesan Efek terlebih
dahulu (right) kepada para pemegang saham yang ada. Namum demikian,
untuk emiten ataupun Perusahaan Publik yang memenuhi kriteria tertentu
dapat melakukan penambahan modal tanpa right sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4 tentang penambahan modal tanpa hak
memesan efek terlebih dahulu dimana dimaksudkan dengan hak memesan
efek terlebih dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang
memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru,
termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan pada pihak lain, dimana hak tersebut wajib dialihkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, informasi yang disampaikan dalam rangka
keterbukaan tentang ESOP juga mengacu pada peraturan Bapepam
No.IX.D.4.Demikian juga informasi tentang pelaksanaan (progress report)
dan administrasi dari program tersebut dalam laporan berkala agar tidak
melanggar ketentuan-ketentuan pasar modal lainnya, misalnya aspek
89http: //hukumonline.com/konsultasi_hukum/perlukah saham bagi karyawan.htm, diakses
pada tanggal 28 Januari 2018.
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan serta potensi benturan kepentingan dan perdagangan orang dalam,
mengingat perubahan status karyawan sebagai pemilik perseroan.90
Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer
Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran
Umum Manajer penjatahan adalah penjamin pelaksanaan emisi efek yang
bertanggung jawab atas penjatahan efek dalam suatu penawaran umum, atau
emiten dalam hal tidak menggunakan Emisi Efek. Setiap penawaran umum
harus mempunyai satu manajer penjatahan. Jika jumlah efek yang dipesan
melebihi efek yang ditawarkan melalui suatu penawaran umum, maka manajer
penjatahan yang bersangkutan harus melaksanakan prosedur penjatahan sisa
efek sebagai berikut:
91
a. Jika setelah mengecualikan pemesan efek terafiliasi dan terdapat sisa efek
yang jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah yang dipesan, maka
pemesan yang tidak dikecualikan itu akan menerima seluruh jumlah efek
yang dipesan.
b. Jika setelah mengecualikan pemesan efek terafiliasi dan terdapat sisa efek
yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dipesan, maka penjatahan
bagi pemesan yang tidak dikecualikan itu, harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) Efek tersebut dialokasikan secara proporsional tanpa pecahan, jika
tidak akan dicatatkan di bursa; atau
90Peraturan Bapepam No. IX.D.4, Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, (Jakarta: 1998). 91 Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam
Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek dalam Penjatahan Umum, (Jakarta:1998).
Universitas Sumatera Utara
2) Efek tersebut dialokasikan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan
berikut ini, jika dicatatkan di bursa:
a) Prioritas dapat diberikan kepada para pemesan yang menjadi
pegawai emiten, sampai dengan jumlah paling banyak 10%
(sepuluh persen) dari jumlah penawaran umum;
b) Pemesan telah menerima atau telah berkesempatan membaca
prospektus;
c) Pemesan seorang direktur, komisaris, karyawan atau pihak yang
memiliki 20% (dua puluh persen) atau lebih saham dari suatu
perusahaan efek yang bertindak sebagai penjamin emisi efek atau
agen penjualan efek, atau pihak lain yang terafiliasi dengan emiten
atau semua pihak dimaksud, sehubungan dengan penawaran umum
tersebut;
d) Pemesanan mengadakan persetujuan dengan pihak lain manapun,
untuk membeli efek dalam penawaran umum dimaksud dengan
cara apapun, baik langsung atau tidak langsung, yang
mengakibatkan pihak pemodal lain menjadi pemilik penerima
manfaat;
e) Pemesan mempunyai kontrak dengan perusahaan efek
sebagaimana dipersyaratkan dalam angka 5, Peraturan Nomor :
V.D.3 dan apakah perusahaan efek itu bertindak sebagai agen
penjualan efek berkaitan dengan pemesanan dimaksud; dan
Universitas Sumatera Utara
f) Pemesan adalah pegawai, namun tidak termasuk anggota
komisaris, direksi dan pemegang saham utama dari Emiten yang
bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan pada pasal 1 Peraturan Bapepam No.IX.D.4,
Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham, sepanjang
ditentukan dalam anggaran dasar, dengan ketentuan sebagai berikut:92
a. Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, penambahan modal tersebut
sebanyak banyaknya 5% (lima persen) dari modal disetor; atau
b. Jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi
keuangan perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai berikut :
1) Bank menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga
pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 200% (dua ratus persen)
dari modal disetor atau kondisi lain yang mengakibatkan
restrukturisasi bank oleh instansi pemerintah yang berwenang;
2) Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif
dan mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh persen) dari
asset perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui
penambahan modal; atau
3) Perusahaan yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan atas
kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan
jika pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi dan jika
pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi menyetujui
92 Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu, (Jakarta:1998).
Universitas Sumatera Utara
untuk menerima saham atau obligasi konversi perusahaan untuk
menyelesaikan pinjaman tersebut.
Berdasarkan ketentuan peraturan Bapepam No.X.K.1, setiap Perusahaan
Publik atau Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus
menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan pada masyarakat secepat
mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau
terdapatnya informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi
nilai Efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Informasi atau Fakta
Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau keputusan
investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:93
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan;
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. Produk atau penemuan baru yang berarti;
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen
g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek uang bersifat
utang;
h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas secara
material jumlahnya;
i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
j. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
93 Peraturan Bapepam No.X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan ke Publik, (Jakarta: 1998).
Universitas Sumatera Utara
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan
komisaris perusahaan;
l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain;
m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
n. Penggantian Wali Amanat;
o. Perubahan tahun fiscal perusahaan.
Peraturan yang mendukung kepemilikan karyawan atas saham Perseroan dapat
kita temui dalam pasal 43 ayat (3) huruf a Undang-Undang No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Pasal tersebut pada intinya memungkinkan
Perseroan untuk melakukan penawaran saham kepada karyawannya sendiri. Lebih
jauh dalam penjelasan Pasal 43 ayat (3) huruf a disebutkan:
“Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan, antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP (employee stocks option program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya.” Jikalau dalam draft peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan Perusahaan Terbuka pada pasal (2)
menyatakan:
“Perusahaan Terbuka yang melaksanakan program yang memenuhi defenisi Penawaran Umum sebagaimana dimaksdu dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Moda dan peraturan pelaksananya dikecualikan dari kewajiban Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum berdasarkan Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, namun wajib memenuhi ketentuan Peraturan ini”. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa dalam hal karyawan telah memiliki saham
maka akan dipersamakan statusnya sebagai Pemegang Saham sesuai dengan hak
dan kewajibannya.
Dalam hal karyawan yang juga adalah pemegang saham tidak dapat
mendapatkan haknya, dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri sesuai
Universitas Sumatera Utara
domisili Perseroan berdasarkan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) UUPT yaitu ayat
(1):
“Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan / atau Dewan Komisaris.”
“Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke pengadilan
negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.”
Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua karyawan bisa menuntut untuk
turut memiliki saham perusahaan tempat dia bekerja kecuali memang
dimungkinkan / ditawarkan oleh perusahaan tersebut.Bahwa tidak ada
kewajiban bagi perusahaan untuk menawarkan sahamnya kepada karyawan.
Namun, pada praktiknya banyak perusahaan yang menawarkan sahamnya
kepada karyawan antara lain adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap
karyawan yang bersangkutan. Hal ini umumnya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang mengedepankan komitmen karyawan untuk jangka panjang,
agar karyawan turut merasa memiliki perusahaan.94
C. Sistem dan Jenis Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)
Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat beberapa pendekatan yang
tersedia bagi perusahaan dalam rangka ESOP.Penggunaan masing-masing
pendekatan didasari oleh kebutuhan dari masing-masing perusahaan dan setiap
pendekatan tersebut memiliki ketentuan yang khusus.95
94 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007)
hlm, 277. 23 Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.
2002. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1. Pemberian Saham (Stock Grants)
Pendekatan paling sederhana adalah suatu perusahaan dapat
menghibahkan saham perusahaan kepada karyawan-karyawan yang
terpilih.Seringkali, hal ini dilakukan sebagai suatu bentuk kompensasi
bonus sebagai penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi,
untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistem
penggajian baru di suatu organisasi. Hibah ini dapat berupa tanpa
pembatasan (“non restricted”) atau dengan pembatasan (“restricted”).
Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan
berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai
tujuan keuangan atau tujuan strategis.Penghargaan ini mirip dengan suatu
bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk
saham.Pemberian saham dengan pembatasan adalah suatu penghargaan
yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
karyawan.Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tunggu
berdasarkan waktu, yang mengharuskan karyawan untuk tetap di
perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh
kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau
pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum memenuhi ketentuan
tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang
belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan.
