gagasan pendidikan islam hamka: yayasan …
Post on 07-Nov-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) SEBAGAI SARANA PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
1958-1981
Tiur Zahrota Mawaddah dan Abdurakhman
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univeristas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: tiurzm@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang gagasan pendidikan Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan gagasan pendidikan Islam Hamka di Yayasan Pesantren Islam dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Adanya pendidikan Islam yang masih tradisional, membuat Hamka berpikir perlunya pendidikan modern untuk mengatasi ketertinggalan umat Islam. Kebutuhan akan pendidikan Islam yang berkualitas juga membuat pengurus Yayasan Pesantren Islam berpendapat perlu dibentuknya sebuah pendidikan formal. Dengan adanya kesamaan tujuan, Hamka dan Yayasan Pesantren Islam bertemu dalam sebuah perwujudan cita-cita yaitu pendidikan formal yang berkualitas dengan pengajaran ilmu agama dan Ilmu umum yang seimbang. Oleh karena itu, Gagasan pendidikan Islam Hamka diterapkan dalam pendidikan Yayasan Pesantren Islam untuk pembaharuan pendidikan Islam.
THE IDEA OF ISLAMIC EDUCATION HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) AS MEANS OF ISLAMIC EDUCATION REFORM 1958-1981
Abstract
This research discusses Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam. This research aimed to know the application of Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam by using historical research method. The presence of Islamic education that still traditional, made Hamka think the need for modern education to overcome the backwardness of Muslims. The need for quality Islamic education also made management of the Islamic schools may consider necessary the creation of a formal education. With the same goal, Hamka and Yayasan Pesantren Islam met in an embodiment of the ideals that quality of formal education with the teaching of religious knowledge and general science are balanced. Therefore, the idea of Islamic education Hamka applied in Islamic education of Yayasan Pesantren Islam for the reform of Islamic education. Keyword: Hamka, Idea of Islamic Education Hamka, Reform of Islamic Education, Yayasan Pesantren Islam, Figure of Islamic Education Reform, Islamic Education.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
2
Pendahuluan
Pendidikan Islam di Indonesia
dimulai seiring dengan masuknya Islam ke
Indonesia pada awal abad ke 8. Ketika
penetrasi Barat masuk ke Nusantara,
Belanda menerapkan pendidikan gaya barat.
Pemerintah Hindia Belanda juga
menerapkan kebijakan Politik Etis pada
1901, yang memberikan kesempatan
masyarakat pribumi untuk mengenyam
pendidikan. Dengan adanya pendidikan
tersebut, terciptalah masyarakat pribumi
yang terdidik pada awal abad ke-20. Mereka
mulai menyadari, penyelenggaraan
pendidikan nasional harus diperjuangkan.
Masyarakat muslim juga merasakan hal yang
sama. Banyak orang-orang Islam terutama
kaum terpelajar mulai menyadari bahwa
mereka tidak akan mungkin berkompetisi
dengan kolonialisme Belanda jika
melanjutkan kegiatan dengan cara-cara
tradisional dalam menegakkan Islam. 1
Melihat kondisi tersebut, tokoh-tokoh Islam
berupaya untuk melakasanakan pembaruan
dalam bidang pendidikan.
Salah satu tokoh pembaruan dalam
pendidikan Islam adalah Haji Abdul Malik
Karim Amrullah atau Hamka. Pada 1931,
Hamka mendirikan sekolah Tabligh School 1 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1980, hal. 373.
di Padang. Namun sekolah ini tidak bertahan
lama dikarenakan Hamka ditugaskan
Muhammadiyah ke Makassar. Pada 1936,
Tabligh School dihidupkan kembali dengan
nama baru yaitu Kulliyatul Muballighin
berdasarkan hasil Kongres Muhammadiyah
ke-11. Di Makassar, ia melihat pendidikan
yang dikelola oleh masyarakat Islam masih
bersifat nonformal dan tradisional, yaitu
pengajian dari rumah kerumah. Menurutnya,
pendidikan tersebut sudah tidak efektif lagi
dan tidak teratur. Ia memandang perlu untuk
mengadakan pembaruan dengan
melembagakan pengajian tersebut secara
formal dan sistematis. Sehingga pada 1932,
didirikanlah Tabligh School di Makassar.
Hamka pun menjadi salah satu guru di
sekolah ini. Dengan adanya pendidikan
tersebut, masyarakat Islam di Makassar
mengenal model lembaga pendidikan baru
yang memakai kelas, papan tulis dan jam
belajar yang teratur. 2 Pada 1934, Hamka
kembali ke Padang Panjang dan mendirikan
sekolah Kulliyatul Muballighin
Muhammadiyah. Ia pun berperan aktif
sebagai pengelola sekolah dan guru.
Pada 1950, Hamka pindah ke Jakarta.
Setibanya di Jakarta, Hamka tinggal di Gang
Toa Hong II, Kebun Jeruk. Pada 1952,
2 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 103.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
3
Gazali dan Salim dari Yayasan Pesantren
Islam (YPI) bertamu kerumah Hamka untuk
meminta saran terkait dengan rencana
pembangunan sebuah masjid dan pesantren
di Kebayoran. YPI bermaksud untuk
membangun sebuah masjid dan pesantren.
Namun dana yang dimiliki tidak cukup
untuk membangun keduanya. Para pendiri
yayasan pun bingung mendahulukan
pembangunan masjid atau pesantren. Mereka
bertanya kepada Hamka “Manakah yang
harus didahulukan?”. Hamka pun menjawab
“Bangunlah masjid lebih dahulu. Tetapi
bangunan itu hendaklah sedemikian rupa,
mempunyai kantor, aula, ruangan untuk
sekolah, perpustakaan dan lain-lain”. 3
Hamka pun bersedia menjadi imam saat
masjid sudah selesai dibangun. Seusai
pertemuan tersebut, Ghozali Sjahlan dan
Abdullah Salim menginformasikan pendapat
Hamka ke pengurus yayasan yang lain.
Mereka semua setuju dengan usul Hamka
dan segera memproses pembangunan masjid.
Setelah selesai dibangun, Hamka
mulai melakukan kegiatan memakmurkan
masjid. Hamka melaksanakan kegiatan solat
lima waktu berjamaah. Jamaah yang
mengikuti kegiatan solat berjamaah masih
beberapa orang saja. Hamka pun mulai
3 Solichin Salam, dkk, Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka, Jakarta: Yayasan Nurul Islam Jakarta, 1978, hal. 74.
mengadakan kajian Al-Quran seusai solat
subuh yang diberi nama Kuliah Subuh.
Berangsur-angsur, masjid pun mulai ramai
oleh para jamaah. Kegiatan memakmurkan
masjid pun terus dikembangkan oleh Hamka.
