gizi buruk dan imunisasi dasar belum lengkap

Post on 13-Oct-2015

76 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Gizi Buruk dan Imunisasi Dasar Belum LengkapDwita Permatasari10-2008-214Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Baratdwitajacob@yahoo.com

ABSTRAKImunisasi adalah suatu tindakan pemberian kekebalan pada seseorang terhadap suatu penyakit dengan cara pemberian vaksin atau serum yang mengandung antibodi, melali oral atau suntikan. Gordon menyatakn timbul atgau tidaknya penyakit dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu : Host, Agent, Enviroment. Imun adalah kekebalan yang dimiliki seseorang terhadap suatu penyakit. Secara umum dikenal ada 4 jenis kekebalan : kekebalan aktif, kekebalan pasif, kekebalan kelompok, kekebalan silang. Imunisasi dasar yang pertama kali diberikan bayi yang terdiri dari imunisasi BCG 1 kali, DPT 3kali, POLIO 3 kali, CAMPAK 1 kali dan HEPATITIS-B 3kali. Program imunisasi dasar dilaksanakan oleh puskesmas dalam upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit.

PendahuluanImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebaln pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh immunoglobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik.

Isi Materi KMS adalah kartu untuk mencatat dan memaantau tumbuh-kembang balita. Dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, orangtua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dengan melihat KMS, orangtua dapat mengetahui kemampuan anak, sesuai dengan perkembangannya. Orangtua selalu membawa KMS pada setiap kali menimbang anaknya dalam kegiatan kesehatan.1 Salah satu cara untuk menilai keadaan gizi anak-anak secara tepat dan mudah ialah dengan pengukuran berat badan secara teratur. Keadaan gizi anak-anak di bawah 5 tahun merupakan indicator keadaan gizi masyarakat. Penilaian tersebut dilakukan ddengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS untuk anak berumur 0-5 tahun merupakan salah satu alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah gizi anak ini cukup ?, apakah anak ini telah diimunisasi ?, penyakit-penyakit apa saja yang pernah diderita anak ini ?. Namun KMS belum dapat menjawab pertanyaan bagaimana status/tingkat perkembangan psikomotor anak ini ?, bagaimananakah cara memberi stimulasi untuk perkembangan.psikomotor tersebut .1 Early Stimulation Program (ESP) atau program stimulasi mental dini mulai mendapat perhatian dan digalakkan sebagai upaya pelengkap pada pelayanan kesehatan terhadap anak balita agar perkembangan psikomotor anak terjamin dan persiapan anak balita untuk pendidikan formal selanjutnya menjadi lebih baik.

Desain ESP, tahap-tahap peerkembangan psikomotor dan KMS dapat dilihat pada lampiran kalender bayi dan kalender balita. Pemilihan judul kalender mempunyai maksud untuk jadwal kontak antara balita dengan pekerja kesehatan pada tanggal-tanggal lahirnya atau 2 hari sebelumnya atau 2 hari sesudahnya, tiap bulan untuk bayi dan tiap 3 bulan untuk anak berumur 1-5 tahun. Pada setiap kontak diharapkan akan dilakukan pemeriksaan atau pemberian pengobatan atau penilaian atau penyuluh tentang :1,21. Panjang atau tinggi badan, pertambahan panjang atau tinggi badan persatu bulan atau pertiga bulan, status pertumbuhan.2. Perkembangan psikomotor, status perkembangan psikomotor.3. Pola makanan, berat badan, pertambahan berat badan setiap bulan atau setiap 3 bulan, status gizi.4. Imunisasi, atasu status imunisasi.5. Kesehatan jasmani, sebab-sebab morbiditas, antara lain penyakit, cacat, cidera, gangguan emosi, kelainan tingkah laku.\6. Penggunaan kontrasepsi dan keluarga berencana.7. Kesehatan perorangan dan lingkungan.Kurve panjang atau tinggi badan Panjang atau tinggi badan merupakan salah satu indicator pertumbuhan. Kurve atas adalah P97 NCHS laki-laki dan kurve bawah adalah -3 SD NCHS perempuan. Perkiraan pertambahan panjang persatu bukan juga dituliskan pada kalender bayi.1Perkembangan psikomotor Pada kalender bayi digambarkan kepandaian motorik kasar menurut DDST (Denver Developmental Screening Test). Pada kalender balita tidak digambarkan kepandaian. Hal ini dapat dilihat pada leaflet perkembangan yang terpisah (skala Milmi).1Kurve berat badan dan makanan Berat badan merupakan slah satu indicator yang sensitif untuk pertumbuhan jasmani balita. Kurve atas adalah P 97 NCHS laki-laki dan kurve bawah adalah 1-3 SD NCHS perempuan. Untuk menilai status gizi dipergunakan standar berat terhadap panjang atau tinggi. Pola makananan digambarkan pada kalender balita.1