2. Program Pembelian Saham Oleh Karyawan (Direct Employee
StockPurchase Plans)
Universitas Sumatera Utara
Program Pembelian Saham Oleh Karyawan memungkinkan karyawan
membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang
menguntungkan.Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia
untuknya adalah sukarela.Dengan program ini karyawan dapat membayar
sahamnya melalui pemotongan gaji. Karena karyawan diharuskan
membayar “up front” (dimuka) atas saham yang mereka beli, suatu
program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak
menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi (biasanya kurang dari 25%
dari karyawan yang memenuhi syarat), juga tidak akan merubah ekuitas
perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya (bila dibandingan
dengan program kepemilikan saham yang lain). Karena karyawan
menginvestasikan uangnya sendiri ketika mereka memperoleh saham
melalui suatu direct purchase plan, perusahaan harus memastikan bahwa
saham yang ditawarkan termasuk dalam kualifikasi untuk pengecualian
dari ketentuan registrasi (pernyataan pendaftaran). Pengecualian tersebut
secara umum tersedia untuk penjualan yang dibatasi kepada karyawan.
3. Program Opsi Saham (Stock Option Plans)
Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada
karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, untuk membeli
suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu
tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal
pemberian. Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 (lima)
sampai 10 (sepuluh) tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya
biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian.
Universitas Sumatera Utara
Konsep dibalik opsi ini adalah bahwa jika harga saham perusahaan
meningkat dalam tahun-tahun setelah pemberian, karyawan mendapatkan
keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga
yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan
harga yang lebih tinggi, setelah harga meningkat. Nilai suatu opsi saham
bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan
datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja
kelompok atau individual dalam berbagai cara. Sebagaimana dengan
bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka
akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka
berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu, perusahaan
biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan
pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara
tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan)
bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke
dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan. Opsi dapat
menjadi suatu motivator yang lebih efektif dibandingkan suatu bonus kas,
karena tidak seperti kas, opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif
yang baik bagi karyawan setelah mereka diberikan opsi, karena nilai
sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan
datang. Satu dari pertimbangan utama pemberian opsi saham kepada
karyawan adalah, dalam banyak kasus, perusahaan “bebas” dari segi
pelaporan keuangan.Suatu perusahaan harus mengakui beban kompensasi
atas nilai estimasi opsi hanya dalam situasi tertentu. Ini termasuk jenis opsi
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah saham atau harga pelaksanaan tidak diketahui atau
kontinjen dengan kejadian yang akan datang. Dalam hal perusahaan tidak
harus mengakui beban, perusahaan harus melaporkan nilai opsi pada saat
menyiapkan laporan keuangan audited, menggunakan suatu model
penilaian opsi (misalnya, BlackScholes) untuk mengestimasi akibat dari
setiap opsi yang masih beredar pada laba bersih dan laba per saham.
Informasi ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Employee Stock Ownership Plans (ESOPs)
ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk
menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang
akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan
karyawan. Pendekatan ini merupakan program kepemilikan saham oleh
karyawan yang diformulasikan oleh Kelso.ESOPs non leveraged
dirancang untuk investasi terutama dalam saham perusahaan yang
mendukungnya. Dengan suatu ESOPs nonleveraged, perusahaan membuat
suatu kontribusi kepada suatu akun Trust setiap tahun atas namamasing-
masing karyawan, kebanyakan perusahaan akan mengkontribusi ke suatu
program pensiun. Kontribusi tersebut dapat dibuat dalam bentuk saham
(yang memperbaiki arus kas perusahaan karena tidak memerlukan
pengeluaran), atau dapat juga berbentuk kas yang kemudian digunakan
oleh Trust untuk membeli 25 saham perusahaan.Saham yang diperoleh
dengan program ini dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang
dikelola untuk masingmasing karyawan yang berpartisipasi.Para karyawan
Universitas Sumatera Utara
menerima saldo akun mereka setelah pensiun atau pemberhentian oleh
perusahaan. Pada perusahaan yang tidak berencana untuk go public atau
akan diakuisisi oleh seorang Penawar, Leveraged ESOPs telah menjadi
sarana ekuitas yang digunakan secara meluas. Program ini dapat
digunakan oleh pemilik perusahaan sebagai suatu strategi keluar,
memungkinkan untuk menjual sahamnya kepada sekelompok karyawan
sebesar nilai pasar wajar penuhnya.ESOPs mendanai pembelian dengan
melalui suatu pinjaman, yang dijamin oleh perusahaan. Secara singkat
digambarkan, suatu jenis Leveraged ESOPs bekerja dalam empat tahap,
sebagai berikut :
1. TahapPertama,nilai pasar wajar saham pemilik ditentukan melalui jasa
seorang profesional, konsultan penilai independen;
2. Tahap Kedua, perusahaan membentuk suatu ESOPs, yang meliputi
pembentukan suatu trust yang akan memegang saham yang akan dibeli
oleh para karyawan. Orang atau institusi yang ditunjuk oleh
perusahaan akan bertindak sebagai trustee;
3. Tahap Ketiga,trustee meminjam uang dari sebuah bank atau kreditur
lainnya, menggunakan kredit perusahaan sebagai penjamin;
4. Tahap Keempat, trustee mewakili pemilik dengan sebuah check untuk
harga beli dan pemilik mentransfer sahamnya kepada trust. Kemudian,
setelah perusahaan membayar kembali pinjaman ESOPs, saham
tersebut dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang telah
dibentuk oleh trust untuk masing-masing karyawan.
5. Phantom Stock and Stock Appreciation Rights (SARs)
Universitas Sumatera Utara
Selain pendekatan-pendekatan di atas, terdapat beberapa pendekatan
lain untuk membagi ekuitas dengan para karyawan yang secara teknis
tidak mengakibatkan transfer kepemilikan saham kepada para karyawan.
Sering kali disebut sebagai “synthetic equity” programs (program ekuitas
sintetis). Program jenis ini dapat dipakai apabila transfer aktual atas
kepemilikan ekuitas kepada karyawan adalah tidak memungkinkan atau
tidak diinginkan.Stock Appreciation Rights (SARs) dan Phantom Stock
adalah penangguhan kompensasi yang khusus dan alat kompensasi insentif
yang dirancang untuk memberikan karyawan keuntungan ekonomis atas
kepemilikan saham tanpa disertai terjadinya transfer saham sesungguhnya.
Suatu program SARs merupakan sebuah hibah kepada seorang karyawan
yang memberikannya hak pada suatu waktu tertentu di masa yang akan
datang untuk menerima penghargaan berupa kas sebesar kenaikan dalam
nilai dari sejumlah tertentu bagian saham perusahaan. Phantom Shares
merupakan bagian-bagian dari nilai yang berkaitan dengan jumlah
ekuivalen saham.Sebagaimana dengan SARs, nilai dari suatu penghargaan
Phantom Stock biasanya dibayar kepada karyawan dengan kas, meskipun
penghargaan tersebut dapat juga dalam bentuk saham. Pertimbangan yang
dapat mendukung penggunaan jenis programperlakuan akuntansi dan
pajak, dan fleksibilitas yang berkaitan dengan penghargaan untuk aspek
khusus dari usaha perusahaan (seperti suatu divisi yang tidak secara
terpisah berbentuk badan hukum). SARs dan Phantom Stock populer bagi
perusahaan milik keluarga dimana keluarga tidak menginginkan untuk
melepaskan kepemilikan sahamnya.Program-program ini juga dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk memberikan ekuitas seperti insentif yang dikaitkan
dengan kinerja dari suatu divisi perusahaan atau anak perusahaan.dan juga
dapat digunakan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan asing
yang dikarenakan kompleksitas hukum dan administrasi dari hukum
negara asalnya membuatnya sulit untuk diberikan penghargaan berupa
surat berharga.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM
KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) DALAM GOOD
CORPORATE GOVERNANCE
A. Penerapan Good Corporate Governance dalam Hukum Perusahaan di
Indonesia
Perubahan era yang terjadi pada abad 21 dewasa ini, penerapan Good
Corporate Governance telah menjadi hal yang mendesak untuk semua
organisasi, baik dalam skala besar maupun menengah. Dalam hal ini, tidak
dapat dibedakan antara perusahaan besar atau menengah sekalipun memiliki
sebuah konsep GCG, meskipun dalam pelaksanaannya akan berbeda-beda.
Penerapan GCG ini sendiri berkaitan dengan penyaluran atau distribusi dari
kekuatan dan tanggung jawab serta konsekuensi dan akuntabilitas pada
performance atau pencapaian organisasi.Dalam penerapan Good Corporate
Governance tidak terlepas dari budaya organisasi yang berlaku dalam
organisasi itu sendiri. Budaya adalah fenomena dinamis dalam kondsisi disini
dan saatini dan sebuah latar belakang struktur paksaan yang berpengaruh pada
kelompok melalui beberapa cara. Budaya sendiri secara terus-menerus
diterapkan dan tercipta oleh interaksi yang dilakukan kelompok dengan
terbentuk oleh perilaku kelompok itu sendiri.96
Governance dalam konteks Good Corporate Governance (GCG) disebut
sebagai tata pamong. Sedangkan Corporate Governance (CG) atau
96 Sutan Remi Sjahdeini, Good Governance: Antara Idealisme dan Kenyataan, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 3
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan perusahaan, menurut Sutan Remi Sjahdeini adalah suatu konsep
yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian
kewenangan, pembagian beban tanggung jawab masing-masing unsur dari
struktur perseroan. Jadi, Good Corporate Governance (GCG) secara definitif
merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder, baik itu
primarystakeholders (investor, karyawan dan manajer, supplier, rekanan
bisnis dan masyarakat) maupun secondary stakeholders (pemerintah, institusi
bisnis, kelompok sosial kemasyarakatan, akademisi dan pesaing).97
GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan
bisnis global.Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang
diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG.
