farmakologi 2008
Post on 13-Jun-2015
2.170 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT
(M10A206)
Disusun oleh :
1. Moh. Ari Setiawan 230210080067
2. Enjang Hernandi Hidayat 230210080068
3. Darmadi 230210080069
4. Cuncun Hendrayana 230210080070
5. Alfian Nurrachman 230210080071
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT
SEMESTER GENAP, TA 2008 / 2009
Disusun oleh :
1. Moh. Ari Setiawan 230210080067
2. Enjang Hernandi Hidayat 230210080068
3. Darmadi 230210080069
4. Cuncun Hendrayana 230210080070
5. Alfian Nurrachman 230210080071
Acc :
Jatinangor, Juni 2009
Pembimbing
Mochamad Untung Kurnia Agung,S.Kel.
NIP. 132317128
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah
laporan dengan judul “Laporan Resmi Praktikum Pengantar Farmakologi Laut”.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada revolusioner dunia, insan
terpilih yakni nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya yang dimuliakan, para
sahabatnya yang diagungkan, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Salah satu tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengantar Farmakologi Laut
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu
dosen mata kuliah Pengantar Farmakologi Laut yang telah memberikan bimbingan dalam
penyelesain laporan ini, dan tak lupa kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah turut serta memberikan bantuannya dalam proses penyusunan laporan
ini.
Tak ada gading yang tak retak Penulis menyadari dalam penulisan laporan
praktikum pengantar farmakologi laut ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan makalah ini
di masa yang akan datang.
Jatinangor, Juni 2009
penyusun
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………. iii
I. Mata Acara Praktikum :
Pembuatan Simplisia dan
Ekstrak Bahan Alam
………………………………………………. 1
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 5
BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 6
2.1. Tinjauan Umum Simplisia ………………………………………………. 6
2.2. Macam-macam Teknik
Pembuatan Simplisia dan Sediaan Obat
(Ekstraksi,Maserasi, dan Perkolasi)
………………………………………………. 7
BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 9
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
………………………………………………. 9
3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 9
3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 9
BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 11
4.1. Hasil ………………………………………………. 11
4.2. Pembahasan ………………………………………………. 11
BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 13
5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 13
5.2. Saran ………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 14
II. Pengujian Komponen Farmaka
dalam Simplisia
………………………………………………. 15
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 15
1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 15
1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 15
BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 16
II.1. Tinjauan umum komponen
Farmaka Bahan Alam
………………………………………………. 16
5
II.2. Teknik Pengujian Komponen
Farmaka Bahan Alam
………………………………………………. 19
BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 20
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
………………………………………………. 20
3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 20
3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 21
BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 22
4.1. Hasil ………………………………………………. 22
4.2. Pembahasan ………………………………………………. 22
BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 24
5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 24
5.2. Saran ………………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 25
III. Uji Bioaktivitas Ekstrak Bahan
Alam Terhadap Mikroba
………………………………………………. 26
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 26
1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 26
1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 26
BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 27
2.1. Tinjauan umum Uji Bioakivitas ………………………………………………. 27
2.2. Bakteriostatik dan Bakterisidal ………………………………………………. 30
BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 32
III.1. Waktu dan Tempat
pelaksanan Praktikum
………………………………………………. 32
III.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 32
III.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 33
BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 34
4.1. Hasil ………………………………………………. 34
4.2. Pembahasan ………………………………………………. 34
BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 37
5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 37
5.2. Saran ………………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 38
IV. Pemisahan Senyawa dengan
Kromatografi Lapis Tipis
………………………………………………. 39
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 39
1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 39
6
1.2. Tujuan Praktkum ………………………………………………. 39
BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 40
2.1. Tinjauan Umum Kromatografi
Lapis Tipis
………………………………………………. 40
2.2. Polaritas Senyawa Bahan Alam ………………………………………………. 42
BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 43
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
………………………………………………. 43
3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 43
3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 44
BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 45
IV.1. Hasil ………………………………………………. 45
IV.2. Pembahasan ………………………………………………. 45
BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 48
5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 48
5.2. Saran ………………………………………………. 48
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 49
7
I. Mata Acara Praktikum : Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Bahan Alam
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Farmakologi merupakan Ilmu tentang interaksi antara senyawa kimia dengan sistem
biologi, Ilmu tentang kerja obat pada organisme sehat atau sakit. Hal ini merupakan
gambaran umum tentang farmakologi, latar belakang kita mempelajari ilmu ini kaitannya
dengan disiplin ilmu kita yang berbasis biotekhnologi kelautan adalah sangat erat dimana
kita akan mengeksplor bahan hayati dari laut guna dijadikan sedian obat alami. Dalam
praktikum kali ini kita akan membuat suatu simplisia dari bahan alam (temu kunci) serta
mengekstraknya dalam beberapa tahapan guna mendapatkan suatu ekstrak murni bahan
alam yaitu temu kunci.
Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c. Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
* Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung design cetakan.
* Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab
dalam lubang cetakan.
* Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah
jarang ditemukan
8
* Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
* Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet di bawah lidah.
* Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
* Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup
rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
* Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di
rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
d. Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
e. Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
* Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
* Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
* Lebih enak dipandang
* Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
* Mudah ditelan.
f. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel).
Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
9
g. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
h. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi,
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
i. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
j. Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
k. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 900 C selama 15 menit.
l. Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan
mengikat kuman/virus/antigen.
m. Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok.
10
n. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu
tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
* Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
* Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk
anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik
antipiretik.
o. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa
antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes
telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
p. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
11
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil ekstrak dari sedian bahan
obat alam (sampel temu kunci) dengan metode maserasi.
12
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tinjauan Umum Simplisia
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam
yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian
simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk
obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Contoh Simplisia :
Ini adalah penampilan serbuk Guazumae folium di bawah mikroskop. Yang menjadi ciri khas
simplisia ini adalah adanya rambut penutup yang berbentuk seperti bintang. Khasiat
guazumae atau jati belanda adalah membantu menurunkan kelebihan lemak dan kolesterol.
Salah satu produk yang terkenal adalah Prolipid yang diproduksi oleh PT. Indofarma.
Ini adalah simplisia Kina atau Chincona spp. Kulit kayu dari kina yang banyak tumbuh di
Indonesia ini mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna sebagai obat. Dua alkaloid yang
sangat penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin untuk penyakit jantung. Ciri
mikroskopik simplisia ini adalah serabut sklerenkim yang berwarna coklat terang.