Program Gizi

Gizi Buruk 1. Kurang Energi Protein (KEP) Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki). Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition). Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiap marasmik-kwashiorkor. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.2,3 Penyebab : Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan Pengetahuan yang kurang tentang gizi Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksiGejala klinis KEP ringan Pertumbuhan mengurang atau berhenti BB berkurang, terhenti bahkan turun Ukuran lingkar lengan menurun Maturasi tulang terlambat Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun Tebal lipat kulit normal atau menurun Aktivitas dan perhatian kurang Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukanPenanganan secara khusus KEP berat Rujukan pelayanan gizi di posyandu Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi ASI eksklusif2. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensiadalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Anemia defisiensi besiadalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin. Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi. Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.4,5

Tanda dan gejala : Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra) Lemah Lesu Hb rendah Sering berdebar Papil lidah atrofi Takikardi Sakit kepala Jantung membesarPenyebab : Sebab langsung Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi Infeksi penyakit Sebab tidak langsung Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah Sebab mendasar Pendidikan wanita rendah Ekonomi rendah Lokasi geografis (daerah endemis malaria)

Penanganan : Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)

3. Defisiensi Vitamin A Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia. Prevalensi tertinggi terjadi pada balita.6Penyebab : Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll) Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)Tanda dan gejala : Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea Kadar vitamin A dalam plasma 12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai usia.

4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama. Merupakan masalah dunia. Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.5,6Dampak : Pembesaran kelenjar gondok Hipotiroid Kretinisme Kegagalan reproduksi KematianDefisiensi pada anak : Puncak kejadian pada masa remaja Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasanDosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium :6 Bayi < 1tahun : 100 mg Balita 1-5 tahun : 200 mg Wanita 6-35 tahun : 400 mg Ibu hamil (bumil) : 200 mg Ibu meneteki (buteki) : 200 mg Pria 6-20 tahun : 400 mgGAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosial-ekonomi melainkan dengan geografis.Pencegahan/penanggulangan : Fortifikasi : garam Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodiumPemberian Makanan Tambahan (PMT)Makanan tambahan adalah makan yang diberikan kepada seseorang untuk membantu mencukupi kebutuhannya akan gizi agar dapat memenuhi fungsinya. Makanan tambahan harus mengandung zat gizi yang perlu diberikan dan bermutu baik (Depkes,1998/1999). Tujuan pemberian makanan tambahan ini adalah sebagai komplemen terhadap ASI akan memperoleh cukup energi ,protein, dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang secara normal. Ada dua jenis PMT, yaitu:

PMT pemulihanCiri-cirinya: Sebagai sarana pemulihan (kuratif dan rehabilitative), merupakan suatu bentuk kegiatan pemberian zat gizi berupa makanan dari luar keluarga. Sebagai sarana pemulihan bertujuan memperbaiki keadaan gizi golongan rawan gizi yang menderita kekurangan gizi.7 Sebagai sarana pemulihan dilaksanakan bersamaan dengan motivasi kearah peningkatan keadaan gizi secara swadaya oleh masyarakat dan keluarga. Sebagai sarana pemulihan hendaknya benar-benar sebagai penambahan dan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah. 1. PMT penyuluhan Ciri-cirinya: Sebagai sarana penyuluhan, merupakan salah satu cara penyuluhan gizi khususnya meningkatkan gizi anak balita,ibu hamil,dan ibu menyusui. Sebagai sarana penyuluhan , bertujuan memberikan penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat kearah perbaikan cara pemberiannya.

