irene manik 140200313 departemen hukum ekonomi

128
PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM(PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) SEBAGAI SALAH SATU PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP

PROGRAM(PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)

SEBAGAI SALAH SATU PENERAPAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

IRENE MANIK 140200313

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

z

Universitas Sumatera Utara

Page 3: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah, kekal abadi kasih setiaNya.Terpujilah Tuhan atas

berkat serta rahmat karuniaNya yang memberikan kemampuan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.Penulisan skripsi ini

merupakah salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penyelesaian studi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum.Skripsi ini berjudul Penerapan Employee Stock Ownership Program

(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu

Penerapan Good Corporate Governance.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua

penulis Bapak Oscar Manik dan Mama Mardiana Tumanggor atas kasih sayang,

doa, kesabaran, serta segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

formal ini, juga kepada Abang penulis, Martua Andus Manik dan Adik penulis,

Tetty Manik terimakasih untuk doa dan segala dukungan selama ini kepada

penulis.

Dalam proses penyusunan skripsi ini juga penulis mendapat banyak

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara

Page 4: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

3. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum sebagai Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus

Dosen Pembimbing I. Terimakasih atas saran, nasehat, dan ilmu yang

diberikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II.

Terimakasih atas waktu, saran, ilmu, dan segala bantuan serta telah

membimbing penulis dengan sabar dalam penulisan skripsi ini;

8. Ibu Latifah, S.H dan Ibu Syarifah Lisa Andriati, S.H., M.Hum selaku

Dosen Pembimbing Akademik;

9. Ibu Windha, S.H., M.Hum dan Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.Hum selaku

Dosen Pendamping Tim Delegasi NMCC Pringgodigdo V;

10. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Saudara-saudara penulis, Anggita Sumbayak, Diana Simanjuntak, Endang

Silalahi, Angelika Gultom, Glory Situmorang, Grace Sianturi, Lowis

Onike, Nova Makonni, Widya Cicilia yang selalu mendukung proses studi,

mendoakan dan menemani penulis.

12. Sahabat-sahabat penulis, Riris F Panjaitan, Deniel P Sirait & Irene Cristna

yang menjadi sahabat menjalani perkuliah sejak awal sampai saat ini yang

Universitas Sumatera Utara

Page 5: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

selalu memberi semangat, mendoakan, menoreh kenangan bersama, serta

menyuarakan canda tawa dan juga tangis.

13. Teman-teman penulis, Flora, Riris Silalahi, Antrisari, Piter, Desy,

Magdalena, Sarah Gita, Yona yang terus memotivasi penulis agar

semangat dalam proses pembelajaran di perkuliahan.

14. Keluarga besar UKM Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, terkhusus saudara-saudara kelompok kecil

penulis, Kak Sylvia, Riris, Rame Liza, Chris Agave, Andree, Christina,

dan adik-adik penulis Ketzia, Lilis, Feny, Bertha, Dwina, dan Lulu.

15. Keluarga Besar Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara (KPS FH USU), terkhusus tim delegasi pada NMCC

Pringgodiggo V Fakultas Hukum Universitas Airlangga Tahun 2015,

Riris, Deniel, Irene C, David, Yudika, Elia, Fadlan, Doli, Hafifah, Kak

Mawan, Bang Ritcat, juga kepada BPH dan Pengurus KPS FH USU

Periode 2015-2016, para coach dan juga rekan mooters lainnya.

16. Teman-teman penulis Cindy, Den, Kim, Resmi, Sara, Silvia, Bintang,

Mul, angkatan 2014 di Grup B, IMAHMI, tim klinis, dan teman-teman

lain yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan, Februari 2018

Irene Manik

Universitas Sumatera Utara

Page 6: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 14

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 14

D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 15

E. Keaslian Penulisan ..................................................................... 16

F. Tinjauan Kepustakaan ................................................................ 17

G. Metode Penulisan ....................................................................... 23

H. Sistematika Penulisan ................................................................. 27

BAB II GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM HUKUM PERUSAHAAN DI INDONESIA

A. Pengertian Corporate Governance .............................................. 30 B. Prinsip Dasar GoodCorporate Governance.................................. 44 C. Perkembangan Good Corporate GovernanceDalam

Hukum Korporasi di Indonesia.................................................... 50

BAB III PENERAPAN DAN SISTEM EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)

A. Pengertian Employee Stock Ownership Program(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) .......................................... 61

B. Konsep dan Ketentuan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) ........................... 67

C. Sistem dan Jenis Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) ........................... 76

BAB IV EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Universitas Sumatera Utara

Page 7: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

A. Penerapan Good Corporate Governancedalam Hukum Perusahaan di Indonesia.............................................................. 83

B. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) pada Perusahaan di Indonesia ................................................................................... 101

C. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu Penerapan Good Corporate Governance ..................................... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 113

B. Saran.......................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 118

Universitas Sumatera Utara

Page 8: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

ABSTRAK

PENERAPAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) SEBAGAI SALAH SATU

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Irene Manik* Bismar Nasution ** Mahmul Siregar ***

Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada inisiatif perusahaan untuk mampu mengatur semua kinerja perusahaan dengan baik dalam wujud Good Corporate Governance yang dijalankan sesuai dengan prinsip yang berlaku. Bahwasanya, pengelolaan perusahaan perlu melihat cara untuk mengakomodasikan dan melindungi setiap unsur dalam perusahaan termasuk karyawan sebagai stakeholder. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana Good Corporate Governance dalam hukum perusahaan di Indonesia, bagaimana penerapan dan sistem Employee Stock Ownership Program, bagaimana Employee Stock Ownership dalam Good Corporate Governance. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif.Data utama yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis secara kuslitatif. Konsep Good Corporate Governancediterapkan perusahaan guna memperbaiki keberlangsungan perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip dan telah diatur dengan regulasi yang sedemikian.Konflik kepentingan perusahaan bisa muncul mengingat aspek perusahaan bukan saja tentang pemegang saham ada stakeholderlain yang juga mempunyai peran penting dan selanjutnya perlu dilindungi.Keberadaan program Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program yang telah lama dilaksankan pada negara-negara maju dan sejak tahun 1998 sudah diterapkan di Indonesia yang sistemnya diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Wujudnya dapat diberikan sebagai bonus atau pembelian secara sukarela karyawanatau bahkan dana yang ditetapkan, yang dikelola oleh pengelola dana yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan. Korelasi antara kedua hal tersebut menjukkan sinergi yang baik dalam keberlangsungan perusahaan, peningkatan produktivitas, dan mampu membangun persepsi yang positif terhadap perusahaan. Kata Kunci: Good Corporate Governance (GCG), Employee Stock

OwnershipProgram (ESOP) *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara

Page 9: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dunia bisnis dewasa ini sudah sangat pesat, hal ini disebabkan

adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat baik berupa barang

maupun jasa untuk keperluan sarana dan prasarana, sehingga mendorong

masyarakat untuk melakukan kegiatan bisnis meskipun sebagian masyarakat

masih memilih melakukan kegiatan bisnis secara mandiri dan sebagian lagi

melakukan bisnis dengan membentuk suatu organisasi perusahaan sebagai

wadahnya.

Perusahaan di pandang dari sudut ekonomi adalah suatu unit organisasi

usaha yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.Sedangkan

perusahaan dipandang dari sisi hukum adalah suatu kegiatan usaha yang

dijalankan secara terus menerus, tidak terputus-putus dan terang-terangan

yang bergerak keluar dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai

keuntungan.1

Veithal dan Rivai menjelaskan bahwa organisasi adalah wadah yang

memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat

dicapai oleh individu dan secara sendiri-sendiri.Organisasi suatu unit

1Marihot Tua Efendi Harianja, Perilaku Organisasi (Memahami dan Mengelola Perilaku

dalam Organisasi, (Bandung: UNPAR PRESS, 2009), hlm. 47.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai suatu

sasaran tertentu atau serangkaian sarana dengan struktur dan tujuan tertentu.2

Persoalan bisnis tidak semata-mata lepas dari situasi dan tanggung jawab

kepada masyarakat sekitar.Untuk itu, diperlukan prinsip Good Corporate

Governance yang dilihat sebagai suatu keniscayaan bagi dunia usaha untuk

kembali menata kehidupan bisnisnya menjadi lebih baik.Corporate

Governance adalah mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan

dialokasikan menurut aturan hak dan kuasa. Pelaksanaan GCG adalah

dianggap sebagai terapi yang paling manjur untuk membangun kepercayaan

antara pihak manajemen dan penanam modal beserta krediturnya, sehingga

Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas merupakan trend dan

perkembangan terpenting saat ini.Bagi negara-negara tertentu, memasuki era

perdagangan bebas memerlukan persiapan misalnya mengefektifkan dan

mengefisienkan perekonomian adalah suatu prasyarat kondisional. Belajar dari

krisis keuangan dan ekonomi di Asia, lembaga-lembaga keuangan

internasional seperti World Bank, Consultative Group on Indonesia, Asian

Development Bank, International Monetary Fund, berkesimpulan bahwa

penerapan Good Corporate Governance adalah hal yang cukup mendesak

untuk segera diimplementasikan oleh kalangan pelaku usaha dan solusi bagi

krisis. Secara historis, corporate governance adalah suatu konsep yang telah

lama dirintis dan dijalankan oleh kalangan pakar hukum bisnis dan pelaku

bisnis di negara-negara Anglo-Saxon dan beberapa negara-negara Eropa.

2 Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006),

hlm. 189.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

pemasukan modal bisa terjadi kembali, yang pada gilirannya dapat membantu

proses pemulihan ekonomi Indonesia.3

Corporate Governance merupakan, proses dan struktur yang digunakan

untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan

dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan

dengan tujuan utama mewujudkan nilai tambah pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder yang lain.Dari

pengertian itu dapat dikatakan bahwa corporate governance mengandung

prinsip pengelolaan perusahaan dengan memperhatikan keseimbangan

kewenangan pelaksana perusahaan dengan kepentingan pemegang saham,

serta kepentingan masyarakat luas sebagai bagian dari stakeholder.Secara

internal, keseimbangan kewenangan direksi dan komisaris dan hak pemegang

saham di rancang sedemikian rupa melalui penerapan prinsip CG mekanisme

dan struktur kelembagaan perusahaan dapat bergerak sesuai dengan

kepentingan pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

4

Dalam perkembangan selanjutnya CG dijadikan sebaagi aturan atau

standar di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,

direksi, manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta

pertanggungjawaaban kepada pemegang saham.CG mengandung prinsip-

prinssip yang melindugi kepentingan perusahaan, pemegang saham,

manajemen, board of directors, dan investor, serta pihak-pihak yang terkait

3Ibid. 4Ibid., hlm. 96.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

dengan perusahaan.Prinsip-prinsip tersebut adalah melalui penerapan fairness,

transparancy, accountability, dan responsibility.5

Tujuan utama setiap perusahaan adalah berusaha dapat memepertahakan

hidupnya (going concern) dan memperoleh profit. Kemampuan perusahaan

untuk mencapai apa yang menjadi tujuan didirikan perusahaan tersebut

menunjukkan kinerja atau prestasi kerja. Tujuan perusahaan dapat diwujudkan

dalam visi dan misi perusahaan.Selanjutnya, visi dan misi tersebut

diterjemahkan dalam strategi perusahaan.Perusahaan dapat mengukur kinerja

usahanya dengan menggunakan ukuran finansial (pertumbuhan penjualan,

pertumbuhan profit, dan pertumbuhan aset) dan nonfinansial (perputaran

karyawan, kepuasan pelanggan, dan produktivitas).Hal tersebut juga sesuai

dengan konsep pengukuran kinerja dari perspektif Balanced Scorecard yang

melakukan pengukuran kinerja perusahaan dari dua sisi, yaitu sisi keuangan

dan nonkeuangan. Konsep Balanced Scorcard dapat dijabarkan menjadi empat

perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses

bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

6

GCG menurut OECD Principle of Corporate Governance, tata kelola

perusahaan yang baik membantu untuk memastikan bahwa perusahaan

melibatkan dirinya ke dalam serangkaian kepentingan

konstituennya.Konstituen yang dimaksud adalah pihak-pihak terkait dengan

operasi perusahaan, manajemen yang bertanggung jawab terhadap perusahaan,

serta stakeholder lainnya.Dalam tulisannya “Analysis of 400 Strategic

5Ibid., hlm. 97. 6IGAM Asri Dwija Putri, 2012. “Peranan Good Governance dan Budaya Terhadap

Kinerja Organisasi”.Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7. No. 2., hlm. 32.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Decisions”, bahwa separuh dari pengambil keputusan strategis menemui

kebuntuan karena mereka tidak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

stakeholder kunci perusahaan.7

Perubahan sudut pandang entitas terhadap corporate governance utamanya

pendekatan terhadap stakeholder, mengalami tiga tahapan perkembangan

historis.Dimulai dengan production view of the firm, yang memandang bahwa

entitas lebih berfokus pada bagaimana perusahaan hanya bertindak sebagai

produsen yang menyalurkan produk kepada konsumennya.Ketika kontrol dan

kepemilikan perusahaan telah dipisahkan, saat itu mereka tengah memasuki

fasemanagerial view of thefirm, yakni sudutpandang yang memfokuskan pada

fungsi kendali dan kepemilikan di perusahaan.

8

Memasuki tahap selanjutnya, entitas berada dalam kondisi matang saat

terciptanya pandangan bahwa perusahaan timbul sebagai akibat pertemuan

dari berbagai kepentingan pemangkunya.Kondisi ini disebut sebagai nexus of

contract yang memfokuskan pada pemisahan peran antara shareholder dan

stakeholder. Konflik yang sering terjadi adalah antara stakeholder dan

shareholder, ketika pemegang saham mendambakan keuntungan yang

sebesar-besarnya, sementara di sisi lain stakeholder menginginkan perusahaan

seharusnya memberikan kontribusi lebih banyak lagi kepada sekelilingnya.

9

Shareholder theory hanya menitikberatkan pada keuntungan jangka

pendek, sedangkan manajemen harus memperhatikan kesinambungan

7 Analisis Stakeholder Mapping Srudi Kasus pada Professional Product Division L’oreal

Indonesia Periode Januari-Juni 2013, http;//lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 22 November 2017) 8Ibid. 9Ibid., hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

perusahaan dan berorientasi jangka panjang.Hal esensial dalam mengelola,

mengatur, dan memimpin sebuah perusahaan, yakni bagaimana manajemen

mengubah cara pandangnya terhadap nilai bisnis dari pendekatan shareholder

menuju pendekatan stakeholder. Stakeholder tidak dapat dipungkiri

bahwasanya mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin

keberlangsungan suatu perusahaan.10

Pemisahkan defenisi stakeholder menjadi dua bagian, yakni penjabaran

dalam arti luas dan penjabaran dalam arti sempit.Secara umum stakeholder

dijelaskan sebagai individu maupun kelompok yang mampu mempengaruhi

pencapaian tujuan perusahaan, dan memiliki hubungan yang saling

berkorelasi.Sementara dalam sudut pandang yanglebih sempit, stakeholder

merupakan pihak-pihak tempat perusahaan menggantungkan dirinya untuk

menjamin kelangsungan perusahaan.Kepentingan setiap stakeholder tidak

selalu konsisten, sehingga perusahaan harus menanggapi beragam kepentingan

yang berbeda.Sesuai dengan prinsip OECD ke IV kerangka tata kelola

perusahaan mengakui hak-hak para stakeholder yang ditetapkan oleh

hukum.

11

Perlindungan hukum akan memastikan pengelolaan stakeholder berjalan

dengan semestinya dantidak merugikan salah satu pihak. Globalisasi

mendorong regulator untuk memperhatikan peraturan peundang-undangan

yang mendukung pelaksanaan manajemen stakeholder perusahaan.Secara

umum klasifikasi stakeholder dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, antara

10Ibid. 11Ibid., hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

lain internal dan eksternal stakeholder serta primary dan secondary

stakeholder. Stakeholder internal adalah pihak yang berasal dari dalam

perusahaan dan secara langsung terlibat dalam operasi bisnis

perusahaan.Selanjutnya yang termasuk dalam stakeholder internal tersebut

adalah para pemegang saham dan karyawan.Dalam konteks ini pengelolaan

perusahaan harus mengakomodasikan dan melindungi kepentingan pemegang

saham dan karyawan perusahaan.12

Peranan Good Corporate Governance (GCG), yaitu seperangkat peraturan

yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak

kreditor, pemerintah, karyawan, serta pihak intern dan ekstern lainnya yang

berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu

sistem yang mengendalikan perusahaan. GCG sebagai proses dan struktur

Keberadaaan karyawan perusahaan sebagai stakeholder internal

perusahaan perlu untuk dilindungi kepentingannya dan tidak dapat dipungkiri

bahwa karyawan mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan operasi

perusahaan dan produktivitas dari perusahaan tersebut.Upaya peningkatan

kinerja perusahaan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal

dan eksternal perusahaan.Pengelolaan perusahaan yang baik termasuk faktor

internal perusahaan sebaliknya lingkungan, kondisi perekonomian secara

umum, dan kebijakan-kebijakan pemerintah merupakan faktor ekternal yang

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.GCG sebagai suatu sistem

pengawasan perusahaan dengan tujuan mengutamakan kepentingan

stakeholders.

12Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

yang ditetapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama untuk

meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap

memerhatikan kepentingan stakeholders. Dapat diartikan juga bahwa pada

prinsipnya GCG mengandung makna sistem tata kelola perusahaan yang baik

dengan memerhatikan kepentingan stakeholdersdan meningkatkan

nilai/kinerja perusahaan.13

Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu sentral dalam

pengelolaanperusahaan pada saat sekarang ini. Dengan terjadinya rentetan

peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa

diantaranya dinyatakan bangkrut, diAmerika Serikat, telah menyadarkan

banyak pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan

perusahaan yang baik dan benar. Untuk itu, berbagai cara ditempuh oleh

banyak pihak untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter-parameter

apa yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan konsep GCG ini di dalam

perusahaan.

14

Mengingat istilah stakeholder dapat berupa individu, sekelompok

manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial

yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Kinerja

perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan baik secara

individu maupun secara kelompok.Manusia sebagai entitas kehidupan yang

sangat komplek, sangatlah rumit memperlakukannya. Namun, bukan hal yang

susah juga menyenangkan karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Karena

13 IGAM, Asri Dwija Putri, Op. Cit., hlm. 196. 14 Marta Utama, 2004. “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Perlengkapan

Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1.hlm. 67.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

apabila perusahaan sudah memperlakukan karyawan sebagai manusia yang

utuh, bukan hal mustahil perusahaan akan tumbuh menjadi unggul. Karyawan

seringkali kecewa dengan keputusan manajemen perusahaan menyangkut

kebijakan sumber daya manusianya.Keputusan yang diambil tidak

berdasarkan melihat karyawan sebagai manusia.Keputusan yang hanya terlihat

menguntungkan perusahaan saja tanpa memikirkan akibat yang timbul

diantara karyawannya.Walaupun keputusan itu sebenarnya baik, tidak ada

komunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawan untuk

menjembatani perbedaan pendapat.15

Bisa dilihat pada perusahaan maju dan besar, mereka menjadikan

karyawan sebagai aset yang perlu dilindungi dan ditangani dengan sangat

baik. Mereka memberi imbalan karyawan tidak sekadar gaji yang layak, tapi

juga unsur jaminan kesehatan, perkembangan karir, kesehatan jiwa,

lingkungam, sukungan positif dari manajemen, ketegasan dalam menjalankan

peraturan, desain kantor yang bagus dan budaya perusahaan yang positif.

Karyawan adalah manusia, layaknya aset, tanpa faktor karyawan, sehebat

apapun perusahaan, tidak bisa berjalan dengan baik.Kita lihat adanya mogok

bekerja oleh asosiasi pekerjan mengakibatkan bukan lagi kehilangan

pendapatan perusahaan tapi sudah kerugian besar.Memperlakukan karyawan

hanyalah sumber daya bukanlah kebijakan yang baik.Sumber daya yang hanya

diambil keuntungan tanpa melihat faktor di dalamnya.

15 SDM adalah Aset Terbesar Manajemen, http://www.infosdm.com (diakses pada

tanggal 14 November 2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Membuat karyawan puas bekerja di perusahaan memang bukan hal yang

gampang, tapi bukan hal mutlak yang tak bisa dijalankan.