13
Dan yang terakhir adalah Rhei radix. Tanaman yang terkenal dengan nama kelembak ini
memiliki ciri khas mikroskopik berupa kristal kalsium oksalat berbentuk roset (yang berwarna
hitam dan bentuknya kecil). Rheum palmatum, nama spesies dari kelembak ini berkhasiat
sebagai purgatif/laksatif.
Dalam pembuatan sediaan bahan obat terutama dari alam, pertama kali kita harus
membuat simplisia dari sampel (temu kunci) yang akan kita jadikan sedian bahan obat
melalui beberapa tahapan dalam pembuatan simplisia ini diantaranya kita harus
mempersiapkan bahan untuk proses ekstraksi setelah itu dilanjutkan dengan maserasi dan
perkolasi dengan menggunakan methanol dalam medium botol.
2.2. Macam – Macam Teknik Pembuatan Simplisia dan Sediaan Obat
Dalam praktikum kali ini untuk pembuatan simplisia dan sediaan bahan obat dari
alam kita menggunakan beberapa tahapan teknik pembuatan simplisia sediaan bahan obat
tersebut diantaranya :
a. Ekstraksi
Merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya
pelarut organik(Wikipedia,2009).
b. Maserasi
Maserasi (macerare = mengairi, melunakan) adalah cara ekstraksi yang sederhana.
Bahan yang dihaluskan sesuai dengan persyaratan farmakope (umumnya terpotong-
potong atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut
disimpan terlindungi dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya
atau perubahan warna) dan dikocok kembali(Wikipedia,2009).
14
c. Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu perembesan yang mengaliri dari air melalui substrat
yang solid, hal ini bisa mengakibatkan pencabutan atau pengendapan dari suatu
mineral(Wikipedia,2009).
15
BAB III
Metodologi Praktikum
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat Praktikum : Lab. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad
Waktu : Jum’at, 15 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)
3.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Batang pengaduk
2. Gelas ukur
3. Medium botol / Gelas piala
4. Pipet tetes
5. Pipet volumetrik
6. Pisau
7. Evaporator
Bahan :
1. Ethanol
2. Methanol
3. Temu kunci
3.3. Prosedur kerja
a. Prosedur kerja Maserasi Bahan Alam :
Menimbang sampel temu kunci seberat 100 gram
Mencuci sampel dengan air kran sampai bersih, jangan sampai
meninggalkan sisa tanah pada sampel
Mengeringkan sampel tersebut dengan tissue
Lalu merajang / mencacah sampel tersebut dengan menggunakan
pisau
16
Memasukan kedalam medium botol
Memasukan methanol sampai terendam lalu tutup botol tersebut
Merendam hingga 24 jam
Mengganti dengan methanol baru diaduk sekali – kali
Menguapkan supernata/cairan hasil rendaman menggunakan
evaporator
Hasil ekstrak
BAB IV
17
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah ekstrak dari bahan alam temu kunci yang telah melalui
beberapa tahapan untuk pembuatan simplisia sediaan bahan obat diantaranya Ekstraksi,
Maserasi, dan Perkolasi. Dimana kelompok kami menghasilkan warna ekstrak temu kunci
yang berwarna kuning pekat dari proses Maserasi yang telah dilakukan. Hasil ekstrak ini
digunakan sebagai bahan praktikum selanjutnya.
4.2. Pembahasan
Pembuatan simplisia dan ekstrak dari bahan alam ini (temu kunci) tidaklah sulit jika
kita benar – benar tekun untuk menjalaninya, pembuatan simplisia dan ekstrak ini ada
standar resmi yang dilakukan pemerintah guna membuatnya, tidak sembarangan dalam
mengerjakannya.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organic (Wikipedia,2009).
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala
industri.
Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu
senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.
Disini juga kita erat kaitannya dengan maserasi dimana pengertian maserasi tersebut
adalah Maserasi (macerare = mengairi, melunakan) adalah cara ekstraksi yang sederhana.
Bahan yang dihaluskan sesuai dengan persyaratan farmakope (umumnya terpotong-potong
18
atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut disimpan
terlindungi dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan
warna) dan dikocok kembali. Waktu maserasi adalah berbeda-beda, masing-masing
farmakope mencantumkan 4-10 hari. Kurang lebih diperlukan lima hari untuk mendapatan
hasil larutan bahan dari sel akan rusak yang terbentuk pada penghalusan, ekstrasi (difusi)
dari bahan kandungan sel yang masih utuh. Setelah waktu ini sebaiknya ditetapkan antara
bahan yang diekstraksi dalam bagian sebelah dalam sel dengan yang masuk ke dalam
cairan dan dengan demikian difusi akan berakhir.
Persyaratan untuk ini adalah pengulangannya pengocokannya diposisi (kira-kira tiga
kali sehari). Melalui usaha ini dijamin suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang
lebih cepat ke dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi, suatu penyumbatan dan
dengan demikian ekstraksi absolut tidaklah mungkin. Semakin besar perbandingan ekstrak
terhadap cairan ekstrasksi akan semakin baik hasil yang diperoleh.setelah maserasi maka
deposisi diperas (kain pemeras) dan sisanya diperas habis. Untuk ini digunakan pengepres
tingtur (pengepres kincir) atau pengepres hidrolik.
Cairan maserasi dan cairan yang diperoleh melalui perasan disatukan dengan
mencuci sisa perasan dengan bahan ekstraksi diberikan pada kandungan atau jumLah yang
telah diperoleh. Proses mencuci, tersebut berlaku untuk memperoleh kandungan bahan
ekstraktif dan untuk menyeimbangkan kembali kehilangan saat penguapan yang terjadi
pada penyarian dan pengepres. Hasil ekstraksi disimpan dingin beberapa hari, lalu
cairannya dituang dan disaring.
Cara kerja dari proses ini sendiri yaitu pertama-tama yang harus dilakukan adalah
serbuk sampel dimasukkan ke dalam gelas piala atau tempat seperti botol terbalik.