98
97Ibid., hal. 4 98Ibid., hal. 5
Krisis ekonomi yang
menghantam Asia telah berlalu lebih dari delapan tahun.Krisis ini ternyata
berdampak luas teutama dalam merontokkan rezimrezim politik yang
berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang
diawal tahun 1990-an dipandang sebagai “the Asian tiger”, harus mengakui
bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada
krisis politik. Setelah delapan tahun, sejak krisis tersebut melanda, kita
sekarang dapat melihat pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat
terpukul oleh krisis tersebut.Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan
financial yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-
chip, kini telah pulih.Era pasca krisis ditandai dengan goncangan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan.Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset
para konglomerat, yang berakibat pada penurunan iklim berusaha.99
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)
menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di
Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua,
tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan
rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi
perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan
eksternal; dan kelima, ketidak memadainya pengawasan oleh para
kreditor.Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara
luas prinsip-prinsip dan praktek goodcorporate governance oleh kumunitas
bisnis dan publik pada umumnya.
100
Bahwa budaya korporasi merupakan sistem nilai yang diyakini oleh semua
anggota organisasi dan yang dipelajari, disamping itu dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan
acuan perilaku bagi setiap anggota dalam organisasi untuk mencapai tujuan
perusahaan.Dengan demikian yang menjadi pokok kajian dalam makalah ini
adalah bagaimana peranan good corporate governance (GCG) dan budaya
dalam meningkatan kinerja perusahaan.Berdasarkan uraian dalam latar
belakang ini, maka GCG dan budaya perusahaan yang baik (good corporate
99Ibid. 100Ibid., hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
culture/GCC) adalah menjadi suatu faktor yang dapat memengaruhi
peningkatkan kinerja perusahaan.101
Di negara-negara Asia, pelaksanaan prinsip GCG merupakan bagian
penting dari pembaharuan-pembaharuan ekonomi yang mutlak untuk
mengatasi krisis ekonomi.Demikian juga, di Indonesia, usaha-usaha untuk
memperbaiki corporate governance telah dimulai. Hal ini dapat diketahui dari
Nota Kesepakatan (Letter of Intent) yang ditandatangani oleh Pemerintah
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF), dan kelanjutan bantuan
keuangan dari pihak IMF bergantung pada perbaikan di bidang
corporategovernance. Menindaklanjuti Nota Kesepakatan tersebut, sejak 5
tahun lebih yang lalu, pemerintah Indonesia telah mencanangkan penerapan
tata Kelola Perusahaan yang baik.Wujud dari kepedulian pemerintah tersebut
didirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai
KebijakanCorporate Governance (KNKCG), yang kemudian dirubah menjadi
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKCG dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Keuangan dan
Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKG
merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG,
serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance
di Indonesia.Saat ini KNKG telah berhasil menyusun Code of GCG. Tujuan
disusun Pedoman GCG agar Code of GCG menjadi ajuan bagi pelaksanaan
GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia dan semua perusahaan yang didirikan
101Ibid.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia juga
diharapkan dapat menerapkan Pedoman GCG secepatnya.102
Sementara itu, inisiatif dari sektor swasta melalui asosiasi-asosiasi bisnis
dan profesi telah melahirkan Forum for Corporate Governance inIndonesia
(FCGI). Tujuan dan obyektif didirikan FCGI meningkatkan kesadaran dan
mensosialisasi-kan prinsip dan aturan mengenai Governance, Corporate
Governance, dan Corporate social Responsibility (CSR) kepada dunia bisnis
di Indonesia dengan mengacu kepada international best practice sehingga
memperoleh manfaat dalam melaksanakan prinsip dan aturan yang sesuai
dengan standar GCG dan CSR.
103Suatu hal yang sangat memprihatinkan,
semua kajian tentang penerapan GCG di Indonesia menghasilkan kesimpulan
yang sama yaitu penerapan GCG di Indonesia sangat rendah, terbukti dari
buruknya indeks nilai GCG yang diperoleh, hal ini senada dengan pendapat I
Nyoman Tjager, Ketua Komite Seminar Nasional GCG 2003, bahwa salah
satu penyebab dari rendahnya perolehan indeks GCG adalah “lemahnya
system hukum dan peradilan Indonesia dan prinsip GCG belum sepenuhnya
terinternalisasi dalam manajemen perusahaan di Indonesia”.104
Implementasi prinsip GCG tidak terlepas dengan implementasi tata kelola
pemerintahan yang baik(good governmentgovernance (GGG).Di era
globalisasi tuntutan terhadap paradigma goodgovernance dalam seluruh
kegiatan tidak dapat dielakkan lagi.Istilah good governance sendiri dapat
102Komite Nasional kebijakan Corpoprate Governance, Pedoman Good Corporate
Governance, Jakarta, 2001, hlm. 2. 103 FCGI, Tata Kelola PerusahaanJilid 1, Edisi ke-4, Price Water House Copers dan
FCGI, Jakarta 2005, hlm.2 . 104I Nyoman Tjager, GCG Indonesia Rendah, Makalah GCG 2003, 23-24 Januari 2003,
Bali.
Universitas Sumatera Utara
diartikan terlaksananya tata ekonomi, politik dansosial yang baik.105 Konsep
GCG baru pada tahap pengenalan(setting), padahal GCG berhubungan juga
dengan fungsi monitoring atauimplementasi secara terus menerus, apa-apa
yang harus diperbaiki terhadapsetting yang telah dibuat, sehingga nantinya
akan terbangung model GCG yangsesuai dengan kondisi yang akan
berdampak kepada penguatan kinerja.Kemudian, tahap berikutnya adalah
tahap performanceyaitu mengukur kinerja yang dihasilkan dari persiapan
GCG ini, dan yang perlu diingat tidak ada single universal corporate
governance model. Praktik GCG yang dibangun haruslah yang sesuai dengan
kultur sosial dan budaya Indonesia.106
Selain berbagai faktor di atas, ada faktor lain, yaitu lemahnya sektor
korporasi telah menyebabkan mereka makin jauh dari peranan sebagai “engine
of growth” atau sebagai primadona pembangunan.Dalam kaitan dengan
pembangunan perekonomian, sektor korporasi yang mampu berperan positif
bagi pembangunan ekonomi adalah sektorkorporasi yang merupakan aset
nasional dan bukan mereka yang hanya menjadi beban dan parasit masyarakat.
Kelompok korporasi ini adalah kelompok yang patuh dengan prinsip-prinsip
GCG, taat pada aturan main dan peraturan yang berlaku, dengan kata lain
adalah mereka yang mampu mempraktikkan prinsip-prinsip GCG dalam
menjalankan usahanya, oleh karena itu, dalam kehidupan berbisnis saat ini
GCG harus merupakan komitmen, Tanpa adanya komitmen yang tinggi dari
105 Achwan, Rochman, 2000, "Good Governance: Manifesto Politik Abad Ke-21", dalam
Kompas, Rabu 28 Juni 2000, hal. 39. 106 Pontas R. Siahaan, Pengelolaan SDM dalam Rangka Penerapan Good Corporate
Governance, Makalah GCG bagi Pegawai Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Agustus 2004.
Universitas Sumatera Utara
pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat umum, maka sulit untuk
mewujudkan GCG.
Untuk mewujudkan semua itu diperlukan pedoman GCG yang mengikat
semua pihak.Kode atau Pedoman GCG yang disusun oleh KNKG tahun 2001
hingga saat ini belum efektif.Code for GCG ini hanya berupa pedoman yang
bersifat voluntary atau kesukrelaan, nampaknya dengan sistem kesukarelaan
ini sulit untuk diterapkan di Indonesia untuk saat ini, tanpa ada dorongan atau
paksaan.Oleh karena itu, perlu banyak ketentuan pedoman GCG yang diambil
alih oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan masyarakat
diwajibkan untuk mematuhinya (mandatory compliance).Dalam hal ini dapat
diterapkan sanksi bagi pelanggarnya, sebagai contoh ketentuan-ketentuan
tentang praktik GCG dalam UU Perbankan dan juga peraturan
pelaksanaannya.107
Pengeloaan perusahaan yang baik membutuhkan pengaturan hukum yang
dituangkan dalam perangkat peraturan (legal aspect) agar memiliki sifat
yuridis-normatif maupun yuridis-sosiologis.Pengaturan hukum bisnis
dilakukan sesuai dengan maksud diadakan suatu pengaturan hukum yaitu
“toprovide order, stability, and justice”.
108
107Ibid. 108 Ronald A. Anderson and Walter A. Kumpt dalam Soekarwo, Hukum Pengelolaan
Keuamgan Daerah di Jawa Timur Berdasarkan Good Finace Governance (Studi terhadap Hukum Pengelolaan daerah di Provinsi Daerah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Sioarjo, Kabupaten Trenggalek, Kota Surabaya dan Kota Kediri, PDIH UNDIP, Semarang, 2004, hlm. 47.