Program Imunisasi Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.1,3Tujuan imunisasi1. Tujuan umumYakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), polio, dan lain-lain2. Tujuan khususa. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa Kelurahan pada tahun 2010.b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008.c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2006.Sasaran ImunisasiYang perlu diimunisasi adalah orang-orang yang rentan terkena penyakit tertentu pada suatu saat karena profesinya, misalnya: ibu hamil, bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja, orang tua, manula, profesional (dokter, para medis), calon jemaah haji, dan orang-orang yang akan berpergiaan ke luar negeri.Imunisasi Wajib (Imunisasi Dasar) dan Imunisasi PelengkapDi Indonesia, terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan imunisasi yang hanya dianjurkan atau hanya sebagai pelengkap saja. Biasanya imunisasi yang merupakan imunisasi pelangkap dapat digunakan untuk mencegah kejadian luar biasa (KLB) atau penyakit endemik dan hanya untuk kepentingan tertentu (berpergian).Imunisasi yang diwajibkan merupakan sebuah Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang wajib diberikan kepada bayi usia satu tahun ke bawah. Imunisasi yang diwajibkan adalah program yang resmi dari pemerintah terutama dari Departemen Kesehatan). Setiap anak dibawah usia 1 tahun, wajib memperoleh lima jenis imunisasi. Kelima jenis imunisasi ini disebut dengan LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap). Lima imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain BCG(Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan campak.Sementara itu, imunisasi yang hanya dianjurkan (imunisasi pelengkap) merupakan program imunisasi non-PPI. Meskipun hanya sebagai pelengkap, sebenarnya jenis imunisasi ini juga sangat penting bagi anak. Karena bertujuan agar sistem kekebalan tubuh anak menjadi lebih baik lagi. Imunisasi pelengkap biasanya dilakukan oleh dokter praktik swasta yang biayanya relatif lebih mahal. Beberapa jenis imunisasi pelengkap adalah: Hib (Haemophilus influenzae type B),Penumokokus(PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman),Lima Imunisasi Dasar LengkapJenis-Jenis ImunisasiJenis ImunisasiPenyakit yang Berusaha DicegahCara pemberian Vaksin

BCG(Bacille Calmette Guerin)TBC (tuberkulosis), yaitu penyakit yang menyerang paru-paru, selaput otak, tulang, kelenjar getah bening, dan usus.Disuntikkan(biasanya dilengan atas)

Hepatitis BHepatitis B, yakni penyakit yang menyerang hati, dapat juga menyebabkan sirosis (hari mengkerut) dan kanker hati.Disuntikkan(biasnaya di daerah paha)

PolioPolio, yaitu penyakit yang mengakibatkan kelumpuhan, baik lumpu satu kaki saja atau kedua kakinya.Diteteskan di mulut

DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus)Difteri adalah salah satu penyakakit yang disebabkan bakteri. Tetanus adalah penykit akibat bakteri yang masuk melalui luka kulit, dapat menyebabkan kontraksi hebat pada otot. Pertusis adalah batuk rejan atau batuk seratus hari.Disuntikan

CampakCampak adalah penyakit yang menyebabkan kulit kemerahan dan demam.

Disuntikan

Tabel 1. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL)

Jadwal Pemberian LIL

Gambar 1. Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2006 Secara lebih lengkap, pemberian imunisasi BCG diberikan sejak lahir, dan apbila usia >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. BCH baru dapat diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Sementara imunisasi Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1bulan dan kemudian pada rentan waktu 3-6 bulan. Untuk polio diberikan pada saar kunjungan pertama dan secara berkala dilakukan pada 2,4,6, 18 bulan, lalu pada usia 5 tahun. Imunisasi DPT dapat diberikan pada usia >= 6 minggu, secara terpisah atau dikombinasi dengan Hepatitis B (Hepatitis-combo/DPT-HB). Untuk campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, sedangkan campak-2 diberikan pada usia 6 tahun.7,8

Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atauadverse events following immunization(AEFI). Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik karena efek aksin, efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, dsb. Walaupun saat ini reaksi KIPI dapat diminimalkan, tetap saja petugas imunisasi maupun dokter mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan reaksi KIPI terhadap beberapa jenis imunisasi:

ImunisasiEfek Samping

DPTDifteri: umumnya demam dalam 24-48 jam, sakit, kemerahan dan bengkak pada daerah injeksi, rewel, mengantuk, serta anoreksia.Tetanus: sama seperti difteri ditambah urtikaria dan malaise, adanya benjolan pada daerah injeksi.Pertusis: sama seperti tetanus, namun dapat terjadi kehilangan kesadaran, kejang demam, dan reaksi alergi sistemik.

Haemophilus influenzae tipe bReaksi lokal ringan seperti eritema, nyeri, dan demam ringan

PolioParalisis karena vaksinasi jarang terjadi dalam 2 bulan imunisasi

MMRMumps (gondong): secara esensial tidak ada efek samping.Rubella (campak jerman): anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari.Meassles (campak): Anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari

Tabel 2. Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)

Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang khusus dipersiapkan atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah :1. Pelatihan konseling ASI2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita3. Pelatihan Konseling MP-ASI4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.

Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah :1. Buku Surveilans Gizi2. Buku Pegangan Kader Posyandu3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe5. Buku Pedoman Pemberian ASI6. Buku Pedoman MP-ASI7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.

Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional buku-buku tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Managemen Puskesmas Puskesmas adalah salah satu cara sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan PUSKESMAS ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Dalam WHO Global Strategy for Changing Medical Education and Medical Practice for Healt for All, (WHO, Geneve 1968), dokter umum adalah Doctor for health, yaitu Five Star Doctor :

Peranan Dokter Puskesmas Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.2,3WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:1. Health care provider(penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.2. Decision maker(pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.3. Community leader(pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya.4. Manager(manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.5. Communicator(penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakansoftskillyang harus dimiliki setiap dokterDalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.

Wilayah kerjaWilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah. Keadaan geografikdan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, dengan saran teknis dari kepala kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan : Kuratif (pengobatan) Preventif (upaya pencegahan) Promotif (peningkatan kesehatan) Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok, yakni :1. Asas pertanggung jawaban wilayah Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas pertanggung jawaban wilayah. Artinya, Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya. Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya sekedar menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus secara aktif yakni memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari pada itu, karena Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat.8,9

2. Asas peran serta masyarakatDalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas peran serta masyarakat. Artinya, berupaya melibatkan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU).

3. Asas keterpaduanDalam menyelenggrakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektoral). Dengan dilaksanakannya atas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan dapat diperoleh. Bagi Puskesmas dapat menghemat sumberdaya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan kesehatan. 4. Asas rujukanDalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan.Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan Puskesmas di Indonesia adalah amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas kecuali bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran. Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.Oleh sebab itu, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.1. Wilayah puskesmasWilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bilsa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.5

2. Pelayanan kesehatan menyeluruhPelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayan kesehatan yang meliputi pelayanan : Kuratif (pengobatan) Preventif (upaya pencegahan) Promotif (peningkatan kesehatan) Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuatan dalam kandungan sampai tutup usia.

3. Pelayanan kesehatan integrasi (terpadu)Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu satu kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha usaha tersebut masing masing bekerja sendiri sdan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.Fungsi puskesmas1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanyaProses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara :a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendirib. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisienc. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungand. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakate. Bekerjasama dengan sektor sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmasKedudukan puskesmas 1. Kedudukan secara administratif :Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.2. Kedudukan dalam hirarkhi pelayanan kesehatan :Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.9,10

Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas1. Upaya Kesehatan WajibAdalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komite nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatanm derajad kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselelnggarakan oleh tiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : Upaya Promosi kesehatan Upaya Kesehatan Lingkungan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga BerencanaKesehatan Ibu dan Anak,adalah salah satu upaya kesehatan wajib puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui dan bayi serta anak balita. Hal ini disebakan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator dalam menetapkan derajat kesehatan suatu wilayah atau negara.Sementara KB suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Upaya Perbaikan Gizi MasyarakatUPGK adalah suatu paket kegiatan yang terpadu guna menanggulangi masalah gizi, terutama Kurang Kalori Protein (KKP). Kegiatan-kegiatannya bertolak dari usaha-usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang telah mendapat latihan dan di bawah pengawasan puskesmas. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Upaya Pengobatan2. Upaya Kesehatan PengembanganAdalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang sesuai dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni : Upaya Kesehatan Sekolah Upaya Kesehatan Olah Raga Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Mata Upaya Kesehatan Lanjut Usia Upaya pembinaan Pengobatan Tradisional.Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya.7 Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) seperti yang dianjurkan oleh badan kesehatan dunia (WHO). Yang dikenal denagn basic seven WHO. Basic seven tersebut terdiri dari MCHC (Maternal and Child Health Care), MC (Medical Care), ES (Environment Sanitation), HE (Health Education) untuk kelompok-kelompok masyarakat, Simple Laboratory (Lab. Sederhana), CDC (Communicable Disease Control), dan simple statistic (recording/reporting atau pencatatan dan pelaporan). Konsep umum yang dapat digunakan untuk mengkaji program pokok Puskesmas meliputi tujuan program/kegiatan, target, sasaran dan ruang lingkup kegiatan program Puskesmas, sumber daya (staf, logistic, waktu, keuangan, metode dan sebagainya), dan pencatatan/pelaporan program. Tujuan umum program pokok Puskesmas ditetapkan oleh Depkes. Tujuan umum setiap program harus dijabarkan lagi oleh Puskesmas agar menjadi tujuan operasional masing-masing program sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan dan faktor-faktor risiko yang berkembang di wilayah kerjanya.

