hukum angkutan - makalah
Post on 05-Dec-2014
154 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lndonesia sebagai negara berkembang terus berbenah diri dengan melakukan
pembangunan di segala bidang seperti transportasi/pengangkutan, industri, pertanian, dan
perekonomian pada umumnya. Dalam bidang transportasi/pengangkutan di dalam
pembangunannya harus tetap juga memperhatikan faktor kelaikan dari suatu moda angkutan
baik laut, udara ataupun darat. Pada angkutan darat terdapat beberapa faktor yang
menentukan kelaikan tersebut dan salah satunya adalah kelaikan emisi gas buang. Keharusan
untuk memenuhi emisi gas buang dalam ambang batas yang ditetapkan berhubungan dengan
upaya pengendalikan pencemaran udara yang menjadi amanat dari Undang-Undang Nomor 23
tahun 2997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU Lingkungan Hidup).
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Jakarta) sebagai lbu Kota Negara lndonesia menjadi pusat
dari segala kegiatan dan menjadi tujuan dari masyarakat lndonesia. Padatnya penduduk dan
macetnya lalu lintas menyebabkan langit Jakarta menjadi kelam karena asap knalpot yang
dikeluarkan oleh kendaraan bermotor baik pribadi maupun angkutan umum.
Angkutan umum seperti Metromini, Kopaja, Bianglala, Mayasari Bhakti dan lain sebagainya
merupakan milik perusahaan atau koperasi termasuk ke dalam korporasi. Dalam
perkembangannya maka sistem hukum telah mengalami perluasan korporasi sehingga
pelanggaran terhadap suatu kelaikan pun dapat dipidana jika terdapat melakukan kesalahan.
Korporasi angkutan umum yang mengeluarkan asap melebihi ambang batas emisi gas buang
kendaraan umum berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dapat dipidana. Karena sudah semakin hitamnya langit Jakarta dan
penegakan hukum terhadap korporasi angkutan umum yang telah menyebabkan pencemaran
udara di daerah Jakarta belum terlaksana. Angkutan kendaraan bermotor yang merupakan
salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi
kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran
1
dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air. Namun
kondisi ini yang ideal ini dalam kenyataannya jarang sekali terjadi. Hampir semua bahan bakar
mengandung polutan dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan
hidrokarbon ringan seperti metana (CH4). Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang
menggunakan BBM antara lain CO, HC, SO2, NO2, dan partikular.
Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-zat pencemar udara
dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial melalui perbaikan sistem
pembakaran dan penggunaan katalis (catalytic converter) dan juga pengendalian manajemen
lalu lintas. Walaupun diasumsikan bahwa di masa mendatang reduksi emisi per kendaraan per
kilometer akan dapat tercapai sebagai hasil dari penerapan teknologi dan sistem kontrol emisi,
namun emisi agregat akan tetap tinggi karena jumlah sumber individu yang terus meningkat
secara signifikan. Artinya, kontrol kualitas emisi harus diimbangi dengan kontrol jumlah sumber
emisi (volume kendaraan).
Terkait dengan kinerja Pemeriksaan Kendaraan Bermotor (PKB), evaluasi yang dilakukan
dalam studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa sistem PKB masih belum efektif menurunkan
emisi gas buang kendaraan umum. Sistem PKB yang telah diperkenalkan sejak awal 1990-an
perlu diperkuat dan ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam reduksi
emisi.
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan menetapkan
bahwa salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh kendaraan bermotor agar dapat
dinyatakan sebagai layak jalan adalah memenuhi syarat minimal gas buang.1 Sebelumnya UU
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang lama serta peraturan pelaksanaannya termasuk Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (PP Pengendalian
Pencemaran Udara) mewajibkan kendaraan bermotor (umum dan pribadi) untuk diuji kelaikan
jalannya secara berkala2. Undang-undang tersebut juga menyebutkan privatisasi uji kelaikan
jalan, yang berarti memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk terlibat dalam
1 Menurut ketentuan Pasal 48 ayat (3) ada ada sekurang-kurangnya sebelas syarat kinerja minimal kendaraan bermotor, yang salah satunya emisi gas buang (Pasal 48 ayat (3) huruf a).2 www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/abstrakpdf.jsp?id=83173
2
investasi dan operasi pusat-pusat pengujian yang akan melayani sejumlah besar kendaraan
pribadi. Uji emisi akan menjadi salah satu bagian dari uji kelaikan jalan. Diharapkan dengan
perluasan objek uji kelaikan jalan ditambah dengan perbaikan sistem PKB yang ada saat ini,
akan dapat memberikan kontribusi pengurangan emisi hingga 50%.
Pemeriksaan di jalan/uji petik merupakan strategi yang efektif untuk memastikan
kendaraan wajib uji memenuhi persyaratan ambang batas emisi dan sekaligus memvalidasi
hasil uji PKB.