Kemudian ditambahi pelarut etanol sampai sampel terendam. Diaduk sekali-sekali. Pelarut
diganti setiap waktu tertentu. Terakhir akan didapatkan hasil berupa ekstrak dan gunakan
pelarut yang tidak mudah menguap.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
19
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan simplisia dan ekstrak bahan alam ini adalah
pembuatan simplisia bahan alam dimana kelompok kami menghasilkan ekstrak temu kunci
berwarna kuning pekat, perlu kita tingkatkan dengan cara meneliti berbagai hasil alam
lainnya terutama bahan hayati laut yang belum diketahui kandungan serta dapat dijadikan
bahan sediaan obat tertentu disini tugas kita sebagai mahasiswa ilmu Kelautan untuk
mengembangkan bakat dan potensinya supaya sumberdaya laut Indonesia dapat di
eksplorasi lagi demi hajat hidup orang banyak.
5.2. Saran
Praktikum ini sangatlah membantu guna menunjang mata kuliah farmakologi laut
tetapi dalam masalah sampel alangkah lebih baiknya lagi jika kita lebih meneliti sampel dari
bahan hayati laut guna dijadikan bahan sediaan obat yang bermutu tinggi.
Daftar Pustaka
20
Ameliaifani,Dika.2008. Analisis Mikroskopik Simplisia.http://dikaameliaifani.blogspot.com/
Anonim.2008.Definisi Simplisia.http://thepharmacyst.blogspot.com/
Anonim.2009.Ekstraksi.http://www.wikipedia.ekstraksi./id/html. diakses 18 juni 2009
Anonim.2009.IsolasiTemulawak,(online),http://www.iptek.net.id/ind/cakara_tanaman obat ,
diakses 18 juni 2009
Anonim.2009.Maserasi.http://Wikipedia.maserasi./id/html. Diakses 17 juni 2009
Anonim.2009.Perkolasi,http://Wikipedia.perkolasi./perembesan/translate.html.
Pusat kajian obat dari bahan alam, http://www.undip.ac.id/indeks.php.html.
diakses 18 juni 2009
Voight Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajahmada University Press,
Yogyakarta.
II. Mata Acara Praktikum : Pengujian Komponen Farmaka Dalam simplisia
21
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kajian farmakologi tentang pengujian komponen farmaka dalam simplisia
bahan sediaan obat erat kaitannya sebagai uji fitokimia pada suatu sampel pada dasarnya
adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam sediaan bahan
obat tersebut dari sampel yang praktikum yang kita lakukan pada minggu yang lalu, dimana
senyawa yang akan kita ketahui yaitu alkaloid, flovanoid, kuinon, tannin & polifenol, saponin
steroid, triterpenoid.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang
terkandung dalam sampel hasil ekstraksi pada praktikum minggu lalu.
22
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tinjauan Umum Komponen Farmaka Bahan Alam
Dalam praktikum kali ini untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang
terlkandung dalam sampel kita harus melakukan beberapa tahap pengujian diantaranya
adalah uji alkaloid guna mengetahui apakah sampel tersebut mengandung senyawa alkaloid
dan uji senyawa yang lainnya seperti flovanoid, kuinon, tannin dan polifenol, saponin, steroid
da triterpenoid dalam tahapan tertentu sesuai dengan pengujian untuk mengetahui senyawa
kimia tersebut.
Alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk
padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid
dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang
ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu
ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan
suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid
juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur
mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Flavonoid
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Dan
sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Tannin
Tannin adalah zat, pahit tanaman Polyphenols baik yang mengikat dan mengendapkan
atau mengecilkan protein. The astringency dari tannin menyebabkan perasaan kering pada
mulut dengan konsumsi wina merah, teh strong, atau buah unripened fruit. Istilah tannin
23
merujuk pada Penggunaan dalam tannin tanning animal hides ke kulit; Namun, istilah ini
secara luas dirujukan untuk any besar polyphenolic kompleks yang mengandung cukup
hydroxyls dan lainnya sesuai kelompok (seperti carboxyls) untuk membentuk dengan kuat
dari kompleks protein dan lainnya macromolecules. Tannin memiliki berat molekul dari 500
hingga 3.000. [2] Tannins adalah bertentangan dengan alkalies, gelatin, logam berat, Besi, air
kapur, garam logam, strong oxidizing agents dan zinc sulfate.
Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki
tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam
memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai
antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker. [1]. Terdapat penelitian yang
menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer.[2]
Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan, teh hijau, teh putih, anggur merah,
anggur putih, minyak zaitun dan turunannya, cokelat hitam, dan delima.
Kadar polifenol yang lebih tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur,
apel, dan jeruk.
Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu,
dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-
tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau
merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah
sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
24
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension).
Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose,
pentose dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1) Steroids dengan 27 C atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon
(sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mem-
punyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:
· Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin
· Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin
· Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
Steroid
Steroid merupakan obat ampuh dalam mengatasi peradangan dan meredakan nyeri,
selain itu steroid yang langsung bekarja pada kimiawi otak juga bermanfaat untuk
meningkatkan mood. Seseorang yang tidak mengalami peradangan tetapi mengkonsumsi
steroid dapat merasa nyaman dalam waktu yang relatif cepat.Tetapi penggunaan steroid
sebagai pereda nyeri dan meningkatkan mood juga mempunyai efek samping yang kadang-
kadang justru membahayakan.Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan steroid
antara lain:- Steroid dapat menekan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko
infeksi.- Saat diminum, steroid dapat menyebabkan gastritis atau mag- Steroid dapat
menghentikan suplai darah pada sendi terutama di paha dan menyebabkan rasa nyeri
degeneratif yang disebut avascular necrosis.- Steroid dapat mengurangi massa tulang dan
meningkatkan risiko patah tulang dalam penggunaan jangka panjang.- Steroid dapat
menyebabkan kemampuan tubuh untuk merespon emosi dan rasa sakit fisik berkurang.-
Kebanyakan mengkonsumsi steroid bakal melepas lemak
25
2.2. Teknik Pengujian Komponen Farmaka Bahan Alam
Dalam praktikum kita kali ini adalah untuk pengujian komponen farmaka dalam suatu
simplisia yang telah kita dapatkan pada minggu lalu dalam ekstraksi temu kunci, ada
beberapa teknik pengujian simplisia bahan alam ini pertama untuk uji senyawa alkaloid,
alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik
dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari
hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik
biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. pertama kali harus membasahkan sampel
dengan ammonia 10 % lalu ditambahkan CHCl3 dan dikocok lalu lapisan atas diambil lalu
ditambahkan HCl 1N dan dikocok kembali, lalu ambil fasa airnya dibagi 3 lalu pada masing –
masing bagian pereaksi diantaranya pereaksi dragendorf, pereaksi meyer, dan pereaksi
wagner. Lalu kita teliti apakah ada perubahan warna pada setiap bagian dimana jika peraksi
dragendorf positif jika cairan berubah menjadi adanya endapan jingga, sedangkan pereaksi
meyer adanya endapan berwarna putih dan pereaksi wagner ada endapan coklat merah.
