hubungan antara perilaku merokok dengan...
Post on 06-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS XI & XII DI SMK
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KRISTEN SALATIGA
OLEH
HETTY CHRISTINE S
802012119
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Hetty Christine S
NIM : 802012119
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-eclusif royalty freeright) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN PRESTASI BELAJAR
PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS XI & XII DI SMK TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI KRISTEN SALATIGA
Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 21 Oktober 2016
Yang menyatakan,
Hetty Christine S
Mengetahui,
Pembimbing
Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si. Psi.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hetty Christine S
NIM : 802012119
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN PRESTASI BELAJAR
PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS XI & XII DI SMK TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI KRISTEN SALATIGA
Yang dibimbing oleh :
Ratriana Y. E. Kusumiati, M.Si. Psi.
Adalah benar - benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri
tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 21 Oktober 2016
Yang memberi pernyataan
Hetty Christine S
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN PRESTASI BELAJAR
PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS XI & XII DI SMK TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI KRISTEN SALATIGA
Oleh
Hetty Christine S
802012119
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 1 November 2016
Oleh :
Pembimbing,
Ratriana Y. E. Kusumiati, M.Si. Psi.
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari S., MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS XI & XII DI SMK
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KRISTEN SALATIGA
Hetty Christine S
Ratriana Y. E. Kusumiati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini mengangkat hubungan antara perilaku merokok dengan prestasi belajar
siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku merokok
dengan prestasi belajar pada siswa-siswa tersebut. Desain penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi korelasional yang melibatkan 76 siswa
sebagai responden penelitian, kuesioner dan nilai rapor/indeks prestasi kumulatif
sebagai alat pengumpulan datanya. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi
dengan teknik pearson correlation dan diperoleh hasil skor pearson correlation sebesar -
0,199 dengan signifikansi sebesar 0,042 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar siswa laki-laki kelas
XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen.
Kata Kunci : Perilaku merokok, prestasi belajar
ii
Abstract
This study explores the relationship between smoking behavior and academic
achievement of male students in class XI & XII SMK Christian Technology and Industry
Salatiga. This study aims to determine how the relationship between smoking behavior
and academic achievement in these students. Design of this study using quantitative
research design correlational study involving 76 students as respondents, the
questionnaire and grades / GPA as a means of collecting data. Hypothesis testing using
correlation with Pearson correlation techniques and the results score Pearson
correlation of -0.199 with a significance of 0.042 (p <0.05). The results showed a
negative correlation between smoking behavior and academic achievement of male
students of class XI and XII in Technology and Industry Vocational Christian.
Keywords: Smoking behavior, academic achievement
1
PENDAHULUAN
Dalam konteks pendidikan formal di Indonesia, kualitas seorang individu dinilai
dari seberapa tinggi prestasi belajar yang diraihnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
prestasi belajar merupakan hal yang penting bagi individu untuk menilai seberapa baik
kualitas diri yang dimiliki. Winkel (2004) menjelaskan bahwa prestasi belajar
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan mengubah sikap/perilaku ke arah yang lebih baik.
Menghadapi era globalisasi sekarang ini, diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas SDM ini terlebih dahulu dapat dilakukan
dengan peningkatan mutu pendidikan nasional pada umumnya dan peningkatan prestasi
akademik siswa pada khususnya. Prestasi belajar menurut Bloom (dalam Azwar, 2002)
adalah mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar, selanjutnya Azwar (2002)
menambahkan bahwa prestasi belajar atau keberhasilan belajar dapat dioperasikan ke
dalam bentuk atau indikator-indikator seperti nilai raport, indeks prestasi studi, angka
kelulusan, predikat keberhasilan dan indikator lain yang mampu menggambarkan
kemampuan individu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan prestasi belajar adalah
faktor kondisi fisik seperti yang dijelaskan oleh Azwar (2004) bahwa kondisi fisik
umum seperti penglihatan, pendengaran dan sistem saraf mempengaruhi individu dalam
proses belajar dan mencapai prestasi belajar yang maksimal. Banyak hal berkaitan
dengan kondisi fisik individu yang mempengaruhi usaha mereka mencapai prestasi
belajar yang diinginkan. Faktor keterbatasan fisik (cacat fisik) dan kondisi sakit menjadi
faktor-faktor penghambat bagi individu dalam proses belajar. Keadaan fisik tersebut
2
bisa dialami sejak lahir (hereditas) atau bisa juga terjadi karena kurangnya kewaspadaan
individu dalam menjaga kondisi kesehatan (Mudzakir dan Sutrisno, 1997).
Kurangnya kewaspadaan dalam menjaga kesehatan sering dialami remaja, salah
satu contoh yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari adalah perilaku merokok
remaja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merokok adalah perilaku menghisap
gulungan tembakau yang dibungkus kertas. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perilaku
merokok sudah dimulai dari usia anak-anak hingga remaja. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 adapun usia pertama kali merokok pada usia
10-14 tahun yaitu sebesar 9,3% dan usia merokok ini meningkat pada usia diatas 15
tahun yaitu 40%, sedangkan pada data Riskesdas 2010 terjadi peningkatan kembali
merokok pada usia diatas 15 tahun yaitu 43,3% dengan prevalensi perilaku merokok di
Indonesia sebesar 34,7%. Pada tahun 2013, prevalensi perilaku merokok usia diatas 15
tahun mengalami peningkatan dari 34,7% menjadi 36,3% (Riskesdas, 2013).