Teknologi pereduksi emisi gas buang seperti catalytic converter belum dapat diaplikasikan
karena prakondisi spesifikasi bahan bakar belum dapat dipenuhi, yaitu bahan bakar bensin
bebas timbal dan bahan bakar solar berkadar sulfur rendah. Jika bahan bakar alternatif seperti
biodiesel tersedia secara luas dan dengan harga yang kompetitif, maka peralihan secara
bertahap dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar alternatif akan memberikan
manfaat nyata bagi kualitas udara dan kesejahteraan manusia.
B. Permasalahan
Melalui makalah ini dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah sistem hukum yang ada telah mendukung program pemantauan kelaikan angkutan
khususnya dalam hal emisi gas buang di Jakarta?
2. Bagaimanakah penerapan uji emisi di lapangan? dan
3. Apa upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mendukung uji emisi ini?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan dujuan dari penulisan makalah ini ingin menerangkan salah satu faktor dari
penilaian kelaikan suatu angkutan kendaraan khususnya kendaraan bermotor adalah kelaikan
dari segi gas buang atau emisi termasuk sistem hukum yang mendukungnya, cara mengetahu
pemeriksaan gas buang/ emisi dan penindakan yang dilakukan di lapangan , hal ini juga penting
apalagi dikaitkan dengan semakin besarnya kontribusi pencemaran udara dari kendaraan
3
bermotor di beberapa kota di Indonesia, beberapa kota telah mulai mengembangkan bahkan
DKI Jakarta telah memberlakukan sistem Pemeriksaan dan Perawatan (P&P) yang bertujuan
untuk mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi (in-use vehicles) yang tidak
memenuhi ambang batas emisi polutan untuk parameter CO, HC, dan opasitas. Kendaraan yang
tidak memenuhi ambang batas tersebut dipersyaratkan untuk diperbaiki hingga emisinya
memenuhi ambang batas.
D. Pengumpulan Data
Untuk penyusunan makalah ini kami melakukan wawancara dengan pihak Dinas
Perhubungan DKI Jakarta. Wawancara kami lakukan dua kali. Wawancara pertama kami lakukan
dengan Bapak Rudi Saptari S, staf Seksi Keselamatan Teknis dan Sarana Dinas Perhubungan DKI,
pada hari Rabu, 6 Januari 2010, sedangkan wawancara kedua kami lakukan dengan Bapak M.
Zulfikar Adi W dari Unit Pelaksana Tugas Pemeriksaan Kendaraan Bermotor (UPT PKB) Ujung
Menteng pada hari Rabu, 13 Januari 2010. Selain itu kami juga melakukan studi literatur dan
kajian terhadap perundang-undangan yang relevan.
BAB II
PENGERTIAN DAN PERATURAN PENDUKUNG UJI EMISI
UNTUK KELAIKAN ANGKUTAN
A. Pengertian Uji Emisi
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Pasal 1 No 141 tahun 20033 Tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang
Sedang Diproduksi, maka yang dimaksud dengan ambang batas emisi gas buang kendaraan
baru bahwa pengertian ambang batas gas emisi bagi kendaraan baru adalah batas maksimum 3 http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=109812
4
zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan
bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang di produksi. Sedangkan bagi
kendaraan lama berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 tahun 2006 tentang
Ambang Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat atau bahan
pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor tipe lama.
Sehubungan dengan usia kendaraan maka pemeriksaan dan perawatan diperlukan karena
sejalan dengan usia pakai kendaraan kinerja mesin dan kondisi gas buang akan menurun.
Melalui perawatan rutin seperti penyetelan mesin, pembersihan filter udara, dan lain-lain emisi
gas buang CO dapat berkurang hingga 50%, HC hingga 35%, dan partikulat hingga 45%.
Disamping itu efisiensi bahan bakar pun dapat mencapai antara 3%-10%.
Tanpa langkah pengendalian emisi lalu lintas yang konkret, pertumbuhan kendaraan
bermotor yang cepat di kota-kota besar disertai dengan kondisi emisi rata-rata kendaraan yang
melebihi ambang batas emisi akan memperburuk kualitas udara dan menimbulkan kerugian
biaya kesehatan, produktivitas, dan ekonomi yang makin besar.
B. Peraturan Pendukung
Secara umum upaya pengendalian pencemaran udara melalui pengendalian emisi gas
buang kendaraan bermotor didasarkan pada perundang-undangan di bidang lingkungan dan
angkutan jalan. Perundangan-undangan di bidang lingkungan terkait dengan pengaturan
ambang batas emisi gas buang, sedangkan peraturan di bidang angkutan jalan terkait dengan
proses pemeriksaan kelayakan kendaraan bermotor. Beberapa peraturan yang mendukung
akan pelaksanaan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor untuk kelaikan kendaraan bermotor
secara nasional adalah:
- Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
- Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
5
- Keputusan Menteri Negera Lingkungan Hidup No 141 tahun 2003 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Di
Produksi,
- Peraturan Menteri Negera Lingkungan Hidup No 05 tahun 20061 tahun 2003 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.