Ia mengadakan kegiatan pengajian anak-
anak, majelis taklim, dakwah, konsultasi
keagamaan dan lain-lain. Kegiatan
memakmurkan masjid berlanjut dengan
didirikannya sebuah lembaga pendidikan
Islam. Pada tahun 1963, YPI membuka
pendidikan nonformal yang diberi nama
Pendidikan Islam Al-Azhar (PIA) atau
Sekolah Islam Sore. 4 Beberapa tahun
kemudian, YPI mengembangkan lembaga
pendidikan Islam. Pada 1964 YPI membuka
Taman Kanak-Kanak (TK) dan Ssekolah
Dasar (SD), 1971 membuka Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan 1976
membuka Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis membuat permasalahan penelitian
Bagaimana pengaruh gagasan pendidikan
Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren
Islam 1958-1981. Dengan adanya gagasan
pendidikan Islam Hamka, menjadikan
Yayasan Pesantren Islam sebagai salah satu
sarana pembaruan pendidikan Islam di
Indonesia pada tahun 1958-1981. Untuk
4 Badruzzaman Busyairi,Setengah Abad Al-Azhar 7 April 1952-7 April 2002, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2002, hal . 91.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
4
menjawab rumusan permasalahan, maka
diajukan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pendirian
Yayasan Pesantren Islam?
2. Bagaimana gagasan Hamka
terhadap pendidikan Islam?
3. Bagaimana implementasi gagasan
pendidikan Islam Hamka dalam
Yayasan Pesantren Islam?
Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pembaruan pendidikan
Islam oleh Hamka di Yayasan Pesantren
Islam. Secara khusus ada beberapa hal yang
ingin dicapai oleh penelitian ini yaitu
menjelaskan latar belakang berdirinya
Yayasan Pesantren Islam, menjelaskan
gagasan pendidikan Islam Hamka dan
menjelaskan penerapan gagasan pendidikan
Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren
Islam 1958-1981. Selain itu, penelitian ini
bermanfaat untuk melengkapi historiografi
tentang Pendidikan Islam.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode sejarah. Metode
sejarah adalah proses menganalisis sumber-
sumber sejarah yang terdiri dari tahap
heuristik, kritik, intepretasi dan historiografi.
Pada tahap pertama yaitu heuristik, penulis
mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
primer maupun sekunder yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian melalui
studi kepustakaan. Pada tahap kedua yaitu
kritik, penulis menyeleksi sumber-sumber
yang ditemukan melalui kritik eksternal dan
kritik internal. Pada tahap ketiga yaitu
intepretasi, penulis menganalisis sumber-
sumber yang telah dikritik untuk
mendapatkan fakta-fakta yang berguna
dalam proses penulisan penelitian. Dan
tahap terakhir yaitu historiografi, penulis
mulai menuangkan hasil analisisnya. Pada
tahap ini, dituliskan mengenai gagasan
pendidikan Islam Hamka di dalam Yayasan
Pesantren Islam yang menjadikannya
sebagai sarana pembaruan pendidikan Islam
1958-1981.
Yayasan Pesantren Islam
Yayasan Pesantren Islam (YPI)
adalah sebuah yayasan yang dibentuk dalam
rangka menerima dana dari pemerintah Kota
Jakarta untuk pembangunan sebuah masjid.5
Pembangunan masjid merupakan salah satu
rencana jangka panjang pembangunan kota
dari Walikota Jakarta, Sjamsuridjal.
Pemberian dana diberikan melalui Menteri
Sosial Dr. Sjamsuddin. Dana tersebut
diberikan jika ada badan hukum yang
mengelolanya. Oleh karena itu, Dr.
Sjamsuddin mengundang sejumlah tokoh-
5 Ibid, hal 19.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
5
tokoh Islam untuk mendiskusikan hal
tersebut.
Para tokoh Islam dari berbagai
kalangan berkumpul di kantor Masyumi,
Jakarta Pusat, diantaranya Ghozali Sjahlan
(Sekretaris Masyumi Jakarta Raya),
Abdullah Salim (tokoh Masyumi Jakarta dan
Kepala Bagian Periklanan Harian “Abadi”
Jakarta), Soedirdjo (Ketua Cabang
Muhammadiyah Jakarta), Sardjono (Wakil
Walikota Jakarta), Haji Sju’aib Sastradiwirja
(pegawai Kotapraja Jakarta), Ganda
(pegawai Jawatan Penerangan Kotapraja
Jakarta), Haji Sulaiman Rasjid (pegawai
Kementerian Agama RI dan penulis buku
“Fiqih Islam”), Ya’cub Rasjid (pegawai
Kementerian Agama RI), serta Karta Pradja
(Kepala Sekolah Rakyat di Jakarta).6 Selain
itu, hadir juga pengusaha muslim seperti Tan
In Hok, Rais Chamis, Hasan Arzubie dan
Faray Martak serta Hariri Hady (mahasiswa
Universitas Indonesia).
Dalam pertemuan tersebut, Dr.
Sjamsuddin mengusulkan dibentuk sebuah
yayasan untuk mengelola dana yang
diberikan oleh Pemerintah DKI Jakarta.
Peserta rapat pun sepakat untuk membentuk
sebuah yayasan atau badan hukum yang
6 Muhammad Suhadi, dkk, Bunga Rampai 55 Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2007., hal. 8.
bernama Yayasan Pesantren Islam (YPI).
Para peserta rapat juga berencana untuk
mendirikan sebuah pesantren selain
mendirikan masjid. Sehingga tujuan YPI
yaitu mendirikan atau memperbaiki
pesantren-pesantren di tempat-tempat yang
dirasa penting di Jawa Barat untuk mendidik
pemuda-pemudi Indonesia menjadi kader
pembangunan akhlak guna kesejahteraan
negara Republik Indonesia, mendidik
pemuda-pemudi Indonesia agar dapat
menjadi alat negara yang berjiwa bersih dan
suci dan mendidik pemuda-pemudi
Indonesia agar dapat menjadi missi
muballigh islam di belakang hari.7
Pada 7 April 1952 Soedirdjo, Tan In
Hok dan Ghozali Sjahlan membawa hasil
rapat tersebut ke Notaris Raden Kadiman
dan dicatat dalam akte notaris nomor 25.
Tanggal 7 April 1952 selanjutnya ditentukan
sebagai hari kelahiran YPI. Dengan
terbentuknya yayasan tersebut, keempat
belas pendiri menjadi pengurus pertama YPI.
Setelah yayasan terbentuk, Pemerintah kota
Jakarta memberikan sebidang tanah kepada
yayasan pembangunan masjid. Lokasi
pembangunan masjid ditentukan oleh
pemerintah. Di pililah tanah seluas 43.775
7 Cecep Kurnia Sogoz, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar: Catatan Seorang Pendidik, 30 Tahun Mengabdi, (Jakarta: Direktorat Dikdasmen YPI Al-Azhar. 2012), hal 3.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
6
m2 di Blok K 1 Persil No. 2, Kelurahan
Selong, Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran
Baru. Semula, lokasi yang dipilih terletak di
sebelah barat Jalan Sisingamangaraja.