Pada budaya organisasi terdiri dari
jaringan yang signifikan yang terus dipintal oleh organisasi itu sendiri serta
dibangun melalui adanya interaksi. Setiap organisasi memiliki cara-cara yang
unik dari apa yang mereka lakukan. Budaya ang telah terefleksikan pada
Universitas Sumatera Utara
budaya-budaya organisasi yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk
mencapai kesinambungan dan ketahanan dalam jangka panjang, meningkatkan
kinerja dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi organisasi untuk
kepentingan pihak-pihak di dalam organisasi itu sendiri.109 Dengan dasar itu
pula, maka dalam penerapan Good Corporate Governance yang sesuai dengan
budaya Indonesia harus pula mencakup lima pilar dasar dari GCG yang
ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, yaitu transparency,
accountability, responsibility, independency, dan fairness.110
Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong daridua sisi,
yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari
kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis
yang mengutamakan kelangsungan hidup perseroan, kepentingan
stakeholdersdan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan yang sesaat
di sisi lain adalah dorongan dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
111
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menyusun, mengelaborasi, dan
bahkan menyempurnakan aturan seputar corporate governance yang
dituangkan dalam berbagai regulasi. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan pembaharuan landasan hukum
di bidang ekonomi sejalan dengan dengan arah Kebijakan Pembangunan
Nasional sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
109 Steger, Urich & Wolfgang Amann, Corporate Governance: How to Add Value, John
Wiley & Sons 2008 hal 4 110http://www.linknet.co.id/ Tata Kelola Perusahaan GCG pdf diakses pada tanggal 22
Januari 2018 111 Komite Nasional Kebijakan Governance, ”Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia
Universitas Sumatera Utara
tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan kerangka yang sangat penting
bagi pengaturan prinsip-prinsip GCG di Indonesia.Untuk menyesuaikan
prinsip-prinsip tentang pengelolaan Perseroan yang baik (good corporate
governance), maka aspek hukum yang menegaskan peraturan tentang
Perseroan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan tentang prinsip-
prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubungan kedudukan dan
tanggung jawab daripada Dewan Komisaris, Direksi dan para pemegang
saham melalui RUPS.
Stakeholdersadalah kelompok atas individu yang dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh aktivitas Perseroan. Dari definisi tersebut terlihat bahwa
stakeholder dapat diartikan sebagai semua pihak yang mempunyai
kepentingan atau berhubungan dengan kegiatan Perseroan.112 Menurut David
Wheeler dan Maria Sinlanpaa berdasarkan prioritasnya, stakeholders dapat
dibagi menjadi 2 (dua) kategori:113
1. Primary stakeholdersyaitu para pemegang saham, investor, karyawan dan
manajer, supplier dan rekanan bisnis serta masyarakat setempat.
2. Secondary stakeholdersyaitu pemerintah, institusi (asosiasi) bisnis,
kelompok sosial masyarakat, media, akademis dan pesaing.
OECD sebagai salah satu organisasi internasional yang menjadi pionir dalam
pengembangan prinsip-prinsip good corporategovernance (GCG), memasukkan
kepentingan primary stakeholders dalam hal ini Pemegang Saham (pemegang
112 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 50. 113Ibid.
Universitas Sumatera Utara
saham mayoritas maupun minoritas, asing maupun domestik) sebagai kepentingan
utama dalam pengembangan perusahaan .Hal ini cukup logis, mengingat
perusahaan pada dasarnya timbul dari perjanjian yang dibuat oleh para pemegang
saham.Hanya saja karena, bentuk perusahaan berupa badan hukum, maka terjadi
pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas perusahaan.Berdasarkan
pemisahan tersebut, kepentingan pemegang saham harus lebih diutamakan, karena
pemegang saham hanya dapat mengawasi jalannya usaha, yang biasanya diwakili
oleh dewan komisaris.114
Kepentingan pemegang saham semata-mata merupakan kepentingan
sebagaimana diungkapkan dalam teori stakeholders.
115
Teori Stakeholders tersebut dikemukakan oleh Thomas Donaldson yang
menyatakan bahwa manajemen suatu Perseroan harus memperhatikan
kepentingan Stakeholders, baik yang berasal dari grup atau individu yang dapat
Teori stakeholders
(Stakeholders Theory) dikembangkan oleh Stanford Research Institute (SRI) di
tahun 1960, sebagai reaksi pemahaman lama mengenai pengurusan Perseroan,
yang semata-mata demi kepentingan pemegang saham. Menurut teori
Stakeholders, Stakeholders mencakup semua pihak yang berkepentingan dalam
Perseroan, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemegang saham, karyawan,
pemasok, pelanggan, distributor dan masyarakat yang ikut memberikan kontribusi
untuk terhadap keberhasilan Perseroan serta menanggung dampak dari kegiatan
usaha Perseroan.
114 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006), hal. 74.
115 Misahardi Wilamarta, Pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris Atas Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perseroan Terbatas Serta Perlindungan Hukum Terhadap Shareholders dan Stakeholder. (Depok: Center for Education and Legal Studies, 2006). hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh maksud dan tujuan Perseroan. Berikut akan
diuraikan sejauh mana prinsip GCG di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham:
1. Transparency
Merupakan kepentingan dari para pemegang saham untuk mendapatkan
informasi material suatu Perseroan. Hal ini akan berkaitan dengan dua
permasalahan, yaitu:116
a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu
Perseroan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau
calon investor untuk menanamkan modalnya.
b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan
wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi Perseroan.
Pemenuhan informasi material Perseroan secara tepat waktu, benar dan
teratur yang dapat mempengaruhi pertimbangan para pemegang saham dalam
pengambilan keputusan, merupakan kewajiban dari Direksi dan atas
pengawasan Dewan Komisaris untuk mengungkapkannya (disclosure),
kewajiban tersebut terkait dengan prinsip accountability (akuntabilitas) dari
Direksi dan Dewan Komisaris. Kewajiban Direksi mengenai pengungkapan
informasi Perseroan di dalam UUPT harus dilakukan dalam bentuk laporan
tahunan, sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (1) dan (2) UUPT yang
menyatakan bahwa:117
116 Inda Surya, Loc.cit. 117 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007, LN No. 106
tahun 2007, TLN No. 4756, ps. 66 ayat (1) dan (2).
Universitas Sumatera Utara
(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.
(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya: a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca
akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;
b. laporan mengenai kegiatan Perseroan; c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan; e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh
Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris; g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium
dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
Berkaitan dengan kewajiban Direksi tersebut diatas dalam memberikan
laporan tahunan, UUPT kembali menitikberatkan pada pemberian informasi
mengenai laporan keuangan dengan sanksinya apabila informasi yang
diberikan tidak benar atau menyesatkan.Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan kepada para pemegang saham mengenai keadaan
finansial suatu Perseroan, dimana memberikan jaminan dan kepastian bahwa
harta kekayaan dari para pemegang saham dipergunakan oleh Perseroan sesuai
peruntukannya.Begitu juga perlindungan terhadap para pemegang saham dan
calon pemegang saham yang cenderung melihat kondisi Perseroan dari
laporan keuangan untuk menanamkan uangnya tanpa melihat kondisi
Perseroan secara mendalam. Kewajiban akan memberikan informasi
Perseroan secara tepat waktu, benar dan teratur juga diatur dalam hal
penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi wajib
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi Perseroan yang berhubungan dengan mata acara rapat,
sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UUPT yang menyatakan
bahwa:118
(2) Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.
Hal tersebut dimaksudkan memberikan perlindungan terhadap pemegang
saham agar dapat berpartisipasi dalampengambilan keputusan mengenai hal-
hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang
saham.Meskipun dalam kenyataannya masih banyak Perseroan
yangmengabaikan hal ini dalam memberikan bahan yang berkaitaan dengan
agenda rapat.Sebagimana diatur di dalam UU Perseroan, bahan-bahan RUPS
harus disediakan pada saat pemanggilan dilakukan yaitu 14 hari sebelum
RUPS dilaksanakan. Biasanya pengumuman pemanggilan tersebut
dicantumkan pula tentang tersedia bahan RUPS di kantor Perseroan. Praktek
yang dijumpai dalam riset, dengan mengambil RUPS tahunan hanya, hanya
34% responden yang menyediakan pada saat pemanggilan sedangkan sisanya
memberikan pada saat pemanggilan sedangkan sisanya memberikan pada saat
RUPS . Hal ini tentu saja mengurangi hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi yang tepat waktu serta memberikan kesempatan yang
cukup mempelajari bahan-bahan RUPS.Akibatnya yang terjadi, RUPS hanya
118Ibid. Pasal 75 ayat (2)
Universitas Sumatera Utara
sekedar “seremonial” pengesahan agenda-agenda yang sudah disusun
berdasarkan keinginan pemegang saham mayoritas.119
2. Accountability
Prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan pada waktu
yang tepat seringakali tidak diterapkan, kecuali pada perseroan publik, itupun
tidak semuanya.Terlebih perseroan privat yang berskala menengah dan kecil
yang kebanyakan tidak tercatat, bahkan sangat jarang dilakukan
pertanggungjawaban Direksi pada tiap akhir tahun buku perseroan apalagi
dilakukan audit.