Sementara itu yang terkait khusus dengan pengendalian pengendalian pencemaran udara
oleh kendaraan motor di DKI Jakarta, perangkat hukum yang mengatur adalah:
- Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara (Perda Pengendalian Pencemaran Udara)
- Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 tahun 2007 tentang Uji Emisi dan Perawatan
Kendaraan Bermotor (Pergub Uji Emisi), dan
- Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31 tahun 2008 tentang Ambang Batas Emisi
Kendaraan Bermotor (Pergub Ambang Batas Emisi).
Perda Pengendalian Pencemaran Udara mengatur bahwa penanggulangan pencemaran
udara dari kendaraan bermotor meliputi pengawasan terhadap penaatan ambang batas
emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor, perawatan emisi gas
buang kendaraan bermotor, pemantauan mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan
emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar ramah
lingkungan.4 Dari ketentuan ini dapat diketahui bahwa pemeriksaan emisi hanya merupakan
satu dari rangkaian upaya penanggulangan pencemaran udara oleh kendaraan bermotor.
Selanjutnya diatur bahwa kendaraan bermotor wajib memenuhi ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor dan menjalani uji emisi sekurang-kurangnya setiap 6 bulan
sekali. Kendaraan bermotor yang lulus uji akan diberi tanda lulus uji. Pengujian dilakukan
oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dan atau
pihak swasta yang telah memenuhi syarat.5
Pergub Uji Emisi selanjutnya mengatur bahwa uji emisi wajib dilaksanakan terhadap
kendaraan bermotor yang meliputi mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta
gandengan, kereta tempelan, kendaraan umum, mobil penumpang, dan sepeda motor. Mobil
4 Lihat Pasal 18 Perda Pengendalian Pencemaran Udara.5 Pasal 19. Ibid.
6
penumpang mencakup mobil penumpang umum, mobil penumpang tidak umum, dan mobil
penumpang instansi pemerintah.6 Selanjutnya pergub ini mengatur bahwa setiap kendaraan
bermotor yang berjenis mobil bus, mobil barang, kendaraan khusu, kereta gandengan, kereta
tempelan, kendaraan umum, dan mobil pemumpang umum yang dioperasikan di jalan wajib
melakukan uji berkala sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Adapun pelaksana pengujian berkala tersebut adalah Dinas Perhubungan.7
Selain kendaraan jenis di atas, pengujian emisi juga wajib dilakukan terhadap mobil penumpang
bukan umum dan sepeda motor. Adapun yang melaksanakan pengujian tersebut adalah
bengkel pelaksana uji emisi dan dilakukan oleh teknisi uji emisi.8 Bagi yang lulus uji emisi diberi
tanda lulus uji emisi dalam bentuk stiker. Uji emisi ini wajib dilaksanakan sekurang-kurangnya
setiap 6 bulan.9
Pergub Ambang Batas Emisi mengatur tentang ambang batas emisi yang harus dipenuhi
oleh kendaraan bermotor agar dapat dinyatakan lulus uji emisi. Batas-batas ambang emisi gas
buang yang dapat lulus uji emisi adalah sebagai berikut.10
1. Kendaraan bermotor beroda 4 berbahan bakar bensin
- Kadar CO maksimal 3 % dan HC maksimal 700 ppm untuk mobil produksi di bawah 2007.
- Kadar Co maksimal 1,5% dan HC maksimal 200 ppm untuk mobil produksi 2007 ke atas.
2. Kendaraan bermotor beroda 4 berbahan bakar solar
- Kadar opasitas (kadar timbal) maksimal 50% untuk yang berbobot 3,5 ton ke bawah
- Kadar opasitas maksimal 60% untuk yang berbobot lebih besar dari 3,5 ton.
3. Sepeda motor
- CO maksimal 4,5% dan HC 12.000 ppm untuk sepeda motor 2 langkah produksi di
bawah 2010.
6 Lihat Pasal 3 ayat 1 dan 2 Pergub Uji Emisi.7 Pasal 5. Ibid.8 Pasal 6. Ibid.9 Pasal 7. Ibid.10 Uji Emisi, Beda Kendaraan Beda Ambang Batas, http://sains.kompas.com/read/2008/12/16/ 11435257/Uji.Emisi..Beda.Kendaraan.Beda.Ambang.Batasnya dan 2009, Sepeda Motor Juga Diuji Emisi, http://sains.kompas.com/read/2008/12/16/12464422/2009..Sepeda.Motor.Juga.Diuji.Emisi, keduanya diakses pada tanggal 15 Januari 2010.
7
- CO maksimal 5,5% dan HC 2.400 ppm untuk sepeda motor 4 langkah produksi di bawah
2010.
- CO maksimal 4,5% dan HC 2.000 ppm untuk sepeda motor 2 dan 4 langkah produksi di
pada 2010 dan sesudahnya.
C. Bahan-bahan Pencemar Udara11
1. Particulate Matter (PM10)
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat
tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping mengganggu estetika, partikel
berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan
penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber
utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas.
Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung dari
diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan
partikel kecil (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu
yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 µm (PM10). PM10
diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan
pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak,
sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis.
Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya. Partikel yang terhirup
(inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer
dari gas-gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, misalnya partikel
sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx. Umumnya partikel sekunder berukuran
2,5 mikron atau kurang. Proporsi cukup besar dari PM2,5 adalah amonium nitrat, ammonium
sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer
11 http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/11/30/pelanggar-uji-emisi-dikenakan-sanksi-pidana
8
dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas
yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya (Harrop,
2002). Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap
kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih
dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.
Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi langsung di dalam
sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang
tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang mengandung senyawa karbon dapat
mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau
semi-gas karena menempel pada permukaannya. Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah
partikel Pb yang diemisikan dari gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan
bakar mengandung Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor
dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikrometer.
Partikulat diemisikan dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar minyak,
(gasoline, diesel fuel), pencampuran dan penggunaan pupuk dan pestisida, konstruksi, proses-
proses industri seperti pembuatan besi dan baja, pertambangan, pembakaran sisa pertanian
(jerami), dan kebakaran hutan. Hasil data pemantauan udara ambient di 10 kota besar di
Indonesia menunjukan bahwa PM10 adalah parameter yang paling sering muncul sebagai
parameter kritis (Bapedal, 2000, 2001; KLH, 2002, 2003, 2004).
2. Ozone (O3)
Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi
fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh ozon
troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia. Laporan
Badan Kesehatan Dunia menyatakan konsentrasi ozon yang tinggi (>120 µg/m3) selama 8 jam
atau lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian atau kunjungan ke rumah sakit
karena gangguan pada sistem pernafasan. Pajanan pada konsentrasi 160 µg/m3 selama 6,6 jam
9
dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru akut pada orang dewasa yang sehat dan pada
populasi yang sensitif.
Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu (precursor) pembentukan
ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah (troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000m)
terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan
sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim tropis
seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan pencemar sekunder, konsentrasi ozon di
luar kota --di mana tingkat emisi prekursor umumnya lebih rendah-- seringkali ditemukan lebih
tinggi daripada konsentrasi ozon di pusat kota.
Percepatan produksi ozon dibantu dengan kehadiran senyawa lain seperti NOx,
hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga diemisikan dari pembakaran bahan
bakar fosil. Puncak pola fluktuasi harian ozon umumnya terjadi setelah terjadinya puncak
konsentrasi NOx dan efek yang lebih merugikan terhadap kesehatan karena adanya kombinasi
pencemar NOx dan ozon dapat terjadi. Diketahui bahwa kombinasi NOx-O3 dapat menyebabkan
penurunan fungsi paru-paru (Hazucha, 1996).
Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon
dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu,
logam, cat, dlsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya
keanekaragaman hayati. Penelitian di negara Asia seperti Jepang dan Pakistan menunjukan
bahwa pajanan ozon pada tanaman padi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
berkurangnya hasil produksi (Agrawal et al., 1999).
3. Carbon Monoxide (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar
yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi.
Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernafasan dan diabsorpsi di dalam peredaran
darah. Karbon monoksida akan berikatan dengan haemoglobin (yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh) menjadi carboxyhaemoglobin. Gas CO mempunyai
10
kemampuan berikatan dengan haemoglobin sebesar 240 kali lipat kemampuannya berikatan
dengan O2. Secara langsung kompetisi ini akan menyebabkan pasokan O2 ke seluruh tubuh
menurun tajam, sehingga melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang
didistribusikan. Konsentrasi rendah (<400 ppmv ambient) dapat menyebabkan pusing-pusing
dan keletihan, sedangkan konsentrasi tinggi (>2000 ppmv) dapat menyebabkan kematian.
CO diproduksi dari pembakaran bakan bakar fosil yang tidak sempurna, seperti bensin,
minyak dan kayu bakar. Selain itu juga diproduksi dari pembakaran produk-produk alam dan
sintesis, termasuk rokok. Konsentrasi CO dapat meningkat di sepanjang jalan raya yang padat
lalu lintas dan menyebabkan pencemaran lokal. CO kadangkala muncuk sebagai parameter
kritis di lokasi pemantauan di kota-kota besar dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi seperti
Jakarta, Bandung dan Surabaya, tetapi pada umumnya konsentrasi CO berada di bawah
ambang batas Baku Mutu PP41/1999 (10,000µg/m3/24 jam). Walaupun demikian CO dapat
menyebabkan masalah pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) pada ruang-ruang
tertutup seperti garasi, tempat parker bawah tanah, terowongan dengan ventilasi yang buruk,
bahkan mobil yang berada di tengah lalulintas.
4. Carbon Dioxide (CO2)
Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang diemisikan dari sumber-sumber alamiah dan
antropogenik. Karbon dioksida adalah gas yang secara alamiah berada di atmosfer Bumi,
berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba di tanah dan lautan.