26
BAB III
Metodologi Praktikum
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat Praktikum : Lab. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad
Waktu : Jumat, 22 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)
3.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Bunsen
3. Gelas ukur
4. Penjepit
5. Saringan
Bahan :
1. Peraksi dragendorf
2. Pereaksi meyer
3. Pereaksi wagner
4. Ammonia 10 %
5. HCl 1 N
6. CHCl3
7. HCl 2 %
8. NaOH 1 %
9. FeCl3 1 %
10. Gelatin 10 %
11. Pereaksi (H2SO4 + asam asetat anhidida)
27
3.3. Prosedur Kerja
Pengujian golongan senyawa kimia yang terkandung :
1. Uji Alkaloid
sampel dibasahkan dengan ammonia 10 % tambahkan CHCl3 dan dikocok lalu ambil
dan tambahkan HCl 1 N lalu kocok lagi, setelah itu ambil fasa airnyalalu dibagi 3 dan
pada masing – masing bagian ditambahkan ;
a.pereaksi dargendorf ; terdapat endapan jingga
b.pereaksi meyer ; terdapat endapan putih
c.pereaksi wagner ; terdapat endapan coklat merah
2. Uji Flovanoid
memanaskan sampel dengan campuran logam magnesium dan asam klorida 2 %,
lalu disaring jika terdapat warna merah yang dapat ditarik amil alcohol berrati sampel
tersebut positif mengandung senyawa flovanoid.
3. Uji Kuinon
pertama kali mengkocok sampel dengan air panas lalu mendidihkan selama 5 menit
dan menyaringnya kedalam filtrate lalu ditambahkan NaOH 1 % ; jika positif
berwarna merah
4. Uji Tanin dan polifenol
sampel ditambahkan air panas dan didihkan selama 5 menit, setelah dingin disaring
filtratnya dibagi 2, masing – masing ditambahkan dengan ;
a.FeCl3 ; warna biru hingga biru hijau (tannin dan polifenil)
b.gelatin ; endapan putih (tanin)
5. Uji Saponin
sampel ditambahkan air panas dan dan didihkan selama 5 menit, setelah dingin
disaring filtratnya sebanyak 10 ml diambil lalu dikocok selama 10 detik ; adanya busa
setinggi 1 cm yang stabil dan resisten pada penambahan 1 tetyes HCl 0.1 N
6. Uji Steroid dan Triterpenoid
sampel digerus dengan eter, fasa eter dipipet lalu diuapkan pada cawan penguap
sampai kering. Pada residunya ditambahkan pereaksi (H2SO4 + asam asetat
anhidida) ; warna merah ungu (triterpenoid) ; warna merah, hijau – biru (steroid).
28
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bahwa sampel temu kunci yang
telah diekstraksi itu mengandung senyawa kimia sebagai berikut :
1. Uji Alkaloid ; a.pereaksi dargendorf (-) berwarna coklat
b.pereaksi meyer (+) ada endapan berwarna putih
c.peraksi wagner (+) ada endapan berwarna coklat – merah
mengandung senyawa alkaloid
2. Uji Flovanoid ; (-) berwarna hijau kehijaun, tidak mengandung senyawa Flavonoid
3. Uji Kuinon ; (-) berwarna kuning, tidak mengandung senyawa Kuinon
4. Uji Tanin & Polifenol ; a.FeCl3 1 % (-) berwarna coklat
b.gelatin 10 % (-) tidak ada endapan
tidak mengandung senyawa Tanin & Polifenol
5. Uji Saponin ; (-) hasilnya tidak berbusa, tidak mengandung senyawa Saponin
6. Uji Steroid & triterpenoid ; a.triterpenoid (-) berwarna coklat
b.steroid (-) berwarna coklat
tidak mengandung senyawa Steroid & Triterpenoid
Jadi, hasil yang didapat pada praktikum kali ini adalah terdapatnya senyawa alkaloid
pada pereaksi meyer dan wagner dalam sampel temu kunci yang sudah dekstraksi.
4.2. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita akan mencoba menguji untuk mengetahui golongan
senyawa kimia yang terkandung dalam sampel temu kunci yang sudah diekstraksi. Ada
beberapa senyawa kimia yang akan kita uji seperti alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin, plifenol,
saponin, steroid, dan triterpenoid. Kaitannya dalam praktikum kali ini adalah kita sebagai uji
fitokimia dimana bahan dari alam untuk dijadikan bahan sediaan obat merujuk kepada sifat
kimiaanya guna mengetahui senyawa yang terkandung dalam bahan alam sediaan obat
(temu kunci). Senyawa alkaloid merupakan sebuah golongan senyawa basa bernitrogen
yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan
senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik,
gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid.
29
Hasil dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bahwa sampel temu kunci yang
telah diekstraksi itu mengandung senyawa kimia sebagai berikut :
1. Uji Alkaloid ;
a.pereaksi dargendorf (-) berwarna coklat
b.pereaksi meyer (+) ada endapan berwarna putih
c.peraksi wagner (+) ada endapan berwarna coklat – merah
mengandung senyawa alkaloid
2. Uji Flovanoid ;
(-) berwarna hijau kehijaun, tidak mengandung senyawa Flavonoid
3. Uji Kuinon ;
(-) berwarna kuning, tidak mengandung senyawa Kuinon
4. Uji Tanin & Polifenol ;
a.FeCl3 1 % (-) berwarna coklat
b.gelatin 10 % (-) tidak ada endapan
tidak mengandung senyawa Tanin & Polifenol
5. Uji Saponin ;
(-) hasilnya tidak berbusa, tidak mengandung senyawa Saponin
6. Uji Steroid & triterpenoid ;
a.triterpenoid (-) berwarna coklat
b.steroid (-) berwarna coklat
tidak mengandung senyawa Steroid & Triterpenoid
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam
pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan
berteknologi moderen.
Ekstrak bahan alam ini adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya
telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti
standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
30
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak temu kunci adalah senyawa alkaloid yang bereaksi dengan pereaksi dragendorf dan
pereaksi meyer.