Namun lokasi tersebut dinilai tidak
mencukupi untuk pembangunan sebuah
masjid yang besar.
Pembangunan masjid dimulai pada
19 November 1953 diawali dengan
peletakan batu pertama oleh Menteri Dalam
Negeri Prof. Dr. Mr. Hazairin di dampingi R.
Sardjono perwakilan dari Walikota Jakarta
Raya.8 Pelaksanaan pembangunan dilakukan
oleh NV. Kamid. Pembangunan masjid
dirancang oleh Prof. Oerip Imam Soedjono,
kubah masjid dirancang oleh Prof. Dr. Ir.
Roeseno dan perencana konstruksinya oleh
Ir. M. Achmad Zacharis. Prof. Oerip Imam
Soedjono juga bertanggung jawab sebagai
koordinator perencana dan pengawas
pelaksanaan. Masjid dirancang dengan
ruangan utama terletak di lantai 2 yang
ditutup dengan atap datar dari beton tulang
dan kubah dibagian tengah. Ruangan utama
dikelilingi lantai luar terbuka yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan.9 Untuk
penerangan dibuat jendela-jendela diantara
kedua lantai tersebut.
8 Muhammad Suhadi dkk, Op, Cit., hal. 8. 9 Badruzzaman Busyairi, Op, Cit., hal. 54.
Setelah lantai pertama selesai
dibangun, pembangunan masjid terhenti.
Karena kurangnya biaya untuk melanjutkan
pembangunan. Kondisi tersebut membuat
Panitia Pembangunan menghubungi K.H,
Mohammad Ilyas, Menteri Agama dalam
Kabinet Boerhanoeddin Harahap. Setelah
berdiskusi mengenai permasalaham yang
ada, Kementerian Agama pun memberikan
bantuan sebesar RP. 2.500.000 kepada
Yayasan Pesantren Islam. Pembangunan
masjid pun kembali di lanjutkan. Setelah
mengeluarkan biaya sebesar Rp 6.500.000,
masjid selesai dibangun pada 1958.10 Masjid
tersebut diberi nama Masjid Agung
Kebayoran.
Masjid dirancang bukan hanya
sebagai tempat ibadah, namun juga
dirancang sebagai tempat pembinaan umat
melalui pendidikan. Terkait dengan hal
tersebut, Sjamsuridjal mengirimkan surat
kepada Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga tentang rencana pembangunan
sekolah di sekitar Masjid pada 27 Mei
1956.11Perencanaan tersebut di antaranya 4
gedung sekolah yang masing-masing terdiri
dari 6 ruang sekolah, 1 gedung pertemuan
yang berkapasitas 600 orang, 1 gedung
10 Lukman Hakiem, Enam Puluh Tahun YPI Al-Azhar 7 April 1952 – 7 April 2012. (Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. 2012., hal. 16-17. 11 Ibid,. hal. 11.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
7
perpustakaan, 1 halaman olahraga untuk
setiap gedung sekolah, 1 gedung asrama
untuk 300 murid, 2 gedung untuk direktur
asrama pesantren dan 1 gedung untuk kantin.
Namun keinginan tersebut ditolak oleh
pemerintah karena dianggap akan
mengganggu keindahan dan kemegahan
masjid.
Setelah pembangunan masjid selesai,
yayasan membentuk Takmir Masjid. Badan
ini bertugas untuk mengadakan kegiatan
pemakmuran masjid. Pada periode pertama
1958-1963, Takmir Masjid dipimpin oleh H.
Hasan Nasir dengan wakil ketua Gusti
Abdul Muis, sekretaris Dudung dan
bendahara Ny. Anwar Tjokroaminoto. 12
Sebelum diresmikan, masjid tidak boleh
digunakan oleh masyarakat setempat.
Namun Hamka meminta izin kepada
Walikota Jakarta, Sjamsuridjal untuk
melakukan kegiatan memakmurkan masjid
seperti solat berjamah. Atas izin
Sjamsuridjal, Hamka pun mulai
mengakitifkan kegiatan keagamaan di dalam
masjid. Awalnya, Hamka menyelenggarakan
kegiatan solat berjamaah di dalam masjid.
Saat itu jamaah yang datang masih sedikit
sekali. Mereka merupakan masyarakat
setempat dan para pekerja yang ada disekitar
masjid. Kemudian, Hamka mulai
12 Cecep Kurnia Sogoz, Op, Cit., hal 18.
memberikan kajian tentang ajaran-ajaran
Islam kepada para jamaah. Selain itu, ia juga
menyelenggarakan pengajian setiap Selasa
malam.
Pada 1960, Masjid Agung Kebayoran
mendapat kunjungan dari Mesir. Setelah
menjadi tamu negara, Syeikh Al-Azhar, Prof.
Mahmoud Syaltout berkunjung ke masjid.
Dr. Mohammad Al-Bahay mendampingi
beliau selama berkunjung. Ia menjelaskan
proses pembangunan masjid dan kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan di masjid.
Prof. Mahmoud Syaltout sangat terkesan
dengan hal tersebut. Oleh karena itu, Prof.
Mahmoud Syaltout mengatakan “mulai hari
ini, saya sebagai Syeikh Jami Al-Azhar
memberikan nama Al-Azhar kepada masjid
ini. Semoga masjid ini menjadi Al-Azhar di
Jakarta sebagaimana Al-Azhar di Kairo”.
Sejak saat itu, Masjid Agung Kebayoran
berubah nama menjadi Masjid Agung Al-
Azhar.
Kepemimpinan Soedirdja berakhir
dan digantikan oleh H. Anwar
Tjokroaminoto pada 1963. H. Pada masa
kepemimpinannya, diselenggarakan Kongres
VII dan Pekan Dakwah HMI pada 8 sampai
14 September 1963 di kompleks Masjid
Agung Kebayoran, Yayasan Pesantren Islam.
Acara ini diikuti oleh 26 cabang peserta
dengan 350 orang. Di masa
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
8
kepemimpinannya pula kegiatan
memakmurkan masjid ditingkatkan menjadi
pendidikan nonformal dan pendidikan
formal.13 Melihat pendidikan yang diberikan
melalui kegiatan memakmurkan masjid yang
diberikan oleh Hamka banyak diminati
masyarakat, Yayasan Pesantren Islam pun
merencanakan berdirinya pendidikan formal.
Kegiatan memakmurkan masjid ditingkatkan
menjadi Sekolah Islam Sore sejenis
Madrasah Diniyah yang disebut Pendidikan
Islam Al-Azhar (PIA) pada 1963. Tahun
berikutnya, 1964 didirikan Taman Kanak-
Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menyusul didirikan pada 1970.
Pada 1975, periode kepemimpinan H.
Anwar Tjokroaminoto berakhir. Dari orang
tujuh formatur yaitu Hamka, Sjafruddin
Prawiranegara, K.H. Hasan Basri, Ir. H.M.
Sanusi, K.H. Abdullah Salim, R.H. Soerojo
Wongsowidjojo dan Rusydi Hamka
terpilihlah Hamka sebagai ketua YPI.