Karbon dioksida akan larut di dalam air hujan dan membentuk asam karbonat,
menyebabkan air hujan bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan air tawar. Tetapi akibat
aktivitas manusia (pembakaran batubara, minyak dan gas alam) konsentrasi global CO2 telah
meningkat sebesar 28% dari sekitar 280 ppmv pada awal revolusi industri di tahun 1850an
menjadi 360 ppm pada masa kini (IPCC, 1996).
11
Masalah utama dari peningkatan CO2 adalah perubahan iklim. Karbon dioksida adalah gas
rumah kaca (GRK) karena potensi pemanasan globalnya (GWP/Global Warming Potential). Pada
saat ini tidak hanya CO2 yang dikenal sebagai GRK tetapi juga pencemar udara lainnya seperti
metana, ozon, kloroform, N2O dan HFCs.
5. Nitrogen Oxide (NOx)
Oksida nitrogen (NOx) adalah kontributor utama smog dan deposisi asam. Nitrogen oksida
bereaksi dengan senyawa organic volatile membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti
peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia dan dengan air hujan menghasilkan asam
nitrat dan menyebabkan hujan asam. Smog fotokimia berbahaya bagi kesehatan manusia
karena menyebabkan kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak
dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan visibilitas.
Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat
dan terdeposisi ke permukaan Bumi) dapat membahayakan tanam-tanaman, pertanian,
ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan sungai lalu
melepaskan logam berat dari tanah serta mengbah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya
dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air. Oksida nitrogen diproduksi
terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam.
6. Sulfur Dioxide (SO2)
Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah
tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada
pembangkit listrik adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri
seperti pembuatan kertas dan peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam
konsentrasi yang relatif tinggi.
SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami
konversi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol asam tersebut
12
memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan
pernafasan hingga kerusakan permanent pada paru-paru. Pencemaran SO2 pada saat ini baru
teramati secara lokal di sekitar sumber-sumber titik yang besar, seperti pembangkit listrik dan
industri, meskipun sulfur adalah salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan
solar. Data dari pemantauan kontinu pada jaringan pemantau nasional pada saat ini jarang
mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis, kecuali pada lokasi-lokasi tertentu. Lokasi
pemantauan di Surabaya UAQi, Utara yang diduga menerima emisi jarak jauh dari sumber
pencemar di daerah Gresik kadangkala mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis (data from
DLH Surabaya, 2005). Konsentrasi SO2 yang relative tinggi juga ditemukan di sekitar lokasi
industri di daerah Karawang, walaupun secara umum nilai rata-ratanya masih tetap berada di
bawah ambang batas Baku Mutu Kualitas Udara (data BPLHD Jabar, 2004).
7. Volatile Organic Compounds (VOCs)
Senyawa organic volatile (VOC) adalah senyawa organic yang mudah menguap. Banyak
senyawa organic volatile memiliki karakteristik mudah menguap/ berubah dari fasa cair
menjadi fasa gas pada temperatur ruang. VOC termasuk benzena, pelarut seperti toluen dan
xilen serta perkloroetilen. VOC dilepaskan dari pembakaran bahan bakar, seperti bensin, kayu,
batubara, bahan-bahan pelarut, cat, lem dan produk-produk lain yang digunakan di rumah dan
kantor. Emisi kendaraan bermotor adalah sumber VOC yang penting. Berbagai senyawa VOC
adalah pencemar udara yang berbahaya, benzene, formaldehida, benzo – a – pirena (BaP). VOC
juga merupakan precursor ozon yang dapat meningkatkan produksi ozon meningkat dengan
cepat.
Hidrokarbon, termasuk VOC tidak dipantau oleh jaringan pemantau nasional, tetapi sistem
yang pernah terpasang dan beroperasi di Jakarta pada tahun 1995 – 2000 mengukur senyawa
hidrokarbon sebagai NMHC (hidrokarbon non metana).
Pemantauan HC selama proyek JICA tahun 1996 menunjukan bahwa nilai konsentrasi rata-
rata 3-jam NMHC di seluruh stasiun pengamatan telah melampaui ambang batas Baku Mutu
13
DKI Jakarta, Walaupun pada saat ini jaringan pemantau tidak mengukur senyawa HC seperti
NMHC, pengamatn JICA membuktikan bahwa di samping PM10 dan O3 yang sering menjadi
parameter kritis, HC juga perlu mendapat perhatian, Hal ini disebabkan juga karena banyak
senyawa NMHC adalah juga merupakan precursor O3.
Sebagaimana ditunjukan dalam repartisi emisi HC (lihat bagian Inventarisasi Emisi), yang
mengestimasi bahwa lebih dari 90% HH diemisikan dari berasal dari emisi gas buang, data-data
ini menunjukkan bahwa konsentrasi ambient HC yang tinggi diperkirakan juga berasal dari
sumber yang sama dengan precursor O3 yang lain (NOx dan CO). Analisis ini menggambarkan
bahwa untuk menurunkan pencemaran O3, strategi penurunan emisi kendaraan bermotor juga
harus secara komprehensif mengendalikan emisi HC.
