implementasi peraturan daerah kabupaten...
Post on 16-Nov-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NO 10
TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA
TERHADAP PETI DI SUNGAI BATANGHARI
DESA BETUNG BEDARAH TIMUR
PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh :
MAZRAATUN
NIM: SIP.162376
PEMBIMBING:
Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI
Mustiah RH, S.Ag.,M.Sy
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
MOTTO
الْمُحْسِنِيهَ مِهَ قَرِيب رَحْمَةاَلله إنِ وَطَمَعاً َ خَىْفاً وَادْعُىهُ إصِْلاحِهَا بَعْد الأرْضِ فِي تفُْسِدُوا وَلا
Artinya: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan), Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Qs al-
A’raf [7]: 56)
ABSTRAK
Judul Skripsi: Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10
Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara Terhadap PETI di Sungai Batanghari Desa Betung
Bedarah Timur Provinsi Jambi.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan usaha pertambangan
emas tanpa izin, kendala yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Tebo dan
upaya pemerintah daerah dalam menerapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo
Nomor 10 Tahun 2009 tentang penyelengaraan pengelolaan usaha pertambangan
mineral dan batu bara. Jenis penelitian yang digunakan yuridis empiris adalah
jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian
lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi
dalam kenyataannya di masyarakat. Metode pendekatan yuridis sosiologis adalah
mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil
dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder,
instrument pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan dalam
mengimplementasikan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu
Bara. Belum berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hal
tersebut dapat dilihat tidak adanya ketegasan dari pemerintah yang turun langsung
kelapangan untuk melakukan kegiatan penyuluhan, pembinaan, pengawasan dan
penertiban pertambangan emas tanpa izin di desa Betung Bedarah Timur.
Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Daerah, PETI.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT yang Maha Agung,
Maha Tinggi, Maha Adil, dan Maha Penyayang. Taburan cinta dan
kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, menjadikan aku
manusia yang senantiasa berpikir, membekaliku dengan ilmu, beriman
dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Kupersembahkan skirpsi
ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibundaku Nur pala dan Ayahandaku Taufiq. Sebagai tanda bakti,
hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, yang tiada
pernah hentinya selama ini memberiku semangat, Do’a, dorongan,
nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tidak dapat
tergantikan, hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada
didepanku. Ibu, Ayah terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku
untuk membalas semua pengorbananmu.
Kakak ku tercinta Husniati., S.Sy tiada yang paling mengharukan
saat kita kumpul bersama. Terimakasih atas do’a dan kebaikan kakak
selama ini, terimakasih karena sudah menjadi kakakku yang paling
terbaik, walaupun kita berjauhan aku selalu mendo’akan yang terbaik
untuk kakak disana, semangat kerjanya. Semoga nanti kita bisa
membahagiakan kedua orangtua kita dengan hasil kerja keras kita.
Terimakasih ku persembahkan untuk Alm. Nenek dan Alm Kakek
ku. Terimakasih dari lahir hingga aku dewasa sudah menjaga,
merawatku, memberikan semua yang terbaik untuk cucunya. Mohon
maaf karena selama nenek dan kakek masih hidup aku belum bisa
membalas semua kebaikan nenek dan kakek. Terimakasih
kupersembahkan untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2016
Semoga nanti kita semua bisa menjadi orang yang sukses. Aamiin…
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis curahkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniannya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Shalawat beriring salam tak lupa
penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah ke zaman yang penuh akan nikmat iman dan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini penulis susun sebagai sebagai salah satu tugas akhir studi dan
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Selelainya skripsi ini tidak lepas
dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, terutama dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta
saran untuk kesempurnaan penulisan kripsi ini.
Tiada yang dapat penulis berikan kepada mereka untuk saat ini kecuali
Do’a kepada Allah SWT, semoga jasa baiknya dan pengorbanan mereka
mendapat balasannya dari Allah SWT. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag., MH selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S.Th.I., MA.M.IR.,Ph.D Wakil Dekan I Fakultas Syariah
Bidang Akademik dan Kelembagaan.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kondisi Geografis Desa Betung Bedarah Timur…………………36
Tabel 2 : Orbitrasi Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa Betung Bedarah
Timur .............................................................................................. 36
Tabel 3 : Luas Lahan Desa Betung Bedarah Timur…………………………40
Tabel 4 : Jumlah Penduduk Desa Betung Bedarah Timur Tahun 2019 ........ 41
Tabel 5 : Sarana Pendidikan di Desa Betung Bedarah Timur ....................... 41
Tabel 6 : Sarana Ibadah Desa Betung Bedarah Timur .................................. 42
Tabel 7 : Sarana Olaraga Desa Betung Bedarah Timur ................................ 42
Tabel 8 : Usaha Tambang Emas Tanpa Izin ................................................. 42
Tabel 9 : Daftar Nama Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Betung
Bedarah Timur Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo .................. 43
DAFTAR SINGKATAN
PETI : Pertambangan Emas Tanpa Izin
PERDA : Peraturan Daerah
UU : Undang-Undang
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
SDM : Sumber Daya Manusia
PEMDES : Pemerintahan Desa
SEKDES : Sekretaris Desa
KADUS : Kepala Dusun
IUP : Izin Usaha Pertambangan
IPR : Izin Pertambangan Rakyat
IUPK : Izin Usaha Pertambangan Khusus
AKABNO : Angka Kematian Anak Bayi Belita Nol
BABSNO : Buang Air Besar Sembarangan Nol
BASSNO : Buang Sampah Sembarangan Nol
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Pemerintahan Desa Betung Bedarah Timur ................. 44
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik
sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui. Potensi yang sangat berpengaruh di Indonesia yaitu sumber
daya alam yang tidak dapat di perbaharui yang berupa bahan galian
(tambang). Sumber daya alam, yang berupa minyak dan gas, emas, tembaga,
perak, batu bara dan lainnya itu di kuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.1 Sebagaimana yang tertuang di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal
33 Ayat (3) menyatakan bahwa: “bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Dalam hal ini, penguasaan oleh negara diselenggarakan oleh
pemerintah. Untuk mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan atau
pengusahaan bahan galian, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
pengaturan pengelolaan bidang pertambangan dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara (Minerba) sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penambangan.
1 Salim HS. Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. (Bandung : Pustaka
Reka Cipta, 2013 ), hlm 1.
17
kegiatan usaha pertambangan telah menimbulkan dampak negatif,
maka dalam kegiatan pertambangan perlu adanya pengaturan yang dapat
mencegah timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan. salah satu
instrumen hukum yang dipergunakan oleh pemerintah adalah perizinan.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa negara mempunyai hak menguasai
atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan
hal tersebut setiap orang yang melakukan kegiatan pertambangan wajib
meminta izin terlebih dahulu dari negara atau pemerintah.2 Pengertian dari
izin tersebut adalah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
mengendalikan yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat.3
Sejak tahun 2000 penambangan emas di Provinsi Jambi marak
dilakukan oleh masyarakat. Terdapat beberapa titik wilayah-wilayah yang
mengandung bahan galian emas, terutama di Kabupaten Tebo khusunya di
Desa Betung Bedarah Timur. Keberadaan tambang emas di sungai
Batanghari di Desa Betung Bedarah Timur ini tidak memiliki izin dari
pemerintah.
Penambang yang tidak mempunyai izin sudah diatur di dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Berdasarkan Pasal 74 Ayat (2) Tidak mempunyai IUP melakukan kegiatan
2 Gatot Supramomo, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia (Jakarta:
Rineka Cipta, 2012), hlm 248.
3Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik ,(Jakart:Sinar Grafika
2011), hlm 241.
18
pertambangan, diancam dengan hukuman penjara dan denda sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.4
Kegiatan pertambangan emas yang tidak mempunyai izin juga diatur
di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batu Bara. Pasal 158 berbunyi: “Setiap orang yang melakukan
usah penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 Pasal 40 Ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 Ayat (1) Pasal 74 Ayat (1) atau
Ayat (5) dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 10.000.000.000.00 (sepuluh miliar rupiah).5
Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa implementasi kebijakan
pemerintah daerah Kabupaten Tebo dalam menangani pertambangan illegal
belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan masih terjadi penambangan
illegal yang dilakukan masyarakat di desa Betung Bedarah Timur ini.
Penambangan illegal ini menyebabkan kerusakan daerah aliran sungai (DAS)
dan pencemaran air Sungai Batanghari di Desa Betung Bedarah Timur
semakin parah, air sungai berubah menjadi keruh. Pada tahun 2004, terjadi
aktivitas penambangan yang mulai dilakukan lebih terbuka dan menggunakan
mesin-mesin, sebelumnya masyarakat juga sudah menambang emas hanya
saja dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan mendulang. Cara inilah
yang kemudian diperbaharui secara teknis menggunakan mesin dompeng
4 Perda Kabupaten Tebo No 10Tahun 2009, Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Bab 24 Pasal 74 Ayat 2. 5 Undang-Undang No 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Bab
23, Pasal 158: Pertambangan Mineral dan Batu Bara
19
yang menyedot pasir mengandung emas kemudian disaring dan dipisahkan
emasnya menggunakan air raksa.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala RT 13 Betung
Bedarah Timur sebagai berikut :
“Sesuai fakta yang ada, pertambangan illegal telah berdampak buruk
pada lingkungan sekitar, para penambang juga belum memiliki izin
untuk melakukan kegiatan tersebut. Sampai sekarang pertambangan
emas di aliran Sungai Batanghari di Desa Betung Bedarah Timur
belum semuanya bisa ditertibkan sehingga diperlukan penertiban yang
lebih intensif agar pertambangan emas illegal ini tidak menjamur di
Kabupaten Tebo khususnya di Desa Betung Bedarah Timur. Oleh
karena itu pemerintah Kabupaten Tebo diharapkan lebih tegas lagi
dalam menyelesaikan masalah pertambangan emas tanpa izin (PETI)
yang menjadi tanggungjawab besar pemerintah karena menyebabkan
banyaknya terjadi kerusakan lingkungan dan mengancam
kelangsungan hidup manusia dan ekosistem lainnya6.
Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan pada lingkungan akibat
pertambangan illegal adalah kerusakan yang sangat berbahaya, bahkan akan
mencemari lingkungan dengan jangka panjang, ini akan menjadi masalah
yang sangat memprihatinkan, jika tidak diambil tindakan yang cepat maka
dampak dari pertambangan illegal ini tidak akan berkurang dan akan terus
bertambah. Maka dari itu dibutuhkan peran pemerintah untuk menjalankan
fungsinya yaitu pengaturan, mengatur kegiatan yang ada ditengah masyarakat
yang dapat merugikan dan merusak lingkungan hidup dengan menerapkan
6 Wawancara dengan Bapak Semanaji Selaku Ketua Rt 13 Desa Betung Bedarah Timur
26 Agustus 2019
20
aturan tegas yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup yang
salah satunya diakibatkan oleh pertambangan emas tanpa izin (PETI).7
Kurang efektifnya implementasi kebijakan menurut Kasim
dikarenakan tidak memahami benar-benar apa yang perlu dikerjakan, tidak
ada penerimaan dan motivasi pihak-pihak terkait terhadap apa yang harus
dikerjakan sebagai konsekuensi keputusan, serta tidak memberi cukup
sumberdaya bagi apa yang diperlukan. Apabila implementasi kebijakan
penanggulangan PETI dibiarkan berlarut-larut maka akan membahayakan
kelestarian lingkungan, khususnya daerah sekitar lokasi pertambangan.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul : “Impelementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo
No 10 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara Terhadap PETI di Sungai Batanghari
Desa Betung Bedarah Timur Provinsi Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data.8 Berdasarkan latar belakang diatas,
maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan usaha pertambangan emas tanpa izin di Sungai
Batanghari desa Betung Bedarah Timur?
7 Wawancara dengan Bapak Jamhuri Selaku Kepala Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 26 Agustus 2019 8 Prof. Dr. Sugiyono Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta
2013), hlm 35.
21
2. Apa kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Tebo
dalam menanggulangi penambang emas tanpa izin di desa Betung Bedarah
Timur?
3. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam menerapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan pengelolaan
usaha pertambangan mineral dan batu bara terhadap PETI di desa Betung
Bedarah Timur?
C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang dibahas, maka perlu adanya
batasan masalah agar pembahasan ini lebih terarah, terkonsep dan tidak keluar
dari apa yang menjadi tujuan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis
hanya membahas tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No
10 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara Terhadap PETI di Sungai Batanghari Desa Betung
Bedarah Timur Provinsi Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang
hendak dicapai oleh peneliti.9
1. Untuk mengetahui pengelolaan usaha pertambangan emas tanpa izin di
Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah Timur?