Sebab apabila karyawan sudah senang dan bahagia bekerja, karyawan

akan menjadi orang terdepan untuk menumbuhkan maupun sebagai tameng

perusahaan. Karyawan akan berbuat apa saja yang mereka bisa agar

perusahaannya maju pesat. Mereka sudah melihat bahwa perusahaan adalah

rumah milik mereka. Rumah yang akan dipertahankan sebaik mungkin dari

gangguan, rumah yang akan terus menerus diperbagus agar nyaman ditinggali,

dan tempat keluarga karyawan tumbuh bersama. Apabila sudah mencapai

tahap itu, perusahaan bisa dipastikan akan tumbuh walaupun banyak faktor

eksternal yang muncul menghadang. Karyawan bisa dijadikan andalan

perusahaan untuk kemajuan walapun tanpa diminta.Perusahaan adalah rumah

kedua bagi karyawan menjadikan rumah yang layak dan nyaman untuk

ditinggali.

Keberadaan suatu perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran

seluruh pemangku kepentingan dengan memaksimalkan seluruh sumber daya

yang ada. Sebagai bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan

di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di

negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju perkembangan

manajemen usahanya. Salah satu praktek tersebut adalah diperkenalkannya

suatu program manajemen sumber daya manusia berupa program kepemilikan

karyawan dalam saham perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja.

Program tersebut dikenal dengan nama Program Kepemilikan Saham oleh

Karyawan (Employee Stock Ownership Program, ESOP).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat

hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik ditinjau dari aspek pasar

modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan.Hal ini mengakibatkan penerapan

ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara

khusus didesain untuk mengatur ESOP. Selain itu, untuk perusahaan tertutup

yang belum go public tetapi ingin melakukan program ini masih dibatasi

dengan ketentuan penawaran umum mengingat belum adanya ketentuan

khusus tentang ESOP.

Pada perusahaan yang sudah go public, awalnya saham dimiliki oleh para

manajer, pemilik, pegawai-pegawai kunci, dan hanya sejumlah kecil yang

dimiliki investor. Ketika perusahaan ingin mengembangkan usahanya maka

perlu ditentukan cara untuk menambah jumlah dari kepemilikan dengan

menerbitkan saham baru yang dapat dijual dengan berbagai cara misalnya

dijual kepada pemegang saham yang sudah ada, dijual kepada karyawan lewat

program Employee Stock Ownership Program (ESOP), menambah saham

lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan), dijual kepada

pembeli tunggal (investor institusi) secara privat, atau ditawarkan kepada

publik.16

Program Opsi Saham Karyawan (POSK) atau dikenal dengan Employee

StockOwnership Program (ESOP) adalah salah satu kebijakan jangka panjang

perusahaan yang melibatkan psikologi tenaga kerja dalam bentuk program

kompensasi yang diberikan kepadakaryawan, terutama karyawan eksekutif,

16 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Employee Stock

Option Plan pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, http;//eprints.uns.ac.id (diakses pada tanggal 13 November 2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

untuk menghargai eksekutif atas kinerjajangka panjang perusahaan. Jadi

Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan penyertaan

karyawan dalam kepemilikan saham karyawan terbatas pada tingkat karyawan

tertentu seperti direksi, manajemen, serta karyawan pada posisimanajerial

lainnya.17

Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program

kepemilikan karyawanatas saham perusahaan yang diharapkan dapat

meningkatkan sense of belonging sehingga meningkatkan nilai perusahaan

melalui peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai insentif untuk menghargai

kinerja jangka panjangperusahaan, Employee Stock Ownership Program

(ESOP) merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem keagenan

dan menurunkan agency cost melalui penyejajaran kepentingan para eksekutif

dengan para pemegang saham. Kepemilikan tersebut akan memberikan feeling

yang besar terhadap kepuasan juga komitmen dan kontrol kepada perusahaan.

Program ini telah digunakan secara luas dalam perencanaan dan kompensasi

oleh perusahaan yang terdaftar dipasar modal.

18

Employee Stock Option Plan (ESOP) diharapkan dapat meningkatkan

kinerja agen yang akan tercermin dalam informasi laba akuntansi. Secara

teoritis kompensasi yang berbasis ekuitas secara tidak langsung akan

mendistilasi keberadaan tenaga kerja sehingga dalam jangka panjang

perusahaan akan memiliki karyawan yang secara umum berkualitas dan

memegang konsep proprietary dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan.

17Ibid., hlm. 2. 18Ibid., hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Karyawan yang potensial danmerupakan key person dapat ditahan dan

dimanfaatkan melalui pemberian sahamdan opsi untuk membeli saham

melalui program Employee Stock Option Plan (ESOP). Hal ini sangat

menguntungkan bagi manajemen perusahaan karena parakaryawan dapat

mengetahui harga saham di pasar dan dengan sendirinya mengetahui berapa

besar keuntungan yang diperolehnya. Para karyawan jugamemperoleh

keuntungan karena tidak langsung dikenakan pajak penghasilan yangbaru

akan dikenakan saat mereka menjualnya.19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan

sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Good Corporate Governance dalam hukum perusahaan di

Indonesia?

2. Bagaimana penerapan dan sistem Employee Stock Ownership Program

(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)?

3. Bagaimana Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) dalam Good Corporate

Governance?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guna memperoleh

gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Namun disamping Tujuan tersebut terdapat tujuan lainnya, yaitu:

19Ibid., hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

a. Untuk mengetahui Good Corporate Governance dalam hukum

perusahaan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui tentang penerapan dan sistem Employee Stock

Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan).

c. Untuk mengetahui bagaimana Employee Stock Ownership Program

(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu

penerapan dalam Good Corporate Governance.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi iniadalah sebagai

berikut:

a. Secara Teoritis

Dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang

kosong dalam ilmu pengetahuan dibidang hukum yang terkait dengan isi

juga substansi skripsi ini sehingga dapat meberikan sumbangsih yang

berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum

khususnya mengenai Employe Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) dalam penerapan Good Corporate

Governance.

b. Secara Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para

pembaca baik kalangan akademis dan seluruh organ dan lembaga yang

kemudia dapat memperbaiki penerapan Good Corporate Governancenya

serta setiap aspek yang memerlukannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai

jenis dan judul skripsi lainnya yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Pada penelusuran yang telah dilakukan ditemukan beberapa

skripsi yang telah dituliskan oleh Alumni Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara terkait dengan program kepemilikan saham oleh karyawan

namun dengan judul yang berbeda yaitu:

1. Nama : Andrew J Tarigan

NIM :060200181

Judul :Aspek Yuridis Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada

Perseroan Terbuka (PT. Tbk)

2. Nama : Yosephine Matilda

NIM : 110200397

Judul :Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi

Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan

Dengan Penerapan Pajak Penghasilan

Pada penulisan skripsi yang telah dilakukan, memiliki perbedaan dengan

penulisan skripsi ini, yaitu pada judul pertama tentang Aspek Yuridis

Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka (PT. Tbk)

membahas tentang, bagaimana aspek yuridis kepemilikan saham bagi

karyawan dalam perseroan terbuka dan pada judul yang kedua terkait Analisis

Universitas Sumatera Utara

Page 24: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas

Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan mengkaji tentang

analisis yuridis program kepemilikan saham bagi karyawan namun dikaitkan

dengan penerapan pajak penghasilan, sedangkan pada penulisan skripsi ini

dengan judul penerapan Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Perusahaan) sebagai salah satu penerapan Good

Corporate Governance membahas dan menguraikan tentang bagaimana

keberadaan Good Corporate dalam Hukum Perusahaan di Indonesia,

kemudian tentang penerapan dan sistem dalam Employee Stock Ownership

Program (Program Kepemilikan Saham Oleh Perusahaan) dalam Good

Corporate Governance.

Pada arsip perpustakaan serta dokumentasi dan informasi hukum,

perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara melalui surat tanggal 06 Oktober 2017 yang menyatakan tidak

ada judul yang sama. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Bapak Prof. Dr.

Bismar Nasution, S.H, M.H dan Ibu Tri Murti Lubis, S.H, M.Hum selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis.

Apabila kemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain

dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut

menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari penulis.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Good Corporate Governance

Universitas Sumatera Utara

Page 25: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Good Corporate Governance secara defenitif merupakan sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah

(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan

dalam konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk

memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan yang

kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan

(disclosesure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua

informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Tata kelola perusahaan atau yang lebih populer dengan istilah

corporate governance tersebut juga didefenisikan secara umum oleh

Internasional Finance Corporation (IFC) sebagai “the structures and

processes for the direction and control of companies”.20

Berdasarkan pengertian tersebut, pada intinya tata kelola perusahaan

membahas mengenai bagaimana cara suatu perusahaan diarahkan dan

dikelola agar seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders)

diakomodasi secara baik.

21

20 IFC, “The independent Corporate Governance Manual: First Edition,” (Jakarta: IFC

2004), hlm. 30

Maka dari itu perusahaan harus dikelola dengan

seimbang dan baik, sehingga timbul istilah Good Corporate Governance

(GCG). Meminjam pengertian GCG dari peraturan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) dalam Peraturan Nomor 73/POJK.05/2016 Tahun 2016

tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian

(“POJK 73/2016”) pada Pasal 1 angka 25 disebutkan bahwasanya

21Pengertian Corporate Governance, http://www.investopedia.com (diakses pada tanggal 8 November 2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian yang selanjutnya disebut Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organ Perusahaan Perasuransian untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai Perusahaan Perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika.

Dari pengertian GCG yang digunakan oleh OJK di atas dapat dilihat

bahwa pengertian tersebut selaras dengan IFC yang menitikberatkan pada

struktur perseroan, yakni pembagian tugas dankewenangan dan tanggung

jawab masing-masingpemangku kepentingan.Pada tahun 2015, G20

Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting bersama dengan

Organisation for Economic Co-operation and Development

(“G20/OECD”) memperbaharui prinsip yang harus diterapkan dalam

GCG, yaitu22

1. Perlindungan hak-hak pemegang saham dan peran kunci

kepemilikan (the rights of shareholders and key ownership

functions);

:

2. Persamaan perlakukan terhadap seluruh pemegang saham (the

equitable treatment of shareholders);

3. Insentif yang masuk akal untuk mendukung iklim investasi (sound

incentives throughout the investment chain);

4. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perseroan

dalam tata kelola perusahaan (the role of stakeholders in corporate

governance);

22G20/ Organization for Economic Co-operation and Development, “Principles of

Corporate Governance,” (Turkey: OECD, 2015), hlm. 4-6.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

5. Keterbukaan dan transparansi (disclosure and transparency);

6. Tanggung jawab pengurus perseroan (the responsibilities of the

board).

Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja

perusahaan melalui supervise atau pemantauan kinerja manajemen dan

adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya,

berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

2. Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham

Oleh Karyawan)

Program kepemilikan saham atau lebih dikenal dengan sebutan

Employee Stock Ownership Program (ESOP) ialah program manajemen

sumber daya manusia berupa program kepemilikan karyawan dalam

saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Karyawan biasanya

diberikan hak untuk membeli saham perusahaan tempat ia bekerja setelah

periode kerja tertentu, tergantung kebijakan perusahaan. Pelaksanaan

program ESOP dalam suatu perusahaan merupakan bentuk lain dari

penghargaan yang dapat diberikan oleh perusahaan pada karyawan dalam

hal ini secara langsung telah memberikan kontribusi meningkatnya kinerja

perusahaan secara makro.

Program ESOP dapat menciptakan keselarasan, kepentingan serta misi

para pejabat dengan karyawan di lingkungan dengan kepentingan serta

misi pemegang saham.Hal ini secara langsung juga mencegah terjadinya

benturan kepentingan antara pemegang sahamserta pihak-pihak yang

menjalankan perusahaan.Program ESOP sendiri juga dimaksudkan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 28: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

meningkatkan serta memberikan motivasi kepada karyawan perusahaan,

juga secara tidak langsung meminta komitmen dari karyawan perusahaan

untuk dapat memberikan kontribusi yang sebaik-baiknya pada perusahaan.

Employee Stock Ownership Programs (ESOPs) adalah rencana

penangguhan keuntungan karyawan dengan mendapatkan saham

perusahaan.23 Secara lengkapnya menurut Bapepam (2002), ESOPs

merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima

kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang akan

melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan

karyawan.24

Employee Stock Ownership Program (ESOP) yang saat ini populer,

didefinisikan oleh Smith dan Zimmerman sebagai salah satu bentuk

kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan

eksekutif, untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang

perusahaan. Berkembangnya Employee Stock Ownership Program (ESOP)

di Indonesia tidak luput dari sejarah awal berkembangnya Employee

StockOwnership Programs (ESOPs) di Amerika Serika pada tahun 1950-

an.

25

23 Klein Katherine J. 1987. Employment Stock Ownership and Employment Attitudes : A

test of Three Models. Journal of Applied Psycology Monograph. Vol. 72, No. 2 24Bapepam. 2002. Studi tentang Penerapan ESOP Perusahaan Publik di Pasar Modal

Indonesia. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 25Asyik, Ida Bagus Putra. 2006. Dampak Pernyataan dan Nilai Wajar Opsi pada

Pengaruh Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.Simposium Nasional Akuntasi 9.Padang .

Seorang ahli hukum yang juga investment banker bernama Louis

Kelso mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan menjadi lebih kuat

apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan.

Dengan demikian, hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga

sekaligus pemilik perusahaan.Sarana yang digunakan untuk memberikan

kesempatan berpartisipasi dalam kepemilikan saham perusahaan adalah

melalui program ESOP tersebut.26

ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain

sebagai berikut

27

1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi,

dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap peningkatan

kinerja perusahaan.

:

2. Menciptakan keselarasaan kepentingan serta misi dari pegawai dan

pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham,

sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham serta

pihak-pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan.

3. Meningkatkan motivasi dan komitmen perusahaan terhadap

perusahaan, karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan,

sehingga di harapkan akan meningkatkan produktifitas dan kinerja

perusahaan.

4. Menarik mempertahankan serta memotivasi pegawai kunci perusahaan

dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

5. Sebagai saran program peningkatan sumber daya manusia untuk

mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang,

karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi didasarkan

pada prinsip insentif yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu

26 Bapepam, Op. Cit., hlm. 24. 27 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Jakarta: Mega Poin, 2003), hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja

perusahaan atau shareholders’ value.

G. Metode Penulisan

Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu

penelitian yang berfungsi mengembangkan pengetahuan.Jenis penelitian yang

digunaka dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian metode ini, sebagaimana di tulis oleh Peter Mahmud Marzuki,

penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan atura hukum, prinsip-

prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian hukum normatif ialah

penelitian ini mangacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan.

1. Jenis dan Sifat Penulisan

Dalam melaksanakan penyusunan penulisan, disesuikan dengan ruang

lingkup objek penelitian dan akan menggunakan metode penelitian yuridis

normatif karena penelitian akan difokuskan pada kajian penerapan kaidah-

kaidah atau norma-norma dalam hukum positif28

28 Johny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Banyumedia Publishing, 2007), hal. 295

. Soerjono Soekanto

menyatakan metode penelitian yuridis normatif merupakan metode

penulisan yang berupa penelitian hukum tentang asas-asas hukum yang

memusatkan perhatian pada kajian tentang norma-norma hukum yang

terdapat dalamperaturan perundang-undangan, konvensi internasional,

traktat, serta keputusan-keputusan pengadilan yang dikelompokkan dalam

bahan hukum primer, dan yang berkembang melalui pembahasan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 31: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

bahan hukum sekunder, serta yang dapat ditentukan dalam bahan hukum

tersier29

2. Data Penulisan

.

Pendekatan yang dilakukan untuk penelitian hukum yuridis normatif

adalah pendekatan yang menggunakan konsepsi yang mengemukakan

bahwa hukum identik dengan norma-norma tertulis yang disebut dan

diundangkan oleh yang berwenang. Penulisan ini menitikberatkan pada

studi kepustakaan sebagai data utamanya. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yuridis normatif yang dikaji

dengan pendekatan perundang-undangan (the statue approach) artinya

suatu masalah akan dilihat dari aspek hukumnya dengan menelaah

peraturan perundang-undangan kemudia dikaitkan dengan permasalahan

yang dibahas.

Penulisan skripsi bersifat penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi

objek penelitian yakni penerapan Employee Stock Ownership Program

(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu

penerapan Good Corporate Governance.

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal.

Pada penelitian hukum jenisi ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai

apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau

hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena itu

29 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, UI Press, Jakarta, 2007,

hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

sebagai sumber datanya hanyalah data sekunder yang terdiri dari bahan

hukum primer; bahan hukum sekunder; atau data tersier30

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

yang terdiri dari:

.Data penulisan

tersebut antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.04/2015

tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka

4. Peraturan Bapepam No. IX.D.4 tentang Penambahan Modal

tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

5. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, yaitu:

1. Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor…/POJK.04/2013 tentang Program Kepemilikan Saham

Oleh Karyawan Perusahaan Terbuka

2. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership

Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia

oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan

Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar

Modal Tahun 2002

30 Amiruddin & H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2004, hlm. 118.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, yaitu, kamus hukum dan Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Soerjono Soekanto31

4. Teknik Analisis Data

, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga

jenis alat pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,

pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Pada penulisan

skripsi ini selanjutnya alat pengumpulan data yang dilakukan adalah

melalui pengumpulan data jenis studi pustaka (literature research) dan

juga mengambil informasi dengan menggunakan media elektronik yaitu

internet.

Penelitian hukum normatif, pengelolaan data pada hakikatnya

merupakan kegitan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan

hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-

bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan

konstruksi.Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan

pada metode deduktif sebagai pegangan utama dan metode induktif

sebagai tata kerja penunjang.Analisis data normatif terutama

mempergunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data

penelitiannya32

31Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, UI Press, Jakarta, 2007,

hlm. 21. 32 Amiruddin & H. Zainal Asikin, op. cit., hlm. 167.

.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Pengelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengelahan data

kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja denga data,

merumuskan pengertian-pengertian hukum berdasarkan data,

mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat

dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola apa yang

penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan pada orang lain.

H. Sistematika Penulisan

Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum

dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari

hubungan antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang

lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa

komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk

terjadinya suatu hal. Skripsi ini disusun dalam lima bab, dimana masing-

masing bab terdiri dari beberapa bab yang disesuaikan dengan kebutuhan

jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan.

Bab I merupakan bab pendahuluan dalam skripsi ini. Pada bab ini

diuraikan mengenai gambaran umum mengenai latar belakang masalah yang

menjadi dasar penulisan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat

penilitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II secara lugas membahas mengenai rumusan permasalahan yang

pertama dalam penulisan ini yakni tentang Good Corporate Governance

dalam hukum perusahaan di Indonesia, pengertian Good Corporate

Universitas Sumatera Utara

Page 35: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Governance, prinsip dasar dalam Good Corporate Governance, serta tentang

hal perkembangan Good Corporate Governance dalam hukum korporasi di

Indonesia.

Bab III menjelaskan tentang Employee Stock Ownership Program

(Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan), apa pengertiannya,

bagaimana penerapan dan sistemnya mengenai konsep dan ketentuan dalam

Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh

Karyawan), sertabagaimana dengan sistem dan jenisnya.

Bab IV sebagai bab yang akan membahas mengenai rumusan masalah

yang ketiga penulisan skripsi ini yang juga bersinergi dengan judul skripsi ini

tentang Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham

Oleh Karyawan) dalam Good Corporate Governance, tentang penerapan

Good Corporate Governance pada hukum perusahaan di Indonesia, penerapan

Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh

Karyawan) juga Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan

Saham Oleh Karyawan) sebagai salah satu penerapan dalam Good Corporate

Governance.

Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini yang memuat

kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dituliskan merupakan intisari dari

bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok permasalahan dalam penulisan

ini.Selain itu, penulis juga mengemukakan sara-saran untuk Penerapan

Employee Stock Ownership Program (Program Kepemilikan Saham Oleh

Karyawan) pada penerapan Good Corporate Governance.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

BAB II

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM HUKUM PERUSAHAAN DI

INDONESIA

A. Pengertian Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu sentral dalam

pengelolaan perusahaan pada saat sekarang ini, dengan terjadinya rentetan

peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa

diantaranya dinyatakan bangkrut. Amerika Serikat, telah menyadarkan banyak

pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan

perusahaan yang baik dan benar. Berbagai cara ditempuh oleh banyak pihak

untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter apa yang digunakan

untuk mengukur pelaksanaan konsep good corporate governance dalam

perusahaan.