Prinsip akuntabilitas berkaitan erat dengan prinsip transparansi, karena
dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material yang telah diberikan
dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan yang komprehensif
dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu Perseroan.Prinsip ini
juga turut mendukung keberadaan doktrin fiduciary duties yang pada dasarnya
memberikan konsep normatif mengenai wewenang dan tanggung jawab
Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, sehingga doktrin
tersebut dapat diimplementasikan secara konkret.120
119 Hindarmojo Hinuri, ed, The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002), hal. 65.
120Ibid., hal. 78.
Doktrin dari fiduciary
duties dimaksud adalah berkaitan dengan tugas kepercayaan yang diberikan
oleh Perseroan dalam melakukan pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan itu sendiri, dimana Direksi dalam melaksanakan fiduciary duties-
nya dituntut untuk bertindak dengan asas fiduciary duties, yaitu duty of good
faith terkandung kewajiban bagi Direksi untuk hanya
Universitas Sumatera Utara
mengutamakankepentingan perseroan semata-mata, serta tidak untuk
memanfaatkankedudukannya (corporate opportunity) sebagai Direksi untuk
memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari Perseroan
secara tidak adil. Hal ini dicontohkan dalam kewajibannya untuk sebisa
mungkin menghindari terjadinya keadaan dimana kepentingan dan kewajiban
pribadi Direksi berada dalam benturan kepentingan dengan kepentingan
Perseroan dan atau kewajiban Direksi terhadap Perseroan (conflict of interest),
serta untuk memanfaatkan harta kekayaan Perseroan untuk kepentingan
dirinya sendiri (self dealing).121
3. Responsibility
Pengungkapan informasi Perseroan secara transparan menjadi salah satu
sarana untuk menerapkan sistem pengendalian intern Perseroan. Dengan
sistem pengendalian intern yang efektif, Perseroan dapat terhindar dari
kerugian besar karena hal-hal yang sebelumnya tidak pernah diduga bakal
terjadi.
Prinsip responsibility merupakan perwujudan dari tanggung jawab suatu
Perseroan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara asalnya
atau tempatnya berdomisili secara konsekuen.Termasuk peraturan di bidang
lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan,
perlindungan konsumen dan sebagainya, sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan di tiap-tiap negara.122
121 Gunawan Widjaja, Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT, (Jakarta:
Forum Sahabat, 2008), hal. 47. 122Widjaja, op. cit., hal. 82.
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban Perseroan dalam mematuhi peraturan perundang-
undangan merupakan kerangka dari tata kelola Perseroan yang baik yaitu
sebagai wujud dari hukum itu ditegakkan atau dipatuhi. Dengan dipatuhinya
semua peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh Perseroan akan
memberikan citra positif bagi suatu Perseroan, baik di mata pemerintah
maupun di mata masyarakat luas. Sedangkan bagi pemegang saham akan
berdampak pada nilai dari saham itu sendiri dan memberikan kepastian
mengenai kelanjutan usaha Perseroan (corporate sustainability), begitu juga
dengan calon investor mempunyai alasan yang kuat untuk menanamkan
modalnya.
4. Independency
Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perseroan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan
dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.123
123 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 13..
Independensi atau
kemandirian fungsi masing-masing Organ Perseroan di dalam Perseroan,
merupakan suatu hal yang sangat krusial untuk mencegah terjadinya benturan
kepentingan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi Perseroan begitu juga
pemegang saham.Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di dalam prinsip
accountability (akuntabilitas), dimana self dealing sebagai bagian dari
benturan kepentingan dapat dicegah dengan memberikan kewajiban bagi
Universitas Sumatera Utara
Direksi dan Dewan Komisaris maupun keluarganya melaporkan kepemilikan
sahamnya.124
Selain itu juga dalam menjaga kemandirian masing fungsi Organ
Perseroan, yaitu diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPT yang menyatakan
bahwa:
125
(1) Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.
Dari ketentuan diatas dikenal dengan kepemilikan silang (cross holding)
yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang yang dikeluarkan oleh
Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut. Ada beberapa alasan
dimana kepemilikan silang dilarang, dimana salah satunya berkaitan dengan
prinsip independency (kemandirian) yaitu dilihat dari sisi manajemen, bahwa
kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara
pemilikan dan pengurusan Perseroan sehingga dalam hal ini manajemen tidak
lagi independen satu terhadap yang lainnya.
5. Fairness
Prinsip fairness merupakan keharusan bagi sebuah Perseroan untuk
memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham (baik
pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik), sehingga
kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah sedini
mungkin.126
124Op. Cit., ps. 101 ayat (1) dan ps. 116. 125Op. Cit. ps. 36 ayat (1).
126Daniri, op. cit., hal. 71
Fairness diharapkan membuat seluruh asset Perseroan dikelola
secara baik dan prudent (hati-hati) sehingga muncul perlindungan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan
memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang
merugikan.Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan
menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam
perusahaan.127
Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar
bisa diberlakukan secara efektif.Syarat itu berupa peraturan perundang-
undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara efektif. Hal
ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan atas
hak-hak pemegang saham manapun, tanpa pengecualian. Peraturan
perundang-undangan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari penyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Diantara
litigation abuse ini adalah penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga
peradilandalam mengambil keputusan sehingga pihak yang beritikad baik
mengulur-ngulur waktu kewajiban yang harus dibayarkannya atau bahkan
dapat terbebas dari kewajiban yang harus dibayarkan.
128
B. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) pada Perusahaan di Indonesia
Tujuan pengadopsian ESOP oleh perusahaan sangat berkaitan dengan
motivasi dalam peningkatan komitmen dan produktvitas karyawan. Penelitian
The Work Foundation LondonUniversity (2002) menghubungkan efek dari
ESOP terhadap kinerja perusahaan. ESOP memberikan suatu insentif berupa
saham kepada karyawan, yang diharapkan insentif tersebut memberikan
127Ibid., hal. 14.
128Ibid., hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
dampak positif berupa motivasi dan komitmen karyawan tersebut, yang pada
akhirnya memberikan peningkatan kepada produktivitas dan profitabilitas
perusahaan tersebut.Selain itu, implementasi Employee Stock Option
Programs (ESOP) memiliki beberapa manfaat strategis. ESOP mampu
mempertahankan karyawan yang memiliki kemampuan untuk
mengembangkan perusahaan, meningkatkan cash flow, meningkatkan
motivasi dan kinerja karyawan, meminimalisir konflik kepentingan antara
pemilik (principal) dan manajemen (agent), mengantisipasi kemungkinan
perpindahan kepemilikan, dan juga meningkatkan nilai perusahaan lewat
pengembalian saham.129
Selain peningkatan tersebut ESOP juga mengurangi labour turnover .
130
129 Baridwan, Zaki dan Azwar Anwar, Effect Of Employee Stock Option Plans (ESOPs) to
Peformance and Firm Value : Empirical Study at JSX Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 2006
130 Klein, Katherine J, Employment Stock Ownership and Employment Attitudes : A Test of Three Models. Journal of Applied Psycology Monograph.Vol 72, No. 2, 1987.
Di
Indonesia pihak yang mulai menerapkan konsep kepemilikan sahamoleh
karyawan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertamaadalah
perusahaan-perusahaan publik, mulai menerapkan programkepemilikan saham
melalui program alokasi khusus bagi pegawai(employee stock allocation, atau
ESA), program pemberian bonus dalambentuk saham (share bonus plan), atau
program pemberian opsi atassaham (stock option plan) dalam rangka menarik
minat calon investor yanglebih tinggi atas saham-saham yang ditawarkannya
kepada masyarakat,serta dalam rangka memberikan kesempatan bagi
karyawannya untukmemiliki saham. Sedangkan program kepemilikan saham
oleh karyawanmelalui program tabungan atau pembelian saham oleh
karyawan belum merupakan hal yang lazim pada perusahaan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang merupakan
anakperusahaan dari perusahaan multinasional di luar negeri. Perusahaan
multinasional tersebut, sebagai bagian dari paket kompensasi bagi pegawainya
menerapkan suatu program ESOP secara global, yang juga diterapkan oleh
perusahaan tersebut kepada karyawan dari anak perusahaannya di Indonesia
yang telah diidentifikasi sebagai memenuhi syarat untuk berpartisipasi
(eligible) dalam program tersebut.
Secara umum, penawaran ESOP selain dari ESA merupakan penawaran
atas suatu Efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal (“UU Pasar Modal”), yang apabila dilakukan
kepada lebih dari 100 pihak dan dengan nilai Rp. 1 milyar atau lebih dapat
dianggap sebagai suatu Penawaran Umum.131
Sehubungan dengan ini, telah banyak sekali perusahan multinasional yang
memiliki anak perusahaan di Indonesia juga memiliki suatu program ESOP
secara menyeluruh. Dalam implementasinya di Indonesia, sering sekali
mereka terbentur dengan peraturan mengenai definisi “Penawaran Umum”
berdasarkan UU Pasar Modal yang sangat umum tersebut di atas, sehingga
harus ditempuh cara-cara lain.