Pengawas Wilayah Setempat (PWS)Batasan pengawasan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang sering dipergunakan ialah :1. Pengawasan ialah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.2. Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.Dari batasan yang seperti ini segera terlihat bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan pengawasan dengan baik ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Ketiga hal yang dimaksud ialah :1. Objek pengawasanYang dimaksud objek pengawasan disini ialah hal-hal yang harus diawasi dari pelaksanaan suatu rencana kerja.2. Metoda pengawasanYang dimaksud dengan metoda pengawasan disini ialah teknik ata cara melakukan pengawasan terhadap objek pengawasan yang telah ditetapkan.3. Proses pengawasanYang dimaksud dengan proses disini ialah langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengwasan tersebut dapat dilakukan. Jika pengawasan dapat dilakukan dengan cermat, akan diperoleh beberapa manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain :1. Pengawasan harus bersifat khasSyarat pertama yang harus dipenuhi pada pengawasan ialah pengawasan teersebut harus bersifat khas (specific), artinya jelas sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta ditujukan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Syarat yang seperti ini dikenal dengan prinsip strategic point control. Hal yang bersifat pokok tersebut banyak macamnya, termasuk misalnya hanya mengawasi penyimpangan-penyimpangan saja (exception).102. Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan Syarat kedua yang harus dipenuhi ialah pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi secara tepat, cepat dan benar. Dengan demikian dalam pengawasan harus ada umpan balik (feed back) yang dapat dimanfaatkan dengan segera.3. Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depanSyarat ketiga yang harus dipenuhi pada pengawasan ialah pengawasan tersebut harus fleksibel serta berorientasi pada kepentingan masa depan. Yang dimaksud dengan fleksibel disini ialah harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi. Pengawasan yang terlalu kaku tidak akan memberikan hasil yang optimal.4. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasiSyarat keempat yang harus dipenuhi ialah pengawasan tersebut harus mencerminkan keadaan organisasi (organizational suitability).Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan kabupaten /kota dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm setiap bulan di Dinas Kabupaten/kota.3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota. Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas diperoleh dari buku register (pencatatan) setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan laporan per posyandu atau setiap unit pelayanan gizi, direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan dapat memberikan gambaran tempat, waktu, person (sasaran). Jumlah sasaran (person) biasanya dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota atau sumber yang telah ada di Puskesmas sebagai hasil dari pendataan sasaran program.2,3

Keluarga BerencanaIndonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5 000 000 per tahun. Untuk mengangkat derajat kehidupan bangsa tela dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana.Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu :1. Keluarga berncana mandiri masyarakat memilih sndiri metode kb dengan biaya sendiri melalui kb lingkran biru dan kb lingkaran emas.2. Mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (mke), akdr< suntikan kb, susuk kb dan kontap.Program kb bertujuan untuk memenuhi pelayanan kesehatan reproduksi dan kb yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil yang berkualitas. Sasarannya adalah : Menurunnya pasangan usia subur (pus) yang ingin ber-kb tapi tidak terlayani. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam ber-kb Menurunnya angka kelahiran total (tfr).Metode KB Pasangan infertilitas dan rencana interval kehamilani. Metode sederhana :-kondom-spermiside-koitus interuptus-pantang berkalaii. Metode efektif :-hormonal pil kb,suntikan kb-mekanis alat kontrasepsi dalam rahim (akdr)

Menghentikan kehamilanDilakukan dengan kontap(kontrasepsi mantap), untuk pria dengan vasektomi dan wanita dengan tubektomi.i. Mencapai tuba melalui sayatan dinding perut dan sayatan liang senggamaii. Metode menutup saluran indung teluriii. Teknik tanpa operasi memakai quinacrine pallet

Promosi Kesehatan Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi ilmu dan sisi seni. Dalam hal organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental dan social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with environment ( Ottawa Charter,1986).7Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodho, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu : Dimensi aspek pelayanan kesehatan Dimensi tatanan (setting)/tempat pelaksanaanUpaya Kesehatan Promotif Adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok yaitu : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek saja, yakni:a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehatb) Aspek preventif dan kuratif dengan sasaran kelompok orang yang mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat encegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut : 1. Pencegahan Primer pada individu belum sakit~ promosi keseharan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.~ perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.2. Pencegahan Sekunder individu mulai sakit~ diagnose dini dan pengobatan segera bertujuan mencegah penyebaran, menyembuhkan dan mencegah komplikasi.~ pembatasan cacat, mencegah menjadi lebih buruk.~ Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di Puskesmas dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita, program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan kelinan kehamilan.