8. Timbal (Pb)
Timbal adalah logam yang sangat toksik dan menyebabkan berbagai dampak kesehatan
terutama pada anak-anak kecil. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan
masalah pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbale dapat
menyebabkan kanker.
Dimulai di Jabodetabek pada bulan Juli 2001 lalu di Denpasar, Batam dan Cirebon
kandungan Pb di dalam bensin telah dihapuskan, yang secara langsung telah menurunkan
konsentrasi timbal di udara. Tetapi baru kota-kota tersebut yang mendapatkan pasokan bensin
tanpa timbal.
D. Dampak Pencemaran Udara
Perhatian masyarakat terhadap kualitas udara semakin besar ketika mengetahui
dampaknya terhadap kesehatan anak-anak, terutama yang berhubungan dengan insiden dan
prevalen asma. Walaupun belum disepakatinya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa asma
14
disebabkan oleh pencemaran udara, temuan terbaru menunjukkan bahwa pencemaran udara
menjadi pencetus gejala-gejala asma.
Beberapa komponen hidrokarbon dari gas buang kendaraan bermotor, seperti
polycyclicaromatic hydrocarbons (PAH) pada partikel diesel, diketahui sebagai penyebab
kanker, demikian juga benzena dan 1,3-butadiene. CO, yang banyak ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di perkotaan, diketahui dapat memperburuk penyakit jantung dengan cara
mengganggu kapasitas darah dalam mengangkut oksigen.
Penelitian epidemiologi terkini menemukan bahwa partikulat diesel bertanggung jawab
terhadap peningkatan gangguan penyakit-penyakit paru-paru dan jantung bahkan di tingkat
pencemaran yang relatif rendah (Colville, et al., 2001).
Timbal yang digunakan sebagai peningkat oktan dalam bensin bertimbal diketahui sebagai
penyebab kerusakan susunan syaraf dan menurunkan tingkat kecerdasan (IQ). Pajanan timbal
jangka panjang menunjukkan pada setiap peningkatan 10 sampai 20 µg/dl timbal darah
berhubungan dengan kehilangan IQ dua setengah poin (EPAQS, 1998).
Dalam studi-studi laboratorium, sudah sejak lama diketahui bahwa SO2 menyebabkan
batuk pada pajanan konsentrasi tinggi dalam jangka pendek, terutama terhadap mereka yang
menderita asma.
Pencemar udara dari jalan raya sebagai penyebab gangguan kesehatan di perkotaan negara
maju saat ini adalah NO2 (Colville et al., 2001). Keterkaitan antara NO2 dengan kesehatan
masyarakat termasuk peningkatan total angka kematian karena penyakit jantung, kematian
bayi, kunjungan pengidap asma di unit gawat darurat, dan perawatan penyakit paru di rumah
sakit. NO2, bersama dengan volatile organic compounds (VOCs) merupakan komponen
penyebab munculnya ozone (O3) dan pencemar fotokimia lainnya (Sillman, 1999). O3 telah
diketahui memperparah gejala asma, selain juga dapat merusak pertanian.
Selain dampak kesehatan masyarakat dan lingkungan perkotaan, emisi dari sarana
transportasi turut berkontribusi terhadap dampaknya bagi atmosfer, seperti deposisi asam,
penipisan ozon di stratosfer, dan perubahan iklim global. Gas buang SO2 dan NOx lebih jauh
dapat memunculkan proses pengasaman di atmosfer melalui oksidasi, yang merubahnya
menjadi asam sulfur dan asam nitrat. Meskipun pencemaran dari sarana transportasi masih
15
jauh untuk menjadi sumber penipisan lapisan ozon di stratosfer, namun unit penyejuk udara
(AC) dalam kendaraan bermotor ternyata ikut berkontribusi terhadap terjadinya dampak
tersebut.
Kontribusi terbesar emisi dari transportasi adalah CO2 dan H2O, dikenal sebagai gas-gas
greenhouse, yang dibawah pengawasan ketat berkaitan dengan dampaknya terhadap
pemanasan dan perubahan iklim global. Disamping manfaat penggunaannya dalam
menurunkan emisi NOx, VOCs, and CO, catalytic converter juga mempunyai kelemahan, karena
meningkatkan emisi CO2, N2O, dan NH3 yang berkontribusi pada perubahan iklim dan deposisi
asam. Sementara emisi dari N2O meningkat sebanyak 10 faktor (Wade et al., 1994), N2O dalam
skala kecil juga dianggap bertanggungjawab terhadap pemanasan global. Sementara itu, sedikit
saja peningkatan CO2 akan memberikan dampak yang lebih besar.
Pemerinah sebagai aparat penegak hokum di negeri ini perlu memikirkan langkah langkah
yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara
yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
pemerintah diantaranya adalah sebagai berikut:
• Menetapkan standar emisi gas buang bagi seluruh kendaraan bermotor
• Menciptakan angkutan umum yang aman, nyaman, murah dan cepat untuk menarik
minat pengguna kendaraan pribadi
• Menerapkan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.