132
131Tim Studi Penerapan ESOP Emiten Atau Perusahaan Publik Di Pasar Modal Indonesia
Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal Tahun 2002, Studi Tentang Penerapan Esop (Employee Stock Ownership Plan) Emiten Atau Perusahaan Publik Di Pasar Modal Indonesia, hlm. 68
132Ibid., hlm. 69.
Di Indonesia, belum ada ketentuan yang
secara khusus mengatur tentang kepemilikan saham oleh karyawan selain
bentuk penjatahan pasti saat penawaran umum perdana. Karena sifatnya yang
mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaannya mengikuti
ketentuan penawaran saham perdana pada umumnya.Selain itu, tidak terdapat
Universitas Sumatera Utara
ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan program ini (program
kepemilikan saham oleh karyawan dari penjatahan pasti) seperti praktek di
Mesir.Sehingga tujuan penyelenggaraaan program ini tidak sejelas praktek di
Mesir.133
Disamping itu, tidak terdapat pengecualian atas kewajiban penyampaian
pernyataan pendaftaran atas semua bentuk penawaran saham kepada publik,
yang dalam hal ini dapat terbatas pada karyawan.Perusahaan-perusahaan
terbuka mempergunakan Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4 sebagai dasar
hukum untuk melaksanakan program kepemilikan saham oleh karyawan
lainnya, misalnya melalui opsi saham, mengingat adanya tambahan modal
yang disetorkan oleh karyawan pada saat mereka melaksanakan
haknya.
134Namun demikian, keterbukaan informasi yang dilakukanpun
mengacu pada ketentuan tersebut, yang awalnya tidak dimaksudkan untuk
pelaksanaan ESOP. Selain itu, pelaksanaan ESOP di Indonesia juga berbentuk
pemberian waran kepada karyawan sebelum atau pada saat perusahaan
melakukan penawaran umum perdana (IPO) sehingga informasi tentang ESOP
masih terbatas pada apa yang dijelaskan dalam prospektus dan hasil RUPS
perusahaan tanpa pengungkapan lebih lanjut tentang perkembangan
pelaksanaan program dalam laporan berkala atau sarana lainnya.135
Secara garis besar model atau sarana dari keikutsertaan karyawan dalam
suatu perusahaan ada 3 (tiga), yaitu kepemilikan karyawan melalui pembelian
saham perusahaan secara langsung (Direct purchaseplan), pemberian opsi atas
saham perusahaan kepada karyawan untuk membeli sejumlah saham (stock
133Ibid., hlm. 70. 134Ibid. 135Ibid., hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
option plans) dan program pengelolaan dana (trust) yang dirancang untuk
investasi terutama dalam saham perusahaan (ESOPs).136 Hampir sebagian
besar, perusahaan menggunakan Trust untuk mengelola saham yang akan
dialokasikan kepada karyawan. Hal ini diterapkan oleh beberapa negara
seperti Amerika Serikat, Inggris, China dan Irlandia.Namun, konsep
penggunaan Trust tidak dikenal dalam pelaksanaan kepemilikan saham
karyawan di Indonesia. Di Amerika, ESOPs banyak dilakukan oleh
perusahaan non publik (tertutup), sedangkan stock option plan banyak
dilakukan oleh perusahaan terbuka (Emiten atau Perusahaan Publik).137
Pada umumnya, Emiten atau Perusahaan Publik di Indonesia
melaksanakan stock option plans (bentuk opsi yang ditawarkan adalah opsi
saham atau waran) dengan salah satu tujuan untuk meningkatkan rasa
memiliki karyawan atas perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan untuk
perusahaan tertutup yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan
multinasional menggunakan cashless exercise yang menyerupai phantom
stock atau SARs.Memperhatikan bentuk ESOP Emiten dan Perusahaan Publik
di Indonesia yang sebagian besar berbentuk program opsi, maka perlu
diperhatikan kelebihan dan kekurangan program tersebut. Dimana, opsi saham
mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang
sehingga kondisi perkembangan pasar modal akan sangat menentukan
keberhasilan program itu, karena jika harga saham turun secara substansial di
bawah harga pelaksanaan, opsi tersebut tidak memberikan insentif keuangan
bagi karyawan. Selain itu, karena kompleksitasnya, opsi saham dapat sulit
136Ibid. 137Ibid., hlm. 73.
Universitas Sumatera Utara
dimengerti oleh karyawan.Hal ini terkait dengan jenis karyawan yang ada
(apakah berpendidikan dan berpengalaman di bidang keuangan atau tidak).Di
Indonesia sendiri, menurut hasil studi penerapan ESOP pada emiten atau
perusahaan publik di Indonesia, perkembangan pelaksanaan kepemilikan
saham oleh karyawan di Indonesia adalah138
a) Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-
perusahaan Indonesia, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi
saham pada saat perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan
lebih merupakan sebuah “stock allocation scheme”, yaitu pada
penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidi ataupun pinjaman
yang dijamin oleh perusahaan.
:
b) Tahun 1998 sampai dengan sekarang, terdapat perkembangan lebih
lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan
tetap hasil penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu
program opsi, yaitu sebelum melakukan penawaran umum (go public)
karyawan diberi penawaran yang dapat dilaksanakan pembelian
sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan datang yang telah
ditentukan periode dan harganya.
Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP139
1. Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan
dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan
,
yakni :
138Ibid. 139Oyer Paul Scoot Schaefer, 2005.Why Do Some Firm Give Stock Option To All
Employee: An Empirical Examination of Alternative Theories. Journal of alternative theories 76:99-133.
Universitas Sumatera Utara
dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk
melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
2. Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara
kontan dengan memberikan opsi.
3. Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk
tetap bekerja di perusahaan tersebut.
C. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program
Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu Penerapan
Good Corporate Governance
Konsep corporate governance timbul karena adanya keterbatasan dari
teori keagenan dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat dipandang dari
kelanjutan teori keagenan.140
Corporate governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak
terjadinyaskandal bisnis yang mengindikasikan lemahnya corporate
governance di perusahaan-perusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950-an dan
semakin berlanjut hingga menimbulkan resesi di tahun 1980-an.
Corporate governance merupakan cara untuk
memberikan keyakinan kepada para pemasok dana perusahaan akan
diperolehnya pengembalian (return) atas investasi mereka. Selain itu
corporate governance juga merupakan suatu sistem untuk mengarahkan
(direct) dan mengendalikan (control) suatu perusahaan atau korporasi.
141
Di Indonesia, isu mengenai corporate governance mulai mengemuka
setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun
140 Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi
Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance.Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang
141Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1998. Banyak pihak mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan krisis
ekonomi di Indonesia dikarenakan oleh lemahnya corporate governance yang
diterapkan pada perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah
maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam
praktik corporategovernance di Indonesia.Salah satu fungsi ESOP adalah
menunjang terjadinya GCG.Hal ini karena salah satu mekanisme internal
GCG adalah kepemilikan manajerial dan ESOP adalah salah satu bentuk
kepemilikan manajerial.142
142Edward Graskamp dalam Media Akuntansi, Edisi No. 5 Th. VII, Mei 2000, hlm. 48.
Dengan adanya kepemilikan manajerial, karyawan akan bertindak sebagai
bawahan dan sekaligus pemilik perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh
perusahaan dengan adanya dua peran karyawan ini adalah peningkatan sudut
pandang karyawan.Karyawan yang juga bertindak sebagai pemilik tidak lagi
hanya peduli kepada laba perusahaan tetapi juga citra perusahaan di pihak
eksternal. Hal ini akan berakibat pada peningkatan tata kelola perusahaan
(corporate governance) yang dapat dilihat dari terpenuhinya 5 prinsip dasar
corporate governance yaitu fairness, transparency,accountability,
responsibility, dan independency.
Selain terpenuhinya lima prinsip dasar corporate governance, perusahaan
juga memerlukan adanya pengakuan dari pihak independen mengenai tata
kelolanya, agar pihak eksternal lebih percaya atas kondisi perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan yang telah merasa bahwa tata kelolanya baik secara
sukarela akan mengikuti pemeringkatan GCG untuk mendapatkan predikat
kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang telah mereka investasikan. Corporategovernance berkaitan erat
dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka dan yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau
menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana kapital yang telah ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para
manajer.143
Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang telah dibuat oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) hendaknya dijadikan kode
etik perusahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk
melaksanakan Good CorporateGovernance (GCG) secara konsisten dan
konsekuen.Hal ini penting, mengingat kecenderungan aktivitas usaha yang
semakin mengglobal, maka prinsip-prinsip corporategovernance (keadilan,
transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, dan independen) dapat dijadikan
sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang
lebih baik.
144
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam
suatu perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi
kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima
pinjaman kredit.Bagi perusahaan yang berdomisili di negara-negara
143Ibid. 144Ibid., hlm. 68.
Universitas Sumatera Utara
berkembang, implementasi aspek corporate governance secara konkret dapat
memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap
kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia.145
Di dunia Internasional, penerapan Good Corporate Governance (GCG)
sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian
kredit.Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG) mempunyai kemungkinan besar untuk
memperoleh bantuan kredit bagi usahanya.Hubungan antara pemilik dan
manajer adalah paradigma hubungan prinsipal dan agen.