Good corporate governance merupakan sebagai tata cara kelola

perusahaah yang sehat yang sudah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia

dan International Monetary Fund (IMF). Konsep ini diharapkan dapat

melindungi pemegang saham dan kreditur dalam memperoleh kembali

investasinya.Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani

letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah

pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di

Indonesia.Sejalan dengan hal itu, Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di

Universitas Sumatera Utara

Page 37: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Indonesia mempunyai tanggung jawab yang menerapkan standar GCG yang

telah diterapkan standar internasional.33

Tata kelola perusahaan merupakan suatu rangkaian proses, kebiasaan,

kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan,

serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Struktur pengelolaan

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance atauGCG) sangat

dipengaruhi budaya dan sistem hukum yang diadopsi oleh suatu negara.

34

Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry

Committee of United Kingdom pada tahun 1992, dalam laporannya yang

dikenal dengan Cadburry Report.Laporan ini dipandang sebagai titik balik

(turning back) yang menentukan praktik corporate governance di seluruh

dunia.

Proses untuk meningkatkan keberhasilan suatu perusahaan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan berlandaskan peraturan

dan nilai etika.

35

“A set of rules that define the relationship between shareholders, manager, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled”.

Cadburry Committee mendefenisikan corporate governance sebagai:

36

33 Sutedi Adrian, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 3. 34 Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholder Perusahaan pada Pelatihan Mengelola

Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 Oktober 2008, Sei Karang Sumatera Utara.

35 I. Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hal. 24.

36Ibid., hal. 26.

“Seperangkat aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan”.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

The Organization for Economic Corporation and Development (OECD),

mendefenisikan corporate governance sebagai berikut:37

Corporate governance sebagai sistem yang digunakan untuk mengarahkan

dan mengelola kegiatan perusahaan.Sistem tersebut mempunyai pengaruh

besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mencapai

sasaran tersebut.Corporategovernance juga mempunyai pengaruh dalam

upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan

pengendalian risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.

“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and control. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, the manager, shareholders and other stakeholder, and spells out the rule and procedure for making decision on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.

“Tata kelola perusahaan adalah sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan.Struktur tata kelola perusahaan menentukan distribusi hak dan tanggung jawab di antara peserta yang berbeda dalam perusahaan, seperti dewan, manajer, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan menjelaskan peraturan dan prosedur untuk membuat keputusan mengenai urusan perusahaan.Dengan melakukan ini, ia juga menyediakan struktur di mana tujuan perusahaan ditetapkan, dan sarana untuk mencapai tujuan dan kinerja pemantauan tersebut”.

38

World Bank mendefenisikan good corporate governance sebagai

kumpulan hukum, peraturan, kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat

mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,

37 Siswanto Sutojo & E. Jhon Aldridge, Good Corporate Governance, (Jakarta: Damar

Mulia Pustaka, 2005). hal. 2. 38Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi

para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.39

Mengingat demikian pentingnya Good Corporate Governance bagi

perusahan-perusahaan di Indonesia., maka berdasarkan SK Menko Ekuin

No.Kep-10 M.EKUIN/08/1999 dibentuklah Komite Nasional

CorporateGovernance.Tujuan Komite ini adalah menyusun Code for

GoodCorporate Governance (CGCG) sebagai panduan bagi komunitas bisnis

di Indonesia. Komite ini pada dasarnya akan merekomendasikan perbaikan

berbagai perangkat hukum guna menunjang implementasi CGCG tersebut.

Prinsip yang terkandung dalam CGCG pada dasarnya lebih bersifat

Regulation Driven.Karena regulasi ini bukan dimaksudkan untuk mengisi

kekosongan hukum yang mungkin timbul, sehingga aspek etika dalam

GoodCorporate Governance menjadi sangat penting.

40

Definisi menurut Komite Nasional Corporate Governance:

41

39 Hassel Nogi S. Tangkilisan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance,

(Yogyakarta: Balairung & Co, 2003), hal. 12. 40 Misahardi Wilamarta, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam

Perseroan Terbatas, (Jakarta: Center for Education and Legal Studies, 2007), hal. 8. 41Komite Nasional Corporate Governance dibentuk berdasarkan putusan Menteri

Koordinator Perekonomian, Keuangan dan Industri No. Kep-10/M.EKUIN/08/1999. Selanjutnya nama Komite Nasional Corporate Governance berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKGC) untuk mencerminkan luasnya bidang tata kelola Perseroan yang diatur termasuk BUMN.

“GCG sebagai pola hubungan, sistem serta proses yang digunakan oleh organ Perseroan (direksi dan dewan komisaris) guna memberi nilai tambah kepada para pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku, dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang kepentingan lainnya. Pola hubungan, sistem serta proses itu sendiri berjalan berdasarkan 5 (lima) prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran.”

Universitas Sumatera Utara

Page 40: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Definisi menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance

(IICG):42

“as a social contract between the company and the wider constituencies of the corporation which morally obliges the corporation and its directors to take account of the interests of other stakeholder”.

“Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan Perseroan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.”

Saleem Sheikh dan SK Chatterjee menyatakan corporate governance

adalah:

43

Pengertian good corporate governance menurut Amin Widjaja Tunggal

adalah:

"Sebagai kontrak sosial antara perusahaan dan daerah pemilihan korporasi yang lebih luas yang secara moral mewajibkan korporasi dan direksi untuk mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan lainnya".

44

42 Tim Corporate Governance BPKP, Modul 1 GCG – Dasar-dasar Corporate

Governance, (Jakarta: BPKP, 2003), hal. 4-5. 43 Saleem Sheikh dan SK Chatterjee, Corporate Governance and Corporate Control,

(London: Cavendish Publishing Ltd, 1995), hal. 3. 44Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, (Jakarta;

Havarindo, 2011), hal. 24.

“corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, dan masyarakat luas”.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesian/FGCI

mendefenisikan corporate governance sebagai:

”Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubngan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”

Universitas Sumatera Utara

Page 41: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Sukrisno Agoes mendefenisikan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)

adalah:45

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

Governance merupakan:

“sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi,pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yayng baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya”

Kalau meminjam defenisi tentang tata kelola perusahaan salah satu yang

tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

73/POJK.05/2016 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang baik

Bagi Perusahaan Perasuransian,dalam Pasal 1 angka 25 POJK 73/2016

diberikan pengertian GCG bagi perusahaan perasuransian sebagai berikut:

“Tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaan perasuransian yang selanjutnya disebut tata kelola perusahaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organ perusahaan perasuransian untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika”.

46

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran

Dewan Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang Saham dan para

Stakeholder lainnya.

45 Sukrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 101. 46 Mas Achmad Daniri, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, edisi kedua,

(Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

2. Suatu sistem check and balance mencakup pertimbangan kewenangan

atas pengendalian Perseroan yang dapat membatasi munculnya dua

peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset Perseroan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan Perseroan,

pencapaian dan pengukuran kinerjanya.

Dari pengertian di atas pula, tampak beberapa aspek penting dari GCG

yang perlu dipahami beragam kalangan di dunia bisnis, yakni:47

1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ Perseroan

diantaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan

Komisaris, dan Direksi. Keseimbangan ini mencakup hal-hal yang

berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional

ketiga organ Perseroan tersebut (keseimbangan internal).

2. Adanya pemenuhan tanggung jawab Perseroan sebagai entitas bisnis

dalam masyarakatkepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini

meliputi hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antara

Perseroan dengan stakeholder (keseimbangan eksternal). Diantaranya,

tanggung jawab pengelola Perseroan, manajemen, pengawasan serta

pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan

stakeholderslainnya.

3. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham untuk

mendapat informasi yang tepat dan benar pada waktu yang diperlukan

mengenai Perseroan. Kemudian hak berperan serta dalam pengambilan

keputusan mengenai perkembangan strategis perubahan mendasar atas

47Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Perseroan serta ikut menikmati keuntungan yang diperoleh Perseroan

dalam pertumbuhannya.

4. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham

minoritas melalui keterbukaan informasi yang material dan relevan

serta melarang penyampaian informasi untuk pihak sendiri yang bisa

menguntungkan orang dalam (insider information for insidertrading).

Berdasarkan uraikan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa corporate

governance mengandung konsep bagaimana dalam mengelola perusahaan

untuk dapat memperhatikan keseimbangan kewenangan antara pelaksana

perusahaan dengan kepentingan pemegang saham serta kepentingan

masyarakat luas sebagai bagian dari pemangku kepentingan. Keseimbangan

kewenangan antara direksi, komisaris, dan pemegang saham dirancang

sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate

governance, sehingga mekanisme dan struktur kelembagaan perusahaan dapat

berjalan sesuai dengan kepentingan seluruh stakeholder, termasuk

kepentingan luas.

Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD)

memberikan pedoman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar

terciptanya good corporate governance dalam suatu perusahaan yaitu sebagai

berikut:48

a. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham

48 Sutedi Adrian, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 44.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Kerangka kerja corporate governance harus mendorong dan

melindungi pemegang saham, dengan memberikan:

1) Metode yang aman dalam pendaftaran kepemilikan, melakukan

transfer efek, mendapat informasi perusahaan, partisipasi dalam

RUPS, memilih board of directors, dan mendapat deviden.

2) Hak untuk berpartisipasi dan diberitahu mengenai keputusan

perubahan perusahaan yang bersifat fundamental, disamping itu

harus ada pula dimungkinkan adanya kontrol pasar terhadap

perusahaan yang wajar melalui: (a) peraturan, persyaratan dan tata

cara mengenai pemilihan direktur, pengendlaian yang terjadi di

pasar modal, transaksi materil seperti merger dan penjualan aset

perusahaan, (b) struktur permodalan yang memungkinakan

pemegang saham tertentu mengendalikan perusahaan harus

diungkapkan, (c) hak untuk melakukan take over hanya digunakan

semata-mata untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.

b. Hak dan Tanggung Jawab Stakeholders

Kerangka kerja corporate governance harus member kepastian bahwa

hak stakeholders dan publik dilindungi oleh undang-undang dan

mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dan

stakeholdersuntuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran,

lapangan kerja, serta kemampuan keuangan perusahaan yang memadai.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

c. Perlakuan yang wajar terhadap Pemegang Saham

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan perlakuan

yang wajar terhadap semua pemegang saham termasuk pemegang

saham minoritas dan asing. Pemegang saham yang mempunyai

klasifikasi yang sama mendapatkan perlakuan yang sama.

d. Keterbukaan dan Transparansi

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan

diungkapkannya informasi materil yang akurat dan tepat waktu, antara

lain meliputi situasi keuangan, kinerja perusahaan, pemegang saham,

dan manajemen perusahaan serta faktor risiko yang mungkin timbul.

e. Wewenang dan Tanggung Jawab Board of Directors

Board of directors harus melakukan pengawasan terhadap perusahaan

secara efektif dan memberikan pertanggung jawaban kepada pemegang

saham. Board of Directors bertanggung jawab untuk mengutamakan

kepentingan pemegang saham pendiri dan memastikan perusahaan

melakukan kegiatannya.

Penerapan good corporate governance di perusahaan memiliki peran yang

besar dan manfaat yang bisa membawa perubahan positif bagi perusahaan

baik di kalangan investor, pemerintah maupun masyarakat umum.Pelaksanaan

corporate governance menurut Amin Widjaja Tunggal mempunyai beberapa

manfaat, antara lain:49

49 Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, (Jakarta:

Havarindo, 2012), hal. 39.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

1) Meminimalkan agency cost, selama ini pemegang saham harus

menanggung biaya yang timbul akibat dari pendelegasian wewenang

kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa berupa kerugian karena

manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan

pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan

perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

2) Meminimalkan cost of capital, perusahaan yang baik dan sehat akan

menciptakan suatu referensi positif bagi para kerditur. Kondisi ini

sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus

ditanggung bila perusahaan akan mengajukan pinjaman, selain itu

dapat memperkuat kinerja keuangan juga akan membuat produk

perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.

3) Meningkatkan nilai saham perusahaan, suatu perusahaan yang dikelola

secara baik dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk

menanamkan modalnya.

4) Meangkat nilai perusahaan, citra perusahaan merupakan faktor penting

yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan perusahaan

tersebut dimata masyarakat dan khususnya para investor. Citra suatu

perusahaan kadang kala akan menelan biaya yang sangat besar

dibandingkan dengan keuntungan perusahaan itu sendiri, guna

memperbaiki citra tersebut.

Manfaat dari penerapan good corporate governance tentunya sangat

berpengaruh bagi perusahaan, dimana manfaat GCG ini bukan hanya untuk

saat ini tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pendukung dari

Universitas Sumatera Utara

Page 47: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

tumbuh kembangnya perusahaan dalam era persaingan global saat ini.Selain

bermanfaat meningkatkan citra perusahaan di mata para investor, hal ini

tentunya menjadi nilai tambah perusahaan dalam meningkatkan kinerja

perusahaan untuk menghadapi persaingan usaha dalam dunia bisnis yang

semakin kompetitif.

Ada lima macam tujuan utama dari good corporate governance, yaitu:50

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para stakeholders non pemegang saham.

3. Meingkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

4. Meingkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau board of

directors, dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen

senior.

Good corporate governance dapat dimakai sebagai rangkaian mekanisme

dengan apa suatu perusahaan tersebut diarahkan dan dikendalikan sesuai

dengan harapan para stakeholder juga. Mekanisme tersebut merefleksikan

suatu struktur pengelolaan perusahaan dan menetapkan distribusi hak dan

tanggung jawab diantara berbagai partisipan dalam perusahaan. Tujuan utama

dari pengelolaan perusahaan yang baik memberikan perlindungan yang

memadai dan perlakuan yang adil kepada pemegang saham dan pihak yang

berkepntingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham secara

maksimal, bukanlah sekadar suatu upaya untuk menjaga agar perusahaan

50 Johny Sudharmono, BE G2C Good Governed Company Panduan Praktis bagi BUMN untuk Menjadi “G2C-Good Governed Company” dan Mengelolanya Berdasarkan Suara Hati, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku secara universal. Terutama

bahwa pengelolaan yang baik itu dapat diketahui oleh publik dan para pihak

yang berkepentingan, sehingga memperoleh keyakinan bahwa taruhannya di

perusahaan adalah suatu keputusan yang benar.

Menurut KNKCG perusahaan yang telah memberikan respon mereka

dengan cara menerapkan kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik corporate

governance yang lebih baik tidak menempatkan penerapan GCG sebagai

tujuan akhir, akan tetapi perusahaan menyadari bahwa hal tersebut sangat

penting untuk mencapai:51

1. Peningkatan kinerja perusahaan melalui prosedur pengambilan

keputusan yang lebih baik, kehiatan operasi yang lebih efisien dan

pemberian layanan yang lebih baik.

2. Akses terhadap pembiayaan dengan biaya rendah bagi teknologi-

teknologi baru, keahlian manajemen, pasar, dan sumber-sumber

pembiayaan lainnya, yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

3. Masyarakat investor yang puas karena perusahaan memberikan

deviden dan nilai perusahaan yang lebih baik atas hasil kinerja

keuangan yang meningkat.

4. Kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang dan penciptaan nilai

dengan tetap mempertimbangkan kepentingan seluruh stakeholders.

5. Sumber pendapatan pemerintah melalui privatisasi BUMN, serta

pembayaran deviden dan pajak oleh BUMN.

51 Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), Profil Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance, KNKCG, Jakarta, 2001

Universitas Sumatera Utara

Page 49: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Selain manfaat dan tujuan sebagaimana dijelaskan di atas, penerapan GCG

setidak-tidaknya ada empat situasi ideal yang hendak dicapai, yakni:52

1. Existence of fair business: efficient market, efficient regulation, and

effiecient contract (Adanya bisnis yang wajar: pasar yang efisien,

regulasi yang efisien, dan kontrak yang efisien).

2. Information regarding the fair price and specification of goods and

services being exchanged is available to all parties (Informasi

mengenai harga wajar dan spesifikasi barang dan jasa yang

dipertukarkan tersedia untuk semua pihak).

3. Each party is able and is willing to compy to the rules and regulation,

and terms and condition incontract (Setiap pihak mampu dan bersedia

mematuhi peraturan dan peraturan, dan syarat dan ketentuan dalam

kontrak).

4. Judicial process exist and are able to implement the rules and to

execute punishment to the non-compliant of the contract (Proses

peradilan ada dan mampu menerapkan peraturan dan menjatuhkan

hukuman kepada yang tidak patuh terhadap kontrak).

Selain itu corporate governance yang baik diakui dapat membantu

mengebalkan perusahaan dari kondisi yang tidak menguntungkan, dalam

banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti meningkatkan

kinerja perusahaan sampai 30% di atas tingkat kembalian (rute of return) yang

normal. Oleh karena itu, corporate governance yang baik memberikan

52 Ainun Na’in, Applying GoodCorporate Governance in Indonesia (A General Case of

State Owned Enterprises, makalah Corporate Governance, Universitas Gajah Mada, Yogayakarta, 21 Juli 2000.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

manfaat pada perbaikan dalam komunikasi, minimalisasi potensi benturan,

fokus pada strategi utama, peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi,

kesinambungan manfaat (sustainability of benefit), promosi citra perusahaan

(corporate image), peningkatan kepuasan pelanggan dan peroleh kepercayaan

investor.53

B. Prinsip Good Corporate Governance

Corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk

mengarahkan dan mengelola bisnis dan urursan-urusan perusahaan dalam

rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan

dengan tujuan utama mewujudkan nilai tambah pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder yang lain. 54

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada

setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.Asas GCG yaitu

transparansi, akuntabilitas, resposibilitas, independensi serta kewajaran dan

kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability),

perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan

(stakeholders).Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam

pedoman umum good corporate governance Indonesia, prinsip dasar good

corporate governance adalah:

55

1. Transparansi (Transparancy)

53 Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate

Governance, (Jakarta: Harvarindo, 2002), hal. 9. 54Investment & Financial Service Association (IFSA), Corporate Governance A Guide for

Invesment Managers and Corporation, Sydney, N.S.W., Australia, 2000. 55 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia, Jakarta, 2006.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting

untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku

kepentingan lainnya.

Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

jelas akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku

kepentingan sesuai dengan haknya. Informasi yang harus diungkakan

meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi

perusahaan, kondisi keuangan, susunan, dan kompensasi pengurus, pemegang

saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota

Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan

perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan

pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat

kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi

perusahaan. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak

mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Universitas Sumatera Utara

Page 52: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,

terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai

kinerja yang berkesinambungan.Perusahaan harus menetapkan rincian tugas

dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan

mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya

dalam pelaksanaan GCG.Perusahaan harus memastikan adanya sistem

pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan, juga harus

memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten

dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan

sanksi (reward and punishment system).Dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus

berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang

telah disepakati.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan serta dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen. Organ perusahaan harus berpegang

pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, anggaran dasar, dan peratiran perusahaan (by-laws).

Universitas Sumatera Utara

Page 53: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain

peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing

organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak

manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentum bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan,

sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Masing-

masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai

dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling

mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang

lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.Perusahaan harus

memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan

masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta

membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam

lingkup kedudukan masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan

kepada perusahaan. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama

dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanankan tugasnya secara

professional tanpa membedakan suku, agama, ras golongan, gender, dan

kondisi fisik.Dalam pelaksanaannya, proses penyelarasannya sistem GCG di

perusahaan bisa dilaksanakan secara sistematis melalui lima tahapan yang

terstruktur, yaitu:56

1. Perumusan governance commitment. Diyakini bahwa implementasi

GCG akan berjalan dengan baik apabila dilandasi dengan komitmen

yang kuat dari seluruh jajaran perusahaan. Untuk itu, perlu dirumuskan

visi, misi dan strategi perusahaan.

2. Penyempurnaan governance structure. Dalam tahap ini perusahaan

telah melakukan beberapa hal penting yaitu pemenuhan jumlah dan

komposisi dewan komisaris serta pembentukan komite-komite.