• Menggalakkan penggunaan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak
BAB III
PELAKSANAAN UJI EMISI BAGI ANGKUTAN
A. Pelaksanaan Di DKI Jakarta
Sesuai dengan ketentuan UU Lalu Lintas dan Angkutan Darat, kendaraan bermotor umum
wajib melakukan uji emisi buang baik melalui uji tipe maupun melalui uji berkala.12 Sementara
itu, kendaraan pribadi hanya wajib melakukan uji tipe, sedangkan untuk uji berkala tidak 12 Pasal 49 UU Lalu Lintas dan Angkutan Darat.
16
terdapat kewajiban. Uji emisi merupakan hanya salah satu dari 9 uji kelaikan suatu kendaraan
bermotor. Oleh karena itu Disbub DKI dalam melakukan pengujian kelaikan kendaraan
bermotor melakukan pengujian terhadap aspek-aspek lain. Kendaraan umum yang tidak lulus
emisi akan dinyatakan tidak laik jalan oleh Dishub dan bukan tidak lulus emisi. Dalam
wawancara yang kami lakukan dengan UPT PKB Ujung Menteng, kami melihat langsung proses
uji emisi kendaraan umum (Terlampir foto-foto pengujian emisi) dan melihat contoh dokumen
yang menunjukkan hasil pengujian emisi (Terlampir)
UU Lalu Lintas dan Angkutan Darat tidak mengatur kewajiban kendaraan pribadi untuk
melakukan uji berkala emisi gas buang. Namun mempertimbangkan besarnya peranan
kendaraan pribadi dalam menyumbang emisi gas buang di DKI Jakarta, maka Pemda DKI tidak
hanya mewajibkan pengujian berkala terhadap kendaraan umum tetapi juga kendaraan pribadi
sebagaimana yang dijelaskan pada BAB II bagian peraturan. Ketentuan tersebut didasarkan
pada ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh
karena didasarkan pada peraturan perundang-undangan tersebut, maka pengujian berkala
kendaraan pribadi tersebut dilaksanakan oleh Tim Kerja yang diketuai oleh Kepala Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI (BPLHD) dan pengujiannya dilakukan oleh bengkel
pelaksana uji emisi dan bukan Dishub.
Mengingat semakin besarnya kontribusi pencemaran udara dari kendaraan bermotor di
beberapa kota di Indonesia, beberapa kota telah mulai mengembangkan termasuk DKI Jakarta
telah memberlakukan sistem Pemeriksaan dan Perawatan (P&P) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi (in-use vehicles) yang tidak memenuhi
ambang batas emisi polutan untuk parameter CO, HC, dan opasitas. Kendaraan yang tidak
memenuhi ambang batas tersebut dipersyaratkan untuk diperbaiki hingga emisinya memenuhi
ambang batas. Pemeriksaan dan perawatan diperlukan karena sejalan dengan usia pakai
kendaraan kinerja mesin dan kondisi gas buang akan menurun. Melalui perawatan rutin seperti
penyetelan mesin, pembersihan filter udara, dan lain-lain emisi gas buang CO dapat berkurang
hingga 50%, HC hingga 35%, dan partikulat hingga 45%. Disamping itu efisiensi bahan bakar pun
dapat mencapai antara 3%-10%.
17
Berdasarkan hasil penelitian baik pustaka maupun lapangan berupa wawancara didapatkan
hasil bahwa Sub Dinas Pengendalian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan
Pemerintah DKI Jakarta dan Ditlantas Polda Metro Jaya, Kejaksaan Negeri Jakarta13:
A. Belum berani melaporkan dan menangkap serta memeriksa korporasi angkutan umum yang
telah mencemarkan udara karena belum ada peraturan pelaksananya, sehingga aparat tersebut
tidak bisa melakukan penangkapan terhadap angkutan umum yang telah mencemarkan udara
dari asap tebal kanlpot yang dikeluarkan.
Mereka hanya bisa menstop sementara untuk menyuruh melakukan uji emisi pada
Pengujian Kendaraan Bermotor melalui Tindak Pidana Ringan dengan peradilan cepat di tempat
yang telah ditentukan, yaitu:
1. PKB Pulo Gadung
2. PKB Wilayah I Ujung Menteng bagi domisili kepemilikan angkutan umum di Jakarta
Utara
3. PKB Wilayah II Jagakarsa bagi domisili kepemilikan angkutan umum di Jakarta Selatan
dan Pusat
4. PKB Wilayah III Kedaung Angke bagi domisili kepemilikan angkutan umum di Jakarta
Barat dan Utara
Jika melanggar lagi Dinas Perhubungan menghentikan operasi kendaraan tersebut dengan
tersebut dengan mengandangkannva di Rawa Buaya, Pulau Gebang dan Tanah Merdeka. Upaya
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta untuk melakukan penegakan hukum dan mencegah
pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi gas buang angkutan umum dengan mewajibkan
setiar 6 hujan dilakukan uji emisi dan dicek oleh petugas Dinas Perhubungan, kendaraan
bermotor pribadi juga wajib melakukan uji emisi pada bengkel yang telah diberikan Sertifikat Uji
Emisi, melakukan pembatasan umur kendaraan yang laik jalan, 15 tahun untuk angkutan umum
dan 10 tahun untuk kendaraan pribadi.