Data Kemenkes tahun 2011 menunjukkan bahwa ada sekitar 60% pria di atas 15
tahun yang tergolong dalam perokok aktif, hasil tersebut menggambarkan bahwa
perokok pasif di Indonesia jumlahnya sangat besar. Hasil survey yang dilakukan Global
Adult Tobbaco Survey (GATS, 2011), juga mendapatkan hasil yang memprihatinkan
yaitu prevalensi perokok di Indonesia peringkatnya naik menjadi nomor dua terbesar di
dunia.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi
individu yang merokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok yang ikut
terhirup asap rokok dan kerugian yang ditimbulkan bisa dari sisi kesehatan juga
ekonomi. Dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok
seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar akan memacu kerja dari susunan sistem saraf
3
pusat dan sususan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan
detak jantung bertambah cepat (Sitkes, 2014).
Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk
mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
selalu tinggi untuk mencapai kepuasan dan ketagihannya (Mukuan, 2012), jika remaja
terus menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak.
Prasadja (2012) mengatakan penumpukan nikotin tersebut dapat mengakibatkan
penurunan motivasi, penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat.
Ada pengaruh perilaku merokok terhadap memori jangka panjang pada perokok
yaitu ingatan perokok ketika di tes sambil merokok lebih rendah dibandingkan dengan
ingatan tanpa merokok (Ayuningtyas, 2011). Siswa SMA di Medan yang berperilaku
merokok pada tahun 2007, menyatakan bahwa 63% remaja SMA sudah merokok
(Nasution, 2007). Kebiasaan menghisap tembakau bertahun-tahun berpengaruh pula
terhadap kesehatan fungsi otak dan psikis. Salah satu kandungan rokok yaitu nikotin,
memiliki efek pada otak antara lain menyebabkan ketergantungan dan toksisitas pada
fungsi kognitif yang memunculkan gejala kesulitan konsentrasi. Menurut Haustein dan
Groneberg (2010) merokok tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik semata,
kebiasaan menghisap tembakau bertahun-tahun berpengaruh pula terhadap kesehatan
fungsi otak dan psikis. Salah satu kandungan rokok yaitu nikotin, memiliki efek pada
otak antara lain menyebabkan ketergantungan dan toksisitas pada fungsi kognitif yang
memunculkan gejala kesulitan konsentrasi. Efek ketergantungan nikotin inilah yang
mengakibatkan paparan terus menerus rokok pada perokok nantinya akan
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif bagi usia pelajar dan penurunan fungsi
kognitif akan berdampak pada proses pembelajarandan perolehan nilai akhir (Haustein
4
& Groneberg, 2010). Penelitian yang dilakukan King’s College London 2007,
menyimpulkan bahwa zat racun yang terkandung dalam rokok dapat merusak memori,
menurunkan kemampuan belajar dan melemahkan daya nalar. Pengaruh rokok terhadap
otak cukup serius dalam jangka menengah dan panjang, bisa diartikan bahwa perokok
memiliki resiko untuk semakin bodoh (Ridwan, 2013).
Selain mempengaruhi aspek fisiologis individu, perilaku merokok juga memiliki
kecenderungan mempengaruhi individu dari sisi psikologis. Perilaku merokok yang
dilakukan individu sangat erat hubungannnya dengan pengaruh teman sebaya atau
lingkungan sosial. Perilaku merokok individu sering diasosiasikan dengan kedewasaan,
menarik lawan jenis, kemampuan bersosialisasi, dan aktualisasi diri.
Fenomena pengaruh perilaku merokok terhadap prestasi belajar di kalangan
pelajar dijelaskan oleh Widodo (2010) bahwa seorang individu yang merokok
cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan individu yang tidak
merokok, dengan aksi merokok sebagai kompensasi dan karena mengenyampingkan
tugas tentu sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Alasan yang dikemukakan
oleh remaja yang merokok adalah karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya
merokok dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya, perilaku merokok
dimulai dari mencoba-coba dan kemudian menjadi ketagihan. Remaja yang mengambil
keputusan untuk menjadi perokok aktif umumnya memiliki frekuensi merokok yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu, akibat dari kebiasaan tersebut tubuh mereka
menjadi ketergantungan terhadap rokok dan menjadi kurang nyaman ketika tidak
merokok. Penelitian yang dilakukan Zhao (dalam Mulyani, 2015) menemukan hasil
bahwa penumpukan nikotin dan berbagai macam zat kimia di otak akan mempengaruhi
kondisi stamina tubuh tubuh dan secara tidak langsung juga mempengaruhi naik
5
turunnya motivasi sehingga akan berpengaruh terhadap proses belajar yang dilakukan
individu.
Remaja yang tergolong perokok aktif memiliki dorongan untuk pada situasi-
situasi tertentu yang terkadang sulit untuk dikendalikan. Sitepoe (2000) menjelaskan
bahwa remaja yang mengalami kecanduan merokok cenderung tidak kesulitan menahan
keinginannya untuk tidak merokok, serta cenderung sensisitf terhadap efek dari nikotin.
Hal tersebut tentunya sangat beresiko bagi remaja perokok dalam mengikuti proses
belajar di sekolah. Kecenderungan siswa untuk merokok ketika jam pelajaran sering
membuat remaja tersebut tidak mampu untuk tetap fokus pada penjelasan guru karena
ingin segera melakukan perilaku merokoknya tersebut. Banyak perilaku yang sering
terlihat di lingkungan akademik terkait perilaku merokok siswa, beberapa siswa yang
tidak mampu menahan dorongan untuk merokok seringkali meminta ijin keluar kelas
dengan alasan ke toilet namun kemudian merokok di sana, tidak jarang pula siswa
dengan sengaja melakukan pembolosan untuk melakukan perilakunya tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku merokok tidak hanyamempengaruhi kondisi fisik individu
dalam proses belajar akan tetapi perilaku merokok juga dapat memengaruhi minat
belajar dan prestasi belajar individu.