3. Penyempurnaan governance mechanism. Dalam tahapini dilakukan

penyempurnaan terhadap aturan mekanisme kerja perusahaan yang

dituangkan dalam kebijakan-kebijakan, standar prosedur dan petunjuk

teknis lainnya yang senantias berlandaskan kepada prinsip-prinsip

GCG.

4. Sosialisasi dan evaluasi. Untuk menjamin terlaksananya implementasi

GCG, telah dilakukan sosialisasi yang tidak hanya terkait dengan

56 Muchyat, Badan Usaha Milik Negara: Retorika Dinamika dan Realita, (Jakarta: Gagas

Bisnis, 2010), hal. 159.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

prinsip-prinsip GCG namun termasuk sosialisasi terhadap budaya

perusahaan, inisiatif strategi, dan kebijakan.

5. Walk the walk. Empat tahapan sebelumnya tentunya tidak bermakna

apabila implementasi GCG tidak dilakukan secara disiplin serta

konsisten yang diwujudkan dalam tindakan nyata oleh seluruh jajaran

manajemen perusahaan.

Pada tahun 2015, G20 Finance Ministers and Central Bank Governors

Meeting bersama dengan Organization for Economic Co-operation and

Development memperbaharui prinsip yang harus diterapkanuntuk menerapkan

GCG, yaitu:57

1. Perlindungan hak-hak pemegang saham dan peran kunci kepemilikan

(the rights of shareholders and key ownership functions)

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (the equitable

treatment of shareholders)

3. Insentif yang masuk akal untuk mendukung iklim investasi (sound

incentives throughout the investment chain)

4. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perseroan dalam

tata kelola perusahaan (the role of stakeholders in corporate

governance)

5. Keterbukaan dan transparansi (disclouse and transparency) dan

6. Tanggung jawab pengurus perseroan (the responsibilities of the board)

57 G20/Organization for Economic Cooperation and Development, Principles of

Corporate Governance (Turkey: OECD, 2015) hal. 4-6.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

C. Perkembangan Good Corporate Governance dalam Hukum

Korporasi di Indonesia

Konsep corporate governance yang komprehensif mulai berkembang

sejak setelah kejadian The New York Exchange Crush pada 19 Oktober 1987

dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di Bursa Efek

New York mengalami kerugian financial yang cukup besar. Mengantisipasi

permasalahan internal perusahaan, para eksekutif melakukan rekayasa

keuangan yang intinya adalah bagaimana menyembunyikan kerugia

perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan laporan

keuangan.Penanganan yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi

juga financial angineering. Lazimnya pada situasi kondisi bisnis kondusif,

penyimpangan kelakukan baik oleh oknum maupun secara kolektif dalam

perusahaan tidak ada, namun pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka

segala macam sumber-sumber peyimpanan (irregularities) dan penyebab

kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakukan profittering,

commercial crime hingga economic crime.58

Kesadaran mengenai perlu adanya corporate governance mulai tumbuh di

Inggris tahun 1992, ditandai dengan dikeluarkannya peraturan tata kelola

perusahaan oleh Bank of England dan Bursa London yang diketuai oleh Sir

Adrian Cadbury. Setelah itu penerapan Good Corporate Governance mulai

menyebar ke Eropa, Amerika dan Australia.

59

58Muchyat, op. cit., hal. 112. 59 Sukrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 98.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatat pada Bursa Efek

Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan

bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat

komisaris independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998.

Corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di

Indonesia.60

Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman umum GCG di tahun

2001, pedoman CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris

Independen dan Pedoman Komite Audit yang Efektif. Pedoman ini tidak

memiliki kekuatan hukum yang mengikat melainkan rujukan bagi dunia usaha

untuk dapat menerapkan GCG serta dapat digunakan sebagai acuan bagi

seluruh perusahaan untuk melakukan GCG. Pada tahun 2004 Pemerintah

Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan Menteri

Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004

tentang pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang

memperluas cakupan tugas sosialisai Governance bukan hanya di sektor

korporasi tapi juga disektor pelayanan publik.

61

Sejarah perkembangan konsep corporate governance hingga permulaan

abad ke-21, telah melalui dua tahapan generasi. Generasi pertama dibidani

oleh Berle dan Means (1932) dengan penekanan pada konsekuensi dari

terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas suatu Perseroan

60 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005),

hal. 1 61 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 2

Universitas Sumatera Utara

Page 58: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

modern (the modern corporation). Menurut mereka, sejalan dengan

berkembangnya Perseroan menjadi semakin besar, maka pengelolaan

Perseroan yang semula dipegang oleh pemilik (owner-manager) harus

diserahkan pada kaum professional. Dalam kaitan ini isu yang dianggap

dominan adalah; perlunya suatu mekanisme untuk menjamin bahwa

manajemen (agent), yang merupakan orang gajian pemilik modal

(principal),akan mengelola Perseroan sesuai dengan kepentingan pemilik.

Pesanpenting dari penjelasan ini adalah terdapatnya potensi

konflikkepentingan (conflict of interests) antara pihak agent dan principal.62

Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada

generasi pertama ditandai dengan kemunculanJensen dan Meckling (1976)

hampir setengah abad kemudian.Keduaekonom ini terkenal dengan teori ke-

agenan (Agency Theory) yangmenandai tonggak perkembangan riset yang luar

biasa di bidanggovernance.Melalui teori ini, berbagai ilmu sosial lainnya

seperti;sosiologi, manajemen strategik, manajemen keuangan, akuntansi,etika

bisnis dan organisasi mulai menggunakan pendekatan teorikeagenan untuk

memahami fenomena corporate governance.Akibatnya perkembangan

corporate governance menjadimultidimensi, Turnbull (1997) menyebutkan

sebagai sebuah multidisiplin ilmu.Dibandingkan dengan periode sebelumnya,

dimanapemanfaatan teori dimaksud masih didominasi oleh para ahli

hukum(legal) dan ekonom (economist). Pada era generasi pertama pula

62 Akhmad Syakhroza, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada perseroan BUMN, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005) hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

muncul berbagai derivasi teori keagenan hasil dari sintesis melalui proses

dialektika dan berbagai bidang keilmuan diatas.63

Konsepsi governance mulai ramai dikenal dan menguat di Indonesia pada

tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa Indonesia, banyak akibat buruk dari

krisis tersebut salah satunya banyaknnya perusahaan yang berjatuhan karena

tidak mampu bertahan, corporate governance yang buruk disinyalir sebagai

salah satu sebab terjadinya. Mengingat demikian pentingnya Good Corporate

Governance bagi perusahan-perusahaan di Indonesia., maka berdasarkan SK

Menko Ekuin No.Kep-10 M.EKUIN/08/1999 dibentuklah Komite Nasional

CorporateGovernance.Tujuan Komite ini adalah menyusun Code for

GoodCorporate Governance (CGCG) sebagai panduan bagi komunitas bisnis

di Indonesia. Komite ini pada dasarnya akan merekomendasikan perbaikan

berbagai perangkat hukum guna menunjang implementasi CGCG tersebut.

Prinsip yang terkandung dalam CGCG pada dasarnya lebih bersifat

Regulation Driven.Karena regulasi ini bukan dimaksudkan untuk mengisi

kekosongan hukum yang mungkin timbul, sehingga aspek etika dalam

GoodCorporate Governance menjadi sangat penting.

64

Pasca krisis ekonomi di paruh akhir tahun 1997 ditandai dengan

ditandatanganinya Letter of Intents (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan

lembaga donor International Monetery Fund (IMF) yang mensyaratkan

perbaikan governance (publik maupun korporasi) sebagai syarat diberikan

bantuan. Kemudian dipertegas dengan ditetapkannya Tap MPR No VII tahun

63Ibid. 64 Misahardi Wilamarta, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam

Perseroan Terbatas, (Jakarta: Center for Education and Legal Studies, 2007), hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

2001 tentang visi Indonesia masa depan dalam bab IV ayat 9 butir a, yaitu

terwujudnya penyelenggaraan negara yang professional, transparan, akuntabel,

memiliki kredibilitas dan bebas KKN. LOI dan Tap MPR ini kemudian di

respon oleh pemerintah untuk mewujudkan goodcorporate governance

dengan dikeluarkan perangkat-perangkat Perundang-undangan dan Peraturan

Pemerintah.65

Pemerintah memberikan dorongan yang kuat terhadap implementasi GCG

di Indonesia, dengan membentuk regulasi yang mengatur tentang GCG.

Berawal dari dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate

Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor:

KEP/31/M.EKUIN/08/1999, dan menerbitkan pedoman GCG Indonesia.

Menyadari kondisi saat itu Kementerian Negara BUMN mulai

memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini juga di lingkungan

BUMN, melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-

MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan

kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate Governance

secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan

untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan

perundang-undangan.

65Op. cit., hal. 4

Universitas Sumatera Utara

Page 61: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Penerapan prinsip Good Corporate Governance pada BUMN diawali

dengan semangat perbaikan ekonomi dan reformasi BUMN di Indonesia pasca

terjadinya krisis ekonomi, seiring dengan kegiatan dunia usaha yang semakin

kompetitif dan dinamis maka peraturan sebelumnya diperbaharui melalui

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-

01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya

diperbaharui lagi melalui Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada

Badan Usaha Milik Negara.66 Defenisi Tata Kelola Perusahaan yang Baik

menurut Peraturan Menteri BUMN Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip

yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.67

Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG melalui surat Keputusan

Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004, terdiri dari

Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan

SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi

66Myrza Pahlevi, Wilopo, Muhammd Kholid Mawardi. 2016. Penerapan Prinsip Good

Corporate Governance Pada BUMN Berorientasi Global Studi Kasus Pada PT Semen Indonesia Persero Tbk. Dalam Mengelola Thang Long Cement Joint Stock Company. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 37, No. 1 Agustus.Hal. 88.

67Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara. Pasal 1

Universitas Sumatera Utara

Page 62: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten. Sebagaimana

UU RI Nomor 6 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi

Undang-Undang dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 Bank

Indonesia bahwasanya oleh bank Indonesia dapat menetapkan ketentuan

hukum yang sifatnya mengikat setiap orang atau badan hukum, selanjutnya

pula menetapkan regulasi terkait good corporate governance seperti yang

tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum yang dirubah

dengan PBI No.8/14/PBI/2006juga menekankan peningkatan kualitas

pelaksanaan Good Corporate Governance perlu dilaksanakan karena risiko

dan tantangan yang dihadapi Bank baik dari intern maupun ekstern semakin

banyak dan kompleks.68

68 Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank Umum

UU No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang

diundangkan dan mulai berlakuk pada tanggal 19 Juni 2003 ssebagaimana

disebutkan dalam Penjelasan Umum UU No. 19 tahun 2003, Bab VI, Paragraf

II, Pembentukan UU No. 19 Tahun 2003 tersebut antara lain dimaksudkan

untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di masa yang akan datang dan

meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik

(good corporate governance).

Universitas Sumatera Utara

Page 63: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Lebih lanjut Bab VI, Paragraf III juga menyebutkan bahwa UU No. 19

Tahun 2003 juga dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan

pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna

meningkatkan kinerja dan nilai (value) BUMN, serta menghindarkan BUMN

dari tindakan-tindakan pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance). Dengan demikian, dari Penjelasan

Umum tersebut terlihat bahwa UU No. 19 tahun 2003 memberikan aturan

yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengelola Persero secara baik

berdasarkan pada prinsip-prinsip GCG. Sebagaimana termuat dalam

Penjelasan Umum Paragraf II UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, salah satu alasan penyempurnaan UU No. 1 tahun 1995 adalah

meningkatnya tuntutan masyarakat akan pengembangan dunia usaha yang

sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance), dengan demikian sama dengan UU No. 19 tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara, UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas ini juga telah mengakomodir tata cara pengelolaan perusahaan secara

baik. Pengaturan Good Corporate Governance dalam kedua Undang-undang

tersebut tidak hanya mencakup keseimbangan internal yang mengatur

hubngan antara organ-organ persero dalam suatu struktur perusahaan,

melainkan juga keseimbangan eksternal yang menekankan perusahaan untuk

memperhatikan hubungannya dengan seluruh stakeholders sebagai

perwujudan dari pemenuhan tanggung jawab perusahaan dan juga telah

Universitas Sumatera Utara

Page 64: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

mengamanatkan perusahaan untuk menaati semua peraturan perundang-

undangan.69

Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya

generasi kedua corporate governance ditandai dengan hasil karya La-Porta

dan koleganya pada tahun 1998.Secara signifikan LLSV

Secara eksplisit Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak membahas

mengenai Good Corporate Governance, tetapi prinsip-prinsip GCG

diakomodasi secara umum oleh UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas tersebut. Fungsi pengawasan terhadap perusahaan terbuka dan

perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yang memerlukan tingkat

kepatuhan terhadap hukum yang tinggi yang dilakukan oleh Otoritas Jasa

Keuangan, yang juga mengeluarkan peraturan terkait good corporate

governance seperti yang terangkum dalam Peraturan OJK Nomor:

21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan

Terbuka, bahwasanya dalam rangka mendorong perusahaan terbuka untuk

menerapkan tata kelola perusahaan yang baik maka dibentuklah peraturan

guna untuk penerapan pedoman tata kelola perusahaan yang baik untuk

menginternalisasikan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik bahkan

dengan dorongan penerapan yang sesuai dengan praktik internasional yang

patut untuk diteladani.

70

69Dian Cahyaningrum. 2009. Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik (Good Corporate Governance Pada Bumn Yang Berbentuk Persero.Jakarta: Kajian. Vol. 14, No. 3 September., hal., 471-472.

70La-Porta, Lopez-de-Silanes, Shleifer dan Vishny (disingkat LLSV) lebih dieknalsebagai paraahli yang memperkenalkan dan mempopulerkan pendekatan legal-keuangan (legal and finance approach) di dalam memahami fenomena corporate governance.

mengidentifikasikan kecenderungan terdapatnya konsentrasi kepemilikan

Universitas Sumatera Utara

Page 65: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Perseroan pada pihak-pihak tertentu. Berbeda dengan Berle dan Means (1932),

menurut LLSV (1998, 1999) penerapan corporate governance di suatu Negara

sangatdipengaruhi oleh kondisi perangkat hukum dinegara tersebut dalam

upaya melindungi kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan Perseroan,

terutama pemilik minoritas. Jika sebelumnya konflik kepentingan dianggap

terjadi antara pemilik modal (principal) dengan pengelola (agent), LLSV

(1999) menyatakan bahwa di berbagai negara lainnya di luar AS dan Inggris,

kepemilikan Perseroan sangat terkonsentrasi. Akibatnya, konflik kepentingan

akan terjadi antara “pemilik mayoritas yang kuat” dengan “pemilik minoritas”

yang berada pada posisi yang lemah. Lebih lanjut, LLSV (1999, 2000)

berpendapat bahwa sistem hukum yang tidak kondusif dan belum berpihak

pada kepentingan umum, mengakibatkan konflik ini menjadi semakin tajam

sehingga berpotensi merusak sistem perekonomian negara secara

keseluruhan.71

Istilah corporate governance secara eksplisit baru muncul pertama kali

pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker. Di dalam bukunya, Tricker

memandang corporate governance memilki kegiatan utama sebagai berikut:

72

1. Direction, yang berfokus pada formulasi arah dan strategi untuk masa

depan Perseroan secara jangka panjang;

2. Executive action, yang diaplikasikan dalam pengambilan keputusan;

3. Pengawasan, yang meliputi monitoring performance dari manajemen;

71 Syakhroza, op.cit., hal. 9. 72 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal.8.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

4. Akuntabilitas, yang berfokus pada pertanggungjawaban pihak-pihak yang

membuat keputusan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

BAB III

PENERAPAN DAN SISTEM EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP

PROGRAM (PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN)

A. Pengertian Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)

Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan

untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.73

Namun dipihak lain penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk

mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah

yang dikarenakan tujuan utama perusahaan berbeda dengan tujuan pribadi

manajer. Konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer dapat

diminimumkan dengan mensejajarkan kepentingan pemegang saham dengan

pihak manajemen.74

Salah satu alternatif untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan

antara pemegang saham dengan pihak manajemen dan karyawan perusahaan,

yaitu dengan menerapkan program kepemilikan saham oleh karyawan

(Employee Stock Ownership Program, ESOP). Penerapan ESOP diharapkan

menjadi salah satu cara untuk dapat menarik perhatian para karyawan, dimana

semua karyawan mendapatkan kesempatan dan berhak untuk memiliki saham

pada perusahaan dimana mereka bekerja. Karena karyawan diberikan

kesempatan untuk memiliki saham dalam perusahaan, maka setiap karyawan

73 E. F. Brigham & Gapanski L. International Financial Management, Fifth Editions, Sea

Harbour Prive: The Dryden Press, 1996, hal. 67. 74 M.C Jensen dan Meckling W.H, Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency

Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 1976, Vol.3, No. 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

akan merasa ikut memiliki (sense of belonging) pada perusahaan mereka.

Sehingga hasil yang diharapkan adalah karyawan akan termotivasi untuk

memajukan perusahaan.75

Pertumbuhan ESOP dapat ditelusuri sampai dengan lima puluh tahun

silam di Amerika, sebagian perusahaan besar di negara tersebut semata-mata

dikelola untuk kepentingan pemilik modal atau pemegang saham. Hal ini

sesuai dengan sistem ekonomi kapitalis yang menganut paham individualisme

sehingga pemegang saham selaku pemilik perusahaan dapat bertindak sesuai

dengan keinginannya dalam pengelolaan perusahaan.Dalam sistem ekonomi

ini, karyawan hanya dikelompokkan sebagai salah satu faktor produksi.Untuk

itu pihak perusahaan menganggap telah memberikan hak yang memadai

kepada karyawannya apabila karyawan tersebut telah diberikan gaji atau balas

jasa yang memadai.

76

Pada tahun 1950-an seorang ahli hukum yang juga investment banker

bernama Louis Kelso mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan

menjadi lebih kuat apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham

perusahaan. Dengan demikian, hubungan hukum antara karyawan dengan

perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan

juga sekaligus pemilik perusahaan. Untuk mendorong pertumbuhan ESOP,

pada tahun 1972 Kelso mengusulkan kepada senator Rusell Long, Ketua The

Tax Senate Finance Committee, untuk secara tegas merumuskan dalam

75 Agus Hartono, Pengaruh Employee Stock Ownership Program Terhadap Kinerja

Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia, jurnal vol. 26 (1): hal 85-85, 2014 issn 0852-1875 77 Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.

2002. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia. Hal. 17.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

peraturan perundang-undangan tentang pemberian kemudahan serta fasilitas

terhadap pelaksanaan program ESOP. Hal ini mendapat tanggapan positif dari

Senate dengan diundangkannya The Employee Retirement Income Security Act

1974, selanjutnya ESOP diatur dalam The Tax Act of 1984 and 1986.77

ESOP merupakan salah satu bentuk kompensasi atau balas jasa yang

diberikan perusahaan kepada karyawannya.Berdasarkan beberapa penelitian,

faktor penting yang mendorong karyawan memiliki komitmen terhadap

perusahaan tempatnya bekerja adalag kompensasi atau balas jasa yang

diberikan oleh perusahaan tersebut.Kompensasi yang diberikat dapat berubah

kompensasi finansial maupun non finansial.Kompensasi yang bersifat

financial dapat berbentuk upah/gaji, tunjanganm bonus, dan juga berupa

kepemilikan saham perusahaan oleh karyawan, sedangkan untuk kompensasi

non financial meliputi kesehatan, keamanan dan kenyamanan karyawan.

78

Meskipun bonus merupakan sarana non gaji yang paling lazim digunakan

perusahaan untuk member imbalan para karyawannya, sesuai dengan survey

dewan konferensi terhadap 520 perusahaan besar Amerika Serikat, pilihan

untuk menerapkan ESOP merupakan cara terpopuler kedua.

79

77Ibid.