Bagi angkutan umum kendaraan yang dibawah tahun 1990 tidak boleh beroperasi lagi.
Sering dilakukan pemeriksaan oleh petugas Dinas Perhubungan baik mengenai kondisi
kendaraan dan uji emisi serta mengadakan serninar dengan mengundang para pengusaha
angkutan umum agar selalu merawat kendaraannya supaya ramah lingkungan. Mernberikan 13 Rudi Satori, Wawancara Penegakkan uji emisi, Dishub DKI, Tanah Abang, Jakarta, 2009
18
penataran bagi penghargaan bagi pengemudi agar pengemudi selalu mematuhi rambu lalu
lintas dan merawat kendaraannya. Memperbanyak taman hijau. Sedang membangun sarana
dan prasana bahan bakar gas, karena BBG merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan atau
tidak rnampunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan biayanya juga murah,
pembangunan busway, monorel, underway, tambahan kereta api listrik, tansportasi air,
mengurangi penggunaan mobil pribadi dengan menaiki angkutan umum dimana
kenyamanannya seperti mobil pribadi. Ada kerjasama yang baik antara Dinas perhubungan
yang sedang melakukan tugas dijalan dengan Polisi lalu lintas seperti melakukan razia bersama
sehingga Polisi bisa menahan SIM, STNK, PKB, Dinas Perhubungan bisa memberikan surat untuk
melakukan uji emisi kendaraan bermotor terhadap angkutan umum yang dicurigai asap
knalpotnya melebihi ambang batas dan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku, serta
koordinasi dengan BPLHD dan Kementrian Lingkungan Hidup yang juga berfungsi sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sehingga angkutan umum bisa dipertanggungjawabkan
perbuatannya secara pidana melalui proses persidangan di pengadilan agar korporasi jera tidak
mau mencemari udara Kota Jakarta lagi dan usaha Pemerintah DKI menciptakan langit Jakarta
yang bersih dapat terwujud.
B. Denda Yang Dikenakan
Berdasarkan ketentuan Pasal 268 UU Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang terakhir, bagi
pelanggar sanksi yang dikenakan berupa pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda
paling tinggi Rp 500.000,00.
Sesuai wawancara dengan Bapak Rudi S selaku Staff pada Pengendalian Dinas Perhubungan
DKI Jakarta dan Bapak Zulfikar selaku Staff pada PKB Ujung Menteng, maka di DKI jakarta
telah dilakukan uji petik secara berkala satu atau dua kali per bulan, juga bengkel resmi
ATPM yang berada di lima wilayah DKI Jakarta untuk uji emisi bagi kendaraan pribadi. Sanksi
19
untuk DKI Jakarta sesuai Perda No 2 tahun 2005 ditetapkan maksimal Rp 50 juta atau
kurungan penjara enam bulan.
20
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang kami lakukan, perangkat perundang-undangan yang dibutuhkan
untuk pelaksanakan pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di DKI Jakarta sudah
memadai. Selain itu, lembaga pelaksana pengendalian tersebut juga telah dibentuk dan
menjalankan tugasnya. Penelitian kami juga menunjukkan bahwa Penda DKI telah menunjukkan
keseriusan dalam melakukan pengendalian emisi kendaraan bermotor tersebut melalui
kebijakan pewajiban pengujian secara berkala kendaraan pribadi meskipun perundanga-
undangan lalu lintas dan angkutan jalan tidak mewajibkan hal tersebut. Selain itu, Pemda DKI
juga telah berupaya untuk meningkatkan uji emisi melalui peningkatan jumlah bengkel yang
dapat melakukan pengujian emisi dan kegiatan uji petik sebagai bagian dari kegiatan
pengawasan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang No 22 tahun 2009 TentangLalu Lintas Angkutan Jalan
2. http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=109812
3. http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/11/30/pelanggar-uji-emisi-dikenakan-
sanksi-pidana
4. http://sains.kompas.com/read/2008/12/16/11435257/
Uji.Emisi..Beda.Kendaraan.Beda.Ambang.Batasnya
5. http://sains.kompas.com/read/2008/12/16/12464422/2009..Sepeda.Motor.Juga.Diuji.Emisi
6. Rudi Satori, Wawancara Penegakkan uji emisi, Dishub DKI, Tanah Abang, Jakarta, 2009
7. Zulfikar, wawancara uji emisi, Pemeriksaan Kenaraan Bermotor Ujung Menteng, Jakart,
2010
22
LAMPIRAN
23
24
top related