9 Bahrul Ulum, MA dan Zulqarnain, M.Hum Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas
Syari’ah IAIN STS Jambi dan Syari’ah Press, 2010), hlm 13.
22
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pemerintah Daerah
Kabupaten Tebo dalam menanggulangi penambang emas tanpa izin di
desa Betung Bedarah Timur?
3. Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah dalam menerapkan
Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu
bara terhadap PETI di desa Betung Bedarah Timur?
b. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian yang
penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain sesuai
dengan bidang penelitian yang penulis teliti.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat
yang berhubungan dengan pertambangan emas tanpa izin.
b. Diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat Kabupaten Tebo
untuk mengetahui perbuatan mana yang boleh dilakukan dan
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan.
23
E. Kerangka Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum,
teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation)
meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.10
Sedangkan kerangka teoritis didefenisikan sebagai suatu model konseptual
tentang bagaimana teorisasi dari suatu hubungan antara masing-masing faktor
yang telah didefenisikan sebagai penting untuk masalah.11
Berdasarkan rumusan di atas, penulis akan mengemukakan beberapa
teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir
dalam penelitian ini:
1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas Dye dalam Subarsono, adalah
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
policy is whatever governments choose to do or not to do). Sedangkan
menurut James E. Anderson dalam Subarsono. Kebijakan publik sebagai
kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.
Harrold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Subarsono, berpendapat
bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai dan praktika-
praktika sosial yang ada dalam masyarakat.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D”, (Bandung: Alfabeta, 2010). Hlm, 81. 11
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, cet. Ke 3, (Bandung: Refika Aditama, 2012),
hlm 91.
24
2. Implementasi Kebijakan Publik
Pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip
oleh Solichin Abdul Wahab “Konsep implementasi berasal dari Bahasa
Inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar Webster, to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical
effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.
Sedangkan Van Meter dan Van Horn mendefenisikan implementasi
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan.
Menurut Ripley dan Franklin menyatakan bahwa implementasi
adalah apa yang terjadi setelah undang-undang di tetapkan yang
memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu
jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasi mencakup
tindakan-tindakan oleh sebagai aktor, khususnya para birokrat yang
dimaksudkan untuk membuat program berjalan.12
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, “implementasi intinya adalah
kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy
12
Ripley Rendal B and Grace A. Franklin.Policy Implementation and Bureaucracy, second
edition, (the Dorsey Press. Chicago-Illionis, 1986), hlm 148.
25
output) yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran
(target group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan”.13
3. Model Implementasi Kebijakan Publik
a. Model Implementasi oleh George C. Edward III
Model implementasi kebijakan yang berspektif top down yang
dikembangkan oleh George C. Edward III menanamkan model
implementasi kebijakan publiknya dengan Direct and Indirect Impact
on Implementation. Dalam pendekatan teori ini terdapat empat variabel
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1. Komunikasi; 2. Sumber Daya; 3. Disposisi; dan 4. Struktur
Birokrasi.14
1. Komunikasi
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan menurut George C. Edward III (
dalam Agustino), adalah komunikasi. Komunikasi menurutnya
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi
apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan.15
13
Purwanto dan Sulistyastuti,AnalisisKebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm 21. 14
Edward III, George C. (edited) Publick Policy Implementing, (Jai Press Inc, London
England. Goggin, Malcolm L et al. 1990), hlm 149-154. 15
Ibid, hlm 142.
26
2. Sumber Daya
Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya
merupakan hal penting lainnya dalam mengimplementasikan
kebijakan, menurut George C. Edward III (dalam Agustino),16
Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen yaitu, staf,
informasi, wewenang dan fasilitas.
3. Disposisi
Variabel ketiga yang mempengaruhi implementasi
kebijakan adalah disposisi. Hal-hal penting yang perlu dicermati
pada variabel disposisi, menurut Goerge C. Edward III (dalam
Agustino) adalah pengangkatan birokrat dan intensif.
4. Struktur Birokrasi
Keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah
struktur birokrasi. Walaupun sumber daya untuk melaksanakan
suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui
apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk
melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut
tidak dapat dilaksanakan atau direalisasikan karena terdapatnya
kelemahan dalam struktur birokrasi.
16 Syaiful Sagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta,2009), hlm 49.
27
b. Model G. Shabbir Cheema dan Dennis A Rondinelli
Ada empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja
dan dampak suatu program yaitu: (1) Kondisi lingkungan; (2)
Hubungan antar organisasi; (3) Sumberdaya organisasi untuk
implementasi program; (4) Karakteristik dan kemampuan agen
pelaksana.
c. Implementasi Marilee S. Grindle
Menurut Grindle, keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh
dua variabel besar yakni isi kebijakan (content of policy) dan
lingkungan implementasi (context of implementation).
d. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Enam variabel menurut Van Metter dan Carl Van Horn yang
mempengaruhi kinerja kebijakan yaitu:17
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur
keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang
realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan.
2. Sumber Daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia.
17 Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Metter dan Carl Van Horn,
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 154.
28
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi
formal dan organisasi informal yang akan terlibat
pengimplementasian kebijakan (publik) akan sangat banyak
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta sesuai dengan para agen
pelaksananya.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan
sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja
implementasi kebijakan publik.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi
komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses
implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat
kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja
implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van
Metter Carl Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal
turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah
ditetapkan.
29
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap
penelitian Bayu Prtama Aji, dengan judul “Implementasi Perda No Tahun
2011 tentang Pertambangan Mineral bukan Logam dan Batuan di Kabupaten
Boyolali”. Di Universitas Negeri Yogyakarta 2017. Bayu Pratama Aji
memaparkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No
10 tahun 2011 telah berjalan dengan baik. Secara umum dengan adanya
kebijakan ini berhasil memberikan perubahan yang signifikan terhadap
kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Boyolali
khususnya di Desa Klakah. Pelakasanaan kebijakan pertambangan melibatkan
beberapa implementor kebijakan melalui dukungan komunikasi dan
koordinasi, berdasarkan kekuasaan, kepentingan, dan karakteristik yang
dimiliki, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dalam mewujudkan pertambangan yang berwawasan lingkungan
di Desa Klakah.18
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sulaemi dengan judul
“Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral” (Studi Desa
Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas 2014).
Di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang. Sulaemi memaparkan
bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepualauan
Anambas dalam menangani tambang pasir illegal pada desa Tarempa Selatan
18
Bayu Pratama Aji, Implementasi Perda No 10. Tahun 2011 tentang Pertambangan
Mineral bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Boyolali, Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta
Tahun 2011), https://eprints.uny.ac.id/53651/ diakses 20 Agustus 2019, pukul 20:25 WIB.
30
Kecamtan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014 belum berjalan
dengan baik, hal ini dikarenakan terjadi penambangan illegal yang dilakukan
masyarakat, karena masyarakat beralasan bahwa ini adalah mata
pencahariannya.19
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso, dengan judul
“Penegakan Hukum Terhadap Penambangan Emas Tanpa Izin Berdasarkan
Perda No. 3 Tahun 2012 di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat”.
Di Universitas Indonesia Yogyakarta Tahun 2018. Budi Santoso memaparkan
bahwa dalam penegakan hukum terhadap pelaku penambang emas tanpa izin
di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatra Barat yang tidak memiliki izin
secara resmi dari pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat sudah
mendapatkan perhatian dari aparat kepolisian, kemudian dilakukan
penindakan secara tegas dan dikenakan Pasal 158 Undang-Undang No 4
Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, polisisi juga melakukan penyitaan
alat berat yang ada dilapangan, alat berat yang disita dijadikan alat bukti
bahwa benar adanya penambangan emas tanpa izin. Proses penegakan hukum
terhadap pertambanga emas tanpa izin telah dilaksanakan sesuai Peraturan
Daerah/Undang-Undang Minerba yang berlaku, namun penegakan tersebut
belum maksimal karena sanksi pidana yang dijatuhkan kurang dari 2 (dua)
tahun dan denda kurang dari 10.000.000.00 sehingga belum memberikan efek
19
Sulaemi, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas No 11 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral, (Studi desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2014) Jurnal (Universitas Maritim Raja Ali Haji), diakses 20
Agustus 2019 pukul 20:08 WIB. https://jurnal.umrah.ac.id/?p=6504
31
jera terhadap pelaku kejahatan penambang emas tanpa izin di Kabupaten
Dharmasraya.20
Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Jika pada penelitian yang dilakukan oleh Bayu Prtama Aji,
dengan judul “Implementasi Perda No Tahun 2011 tentang Pertambangan
Mineral bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Boyolali”. Di Universitas
Negeri Yogyakarta 2017. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sulaemi
dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral” (Studi Desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas 2014). Di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung
Pinang. Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Budi Santoso membahas
tentang Penegakan Hukum Terhadap Pertambangan Emas Tanpa Izin di
Kabupaten Dharmasraya.
Sedangkan dalam penelitian yang peneliti lakukan tentang
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara
Terhadap PETI di Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah Timur Provinsi
Jambi.
20
Budi Santoso, Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat,
Skripsi (Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Tahun 2018), diakses 20 Agustus 2019, pukul
20:40 WIB.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10372/Budi%20Santoso.pdf?sequence=1
17
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang
mutlak harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya.21
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang
dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat
disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum
yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat.22
Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap
keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan
maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang
dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian
masalah.23
21
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). Hlm 18 22
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002),
hlm 15. 23
Ibid, hlm 16.
33
2. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah
mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial
yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata.24
Pendekatan
yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan
memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun
langsung ke lapangan.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis sumber
data yaitu data Primer dan data Sekunder:
1. Data Primer
Dalam penelitian ini digunakan data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari lapangan oleh yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan memerlukannya. Data primer ini disebut
juga sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.25
Data primer yang peneliti maksud adalah
informasi-informasi yang diperoleh secara langsung yang
dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada:
a. Kepala Seksi Pengembangan dan Pengawasan Dinas ESDM
Provinsi Jambi
24 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press
1986), hlm 51. 25
Djaman Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 42.
34
b. Kepala Desa Betung Bedarah Timur
c. Sekretaris Desa Betung Bedarah Timur
d. Kepala Dusun Betung Bedarah Timur
e. Masyarakat Desa Betung Bedarah Timur
Data primer ini digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10
Tahun 2009 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan mineral dan batu bara terhadap PETI di Sungai
Batanghari desa Betung Bedarah Timur Provinsi Jambi.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
pengumpulan atau pengelolaan data yang bersifat studi
dokumentasi atau data yang berbentuk sudah jadi.26
Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari sumber berupa literatur-
literatur berupa buku-buku, undang-undang, perda, skripsi, jurnal
dan data pendukung yang diperoleh penelitian dari sumber
informasi yang dikumpulkan selama proses penelitian.
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini
adalah dari subjek mana data diperoleh.27
Adapun yang menjadi
sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi
26
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif Dan Kualitatif,
(Jakarta: GP Press, 2008), hlm 253. 27
Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:PT Gramedia Indonesia,
2002), hlm 207.
35
Pengembangan dan Pengawasan Dinas ESDM Provinsi Jambi,
Kepala desa Betung Bedarah Timur, Sekretaris desa Betung
Bedarah Timur, Kepala Dusun Betung Bedarah Timur, dan
Masyarakat desa Betung Bedarah Timur. Sumber selanjutnya
dalam penelitian ini adalah sumber berupa tulisan, yaitu berupa
buku, jurnal, skripsi dan data-data lainnya.
4. Instrument Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan
berbagai teknik, namun dalam penelitian ini teknik yang digunakan
adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan
serangkaian perilaku dan sesuai yang berkenaan dengan organisme
yang sesuai dengan tujuan empiris.28
Observasi yang dilakukan dengan
menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk memudahkan
dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Panduan tersebut
dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada di lokasi
penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi partisipan, yang mana peneliti melibatkan diri
secara langsung dalam lingkungan penelitian mengenai aktivitas
pertambangan emas tanpa izin di Sungai Batanghari desa Betung
Bedarah Timur.
28
Ibid, Hlm 118
36
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara
langsung melalui permintaan keterangan kepada pihak pertama yang
dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap
pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode wawancara semi terstruktur agar lebih
leluasa dalam penelitian29
. Sebelum melakukan wawancara penulis
mempersiapkan pertanyaan dan alat seperti buku catatan dan
handphone. Adapun responden dalam penelitian ini yakni pihak
terkait, yaitu Kepala Seksi Pengembangan dan Pengawasan Dinas
ESDM Provinsi Jambi, Kepala Desa beserta Pegawai di Kantor Desa
Betung Bedarah Timur untuk mengetahui tentang gambaran umum
Desa Betung Bedarah Timur dan Pertambangan yang beroperasi di
Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah Timur, dan masyarakat Desa
Betung Bedarah Timur sebagai informan yang mengetahui secara riil
mengenai pertambangan emas tanpa izin di Sungai Batanghari Desa
Betung Bedarah Timur.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui metode dokumentasi diperlukan
seperangkat atau instrument yang memandu untuk pengambilan data
dan dokumen, guna untuk menyeleksi data yang dianggap diperlukan
dan tidak diperlukan, data dokumentasi dapat berupa foto kegiatan
29
Nasution, Metode Penelitian, cet. Ke-12 (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm 113.