Hamka pun menggantikan kepemimpinan H.
Anwar Tjokroaminoto. Di bawah
kepemimpinannya, Ia dibantu oleh
Sjafruddin Prawiranegara dan K.H. Hasan
Basri. Pusat perhatian YPI dimasa
kepemimpinan Hamka adalah menjaga dan
meningkatkan kualitas pelayanan disegala
13 Lukman Hakiem, Op, Cit., hal 20.
bidang dengan tingkat akuntabilitas yang
mupuni. 14 YPI pun memiliki minat yang
tinggi untuk membuka lembaga pendidikan
di berbagai daerah.
Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, Hamka melakukan
pengembangan struktur kepengurusan. Pada
10 Juni 1975, kepengurusan YPI dibagi
menjadi dua bagian yaitu Bagian Masjid
Agung yang diketuai oleh Amriel
Radjomentari dan Bagian Pendidikan yang
diketuai oleh Mucthar Zakaria dengan Drs.
Sofyan Saad sebagai sekretaris, Drs.H.
Moegni sebagai bendahara serta Ir.H.M.
Sanusi, Jacub Rasjid, R. Soemedji Moefti
dan Hanafi yang masing-masing menjadi
pengurus pleno. Langkah ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari
pendidikan YPI. Wujud nyata dari
kinerjanya tersebut, didirikanlah beberapa
pendidikan formal dan nonformal oleh YPI.
YPI membuka Sekolah Menengah Atas
(SMA), Khursus Bahasa Arab pada 1976
dan Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA)
pada 1977. Sebagai awal dari membuka
lembaga pendidikan di berbagai daerah, YPI
pun membuka sekolah jenjang TK dan SD
pada 1976 di Jl. Mujair nomor 1, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.
14 Badruzzaman Busyairi, Op, Cit., hal 22.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
9
Gagasan Pendidikan Islam Hamka
Menurut Hamka, ilmu diperoleh
melalui proses pendidikan dan pengajaran.
Hamka membedakan pengertian pendidikan
dan pengajaran. Pendidikan adalah
serangkaian upaya yang dilakukan pendidik
untuk membantu membentuk watak, budi,
akhlak dan kepribadian peserta didik,
sehingga peserta didik dapat membedakan
hal yang baik dan buruk. 15 Sedangkan
pengajaran adalah upaya untuk mengisi
intelektual peserta didik dengan sejumlah
ilmu pengetahuan. Pendidikan dan
pengajaran adalah dua hal yang saling
melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
Karena di dalam setiap proses pendidikan
terdapat proses pengajaran. Kedua hal
tersebut saling berkaitan dan berdampingan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses
pengajaran tidak akan banyak berarti apabila
tidak diiringi dengan proses pendidikan.
Tujuan dari pendidikan Islam Hamka
adalah bahagia dunia dan akhirat.16 Untuk
mencapai tujuan tersebut, manusia harus
beribadah dengan baik dan benar. Beribadah
pun dilakukan berdasarkan ilmu agama.
Oleh Karena itu, proses pendidikan dan
pengajaran adalah kegiatan yang membantu
manusia dalam mendapatkan ilmu untuk 15 Hamka, Lembaga Hidup, Jakarta: Djajamurni, 1962, hal. 202. 16 A. Susanto, Op. Cit., hal. 107.
beribadah dan membantu peserta didik
dalam mendapatkan ilmu untuk kehidupan
dunia. Dengan keseimbangan ilmu akhirat
dan dunia, manusia dapat mencapai
kebahagiaan seutuhnya dan mencapai tujuan
dari pendidikan Islam.
Menurut Hamka, ilmu pengetahuan
akan tercapai dengan akal, kesehatan jiwa
dan tubuh. Akal adalah ikatan yang
mengikat manusia sebagai penjaga dan
penguasa diri. 17 Segala perbuatan akan
dilakukan dengan persetujuan akal.
Bertambah luas akal, bertambah luaslah
hidup, bertambah datanglah bahagia.
Sedangkan, jiwa yang sehat dapat
memancarkan cahaya dan memberikan
kedamaian didalam kehidupan. Tubuh yang
sehat dapat membantu manusia dalam
berpikir, mencerdaskan akal dan
membersihkan jiwa. Jiwa yang sakit seperti
kesal, marah dan sedih akan menyakiti tubuh
yang sehat. Tubuh akan merasakan sakit dari
jiwa yang menyebabkan lemas, gemetar atau
pusing. Tubuh yang sakit seperti pusing,
batuk atau penyakit lain pun akan menyakiti
jiwa yang sehat. Jiwa akan merasakan sakit
dari tubuh yang menyebabkan sulit berpikir
dan tumpulnya akal.18
17 Hamka, Mutiara Filsafat, Jakarta: Widjaya Djakarta, hal. 285. 18 Ibid, hal 122.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
10
Oleh karena itu, untuk mencapai
suatu keberhasilan dalam pendidikan,
peserta didik harus mempelajari dua macam
pendidikan yaitu pendidikan jasmani dan
pendidikan rohani. Pendidikan jasmani yaitu
pendidikan untuk pertumbuhan dan
kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa
dan akal. 19 Pendidikan rohani yaitu
pendidikan untuk kesempurnaan fitrah
manusia dengan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan pada agama.
Pendidikan tidak akan berhasil apabila hanya
berdasarkan kepada pendidikan jasmani.
Ketidakjelasan tujuan hidup dan tidak
adanya nilai-nilai rohani akan membuat
pendidikan tidak memiliki kepuasan batin.
Dengan kedua pendidikan tersebut, peserta
didik sebagai manusia dapat melekasanakan
tugas dan fungsinya di bumi sesuai fitrahnya.
Berdasarkan penjelasan diatas,
pendidikan menurut Hamka adalah
pendidikan yang harus didasarkan kepada
kepercayaan bahwa diatas dari kuasa
manusia ada kuasa Yang Maha Besar,
Allah. 20 Dengan dasar tersebut, setiap
manusia membutuhkan pendidikan jasmani
dan rohani untuk berhasil dalam pendidikan.
Oleh karena itu pendidikan modern harus
kembali kepada agama.
19 A. Susanto, Op. Cit., hal. 105-106. 20 Hamka, Lembaga Hidup, Op. Cit., hal. 202.
Untuk mencapai pendidikan yang
berkualitas, Hamka memiliki dua dasar
pengembangan materi yaitu pengembangan
akal atau jasmani dan agama atau rohani.21
Dengan kedua dasar ini, pendidikan akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki
keyakinan kepada Allah dan membangun
peradaban umat sesuai dengan keyakinannya.