Di dalam konsep tobacco depency (ketergantungan merokok) dijelaskan bahwa
motivasi perokok bergeser dari keingintahuan menjadi sumber kenikmatan dan perilaku
yang menyenangkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh sifat nikotin yang adiktif dan akan
bekerja cepat menstimulan untuk terus digunakan sehingga apabila pengguna atau
perokok berhenti melakukan kebiasaannya tersebut maka akan menimbulkan kecemasan
dan stres (Komalasari dan Helmi, 2000).
6
Berdasaran hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMK
Teknologi dan Industri Kristen Salatiga, diketahui bahwa perilaku merokok yang
dilakukan para siswa tersebut adalah salah satu cara mengatasi stres belajar, artinya saat
mereka merasakan stres di kelas mereka akan meminta ijin untuk ke toilet dan merokok
di sana. Waktu yang biasanya dipakai untuk merokok di sekolah adalah pada saat ijin ke
toilet (sebatang rokok dihabiskan), pada saat istirahat, dan pada saat pulang sekolah.
Sensasi yang dirasakan oleh siswa-siswa tersebut setelah merokok bermacam-macam,
ada siswa yang merasa pikirannya lebih tenang, ada siswa yang merasa kantuknya
hilang sejenak, namun ada pula yang merasa semakin malas mengikuti pelajaran karena
efek rokok yang membuatnya rileks dan semakin mengantuk.
Melihat fenomena dan hasil penelitian yang ada maka penulis ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai perilaku merokok dan prestasi belajar. Alasan penulis
memilih judul ini karena sejauh pengamatan penulis, penting untuk melihat dinamika
perilaku merokok di kalangan remaja atau siswa SMK dan pengaruhnya terhadap
perkembangan akademik siswa-siswa tersebut.
Dengan demikian,berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk menelaah hubungan antara Perilaku Merokok
dengan Prestasi Belajar. Secara khusus peneliti merumuskan penelitian ini dengan judul
“Hubungan Perilaku Merokok Dengan Prestasi Belajar Siswa Laki-laki Kelas XI
& XII di SMK Teknologi Dan Industri Kristen Salatiga”.
7
A. Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Asap yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung yang terbakar serta asap rokok yang
dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidertream smoke. Sidestream smoke atau
asap sidestream mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif (Sitepoe, 2000).
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, yang mengandung nikotin dan
tar atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000).
Berikut kandungan bahan kimia dan efeknya terhadap tubuh atau penggunanya:
1. Nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah
tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar
nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat
seseorang ketagihan.
2. Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus
rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 ug.
Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug
per hari. Bisa dibayakangkan bila seorang perkok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
3. Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh,
tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut
8
tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas
CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen. Sementara
dalam darah perokok mencapai 4-15 persen.
4. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap
rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam
rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan
dan paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,
sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg (Amelia, 2009).
Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin
yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%, walau demikian kecil jumlah tersebut
memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak (Haq, 2009). Nikotin merupakan
zat adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menimbulkan efek
ketagihan atau ketergantungan dalam jangka waktu yang lama. Nikotin juga
merangsang zat kimia di otak sehingga menyebabkan kecanduan dan merangsang
kelenjar adrenalin menghasilkan hormon yang mengganggu kerja jantung, akibat paling
buruk yang merugikan pelajar adalah kerusakan jaringan otak yang ditimbulkan nikotin
(Afifa, 2012).
B. Aspek-Aspek Perilaku Merokok
Aspek-aspek perilaku merokok menurut (Aritonang dalam Nasution, 2007) yaitu:
1. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Erickson (Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok
berkaitan dengan masa mencari jati diri pada remaja. Silvans & Tomkins
9
(Mu’tadin. 2002) fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si
perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.
2. Intensitas merokok
Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok
yang dihisap, yaitu :
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
b. Perokok sedang yang menghisap lebih dari 5-14 batang rokok dalam sehari
c. Perokok ringan yang menghisap lebih dari 1-4 batang rokok dalam sehari
3. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua (Mu’tadin, 2002) yaitu :
A. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
1. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang
lain, karena itu mereka menempatkan diri smoking area.
2. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
B. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat
seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang
kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang
berfantasi.
10
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar (Achievement) menurut Carter Good (1969) adalah pencapaian
atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan
pengetahuan.Dalam bidang akademik prestasi belajar dinyatakan sebagai pengetahuan
yang dicapai atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu di
sekolah. Biasanya prestasi belajar ditetapkan dengan nilai tes/ujian atau oleh nilai yang
diberikan guru, atau keduanya. Pencapaian siswa dalam hal mata pelajaran seperti
Membaca, Aritmatika dan Sejarah, sebagaimana berlawanan dengan keterampilan yang
dikembangkan dalam pelajaran seperti Seni atau Pendidikan Jasmani.
Prestasi belajar secara spesifik dirumuskan sebagai terminal behaviour
konqueren dengan tujuan pengajaran untuk setiap siswa pada kelas tertentu dalam satu
kurun waktu tertentu (tahun ajaran). Menurut tujuan test prestasi belajar dari Davis
(1985) berupa knowledge, understanding and skills siswa dalam satu waktu tertentu
yang memprediksi performance and kompetensi siswa dalam materi/mata pelajaran
yang dipelajari siswa dalam satu rentang waktu tertentu (cawu atau tahun pelajaran).