37
pertambangan emas tanpa izin di Desa Betung Bedarah Timur, foto
struktur pemerintahan desa, data sejarah desa, dan lainnya dalam
kegiatan pengumpulan informasi atau data30
.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Jadi dalam analisis
data bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang diperoleh. Setelah
data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan data yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis akan mengelola dan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.31
6. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab, antara babnya ada
yang terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas
permasalahan-permasalahan tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara
sub bab dengan bab yang berikutnya. Adapun sistematikanya sebagai
30
Muhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, cet. Ke-1 (Jambi : Sulthan Thaha
Press, 2007), hlm 90. 31 Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Ed. Rev (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm 248.
38
berikut: Bab Pertama, membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari
sub bab sebagai berikut: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka.
Bab Kedua, metode penelitian yaitu waktu dan tempat penelitian,
pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisis data,
sistematika penulisan, dan jadwal penelitian. Bab Ketiga, membahas
mengenai gambaran lokasi penelitian Desa Betung Bedarah Timur. Bab
Keempat, membahas temuan dan pembahasan tentang implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara
terhadap PETI di Sungai Batanghari desa Betung Bedarah Timur. Bab
Kelima, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Betung Bedarah Timur
Menurut sejarah, konon Desa Betung Bedarah adalah sudah ada dari
zaman Hindu dan Budha, pada zaman itu belum mempunyai nama dari
tempat tinggal, hanya ada dua kelompok kumpulan manusia pada zaman itu
yang disebut dengan Penton, dua kumpulan manusia pada zaman itu ada dua
tempat yang berada di Ulu Desa Betung Bedarah Sekarang, dan berada di Ilir
Desa Betung Bedarah sekarang. Penton yang dari Ulu tersebut disebut
dengan Penton dari Intan Teluk Majo, dan Penton yang dari Ilir disebut
Penton dari Tambak Bato.32
Bukti dari tempat sekumpulan manusia itu terbukti dengan adanya
Pusara atau Makam lama yang dianggap pada masyarakat adalah kuburan
keramat, bahkan ada sebagian penduduk modern sekarang masih ada yang
mengatakan kuburan itu adalah Keramat. Pusara atau Makam yang ada di
Ulu Desa Betung Bedarah itu adalah Pusara atau Makam Putri Salero Pinang
Masak terkenal dengan nama Putri Mayang Mengurai karena rambutnya
mengurai melewati tumit kakinya, dan Mayang Mengurai karena kedatangan
Putri itu waktu tidak bernyawa lagi dari atas seperti Mayang Pinang sampai
tergeletak di bumi ternyata seorang Putri ini Permaisuri dari Datuk Paduko
Berhalo adalah Sultan Pertama di Negeri Jambi, dan Pusaran atau Makam
yang ada di Ilir Desa Betung Bedarah itu adalah Keramat Tambak Bato.
32
Profil Desa Betung Bedarah Timur tentang Sejarah Desa, 26 September 2019. Hlm 5
40
Sedangkan Kuburan atau Makam yang ada di tengah Desa Betung
Bedarah, yang terkenalnya Keramat Mesan Bungkuk, itu sudah di masa
Penjajahan Belanda, dibawah oleh Kapal Kompeni Belanda dari Daerah
Uluan, dan tidak tahu asalnya, waktu di dalam Kapal Kompeni Belanda itu
sudah di anggap oleh Belanda sudah meninggal, namun sewaktu Kapal
Kompeni sedang Berlabuh di Desa Betung Bedarah itu, Datuk Mesan
Bungkuk ini memegang pinggir Kapal Belanda, dan dimiringkannya, lalu
kapal miring, dan masuklah air ke dalam Kapal Kompeni Belanda ini, Para
Kompeni Belanda rebut, dan diperintahkan rakyat Betung Bedarah Kuburkan
Hidup-Hidup, hanya di bungkus dengan sehelai tikar yang terbuat dari daun
rumbai saja.
Masyarakat dari kedua Penton ini adalah berasal dari kerajaan
Melayu, kemudian dari beberapa puluh tahun dan ratusan tahun maka
kerajaan Islam masuk dan berkembang sehingga kedua kelompok atau penton
masyarakat ini sudah mulai merasa membutuhkan orang banyak untuk
melaksanakan solat Jum’at berjamaah, satu minggu kumpulan atau Penton
dari Ulu yang berkunjung ke Ilir, dan satu minggu yang akan datang
kumpulan masyarakat atau Penton dari Ilir yang berkunjung ke Ulu. Seperti
itu berlalu beberapa tahun lamanya.
Kemudian zaman berkembang dan pemikiran masyarakat semakin
maju, maka ada pemikiran dari masing-masing kumpulan atau Penton ini
mempunyai pemikiran untuk bersatu, namun hanya bersatu belum ada timbul
pemikiran untuk memberi nama tempat tinggal tersebut. Maka pada suatu
41
hari setelah selesai sembahyang Jum’at, kedua kumpulan masyarakat ini
bermusyawarah untuk bersatu tapi masih Pro dan Kontra ada yang setuju dan
ada yang tidak setuju, karena masih berebut siapa yang akan memimpin,
salah satu pemimpin dari kedua kumpulan ini tidak mau turun Tahta dalam
kepemimpinan, karena pada zaman itu kepemimpinan, Siapo Kuat Jadi Rajo
dan Siapo yang Lemah Jadi Hambo. Namun berulang kali dalam beberapa
tahun berlalu, akhirnya ada kesepakatan untuk bersatu dengan cara
menentukan tempat bersatu itu adalah Kumpulan atau Penton dari Ulu Penton
dari Intan Teluk Majo berburu dengan membawa anjing buruan kea rah Ilir,
seperti itu juga kumpulan atau Penton dari Tambak Bato berburu membawa
anjing buruan dari Ilir kea rah Ulu maka dimana bertemu kedua Penton atau
Kumpulan masyarakat ini, maka disanalah membuat tempat tinggal bersama-
sama atau bersatu dari kedua kumpulan atau Penton kedua masyarakat ini.33
Maka sepakatlah setelah ayam berkukuk pada subuh hari Jum’at
masing-masing Kumpulan atau Penton mulai melakukan berburu, setelah
beberapa hari perjalanan dalam berburu ini belum juga bertemu, terhitung
satu minggu tepat pada subuh Jum’at berikutnya di subuh hari pada saat
ayam bersautan berkukuk, terdengarlah dari kesayupan suara anjing dari
kumpulan Penton masyarakat Intan Teluk Majo dan anjing dari Kumpulan
Peton dari Tambak Bato sudah gonggong-menggonggongan dan salak
menyalak, kemudian masyarakat kedua Penton tadi menyusul arah dimana
dua suara anjing tersebut setelah di lihat kelompok atau Penton tadi kedua
33 Ibid, hlm 5
42
anjing dari Ulu dan anjing dari Ilir ini, menggonggong atau menyalak sebuah
periuk belanga yang sedang menggelegak seakan periuk atau belanga tersebut
sedang memasak nasi untuk kedatangan para pemburu itu.
Melihat kenyataan ini, para hulubalang dari kedua kumpulan manusia
ini atau kedua Penton ini melakukan pencak silat yang namanya Sinding
adalah pencak silat asli Rajo Jambi, yang satu Hulu Balang dari Intan Teluk
Majo, dan satu Hulu Balang dari Tambak Bato, dengan kata-kata Sikolah
Tempat Kito, Sikolah Tempat Kito dengan ucapan beberapa kali dan disertai
sorak-sorak riuh dan sukaria para masyarakat kedua kumpulan tadi.
Di dalam pencak silat dan riuh sorak-sorak, tidak disadari dan semua
terdiam dan hening dalam kesunyian satupun tidak ada yang bicara karena
dilihat Periuk atau belanga yang sedang menggelegak tadi sudah menghilang.
Hari pun semakin sore dan masyarakat kedua Penton ini pun sepakat
membuat tempat, inilah sebagai tempat tinggal untuk bersatu, namun juga
belum mau bersatu yang dari Ulu masih membuat tempat tidur sebelah Ulu
dan yang dari Ilir masih membuat tempat tinggal disebelah Ilir. Itulah yang
masih ada pada masyarakat kita sekarang tidak mau bersatu yang dari Ulu
dan yang dari Ilir.
Begitulah berjalan entah beberapa lamanya kadang kala terjadi
perselisihan masalah bahasa yangberbeda, yang sekarang kita dengar dalam
masyarakat Ulu dan Ilir Nada dan Intonasi Bahasa masih terdengar berbeda
sampai sekarang, tinggal sudah bersatu namun pemimpin masih lain-lain
karena salah satu tidak mau turun tahta dalam kepemimpinannya.
43
Maka pada suatu ketika, ada dari salah satu kedua masyarakat
berpendapat kita harus saru pemimpin dengan cara dipilih, bagaimana
caranya, caranya dari pemimpin kita masing-masing membuat tabung dari
Buluh (Bambuh), kemudian Bambuh ini kita kita drikan bersampingan, maka
seluruh masyarakat kita masing-masing melemparkan tujuh butir buah
Gagamat sesuai dengan jumlah hari. Dengan cara mata ditutup dengan kulit
kayu terap, dan nanti tabung siapa berisi banyak itulah yang menjadi
pemimpin. Maka dari pendapat ini ada yang setuju dan ada yang tidak, ada
juga berpendapat harus disuruh bertarung siapa yang menang itulah yang
memimpin, macam-macam pendapat. Kemudian ada yang berpendapat biar
adil kita cari pemimpin dari daerah lain untuk memimpin kita, maka
bersuaralah kedua Pemimpin dari Intan Teluk Majo dan Pemimpin dari
Tambak Bato ini berkata serentak “kami bersedio dipilih, dan kami
sumpahkan kalau nang mimpin kito urang lain, kalau kito dipimpin urang
lain, mako celakolah kito. Kareno kito dak ndak jalan kito ditempuh urang
sekali lalu, padi kito digantangi urang sakatiko” disinilah timbulnya sampai
sekarang masih ada orang tua yang memegang Pituah bahwa yang menjadi
pemimpin dalam Desa ini harus orang asli dari Desa Betung Bedarah (Putra
Daerah).34
Maka dengan persetujuan dan pemilihan pemimpin terus telaksana
dengan acara pemilihan tadi, dan pada suatu hari pemilihan berlangsung dan
dengan waktu beberapa jam penghitungan isi tabung mulai di hitung oleh
34 Ibid, hlm 6
44
para hulu baling dan para debelang yang memegang peranan waktu itu,
ternyata hasil dari isi tabung tadi sama banyak, maka riuh lagi suasana, ada
yang berpendapat harus ulang, dan ada yang berpendapat harus ulang, dan
ada yang berpendapat kalau di ulang hasilnya akan tetap sama. Maka keluar
pendapat memang sudah tepat hasil samadam kita bentuk pemimpin itu
kedudukannya sama tetapi bidangnya lain-lain, satu bidang Syarak dan satu
bidang Adat, dan ketingkatan tahtanya sama saja, tetapi kewenangannya lain-
lain. karena zaman itu belu ada yang namanya Kepemerintahan ini, maka
disinilah timbulnya Adat Bersendi Syarak Syarak Bersendi Kitabullah di
Desa Betung Bedarah ini. Zaman berkembang dan Dunia semakin maju terus
menerus yang bagian adat mengembangkan hukum adat yang mana Undang
Adat Nang Duo Puluh menjadi dua bagian.
1. Pucuk Undang Nang Delapan
2. Anak Undang Nang Dua Belas
Mengenai Hukum Adat, demikian juga Syarak terus berkembang
yang mana Syarak berkato adat nang memakai yang kito Eco pakai Titian
teras tango batu. Tian teras merupakan Perturan adat yang tersirat dan tango
batu adalah Kitabullah yang ditinggalkan Al-Qur’an dan Hadist.