146
Hubungan kedua pihak ini seringkali mengalami konflik dikarenakan
adanya asimetri informasi yang membuat pihak prinsipal menganggap bahwa
pihak agen yang memiliki informasi yang berlebih akan menggunakan
informasi tersebut untuk memperolehkeuntungan bagi dirinya sendiri. Hal ini
yang mendasari adanya agency cost. Agency Cost adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pihak prinsipal untuk membatasi divergensi kepentingan
dengan memberikan insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia
mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost) untuk mencegah moral
hazard dari agen.
147
Salah satu bentuk agency cost ini adalah pemberian saham bonus kepada
karyawan melalui mekanisme Employee Stock Option Program (ESOP).
Fungsi ESOP menurut Edward Graskamp
148
145Ibid. 146Asyik, N.F. 2006.Dampak Penyaatan dan Nilai Wajar Opsi pada Pengaruh Magnituda
Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
147Ibid. 148Edward Graskamp dalam Media Akuntansi, Edisi No. 5 Th. VII, Mei 2000, hlm. 50.
adalah Pelaksanaan ESOP di
Universitas Sumatera Utara
suatu perusahaan dapat menunjang terjadinya Good CorporateGovernance
(GCG), Penerapan ESOP dapat menumbuhkan sense of belonging terhadap
perusahaan diantara para karyawan, sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, ESOP dapat menjadi insentif bagi para karyawan, Pelaksanaan
ESOP dapat mengembangkan shareholder para perusahaan tersebut.
Dari salah satu fungsi diatas, terdapat salah satu fungsi yang menyatakan
bahwa pelaksanaan ESOP di suatu perusahaan dapat menunjang terjadinya
Good CorporateGovernance (GCG).Hal ini dikarenakan salah satu
mekanisme GCG adalah kepemilikan manajerial.ESOP merupakan salah satu
bentuk kepemilikan manajerial yang dapat dilakukan oleh perusahaan.Selain
meningkatkan rasa kepemilikan kepada karyawan, ESOP juga diharapkan
mampu menjadikan karyawan dapat menyampaikan informasi yang lebih
memadai.Hal ini dikarenakan karyawan pada perusahaan yang telah
mengadopsi ESOP tidak lagi bertindak hanya sebagai karyawan tetapi juga
sebagai pemilik atau investor.
Sebagai pihak yang memberikan informasi sekaligus memerlukan
informasi maka karyawan akan memahami jenis-jenis informasi yang penting
untuk investor. Selain itu, apabila perusahaanmampu memberikan informasi
lebih dari yang seharusnya, citra perusahaan menurut pihak eksternal akan
meningkat. Menurut Kaihatu salah satu tahap pelaksanaan GCG adalah tahap
evaluasi.149
Sumber saham yang diterbitkan dalam program kepemilikan saham oleh
karyawan berhubungan dengan tujuan dari program tersebut apakah untuk
149 Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.Vol 8.hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
kompensasi atau peningkatan dana modal. Di beberapa negara, sumber saham
yang digunakan untuk program kepemilikan saham oleh karyawan dapat
berasal dari saham pendiri, saham baru, treasury stock, atau saham yang telah
beredar. Di Indonesia, sesuai dengan praktek oleh beberapa perusahaan,
saham yang diterbitkan dalam program kepemilikan saham oleh karyawan
adalah saham yang dari portepel, treasury stock, atau saham pendiri. Di
Indonesia, mengingat ketentuan yang mengatur bahwa pengeluaran saham
harus disetor penuh dan tujuan dari kepemilikan saham karyawan juga untuk
menambah modal perusahaan, maka perusahaan tidak memberikan potongan
atas harga saham. Pemegang saham merupakan salah satu pihak yang paling
concern atas dilaksanakannya program kepemilikan saham oleh karyawan,
karena program tersebut dapat menimbulkan potensi dilusiatas kepemilikan
sahamnya di perusahaan.Oleh karena itu, persetujuan para pemegang saham
atas pelaksanaan program tersebut biasanya harus diperoleh terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat simpulkan
sebagai berikut:
1. Pasca krisis ekonomi diparuh akhir tahun 1997 perbaikan governance
(publik maupun korporasi) gencar dilaksanakan. Penerapan tata kelola
perusahaan dilaksanakan dalam berbagai perusahaan Indonesia, berawal
dari dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate
Governancemelalui Keputusan Menko Ekuin No:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999, dan menerbitkan pedoman GCG Indonesia.
Kementerian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good
Corporate Governance di lingkungan BUMN, melalui Surat Keputusan
Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek
Good Corporate Governance pada BUMN, aturan sebelumnya
diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-
01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada
BUMN, diperbaharui lagi dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No:
Per-09/MBU/2012. Komite Nasional Kebijakan Governancesebagai
pengganti KNKCG melalui surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian
Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 dan Undang-undang RI Nomor 6
tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 bahwasanya oleh bank
Indonesia dapat menetapkan regulasi terkait good corporate governance
seperti yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006
juga menekankan peningkatan kualitas pelaksanaan Good Corporate
Governance. Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang
BUMNpembentukan Undang-undang tersebut dimaksudkan memenuhi
visi BUMN meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik. Penjelasan Umum Undang-undang No.40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas salah stau alasan penyempurnaan dalah
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pengembangan dunia usaha yang
sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate
governance). Otoritas Jasa Keuangan, dalam Peraturan OJK Nomor:
21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Terbuka, bahwasanya dalam rangka mendorong perusahaan terbuka untuk
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik maka dibentuklah peraturan
guna untuk penerapan pedoman tata kelola perusahaan yang baik.
2. Penerapan employee stock ownership program menjadi salah satu cara
untuk menjamin perlindungan terhadap karyawan dalam sebuah
perusahaan sekaligus dapat menjadi peningkat kualitas tata kelola
perusahaan dengan baik. Hal tersebut juga menjadi satu alternatif
perwujudan dalam menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki hak-hak yang sama untuk
mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang, juga mengamanatkan
Universitas Sumatera Utara
adanya persamaan derajat , persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia. Program kepemilikan saham oleh karyawan pada perusahaan
yang selanjutnya ditawarkan dalam sistem pendekatan tertentu, yaitu
pemberian saham (stock grants), program pembelian saham oleh karyawan
(direct employee stock purchase plans), program opsi saham (stock option
plans), employee stock ownership plans, phantom stock and stock
appreciation rights (SARs).
3. Konsep tata kelola perusahaan yang baik memperhatikan setiap aspek
yang terkait dalam perusahaan itu sendiri, dan termasuk tentang
stakeholder perusahaan secara khusus karyawan sebagai pemangku
kepentingan internal perusahaan yang mempunyai peran penting dalam
menjamin keberlangsungan perusahaan maka dengan itu perusahaan perlu
memperhatikan dengan cara melindungi bukan saja pada pemegang saham
salah satunya dengan cara penawaran program kepemilikan saham
perusahaan kepada karyawan. Penerapan konsep tersebut menunjukan
korelasi antara keduanya, hal itu termasuk penekanan perlindungan hak
tenaga kerja yang cukup harmonis guna meningkatkan efisiensi kerja
perusahaan guna memperbaiki dan meningkatkan perbaikan terhadap tata
kelola suatu perusahaan. Keberadaan ESOP yang diterapkan mempunyai
sisi positif jika dilaksanakan dan beriringan dengan konsep good
corporate governance dari perusahaan itu. Salah satunya adalah dengan
memenuh i prinsip-prisip dasar GCG yaitu fairness, transparency,
accountability, responsibility, dan independency. program ESOP oleh
Emiten atau Perusahaan Publik di Indonesia dilakukan dalam bentuk stock
Universitas Sumatera Utara
option plan mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan
yang akan datang sehingga kondisi perkembangan pasar modal akan
sangat menentukan keberhasilan program itu. Filosofi pelaksanaan
program ESOP, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan (Emiten/Perusahaan Publik) dalam memberikan program
tersebut, sehingga model/jenis program ESOP dapat bervariasi yang
menarik minat karyawan untuk mengikutinya dengan mempertimbangkan
beban yang ditanggung oleh Perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat disampaikan, adalah
sebagai berikut:
1. Penerapan dan pelaksanaan GCG perlu dilakukan dengan sistematis dan
berkesinambungan dan berhubungan dengan segala perangkat aturan dan
pedoman yang telah ada dapat dijadikan acuan yang baik oleh perusahaan
dalam melaksanakan penerapan GCG. Tentang penyempurnaan kebijakan
aturan dan pelaksanaan GCG dalam masing-masing perusahaan dibentuk
dalam rangka memenuhi prinsip GCG.
2. Mempertimbangkan perencanaan program yang baik karena program
ESOP merupakan suatu proses yang komplek, maka Emiten/Perusahaan
Publik yang akan melakukan ESOP harus merencanakannya dengan baik.
Penyesuaian Peraturan Memperhatikan beberapa permasalahan
keterbukaan informasi ESOP. Penyusunan Peraturan Baru Berkaitan
dengan permasalahan penerapan ESOP oleh perusahaan non publik
Universitas Sumatera Utara
(tertutup) atau perusahaan multinasional yang akan melakukannya, maka
diperlukan suatu peraturan tersendiri tentang bentuk dan isi pernyataan
pendaftaran dalam rangka ESOP yang lebih sederhana dibandingkan
ketentuan tersebut bagi penawaran umum biasa.