Wayan K. (2001) mengungkap prestasi belajar itu sebagai berikut dalam
kegiatan pengajaran terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dimana guru
memegang perananan yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar tersebut
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang terwujud dalam bentuk prestasi belajar
siswa (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif) seperti sikap, watak, dan
kepribadian siswa. Prestasi belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa
pada sejumlah mata pelajaran di sekolah. Pada sumber lain disebut prestasi belajar itu
meliputi 7 unsur yaitu : pengetahuan, pemahaman, keterampilan berpikir kritis, analitis,
11
komukasi, pemanipulasian informasi dan pemberdayaan siswa yang semuanya dapat
ditransfer (Thomas M., 2001).
Berdasarkan kutipan diatas bahwa dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan
ilmu pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh siswa selama proses belajar dari
sejumlah mata pelajaran disekolah yang terwujud dalam bentuk kognitif, afektif,
psikomotorik.
Ada 3 tujuan yang harus dicapai secara optimal dalam prestasi belajar siswa
yaitu (a) ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/knowledge, konsep dan
prinsip (understanding), pemecahan masalah dan kreativitas, (b) ranah
psikomotorik/skill dan (c) ranah afektif seperti perasaan, sikap, nilai dan integritas
pribadi. Prestasi belajar siswa yang terwujud setelah mempelajari materi itu menjadi
ukuran ketercapaian tujuan pengajaran.
Ketiga aspek tersebut harus menjadi indikator prestasi belajar, artinya prestasi
belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek
tersebut satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Ada tiga
tipe prestasi belajar yaitu: Tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup : (a) tipe
prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge), (b) tipe prestasi belajar pemahaman
(comprehention), (c) tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi), (d) tipe prestasi belajar
analisis, (e) tipe prestasi belajar sintesis, dan (f) tipe prestasi belajar evaluasi. Tipe
Prestasi Belajar bidang Afektif, tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi
belajar mencakup : Pertama, receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah
situasi, gejala. Kedua, responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar. Ketiga, valuing (penilaian), yakni berkenaan
12
dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Keempat, organisasi,
yakni pengembangan nilai ke dalam suatusistem organisasi, termasuk menentukan
hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Kelima, karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
perilakunya. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan
keterampilan itu meliputi : (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering
tidak disadari karena sudah merupakan kebiasaan), (2) keterampilan pada gerakan-
gerakan dasar, (3) kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain, (4) kemampuan di bidang fisik seperti
kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan yang berkaitan dengan
skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, dan
(6) kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan
ekspresif dan interpetatif.
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Suryabrata (dalam Saefullah, 2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun penjelasan faktor-faktor tersebut dapat dilihat di bawah ini:
1. Faktor Internal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
13
a. Faktor Fisiologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan
kesehatan fisik siswa.
b. Faktor Psikologis. Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa digolongkan menjadi tiga hal, yaitu: intelegensi, sikap, dan
motivasi siswa.
2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari hal-hal
lain yang berada di luar diri individu. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga. Faktor lingkungan keluarga dibagi lagi menjadi tiga
hal, yaitu : sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan perhatian
orang tua dan suasana hubungan antar keluarga.
b. Lingkungan Sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa adalah kompetensi guru dan siswa serta kurikulum
metode mengajar.
Selain uraian di atas, Azwar (2010) turut menjelaskan faktor-faktor
yangmempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1. Faktor Internal
a. Keadaan fisik, meliputi : panca indra dan kondisi fisik secara umum, kondisi
kesehatan individu mempengaruhi performa akademiknya.
b. Keadaan psikologis, meliputi : sikap, motivasi, kebiasaan, emosi,
penyesuaian diri, kemampuan khusus, dan kemampuan umum.
2. Faktor Eksternal; berkaitan dengan situasi-situasi di luar individu seperti kondisi
tempat belajar, sarana dan fasilitas belajar, materi pelajaran, dan kondisi
lingkungan belajar.
14
3. Faktor Sosial; meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya di sekitar
individu.
D. Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Prestasi Belajar
Menurut Severine Sabia dan koleganya dari Institut Kesehatan Nasional dan
Penelitian Medis di Villejuif, Prancis, para peneliti dari Prancis membenarkan bahwa
merokok dapat merusak otak. Dari data yang dikumpulkan dari 5.000 warga Inggris,
menunjukkan bahwa mereka yang merokok lebih rendah tingkat ingatan, bernalar,
kosakata, dan kecakapan verbalnya, dibandingkan mereka yang tidak merokok, jika
remaja terus menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak.
Prasadja (2012) mengatakan penumpukan nikotin tersebut dapat mengakibatkan
kerugian bagi kesehatan, mulai dari penurunan motivasi, penurunan kemampuan
konsentrasi dan daya ingat. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011), ada
pengaruh perilaku merokok terhadap memori jangka panjang pada perokok yaitu
ingatan perokok ketika di tes sambil merokok lebih rendah dibandingkan dengan
ingatan tanpa merokok. Menurut Haustein dan Groneberg (2010) merokok tidak hanya
berpengaruh pada kesehatan fisik semata, kebiasaan menghisap tembakau bertahun-
tahun berpengaruh pula terhadap kesehatan fungsi otak dan psikis. Salah satu
kandungan rokok yaitu nikotin, memiliki efek pada otak antara lain menyebabkan
ketergantungan dan toksisitas pada fungsi kognitif yang memunculkan gejala kesulitan
konsentrasi, efek ketergantungan nikotin inilah yang mengakibatkan paparan terus
menerus rokok pada perokok nantinya akan mengakibatkan penurunan fungsi kognitif
bagi usia pelajar. Penurunan fungsi kognitif akan berdampak pada proses pembelajaran
dan perolehan nilai akhir (Haustein & Groneberg, 2010).