Pemberian non

financial reward dalam bentuk saham yang diberikan pada saat Initial Public

Offering (IPO) atau go public, juga merupakan salah satu daya tarik di mata

investor. Nilai tambah penerapan ESOP dimata investor karena perusahaan

dianggap tidak lagi memperlakukan karyawannya sebagai buruh/tenaga kerja

78 Wininatin Khamimah, Analisis Pengarih Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawab Terhadap Komitmen Organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Drive V (Bidang Performansi dan Sumber Daya Manusia, Surabaya, www.damandiri.or.id 2 Desember 2005

79Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21, edisi ke 6, jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), hal. 171.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

semata, tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. John D. Rockefeller IV dalam

pengantar di buku yang berjudul ESOPs: The Handbook of Employee Stock

Ownership Plans oleh Gerald I Kalish80

Dapat dikatakan bahwa ESOP merupakah salah satu contoh berpikir baru

untuk memperlakukan karyawan sebagai partner kerja agar mereka bekerja

lebih produktif. Pemberian non financial reward jika digabungkan dengan

pemberian financial reward merupakan strategi yang sangat efektif untuk

memotivasi karyawan, anatar lain dijelaskan oleh Michael Amstrong:

menyatakan bahwa:

“ESOPs are one example of new thinking we need. Only when employers make sincere efforts to treat their work associates more likely partner than hired hands, only when employees are convinced that they are working with rather than against their employers, will more people be willing to mae the kind of effort that keeps society productive”.

"ESOP adalah salah satu contoh pemikiran baru yang kita butuhkan.Hanya ketika pengusaha melakukan upaya tulus untuk memperlakukan rekan kerja mereka dengan mitra kerja yang lebih mungkin daripada yang dipekerjakan, hanya ketika karyawan yakin bahwa mereka bekerja dengan bukan melawan atasan mereka, semakin banyak orang bersedia melakukan usaha yang membuat masyarakat tetap produktif ".

81

80 Gerald I Kalish, The Handbook of Employee Stock Ownership Plans, Probus

Publishing Company, ILLIONS, 1989, hal. xii-xiii. 81 Michael Amstrong, Employee Reward, 1996, London, hal. 323.

“Non financial motivators are powerfull in themselves but can work even more effectively if integrated with financial rewards in a total reward system. However, it’s important to remember that the needs of individuals vary almostinfinitely, depending upon their psychological make up, background, experience, occupation & position in the organization”.

“Motivator secara non finansial sangat kuat dalam diri mereka tapi bisa bekerja lebih efektif lagi jika diintegrasikan dengan imbalan finansial dalam sistem penghargaan total.Namun, penting untuk diingat bahwa kebutuhan individu bervariasi hampir tak terbatas, tergantung pada latar belakang psikologis, latar belakang, pengalaman, pekerjaan & posisi mereka dalam organisasi ".

Universitas Sumatera Utara

Page 71: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Oleh karenanya, pemberian motivasi akan lebih efektif jika non financial

reward dintegrasikan dengan penghargaan dalam bentuk uang dalam suatu

paket/sistem penghargaan. Namun, perlu diingat bahwa keperluan masing-

masing individu sangat berbeda, tergantung psikologi, latar belakang,

pengalaman, pekerjaan dan posisi mereka di dalam suatu organisasi.

Di Indonesia sendiri, menurut hasil studi penerapan ESOP pada emiten

atau perusahaan publik di Indonesia, perkembangan pelaksanaan kepemilikan

saham oleh karyawan di Indonesia adalah:82

a) Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-

perusahaan Indonesia,

pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat

perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan

sebuah stock allocation scheme, yaitu pada penawaran tersebut karyawan

memperoleh subsidi ataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan.

b) Tahun 1998 sampai dengan sekarang, terdapat perkembangan lebih lanjut

mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil

penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi,

yaitu sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi

penawaran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga

tertentu di masa yang akan datang yang telah ditentukan periode dan

harganya.

Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP,

yakni :83

82Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

1) Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan

dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan

dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk

melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

2) Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara

kontan dengan memberikan opsi.

3) Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk

tetap bekerja di perusahaan tersebut.

ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain

sebagai berikut:84

1) Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi,

dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap peningkatan

kinerja perusahaan.

2) Menciptakan keselarasaan kepentingan serta misi dari pegawai dan

pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham,

sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham serta

pihak-pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan.

3) Meningkatkan motivasi dan komitmen perusahaan terhadap

perusahaan, karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan,

sehingga di harapkan akan meningkatkan produktifitas dan kinerja

perusahaan.

83 Oyer, Paul, Scoot Schaefer. 2005. Why Do some Firm give Stock Option to All

Employee: An Empirical Examination of alternative theories. Journal of Alternative theories 76:99-133

84Ibid, hlm .10.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

4) Menarik mempertahankan serta memotivasi pegawai kunci perusahaan

dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

5) Sebagai saran program peningkatan sumber daya manusia untuk

mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang,

karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi didasarkan

pada prinsip insentif yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu

penghargaan yang besarnya di kaitkan dengan ukuran kinerja

perusahaan atau shareholders’ value.

B. Konsep dan Ketentuan Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan

Employee Stock Ownership Program (ESOP) adalah pemberian hak opsi

kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu

periode tertntu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi

diberikan.85Selain itu, defenisi konsep opsi saham karyawan sebagai hak yang

dihadiahkan perusahaan kepada karyawannya untuk membeli sejumlah saham

perusahaan pada harga yang ditentukan selama periode tertentu.86

Setiap perusahaan memiliki maksud dan tujuan yang berbeda.Namun

sebagaimana setiap perusahaan pada umumnya, dalam menjalankan usahanya,

suatu perusahaan mengharapkan karyawannya memiliki kemampuan

produktivitas yang tinggi dalam bekerja.Ini merupakan keinginan yang ideal

bagi perusahaan yang berorientasi pada profit. Akan tetapi, tidak semua

85 F.F. Telaumbanua, Opsi Saham Karyawan, (Jakarta: Bisnis Indonesia, 2000), hal. 22 86 K. Little, Ten Minute Guide to Employee Stock Option Purchase Plans, Andi Coptight,

2001.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

karyawan yang direkrut oleh perusahaan mempunyai pola kerja yang sama.

Setiap individu karyawan tertentu saja masing–masing mempunyai motivasi

dan latar belakang yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini menimbulkan pola

kerja dan hasil yang berbeda pula. Penghargaan serta penggunaan motivator

yang tepat akan menimbulkan suasana konduktif atau berakibat kepada

produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian

insentif dan usaha-usaha menambah kepuasan kerja melalui sarana yang

beraneka ragam.87

Selain itu melekatkan insentif uang pada pertambahan produktivitas

merupakan perangsang yang cukup ampuh guna menaikkan partisipasi aktif

tenaga kerja.Pemberian ESOP merupakan suatu penghargaan atau suatu

bentuk kompensasi yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan bersama, baik

bagi karyawan maupun bagi pihak perusahaan.ESOP diberikan kepada

karyawan yang berprestasi.Hal ini tentu saja diharapakan dapat memicu

karyawan agar dapat meningkatkan kinerjanya. Perusahaan berharap dengan

adanya program kepemilikan saham oleh karyawan ini, para karyawan akan

termotivasi untuk meningkatkan kualitas kinerjanya karena dengan adanya

ESOP, diharapkan karyawan akan merasa memiliki perusahaan sehingga

tingkat produktivitas tenaga kerja pada perusahaan akan meningkat sesuai

dengan target yang ingin dicapai oleh perusahaan.

88

Di dalam Undang-undang Perseroan Terbatas perlindungan hukum bagi

pemegang saham oleh karyawan sama dengan pemegang saham lainnya baik

87 Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa dan Bagaimana, (Jakarta : Bumi Aksara,

1997), hal.22. 88 J Ravianto, Produktivitas dan Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksar, 2001), hal. 54.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

suara, dividen, sisa likuidasi dan lain sebagainya, akan tetapi mengenai hak

tentang pengelolaan perseroan tetap dipegang oleh pihak direksi. Sedangkan

pengaturan pada hukum pasar modal, kepemilikan saham oleh karyawan

mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaan kepemilikan saham

tersebut juga mengikuti ketentuan penawaran saham perdana pada umumnya,

yang mana perusahaan akan melakukan penawaran sahamnya kepada

karyawan diwajibkan melakukan suatu pernyataan pendaftaran.89

Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik bermaksud menawarkan saham

baru, maka harus terlebih dahulu memberikan Hak Memesan Efek terlebih

dahulu (right) kepada para pemegang saham yang ada. Namum demikian,

untuk emiten ataupun Perusahaan Publik yang memenuhi kriteria tertentu

dapat melakukan penambahan modal tanpa right sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4 tentang penambahan modal tanpa hak

memesan efek terlebih dahulu dimana dimaksudkan dengan hak memesan

efek terlebih dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang

memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru,

termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,

sebelum ditawarkan pada pihak lain, dimana hak tersebut wajib dialihkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, informasi yang disampaikan dalam rangka

keterbukaan tentang ESOP juga mengacu pada peraturan Bapepam

No.IX.D.4.Demikian juga informasi tentang pelaksanaan (progress report)

dan administrasi dari program tersebut dalam laporan berkala agar tidak

melanggar ketentuan-ketentuan pasar modal lainnya, misalnya aspek

89http: //hukumonline.com/konsultasi_hukum/perlukah saham bagi karyawan.htm, diakses

pada tanggal 28 Januari 2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

keterbukaan serta potensi benturan kepentingan dan perdagangan orang dalam,

mengingat perubahan status karyawan sebagai pemilik perseroan.90

Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer

Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran

Umum Manajer penjatahan adalah penjamin pelaksanaan emisi efek yang

bertanggung jawab atas penjatahan efek dalam suatu penawaran umum, atau

emiten dalam hal tidak menggunakan Emisi Efek. Setiap penawaran umum

harus mempunyai satu manajer penjatahan. Jika jumlah efek yang dipesan

melebihi efek yang ditawarkan melalui suatu penawaran umum, maka manajer

penjatahan yang bersangkutan harus melaksanakan prosedur penjatahan sisa

efek sebagai berikut:

91

a. Jika setelah mengecualikan pemesan efek terafiliasi dan terdapat sisa efek

yang jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah yang dipesan, maka

pemesan yang tidak dikecualikan itu akan menerima seluruh jumlah efek

yang dipesan.

b. Jika setelah mengecualikan pemesan efek terafiliasi dan terdapat sisa efek

yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dipesan, maka penjatahan

bagi pemesan yang tidak dikecualikan itu, harus mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

1) Efek tersebut dialokasikan secara proporsional tanpa pecahan, jika

tidak akan dicatatkan di bursa; atau

90Peraturan Bapepam No. IX.D.4, Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu, (Jakarta: 1998). 91 Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam

Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek dalam Penjatahan Umum, (Jakarta:1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 77: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

2) Efek tersebut dialokasikan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan

berikut ini, jika dicatatkan di bursa:

a) Prioritas dapat diberikan kepada para pemesan yang menjadi

pegawai emiten, sampai dengan jumlah paling banyak 10%

(sepuluh persen) dari jumlah penawaran umum;

b) Pemesan telah menerima atau telah berkesempatan membaca

prospektus;

c) Pemesan seorang direktur, komisaris, karyawan atau pihak yang

memiliki 20% (dua puluh persen) atau lebih saham dari suatu

perusahaan efek yang bertindak sebagai penjamin emisi efek atau

agen penjualan efek, atau pihak lain yang terafiliasi dengan emiten

atau semua pihak dimaksud, sehubungan dengan penawaran umum

tersebut;

d) Pemesanan mengadakan persetujuan dengan pihak lain manapun,

untuk membeli efek dalam penawaran umum dimaksud dengan

cara apapun, baik langsung atau tidak langsung, yang

mengakibatkan pihak pemodal lain menjadi pemilik penerima

manfaat;

e) Pemesan mempunyai kontrak dengan perusahaan efek

sebagaimana dipersyaratkan dalam angka 5, Peraturan Nomor :

V.D.3 dan apakah perusahaan efek itu bertindak sebagai agen

penjualan efek berkaitan dengan pemesanan dimaksud; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

f) Pemesan adalah pegawai, namun tidak termasuk anggota

komisaris, direksi dan pemegang saham utama dari Emiten yang

bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan pada pasal 1 Peraturan Bapepam No.IX.D.4,

Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham, sepanjang

ditentukan dalam anggaran dasar, dengan ketentuan sebagai berikut:92

a. Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, penambahan modal tersebut

sebanyak banyaknya 5% (lima persen) dari modal disetor; atau

b. Jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi

keuangan perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai berikut :

1) Bank menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga

pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 200% (dua ratus persen)

dari modal disetor atau kondisi lain yang mengakibatkan

restrukturisasi bank oleh instansi pemerintah yang berwenang;

2) Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif

dan mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh persen) dari

asset perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui

penambahan modal; atau

3) Perusahaan yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan atas

kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan

jika pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi dan jika

pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi menyetujui

92 Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu, (Jakarta:1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 79: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

untuk menerima saham atau obligasi konversi perusahaan untuk

menyelesaikan pinjaman tersebut.

Berdasarkan ketentuan peraturan Bapepam No.X.K.1, setiap Perusahaan

Publik atau Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus

menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan pada masyarakat secepat

mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau

terdapatnya informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi

nilai Efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Informasi atau Fakta

Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau keputusan

investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:93

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan;

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;

c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;

d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;

e. Produk atau penemuan baru yang berarti;

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen

g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek uang bersifat

utang;

h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas secara

material jumlahnya;

i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;

j. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;

93 Peraturan Bapepam No.X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan ke Publik, (Jakarta: 1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 80: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan

komisaris perusahaan;

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain;

m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

n. Penggantian Wali Amanat;

o. Perubahan tahun fiscal perusahaan.

Peraturan yang mendukung kepemilikan karyawan atas saham Perseroan dapat

kita temui dalam pasal 43 ayat (3) huruf a Undang-Undang No.40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Pasal tersebut pada intinya memungkinkan

Perseroan untuk melakukan penawaran saham kepada karyawannya sendiri. Lebih

jauh dalam penjelasan Pasal 43 ayat (3) huruf a disebutkan:

“Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan, antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP (employee stocks option program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya.” Jikalau dalam draft peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan Perusahaan Terbuka pada pasal (2)

menyatakan:

“Perusahaan Terbuka yang melaksanakan program yang memenuhi defenisi Penawaran Umum sebagaimana dimaksdu dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Moda dan peraturan pelaksananya dikecualikan dari kewajiban Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum berdasarkan Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, namun wajib memenuhi ketentuan Peraturan ini”. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa dalam hal karyawan telah memiliki saham

maka akan dipersamakan statusnya sebagai Pemegang Saham sesuai dengan hak

dan kewajibannya.

Dalam hal karyawan yang juga adalah pemegang saham tidak dapat

mendapatkan haknya, dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri sesuai

Universitas Sumatera Utara

Page 81: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

domisili Perseroan berdasarkan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) UUPT yaitu ayat

(1):

“Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan / atau Dewan Komisaris.”

“Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke pengadilan

negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.”

Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua karyawan bisa menuntut untuk

turut memiliki saham perusahaan tempat dia bekerja kecuali memang

dimungkinkan / ditawarkan oleh perusahaan tersebut.Bahwa tidak ada

kewajiban bagi perusahaan untuk menawarkan sahamnya kepada karyawan.

Namun, pada praktiknya banyak perusahaan yang menawarkan sahamnya

kepada karyawan antara lain adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap

karyawan yang bersangkutan. Hal ini umumnya dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan yang mengedepankan komitmen karyawan untuk jangka panjang,

agar karyawan turut merasa memiliki perusahaan.94

C. Sistem dan Jenis Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan)

Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat beberapa pendekatan yang

tersedia bagi perusahaan dalam rangka ESOP.Penggunaan masing-masing

pendekatan didasari oleh kebutuhan dari masing-masing perusahaan dan setiap

pendekatan tersebut memiliki ketentuan yang khusus.95

94 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007)

hlm, 277. 23 Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.

2002. Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

1. Pemberian Saham (Stock Grants)

Pendekatan paling sederhana adalah suatu perusahaan dapat

menghibahkan saham perusahaan kepada karyawan-karyawan yang

terpilih.Seringkali, hal ini dilakukan sebagai suatu bentuk kompensasi

bonus sebagai penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi,

untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistem

penggajian baru di suatu organisasi. Hibah ini dapat berupa tanpa

pembatasan (“non restricted”) atau dengan pembatasan (“restricted”).

Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan

berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai

tujuan keuangan atau tujuan strategis.Penghargaan ini mirip dengan suatu

bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk

saham.Pemberian saham dengan pembatasan adalah suatu penghargaan

yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi

karyawan.Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tunggu

berdasarkan waktu, yang mengharuskan karyawan untuk tetap di

perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh

kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau

pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum memenuhi ketentuan

tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang

belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan.

2. Program Pembelian Saham Oleh Karyawan (Direct Employee

StockPurchase Plans)

Universitas Sumatera Utara

Page 83: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Program Pembelian Saham Oleh Karyawan memungkinkan karyawan

membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang

menguntungkan.Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia

untuknya adalah sukarela.Dengan program ini karyawan dapat membayar

sahamnya melalui pemotongan gaji. Karena karyawan diharuskan

membayar “up front” (dimuka) atas saham yang mereka beli, suatu

program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak

menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi (biasanya kurang dari 25%

dari karyawan yang memenuhi syarat), juga tidak akan merubah ekuitas

perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya (bila dibandingan

dengan program kepemilikan saham yang lain). Karena karyawan

menginvestasikan uangnya sendiri ketika mereka memperoleh saham

melalui suatu direct purchase plan, perusahaan harus memastikan bahwa

saham yang ditawarkan termasuk dalam kualifikasi untuk pengecualian

dari ketentuan registrasi (pernyataan pendaftaran). Pengecualian tersebut

secara umum tersedia untuk penjualan yang dibatasi kepada karyawan.

3. Program Opsi Saham (Stock Option Plans)

Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada

karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, untuk membeli

suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu

tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal

pemberian. Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 (lima)

sampai 10 (sepuluh) tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya

biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Konsep dibalik opsi ini adalah bahwa jika harga saham perusahaan

meningkat dalam tahun-tahun setelah pemberian, karyawan mendapatkan

keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga

yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan

harga yang lebih tinggi, setelah harga meningkat. Nilai suatu opsi saham

bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan

datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja

kelompok atau individual dalam berbagai cara. Sebagaimana dengan

bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka

akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka

berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu, perusahaan

biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan

pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara

tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan)

bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke

dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan. Opsi dapat

menjadi suatu motivator yang lebih efektif dibandingkan suatu bonus kas,

karena tidak seperti kas, opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif

yang baik bagi karyawan setelah mereka diberikan opsi, karena nilai

sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan

datang. Satu dari pertimbangan utama pemberian opsi saham kepada

karyawan adalah, dalam banyak kasus, perusahaan “bebas” dari segi

pelaporan keuangan.Suatu perusahaan harus mengakui beban kompensasi

atas nilai estimasi opsi hanya dalam situasi tertentu. Ini termasuk jenis opsi

Universitas Sumatera Utara

Page 85: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

dengan jumlah saham atau harga pelaksanaan tidak diketahui atau

kontinjen dengan kejadian yang akan datang. Dalam hal perusahaan tidak

harus mengakui beban, perusahaan harus melaporkan nilai opsi pada saat

menyiapkan laporan keuangan audited, menggunakan suatu model

penilaian opsi (misalnya, BlackScholes) untuk mengestimasi akibat dari

setiap opsi yang masih beredar pada laba bersih dan laba per saham.