Menurut Hamka terdapat empat macam
materi pendidikan yaitu Ilmu-ilmu agama
seperti tauhid dan tafsir, hadist, Ilmu-ilmu
umum seperti sejarah, ilmu hitung dan Ilmu
bumi, Keterampilan praktis seperti kegiatan
baris berbaris dan kegiatan olahraga serta
Kesenian seperti ilmu musik, menggambar
menyanyi dan memahat. Keempat materi
pendidikan diatas merupakan suatu kesatuan
yang utuh dan saling berkaitan. Namun dari
semua materi yang ada, Hamka menjadikan
materi pendidikan agama sebagai materi
tertinggi dan utama. Untuk menciptakan
proses pendidikan yang efektif dan efisien,
seorang pendidik berkewajiban
menggunakan berbagai macam pendekatan
dan metode. 22 Dengan menggunakan
pendekatan dan metode tertentu, proses
pembelajaran akan dapat diterima dan
dipahami oleh peserta. Menurut Hamka
terdapat empat metode pendidikan, yaitu
21 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 163. 22 Ibid, hal. 176.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
11
metode diskusi, darmawisata, eksperimen
dan pemberian tugas.
Implementasi Pemikiran Pendidikan Islam Hamka Dalam Yayasan Pesantren Islam (YPI)
Pada awal pendirian Yayasan
Pesantren Islam (YPI), Hamka tidak terlibat
secara langsung. Keterlibatannya baru
muncul ketika terdapat kendala dan masalah
pada proses pendirian yayasan. Hamka
muncul sebagai pemberi nasihat. Dalam
rapat pendirian yayasan, para pendiri
yayasan kebingungan memilih untuk
membangun bangunan masjid atau pesantren.
Perwakilan yayasan pun datang kerumah
Hamka untuk berkonsultasi. Hamka
berpendapat bangunan yang harus
didahulukan adalah masjid.23 Namun masjid
tersebut memiliki fasilitas-fasilitas
penunjang. Berdasarkan nasihat Hamka,
masjid pun dibangun oleh YPI. Sejak saat
itulah, YPI dan Hamka adalah dua hal yang
tidak bisa dipisahkan.
Setelah YPI berdiri pada 7 April
1952 dan selesai pembangunan masjid pada
1958, Hamka mulai aktif dalam kegiatan
YPI. Hamka pun menerapkan gagasan
pendidikan Islamnya dalam YPI. Penerapan
tersebut dapat terlihat dari penyelenggaraan
23 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 100.
kegiatan YPI yang dilaksanakan melalui
pendidikan secara nonformal maupun formal.
1. Pendidikan Nonformal
Masjid Agung Al-Azhar selesai
dibangun pada 1958. Awalnya Walikota
Jakarta, Sjamsuridjal merencanakan masjid
akan digunakan setelah resmi dibuka oleh
Presiden Soekarno. Namun Hamka meminta
izin kepada Sjamsuridjal menggunakan
masjid tersebut untuk salat berjamaah.
Menurut Hamka masjid tidak boleh terlalu
lama kosong dan harus segera
dimakmurkan. 24 Memakmurkan masjid
adalah usaha untuk menghidupkan dan
meramaikan kegiatan masjid serta
merawatnya. Menyelenggarakan salat
berjamaah, mengkaji Al-Quran, mengabdi
kepada Allah, memelihara dan
membersihkan masjid. Kegiatan
memakmurkan masjid juga merupakan salah
satu kewajiban bagi orang-orang yang
beriman. Oleh karena itu, kegiatan salat
berjamaah harus segera dilakukan untuk
menghidupkan masjid.
Atas izin dari Sjamsuridjal, Hamka
mulai melakukan kegiatan salat berjamaah di
Masjid Agung Al-Azhar dengan mengajak
masyarakat sekitar. Kegiatan awal ini hanya
24 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 61.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
12
diikuti oleh 5 sampai 6 orang.25 Hamka juga
mengajak keluarganya untuk salat berjamaah
di masjid. Di waktu salat subuh, Hamka
bersama anak-anaknya juga melakukan salat
berjamaah di masjid. Untuk
mengumandangkan adzan, masjid ini belum
memiliki pengeras suara, sehingga Hamka
meminta salah satu anaknya, Fachri untuk
mengumandangkan adzan dengan suara
yang lantang tanpa pengeras suara.
Setelah kegiatan salat berjamaah
berjalan dengan lancar, Hamka mulai
mengadakan pengkajian Al-Quran setelah
salat subuh. Kajian ini dikenal sebagai
Kuliah Subuh. Kajian pertama yang
diberikan oleh Hamka adalah Surat Al-Khafi
juz 15. Pengajian tersebut berlangsung
selama 45 menit. Menurut Hamka, masjid
berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat
pembinaan umat. Maka dari itu, Hamka
melaksanakan kegiatan kuliah subuh selain
salat berjamaah. Melalui kuliah subuh,
Hamka mulai menerapkan gagasan
pendidikan Islamnya. Dengan duduk
bersama-sama para jamaah, Ia melakukan
proses pendidikan dan pengajaran. Ia
menjelaskan ayat demi ayat kepada jamaah
dan mendidik para jamaah dengan ilmu
pengetahuan agama sesuai dengan kajian Al-
25 Shobahussurur, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2008, hal. 29.
Qurannya. Kuliah subuh tersebut berhasil
menarik minat masyarakat. Semakin banyak
para jamaah yang datang untuk belajar ilmu
pengetahuan agama dari Hamka. 26 Oleh
karena itu, Ia pun terus mengembangkan
kegiatan memakmurkan masjid.
Hamka membimbing para jamaah
untuk sama-sama mempelajari ajaran-ajaran
Allah melalui Al-Quran. Mereka juga
berdiskusi tentang berbagai persoalan
kehidupan individual, kemasyarakatan,
ummat dan bangsa. 27 Kegiatan tersebut
menunjukkan bahwa Hamka menerapkan
materi dan metode pendidikan Islamnya
yaitu ilmu-ilmu agama dan metode diskusi.
Ia mengajak para jamaah untuk
mengemukakan pendapat dan berpikir kritis
dalam menjalani kehidupan dunia dengan
menggunakan ilmu pengetahuan agama dan
tanpa melupakan ilmu tersebut.
Selain Kuliah Subuh yang
dilaksanakan rutin setiap harinya, kajian lain
yang diselenggarakan Masjid Agung Al-
Azhar adalah pengajian sore anak-anak dan
majelis taklim. Pada pengajian sore, anak-
anak diajarkan cara menulis dan membaca
Al-Quran dengan baik dan benar. Mereka
duduk bersila di depan Al-Quran yang
26 Muhammad, Suhadi dkk, Bunga Rampai 55 Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2007, hal. 11. 27 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 62.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
13
diletakkan diatas meja masing-masing.
Materi yang diajarkan di pengajian sore
anak-anak juga terus dikembangkan. Mereka
tidak lagi hanya belajar cara membaca dan
menulis Al-Quran tetapi mereka juga belajar
Al-Hadits. Anak-anak diajarkan ilmu tauhid,
ibadah, akhlak serta tarikh.