15
Sejalan dengan pemaparan di atas, hasil penelitian yang dilakukan The Sheba
Medical Center pada tahun 2009 menemukan hasil yang sama. Para perokok memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Sampel dalam penelitian ini adalah 2.000 orang perokok aktif. Hasil dari penelitian
membuktikan bahwa para perokok aktif tersebut hanya memiliki IQ rata-rata pada
angka 94, padahal IQ rata-rata non-perokok berada pada angka 101, sedangkan pada
perokok aktif yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari memiliki rata-rata
poin IQ 90, berarti para perokok yang gemar menghabiskan berbatang-batang rokok
dalam sehari semakin turun tingkat kecerdasannya (Afifa, 2012).
Dari penelitian yang dipaparkan diatas bahwa perilaku merokok yang dilakukan
oleh remaja dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Pengaruh bahan-bahan
kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar akan memacu
kerja dari susunan sistem saraf pusat dan sususan saraf simpatis sehingga
mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Sitkes,
2014).
Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk
mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
selalu tinggi untuk mencapai kepuasan dan ketagihannya (Mukuan, 2012), jika remaja
terus menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak.
Prasadja (2012) mengatakan penumpukan nikotin tersebut dapat mengakibatkan
penurunan motivasi, penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat.
Disisi lain, remaja yang merokok melatarbelakangi perilaku mereka dengan
berbagai alasan seperti karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya merokok dan
diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya. Perilaku merokok dimulai dari
16
mencoba-coba dan kemudian menjadi ketagihan, remaja yang mengambil keputusan
untuk menjadi perokok aktif umumnya memiliki frekuensi merokok yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu, akibat dari kebiasaan tersebut tubuh mereka menjadi
ketergantungan terhadap rokok dan menjadi kurang nyaman ketika tidak merokok.
Remaja yang tergolong perokok aktif memiliki dorongan untuk pada situasi-situasi
tertentu yang terkadang sulit untuk dikendalikan. Sitepoe (2000) menjelaskan bahwa
remaja yang mengalami kecanduan merokok cenderung kesulitan menahan
keinginannya untuk tidak merokok, serta cenderung sensisitf terhadap efek dari nikotin.
Hal tersebut tentunya sangat beresiko bagi siswa perokok dalam mengikuti proses
belajar di sekolah, kecenderungan siswa untuk merokok ketika jam pelajaran sering
membuat remaja tersebut tidak mampu untuk tetap fokus pada penjelasan guru karena
ingin segera melakukan perilaku merokoknya tersebut. Banyak perilaku yang sering
terlihat di lingkungan akademik terkait perilaku merokok siswa, beberapa siswa yang
tidak mampu menahan dorongan untuk merokok seringkali meminta ijin keluar kelas
dengan alasan ke toilet namun kemudian merokok di sana, tidak jarang pula pelajar
dengan sengaja melakukan pembolosan untuk melakukan perilakunya tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku merokok tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik
individu dalam proses belajar akan tetapi perilaku merokok juga dapat mempengaruhi
minat belajar dan prestasi belajar individu.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian permasalahan dan kajian pustaka yang telah disebutkan di
atas maka, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar.
17
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi
korelasional. Studi korelasional bertujuan mengkaji hubungan antara variabel dan
memprediksikan nilai dari satu variabel pada variabel lainnya. Variabel merupakan
karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau
lingkungan (Christensen, 2001). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
1. Variabel bebas yakni perilaku merokok
2. Variabel terikat yakni prestasi belajar
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/remaja laki-laki kelas XI & XII di SMK
Teknologi dan Industri Kristen Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu dilakukan dengan cara
mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan
atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,1998). Sampel yang diambil adalah sampel yang
memenuhi kriteria atau tujuan yang telah ditentukan peneliti. Penelitian dilakukan di
SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga. Karakteristik sampel dalam penelitian ini
adalah:
1. Remaja laki-laki (siswa laki-laki)
2. Kelas XI dan Kelas XII
3. Usia 16-17 Tahun
4. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
Perokok sedang yang menghisap lebih dari 5-14 batang rokok dalam sehari
Perokok ringan yang menghisap lebih dari 1-4 batang rokok dalam sehari
18
C. Alat Ukur
Pembuatan item-item pernyataan skala perilaku disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (dalam Nasution, 2007),
sedangkan untuk mengukur prestasi belajar, data diperoleh dengan cara melihat buku
raport semester sebelumnya. Kedua skala tersebut disusun untuk menggunakan model
Likert dengan 4 kategori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
pemusatan atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral (Hadi, 1986). Model ini
terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari
4 kategori jawaban yang masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan
yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor
tertinggi diberikan pada pilihan sangat setuju dan terendah pada pernyataan sangat tidak
setuju untuk pernyataan setuju untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan
tertinggi untuk penyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak
setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju.
Untuk menguji daya diskriminasi item pada skala perilaku merokok digunakan
validitas item atau kestabilan item (Internal Consistensy) dengan cara mencari dan
menghitung korelasi antara skor item (butir) dengan skor total. Teknik korelasi yang
dipakai adalah korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 1999). Menurut Azwar
(2012) jika koefisien alfa dari validitas berada di atas 0,3 maka sudah bisa dikatakan
baik.