Kemudian timbulah pemikiran maju untuk membuat nama tempat
tinggal, maka diperintahkan para hulubalang dan debalang-debalang Raja,
mencari sesuatau yang ajaib di sungai dan di darat, sebagian bertebar di darat
di hutan-hutan, sebagian bertebar di sungai Batanghari, maka yang dahulu
menemukan keajaiban adalah Hulubalang dan Debalang yang di sungai
45
Batanghari menemukan masyarakat berperahu menemukan Buluh Betung(
Bambu Betung) di kapak mengeluarkan darah.
Maka para Hulubalang dan Debalang menghadap Penguasa pada
zaman itu, kami yang diperintahkan di sungai bertemu dengan penduduk
yang berperahu di Sungai Batanghari menemukan Buluh (Bambu) yang
mengeluarkan darah. Maka para penguasa berkumpul untuk menyepakati
nama tempat kita ini adalah Betung Bedarah, dan kepada para Hulubalang
dan para Debalang diberi penghargaan dari penguasa pada zaman itu.
Masa terus berlalu sehingga memasuki lebih kurang awal Abad ke IV
Masehi, sampai dengan kedatangan Bangsa Barat masuk ke Tanah Air secara
berturut-turut. Masa kekuasaan Kerajaan Melayu, Kerajaan Sriwijaya,
Kerajaan Singosari, Kerajaan Damayasraya, sampai dengan Era Pra
Kemerdekaan. Sekitar pada Tahun 1460-1907 Jambi berbentuk Kerajaan
Islam, yang disebut Kerajaan Melayu II, sebagai Sultan Pertama di Jambi
adalah Datuk Paduko Berhala dengan Permaisurinya Putri Salero Pinang
Masak salah seorang Putranya adalah Rangkayo Hitam yang dikenal dengan
senjata utamanya Keris Siginjai yang menjadi pegangan kekuasaan Kerajaan
Melayu Jambi. Namun dalam perlawanan Kompeni sampai puncaknya pada
Tahun 1856-1904 dalam suatu pertempuran di Betung Bedarah tepatnya pada
waktu itu yang sekarang disebut daerah Lebung Rajo Sungai Besar
(sekarang) tidak ada lagi bekas sejarahnya, karena sudah menjadi daerah
perkebunan Sawit Perusahaan Mitra Masyarakat.
46
Singkat cerita pada kekuasaan Raja Jambi Sultan Thaha gugur di
medan perang. Keris Siginjai lambang kekuasaan Kerajaan Melayu Jambi di
bawah oleh Belanda, maka Jambi langsung di kuasai oleh Belanda, tapi
menurut keterangan Hakim di Betung Bedarah, pada zaman itu Sultan Thaha
tidak meninggal, yang meninggal itu adalah Demang Buncit salah seorang
Debalang Sultan Thaha pada zaman itu, karena Hakim zaman itu adalah
tempat Sultan Thaha mencukur rambut apabila Sultan Thaha mau mencukur
rambutnya, setelah Sultan Thaha ceritanya sudah gugur, tapi seminggu
berikutnya masih ada Sultan Thaha bercukur pada Hakim di Betung Bedarah,
karena Hakim pada zaman itu berkata apa adanya, di tanya Belanda, Hakim
menjawab dengan jujur, Sultan Thaha masih hidup, maka pada hari Jum’at
Hakim Betung Bedarah di bawah Belanda masuk kapal ke arah Muaro Tebo,
sampai sekarang tidak tau kemana hilangnya Hakim Betung Bedarah di
bawah Belanda.35
Selanjutnya sekitar pada Tahun 1905 Jambi menjadi Keresidenan
adalah beberapa wilayah Kepemerintahan, menjadi Onder Afdeling yang
dikepalai oleh Controleur, antara lain Kerinci, Sumatera Barat, Jambi sebagai
Keresidenan langsung di bawah pemerintah pusat, maka kepemerintahan
merebak sampai ke Betung Bedarah. Mendengar itu, para penguasa pada
zaman itu berubah menjadi kepemimpinan di Betung Bedarah menjadi
Pasirah yaitu Pasirah pada zaman itu Pasirah Barugo sekitar Tahun1932,
kemudian beralih nama menjadi Kepala Kampung dan Lurah salah satu
35
Ibid, hlm 7
47
Lurahnya adalah Lurah Abdullah yang dikenal dengan Lurah Doret, sekitar
pada Tahun 1932-1943. Seterusnya Lurah beralih pada H. Karim sekitar pada
Tahun 1943-1952, kamudian kembali lagi Lurah Abdullah atau Lurah Dolet
sekitar Tahun 1952-1964 kemudian beberapa Tahun kembali pada H. Karim
sekitar pada Tahun 1964-1968, dan kemudian kembali lagi dipilih H. Karim
sekitar Tahun 1968-1972, setelah itu dipilih Lurah Muhammad Kamad yang
dikenal dengan Lurah Mat Lencong sekitar Tahun 1972-1981 berhenti karena
meninggal dunia, dan sebagai pejabat sementara adalah Mangku Nawawi
selama satu Tahun yaitu Tahun 1982, setelah jabatan sementara dan terpilih
lagi M. Maki hanya berjalan selama enam bulan, kemudian berpindah
kembali kepada Lurah M. Bakri atau dikenal dengan Lurah Kret adalah
menantu dari Lurah Muhammad Kamad tadi pada Tahun 1982-1990.
Pada Tahun 1990-an inilah Betung Bedarah menjadi Pemekaran dan
Betung Bedarah menjadi dua, Betung Bedarah Timur dan Betung Bedarah
Barat, pemilihan terus berganti dan menjabat lagi Lurah berganti nama
menjadi Kepala Desa adalah Rasyidin yaitu sekitar Tahun 1990-2000.
Kepemimpinan dipilih kembali dipilih dan kepemimpinan beralih kepada M.
Rusli. Bin H. Kapi pada Tahun 2000-2006 periode pertama dengan
perkembangan kepemerintahan, maka M. Rusli. HK mengangkat
bawahannya sebagai Sekretaris Desa pada tangga Oktober 2003 Ning Ilham
Bin Syamsu, maka roda pemerintahan Desa dijalankan dengan bawahannya
sebagai Sekretaris Desa, Periode Pertama habis dan Periode ke II masih
48
terpilih M. Rusli. HK dan sebagai Sekretaris Desa masih dijabat oleh Ning
Ilham Bin Syamsu.
Pada sekitar Tahun 2005 terdengar di kepemerintah Pusat Jakarta,
bahwa Sekretaris Desa akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, maka
waktu terus berlalu, Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak,
maka Sekretaris Desa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Tahun
2009 yang dilantik langsung oleh Bupati Tebo H. Madjid Mu’as MM, sejarah
mengukir Ning Ilham Bin Syamsu adalah Sekretaris Desa yang pertama
menjadi Pegawai Negeri Sipil di Desa Betung Bedarah Timur.
Derap Kepemimpinan terus berjalan, Kepemimpinan Kepala Desa M.
Rusli. HK periode ke II Tahun 2007-2012 yang dalam halang rintang susah
dan senang, untuk membangun Desa Betung Bedarah Timur yang didampingi
bawahannya selaku Sekretaris Desa dan Perangkatnya, atas jasa-jasa yang
sudah diberikannya Semoga Allah SWT memberikan balasan sesuai dengan
apa yang sudah diperbuat dan disumbangkannya.36
Kemudian Kepemimpinan Kepala Desa Betung Bedarah Timur
dipilih kembali pada Tahun 2013 dan terpilihlah Jamhuri sebagai Kepala
Desa Betung Bedarah Timur Tahun 2013-2019.
Kepemimpinan dalam Desa Betung Bedarah Timur
1. Pesirah Barugo sekitar Tahun 1932
2. Lurah Abdullah ( Dolet ) Tahun 1932-1952
3. Lurah H. Karim Tahun 1943-1952
36
Ibid, hlm 8
49
4. Lurah Abdullah Tahun 1964-1968
5. Lurah H. Kapi Tahun 1968-1972
6. Lurah Muhammda Kamad Tahun 1972-1982
7. Lurah PJS Nawawi Tahun 1982-1983
8. Lurah M. Maki Tahun 1982
9. Lurah M. Bakri Tahun 1982-1990
10. Kepala Desa Rasyidin Tahun 1990-2000
11. Kepala Desa M. Rusli. HK 2000 -2012
12. Kepala Desa Jamhuri Tahun 2013-2019
B. Visi dan Misi Desa Beyung Bedarah Timur
1. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa.
Penyusunan Visi Desa Betung Bedarah Timur ini dilakukan dengan
pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di
Desa Betung Bedarah Timur seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat Desa, dan Masyarakat
Desa pada umumnya. Dan konsultasi dengan pihak terkait seperti
Kecamatan dan Kabupaten. Visi Desa Betung Bedarah Timur adalah :
“Membangun tata kelola pemerintahan desa yang baik, guna menuju
kehidupan masyarakat yang makmur, sejahtera, sehat dan bermartabat”.37
37
Dokumentasi Kantor Desa Betung Bedarah Timur Tentang Visi dan Misi Desa Betung
Bedarah Timur, 26 September 2019.
50
2. Misi
Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan Misi-Misi yang
memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar
tercapainya Visi Desa tersebut. Visi berada di atas Misi. Pernyataan Visi
kemudian dijabarkan ke dalam Misi untuk memudahkan didalam
pelaksanaan program. Sebagaimana penyususnan Visi, Misi pun dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan
potensi serta kebutuhan masyarakat Desa Betung Bedarah Timur,
sehingga di dalam menunjang dan mendukung terwujudnya Visi di atas,
diperlukan Misi yang jelas dan konkrit maka Misi Desa Betung Bedarah
Timur adalah:
a. Mensukseskan Program Desa Siaga Aktif.
b. AKABNO (Angka Kematian Anak Bayi Belita Nol )
c. BABSNO ( Buang Air Besar Sembarangan Nol )
d. BASSNO ( Buang Sampah Sembarangan Nol )
e. Menata Wilayah Desa, menjadi Desa yang bersih, indah dan
aman.
f. Mempertahankan dan melestarikan nilai budaya lokal dan adat
istiadat setempat.
g. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga
kamtibmas.
h. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana di Desa.
i. Meningkatkan SDM melalui pendidikan.
51
j. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui sarana dan
prasarana penunjang ekonomi.
k. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan kesehatan dan posyandu.
Dari misi ini pencapaiannya adalah :
1. AKABNO (Angka Kematian Anak Bayi Belita Nol ) 90%
2. BABSNO ( Buang Air Besar Sembarangan Nol ) 30%
3. BASSNO ( Buang Sampah Sembarangan Nol ) 40%
1. Strategi dan Arah Kebijakan Desa
a. Strategi Pencapaian
Berdasarkan gambaran kondisi umum potensi dan hambatan
yang ada di Desa Betung Bedarah Timur serta memperhatikan Visi dan
Misi Desa Betung Bedarah Timur maka diperlukan strategi
pencapaian, diantaranya sebagai berikut :38
1. Mengaplikasikan kebijakan pembangunan berkelanjutan.
2. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana yang
menunjang ekonomi masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan.
4. Meningkatkan serta mengupayakan kebangkitan ekonomi,
sehingga akan berpengaruh langsung terhadap daya beli
masyarakat.
5. Memelihara dan mempertahankan adat sosial budaya yang ada.
38
Profil Data Desa Betung Bedarah Timur. Hlm 9
52
6. Meningkatkan serta mewujudkan keamanan dan ketertiban.
Strategi pencapaian sasaran sebagaimana dikemukakan diatas
memerlukan keterlibatan pemangku jabatan (Stakeholders), konsistensi
pelaksanaan, evaluasi dan dukungan segenap sumber daya untuk
mewujudkan pencapaian Visi dan Misi tersebut.
b. Arah Kebijakan Desa
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang
peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Desa Pasal 90 disebutkan, bahwa :
1. Penyelenggaraan kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal bersekala Desa di danai oleh APD Desa.
2. Penyelenggara kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana di
maksud pada ayat (1) selain di danai oleh APD Desa, juga dapat di
danai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Penyelengaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh
Pemerintah di danai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Keuangan desa merupakan semua hak dan kewajiban desa
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Desa yang dapat di nilai
dengan uang. Dan keuangan Desa merupakan bagian dari proses
Musrenbangdes. Kebijakan Pemerintah Desa Betung Bedarah Timur
dilakukan dengan mempertimbangkan keuangan desa yang ada. Untuk
53
itu harapan dari Pemerintah Desa Betung Bedarah Timur masalah
dana-dana bantuan dari pemerintah Kabupaten Tebo maupun
pemerintah Provinsi dan Pusat terus diperbesar untuk menyelesaikan
beberapa kegiatan pembangunan yang ada di Desa Betung Bedarah
Timur baik fisik maupun non fisik. Semua kegiatan pembangunan desa
harus sepenuhnya di dukung oleh masyarakat sesuai dengan
kemampuan masyarakat itu sendiri.