Informasi ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

4. Employee Stock Ownership Plans (ESOPs)

ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk

menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang

akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan

karyawan. Pendekatan ini merupakan program kepemilikan saham oleh

karyawan yang diformulasikan oleh Kelso.ESOPs non leveraged

dirancang untuk investasi terutama dalam saham perusahaan yang

mendukungnya. Dengan suatu ESOPs nonleveraged, perusahaan membuat

suatu kontribusi kepada suatu akun Trust setiap tahun atas namamasing-

masing karyawan, kebanyakan perusahaan akan mengkontribusi ke suatu

program pensiun. Kontribusi tersebut dapat dibuat dalam bentuk saham

(yang memperbaiki arus kas perusahaan karena tidak memerlukan

pengeluaran), atau dapat juga berbentuk kas yang kemudian digunakan

oleh Trust untuk membeli 25 saham perusahaan.Saham yang diperoleh

dengan program ini dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang

dikelola untuk masingmasing karyawan yang berpartisipasi.Para karyawan

Universitas Sumatera Utara

Page 86: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

menerima saldo akun mereka setelah pensiun atau pemberhentian oleh

perusahaan. Pada perusahaan yang tidak berencana untuk go public atau

akan diakuisisi oleh seorang Penawar, Leveraged ESOPs telah menjadi

sarana ekuitas yang digunakan secara meluas. Program ini dapat

digunakan oleh pemilik perusahaan sebagai suatu strategi keluar,

memungkinkan untuk menjual sahamnya kepada sekelompok karyawan

sebesar nilai pasar wajar penuhnya.ESOPs mendanai pembelian dengan

melalui suatu pinjaman, yang dijamin oleh perusahaan. Secara singkat

digambarkan, suatu jenis Leveraged ESOPs bekerja dalam empat tahap,

sebagai berikut :

1. TahapPertama,nilai pasar wajar saham pemilik ditentukan melalui jasa

seorang profesional, konsultan penilai independen;

2. Tahap Kedua, perusahaan membentuk suatu ESOPs, yang meliputi

pembentukan suatu trust yang akan memegang saham yang akan dibeli

oleh para karyawan. Orang atau institusi yang ditunjuk oleh

perusahaan akan bertindak sebagai trustee;

3. Tahap Ketiga,trustee meminjam uang dari sebuah bank atau kreditur

lainnya, menggunakan kredit perusahaan sebagai penjamin;

4. Tahap Keempat, trustee mewakili pemilik dengan sebuah check untuk

harga beli dan pemilik mentransfer sahamnya kepada trust. Kemudian,

setelah perusahaan membayar kembali pinjaman ESOPs, saham

tersebut dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang telah

dibentuk oleh trust untuk masing-masing karyawan.

5. Phantom Stock and Stock Appreciation Rights (SARs)

Universitas Sumatera Utara

Page 87: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Selain pendekatan-pendekatan di atas, terdapat beberapa pendekatan

lain untuk membagi ekuitas dengan para karyawan yang secara teknis

tidak mengakibatkan transfer kepemilikan saham kepada para karyawan.

Sering kali disebut sebagai “synthetic equity” programs (program ekuitas

sintetis). Program jenis ini dapat dipakai apabila transfer aktual atas

kepemilikan ekuitas kepada karyawan adalah tidak memungkinkan atau

tidak diinginkan.Stock Appreciation Rights (SARs) dan Phantom Stock

adalah penangguhan kompensasi yang khusus dan alat kompensasi insentif

yang dirancang untuk memberikan karyawan keuntungan ekonomis atas

kepemilikan saham tanpa disertai terjadinya transfer saham sesungguhnya.

Suatu program SARs merupakan sebuah hibah kepada seorang karyawan

yang memberikannya hak pada suatu waktu tertentu di masa yang akan

datang untuk menerima penghargaan berupa kas sebesar kenaikan dalam

nilai dari sejumlah tertentu bagian saham perusahaan. Phantom Shares

merupakan bagian-bagian dari nilai yang berkaitan dengan jumlah

ekuivalen saham.Sebagaimana dengan SARs, nilai dari suatu penghargaan

Phantom Stock biasanya dibayar kepada karyawan dengan kas, meskipun

penghargaan tersebut dapat juga dalam bentuk saham. Pertimbangan yang

dapat mendukung penggunaan jenis programperlakuan akuntansi dan

pajak, dan fleksibilitas yang berkaitan dengan penghargaan untuk aspek

khusus dari usaha perusahaan (seperti suatu divisi yang tidak secara

terpisah berbentuk badan hukum). SARs dan Phantom Stock populer bagi

perusahaan milik keluarga dimana keluarga tidak menginginkan untuk

melepaskan kepemilikan sahamnya.Program-program ini juga dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 88: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

digunakan untuk memberikan ekuitas seperti insentif yang dikaitkan

dengan kinerja dari suatu divisi perusahaan atau anak perusahaan.dan juga

dapat digunakan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan asing

yang dikarenakan kompleksitas hukum dan administrasi dari hukum

negara asalnya membuatnya sulit untuk diberikan penghargaan berupa

surat berharga.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

BAB IV

EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (PROGRAM

KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN) DALAM GOOD

CORPORATE GOVERNANCE

A. Penerapan Good Corporate Governance dalam Hukum Perusahaan di

Indonesia

Perubahan era yang terjadi pada abad 21 dewasa ini, penerapan Good

Corporate Governance telah menjadi hal yang mendesak untuk semua

organisasi, baik dalam skala besar maupun menengah. Dalam hal ini, tidak

dapat dibedakan antara perusahaan besar atau menengah sekalipun memiliki

sebuah konsep GCG, meskipun dalam pelaksanaannya akan berbeda-beda.

Penerapan GCG ini sendiri berkaitan dengan penyaluran atau distribusi dari

kekuatan dan tanggung jawab serta konsekuensi dan akuntabilitas pada

performance atau pencapaian organisasi.Dalam penerapan Good Corporate

Governance tidak terlepas dari budaya organisasi yang berlaku dalam

organisasi itu sendiri. Budaya adalah fenomena dinamis dalam kondsisi disini

dan saatini dan sebuah latar belakang struktur paksaan yang berpengaruh pada

kelompok melalui beberapa cara. Budaya sendiri secara terus-menerus

diterapkan dan tercipta oleh interaksi yang dilakukan kelompok dengan

terbentuk oleh perilaku kelompok itu sendiri.96

Governance dalam konteks Good Corporate Governance (GCG) disebut

sebagai tata pamong. Sedangkan Corporate Governance (CG) atau

96 Sutan Remi Sjahdeini, Good Governance: Antara Idealisme dan Kenyataan, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 3

Universitas Sumatera Utara

Page 90: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

pengelolaan perusahaan, menurut Sutan Remi Sjahdeini adalah suatu konsep

yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian

kewenangan, pembagian beban tanggung jawab masing-masing unsur dari

struktur perseroan. Jadi, Good Corporate Governance (GCG) secara definitif

merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang

menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder, baik itu

primarystakeholders (investor, karyawan dan manajer, supplier, rekanan

bisnis dan masyarakat) maupun secondary stakeholders (pemerintah, institusi

bisnis, kelompok sosial kemasyarakatan, akademisi dan pesaing).97

GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan

menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan

bisnis global.Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang

diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG.

98

97Ibid., hal. 4 98Ibid., hal. 5

Krisis ekonomi yang

menghantam Asia telah berlalu lebih dari delapan tahun.Krisis ini ternyata

berdampak luas teutama dalam merontokkan rezimrezim politik yang

berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang

diawal tahun 1990-an dipandang sebagai “the Asian tiger”, harus mengakui

bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada

krisis politik. Setelah delapan tahun, sejak krisis tersebut melanda, kita

sekarang dapat melihat pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat

terpukul oleh krisis tersebut.Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan

financial yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-

chip, kini telah pulih.Era pasca krisis ditandai dengan goncangan ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 91: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

berkelanjutan.Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset

para konglomerat, yang berakibat pada penurunan iklim berusaha.99

Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)

menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di

Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua,

tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan

rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi

perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan

eksternal; dan kelima, ketidak memadainya pengawasan oleh para

kreditor.Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara

luas prinsip-prinsip dan praktek goodcorporate governance oleh kumunitas

bisnis dan publik pada umumnya.

100

Bahwa budaya korporasi merupakan sistem nilai yang diyakini oleh semua

anggota organisasi dan yang dipelajari, disamping itu dikembangkan secara

berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan

acuan perilaku bagi setiap anggota dalam organisasi untuk mencapai tujuan

perusahaan.Dengan demikian yang menjadi pokok kajian dalam makalah ini

adalah bagaimana peranan good corporate governance (GCG) dan budaya

dalam meningkatan kinerja perusahaan.Berdasarkan uraian dalam latar

belakang ini, maka GCG dan budaya perusahaan yang baik (good corporate

99Ibid. 100Ibid., hlm. 7

Universitas Sumatera Utara

Page 92: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

culture/GCC) adalah menjadi suatu faktor yang dapat memengaruhi

peningkatkan kinerja perusahaan.101

Di negara-negara Asia, pelaksanaan prinsip GCG merupakan bagian

penting dari pembaharuan-pembaharuan ekonomi yang mutlak untuk

mengatasi krisis ekonomi.Demikian juga, di Indonesia, usaha-usaha untuk

memperbaiki corporate governance telah dimulai. Hal ini dapat diketahui dari

Nota Kesepakatan (Letter of Intent) yang ditandatangani oleh Pemerintah

Indonesia dan International Monetary Fund (IMF), dan kelanjutan bantuan

keuangan dari pihak IMF bergantung pada perbaikan di bidang

corporategovernance. Menindaklanjuti Nota Kesepakatan tersebut, sejak 5

tahun lebih yang lalu, pemerintah Indonesia telah mencanangkan penerapan

tata Kelola Perusahaan yang baik.Wujud dari kepedulian pemerintah tersebut

didirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai

KebijakanCorporate Governance (KNKCG), yang kemudian dirubah menjadi

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKCG dibentuk

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Keuangan dan

Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKG

merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG,

serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance

di Indonesia.Saat ini KNKG telah berhasil menyusun Code of GCG. Tujuan

disusun Pedoman GCG agar Code of GCG menjadi ajuan bagi pelaksanaan

GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia dan semua perusahaan yang didirikan

101Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia juga

diharapkan dapat menerapkan Pedoman GCG secepatnya.102

Sementara itu, inisiatif dari sektor swasta melalui asosiasi-asosiasi bisnis

dan profesi telah melahirkan Forum for Corporate Governance inIndonesia

(FCGI). Tujuan dan obyektif didirikan FCGI meningkatkan kesadaran dan

mensosialisasi-kan prinsip dan aturan mengenai Governance, Corporate

Governance, dan Corporate social Responsibility (CSR) kepada dunia bisnis

di Indonesia dengan mengacu kepada international best practice sehingga

memperoleh manfaat dalam melaksanakan prinsip dan aturan yang sesuai

dengan standar GCG dan CSR.

103Suatu hal yang sangat memprihatinkan,

semua kajian tentang penerapan GCG di Indonesia menghasilkan kesimpulan

yang sama yaitu penerapan GCG di Indonesia sangat rendah, terbukti dari

buruknya indeks nilai GCG yang diperoleh, hal ini senada dengan pendapat I

Nyoman Tjager, Ketua Komite Seminar Nasional GCG 2003, bahwa salah

satu penyebab dari rendahnya perolehan indeks GCG adalah “lemahnya

system hukum dan peradilan Indonesia dan prinsip GCG belum sepenuhnya

terinternalisasi dalam manajemen perusahaan di Indonesia”.104

Implementasi prinsip GCG tidak terlepas dengan implementasi tata kelola

pemerintahan yang baik(good governmentgovernance (GGG).Di era

globalisasi tuntutan terhadap paradigma goodgovernance dalam seluruh

kegiatan tidak dapat dielakkan lagi.Istilah good governance sendiri dapat

102Komite Nasional kebijakan Corpoprate Governance, Pedoman Good Corporate

Governance, Jakarta, 2001, hlm. 2. 103 FCGI, Tata Kelola PerusahaanJilid 1, Edisi ke-4, Price Water House Copers dan

FCGI, Jakarta 2005, hlm.2 . 104I Nyoman Tjager, GCG Indonesia Rendah, Makalah GCG 2003, 23-24 Januari 2003,

Bali.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

diartikan terlaksananya tata ekonomi, politik dansosial yang baik.105 Konsep

GCG baru pada tahap pengenalan(setting), padahal GCG berhubungan juga

dengan fungsi monitoring atauimplementasi secara terus menerus, apa-apa

yang harus diperbaiki terhadapsetting yang telah dibuat, sehingga nantinya

akan terbangung model GCG yangsesuai dengan kondisi yang akan

berdampak kepada penguatan kinerja.Kemudian, tahap berikutnya adalah

tahap performanceyaitu mengukur kinerja yang dihasilkan dari persiapan

GCG ini, dan yang perlu diingat tidak ada single universal corporate

governance model. Praktik GCG yang dibangun haruslah yang sesuai dengan

kultur sosial dan budaya Indonesia.106

Selain berbagai faktor di atas, ada faktor lain, yaitu lemahnya sektor

korporasi telah menyebabkan mereka makin jauh dari peranan sebagai “engine

of growth” atau sebagai primadona pembangunan.Dalam kaitan dengan

pembangunan perekonomian, sektor korporasi yang mampu berperan positif

bagi pembangunan ekonomi adalah sektorkorporasi yang merupakan aset

nasional dan bukan mereka yang hanya menjadi beban dan parasit masyarakat.

Kelompok korporasi ini adalah kelompok yang patuh dengan prinsip-prinsip

GCG, taat pada aturan main dan peraturan yang berlaku, dengan kata lain

adalah mereka yang mampu mempraktikkan prinsip-prinsip GCG dalam

menjalankan usahanya, oleh karena itu, dalam kehidupan berbisnis saat ini

GCG harus merupakan komitmen, Tanpa adanya komitmen yang tinggi dari

105 Achwan, Rochman, 2000, "Good Governance: Manifesto Politik Abad Ke-21", dalam

Kompas, Rabu 28 Juni 2000, hal. 39. 106 Pontas R. Siahaan, Pengelolaan SDM dalam Rangka Penerapan Good Corporate

Governance, Makalah GCG bagi Pegawai Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Agustus 2004.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat umum, maka sulit untuk

mewujudkan GCG.

Untuk mewujudkan semua itu diperlukan pedoman GCG yang mengikat

semua pihak.Kode atau Pedoman GCG yang disusun oleh KNKG tahun 2001

hingga saat ini belum efektif.Code for GCG ini hanya berupa pedoman yang

bersifat voluntary atau kesukrelaan, nampaknya dengan sistem kesukarelaan

ini sulit untuk diterapkan di Indonesia untuk saat ini, tanpa ada dorongan atau

paksaan.Oleh karena itu, perlu banyak ketentuan pedoman GCG yang diambil

alih oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan masyarakat

diwajibkan untuk mematuhinya (mandatory compliance).Dalam hal ini dapat

diterapkan sanksi bagi pelanggarnya, sebagai contoh ketentuan-ketentuan

tentang praktik GCG dalam UU Perbankan dan juga peraturan

pelaksanaannya.107

Pengeloaan perusahaan yang baik membutuhkan pengaturan hukum yang

dituangkan dalam perangkat peraturan (legal aspect) agar memiliki sifat

yuridis-normatif maupun yuridis-sosiologis.Pengaturan hukum bisnis

dilakukan sesuai dengan maksud diadakan suatu pengaturan hukum yaitu

“toprovide order, stability, and justice”.

108

107Ibid. 108 Ronald A. Anderson and Walter A. Kumpt dalam Soekarwo, Hukum Pengelolaan

Keuamgan Daerah di Jawa Timur Berdasarkan Good Finace Governance (Studi terhadap Hukum Pengelolaan daerah di Provinsi Daerah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Sioarjo, Kabupaten Trenggalek, Kota Surabaya dan Kota Kediri, PDIH UNDIP, Semarang, 2004, hlm. 47.

Pada budaya organisasi terdiri dari

jaringan yang signifikan yang terus dipintal oleh organisasi itu sendiri serta

dibangun melalui adanya interaksi. Setiap organisasi memiliki cara-cara yang

unik dari apa yang mereka lakukan. Budaya ang telah terefleksikan pada

Universitas Sumatera Utara

Page 96: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

budaya-budaya organisasi yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk

mencapai kesinambungan dan ketahanan dalam jangka panjang, meningkatkan

kinerja dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi organisasi untuk

kepentingan pihak-pihak di dalam organisasi itu sendiri.109 Dengan dasar itu

pula, maka dalam penerapan Good Corporate Governance yang sesuai dengan

budaya Indonesia harus pula mencakup lima pilar dasar dari GCG yang

ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, yaitu transparency,

accountability, responsibility, independency, dan fairness.110

Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong daridua sisi,

yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari

kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis

yang mengutamakan kelangsungan hidup perseroan, kepentingan

stakeholdersdan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan yang sesaat

di sisi lain adalah dorongan dari peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

111

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menyusun, mengelaborasi, dan

bahkan menyempurnakan aturan seputar corporate governance yang

dituangkan dalam berbagai regulasi. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan pembaharuan landasan hukum

di bidang ekonomi sejalan dengan dengan arah Kebijakan Pembangunan

Nasional sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

109 Steger, Urich & Wolfgang Amann, Corporate Governance: How to Add Value, John

Wiley & Sons 2008 hal 4 110http://www.linknet.co.id/ Tata Kelola Perusahaan GCG pdf diakses pada tanggal 22

Januari 2018 111 Komite Nasional Kebijakan Governance, ”Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Page 97: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan kerangka yang sangat penting

bagi pengaturan prinsip-prinsip GCG di Indonesia.Untuk menyesuaikan

prinsip-prinsip tentang pengelolaan Perseroan yang baik (good corporate

governance), maka aspek hukum yang menegaskan peraturan tentang

Perseroan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan tentang prinsip-

prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubungan kedudukan dan

tanggung jawab daripada Dewan Komisaris, Direksi dan para pemegang

saham melalui RUPS.

Stakeholdersadalah kelompok atas individu yang dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh aktivitas Perseroan. Dari definisi tersebut terlihat bahwa

stakeholder dapat diartikan sebagai semua pihak yang mempunyai

kepentingan atau berhubungan dengan kegiatan Perseroan.112 Menurut David

Wheeler dan Maria Sinlanpaa berdasarkan prioritasnya, stakeholders dapat

dibagi menjadi 2 (dua) kategori:113

1. Primary stakeholdersyaitu para pemegang saham, investor, karyawan dan

manajer, supplier dan rekanan bisnis serta masyarakat setempat.

2. Secondary stakeholdersyaitu pemerintah, institusi (asosiasi) bisnis,

kelompok sosial masyarakat, media, akademis dan pesaing.

OECD sebagai salah satu organisasi internasional yang menjadi pionir dalam

pengembangan prinsip-prinsip good corporategovernance (GCG), memasukkan

kepentingan primary stakeholders dalam hal ini Pemegang Saham (pemegang

112 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam

Konteks Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 50. 113Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

saham mayoritas maupun minoritas, asing maupun domestik) sebagai kepentingan

utama dalam pengembangan perusahaan .Hal ini cukup logis, mengingat

perusahaan pada dasarnya timbul dari perjanjian yang dibuat oleh para pemegang

saham.Hanya saja karena, bentuk perusahaan berupa badan hukum, maka terjadi

pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas perusahaan.Berdasarkan

pemisahan tersebut, kepentingan pemegang saham harus lebih diutamakan, karena

pemegang saham hanya dapat mengawasi jalannya usaha, yang biasanya diwakili

oleh dewan komisaris.114

Kepentingan pemegang saham semata-mata merupakan kepentingan

sebagaimana diungkapkan dalam teori stakeholders.

115

Teori Stakeholders tersebut dikemukakan oleh Thomas Donaldson yang

menyatakan bahwa manajemen suatu Perseroan harus memperhatikan

kepentingan Stakeholders, baik yang berasal dari grup atau individu yang dapat

Teori stakeholders

(Stakeholders Theory) dikembangkan oleh Stanford Research Institute (SRI) di

tahun 1960, sebagai reaksi pemahaman lama mengenai pengurusan Perseroan,

yang semata-mata demi kepentingan pemegang saham. Menurut teori

Stakeholders, Stakeholders mencakup semua pihak yang berkepentingan dalam

Perseroan, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemegang saham, karyawan,

pemasok, pelanggan, distributor dan masyarakat yang ikut memberikan kontribusi

untuk terhadap keberhasilan Perseroan serta menanggung dampak dari kegiatan

usaha Perseroan.

114 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006), hal. 74.

115 Misahardi Wilamarta, Pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris Atas Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perseroan Terbatas Serta Perlindungan Hukum Terhadap Shareholders dan Stakeholder. (Depok: Center for Education and Legal Studies, 2006). hal. 30.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh maksud dan tujuan Perseroan. Berikut akan

diuraikan sejauh mana prinsip GCG di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) memberikan perlindungan terhadap

pemegang saham:

1. Transparency

Merupakan kepentingan dari para pemegang saham untuk mendapatkan

informasi material suatu Perseroan. Hal ini akan berkaitan dengan dua

permasalahan, yaitu:116

a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu

Perseroan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau

calon investor untuk menanamkan modalnya.

b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan

wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi Perseroan.