Perkembangan materi yang diberikan
secara bertahap menunjukkan bahwa Hamka
menerapkan gagasan pendidikan Islamnya
mengenai pendidik yang baik. Pendidik yang
baik adalah pendidik yang menyampaikan
ilmu sesuai dengan perkembangan perserta
didik. Pendidik tersebut memberikan ilmu
sesuai dengan kemampuan penerimaan
perserta didik.28 Ilmu pun diberikan secara
bertahap dimulai dari ilmu yang mudah
sampai dengan ilmu yang sulit. Sehingga
peserta didik dapat memahami ilmu yang
dipelajari dan berkembang dengan baik
sesuai dengan tahapannya.
Pada 1963, YPI membuka sekolah
Islam sore diberi nama Pendidikan Islam Al-
Azhar (PIA). Maksud dan tujuan dibukanya
PIA adalah mendidik pribadi muslim dengan
menanamkan keimanan berdasarkan dalil
aqli dan naqli, gemar membaca Al-Quran
dengan baik dan benar, gemar beribadah,
serta berakhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut,
28 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 152.
PIA mengelompokkan anak-anak sesuai
dengan kemampuan masing-masing anak
yang dibagi menjadi 4 kelas dan yang
masing-masing kelas dibina oleh seorang
ustad. Di masa kepemimpinan Hamka, YPI
membuka khursus Bahasa Arab pada Maret
1976. Tujuan didirikannya Khursus Bahasa
Arab yaitu memasyarakatkan bahasa arab,
mengetahui secara baik huruf Al-Quran,
tanda baca, tempo, dan cara membacanya
serta peserta dapat mempelajari dan
memahami Islam dari sumber aslinya.
Khursus ini akan berlangsung selama 3
tahun dengan waktu pembelajaran 120 menit
setiap hari. 29 Dengan adanya berbagai
kegiatan tersebut, para jamaah dari semua
kalangan, anak-anak hingga dewasa terus
berdatangan dan bertambah untuk menimba
ilmu dan memakmurkan masjid.
Hamka juga memprakarsai didirikan
Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA). 30
Tujuan didirikannya PMA yaitu mendidik
calon-calon muballigh dan muballighat
untuk memahami Islam dan menyampaikan
dakwah berdasarkan Al-Quran dan Alhadist.
Tingkat pendidikan PMA dimulai dari
Tingkat Dasar, Tingkat Lanjutan dan
Tingkat Kajian Khusus. Materi pelajaran
yang diberikan terdiri dari 3 komponen yaitu
29 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 135. 30 Cecep Kurnia Sogoz, Op. Cit., hal. 265.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
14
komponen ilmu-ilmu dasar Islam meliputi
aqidah islam, tafsir Al-Quran, ilmu hadist,
fidh Islam, akhlaq Islam dan ushul fiqh, ilmu
dakwah meliputi retorika, ilmu komunikasi,
sosiologi dakwah, psikologi dakwah, strategi
dakwah, ilmu dakwah, problematika aktual,
dan Al-Islam serta Materi Dakwah meliputi
mukadimah, kuliah perdana, materi dakwah
dan khutbah jumat. Pendidikan PMA akan
berlangsung selama satu tahun dengan masa
pembelajaran 3 kali dalam seminggu setiap
hari Senin, Selasa dan Jumat. PMA secara
resmi dibuka pada tanggal 28 Oktober 1977
dan dipimpin oleh H. Syabir Syamsoe.
2. Pendidikan Formal
Gagasan pendidikan Islam Hamka
menggerakkan pembaruan pendidikan di
dalam Masjid Agung Al-Azhar. 31 Berawal
dari sebuah masjid, YPI bertransformasi
menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam
yang berkualitas. Kegiatan di dalam masjid
terus berkembang seiring dengan bertambah
banyaknya jamaah yang hadir. Dari kegiatan
memakmurkan masjid dan waktu ke waktu,
Masjid Agung Al-Azhar menjadi ramai.
Semua kegiatan ditingkatkan dan
dikembangkan menjadi lebih terstruktur dan
teroganisasi. Pengurus YPI pun terus
berusaha mengeningkatkan kuliatas
pendidikannya.
31 Shobahussurur, Op. Cit., hal. 136.
Seiring dengan ramainya kegiatan
memakmurkan masjid, salah satu jamaah
masjid, Abdullah Hakim mengusulkan untuk
meningkatkan kualitas pengajian sore anak-
anak menjadi lembaga pendidikan formal
dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU)
hingga Perguruan Tinggi. Sesuai dengan
pemikiran pendidikan Islam Hamka dan
keinginan YPI untuk membangun sebuah
lembaga pendidikan, mereka pun
menyambut baik dan menerima usulan
tersebut. Sekretaris masjid, Mayor
Amiruddin Siregar memberikan tugas
kepada pengurus masjid, Ir. Amriel A.
Radjomantari untuk menindak lanjutkan
usulannya. Kemudian, Ir. Amriel
mengundang seluruh pengurus yayasan ke
dalam sebuah pertemuan untuk membahas
tentang pendidikan di dalam Masjid Agung
Al-Azhar.
Pertemuan tersebut menghasilkan
beberapa keputusan yaitu 1. Masjid Agung
Al-Azhar akan menyelenggarakan Perguruan
Islam yang bermutu, 2. Perguruan tersebut
dinamakan “Perguruan Islam Al-Azhar”, 3.
Maka dibentuklah sebuah tim yang dipimpin
oleh Abdullah Hakim dan di bantu oleh
beberapa anggota lainnya yaitu Nurcholish
Madjid, Mahfudh Makmum dan A. Wachid
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
15
Zaini.32 Setelah persiapan selesai dilakukan
oleh tim tersebut, YPI membuka pendidikan
formal pertamanya yaitu TK dan SD Masjid
Agung pada 1964. Disusul dengan
berdirinya SLTP Islam Al-Azhar 3 Januari
1971 dan SMU Islam Al-Azhar pada 3
Januari 1976.
Para pengurus YPI menerapkan
gagasan pendidikan Islam Hamka dalam
sistem pendidikan formal.33 Menurut Hamka,
sebuah pendidikan harus didasari kepada
kepercayaan bahwa di atas dari kuasa
manusia ada lagi kekuasaan Yang Maha
Besar, Allah. Pendidikan akan berhasil
apabila pendidikan jasmani dan rohani
diberikan secara seimbang. Oleh karena itu
pendidikan modern harus kembali kepada
agama. 34 Gagasan tersebutlah yang
digunakan oleh YPI sebagai fondasi
pelaksanaan pendidikan formalnya.
Pemikiran Hamka pun berwujud
dalam bentuk pendidikan yang
diselenggarakan oleh YPI. Pendidikan yang
dibentuk oleh yayasan, bukanlah pesantren
ataupun madrasah, melainkan sekolah umum.