C. Letak Geografis
Desa Betung Bedarah Timur merupakan sebuah desa yang terletak
dalam (daerah) Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi,
Indonesia. Jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten 56 Km. Adapun luas
wilayah Desa Betung Bedarah Timur ±17,000. Ha, Desa Betung Bedarah
Timur berbatasan langsung dengan :39
Sebelah Utara berbatasan dengan : Rantau Api
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Teluk Rendah
Sebelah Barat berbatasan dengan : BetungBedarah Barat/Desa Pintas
Sebelah Timur berbatasan dengan : Sungai Aro
Tabel 1
Kondisi Geografis Desa Betung Bedarah Timur
No Keterangan Luas
1 Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut ± 360 M
2 Banyaknya Curah Hujan ...............
3 Topografi (Daratan, Rendah, Tinggi, 14.333 Km
39
Profil Data Desa Betung Bedarah Timur tentang letak Geografis desa
54
Pantai)
4 Suhu Udara Rata - Rata .....................
Tabel 2
Orbitrasi Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa Betung Bedarah
Timur
No Keterangan Jarak
1 Jarak dari Ibu Kota Kecamatan 10 Km
2 Jarak dari Ibu KotaKabupaten 56 Km
3 Jarak dari Ibu Kota Provinsi 156 Km
4 Jarak dari Ibu Kota Negara 1,140 Km
D. Demografi Desa Betung Bedarah Timur40
Tabel 3
Luas Lahan Desa Betung Bedarah Timur
No Keterangan Luas
1 Luas Wilayah ±17,000. Ha
2 Luas Persawahan ±590. Ha
3 Luas Perkebunan Rakyat 13,674,905 Ha
4 Luas Tanah Wakaf 0,75 Ha
5 Luas Pasar Desa 1,25 Ha
6 Luas Pertkoan 1,25 Ha
7 Luas Perkantoran 0,12,5 Ha
8 Luas Perkebunan Swasta 755,25 Ha
9 Luas Perkarangan 89,10 Ha
10 Luas Perladangan 360 Ha
40 Dokumentasi Data Desa Betung Bedarah Timur, 26 September 2019.
55
1. Kependudukan
Tabel 4
Jumlah Penduduk Desa Betung Bedarah Timur Tahun 201941
No Keterangan Jumlah
1 Penduduk Laki - Laki 1.593 Jiwa
2 Penduduk Perempuan 1.733 Jiwa
3 Rt 19
4 KK 945 KK
2. Sarana dan Prasarana
Tabel 5
Sarana Pendidikan di Desa Betung Bedarah Timur
No Keterangan Jumlah
1 Gedung SD 2 ( Dua ) Unit
2 Gedung Paud 1 ( Satu ) Unit
3 Gedung Madrasah Ibtidaiyah 1 ( Satu ) Unit
Tabel 6
Sarana Ibadah Desa Betung Bedarah Timur
No Keterangan Jumlah
1 Masjid 1 ( Satu ) Unit
2 Musolla 8 ( Delapan ) Unit
41 Dokumentasi Data Desa Betung Bedarah Timur, 26 September 2019.
56
Tabel 7
Sarana Olaraga Desa Betung Bedarah Timur
No Keterangan Jumlah
1 Sepak Bola 3 Perkumpulan
2 Polly Ball 1 Perkumpulan
3 Bulu Tangkis 2 Perkumpulan
4 Tenis Meja 4 Perkumpulan
Tabel 8
Usaha Tambang Emas Tanpa Izin
No Keterangan Jumlah
1 Dompeng 25 ( Unit )
2 Dulang 8 ( Orang )
57
Tabel 942
Daftar Nama Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Betung Bedarah
Timur Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo
No
Nama
Bin
Rt
Jumlah
Satuan
Keterangan
1 Hamdi Hasan Rt. 10 3 Unit
2 Ishak Rahali Rt. 10 1 Unit
3 Rozi. S Awi Rt. 13 1 Unit
4 Nudin Mualap Rt. 10 1 Unit
5 Holil Jakrip Rt. 13 1 Unit
6 Hozim Jakrip Rt. 01 1 Unit
7 Bastar Basar Rt. 09 1 Unit
8 Bahtiar Rahali Rt. 10 2 Unit
9 Bujang 1 Unit
10 Ar Ali Rt. 10 2 Unit
11 Ali Muhammad Rt. 01 1 Unit
12 Rapiqi Baharun Rt. 08 1 Unit
13 Sarbaini A.Panji Rt. 01 1 Unit
14 Jailani R. 06 1 Unit
15 Suban Sapi’i Rt. 17 1 Unit
16 Suardi Syukur Rt. 01 1 Unit
17 Abdullah Ibrahim Rt 06 1 Unit
18 Junis Syukur Rt. 01 1 Unit
19 Amri Ismail Rt. 01 1 Unit
20 Kamal Karim Rt. 04 1 Unit
21 Maspen Maki Rt. 06 1 Unit
Jumlah 25 Unit
42
Dokumentasi Kantor Desa Betung Bedarah Timur, 26 September 2019.
58
Gambar 143
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA BETUNG BEDARAH TIMUR
43
Dokumentasi Struktur Pemerintahan Desa Betung Bedarah Timur, 26 September 2019.
KEPALA DESA
JAMHURI
SEKRETARIS DESA
NING ILHAM
KEPALA
URUSAN
KEUANGAN
KEPALA URUSAN
UMUM DAN TATA
USAHA
tatTPERENCANAAN
KEPALA SEKSI
KESEJAHTERAAN
DAN PELAYANAN
KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN
EDI. H ABDUL GAFUR SUTIA RIANI AMIR RAHMAN
KADUS-KADUS
RONI
KADUS BETUNG TENGAH
HAMDI
KADUS BETUNG ILIR
MASPEN
KADUS BETUNG ULU
RT 12 s/d 16 & 19 RT 07 s/d 11 & 17.18 RT 01 s/d 06
59
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Usaha Pertambangan Emas Tanpa Izin di Sungai
Batanghari Desa Betung Bedarah Timur
Pengelolaan pertambangan emas tanpa izin di sungai Batanghari,
adalah pengeloaan pertambangan dengan cara mendulang dan menggunakan
mesin dompeng, merkuri digunakan untuk memisahkan emas dengan pasir
hitam, dengan cara campurkan pasir hitam dan emas kemudian dituangkan air
sedikit dan merkuri kemudian di aduk-aduk, lalu secara otomatis emas akan
berpisah dengan pasir. Setelah itu emasnya diambil, pasir hitam dibuang,
sedangkan air merkuri dibuang langsung ke Sungai Batanghari di Desa
Betung Bedarah Timur.
Dulu sebelum masyarakat mengenal mesin dompeng, mereka
melakukan pertambangan dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan
dulang. Seperti wawancara penulis dengan Kepala Desa Betung Bedarah
Timur sebagai berikut :44
“Pertambangan di Desa Betung Bedarah Timur sudah ada sejak lama.
Tapi orang-orang dahulu belum ada menggunakan mesin seperti
sekarang, mereka hanya menggunakan dulang, lahan yang
ditambangpun hanya terbatas pada Sungai Batanghari saja. Hasil yang
diperoleh dengan menggunakan dulang ini tidak seberapa.
Pertambangan Emas Tanpa Izin diawali oleh keberadaan para
penambang tradisional, pada Tahun 2000 para penambang emas
menambang dengan cara mendulang. Kemudian pada Tahun 2004,
terjadi aktivitas penambangan yang mulai dilakukan lebih terbuka dan
menggunakan mesin-mesin, sebelumnya masyarakat juga sudah
menambang emas hanya saja dilakukan dengan cara tradisional, yaitu
44 Wawancara dengan Bapak Jamhuri Selaku Kepala Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 26 Agustus 2019.
60
44
dengan mendulang. Cara inilah yang kemudian diperbaharui secara
teknis menggunakan mesin dompeng yang menyedot pasir
mengandung emas kemudian disaring dan dipisahkan emasnya
menggunakan air raksa. Selain aktivitas pertambangan yang tidak
dilengkapi dengan izin, juga aktivitas penambang emas tersebut
merusak alam dan ekosistem serta menyengsarakan kehidupan warga
yang tinggal di sepanjang aliran sungai, seperti di saat musim
kemarau, sumur warga kering dan air sungai yang seharusnya dapat
dimanfaatkan, sudah tercemar akibat limbah Pertambangan Emas
Tanpa Izin (PETI)”.
Dari wawancara diatas, dapat dipahami bahwa kegiatan pertambangan
emas yang terjadi di Desa Betung Bedarah Timur sudah berlangsung sejak
beberapa tahun lalu. Masyarakat cukup banyak melakukan kegiatan
pertambangan emas disekitar lokasi tersebut, hanya saja sistem kerja yang
dilakukan masyarakat saat itu masih tradisional, orang-orang terdahulu tidak
menggunakan alat berat yang berpotensi merusak lingkungan, mereka
menggunakan alat yang biasanya disebut dulang.
Dulang merupakan alat kecil yang terbuat dari kayu berbentuk
bundar, cara penggunaannya sangat sederhana, cukup dengan mendulang
atau mengerai kumpulan pasir dan untuk menemukan biji-biji emas. Lokasi
yang dijadikan tempat mendulang emas saat itu hanya terbatas pada wilayah
bagian Sungai Batanghari.
Dulang yang digunakan masyarakat saat itu tidak terlalu berpengaruh
dalam memberikan hasil pertambangan, karena dulang hanya alat tradisional
yang dalam sistem kerjanya hanya menggunakan dan bertumpu pada tenaga
tangan manusia tanpa ada bantuan mesin, oleh karena itu keuntungan yang
61
44
diperoleh tidaklah seberapa, masyarakat yang bekerja mendulang emas saat
itu hanya bekerja untuk diri mereka pribadi.
Sebelum terjadinya pertambangan emas tanpa izin secara besar-
besaran, mayoritas pekerjaan masyarakat Desa Betung Bedarah Timur adalah
petani karet, memang hasil kebun karet tidak lantas meningkatkan
perekonomian mereka secara langsung, namun penghasilan tersebut tetap
cukup untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan mereka.
Ketika harga karet anjlok pada tahun 2012 lalu masyarakat mulai marak
melakukan pertambangan illegal.
Dalam waktu singkat, pertambangan itu berhasil meningkatkan
perekonomian dan taraf kehidupan masyarakat di daerah tersebut, dan
bersamaan dengan itu ada banyak hal penting yang diabaikan oleh
masyarakat di antaranya bahwa pertambangan emas tanpa izin yang mereka
lakukan juga dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan
generasi kehidupan selanjutnya.
“Berdasarkan wawancara peneliti, Kepala Desa Betung Bedarah
Timur mengatakan bahwa pekerjaan pertambangan di wilayah Desa
Betung Bedarah Timur pada saat itu bukanlah merupakan pekerjaan
prioritas, tidak terlalu banyak masyarakat yang bekerja di
pertambangan, karena hasil yang diperoleh sangatlah kecil tidak
sesuai dengan kerjanya yang banyak menguras tenaga, masyarakat
lebih banyak mengurus dan mengelola lahan kebun dan persawahan
sendiri”.45
45
Wawancara dengan Bapak Jamhuri Selaku Kepala Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 26 Agustus 2019.
62
44
Seiring perkembangan zaman, banyak teknologi dan mesin canggih
yang sudah semakin berkembang, bagitu pula dengan mesin untuk
pertambangan, salah satu nama mesin terbaru tersebut adalah dompeng.
Berikut penjelasan tentang awal berkembangnya tambang dompeng di
Desa Betung Bedarah Timur yang peneliti peroleh dari wawancara dengan
Sekretaris Desa, mengatakan :
“Mesin dompeng masuk ke Desa Betung Bedarah Timur mulai dari
tahun 2004, awalnya hanya ada beberapa unit saja, lama kelamaan
jumlah mesin yang datang kesini semakin bertambah, lahan yang
digalih juga masih disekitaran Sungai Batanghari belum masuk
kelahan pertanian, waktu itu harga karet masih mahal jadi masyarakat
lebih memilih mengolah lahan mereka dan belum ada keinginan untuk
membuka pertambangan dilahan tersebut”.46
Kemudian penulis memperoleh keterangan tambahan dari Kadus Desa
Betung Bedarah Timur, dia mengatakan :
Pekerjaan mencari emas memang sudah lama ada di Desa Betung
Bedarah Timur ini, bahkan sudah beberapa tahun yang lalu, tapi
bekerja dengan menggunakan mesin dompeng baru ada sejak tahun
2004. Meskipun sudah ada mesin dompeng tapi mayoritas masyarakat
belum tertarik dengan pekerjaan tambang tersebut, karena waktu itu
harga karet masih menjamin kebutuhan hidup.47
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa mesin dompeng dapat
bekerja dengan cepat dari pada dulang, sehingga hasil yang diperolehpun
lebih besar dari pada hasil dulang, pada tahun 2004 mesin mulai masuk ke
Desa Betung Bedarah Timur, dan sebagian masyarakat Desa Betung Bedarah
46 Wawancara dengan Bapak Ning Ilham Sekretaris Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 30 Agustus 2019 47
Wawancara dengan Bapak Hamdi Kadus Desa Betung Ilir pada tanggal 09 September
2019
63
44
Timur mulai menggunakan mesin ini untuk mendompeng emas di aliran
Sungai Batanghari.