5.2. Saran
Dalam praktikum kali ini alangkah baiknya kita menguji dari sampel bahan hayati laut
dengan mencari bahan hayati laut dalam kuliah lapangan.
31
Daftar Pustaka
Alkaloid,http://www.wikipedia.alkaloid./farma/translate.html . diakses 18 juni 2009
Anonim.2009.Flavonoid.http://blogkita.info/
Anonim.2009.Polifenol.http://id.wikipedia.org/
Anonim.2009.Jangan Remehkan Efek Samping Steroid.http://id.shvoong.com/
Evan Putra,Sinly.2007.Alkaloid Senyawa Organik Terbanyak Di Alam.http://www.chem-is-
try.org/
Handayani,2008.http:// www. jlcome.blogspot.com/2008/02/meracikobatsecara_rasional.html.
diakses 18 juni 2009
Nia,Dra.Kam.2009.Zat-zat Toksik Alamiah.http://www.kalbe.co.id/
Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galang)
Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3
Nomor 2, 1996, p. 26-27.
32
III. Mata Acara Praktikum : Uji Bioaktivitas Ekstrak Bahan Alam Terhadap
Mikroba
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Uji resistansi untuk penentuan konsentrasi hambat minimum dalam mengetahui aktifitas
antibiotic ekstrak temu kunci terhadap bakteri (gram +) staphillococcus dan (gram -) E.colly.
untuk melakukan uji biaktivitas ekstrak bahan alam terhadap mikroba tersebut dalam Obat
antimikrobia yang ideal memperlihatkan toksisitas selektif, istilah ini berarti bahwa obat ini
merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat relative dari pada absolute.
Berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit dalam kosentrasi yang dapat ditoleransi. Uji
Bioaktivitas adalah kemampuan suatu zat atau pun senyawa aktif dalam suatu pengujian
tertentu. Bioaktivitas bisa terdapat pada antimikroba, antibakteri, antifungi, antvirus, dan
antiprotozoa.
1.2. Tujuan Praktikum
tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibiotic ekstrak
temu kunci terhadap bakteri (gram +) staphylococcus, dan (gram -) Eschericia colly.
33
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tinjauan Umum Uji Biokaktivitas
Uji Bioaktivitas adalah kemampuan suatu zat atau pun senyawa aktif dalam suatu
pengujian tertentu. Bioaktivitas bisa terdapat pada antimikroba, antibakteri, antifungi,
antvirus, dan antiprotozoa.
1. Antimikroba
Adalah suatu senyawa atau zat aktif yang berfungsi untuk menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri(antibakteri), virus(antiviral), fungi(antifungi),
parasit(antiparasit), dan protozoa(antiprotozoa)
Spektrum Mikroba :
1. Spektrum sempit : Bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal, misalnya
mikobakteria.
2. Spektrum sedang : Efektif melawan mikroorganisme gram(+) dan beberapa bakteri
gram(-). Misalnya Ampisilin
3. Spektrum luas : Memperngaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya :
kloramfenikol dan tetrasiklin
Mekanisme kerja antimikroba :
1. Menghambat metabolisme sel mikroba.
Misalnya: trimetropin,sulfan dan sulfanamid.efek berupa bakteriostatik.
2. Mengahambat sintesis dinding sel mikroba.
Misalnya : Penisilin. Efek bakterisidal.
3. Mengganggu keutuhan sel mikroba
Misalnya : antimikroba kemoterapeutik
4. Menghambat sisntesis protein sel mikroba.
34
Misalnya : tetra dan klorafenikol
5. Menghambat sisntesa asam nukleat sel mikroba.
Misanya : gol.kuinolon.
2. Antibakteri
Adalah suatu zat yang mencegah dan terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
Antibakteri :
1. Anti TBC : 1. Turunan Salisilat 2. Turunan Hidrazida 3. Turunan amida heterosiklik 4.
Golongan antibiotika 5. Golongan lainnya
2. Anti Lepra : 1. Turunan Sulfon ( Dapson ) 2. Turunan lainlain ( klofazimin , etionamid,
INH, protionamid, rifampisin, , tioasetazon
Antibakteri dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kemampuan zat tersebut
untuk membersihkan bakteri dan residu yang dihasilkan:
1. Kelompok pertama adalah zat yang dapat bekerja secara cepat untuk membasmi
bakteri, namun dapat hilang dengan cepat (dengan cara penguapan atau dengan
cara penguraian) dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat yang
tidak-menghasilkan-residu). Contoh zat-zat seperti ini adalah alkohol, klorin,
peroksida, dan aldehid.
2. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki unsur-unsur jenis baru yang
meninggalkan residu dalam jangka panjang di permukaan sehingga dapat
membasmi kuman dalam jangka panjang dan tindakan pembasmian kuman dapat
dilakukan dalam jangka panjang (dikenal sebagai zat yang menimbulkan-residu).
Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah triclosan, triclocarban, dan
benzalkonium chloride. Lihat di Tabel antibakteri.
Manfaat antibakteri
Zat-zat yang tidak meninggalkan residu (Tabel Antibakteri) telah digunakan selama
bertahun-tahun dan terus menjadi zat yang efektif dalam mengendalikan organisme penyakit
yang memiliki beragam perawatan kesehatan dan lingkungan rumah. Bila digunakan dengan
panduan yang ketat, zat-zat yang meninggalkan residu telah terbukti efektif dalam
mengendalikan infeksi bakteri dan jamur dalam lingkungan klinis seperti rumah sakit, panti-
panti perawatan, klinik melahirkan dan fasilitas perawatan kesehatan lain dimana mungkin
terdapat risiko infeksi yang tinggi. Beberapa produk rumah tangga tertentu telah
menunjukkan efektivitas untuk kondisi-kondisi khusus: pasta gigi antibakteri membantu
35
mengendalikan penyakit priodontal (gusi); deodoran antibakteri menekan bakteri yang
menyebabkan timbulnya bau badan, dan sampo antiketombe membantu mengendalikan
ketombe
.
3. Antiviral
Obat antivirus yang efektif menghambat replikasi virus secara efektif(bekerja pada
sintesa asam nukleat/protein yang terjadi pada virus).
Misalnya : acyclovir, vidarabine, ribavirin, dan ninterferon.