Berdasarkan hasil pengujian daya diskrimnasi item dan reliabilitas pada skala
perilaku merokok yang terdiri dari 26 item, diketahui bahwa terdapat sebanyak 4 item
pernyataan yang mempunyai skor item total correlation<0,30 sehingga selanjutnya
19
tidak digunakan dalam pengujian uji asumsi dan uji beda. Dengan 4 item yang tidak
memenuhi standar daya diskriminasi item menurut Azwar (2012) maka diperoleh
sebanyak 22 item yang memenuhi kriteria uji diskriminasi setelah 2 kali pengujian,
dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,324-0,678. Sedangkan
pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach,
dan selanjutnya diperoleh skor koefisien Alpha pada skala perilaku merokok sebesar
0,894. Koefisien ini menunjukan bahwa skala tersebut mempunyai reliabilitas yang baik
(Azwar, 2012).
D. Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel
penelitian adalah korelasi Product Moment dari Carl Pearson. Dalam penelitian ini,
analisis data akan dilakukan dengan bantuan program khusus komputer untuk pengujian
statistik yaitu SPSS version 16.0 for windows.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar
deviasi sebagai hasil pengukuran skala perilaku merokok dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Kategori Perilaku Merokok
Interval Kategori F % Mean SD
66 ≤ x ≤ 88 Tinggi 12 15,78 %
78, 1184
4, 01984 44 ≤ x <66 Sedang 55 72,36 %
22 ≤ x < 44 Rendah 9 11,85%
Jumlah 76 100%
Maximum = 89
Minimum = 69
Dari tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki
perilaku merokok yang beradapada kategori sedang yaitu sebanyak 41 atau 53,94 % dari
jumlah sampel. Selanjutnya, dapat dilihat pula bahwa siswa laki-laki yang memiliki
perilaku merokok yang tergolong sangat tinggi sebanyak 2 orang siswa (2,63%), pada
kategori tinggi sebanyak 18 orang siswa (23,68%), pada kategori rendah sebanyak 14
orang siswa (18,42%), dan siswa dengan perilaku merokok yang tergolong sangat
rendah sebanyak 1 orang siswa (1,31%). Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan
diketahui pula bahwa rata-rata perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK
Teknologi dan Industri Kristen Salatiga berada pada kategori sedang (Mean : 56, 4868)
dengan (standar deviasi :9,34429).
Selanjutnya hasil perhitungan kategorisasi prestasi belajar siswa dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
21
Tabel 1.2
Kategori Prestasi Belajar
Interval Kategori F % Mean SD
82,3 ≤ x ≤ 89 Tinggi 13 17,10 %
78, 1184
4, 01984 75,6 ≤ x <82,3 Sedang 44 57,89 %
69 ≤ x <75,6 Rendah 19 25 %
Jumlah 76 100%
Maximum = 89
Minimum = 69
Dari tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa laki-laki yang
merokok memiliki prestasi belajar yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 44
orang siswa (57,89%). Kemudian siswa laki-laki yang merokok dan memiliki prestasi
belajar tinggi sebanyak 13 orang siswa (17,10%), dan siswa laki-laki yang merokok dan
memiliki prestasi belajar rendah sebanyak 19 orang siswa (25%) dari total sampel yang
diambil. Perhitungan tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata siswa laki-laki kelas
XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga yang merokok memiliki
prestasi belajar yang berada pada kategori sedang (Mean : 78,1184) dengan (standar
deviasi : 4,01984).
B. Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini:
22
Tabel Skala 1.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perilaku Merokok Prestasi Belajar
N 76 76
Normal Parametersa Mean 56.8684 78.1184
Std. Deviation 9.34429 4.01984
Most Extreme
Differences
Absolute .129 .104
Positive .068 .104
Negative -.129 -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.128 .905
Asymp. Sig. (2-tailed) .157 .385
a. Test distribution is Normal.
Pada Tabel Skala 1.3dapat dilihat nilai K-S-Z Perilaku Merokok sebesar 1,128
dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,157 (p>0,05). Sedangkan nilai K-S-Z
Prestasi Belajar sebesar 0,905 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,385.
Dengan demikian dapat dikatakan kedua variabel berdistribusi normal.
Sementara itu, hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini :
Tabel Skala 1.4 Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Prestasi
Belajar *
Perilaku
Merokok
Between
Groups
(Combined) 588.194 30 19.606 1.415 .143
Linearity 48.199 1 48.199 3.477 .069
Deviation
from
Linearity
539.995 29 18.621 1.343 .183
Within Groups 623.740 45 13.861
Total 1211.934 75
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Hubungan yang linear menggambarkan
bahwa perubahan pada variabel bebas akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel
23
tergantung dengan membentuk garis linear. Uji lineritas hubungan antara variabel
perilaku merokok dengan variabel prestasi belajar memperoleh nilai Fhitung sebesar
0,1343 dengan nilai probabilitas sebesar 0,183 atau p > 0,05. Dari data di atas dapat
dikatakan bahwa variabel perilaku merokok mempunyai korelasi yang linear dengan
variabel prestasi belajar.
C. Korelasi Perilaku Merokok dan Prestasi Belajar
Korelasi antara variabel perilaku merokok dengan variabel prestasi belajar dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Skala 1.5 Uji Korelasi
Correlations
Perilaku Merokok Prestasi Belajar
Perilaku Merokok Pearson
Correlation 1 -.199
*
Sig. (1-tailed) .042
N 76 76
Prestasi Belajar Pearson
Correlation -.199
* 1
Sig. (1-tailed) .042
N 76 76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Pada Tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel perilaku
merokok dengan variabel prestasi belajar memiliki skor Pearson correlation sebesar -
0,199 dengan signifikansi sebesar 0,042 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa
laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.