Seperti halnya wilayah pertambangan dulang yang terbatas pada
Sungai Batanghari, pertambangan dompeng juga hanya mendompeng
wilayah Sungai Batanghari saja, masyarakat tidak terlalu tertarik memberikan
lahan milik pribadi mereka untuk dijadikan area pertambangan, sepertinya
masyarakat menyadari bahwa mesin dompeng berpotensi merusak lahan,
sedangkan hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan kerusakan yang akan
ditimbulkan. Hasil persawahan dan kebun karet saat itu masih menjamin
kebutuhan ekonomi sehingga masyarakat enggan membuka lahan untuk
pertambangan.
Hingga pada tahun 2012, ketika harga karet mulai jatuh di pasaran
internasional, masyarakat Desa Betung Bedarah Timur mulai banyak
mengikuti kegiatan pertambangan emas tanpa izin di aliran Sungai
Batanghari tersebut.
Seperti keterangan yang diperoleh penulis dari wawancara dengan
salah satu mahasiswa asal Desa Betung Bedarah Timur, sebagai berikut :
Semenjak harga karet turun drastis, masyarakat di Desa Betung
Bedarah Timur Kecamatan Tebo Ilir yang umumnya berprofesi
sebagai petani karet seperti kehilangan pekerjaan tetap, untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari banyak diantara mereka yang
mencoba usaha sampingan seperti mengolah pinang dan memafaatkan
pasir sungai untuk dijual, dan tidak sedikit juga masyarakat yang
tetap mengelolah karet meskipun harganya sangat rendah. Selanjutnya
64
44
banyak masyarakat yang mulai ikut menambang di Sungai
Batanghari.48
Keterangan serupa penulis peroleh dari tokoh pemuda Desa Betung
Bedarah Timur :
“Dulu mayoritas masyarakat Desa Betung Bedarah Timur ini
pekerjaannya adalah petani, meskipun pertambangan semakin
berkembang dengan masuknya mesin canggih namun mereka tetap
konsisten mengolah dan bekerja di lahan mereka sendiri. Ketika harga
karet turun, masyarakat mulai merasa kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Oleh karena itu mereka mulai mencoba ikut
menambang emas yang masih berlokasi di Sungai Batanghari”.49
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa masyarakat Desa
Betung Bedarah Timur yang umumnya berprofesi sebagai petani karet mulai
merasakan desakan ekonomi, mereka membutuhkan pekerjaan yang lebih
menjamin hidup dan ekonomi mereka, mereka mencoba pekerjaan lain
seperti menggeruk pasir dan mengelola biji pinang, namun hasil yang
diperoleh sepertinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mulai saat itu juga warga Desa Betung Bedarah Timur semakin banyak
mengikuti kegiatan pertambangan emas yang masih berlokasi di sekitar
pinggiran Sungai Batanghari.
Rendahnya kesadaran dari sebagian masyarakat penambang emas
tanpaa izin di Desa Betung Bedarah Timur tentang pentingnya penambangan
yang berwawasan lingkungan. Menumbuhkan kesadaran masyarakat agar
48 Wawancara dengan Siti Khadijah, mahasiswa asal Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 14 September 2019. 49 Wawancara dengan Andriyadi, Tokoh Pemuda di Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 15 September 2019.
65
44
turut aktif dalam upaya pengawasan kegiatan tambang yang ada di Desa
Betung Bedarah Timur.
Sumber daya yang ada di daerah merupakan bagian dari sistem
penyangga kehidupan masyarakat, seterusnya masyarakat merupakan sumber
daya pembangunan bagi daerah. kesejahteraaan masyarakat merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kelestarian sumber
daya yang ada di daerah. selain itu cagar alam baik yang menyangkut flora
dan fauna harus tetap dilindungi kelestariannya, agar anak cucu kita dapat
menikmati dan melihat segala keindahan alam semesta atas karunia Tuhan
Yang Maha Esa.
B. Kendala yang Dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo dalam
Menanggulangi Penambang Emas Tanpa Izin di Desa Betung Bedarah
Timur
Kendala yang dihadapi Pemerintah dalam menanggulangi
pertambangan emas tanpa izin adalah lemahya kesadaran masyarakat dan
masih adanya perlawanan dari masyarakat terhadap PETI karena masalah
ekonomi, Polres dan Pemerintah di Kecamatan Tebo Ilir telah melakukan
berbagai upaya dan tindakkan terkait PETI, yaitu dengan cara pencegahan,
razia, dan penertiban PETI. Namun, setelah beberapa hari razia masyarakat
mulai melakukan aktivitas menambang emas tanpa izin di Sungai Batanghari
Desa Betung Bedarah Timur karena tuntutan ekonomi dan karena belum ada
alternatif solusi bagi mereka, agar aktivitas PETI ini dapat berhenti secara
total.
66
44
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Seksi
Pengembangan dan Pengawasan Dinas ESDM Provinsi Jambi yaitu sebagai
berikut :
“Pada dasarnya setiap usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang
berhubungan dengan lingkungan sosial harus mempunyai izin, dan
pertambangan emas yang dilakukan masyarakat di Desa Betung
Bedarah Timur ini sudah pasti dilarang karena tidak adanya izin resmi
dari pemerintah dan bertentangan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Tebo No. 10 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara dan
bertentangan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batu Bara”.50
Jadi sebenarnya kegiatan pertambangan tidak hanya diberikan kepada
BUMN dan Badan Usaha Swasta saja untuk melakukannya, namun penduduk
setempat juga diberikan hak mengusahakan kegiatan pertambangan.
Penduduk yang ingin membuka usaha pertambangan harus mengajukan
permohonan izin melalui Izin Pertambangan Rakyat (IPR).
Seperti keterangan wawancara saya dengan pemilik dompeng emas
tanpa izin di Desa Betung Bedarah Timur :51
“Semenjak harga karet turun, saya mencoba membuka usaha
sampingan yaitu dengan mendompeng di sungai Batangahari Desa
Betung Bedarah Timur, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
saya dan keluarga. Setelah saya mencoba untuk mendompeng ternyata
hasil dari mendompeng emas sangat cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup kami sekeluarga. Sebenarnya disini kami
mendompeng tidak memiliki izin dari pemerintah, karena kami
mendompeng di sungai Batanghari tapi mau seperti apa lagi
dikarenakan tuntutan ekonomi kami terpaksa menambang secara
illegal”.
50 Wawancara dengan Bapak Muhammad Nuh selaku Kepala Seksi Pengembangan dan
Pengawasan Dinas ESDM Provinsi Jambi pada tanggal 04 Maret 2020. 51 Wawancara dengan Bapak Rozi S, selaku pemilik dompeng desa Betung Bedarah Timur
pada tanggal 26 Agustus 2019.
67
44
Dalam menangani masalah PETI ini, pemerintah Desa Betung
Bedarah Timur tidak bisa bertindak sendiri, oleh karena itu mereka telah
membicarakan dan bekerjasama dengan Pemerinta Kecamatan dan
Kabupaten. Dalam upaya pemberantasan PETI ini. Pemerintah Desa Betung
Bedarah Timur telah melakukan berbagai cara seperti mengingatkan dan
menegur masyarakat yang menambang emas tanpa izin di Sungai Batanghari
Desa Betung Bedarah Timur.
Seperti keterangan wawancara saya dengan Bapak Kepala Desa
Betung Bedarah Timur, sebagai berikut :
“Bisa dikatakan kami telah kehabisan cara dalam menanggulangi
masalah PETI, berbagai macam cara kami lakukan seperti menegur
dan mengingatkan mereka, tapi masyarakat sama sekali tidak
memperdulikannya. Bahkan sesekali pemerintah Kecamatan
menurunkan petugas keamanan untuk melakukan razia, ketika razia
berlangsung mereka akan bersembunyi dan berhenti sejenak, dan
ketika beberapa hari setelah razia selesai mereka kembali bekerja
seperti semula”.52
Sulitnya pemberantasan PETI ini karena PETI sangat berhubungan
sekali dengan persoalan ekonomi, pemerintah dihadapkan pada dua pilihan
yang keduanya sama sekali tidak menguntungkan, yang pertama jika
bersikeras mencegah masyarakat dari pekerjaan PETI itu sama halnya dengan
membiarkan masyarakat hidup dibawah garis kemiskinan dan menambah
jumlah angka pengangguran, dan yang kedua jika membiarkan aktifitas PETI
berlanjut sama halnya dengan mengabaikan Peraturan Daerah Kabupaten
Tebo dan Perundang-Undangan dan membiarkan kerusakan lingkungan.
52
Wawancara dengan Bapak Jamhuri, selaku Kepala desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 26 Agustus 2019
68
44
1. Dampak Negatif dari Pertambangan Emas Tanpa Izin
Dewasa ini orang mengharapkan dapat menikmati lingkungan
hidup yang baik dan sehat tidak sekedar bebas dari pencemaran
lingkungan hidup yang dapat membahayakan kesehatan mereka, tetapi
juga bebas dari gangguan-gangguan lain, yang meskipun tidak terlalu
membahayakan kesehatan, tetapi dapat merusak segi-segi estetika dari
lingkungan hidup mereka atau lingkungan tempat tinggal mereka, jadi
masalah ke indahan dan kebersihan juga merupakan kepedulian banyak
orang. Banyak orang menolak adanya gangguan-gangguan berupa bau,
kebisingan, atau kabut yang melanda di tempat tinggal mereka.53
Namun jika berhadapan dengan persoalan ekonomi dan kebutuhan
hidup, kebersihan dan keindahan lingkungan tidak lagi menjadi perhatian
masyarakat. Dimana memenuhi kebutuhan hidup saat ini dirasa jauh lebih
penting dari pada menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan.
Beginilah yang terjadi pada masyarakat di Desa Betung Bedarah
Timur Kecamatan Tebo Ilir, lingkungan tempat tinggal mereka yang
dulunya indah yang seharusnya dijaga, justru sekarang dirusakan oleh
tangan mereka sendiri melalui aktifitas PETI yang semakin marak terjadi,
demi menikmati keuntungan sesaat mereka melupakan dampak jangka
panjang dari kerusakan yang ditimbulkan oleh PETI tersebut.
53
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta, Rajawali Pers, 2013), hlm
4.
69
44
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan tokoh masyarakat
dan masyarakat setempat maka penulis dapat menjelaskan dampak-
dampak negatif dari Pertambangan Emas Tanpa Izin sebagai berikut :
a. Mencemarkan Air Sungai Batanghari
Masyarakat Desa Betung Bedarah Timur dulunya
menggunakan air sungai Batanghari untuk kebutuhan sehari-hari
seperti minum, mandi dan sebagainya tapi sekarang mereka tidak bisa
lagi menggunakan dan memanfaatkan air sungai Batanghari tersebut
karena sungai Batanghari sudah sangat kotor dan tidak layak untuk
dikonsumsi.
Seperti keterangan salah satu warga Desa Betung Bedarah
Timur yang ikut merasakan pencemaran air sungai Batanghari akibat
tambang sebagai berikut:
“Dulu sungai Batanghari ini merupakan sumber penghidupan
kami, airnya sangat jernih dan bersih, kami menggunakan air
ini untuk minum, masak, mandi, mencuci dan masih banyak
lagi untuk memenuhi kebutuhan lain. Tapi sejak pertambangan
emas mulai beroperasi di Desa Betung Bedarah Timur, seluruh
aliran sungai Batanghari menjadi tercemar. Maraknya kegiatan
dompeng illegal atau pertambangan emas tanpa izin dalam hal
ini sangat meresahkan masyarakat yang memanfaatkan air
sungai tersebut akan terganggu dengan beroperasinya dompeng
tersebut. Lobang-lobang besar yang dibuat ditengah-tengah
maupun dipinggiran sungai akan merusak fungsi sungai.
Limbah pertambangan seperti pasir bercampur tanah lumpur ini
dibuang dan disalurkan langsung ke sungai Batanghari.