3. Pencegahan Tersier- individu sembuh~ rehabilitative, agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.

Upaya Kesehatan Preventif Adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan; mencegah komplikasi penyakit; dan meningkatkan seoptimal mungkin mutu hidup .8Program pencegahan gizi buruk dilaksanakan beberapa langkah strategis yaitu melakukan pemetaan keluarga mandiri sadar gizi bertujuan mengidentifikasi keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anggoata keluarga dalam pelayanan gizi. Kampenya keluarga mandiri sadar gizi. Bertujuan meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar. Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah:1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4 sehat 5 sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan.2. Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini. Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada periode prepatogenesis.3. Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment), sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini.4. Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini.5. Rehabilitasi, Pemberian makanan yang disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan bagian dari tahapan ini.Rujukan Disini seorang penyelenggara pelayanan kesehatan merujuk kasus yang ditangani ke seorang penyelenggara pelayanan kesehatan lainnya. Berbeda dengan konsultasi, pada rujukan penanganan selanjutnya kasus tidak berada di tangan penyelenggara pelayanan kesehatan tempat rujukan. Rujukan kasus dapat dilakukan melalui surat pengantar atau ditemani oleh dokter yang merujuk.Jalur rujukan medik dapat berlangsung sebagai berikut :1. Intern antara petugas Puskesmas.2. Antara Puskesmas pembantu dengan Puskesmas.3. Antara masyarakat dengan Puskesmas.4. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain.5. Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya. Mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata pelayanan dengan strata pelayanan kesehatan lain banyak macamnya. Salah satu diantaranya dikenal dengan nama sistem rujukan (referal system). Indonesia juga menganut sistem rujukan ini, seperti yang dilihat dalam Sistem Kesehatan Nasional. Inilah sebabnya pelayanan kesehatan yang ada di Indosenia, dibedakan atas beberapa strata seperti misalnya Rumah Sakit yang dibedakan atas beberpa kelas, mulai dari kelas D pada tingkat yang paling bawah sampai kelas A pada tingkat kelas yang paling atas.9 Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 1972 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya, Macam rujukan yang berlaku di Indonesia telah pula ditentukan. Sistem Kesehatan Nasional membedakannya atas dua macam yakni :1. Rujukan KesehatanRujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana dan operasional.

2. Rujukan MedikRujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services).sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan. Apabila sistem rujukan ini dapat terlaksana, dapat diharapkan terciptanya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu.

Pendekatan SistemUntuk menganalisis masalah program kesehatan (manajemen pelayanan kesehatan), dibutuhkan suatu analisa sistem.Definisi : Penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubugan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L. James Harvey) Suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, design, dsan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahasan dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi.5

Gambar 1. Unsur-unsur sistemSumber : http://rofirofo.wordpress.com

Unsur-unsur Sistem1. Masukan (input)Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program.2. Proses (process)Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program. 3. Keluaran (output)Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system dari suatu kegiatan.4. Dampak (impact)Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam suatu kegiatan.5. Umpan Balik (feed back)Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus sebagai masukan dalam kegiatan.6,7,86. Lingkungan (environment)Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap system. Lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologis, sosial budaya serta ekonomi. Lingkungan fisik misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah rumah tangga atau industri, sarana komunikasi, transportasi, dan lain sebagainya. Lingkungan biologis misalnya gambaran vector penyakit yang ada di wilayah tersebut. Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial dalam masyarakat, misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada(gotong royong), dan lain sebagainya. Lingkungan ekonomi misalnya mata pencaharian, pendapatan, pengangguran, dan lain sebagainya. Tolak ukur keberhasilan:Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program.

Daftar Pustaka :1. Pedoman kerja puskesmas. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1990/1991. h. E1-17, E32-3.2. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009. h. 27-30.3. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2002. h. 72-81.4. Adisasmito W. Sistem kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada; 2007. h. 167-86, 191-2, 271-78.5. Ranuh IGN et all. Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 1-9.6. Pedoman pengelolaan promosi kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008. h. 9, 11-7, 19-19-21.7. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. h. 15-22, 120-1.8. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004. h.144-50.9. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1997/1998. h. B1-7.10. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006. h. 21-4.1 | Page

top related