Pengurus YPI juga menerapkan sistem
pendidikan yang memasukkan pendidikan
agama kedalam kurikulum selain
32 Lukman Hakiem, Op. Cit., hal. 119. 33 “Sekolah Islam ala Hamka” Historia Nomor 21 Tahun II, Januari 2015, hal 61 34 Hamka, Lembaga Hidup, Op. Cit., hal. 203.
memberikan pendidikan umum. YPI
menggunakan dua sumber kurikulum yaitu
kurikulum Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan untuk mata pelajaran umum
dan kurikulum Departemen Agama untuk
mata pelajaran pendidikan agama.35 Yayasan
menggunakan kurikulum nasional dengan
penambahan khusus pada jam dan bobot
pelajaran agama tanpa mengganggu jam dan
bobot mata pelajaran lainnya. Sehingga YPI
tetap mematuhi kurikulum Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelaksanaan pendidikan agama di
pendidikan formal YPI tidak hanya
diberikan didalam kelas melainkan langsung
dipraktekkan. Sebelum masuk kelas, peserta
didik berbaris rapi di depan kelas untuk
berikrar dan membaca doa36. Mereka juga
diwajibkan untuk tadarus selama 10 menit
sebelum pelajaran dimulai. Setiap hari
Jum’at, peserta didik jenjang TK juga
menghafal surat-surat pendek selama 10
menit. Ketika waktu salat Zuhur tiba, para
guru membimbing peserta didiknya untuk
melaksanakan salat berjamaah di masjid atau
musholla sekolah.37Kegiatan salat berjamaah
35 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 102. 36 Peserta didik berikrar bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Mereka juga berdoa dan memohon kepada Allah untuk tambahkanlah ilmu dan pertinggi kecerdasan mereka. Lihat Badruzzaman Busyairi, Setengah Abad .. hal 108. 37 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 108.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
16
dilanjutkan dengan berlatih dakwah selama 7
menit yang dilakukan secara bergiliran oleh
peserta didik. Pada bulan Ramadhan, mereka
mengikuti kegiatan Amaliah Ramadhan
seperti tadarus, mengadakan kajian-kajian
Islam, mendengarkan ceramah, bakti sosial
dan lain-lain.
Berdasarkan kurikulim yang
diterapkan YPI, mata pelajaran yang
diberikan kepada peserta didik terlihat dalam
Buku Induk siswa/siswi SD dan SLTP Islam
Al-Azhar yaitu mata pelajaran untuk
siswa/siswi kelas 1 SD adalah Agama, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Al-
Quran, Olahraga dan Kesehatan, Ilmu
Pengetahuan Alam, Kesenian serta
Keterampilan Khusus. Sedangkan mata
pelajaran untuk siswa/siswi kelas 2-6 SD
adalah Agama, Moral Pancasila, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Al-
Quran, Olahraga dan Kesehatan, Ilmu
Pengetahuan Alam, Kesenian serta
Keterampilan Khusus. Dan mata pelajaran
untuk siswa/siswi kelas 1 sampai kelas 3
SLTP adalah Pendidikan Agama, Al-Quran,
Pendidikan Kewarga Negara, Bahasa
Indonesia, Olahraga/Kesehatan, Bahasa
Arab, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,
menggambar, Administrasi, Kesenian,
Prakarya dan Pendidikan Kesehatan
Keluarga.
Berdasarkan mata pelajaran yang
diberikan, ilmu yang diberikan di jenjang SD
adalah ilmu umum dan agama yang dapat
dipahami oleh peserta didik jenjang
pendidikan tersebut. Sedangkan ilmu yang
diberikan di jenjang SLTP lebih khusus dan
spesifik seperti materi pelajaran Bahasa
Arab, menggambar, Administrasi, Prakarya
dan Kesehatan Keluarga. Dengan
perwujudan kurikulum melalui mata
pelajaran diatas, YPI berharap tercapainya
tujuan dari pendidikan yang diselenggarakan
yaitu mempersiapkan cendikiawan muslim,
bertauhid, berakhlaq mulia, cakap, terampil,
percaya pada diri sendiri dan berguna bagi
agama, masyarakat dan negara Republik
Indonesia.38
Kesimpulan
Belum adanya masjid yang
menggambarkan sebuah masjid ibukota,
menjadikan pembangunan masjid sebagai
rencana pembangunan jangka panjang dari
Walikota Jakarta, Sjamsuridjal. Untuk
merealasisakan rencana tersebut,
dibentuklah Yayasan Pesantren Islam
sebagai badan hukum yang mengelola
pembangunan masjid. Dalam proses
realisasinya, para pengurus YPI memiliki
masalah. Mereka ingin membangun masjid
38 Kompas, 24 April 1983
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
17
dan pesantren namun dana yang dimiliki
tidak cukup untuk membangun keduanya.
Dalam mengatasi masalah tersebut,
perwakilan dari YPI datang ke rumah
Hamka untuk meminta saran. Hamka pun
menyarankan untuk membangun masjid
dengan berbagai macam fasilitas penunjang
seperti aula, kantor, ruang kelas,
perpustakaan dan lain-lain. Hamka juga
bersedia menjadi imam masjid apabila
masjid sudah selesai dibangun. Berdasarkan
saran Hamka dan keputusan pengurus YPI,
pembangunan masjid dimulai pada 1953 dan
selesai pada 1958. Sejak saat itulah, Hamka
mulai terlibat dalam YPI.
Hamka adalah salah satu tokoh
pembaruan dalam pendidikan Islam.
Menurut Hamka, ilmu diperoleh melalui
proses pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan adalah serangkaian upaya yang
dilakukan pendidik untuk membantu
membentuk watak, budi, akhlak dan
kepribadian peserta didik, sehingga peserta
didik dapat membedakan hal yang baik dan
buruk. Sedangkan pengajaran adalah upaya
untuk mengisi intelektual peserta didik
dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Tujuan
dari pendidikan Islam Hamka adalah bahagia
dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, manusia harus beribadah dengan
baik dan benar. Beribadah pun dilakukan
berdasarkan ilmu agama. Oleh Karena itu,
proses pendidikan dan pengajaran adalah
kegiatan yang membantu manusia dalam
mendapatkan ilmu untuk beribadah dan
membantu peserta didik dalam mendapatkan
ilmu untuk kehidupan dunia. Keseimbangan
ilmu akhirat dan dunia, manusia dapat
mencapai kebahagiaan seutuhnya dan
mencapai tujuan dari pendidikan Islam.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan
modern harus kembali kepada agama.
Menurut Hamka pendidikan harus
didasarkan kepada kepercayaan bahwa
diatas dari kuasa manusia ada kuasa Yang
Maha Besar, Allah. Sehingga setiap manusia
membutuhkan pendidikan jasmani dan
rohani.