Pemenuhan informasi material Perseroan secara tepat waktu, benar dan

teratur yang dapat mempengaruhi pertimbangan para pemegang saham dalam

pengambilan keputusan, merupakan kewajiban dari Direksi dan atas

pengawasan Dewan Komisaris untuk mengungkapkannya (disclosure),

kewajiban tersebut terkait dengan prinsip accountability (akuntabilitas) dari

Direksi dan Dewan Komisaris. Kewajiban Direksi mengenai pengungkapan

informasi Perseroan di dalam UUPT harus dilakukan dalam bentuk laporan

tahunan, sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (1) dan (2) UUPT yang

menyatakan bahwa:117

116 Inda Surya, Loc.cit. 117 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007, LN No. 106

tahun 2007, TLN No. 4756, ps. 66 ayat (1) dan (2).

Universitas Sumatera Utara

Page 100: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya: a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca

akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan Perseroan; c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang

mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan; e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh

Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris; g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium

dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.

Berkaitan dengan kewajiban Direksi tersebut diatas dalam memberikan

laporan tahunan, UUPT kembali menitikberatkan pada pemberian informasi

mengenai laporan keuangan dengan sanksinya apabila informasi yang

diberikan tidak benar atau menyesatkan.Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan kepada para pemegang saham mengenai keadaan

finansial suatu Perseroan, dimana memberikan jaminan dan kepastian bahwa

harta kekayaan dari para pemegang saham dipergunakan oleh Perseroan sesuai

peruntukannya.Begitu juga perlindungan terhadap para pemegang saham dan

calon pemegang saham yang cenderung melihat kondisi Perseroan dari

laporan keuangan untuk menanamkan uangnya tanpa melihat kondisi

Perseroan secara mendalam. Kewajiban akan memberikan informasi

Perseroan secara tepat waktu, benar dan teratur juga diatur dalam hal

penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi wajib

Universitas Sumatera Utara

Page 101: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

memberikan informasi Perseroan yang berhubungan dengan mata acara rapat,

sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UUPT yang menyatakan

bahwa:118

(2) Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.

Hal tersebut dimaksudkan memberikan perlindungan terhadap pemegang

saham agar dapat berpartisipasi dalampengambilan keputusan mengenai hal-

hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang

saham.Meskipun dalam kenyataannya masih banyak Perseroan

yangmengabaikan hal ini dalam memberikan bahan yang berkaitaan dengan

agenda rapat.Sebagimana diatur di dalam UU Perseroan, bahan-bahan RUPS

harus disediakan pada saat pemanggilan dilakukan yaitu 14 hari sebelum

RUPS dilaksanakan. Biasanya pengumuman pemanggilan tersebut

dicantumkan pula tentang tersedia bahan RUPS di kantor Perseroan. Praktek

yang dijumpai dalam riset, dengan mengambil RUPS tahunan hanya, hanya

34% responden yang menyediakan pada saat pemanggilan sedangkan sisanya

memberikan pada saat pemanggilan sedangkan sisanya memberikan pada saat

RUPS . Hal ini tentu saja mengurangi hak pemegang saham untuk

memperoleh informasi yang tepat waktu serta memberikan kesempatan yang

cukup mempelajari bahan-bahan RUPS.Akibatnya yang terjadi, RUPS hanya

118Ibid. Pasal 75 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

Page 102: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

sekedar “seremonial” pengesahan agenda-agenda yang sudah disusun

berdasarkan keinginan pemegang saham mayoritas.119

2. Accountability

Prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan pada waktu

yang tepat seringakali tidak diterapkan, kecuali pada perseroan publik, itupun

tidak semuanya.Terlebih perseroan privat yang berskala menengah dan kecil

yang kebanyakan tidak tercatat, bahkan sangat jarang dilakukan

pertanggungjawaban Direksi pada tiap akhir tahun buku perseroan apalagi

dilakukan audit.

Prinsip akuntabilitas berkaitan erat dengan prinsip transparansi, karena

dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material yang telah diberikan

dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan yang komprehensif

dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu Perseroan.Prinsip ini

juga turut mendukung keberadaan doktrin fiduciary duties yang pada dasarnya

memberikan konsep normatif mengenai wewenang dan tanggung jawab

Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, sehingga doktrin

tersebut dapat diimplementasikan secara konkret.120

119 Hindarmojo Hinuri, ed, The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan

Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002), hal. 65.

120Ibid., hal. 78.

Doktrin dari fiduciary

duties dimaksud adalah berkaitan dengan tugas kepercayaan yang diberikan

oleh Perseroan dalam melakukan pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan itu sendiri, dimana Direksi dalam melaksanakan fiduciary duties-

nya dituntut untuk bertindak dengan asas fiduciary duties, yaitu duty of good

faith terkandung kewajiban bagi Direksi untuk hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 103: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

mengutamakankepentingan perseroan semata-mata, serta tidak untuk

memanfaatkankedudukannya (corporate opportunity) sebagai Direksi untuk

memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari Perseroan

secara tidak adil. Hal ini dicontohkan dalam kewajibannya untuk sebisa

mungkin menghindari terjadinya keadaan dimana kepentingan dan kewajiban

pribadi Direksi berada dalam benturan kepentingan dengan kepentingan

Perseroan dan atau kewajiban Direksi terhadap Perseroan (conflict of interest),

serta untuk memanfaatkan harta kekayaan Perseroan untuk kepentingan

dirinya sendiri (self dealing).121

3. Responsibility

Pengungkapan informasi Perseroan secara transparan menjadi salah satu

sarana untuk menerapkan sistem pengendalian intern Perseroan. Dengan

sistem pengendalian intern yang efektif, Perseroan dapat terhindar dari

kerugian besar karena hal-hal yang sebelumnya tidak pernah diduga bakal

terjadi.

Prinsip responsibility merupakan perwujudan dari tanggung jawab suatu

Perseroan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara asalnya

atau tempatnya berdomisili secara konsekuen.Termasuk peraturan di bidang

lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan,

perlindungan konsumen dan sebagainya, sebagaimana ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan di tiap-tiap negara.122

121 Gunawan Widjaja, Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT, (Jakarta:

Forum Sahabat, 2008), hal. 47. 122Widjaja, op. cit., hal. 82.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Pertanggungjawaban Perseroan dalam mematuhi peraturan perundang-

undangan merupakan kerangka dari tata kelola Perseroan yang baik yaitu

sebagai wujud dari hukum itu ditegakkan atau dipatuhi. Dengan dipatuhinya

semua peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh Perseroan akan

memberikan citra positif bagi suatu Perseroan, baik di mata pemerintah

maupun di mata masyarakat luas. Sedangkan bagi pemegang saham akan

berdampak pada nilai dari saham itu sendiri dan memberikan kepastian

mengenai kelanjutan usaha Perseroan (corporate sustainability), begitu juga

dengan calon investor mempunyai alasan yang kuat untuk menanamkan

modalnya.

4. Independency

Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perseroan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.123

123 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam

Konteks Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 13..

Independensi atau

kemandirian fungsi masing-masing Organ Perseroan di dalam Perseroan,

merupakan suatu hal yang sangat krusial untuk mencegah terjadinya benturan

kepentingan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi Perseroan begitu juga

pemegang saham.Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di dalam prinsip

accountability (akuntabilitas), dimana self dealing sebagai bagian dari

benturan kepentingan dapat dicegah dengan memberikan kewajiban bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 105: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Direksi dan Dewan Komisaris maupun keluarganya melaporkan kepemilikan

sahamnya.124

Selain itu juga dalam menjaga kemandirian masing fungsi Organ

Perseroan, yaitu diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPT yang menyatakan

bahwa:

125

(1) Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

Dari ketentuan diatas dikenal dengan kepemilikan silang (cross holding)

yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang yang dikeluarkan oleh

Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut. Ada beberapa alasan

dimana kepemilikan silang dilarang, dimana salah satunya berkaitan dengan

prinsip independency (kemandirian) yaitu dilihat dari sisi manajemen, bahwa

kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara

pemilikan dan pengurusan Perseroan sehingga dalam hal ini manajemen tidak

lagi independen satu terhadap yang lainnya.

5. Fairness

Prinsip fairness merupakan keharusan bagi sebuah Perseroan untuk

memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham (baik

pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik), sehingga

kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah sedini

mungkin.126

124Op. Cit., ps. 101 ayat (1) dan ps. 116. 125Op. Cit. ps. 36 ayat (1).

126Daniri, op. cit., hal. 71

Fairness diharapkan membuat seluruh asset Perseroan dikelola

secara baik dan prudent (hati-hati) sehingga muncul perlindungan kepentingan

Universitas Sumatera Utara

Page 106: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan

memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang

merugikan.Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan

menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam

perusahaan.127

Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar

bisa diberlakukan secara efektif.Syarat itu berupa peraturan perundang-

undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara efektif. Hal

ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan atas

hak-hak pemegang saham manapun, tanpa pengecualian. Peraturan

perundang-undangan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

menghindari penyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Diantara

litigation abuse ini adalah penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga

peradilandalam mengambil keputusan sehingga pihak yang beritikad baik

mengulur-ngulur waktu kewajiban yang harus dibayarkannya atau bahkan

dapat terbebas dari kewajiban yang harus dibayarkan.

128

B. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) pada Perusahaan di Indonesia

Tujuan pengadopsian ESOP oleh perusahaan sangat berkaitan dengan

motivasi dalam peningkatan komitmen dan produktvitas karyawan. Penelitian

The Work Foundation LondonUniversity (2002) menghubungkan efek dari

ESOP terhadap kinerja perusahaan. ESOP memberikan suatu insentif berupa

saham kepada karyawan, yang diharapkan insentif tersebut memberikan

127Ibid., hal. 14.

128Ibid., hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

dampak positif berupa motivasi dan komitmen karyawan tersebut, yang pada

akhirnya memberikan peningkatan kepada produktivitas dan profitabilitas

perusahaan tersebut.Selain itu, implementasi Employee Stock Option

Programs (ESOP) memiliki beberapa manfaat strategis. ESOP mampu

mempertahankan karyawan yang memiliki kemampuan untuk

mengembangkan perusahaan, meningkatkan cash flow, meningkatkan

motivasi dan kinerja karyawan, meminimalisir konflik kepentingan antara

pemilik (principal) dan manajemen (agent), mengantisipasi kemungkinan

perpindahan kepemilikan, dan juga meningkatkan nilai perusahaan lewat

pengembalian saham.129

Selain peningkatan tersebut ESOP juga mengurangi labour turnover .

130

129 Baridwan, Zaki dan Azwar Anwar, Effect Of Employee Stock Option Plans (ESOPs) to

Peformance and Firm Value : Empirical Study at JSX Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 2006

130 Klein, Katherine J, Employment Stock Ownership and Employment Attitudes : A Test of Three Models. Journal of Applied Psycology Monograph.Vol 72, No. 2, 1987.

Di

Indonesia pihak yang mulai menerapkan konsep kepemilikan sahamoleh

karyawan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertamaadalah

perusahaan-perusahaan publik, mulai menerapkan programkepemilikan saham

melalui program alokasi khusus bagi pegawai(employee stock allocation, atau

ESA), program pemberian bonus dalambentuk saham (share bonus plan), atau

program pemberian opsi atassaham (stock option plan) dalam rangka menarik

minat calon investor yanglebih tinggi atas saham-saham yang ditawarkannya

kepada masyarakat,serta dalam rangka memberikan kesempatan bagi

karyawannya untukmemiliki saham. Sedangkan program kepemilikan saham

oleh karyawanmelalui program tabungan atau pembelian saham oleh

karyawan belum merupakan hal yang lazim pada perusahaan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang merupakan

anakperusahaan dari perusahaan multinasional di luar negeri. Perusahaan

multinasional tersebut, sebagai bagian dari paket kompensasi bagi pegawainya

menerapkan suatu program ESOP secara global, yang juga diterapkan oleh

perusahaan tersebut kepada karyawan dari anak perusahaannya di Indonesia

yang telah diidentifikasi sebagai memenuhi syarat untuk berpartisipasi

(eligible) dalam program tersebut.

Secara umum, penawaran ESOP selain dari ESA merupakan penawaran

atas suatu Efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 8 tahun

1995 tentang Pasar Modal (“UU Pasar Modal”), yang apabila dilakukan

kepada lebih dari 100 pihak dan dengan nilai Rp. 1 milyar atau lebih dapat

dianggap sebagai suatu Penawaran Umum.131

Sehubungan dengan ini, telah banyak sekali perusahan multinasional yang

memiliki anak perusahaan di Indonesia juga memiliki suatu program ESOP

secara menyeluruh. Dalam implementasinya di Indonesia, sering sekali

mereka terbentur dengan peraturan mengenai definisi “Penawaran Umum”

berdasarkan UU Pasar Modal yang sangat umum tersebut di atas, sehingga

harus ditempuh cara-cara lain.

132

131Tim Studi Penerapan ESOP Emiten Atau Perusahaan Publik Di Pasar Modal Indonesia

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal Tahun 2002, Studi Tentang Penerapan Esop (Employee Stock Ownership Plan) Emiten Atau Perusahaan Publik Di Pasar Modal Indonesia, hlm. 68

132Ibid., hlm. 69.

Di Indonesia, belum ada ketentuan yang

secara khusus mengatur tentang kepemilikan saham oleh karyawan selain

bentuk penjatahan pasti saat penawaran umum perdana. Karena sifatnya yang

mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaannya mengikuti

ketentuan penawaran saham perdana pada umumnya.Selain itu, tidak terdapat

Universitas Sumatera Utara

Page 109: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan program ini (program

kepemilikan saham oleh karyawan dari penjatahan pasti) seperti praktek di

Mesir.Sehingga tujuan penyelenggaraaan program ini tidak sejelas praktek di

Mesir.133

Disamping itu, tidak terdapat pengecualian atas kewajiban penyampaian

pernyataan pendaftaran atas semua bentuk penawaran saham kepada publik,

yang dalam hal ini dapat terbatas pada karyawan.Perusahaan-perusahaan

terbuka mempergunakan Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4 sebagai dasar

hukum untuk melaksanakan program kepemilikan saham oleh karyawan

lainnya, misalnya melalui opsi saham, mengingat adanya tambahan modal

yang disetorkan oleh karyawan pada saat mereka melaksanakan

haknya.

134Namun demikian, keterbukaan informasi yang dilakukanpun

mengacu pada ketentuan tersebut, yang awalnya tidak dimaksudkan untuk

pelaksanaan ESOP. Selain itu, pelaksanaan ESOP di Indonesia juga berbentuk

pemberian waran kepada karyawan sebelum atau pada saat perusahaan

melakukan penawaran umum perdana (IPO) sehingga informasi tentang ESOP

masih terbatas pada apa yang dijelaskan dalam prospektus dan hasil RUPS

perusahaan tanpa pengungkapan lebih lanjut tentang perkembangan

pelaksanaan program dalam laporan berkala atau sarana lainnya.135

Secara garis besar model atau sarana dari keikutsertaan karyawan dalam

suatu perusahaan ada 3 (tiga), yaitu kepemilikan karyawan melalui pembelian

saham perusahaan secara langsung (Direct purchaseplan), pemberian opsi atas

saham perusahaan kepada karyawan untuk membeli sejumlah saham (stock

133Ibid., hlm. 70. 134Ibid. 135Ibid., hlm. 72.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

option plans) dan program pengelolaan dana (trust) yang dirancang untuk

investasi terutama dalam saham perusahaan (ESOPs).136 Hampir sebagian

besar, perusahaan menggunakan Trust untuk mengelola saham yang akan

dialokasikan kepada karyawan. Hal ini diterapkan oleh beberapa negara

seperti Amerika Serikat, Inggris, China dan Irlandia.Namun, konsep

penggunaan Trust tidak dikenal dalam pelaksanaan kepemilikan saham

karyawan di Indonesia. Di Amerika, ESOPs banyak dilakukan oleh

perusahaan non publik (tertutup), sedangkan stock option plan banyak

dilakukan oleh perusahaan terbuka (Emiten atau Perusahaan Publik).137

Pada umumnya, Emiten atau Perusahaan Publik di Indonesia

melaksanakan stock option plans (bentuk opsi yang ditawarkan adalah opsi

saham atau waran) dengan salah satu tujuan untuk meningkatkan rasa

memiliki karyawan atas perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan untuk

perusahaan tertutup yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan

multinasional menggunakan cashless exercise yang menyerupai phantom

stock atau SARs.Memperhatikan bentuk ESOP Emiten dan Perusahaan Publik

di Indonesia yang sebagian besar berbentuk program opsi, maka perlu

diperhatikan kelebihan dan kekurangan program tersebut. Dimana, opsi saham

mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang

sehingga kondisi perkembangan pasar modal akan sangat menentukan

keberhasilan program itu, karena jika harga saham turun secara substansial di

bawah harga pelaksanaan, opsi tersebut tidak memberikan insentif keuangan

bagi karyawan. Selain itu, karena kompleksitasnya, opsi saham dapat sulit

136Ibid. 137Ibid., hlm. 73.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

dimengerti oleh karyawan.Hal ini terkait dengan jenis karyawan yang ada

(apakah berpendidikan dan berpengalaman di bidang keuangan atau tidak).Di

Indonesia sendiri, menurut hasil studi penerapan ESOP pada emiten atau

perusahaan publik di Indonesia, perkembangan pelaksanaan kepemilikan

saham oleh karyawan di Indonesia adalah138

a) Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-

perusahaan Indonesia, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi

saham pada saat perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan

lebih merupakan sebuah “stock allocation scheme”, yaitu pada

penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidi ataupun pinjaman

yang dijamin oleh perusahaan.

:

b) Tahun 1998 sampai dengan sekarang, terdapat perkembangan lebih

lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan

tetap hasil penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu

program opsi, yaitu sebelum melakukan penawaran umum (go public)

karyawan diberi penawaran yang dapat dilaksanakan pembelian

sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan datang yang telah

ditentukan periode dan harganya.

Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP139

1. Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan

dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan

,

yakni :

138Ibid. 139Oyer Paul Scoot Schaefer, 2005.Why Do Some Firm Give Stock Option To All

Employee: An Empirical Examination of Alternative Theories. Journal of alternative theories 76:99-133.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk

melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

2. Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara

kontan dengan memberikan opsi.

3. Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk

tetap bekerja di perusahaan tersebut.

C. Penerapan Employee Stock Ownership Program (Program

Kepemilikan Saham Oleh Karyawan) Sebagai Salah Satu Penerapan

Good Corporate Governance

Konsep corporate governance timbul karena adanya keterbatasan dari

teori keagenan dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat dipandang dari

kelanjutan teori keagenan.140

Corporate governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak

terjadinyaskandal bisnis yang mengindikasikan lemahnya corporate

governance di perusahaan-perusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950-an dan

semakin berlanjut hingga menimbulkan resesi di tahun 1980-an.

Corporate governance merupakan cara untuk

memberikan keyakinan kepada para pemasok dana perusahaan akan

diperolehnya pengembalian (return) atas investasi mereka. Selain itu

corporate governance juga merupakan suatu sistem untuk mengarahkan

(direct) dan mengendalikan (control) suatu perusahaan atau korporasi.

141

Di Indonesia, isu mengenai corporate governance mulai mengemuka

setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun

140 Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi

Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance.Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang

141Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

1998. Banyak pihak mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan krisis

ekonomi di Indonesia dikarenakan oleh lemahnya corporate governance yang

diterapkan pada perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah

maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam

praktik corporategovernance di Indonesia.Salah satu fungsi ESOP adalah

menunjang terjadinya GCG.Hal ini karena salah satu mekanisme internal

GCG adalah kepemilikan manajerial dan ESOP adalah salah satu bentuk

kepemilikan manajerial.142

142Edward Graskamp dalam Media Akuntansi, Edisi No. 5 Th. VII, Mei 2000, hlm. 48.

Dengan adanya kepemilikan manajerial, karyawan akan bertindak sebagai

bawahan dan sekaligus pemilik perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh

perusahaan dengan adanya dua peran karyawan ini adalah peningkatan sudut

pandang karyawan.Karyawan yang juga bertindak sebagai pemilik tidak lagi

hanya peduli kepada laba perusahaan tetapi juga citra perusahaan di pihak

eksternal. Hal ini akan berakibat pada peningkatan tata kelola perusahaan

(corporate governance) yang dapat dilihat dari terpenuhinya 5 prinsip dasar

corporate governance yaitu fairness, transparency,accountability,

responsibility, dan independency.