Akibatnya, sungai akan menjadi keruh dan kotor dan pada
akhirnya tidak bisa dimanfaatkan sebagai mana mestinya”.54
54
Wawancara dengan Bapak Taupik Masyarakat Desa Betung Bedarah Timur pada tanggal
23 September 2019
70
44
Mesin-mesin tambang yang bekerja di sepanjang hari
menyebabkkan Sungai Batanghari menjadi tercemar, terlebih lagi
dalam penyuciannya emas masyatakat menggunakan bahan kimia
seperti merkuri dan air raksa yang menyebabkan Sungai Batanghari
menjadi keruh, pekat dan berminyak, dan ini tentunya akan merusak
kualitas dan kebersihan air sungai Batanghari yang sudah tercemar
menyebabkan ikan-ikan banyak yang mati.
PETI menyebabkan sepanjang aliran sungai Batanghari
menjadi tercemar, mulai dari Desa Betung Bedarah Timur yang
terletak di hulu sampai ke desa yang di hilir, desa yang tidak ada
aktifitas PETI juga harus ikut menanggung akibatnya. Adapun
larangannya pencemaran air tertuang dalam Pasal 24 UU No. 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air, yaitu :
“Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu
upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air”.55
Undang-undang di atas telah jelas melarang segala bentuk
kegiatan yang dapat merusak dan mencemarkan sumber air, namun
mayoritas masyarakat awam buta terhadap hukum, ditambah dengan
tuntutan ekonomi yang kian mendesak, sehingga dengan demikian
menyebabkan mereka melakukan aktifitas PETI yang pasti dapat
55 Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, Pasal 24
71
44
merusak sumber air, dan ini tentu bertentangan sekali dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Mengakibatkan Polusi Udara dan Kebisingan
Aktifitas pertambangan yang dilakukan sepanjang waktu mulai
dari pagi hingga sore hari, sebenarnya sangat mengganggu
kenyamanan masyarakat, bau dari minyak mesin dompeng tersebut
yang menyebar semakin membuat polusi udara di pemukiman warga
yang tinggal di pinggir sungai Batanghari semakin buruk. Selain dari
itu suara mesin yang bekerja sepanjang waktu membuat masyarakat
kesulitan beristirahat di siang hari.
Wawancara Penulis dengan salah satu warga Desa Betung
Bedarah Timur, dia mengatakan :
Suara mesin yang bekerja menimbulkan kebisingan dan bau
minyak tentu sangat mengganggu saya sekeluarga untuk
istirahat di siang hari.56
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dampak
negatif PETI lebih banyak dibandingkan dengan manfaat positifnya.
Manfaatnya hanya meningkatkan perekonomian saja, sedangkan
mudharatnya berdampak pada kenyamanandan keamanan hidup
masyarakat, baik berlangsungnya hidup jangka pendek maupun jangka
panjang.
56 Wawancara dengan Ibu Nita, selaku warga Desa Betung Bedarah Timur, pada tanggal 25
September 2019.
72
44
Dengan diberlakukannya Undang-Undang dan Perda (Peraturan
Daerah) tersebut ternyata tidak efektif mengurangi jumlah kasus
pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Betung Bedarah Timur.
Kegiatan pertambangan emas tanpa izin bahan galian tambang emas,
semakin marak seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Berbagai penanggulangan telah dilaksanakan, namun dalam
penanggulangan masalah pertambangan emas tanpa izin, selalu
dihadapkan kepada barbagai hambatan dan masalah.
Kerusakan lingkungan yang dampaknya dirasakan oleh seluruh
masyarakat Desa Betung Bedarah Timur, mulai dari hilangnya sumber
daya alam, rusaknya lapisan ozon. Namun, kerusakan ini lebih
khususnya pada daerah pertambangan yang banyak menimbulkan
berbagai masalah lingkungan.
C. Upaya Pemerintah Daerah dalam Menerapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tebo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara Terhadap
PETI di Desa Betung Bedarah Timur
Dalam rangka meminimalkan pertambangan emas tanpa izin di
Kabupaten Tebo khususnya di desa Betung Bedarah Timur, pihak pemerintah
Kabupaten Tebo mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara, yang mengacu pada ketentuan-ketentuan pokok
pertambangan. Namun, dengan terbentuknya dan diterbitkan Undang-Undang
73
44
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk
menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, kewenangan
pemerintah daerah telah diatur di dalamnya dengan jelas dan terperinci.
Maksud Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Kabupaten Tebo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara adalah sebagai ketentuan pokok bagi Bupati dalam
pengaturan, perizinan, pembinaan, dan pengawasan.
Dari hasil penelitian dalam penerapan Peraturan Daerah Kabupaten
Tebo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Hubungan antar instansi yang terkait,
yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi Dinas ESDM dengan instansi lain
belum berjalan dengan baik.
Pada dasarnya proses komunikasi tidak hanya dilakukan antar
pemerintah maupun pemerintah dengan masyarakat, namun juga dilakukan
antar Dinas ESDM dengan masyarakat kelompok sasaran di Desa Betung
Bedarah Timur. Menurut George C. Edward III mengemukakan bahwa setiap
kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi
efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran
(target group). Tujuan dan sasaran dari program/kebijakan dapat
disosialisasikan secara baik sehingga menghindari adanya distorsi atas
kebijakan dan program.57
57
Edward III, George C. (edited) Publick Policy Implementing, (Jai Press Inc, London
England. Goggin, Malcolm L et al. 1990), hlm 149
74
44
Berdasarkan hasil wawancara, maka adapun upaya pemerintah dalam
mengoptimalkan penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara, terhadap pelaku pertambangan emas tanpa izin di
Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah Timur Provinsi Jambi sebagai
berikut :
Seperti ini penjelasan dari wawancara penulis dengan Bapak
Sekretaris Desa Betung Bedarah Timur sebagai berikut :
“Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Desa Betung Bedarah
Timur dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara dalam penanggulangan PETI
ini Kabupaten Tebo masih belum mempunyai tenaga-tenaga
lapangan yang professional untuk melakukan pengawasan terhadap
PETI tersebut. Dalam menyikapi kebijakan penanggulangan PETI,
setiap badan (departemen) masih berjalan sendiri-sendiri, seharusnya
ada suatu badan gabungan yang tugasnya dikhususkan dalam
penanggulangan dan pencegahan PETI, yang dilegitimasi oleh
peraturan. Saya beserta perangkat desa sudah mengingatkan dan
menegur kepada masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas
di sungai Batanghari bahwa mereka tidak di izinkan untuk
menambang di sungai Batanghari ini, karena tidak memiliki izin dari
pemerintah”.58
Berdasarkan uraian di atas, jika sedikit menoleh kebelakang, Presiden
telah mengeluarkan Inpres Nomor 03 Tahun 2000, yang mana di dalamnya
menyatakan bahwa : (1) Gubernur dan Bupati membentuk Tim Terpadu
Daerah untuk melaksanakan koordinasi dengan Tim Terpadu Pusat dan
seluruh instansi terkait di daerah masing-masing dalam melaksanakan
program penanggulangan masalah PETI, (2) Melakukan pengawasan dan
58 Wawancara dengan Bapak Ning Ilham, Selaku Sekretaris Desa Betung Bedarah Timur
pada tanggal 30 Agustus 2019
75
44
pengendalian terhadap kelancaran dan keamanan semua usaha pertambangan
di wilayahnya dalam rangka mendorong terlaksananya pertambangan yang
baik (good mining practice) serta menjaga dan memelihara citra
pemerintahan yang baik (good governance) dan, (3) Kepala Kepolisian
Republik Indonesia dan Jaksa Agung sesuai tugas dan kewenangan masing-
masing melakukan tindakan-tindakan hukum secara tegas kepada semua
pihak, baik aparat pemerintah maupun masyarakat yang terlibat PETI.
Berdasarkan wawancara saya dengan pemilik dompeng emas tanpa
izin di Desa Betung Bedarah Timur :
“Sebenarnya disini saya tidak mengetahui bahwa ada peraturan yang
melarang memambang emas di Sungai Batanghari, karena selama ini
pemerintah tidak pernah melakukan sosialisasi ke Desa Betung
Bedarah Timur untuk memberitahu masyarakat bahwa ada aturan
yang harus kami patuhi, karena disini saya sibuk bekerja dan
kebanyakan dari kami para penambang sekolah SD saja kami tidak
tamat bagaimana kami mau mengetahui Perda yang berlaku yang
melarang menambagan emas tanpa izin, karena tidak ada sosialisasi
ke Desa Betung Bedarah Timur, yang hanya kami ketahui ketika ada
razia saja, itu artinya bahwa disini kami tidak di izinkan untuk
menambang. Setelah beberapa hari razia kami mulai menambang lagi
karena tuntutan ekonomi kami harus memenuhi kebutuhan hidup
keluarga kami”.59
Berdasarkan keterangan dari wawancara di atas, karena tidak
ketegasan dan sanksi yang berat diberikan oleh aparat penegak hukum
terhadap penambang emas tanpa izin di Sungai Batanghari Desa Betung
Bedarah Timur, maka para penambang emas tidak akan takut menambang
secara illegal.
59 Wawancara dengan Bapak Sarbaini, Pemilik Dompeg Emas di Desa Betung Bedarah Timur
pada tanggal 31 Agustus 2019
76
44
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nuh Kepala
Seksi Pengembangan dan Pengawasan ESDM sebagai berikut:
“Pemberantasan pertambangan emas tanpa izin (PETI) dilakukan oleh
aparat penegak hukum dalam hal ini Polisi karena PETI itu
merupakan tindakan pidana sebagaimana diatur di dalam Pasal 158
UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara, terkait pidana tersebut ASN Dinas ESDM sebagai saksi Ahli
guna diminta keterangannya apabila ada penangkapan pelaku PETI
oleh Polisi”.60
Lemahnya pemahaman pelaku usaha PETI terhadap hukum atau
peraturan pertambangan dapat diatasi dengan melakukan sosialisai secara
masif dan berkelanjutan mengenai peraturan daerah dan peraturan undang-
undang yang mengatur tentang mengenai kegiatan pengelolaan pertambangan
mineral dan batu bara.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Desa Betung Bedarah
Timur, tentang pelaksanaan kebijakan penanggulangan PETI, menyatakan
bahwa :
“Pengawasan PETI adalah keterpaduan tugas Dinas Pertambangan
Daerah dibantu oleh Satpol PP, Pihak Kepolisian, Dinas Pertanian
dan Dinas Kehutanan. Akan tetapi sampai saat ini belum adanya tim
terpadu untuk pengawasan dan penanggulangan dengan tujuan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Penertiban selama ini
hanya dilaksanakan oleh pihak kepolisian. Penertiban seharusnya
dilakukan oleh tim terpadu yang berdiri berdasarkan peraturan dari
Bupati, sehingga tim ini dapat langsung melaksanakan sosialisasi atau
penyuluhan, penanggulangan, pencegahan dan pembinaan masyarakat
penambang”.61
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa keterbatasan tenaga lapangan
ini juga beberapa dipengaruhi oleh sumberdaya dalam hal dana sebagaimana
60 Wawancara dengan Bapak Muhammad Nuh selaku Kepala Seksi Pengembangan dan
Pengawasan Dinas ESDM Provinsi Jambi pada tanggal 04 Maret 2020. 61
Wawancara dengan Bapak Jamhuri, selaku Kepala Desa Betung Bedarah Timur pada
tanggal 26 Agustus 2019
77
44
yang dikemukakan Meter dan Horn. Pendanaan haruslah tersedia dalam
rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan.
Kekurangan sumberdaya suatu badan dalam mengimplementasikan suatu
kebijakan secara tidak langsung akan memperbesar kegagalan implementasi
kebijakan.
Walaupun telah dibentuk berbagai peraturan perundang-undangan
baik di tingkat pusat maupun daerah Kabupaten Tebo, namun aktivitas
pertambangan emas tanpa izin masih terus terjadi. Kenyataannya
menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh PETI
mengkhawatirkan atau membahayakan
Dalam kenyataan terdapat aktivitas PETI yang dilakukan oleh
masyarakat mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
disekitar lokasi PETI, dan hal ini dilakukan secara illegal oleh masyarakat
tanpa memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Faktor yang
menyebabkan terjadinya PETI yang dilakukan oleh masyarakat yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan di
Kabupaten Tebo antara lain:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nuh Kepala
Seksi Pengembangan dan Pengawasan sebagai berikut62
:
1. Faktor lapangan kerja yang terbatas;
2. Faktor ekonomi(untuk memenuhi kebutuhan hidup);
3. Faktor kurangnya kesadaran hukum masyarakat;
62
Wawancara dengan Bapak Muhammad Nuh selaku Kepala Seksi Pengembangan dan
Pengawasan Dinas ESDM Provinsi Jambi pada tanggal 04 Maret 2020.