Hamka aktif dalam kegiatan YPI
sejak 1958. Setelah masjid selesai dibangun,
Hamka mulai menyelenggarakan kegiatan
memakmurkan masjid. Ia mengajak
masyarakat sekitar dan keluarganya untuk
salat berjamaah. Setelah kegiatan salat
berjamaah berjalan lancar, Hamka mulai
menyelenggarakan kegiatan pengkajian Al-
Quran setelah salat subuh yang dikenal
sebagai Kuliah subuh. Didalam kegiatan
tersebut, Hamka mulai menerapkan
pemikiran pendidikan Islamnya. Ia berperan
sebagai tenaga didik yang mendidik para
jamaahnya dengan kajian-kajian Al-Quran.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
18
Kuliah subuh tersebut berhasil menarik
minat masyarakat sehingga banyak para
jamaah yang datang untuk belajar ilmu
pengetahuan agama dari Hamka. Selain
Kulih Subuh, berbagai macam kegiatan
memakmurkan masjid juga ikut
diselenggarkan seperti pengajian sore,
majelis taklim, salat Jum’at, dan salat-salat
hari raya umat Isam.
Seiring dengan ramainya kegiatan
memakmurkan masjid, salah satu jamaah
masjid, Abdullah Hakim mengusulkan untuk
meningkatkan kualitas pengajian sore anak-
anak menjadi lembaga pendidikan formal
dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan
Tinggi. Sesuai dengan pemikiran pendidikan
Islam Hamka dan keinginan YPI untuk
membangun sebuah lembaga pendidikan,
mereka pun menyambut baik dan menerima
usulan tersebut. Menurut Hamka sebuah
pendidikan harus didasari kepada
kepercayaan bahwa di atas dari kuasa
manusia ada lagi kekuasaan Yang Maha
Besar, Allah. Pendidikan akan berhasil
apabila pendidikan jasmani dan rohani
diberikan secara seimbang. Oleh karena itu
pendidikan modern harus kembali kepada
agama.
Para pengurus YPI menerapkan
pemikiran pendidikan Islam Hamka untuk
pelaksanaan pendidikan formal. Pemikiran
Hamka berwujud dalam bentuk pendidikan
yang diselenggarakan oleh YPI. Pendidikan
formal yang dibentuk bukanlah pesantren
ataupun madrasah, melainkan sekolah umum
di bawah naungan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Sekolah umum yang
memberikan pendidikan agama selain
pendidikan umum. YPI menggunakan dua
sumber kurikulum Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dan Departemen Agama.
Yayasan menerapkan kurikulum nasional
dengan penambahan khusus pada jam dan
bobot pelajaran agama. Penambahan jam
pelajaran agama diberikan tanpa
mengganggu jam dan bobot mata pelajaran
lainnya. Sehingga YPI dapat memberikan
pendidikan yang seimbang antara
pendidikan agama dan pendidikan umum.
Penerapan pemikiran Islam Hamka
menjadikan Yayasan Pesantren Islam
sebagai salah satu sarana pembaruan
pendidikan Islam.
Sumber Referensi
Dokumen/Arsip
Buku Induk II Siswa/Siswi SD Islam Al-
Azhar 1979/1984.
Buku Induk Siswa/Siswi SLTP Islam Al-
Azhar 1976/1978.
Surat Kabar
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
19
Kompas. 13 Feb. 1976.
Kompas. 24 Apr. 1983.
Majalah
Historia, Nomor 21 Tahun II, Januari 2015.
Buku
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi
dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos WancanaIlmu,
1999.
Busyairi, Badruzzaman, Setengah Abad Al-
Azhar 7 April 1952-7April 2002,
Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar, 2002.
———, 80 Tahun Hariri Hady: Mensyukuri
Nikmat Illahi, Jakarta: Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar, 2010.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam
dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren:
Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1982.
Gunawan, Ary H, Kebijakan-Kebijakan
Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1995.
Hakiem, Lukman, Enam Puluh Tahun YPI
Al-Azhar 7 April 1952 – 7 April 2012,
Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar, 2012.
Hamka, Falsafah Hidup, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1995.
———, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta:
Bulan Bintang, 1974.
———, Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983.
———, Lembaga Hidup, Jakarta:
Djajamurni, 1962.
———, Mutiara Filsafat, Jakarta: Widjaya
Djakarta, 1956.
———, Tasawuf Moderen, Jakarta:
PsutakaPanjimas, 1983.
Hamka, Rusydi, dkk. ed., Perjalanan
Terakhir Buya Hamka, Jakarta: Panji
Masyarakat, 1982.
———, Pribadi dan Martabat Buya Prof.
Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983.
Hapidin, H. A, Mengapa Syaikh Mahmoud
Syaltout Memberikan Nama Al-
Azhar: Mengenang 20 Tahun
Wafatnya Buya Hamka, Jakarta:
Shobata, 2001.
Nizar, Samsul, Memperbincangkan
Dinamika Intelektual dan Pemikiran
Hamka tentang Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana, 2008.
———, Sejarah Sosial & Dinamika
Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, Jakarta: Kencana, 2013.
Noer, Delliar, Gerakan Modern Islam di
Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT
Pustaka LP3ES Indonesia, 1980.
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
20
Panitia Buku, Kenang-kenangan Perjuangan
Bapak Sjamsuridjal, Jakarta, 1984.
Poesponegoro, Marwati Djoened.,
Notosusanto, Nugroho, Sejarah
Nasional Indonesia VI: Zaman
Jepang dan Zaman Republik
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2008.
Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern
1200-2008, Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2010.
Salam, Solichin, dkk. Kenang-kenangan 70
Tahun Buya Hamka, Jakarta:
Yayasan Nurul Islam Jakarta, 1978.
Shobahussurur, Mengenang 100 Tahun Haji
Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA), Jakarta: YPI Al-Azhar,
2008.
Sjafril, Akmal, Buya Hamka antara
Kelurusan ‘Aqidah dan Pluralisme,
Depok: Indie Publishing, 2001.
Sjamsuddin, Helius, dkk, Sejarah
Pendidikan di Indonesia Zaman
Kemerdekaan (1945-1966), Jakarta:
Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993.
Sogoz, Cecep Kurnia, Bunga Ramapai 55
Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan
Mereka 7 April 1952–7 April 2007,
Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar, 2007.
Steenbrink, Karel A, Pesantren, Madrasah,
Sekolah, Jakarta, LP3ES, 1994.
Suhadi, Muhammad, dkk, Bunga Rampai 55
Tahun YPI Al-Azha rdan Pandangan
Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007,
Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar, 2007
Susanto, A, Pemikiran Pendidikan Islam,
Jakarta: Amzah, 2009.
Tamara, Nasir, Buntaran Sanusi, dan
Vincent Djauhari, ed. Hamka di Mata
Hati Umat, Jakarta: Pustaka Binar
Harapan, 1996.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta: Mutiara
Sumber Widya, 1992.
Disertasi
Hartono, Modernisasi Pendidikan Islam:
Studi Kasus Sekolah Islam Al-Azhar,
disertasi: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
http://kbbi.we.id/
(14 Maret 2016 pukul 10:50 WIB)
Wawancara
Hasan, M. Dja’far
Jalan Sisingamangraja, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan (20 November
2015, pukul 11:00 – 12:00 WIB).
Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016
top related