4. Antifungi
Antifungi adalah zat aktif pembasmi fungi. Penyakit yang disebabkan oleh fungi
masih merupakan penyakit yang sulit diatasi. Fungi lebih dapat bertahan pada kondisi yang
tidak menguntungkan dibanding bakteri. Selain itu, penyakit ini berkaitan dengan kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan, kesehatan dan sanitasi lingkungan. Fungi yang kontak
dengan kulit manusia dapat menyebabkan penyakit kulit. Bahkan sebagian fungi dapat
menghasilkan metabolic beracun.
Uji bioktivitas pada dasarnya adalah sebagai pengujian anti bacteria yang
terkandung dalam senyawa suatu ekstrak bahan alam, untuk mengetahui sekuat apakah
aktivitas antibiotic pada suatu ekstrak bahan alam untuk melawan bakteri tertentu, uji
bioaktivitas dilakukan dengan menggunakan paper disk yang berisi zat aktif pada berbagai
konsentrasi yang diinkubasikan selama 24 jam. Fraksi-fraksi yang diperoleh diuji bioaktivitas
antibakteri menggunakan metode paper disk. Ada 5 variasi konsentrasi fraksi yang diuji yaitu
50 µg/disk, 10 µg/disk, 5 µg/disk, 1 µg/disk dan 0,5 µg/disk Berdasarkan hasil up bioaktivitas
antibakteri dari ekstrak temu kunci (C filiformis) dapat disimpulkan bahwa ekstrak C.
filiformis mempunyai potensi sebagai sumber metaboiit antibakteri. Dalam penelitian ini
semua fraksi tidak menunjukan aktivitas antibakteri terhadap bakteri V. parahaemoliticus
dan S. aereus. Aktivitas antibakteri ditunjukan oieh semua fraksi terhadap bakteri uji V.
harveyi dan V. anguliarum. Sedangkan aktivitas anti bakteri terhadap E. coii hanya
ditunjukan oieh fraksi 4 dan fraksi 5.
36
2.2. Bakteriostatik dan Bakterisidal
Dalam praktikum kali ini erat kaitannya dengan bakteriostatik dan bakterisidal ini
berdasarkan penelitian pada tahun 1974 diujikan aktivitas bakteriostatik dan bakterisidal
pada serum dan urin dai 317 pasien kanker dengan infeksi. Diketahui bahwa ketika puncak
aktivitas bakteriostatik dalam serum Cmax/MIC 1:8 penyembuhan infeksi mencapai 80%.
Respon terapi pasien dengan infeksi saluran kemih berkorelasi dengan level penghambatan
bakteri pada urin, di mana penyembuhan klinis mencapai 90% pada pasien dengan aktivitas
bakteriostatik Cmax/MIC 1:4. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa antibiotik yang
termasuk concentration-dependent killing akan memberikan peningkatan efek antimikrobial
dengan semakin meningkatnya konsentrasi antibiotik. Senyawa Bakteriostatik adalah
senyawa yang hanya menurunkan kerja dari bakteri tanpa membunuh bakteri tersebut.
Sedangkan, Senyawa Bakterisidal adalah senyawa yang dapat menurunkan kerja bakteri
sekaligus membunuh bakteri tersebut.
Indeks farmakokinetik AUC/MIC digunakan untuk memprediksi efek antibiotik
concentration-dependent killing (bisa dilihat dari Cmax/MIC). AUC/MIC biasa disebut juga
dengan AUIC (Area Inder Inhibitory Curve) yaitu area pada kurva yang menunjukkan
penghambatan terhadap mikrobia, yang dinyatakan sebagai hasil bagi AUC (konsentrasi
yang berada di atas MIC) dengan MIC itu sendiri.
Pembahasan mengenai bakteriostatik dan bakterisidal sangat berkaitan dengan
antibiotic, artinya terdapat kaitan antara ketiganya. Kaitannya dapat dilihat pada pengertian
dari keduanya, seperti pada bakteriostatik yang merupakan antibiotic yang dapat membunuh
bakteri. Sementara bakterisidal adalah antibitik yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Antibiotik sendiri pada prinsipnya adalah zat atau senyawa obat –alami maupun
sintetik— yang digunakan untuk membunuh kuman penyakit (bakteri yang bersifat parasit)
dalam tubuh manusia dengan berbagai mekanisme sehinga manusia terbebas dari infeksi
bakteri. Antibiotik hanya untuk bakteri dan tidak digunakan untuk virus.
Penggolongan Antibiotik :
1. Berdasarkan daya bunuh bakteri
2. Berdasarkan spectrum kerja antibiotic
3. Berdasarkan cara kerja senyawa dan susunan kimiawi.
Penggolongan antibiotic berdasarkan daya bunuh bakteri :
37
1. Bakterisidal : Antibiotik yang dapat membunuh bakteri, seperti penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dll.
2. Bakteriostatik : Antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena
hanya dapat menghambat dan tidak membunuhnya sehingga pembasmian kuman
sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah :
sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada
kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah
(debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai
antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
Penggolongan antibiotic berdasarkan sperktrum kerja antibiotic :
1. Spectrum luas : antibiotic yang bersifat aktif terhadap bakteri gram positif dan gram
negative. Contoh antibiotic dalam kelompok ini adalah : tetrasiklin, kloramfenikol
2. Spectrum sempit : antibiotic yang bersifat aktif hanya terhadap bakteri gram positif
atau gram negative saja. Contohnya : Penisilin G, streptomisin.
Penggolongan antibiotic berdasarkan cara kerja senyawa dan susunan kimiawinya :
1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan penisilin,misalnya
ampicillin, penicillin.
2. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan quilone, misalnya actynomicin.
3. Inhibitor sintersis protein : mncakup banyak jenis antibiotic, terutama dari golongan
macrolide, misalnya gentamicin.
4. Inhibitor fungsi membran, misalnya ionomycin dan valinomycin.
5. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa dan sulfanomida, misal oligomycin.
6. Antimetabolit, misalnya azaserine.
38
BAB III
Metodologi Praktikum
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat Praktikum : LAB. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad
Waktu : Jum’at, 29 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)
3.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu ukur
2. Tabung reaksi
3. Paper disk
4. Rak tabung
5. Cawan petri
6. Alat inkubasi
Bahan :
1. Suspensi (gram +) staphillococcus
2. Suspensi (gram -) Eschericia colly
3. Nutrient agar
39
3.3. Prosedur Kerja
Uji resistansi (penentuan konsentrasi hambat minimum) :
Pertama kali kita harus menyiapkan suspensi bakteri,
a. (gram +) ; Staphillococcus sp.
b. (gram -) ; Eschericia coli
dalam media nutrient agar
Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri lalu tambahkan
nutrient agar cair hangat kemudian dihomogenkan.