3. Meminimalisasi Unsur Benturan Kepentingan atau Potensi Perdagangan
Orang Dalam Untuk permasalahan yang mungkin timbul dari perubahan
status karyawan menjadi pemegang saham, maka diperlukan ketentuan
tentang pembatasan kepemilikan saham oleh karyawan yang terafiliasi
dengan pemegang saham pengendali. Selain itu, juga diperlukan
administrasi program ESOP yang memadai untuk memantau
pelaksanaannya sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan pasar modal
umumnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adrian, Sutedi. Good Corporate Governance. Jakarta: SinarGrafika. 2004.
Agoes, Sukrisno.Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: SalembaEmpat. 2006.
Amiruddin & H. Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.
Brighman, E. F. & Gapanski L.International Financial Management, Fifth
Editions. Sea Harbour Prive: The Dryden Press. 1996. Daniri, Mas Achmad.Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia.
Jakarta: Ray Indonesia. 2006. Harianja, Marihot Tua Efendi Harianja.Perilaku Organisasi Memahami dan
Mengelola Perilaku dalam Organisasi. Bandung: UNPAR PRESS. 2009. Hinuri, Hindarmojo.The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia. Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication. 2002.
Ibrahim, Johny.Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.Malang:
Bayu Media Publishing. 2007.
Muchyat.Badan Usaha Milik Negara: Retorika Dinamika dan Realita. Jakarta: Gagas Bisnis. 2007.
Ravianto, J. Produktivitas dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Rivai.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 2006.
Riswandi, Budi Agus.Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta: Rajawali Pers.
2005. Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson.Manajemen Sumber Daya Manusia
Menghadapi Abad ke-2. Jakarta: Erlangga. 1999. Soekanto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2007. Sheikh, Saleem dan SK Chatterjee.Corporate Governance and Corporate
Control.London: Cavendish Publishing Ltd. 1995. Sinunga, Muchdarsyah.Produktivitas Apa dan Bagaimana,. Jakarta: Bumi
Aksara. 1997.
Universitas Sumatera Utara
Sjahdeini, Sutan Remi. Good Governance: Antara Idealisme dan Kenyataan.
Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003. Sudharmono, Johny.BE G2C Good Governed Company Panduan Praktis bagi
BUMN untuk Menjadi “G2C-Good Governed Company” dan Mengelolanya Berdasarkan Suara Hati. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003
Surya, Indra Surya dan Ivan Yustiavandana.Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. 2006.
Sutojo, Siswanto & E. Jhon Aldridge.Good Corporate Governance. Jakarta:
Damar Mulia Pustaka. 2005. Tangkilisan, Hassel Nogi S.Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate
Governance. Yogyakarta: Balairung & Co. 2003. Telaumbanua, F.F. Opsi Saham Karyawan. Jakarta: Bisnis Indonesia. 2000. Tjager, I. Nyoman, dkk.Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan
Bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. 2003. Tunggal, Amin Widjaja.Memahami Konsep Corporate Governance. Jakarta:
Havarindo. 2002. ____________________. Membangun Good Corporate Governance. Jakarta:
Harvarindo. 2002. Widjaya, I.G. Rai. Hukum Perusahaan. Jakarta: Mega Poin. 2003. Widjaya, Gunawan. Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT.
Jakarta: Forum Sahabat. 2008. Wilamarta, Misahardi.Pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris Atas
Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perseroan Terbatas Serta Perlindungan Hukum Terhadap Shareholders dan Stakeholder. Depok: Center for Education and Legal Studies. 2006.
__________________.Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance dalam Perseroan Terbatas. Jakarta: Center for Education and Legal Studies. 2007.
B. Peraturan-peraturan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang
Peraturan Bapepam No. IX.D.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-44/PM/1998 Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/14/PBI/2006 tentang GCG. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-09/MBU/2012
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
Peraturan OJK Nomor: 21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata
Kelola Perusahaan Terbuka.
C. Jurnal, Makalah, Karangan, Artikel
Ainun Na’in, “Applying Good Corporate Governance in Indonesia (A General Case of State Owned Enterprises”. Makalah Corporate Governance, Universitas Gajah Mada, Yogayakarta, 2 Juli 2000.
Achwan, Rochman, "Good Governance: Manifesto Politik Abad Ke-2".
Kompas, Rabu 28 Juni 2000 Agus Hartono, “Pengaruh Employee Stock Ownership Program Terhadap
Kinerja Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia”, Vol. 2. 2008. Akhmad Syakhroza, “Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada perseroan BUMN”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2005.
Asyik, N. F, “Dampak Penyaatan dan Nilai Wajar Opsi pada Pengaruh
Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.” 2006.
Bapepam.Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.“Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia”. 2002.
Universitas Sumatera Utara
Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholder Perusahaan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)” tanggal 7 Oktober 2008, Sei Karang Sumatera Utara.
Baridwan, Zaki dan Azwar Anwar, “Effect Of Employee Stock Option Plans
(ESOPs) to Peformance and Firm Value: Empirical Study at JSX”. Simposium Nasional Akuntansi, Padang. 2006.
Deni Darmawati, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi
Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi. Padang. 2006.
Dian Cahyaningrum, “Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (GoodCorporate Governance Pada Bumn Yang Berbentuk Persero”. Vol. 4, No. 3 September. 2009.
FCGI, “Tata Kelola Perusahaan”, Edisi ke-4, Price Water House Copers dan
FCGI, Jakarta 2005. Gerald I Kalish, “The Handbook of Employee Stock Ownership Plans, Probus
Publishing Company. ILLIONS, 1999. I GAM Asri Dwija, “Peranan Good Governance dan Budaya Terhadap
Kinerja Organisasi” .Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7.No. 2. 2002. Ida Bagus Putra Asyik, ”Dampak Pernyataan dan Nilai Wajar Opsi pada
Pengaruh Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba”. Simposium Nasional Akuntasi. Padang. 2009.
Investment & Financial Service Association (IFSA), “Corporate Governance
A Guide for Invesment Managers and Corporation”.Sydney, N.S.W. Australia 2000.
Kaihatu, Thomas S, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan”.Vol. 8, No. 1, Maret 2006.
K. Little, “Ten Minute Guide to Employee Stock Option Purchase Plan”s,
Andi Coptight. 2000. Klein, Katherine, “Employment Stock Ownership and Employment Attitudes :
A Test of Three Models”, Journal of Applied Psycology. Vol. 72, No. 2. 1987.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), “Profil
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance”, Jakarta, 2000. _______________________________________________, “Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia”, Jakarta, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Marta Utama, “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Perlengkapan
Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 67. 2007. M.C Jensen dan Meckling W.H, “Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Vol.3, No. 4.
Michael Amstrong, “Employee Reward”. London. 1996. Oyer, Paul, Scoot Schaefer, “Why Do some Firm give Stock Option to All
Employee: An Empirical Examination of Alternative Theories”. Journal of Alternative Theories, Vol. 76, 2005.
Pahlevi, Myrza, Wilopo, dan Muhammad Kholid Mawardi, “Penerapan
Prinsip Good Corporate Governance Pada BUMN Berorientasi Global Studi Kasus Pada PT Semen Indonesia Persero Tbk. Dalam Mengelola Thang Long Cement Joint Stock Company”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 37, No.Agustus. 2006.
Pontas R. Siahaan, “Pengelolaan SDM dalam Rangka Penerapan Good
Corporate Governance”. Makalah GCG bagi Pegawai Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, Agustus 2004.
Steger, Urich & Wolfgang Amann, “Corporate Governance: How to Add
Value”, John Wiley & Sons. 2008. Soekarwo, “Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah di Jawa Timur
Berdasarkan Good Finance Governance”. Studi terhadap Hukum Pengelolaan daerah di Provinsi Daerah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Trenggalek, Kota Surabaya dan Kota Kediri, PDIH UNDIP, Semarang, 2004.
D. WEBSITE
Analisis Stakeholder Mapping Srudi Kasus pada Professional Product Division L’oreal Indonesia Periode Januari-Juni, http://lib.ui.ac.id, (diakses pada tanggal 22 November 207).
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Employee Stock Option Plan pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, http://eprints.uns.ac.id, (diakses pada tanggal 3 November 2017).
IFC, “The independent Corporate Governance Manual: First Edition”,
Pengertian Corporate Governance, http://www.investopedia.com, (diakses pada tanggal 8 November 2017).
Universitas Sumatera Utara
Wininatin Khamimah, Analisis Pengarih Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Drive V (Bidang Performansi dan Sumber Daya Manusia, www.damandiri.or.id, (diakses pada taggal 2 Desember 2017).
Perlukan saham bagi karyawan?http://hukumonline.com/konsultasi_hukum/
(diakses pada tanggal 28 Januari 2018). SDM adalah Aset Terbesar Manajemen, http://www.infosdm.com, (diakses
pada tanggal 4 November 2017). Tata Kelola Perusahaan, http://www.linknet.co.id, (diakses pada tanggal 22
Januari 2018).
Universitas Sumatera Utara
top related