Selain terpenuhinya lima prinsip dasar corporate governance, perusahaan

juga memerlukan adanya pengakuan dari pihak independen mengenai tata

kelolanya, agar pihak eksternal lebih percaya atas kondisi perusahaan. Oleh

karena itu, perusahaan yang telah merasa bahwa tata kelolanya baik secara

sukarela akan mengikuti pemeringkatan GCG untuk mendapatkan predikat

kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori

keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan

keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas

dana yang telah mereka investasikan. Corporategovernance berkaitan erat

dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan

keuntungan bagi mereka dan yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau

menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak

menguntungkan berkaitan dengan dana kapital yang telah ditanamkan oleh

investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para

manajer.143

Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang telah dibuat oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) hendaknya dijadikan kode

etik perusahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk

melaksanakan Good CorporateGovernance (GCG) secara konsisten dan

konsekuen.Hal ini penting, mengingat kecenderungan aktivitas usaha yang

semakin mengglobal, maka prinsip-prinsip corporategovernance (keadilan,

transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, dan independen) dapat dijadikan

sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang

lebih baik.

144

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam

suatu perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi

kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima

pinjaman kredit.Bagi perusahaan yang berdomisili di negara-negara

143Ibid. 144Ibid., hlm. 68.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

berkembang, implementasi aspek corporate governance secara konkret dapat

memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap

kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia.145

Di dunia Internasional, penerapan Good Corporate Governance (GCG)

sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian

kredit.Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance (GCG) mempunyai kemungkinan besar untuk

memperoleh bantuan kredit bagi usahanya.Hubungan antara pemilik dan

manajer adalah paradigma hubungan prinsipal dan agen.

146

Hubungan kedua pihak ini seringkali mengalami konflik dikarenakan

adanya asimetri informasi yang membuat pihak prinsipal menganggap bahwa

pihak agen yang memiliki informasi yang berlebih akan menggunakan

informasi tersebut untuk memperolehkeuntungan bagi dirinya sendiri. Hal ini

yang mendasari adanya agency cost. Agency Cost adalah biaya yang

dikeluarkan oleh pihak prinsipal untuk membatasi divergensi kepentingan

dengan memberikan insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia

mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost) untuk mencegah moral

hazard dari agen.

147

Salah satu bentuk agency cost ini adalah pemberian saham bonus kepada

karyawan melalui mekanisme Employee Stock Option Program (ESOP).

Fungsi ESOP menurut Edward Graskamp

148

145Ibid. 146Asyik, N.F. 2006.Dampak Penyaatan dan Nilai Wajar Opsi pada Pengaruh Magnituda

Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

147Ibid. 148Edward Graskamp dalam Media Akuntansi, Edisi No. 5 Th. VII, Mei 2000, hlm. 50.

adalah Pelaksanaan ESOP di

Universitas Sumatera Utara

Page 116: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

suatu perusahaan dapat menunjang terjadinya Good CorporateGovernance

(GCG), Penerapan ESOP dapat menumbuhkan sense of belonging terhadap

perusahaan diantara para karyawan, sehingga dapat meningkatkan kinerja

perusahaan, ESOP dapat menjadi insentif bagi para karyawan, Pelaksanaan

ESOP dapat mengembangkan shareholder para perusahaan tersebut.

Dari salah satu fungsi diatas, terdapat salah satu fungsi yang menyatakan

bahwa pelaksanaan ESOP di suatu perusahaan dapat menunjang terjadinya

Good CorporateGovernance (GCG).Hal ini dikarenakan salah satu

mekanisme GCG adalah kepemilikan manajerial.ESOP merupakan salah satu

bentuk kepemilikan manajerial yang dapat dilakukan oleh perusahaan.Selain

meningkatkan rasa kepemilikan kepada karyawan, ESOP juga diharapkan

mampu menjadikan karyawan dapat menyampaikan informasi yang lebih

memadai.Hal ini dikarenakan karyawan pada perusahaan yang telah

mengadopsi ESOP tidak lagi bertindak hanya sebagai karyawan tetapi juga

sebagai pemilik atau investor.

Sebagai pihak yang memberikan informasi sekaligus memerlukan

informasi maka karyawan akan memahami jenis-jenis informasi yang penting

untuk investor. Selain itu, apabila perusahaanmampu memberikan informasi

lebih dari yang seharusnya, citra perusahaan menurut pihak eksternal akan

meningkat. Menurut Kaihatu salah satu tahap pelaksanaan GCG adalah tahap

evaluasi.149

Sumber saham yang diterbitkan dalam program kepemilikan saham oleh

karyawan berhubungan dengan tujuan dari program tersebut apakah untuk

149 Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di

Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.Vol 8.hlm. 67.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

kompensasi atau peningkatan dana modal. Di beberapa negara, sumber saham

yang digunakan untuk program kepemilikan saham oleh karyawan dapat

berasal dari saham pendiri, saham baru, treasury stock, atau saham yang telah

beredar. Di Indonesia, sesuai dengan praktek oleh beberapa perusahaan,

saham yang diterbitkan dalam program kepemilikan saham oleh karyawan

adalah saham yang dari portepel, treasury stock, atau saham pendiri. Di

Indonesia, mengingat ketentuan yang mengatur bahwa pengeluaran saham

harus disetor penuh dan tujuan dari kepemilikan saham karyawan juga untuk

menambah modal perusahaan, maka perusahaan tidak memberikan potongan

atas harga saham. Pemegang saham merupakan salah satu pihak yang paling

concern atas dilaksanakannya program kepemilikan saham oleh karyawan,

karena program tersebut dapat menimbulkan potensi dilusiatas kepemilikan

sahamnya di perusahaan.Oleh karena itu, persetujuan para pemegang saham

atas pelaksanaan program tersebut biasanya harus diperoleh terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

Page 118: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat simpulkan

sebagai berikut:

1. Pasca krisis ekonomi diparuh akhir tahun 1997 perbaikan governance

(publik maupun korporasi) gencar dilaksanakan. Penerapan tata kelola

perusahaan dilaksanakan dalam berbagai perusahaan Indonesia, berawal

dari dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate

Governancemelalui Keputusan Menko Ekuin No:

KEP/31/M.EKUIN/08/1999, dan menerbitkan pedoman GCG Indonesia.

Kementerian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good

Corporate Governance di lingkungan BUMN, melalui Surat Keputusan

Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek

Good Corporate Governance pada BUMN, aturan sebelumnya

diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-

01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada

BUMN, diperbaharui lagi dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No:

Per-09/MBU/2012. Komite Nasional Kebijakan Governancesebagai

pengganti KNKCG melalui surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian

Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 dan Undang-undang RI Nomor 6

tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-

Universitas Sumatera Utara

Page 119: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Undang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 bahwasanya oleh bank

Indonesia dapat menetapkan regulasi terkait good corporate governance

seperti yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.

8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006

juga menekankan peningkatan kualitas pelaksanaan Good Corporate

Governance. Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang

BUMNpembentukan Undang-undang tersebut dimaksudkan memenuhi

visi BUMN meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik. Penjelasan Umum Undang-undang No.40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas salah stau alasan penyempurnaan dalah

meningkatnya tuntutan masyarakat akan pengembangan dunia usaha yang

sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance). Otoritas Jasa Keuangan, dalam Peraturan OJK Nomor:

21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan

Terbuka, bahwasanya dalam rangka mendorong perusahaan terbuka untuk

menerapkan tata kelola perusahaan yang baik maka dibentuklah peraturan

guna untuk penerapan pedoman tata kelola perusahaan yang baik.

2. Penerapan employee stock ownership program menjadi salah satu cara

untuk menjamin perlindungan terhadap karyawan dalam sebuah

perusahaan sekaligus dapat menjadi peningkat kualitas tata kelola

perusahaan dengan baik. Hal tersebut juga menjadi satu alternatif

perwujudan dalam menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan

yang sama dalam hukum serta memiliki hak-hak yang sama untuk

mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang, juga mengamanatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 120: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

adanya persamaan derajat , persamaan hak dan kewajiban antara sesama

manusia. Program kepemilikan saham oleh karyawan pada perusahaan

yang selanjutnya ditawarkan dalam sistem pendekatan tertentu, yaitu

pemberian saham (stock grants), program pembelian saham oleh karyawan

(direct employee stock purchase plans), program opsi saham (stock option

plans), employee stock ownership plans, phantom stock and stock

appreciation rights (SARs).

3. Konsep tata kelola perusahaan yang baik memperhatikan setiap aspek

yang terkait dalam perusahaan itu sendiri, dan termasuk tentang

stakeholder perusahaan secara khusus karyawan sebagai pemangku

kepentingan internal perusahaan yang mempunyai peran penting dalam

menjamin keberlangsungan perusahaan maka dengan itu perusahaan perlu

memperhatikan dengan cara melindungi bukan saja pada pemegang saham

salah satunya dengan cara penawaran program kepemilikan saham

perusahaan kepada karyawan. Penerapan konsep tersebut menunjukan

korelasi antara keduanya, hal itu termasuk penekanan perlindungan hak

tenaga kerja yang cukup harmonis guna meningkatkan efisiensi kerja

perusahaan guna memperbaiki dan meningkatkan perbaikan terhadap tata

kelola suatu perusahaan. Keberadaan ESOP yang diterapkan mempunyai

sisi positif jika dilaksanakan dan beriringan dengan konsep good

corporate governance dari perusahaan itu. Salah satunya adalah dengan

memenuh i prinsip-prisip dasar GCG yaitu fairness, transparency,

accountability, responsibility, dan independency. program ESOP oleh

Emiten atau Perusahaan Publik di Indonesia dilakukan dalam bentuk stock

Universitas Sumatera Utara

Page 121: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

option plan mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan

yang akan datang sehingga kondisi perkembangan pasar modal akan

sangat menentukan keberhasilan program itu. Filosofi pelaksanaan

program ESOP, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh

perusahaan (Emiten/Perusahaan Publik) dalam memberikan program

tersebut, sehingga model/jenis program ESOP dapat bervariasi yang

menarik minat karyawan untuk mengikutinya dengan mempertimbangkan

beban yang ditanggung oleh Perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat disampaikan, adalah

sebagai berikut:

1. Penerapan dan pelaksanaan GCG perlu dilakukan dengan sistematis dan

berkesinambungan dan berhubungan dengan segala perangkat aturan dan

pedoman yang telah ada dapat dijadikan acuan yang baik oleh perusahaan

dalam melaksanakan penerapan GCG. Tentang penyempurnaan kebijakan

aturan dan pelaksanaan GCG dalam masing-masing perusahaan dibentuk

dalam rangka memenuhi prinsip GCG.

2. Mempertimbangkan perencanaan program yang baik karena program

ESOP merupakan suatu proses yang komplek, maka Emiten/Perusahaan

Publik yang akan melakukan ESOP harus merencanakannya dengan baik.

Penyesuaian Peraturan Memperhatikan beberapa permasalahan

keterbukaan informasi ESOP. Penyusunan Peraturan Baru Berkaitan

dengan permasalahan penerapan ESOP oleh perusahaan non publik

Universitas Sumatera Utara

Page 122: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(tertutup) atau perusahaan multinasional yang akan melakukannya, maka

diperlukan suatu peraturan tersendiri tentang bentuk dan isi pernyataan

pendaftaran dalam rangka ESOP yang lebih sederhana dibandingkan

ketentuan tersebut bagi penawaran umum biasa.

3. Meminimalisasi Unsur Benturan Kepentingan atau Potensi Perdagangan

Orang Dalam Untuk permasalahan yang mungkin timbul dari perubahan

status karyawan menjadi pemegang saham, maka diperlukan ketentuan

tentang pembatasan kepemilikan saham oleh karyawan yang terafiliasi

dengan pemegang saham pengendali. Selain itu, juga diperlukan

administrasi program ESOP yang memadai untuk memantau

pelaksanaannya sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan pasar modal

umumnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adrian, Sutedi. Good Corporate Governance. Jakarta: SinarGrafika. 2004.

Agoes, Sukrisno.Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: SalembaEmpat. 2006.

Amiruddin & H. Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Brighman, E. F. & Gapanski L.International Financial Management, Fifth

Editions. Sea Harbour Prive: The Dryden Press. 1996. Daniri, Mas Achmad.Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia.

Jakarta: Ray Indonesia. 2006. Harianja, Marihot Tua Efendi Harianja.Perilaku Organisasi Memahami dan

Mengelola Perilaku dalam Organisasi. Bandung: UNPAR PRESS. 2009. Hinuri, Hindarmojo.The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan

Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia. Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication. 2002.

Ibrahim, Johny.Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.Malang:

Bayu Media Publishing. 2007.

Muchyat.Badan Usaha Milik Negara: Retorika Dinamika dan Realita. Jakarta: Gagas Bisnis. 2007.

Ravianto, J. Produktivitas dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2000.

Rivai.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 2006.

Riswandi, Budi Agus.Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta: Rajawali Pers.

2005. Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson.Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad ke-2. Jakarta: Erlangga. 1999. Soekanto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2007. Sheikh, Saleem dan SK Chatterjee.Corporate Governance and Corporate

Control.London: Cavendish Publishing Ltd. 1995. Sinunga, Muchdarsyah.Produktivitas Apa dan Bagaimana,. Jakarta: Bumi

Aksara. 1997.

Universitas Sumatera Utara

Page 124: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Sjahdeini, Sutan Remi. Good Governance: Antara Idealisme dan Kenyataan.

Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003. Sudharmono, Johny.BE G2C Good Governed Company Panduan Praktis bagi

BUMN untuk Menjadi “G2C-Good Governed Company” dan Mengelolanya Berdasarkan Suara Hati. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003

Surya, Indra Surya dan Ivan Yustiavandana.Penerapan Good Corporate

Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. 2006.

Sutojo, Siswanto & E. Jhon Aldridge.Good Corporate Governance. Jakarta:

Damar Mulia Pustaka. 2005. Tangkilisan, Hassel Nogi S.Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate

Governance. Yogyakarta: Balairung & Co. 2003. Telaumbanua, F.F. Opsi Saham Karyawan. Jakarta: Bisnis Indonesia. 2000. Tjager, I. Nyoman, dkk.Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan

Bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. 2003. Tunggal, Amin Widjaja.Memahami Konsep Corporate Governance. Jakarta:

Havarindo. 2002. ____________________. Membangun Good Corporate Governance. Jakarta:

Harvarindo. 2002. Widjaya, I.G. Rai. Hukum Perusahaan. Jakarta: Mega Poin. 2003. Widjaya, Gunawan. Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT.

Jakarta: Forum Sahabat. 2008. Wilamarta, Misahardi.Pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris Atas

Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perseroan Terbatas Serta Perlindungan Hukum Terhadap Shareholders dan Stakeholder. Depok: Center for Education and Legal Studies. 2006.

__________________.Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate

Governance dalam Perseroan Terbatas. Jakarta: Center for Education and Legal Studies. 2007.

B. Peraturan-peraturan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 125: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang

Peraturan Bapepam No. IX.D.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:

Kep-44/PM/1998 Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/14/PBI/2006 tentang GCG. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-09/MBU/2012

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

Peraturan OJK Nomor: 21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata

Kelola Perusahaan Terbuka.

C. Jurnal, Makalah, Karangan, Artikel

Ainun Na’in, “Applying Good Corporate Governance in Indonesia (A General Case of State Owned Enterprises”. Makalah Corporate Governance, Universitas Gajah Mada, Yogayakarta, 2 Juli 2000.

Achwan, Rochman, "Good Governance: Manifesto Politik Abad Ke-2".

Kompas, Rabu 28 Juni 2000 Agus Hartono, “Pengaruh Employee Stock Ownership Program Terhadap

Kinerja Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia”, Vol. 2. 2008. Akhmad Syakhroza, “Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada perseroan BUMN”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2005.

Asyik, N. F, “Dampak Penyaatan dan Nilai Wajar Opsi pada Pengaruh

Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba.” 2006.

Bapepam.Tim Studi Penerapan ESOPEmiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.“Studi Tentang Penerapan ESOP (Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia”. 2002.

Universitas Sumatera Utara

Page 126: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholder Perusahaan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)” tanggal 7 Oktober 2008, Sei Karang Sumatera Utara.

Baridwan, Zaki dan Azwar Anwar, “Effect Of Employee Stock Option Plans

(ESOPs) to Peformance and Firm Value: Empirical Study at JSX”. Simposium Nasional Akuntansi, Padang. 2006.

Deni Darmawati, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi

Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi. Padang. 2006.

Dian Cahyaningrum, “Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik (GoodCorporate Governance Pada Bumn Yang Berbentuk Persero”. Vol. 4, No. 3 September. 2009.

FCGI, “Tata Kelola Perusahaan”, Edisi ke-4, Price Water House Copers dan

FCGI, Jakarta 2005. Gerald I Kalish, “The Handbook of Employee Stock Ownership Plans, Probus

Publishing Company. ILLIONS, 1999. I GAM Asri Dwija, “Peranan Good Governance dan Budaya Terhadap

Kinerja Organisasi” .Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7.No. 2. 2002. Ida Bagus Putra Asyik, ”Dampak Pernyataan dan Nilai Wajar Opsi pada

Pengaruh Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba”. Simposium Nasional Akuntasi. Padang. 2009.

Investment & Financial Service Association (IFSA), “Corporate Governance

A Guide for Invesment Managers and Corporation”.Sydney, N.S.W. Australia 2000.

Kaihatu, Thomas S, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di

Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan”.Vol. 8, No. 1, Maret 2006.

K. Little, “Ten Minute Guide to Employee Stock Option Purchase Plan”s,

Andi Coptight. 2000. Klein, Katherine, “Employment Stock Ownership and Employment Attitudes :

A Test of Three Models”, Journal of Applied Psycology. Vol. 72, No. 2. 1987.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), “Profil

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance”, Jakarta, 2000. _______________________________________________, “Pedoman Umum

Good Corporate Governance Indonesia”, Jakarta, 2006.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Marta Utama, “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Perlengkapan

Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 67. 2007. M.C Jensen dan Meckling W.H, “Theory Of The Firm: Managerial Behavior,

Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Vol.3, No. 4.

Michael Amstrong, “Employee Reward”. London. 1996. Oyer, Paul, Scoot Schaefer, “Why Do some Firm give Stock Option to All

Employee: An Empirical Examination of Alternative Theories”. Journal of Alternative Theories, Vol. 76, 2005.

Pahlevi, Myrza, Wilopo, dan Muhammad Kholid Mawardi, “Penerapan

Prinsip Good Corporate Governance Pada BUMN Berorientasi Global Studi Kasus Pada PT Semen Indonesia Persero Tbk. Dalam Mengelola Thang Long Cement Joint Stock Company”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 37, No.Agustus. 2006.

Pontas R. Siahaan, “Pengelolaan SDM dalam Rangka Penerapan Good

Corporate Governance”. Makalah GCG bagi Pegawai Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, Agustus 2004.

Steger, Urich & Wolfgang Amann, “Corporate Governance: How to Add

Value”, John Wiley & Sons. 2008. Soekarwo, “Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah di Jawa Timur

Berdasarkan Good Finance Governance”. Studi terhadap Hukum Pengelolaan daerah di Provinsi Daerah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Trenggalek, Kota Surabaya dan Kota Kediri, PDIH UNDIP, Semarang, 2004.

D. WEBSITE

Analisis Stakeholder Mapping Srudi Kasus pada Professional Product Division L’oreal Indonesia Periode Januari-Juni, http://lib.ui.ac.id, (diakses pada tanggal 22 November 207).

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Employee Stock Option Plan pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, http://eprints.uns.ac.id, (diakses pada tanggal 3 November 2017).

IFC, “The independent Corporate Governance Manual: First Edition”,

Pengertian Corporate Governance, http://www.investopedia.com, (diakses pada tanggal 8 November 2017).

Universitas Sumatera Utara

Page 128: IRENE MANIK 140200313 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Wininatin Khamimah, Analisis Pengarih Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Drive V (Bidang Performansi dan Sumber Daya Manusia, www.damandiri.or.id, (diakses pada taggal 2 Desember 2017).

Perlukan saham bagi karyawan?http://hukumonline.com/konsultasi_hukum/

(diakses pada tanggal 28 Januari 2018). SDM adalah Aset Terbesar Manajemen, http://www.infosdm.com, (diakses

pada tanggal 4 November 2017). Tata Kelola Perusahaan, http://www.linknet.co.id, (diakses pada tanggal 22

Januari 2018).

Universitas Sumatera Utara