Setelah beku, memasukkan / menempelkan paper disk yang berisi zat
aktif lalu kita uji pada berbagai konsentrasi pada tabung reaksi,
Dengan konsentrasi 0, 1.25, 2.5, 5, 10 g/ml dan 20, 40, 60, 80, 100 g/ml
Lalu menginkubasikan selama 24 jam pada suhu 37° c
40
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
Setelah dilakukan percobaan, didapat hasil sebagai berikut :
Bakteri 100 80 40 20 10 5 2,5 1,25 0
Gram (+) /mm 7 6 6 7 7 6 6 6 5
Gram (-)/mm 7 6 6 6 8 7 6 6 5
Keterangan :
Interpelasi Zona Hambat
Resistent < 12 mm
Intermediate 12-13 mm
Sensitive >13 mm
Ket : konsentrasi Bulyon : 100;80;40;20;10;5;2,5;1,25;0.
4.2. Pembahasan
Pengujian anti bacteria yang terkandung dalam senyawa suatu ekstrak bahan alam,
untuk mengetahui sekuat apakah aktivitas antibiotic pada suatu ekstrak bahan alam untuk
melawan bakteri tertentu, uji bioaktivitas dilakukan dengan menggunakan paper disk yang
berisi zat aktif pada berbagai konsentrasi yang diinkubasikan selama 24 jam. Fraksi-fraksi
yang diperoleh diuji bioaktivitas antibakteri menggunakan metode paper disk. Ada 5 variasi
konsentrasi fraksi yang diuji yaitu 50 µg/disk, 10 µg/disk, 5 µg/disk, 1 µg/disk dan 0,5 µg/disk
Berdasarkan hasil up bioaktivitas antibakteri dari ekstrak temu kunci (C filiformis) dapat
disimpulkan bahwa ekstrak C. filiformis mempunyai potensi sebagai sumber metaboiit
antibakteri. Dalam penelitian ini semua fraksi tidak menunjukan aktivitas antibakteri terhadap
41
bakteri V. parahaemoliticus dan S. aereus. Aktivitas antibakteri ditunjukan oieh semua fraksi
terhadap bakteri uji V. harveyi dan V. anguliarum. Sedangkan aktivitas anti bakteri terhadap
E. coii hanya ditunjukan oieh fraksi 4 dan fraksi 5.
Untuk antimikroba yang bersifat tergantung kadar, peningkatan kadar antimkroba
dalam darah akan meningkatkan pula kecepatan bunuhnya. Penurunan densitas bakteri
ditentukan oleh berapa lama konsentrasi obat dalam darah melebihi MIC. Bagi antibiotika
yang bersifat tergantung kadar, penurunan densitas bakteri tergantung pada rasio antara
kadar maksimum obat dalam darah (Cmax) dan MIC atau AUC terhadap MIC. Terhadap
antibiotika golongan ini dianjurkan untuk meningkatkan dosis yang besarnya diperhitungkan
berdasarkan. MIC untuk bakteri patogen yang dicurigai. Interval waktu pemberian antibiotika
juga harus panjang dan disesuaikan dengan waktu paruh obat dalam tubuh.
Atas dasar konsep tersebut aminoglikosida umumnya diberikan sekali sehari. Hal ini
berkaitan dengan tujuan terapi dengan aminoglikosida, yaitu mencapai kadar puncak dalam
serum minimal setara dengan 10-12 kali MIC. Untuk memprediksi outcome klinik hasil terapi
pada pemberian fluoroquinolon, konsep yang digunakan adalah area di bawah kadar
hambat (AUIC) yang setara dengan AUC/MIC. Sebagai contoh, infeksi akibat bakteri usus
gram negatif, outcome klinik terbaik umumnya diperoleh jika fluoroquinolon diberikan pada
AUIC yang setara atau lebih besar dari 125, sedangkan untuk bakteri Gram positif angka ini
harus mencapai sekitar 40 atau lebih.
Rasio antara kadar puncak antibiotika (Cmax) dan MIC juga telah diteliti pada
levofloxacin. Jika ingin mendapatkan outcome klinik dan repons mikrobiologik sekitar 80-
100% maka ratio Cmax terhadap MIC untuk levofloxacin haruslah mencapai minimal 12,2
dan tergantung pada lokasi infeksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk
mencapai tujuan terapi yang diharapkan maka pemberian fluoroquinolon selain harus
mencapai AUIC = 125 (untuk bakteri Gram negatif) atau = 40 (untuk bakteri Gram positif)
juga ratio Cmax/MIC hendaknya mencapai = 12,2.
Identifikasi struktur senyawa dilakukan dengan metode spektroskopi ultra violet (UV),
infra merah (IR), spektroskopi 13C-NMR dan spektroskopi 1H-NMR. Hasil yang diperoleh
mengindikasikan bahwa senyawa X merupakan suatu triterpenoid pentasiklik yang memiliki
kerangka dasar Lupan, yaitu Lupeol. Uji bioaktifitas yang dilakukan terhadap senyawa hasil
isolasi meliputi uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap
larva Artemia salina L. dan insektisida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Hasil uji
toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan bahwa senyawa
42
ini bersifat aktif dengan nilai LC50 sebesar 68.98 ppm. Uji insektisida terhadap senyawa
Lupeol menunjukkan bahwa senyawa ini bersifat aktif dengan LC50 357.03 ppm.
Bakteriostatik dan bakterisidal ini berdasarkan penelitian pada tahun 1974 diujikan
aktivitas bakteriostatik dan bakterisidal pada serum dan urin dai 317 pasien kanker dengan
infeksi. Diketahui bahwa ketika puncak aktivitas bakteriostatik dalam serum Cmax/MIC 1:8
penyembuhan infeksi mencapai 80%. Respon terapi pasien dengan infeksi saluran kemih
berkorelasi dengan level penghambatan bakteri pada urin, di mana penyembuhan klinis
mencapai 90% pada pasien dengan aktivitas bakteriostatik Cmax/MIC 1:4. Dari penelitian
tersebut dapat diketahui bahwa antibiotik yang termasuk concentration-dependent killing
akan memberikan peningkatan efek antimikrobial dengan semakin meningkatnya
konsentrasi antibiotik.