24
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai hubungan antara perilaku
merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki laki kelas XI & XII SMK Teknologi
dan Industri Kristen Salatiga, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
perilaku merokok dengan prestasi belajar sebesar -0,199 dengan signifikansi sebesar 0,
042 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku
merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi
dan Industri Kristen Salatiga, artinya semakin tinggi perilaku merokok maka semakin
rendah prestasi belajar siswa, sebaliknya semakin rendah perilaku merokok maka akan
semakin tinggi prestasi belajar siswa.
Rokok memberi pengaruh yang negatif terhadap prestasi belajar pada siswa
karena asap dari sebatang rokok mengandung zat kimia beracun. Kandungan bahan
kimia pada rokok adalah seperti nikotin, karbon monoksida, timah hitam, dan tar, dan
salah satu bahan kimia yang sangat berbahaya adalah nikotin. Nikotin merupakan zat
adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menimbulkan efek ketagihan
atau ketergantungan dalam jangka waktu yang lama. Nikotin juga merangsang zat kimia
di otak sehingga menyebabkan kecanduan dan merangsang kelenjar adrenalin
menghasilkan hormon yang mengganggu kerja jantung. Akibat paling buruk yang
merugikan pelajar adalah kerusakan jaringan otak yang ditimbulkan nikotin (Afifa,
2012). Selain itu juga dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif akan berdampak
pada proses pembelajaran dan perolehan nilai akhir (Haustein & Groneberg, 2010).
Penelitian yang dilakukan Afifa, 2012, para perokok memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak merokok. Sampel dalam
penelitian ini adalah 2.000 orang perokok aktif. Hasil dari penelitian membuktikan
25
bahwa para perokok aktif tersebut hanya memiliki IQ rata-rata pada angka 94, padahal
IQ rata-rata non-perokok berada pada angka 101, sedangkan pada perokok aktif yang
menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari memiliki rata-rata poin IQ 90, berarti
para perokok yang gemar menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari semakin
turun tingkat kecerdasannya.
Di sisi lain, fenomena perilaku merokok yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa dapat dijelaskan pula dalam konteks sosiologis. Sarafino (1994) menjelaskan
bahwa pengaruh teman sebaya dalam perkembangan perilaku merokok individu
sangatlah kuat individu yang memiliki relasi teman sebaya yang perokok akan berusaha
menguatkan identitasnya bersama teman-teman sebayanya tersebut melalui perilaku
yang sering mereka lakukan bersama. Dalam penelitian yang dilakukan Maharani
(2015) dijelaskan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-teman sebayanya adalah perokok juga, dan demikian pula
sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dari fakta yang ditemukan,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut yang
mempengaruhi teman-temannya untuk merokok. Pengaruh teman sebaya dalam
keterkaitan antara perilaku merokok dan prestasi akademik individu di sekolah dapat
dijelaskan sebagai berikut: remaja yang merokok memiliki kecenderungan addict
terhadap perilakunya, dan keinginan untuk merokok dapat muncul kapan saja tidak
terkecuali pada saat proses belajar di sekolah. Keinginan untuk merokok tidak hanya
dipengaruhi oleh adiksi yang dialami individu akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh
ajakan teman sebaya untuk merokok. Ketika individu tidak dapat mengontrol adiksi dan
ajakan teman sebaya untuk merokok maka kecenderungan individu untuk merokok di
sekolah sangat besar dan mempengaruhi minat belajarnya. Kecenderungan siswa untuk
26
merokok ketika jam pelajaran sering membuat siswa tersebut tidak mampu untuk tetap
fokus pada penjelasan guru karena ingin segera melakukan perilaku merokoknya
tersebut. Banyak perilaku yang sering terlihat di lingkungan akademik terkait perilaku
merokok siswa, beberapa siswa yang tidak mampu menahan dorongan untuk merokok
seringkali meminta ijin keluar kelas dengan alasan ke toilet namun kemudian merokok
di sana,tidak jarang pula siswa dengan sengaja melakukan pembolosan untuk
melakukan perilakunya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok tidak
hanya mempengaruhi kondisi fisik individu dalam proses belajar akan tetapi perilaku
merokok juga dapat mempengaruhi minat belajar dan prestasi belajar individu.
Pada dasarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan
seseorang untuk merokok. Faktor lain dari perilaku merokok yang memberikan dampak
negatif bagi para pelajarselain dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah dilihat dari
segi ekonomi. Kita ketahui pelajar belum mampu membeli rokok dengan uang mereka
sendiri sehingga mereka bisa saja membeli rokok dengan cara yang tidak halal, seperti
mengambil uang SPP untuk membeli rokok, ataupun bisa saja mereka mengambil uang
orang tua mereka, meminta uang teman-teman di sekolah untuk membeli sebatang
rokok. Hal tersebut dapat mempengaruhi performa akademik anak yang bersangkutan di
sekolah karena ketidakmampuan untuk mengontrol dorongannya membeli rokok.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok
dengan prestasi belajar pada siswa laki–laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan
Industri Kristen Salatiga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku
merokok siswa maka semakin rendah pula prestasi belajar yang dimiliki, atau
sebaliknya semakin rendah perilaku merokok semakin tinggi prestasi belajar.