78
44
4. Faktor menipisnya etika/moral masyarakat dengan mengabaikan aspek
keselamatan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
5. Faktor penegakan hukum yang lemah.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, tergambar bahwa cukup banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya PETI, namun dari beberapa faktor tersebut,
yang dominan adalah faktor untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal ini didasarkan
bahwa menambang merupakan pekerjaan yang sudah lama dan turun temurun
dilakukan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian untuk membiayai
keseluruhan kebutuhan hidup penambang dan keluarganya. Di Kabupaten Tebo
terdapat beberapa daerah yang potensi emasnya cukup tinggi salah satunya Desa
Betung Bedarah Timur, karena setiap melakukan kegiatan PETI ada hasil yang
mereka dapatkan sehingga bagi mereka daerah/lokasi tersebut memiliki potensi
sumber daya emas yang cukup banyak sehingga peluang untuk mendapatkan
butiran emas di sungai Batanghari akan terbuka.
Melihat besarnya dampak negatif yang timbul akibat kegiatan PETI yang
dilakukan masyarakat, maka saran saya seharusnya Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya melakukan tindakan untuk mengatasi masalah PETI dan
membuat berbagai kebijakan untuk pengaturannya. Adapun langkah-langkah yang
harus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo sebagai berikut :
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku pertambangan
emas tanpa izin, agar tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
79
44
2. Perlu dilakukan pengaturan sedini mungkin untuk mengurangi dan
menanggulangi dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup,
serta memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam berusaha.
3. Mendorong pembangunan sektor pertambangan dalam rangka
mempercepat perkembangan wilayah dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip Good
Governance dalam pemberian perizinan di bidang pertambangan.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka penulis mendapatkan kesimpulan sebagai barikut :
1. Pengelolaan usaha pertambangan emas tanpa izin di sungai Batanghari,
adalah pengeloaan pertambangan dengan cara mendulang dan
menggunakan mesin dompeng, merkuri digunakan untuk memisahkan
emas dengan pasir hitam, dengan cara campurkan pasir hitam dan emas
kemudian dituangkan air seidikit dan merkuri kemudian di aduk-aduk,
lalu secara otomatis emas akan berpisah dengan pasir. Setelah itu
emasnya diambil, pasir hitam dibuang, sedangkan air merkuri dibuang
langsung ke Sungai Batanghari di Desa Betung Bedarah Timur. PETI
merupakan kegiatan pertambangan emas tanpa izin yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat maupun oknum lainnya. Namun pada saat ini
kegiatan tersebut telah banyak menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan disekitar tambang tersebut seperti pencemaran air, hal ini
terjadi akibat adanya penggunaan senyawa merkuri untuk memisahkan
biji emas dengan logam lainnya.
2. Kendala yang dihadapi Pemerintah dalam menanggulangi pertambangan
emas tanpa izin adalah masih adanya perlawanan dari masyarakat yang
terhadap PETI karena masalah ekonomi, Polres dan Pemerintah di
Kecamatan Tebo Ilir telah melakukan berbagai uapaya dan tindakan
81
terkiait PETI, yaitu dengan cara pencegahan, razia, dan penertiban PETI.
Namun, setelah beberapa hari razia masyarakat mulai melakukan aktivitas
menambang emas tanpa izin di Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah
Timur karena tuntutan ekonomi dan karena belum ada alternatif solusi
bagi mereka, agar aktivitas PETI ini dapat berhenti secara total. Terkait
dengan persoalan ekonomi masyarakat yang masih dalam kemiskinan
mendorong masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas PETI.
Koordinasi antar instansi di daerah dalam hal implementasi kebijakan
penanggulangan PETI khususnya ESDM dengan Dinas terkait masih
lemah. Sumber daya yang menjadi pelaksana di lapangan belum tersedia
secara resmi sehingga kontrol dan pengawasan sangat terkandala.
3. Upaya Pemerintah Daerah dalam menerapkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tebo Nomor 10 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan mineral dan batu bara, belum berjalan dengan baik karena
masih banyak masyarakat di desa Betung Bedarah Timur yang
menambang secara illegal di Sungai Batanghari, dan masyarakat tidak
mengetahui bahwa ada Perda yang mengatur tentang perizinan
pertambangan karena pemerintah tidak pernah melakukan sosioalisasi atau
mengadakan seminar di desa Betung Bedarah Timur.
B. Saran
1. Sebaikanya masyarakat lebih meningkatkan kesadaran dari dampak yang
akan ditimbulkan dari aktivitas pertambangan. Harapan penulis semoga
masyarakat Kabupeten Tebo khusus Desa Betung Bedarah Timur yang
82
sekarang pekerjaannya sebagai penambang emas bisa beralih profesi ke
bidang pekerjaan yang tidak bertentangan dengan aturan yang telah di
tetapkan Kabupaten Tebo, seperti beralih ke bidang pertanian, peternakan
dan lain-lain yang tidak bertentang dengan Peraturan Daerah dan Peraturan
Perundang-Undangan.
2. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
menertibkan pertambangan emas tanpa izin (PETI) di sungai Batanghari
dengan cara mensosialisasikan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor
10 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usah Pertambangan
Mineral dan Batu Bara. Perda ini mengarah pada aksesibilitas, otoritas,
dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Kemudian
dalam jangka panjang, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap aktivitas penambang emas, Pemerintah Daerah perlu melakukan
Focus Group Discussion, pengenalan, pendampingan dan pemberdayaan
bagi masyarakat untuk mencari alternatif usaha lainnya dengan
mengandalkan sumber daya lokal.
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar
Grafika, Jakarta:2011.
Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Metter dan Carl Van
Horn, Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Arif Zulkifli, Pengolahan Tambang Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu
2014.
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Gramedia Indonesia, 2002.
Bahrul Ulum dan Zulqarnain Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas
Syari’ah IAIN STS Jambi dan Syari’ah Press, 2010.
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta Sinar Geafika
2009.
Edward III, George C. (edited), Publick Policy Implementing, Jai Press Inc,
London England. Goggin, Malcolm L et al. 1990.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan
Kualitatif, Jakarta: GP Press, 2008.
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Ed. Rev, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Muhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, cet. Ke-1 (Jambi :
Sulthan Thaha Press, 2007)
Nasution, Metode Penelitian, cet. Ke-12 (Jakarta : Bumi Aksara, 2011)
Purwanto dan Sulistyastuti Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementi
Kebijakan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Ripley, Rendal B and Grace A. Franklin. Policy Implementation and
Bureaucracy,second edition, the Dorsey Press. Chicago-Illionis,
1986.
Salim HS. Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia,
Bandung: Pusta Reka Cipta,2013.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia Press 1986.
Sugiyono Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung
Bandung: Alfabeta, 2013.
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, cet. Ke 3, Bandung: Refika
Aditama, 2012.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
84
B. Peraturan Perundang-Undangan
Perda Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Bab 24
Pasal 74 Ayat 2.
Undang-Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara Bab 23 Pasal 158: Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, Pasal 24
C. Lain-Lain
Bayu Pratama Aji, Implementasi Perda No 10 Tahun 2011 Pertambangan
Mineral bukan Logam dan Batua di Kabupaten Boyolali, Skripsi
(Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011),
https://eprints.uny.ac.id/53651/ diakses 20 Agustus 2019, pukul
20:25 WIB.
Sulaemi, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral.
(Studi desa Terempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2014) Jurnal (Universitas Maritim Raja
Ali Haji), https://jurnal.umrah.ac.id/?p=6504 diakses 20 Agustus
2019 pukul 20:08 WIB.
Budi Santoso, Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin
Berdasarkan Perda No 3 Tahun 2012 di Kabupaten Dharmasraya,
Provinsi Sumatera Barat. Skripsi (Universitas Islam Indonesia
YogyakartaTahun2018).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10372/Budi%20
Santoso.pdf?sequence=1 diakses 20 Agustus 2019, 20:40 WIB.
85
Lampiran I
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul : Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun
2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara Terhadap PETI di Sungai Batanghari Desa
Betung Bedarah Timur Provinsi Jambi.
A. Dokumentasi
1. Sejarah dan Geografis Desa Betung Bedarah Timur
2. Demografi Desa Betung Bedarah Timur
3. Visi dan Misi Desa Betung Bedarah Timur
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Betung Bedarah Timur
5. Daftar Nama Penambang Emas Illegal Desa Betung Bedarah Timur
B. Wawancara
1. Bagaimana pengelolaan usaha pertambangan emas tanpa izin di Sungai
Batanghari desa Betung Bedarah Timur?
2. Apa kendala yang dihadapi oleh pemerintah Daerah Kabupaten Tebo
dalam menanggulangi penambang emas tanpa izin di desa Betung
Bedarah Timur?
3. Bagaimana Upaya Pemerintah Daerah dalam Menerapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan
pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara terhadap PETI
di Desa Betung Bedarah Timur?
C. Observasi
4. Pengelolaan usaha pertambangan emas tanpa izin di Sungai Batanghari
desa Betung Bedarah Timur.
5. Kendala yang dihadapi oleh pemerintah Daerah Kabupaten Tebo
dalam menanggulangi penambang emas tanpa izin di desa Betung
Bedarah Timur.
6. Upaya Pemerintah Daerah dalam Menerapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan
pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara terhadap PETI
di Desa Betung Bedarah Timur
86
Lampiran II
DAFTAR NAMA INFORMAN
Judul : Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun
2009 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batu Bara Terhadap PETI di Sungai Batanghari Desa
Betung Bedarah Timur Provinsi Jambi.
No Nama Keterangan
1 Muhammad
Nuh
Kepala Seksi Pengembangan
dan Pengawasan Dinas
ESDM Provinsi Jambi
2 Jamhuri Kepala Desa Betung Bedarah
Timur
3 Ning Ilham Sekretaris Desa Betung
Bedarah Timur
4 Hamdi Kadus Desa Betung Ilir
5 Semanaji Ketua Rt 13 Desa Betung
Bedarah Timur
6 Taupik Masyarakat Desa Betung
Bedarah Timur
7 Nita Masyarakat Desa Betung
Bedarah Timur
8 Siti
Khadijah
Mahasiswa Desa Betung
Bedarah Timur
19 Andriyadi Tokoh Pemuda Desa Betung
B. Timur
10 Rozi. S Pemilik Dompeng Emas
Tanpa Izin
87
11 Sarbaini Pemilik Dompeng Emas
Tanpa Izin
Lampiran III
DOKUMENTASI
Gambar 1. Kegiatan Penambang Emas Tanpa Izin di Desa Betung Ilir Timur
88
Gambar 2. Kegiatan Penambang Emas Tanpa Izin di Desa Betung Ulu Timur
Gambar 3. Sungai Batanghari Desa Betung Bedarah Timur
89
Gambar 4. Dompeng Emas Illegal di Sungai Batanghari Desa Betung Timur
Gambar 5. Dompeng Emas Illegal di Desa Betung Bedarah Timur
90
Gambar 6. Wawancara Dengan Bapak Jamhuri Selaku Kepala Desa Betung Timur
Gambar 7 : Kantor ESDM Provinsi Jambi
91
Gambar 8 : Foto bersama Kepala Seksi Pengembangan dan Pengawasan dan
Pegawai Dinas ESDM Provinsi Jambi
Gambar 9 : Foto bersama Ibu Kasubbag Umum Dinas ESDM Provinsi Jambi
92
Gambar 10 : Foto bersama Kepala Seksi Pengembangan dan Pengawasan dan
Pegawai Dinas ESDM Provinsi Jambi
93
CURRICULUM VITAE
A. Biodata Pribadi
Nama : Mazraatun
Tempat,Tanggal Lahir : Betung Bedarah Timur, 03 Maret 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas/Jurusan : Syariah/Ilmu Pemerintahan
Universitas : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Agama : Islam
Tinggi Badan : 158 Cm
Berat Badan : 40 Kg
Alamat Asal : Betung Bedarah Timur, Rt 13, Kecamatan
Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.
Status : Belum Kawin
Kewargaannegara : WNI
Email : Azra03maret1996@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SDN 154/VIII. Betung Bedarah Timur (2003-2008)
MTS Swasta Irsyadul Ibad. Kubu Kandang (2008-2011)
MA Laboratorium. Kota Jambi (2011-2014)
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (20016-sekarang)
C. Pengalaman Organisasi
Pergerakan Mahasiswa Isalam Indonesia (PMII) UIN STS JAMBI
Dewan Pengurus Provinsi, Pergerakan Indonesia (DPP-PI) Jambi
top related