27
Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa rata-rata siswa laki-laki kelas XI &
XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga memiliki perilaku merokok yang
tergolong sedang, dengan prestasi belajar yang tergolong sedang pula. Selanjutnya, data
sumbangan efektif pengaruh variabel perilaku merokok ke variabel prestasi belajar yang
ditemukan peneliti adalah sebesar 3, 96%. Artinya bahwa tinggi rendahnya prestasi
belajar tidak semata hanya ditentukan oleh perilaku merokok siswa akan tetapi
dipengaruhi pula oleh faktor lain selain perilaku merokok. Adapun faktor-faktor lain
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat di bawah ini :
1. Faktor Internal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan
kesehatan fisik siswa.
b. Faktor Psikologis. Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa digolongkan menjadi tiga hal, yaitu: intelegensi, sikap, dan
motivasi siswa.
2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari hal-hal
lain yang berada di luar diri individu. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga. Faktor lingkungan keluarga dibagi lagi menjadi tiga
hal, yaitu : sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan perhatian
orang tua dan suasana hubungan antar keluarga.
28
b. Lingkungan Sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa adalah kompetensi guru dan siswa serta kurikulum
metode mengajar.
Selain uraian di atas, Azwar (2010) turut menjelaskan faktor-faktor
yangmempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1. Faktor Internal
a. Keadaan fisik, meliputi : panca indra dan kondisi fisik secara umum, kondisi
kesehatan individu mempengaruhi performa akademiknya.
b. Keadaan psikologis, meliputi : sikap, motivasi, kebiasaan, emosi,
penyesuaian diri, kemampuan khusus, dan kemampuan umum.
2. Faktor Eksternal; berkaitan dengan situasi-situasi di luar individu seperti kondisi
tempat belajar, sarana dan fasilitas belajar, materi pelajaran, dan kondisi
lingkungan belajar.
3. Faktor Sosial; meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya di sekitar
individu.
29
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok
dengan prestasi belajar pada siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan
Industri Kristen Salatiga.
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta
melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan:
1. Bagi siswa yang merokok, sebaiknya menghentikan aktifitas merokok
mengingat dampak negatif yang sangat merugikan bagi diri sendiri.
2. Bagi Institusi Pendidikan dan pemerintahan terkait, diharapkan dapat
mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya pelajar mengenai dampak
negatif yang ditimbulkan dari merokok.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperketat bias penelitian seperti umur, jenis
kelamin, dan intensitas perokok.
30
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. A. (2009).Gambaran Perilaku merokok Pada Remaja Laki–Laki.Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara : Medan.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:
Rineka Cipta.
Ayuningtyas, D. (2011). Penyebab Perilaku Merokok terhadap Memori Jangka Panjang
pada Perokok.Diunduh pada tanggal 17 Maret 2016 dari (http://karya-ilmiah--
um.ac.id//index/php/BKPsikologi/article/view/12499).
Azwar, S. (2002). Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, A. (2004). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara
Azwar, S. (1999).Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Christensen, L.B. (2001). Experimental Methodology (5th
Ed.).Boston : Allyn and
Bacon.
Hadi, Sutrisno. (1986). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Haustein, K.O., & Groneberg, D. (2010).Tobacco or Health?2nd Edition. Berlin.
Springer
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ke- 4). (2008). Jakarta: Gramedia
Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta; Kemenkes RI
Komalasari, D & Helmi, A.F.(2000).Faktor–Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada
Remaja.
Diakses04Mei2016dariAvin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokokavin.f.
Maharani, S. (2015). Perilaku Merokok Pada Remaja Ditinjau Dari Konsep Diri di SMP
X Semarang.Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Unika Soegijapranata
Semarang
Mudzakir, A., & Sutrisno, J. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Mukuan, S. E. (2012). Hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang bahaya
merokokbagi kesehatan dengan tindakan merokok pelajar SMK Kristen
Kawangkoan. Dikses 17Maret 2016
darihttp://fkm.unsrat.ac.id/wp_content/.../journali_eugiana.doc.
Mulyani, T. S. I. (2015). Dinamika Perilaku Merokok Remaja. Naskah Publikasi.
Surakarta: Program Magister Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
31
Mutadin.Z. (2000). Remaja Dan Rokok. Diakses 08 Agustus 2016 dari
http://herbalstoprokok.wordpress.com/2009/02/04/remaja-dan-rokok.
Prasadja, A. (2012). Merokok dan kesehatan tidur.Diakses tanggal 16 Maret 2016 dari
http://m.kompas.com/health/read/2012/05/31/15044814/Merokok.dan.Kesehatan.
Tidur
.
Prasadja, A. (2012). Merokok dan kesehatan tidur. Diperoleh tanggal 20 Agustus 2016
dari http://m.kompas.com/health/read/2012/
05/31/15044814/Merokok.dan.Kesehatan.Tidur
Ridwan AZ. (2013). Efek Rokok Membuat Otak Semakin Bodoh. Diakses 10 Juni 2016
dari http://www.smokelesss’s society.com
Riskesdas. (2013).Laporan Nasional (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan kesehatan Kemenkes RI tahun 2013
Saefullah.(2012). Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Sitepoe, M. (2000).Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia
Sitepoe, M. (2009).Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia
Sitkes.(2014). Bahaya Merokok.Diakses tanggal 16 Maret 2016 dari
http://www.sitkes.com/bahayamerokok.html.
Smet.B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT Gramedia
Soesilo, T.D. (2015). Teori Dan Pendekatan Belajar. Salatiga: PG Paud-FKIP
WHO. (2012). GATS (Global Adult Tobacco Survey): Indonesia Report 2011.Diakses
tanggal 17 Maret 2016 dari
http://www.who.int/tobacco/surveilance/survey/gats/indonesia.
Widodo, M. (2010).Kebiasaan merokok pengaruhi prestasi akademik mahasiswa
UMM.
Republika Online.Diakses tanggal 16 Maret 2016 dari
http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/17/125077.
Winkel, W. S.(2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
top related