43
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah bahwa uji bioaktivitas pada suatu ekstrak
bahan alam temu kunci ini dapat melawan bakteri stephillococcus dan E.colly dengan
interpretasi zona hambat (zona bening paper disk) denagan resistensi < 12 mm dan
intermediate 12 – 13 mm serta sensitive > 13 mm.
5.2. Saran
Pada praktikum kali ini mungkin tidak hanya dari suatu sampel temu kunci saja tapi
kita bisa lebih dengan sampel yang lainnya dan dengan kasusnya, misalkan ternyata kunyit
dan bawang putih dapat mengawetkan ikan hingga enam hari dikarenakan zat atau
resistansi bioaktivitas mampu membunuh mikroba dan bakteri.
44
Daftar Pustaka
Anonim.2009. Antibiotika. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. (diakses pada
24 Juni 2009)
Anonim.2009. Available at http://id.answers.yahoo.com/question/index.(diakses pada 24
Juni 2009)
Anonim.2009.Zat-zat antimikroba. Available at http://www.sehatgroup.web.id/articles.
(diakses pada 24 Juni 2009)
Siswono, 2006.http://www.republika.co.id/gizi.net/uji.bioaktivitaskunyit_bawangputih/html.
Diakses 18 juni 2008.
Sridana, 2009.http://sridana.wordpress.com/bakteriostatik_bakterisidal.html.
Diakses 18 juni 2008.
Trilaksana, 2008.http://www.cko.lib.unair.ac.id./penentuankonsentrasi_ujibioaktivitas/html.
Diakses 18 juni 2008.
45
IV. Mata Acara Praktikum : Pemisahan Senyawa Dengan Kromatografi Lapis Tipis
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kromatografi merupakan metode pemisahan secara fisik yang didasarkan pada
perbedaan migrasi/distribusi analit pada fasa gerak yang mengalir melalui fasa diam. Hal ini
yang mendasari praktikum kita kali ini yaitu pemisahan senyawa dengan metode
kromatografi lapis tipis, dimana dalam metode ini terdapat metode pemisahan fisikokimia
yang terdiri dari fase diam dan fase gerak, fase diam merupakan (lapisan penyerap)
sedangkan fase gerak merupakan larutan pengembang (pelarut), dalam hal ini kita
menggunakan sampel temu kunci heksan dan kencur etanol untuk mengetahui pemisahan
secara fisik dan harga Rf pada KLT ini.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melakukan suatu pemisahan substansi
cairan pada komponen sampel kunci heksan dan kencur etanol.
46
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tinjauan Umum Kromatografi Lapis Tipis
Dalam metode kromatografi lapis tipis Kromatografi digunakan untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi
berkerja berdasarkan prinsipnya.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih
lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
47
Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar
ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai.
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karenan itu Rf juga
disebut factor referensi.
48
2.2. Polaritas Senyawa Bahan Alam
Polaritas merupakan deskripsi tentang sebuah sifat larutan dalam kimia jadi polaritas
senyawa bahan alam merupakan sifat senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak
bahan alam atau sediaan obat yang dapat beraksi dalam senyawa tersebut, misalkan
senyawa antimikroba sebagai bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat
kerusakan pangan akibat dari aktivitas mikroba. Kemampuan untuk menghambat beberapa
jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikroba kadang – kadang menyebabkan mikroba
lain didalam produk tersebiut menjadi dominan karenanya senyawa antimikroba untuk setiap
senyawa antimikroba dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuh
mikroba target.
Orbital H2 dan HCl, polarisasi ikatan kovalen
Pada hidrogen klorida terlihat bahwa pasangan elektron bersama lebih tertarik ke arah atom
klorin karena elektronegatifitas atom klorin lebih besar dari pada elektronegatifitas atom
hidrogen. Akibat hal ini adalah terjadinya polarisasi pada hidrogen klorida menuju atom
klorin. Ikatan jenis ini disebut ikatan kovalen polar. Hal yang berbeda terlihat pada molekul
hidrogen. Pada molekul hidrogen, pasangan elektron bersama berada ditempat yang
berjarak sama diantara dua inti atom hidrogen (simetris). Ikatan yang demikian ini dikenal
sebagai ikatan kovalen nonpolar.
49
BAB III
Metodologi Praktikum
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat Praktikum : LAB. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad
Waktu : Rabu, 3 Juni 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)
3.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Kaca arloji
2. Micropipet
3. Hairdryer
4. Bejana pemisah / penjenuhan
5. Kertas silica gel
6. Lampu UV
Bahan :
1. Larutan temu kunci heksan
2. Larutan kencur etanol
50
3.3. Prosedur Kerja
Kromatografi lapis tipis :
Pertama kita memasukan larutan heksan : methanol (8 : 2) kedalam tabung,
tutup dengan kaca arloji larutan harus setinggi 1 cm
Memasukan kertas saring sampai jenuh
Menyiapkan kertas silica gel
Memberi tanda pada kertas silica gel, bercak atau pita ditotolkan pada jarak
15 mm dari tepi bawah lapisan
Jarak antara satu bercak awal dengan bercak dengan bercak lainnya adalah
3 – 5 mm
Jarak antar bercak paling pinggir dengan tepi samping adalah 10 mm
Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan
Untuk menotolkan sampel dengan menggunakan micropipette yang terlebih
dahulu dibersihklan dengan etanol
Setelah itu memasukan micropipette ke dalam sampel
Sampel 1 : temu kunci heksan totolkan ke kertas silica gel dengan
micropipette
Sampel 2 : kencur etanol totolkan pada kertsa silica gel dengan micropipette
Menunggu sampai larutan heksan : methanol naik ke atas kertas silica gel
Setelah itu mengeringkan dengan hairdryer
Memancarkan dengan sinar UV lalu menandai bercaknya
Melakukan perhitungan Rf
51
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
Hasil dari percobaan kromatografi lapis tipis ini adalah dimana nilai Rf dengan
rumus sebagai berikut :
Rf : Jarak yang ditempuh oleh komponen
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
a. Rf 1 : 7.3 / 8 = 0.913
b. Rf 2 : 6.2 / 8 = 0.725
c. Rf 3 : 6 / 8 = 0.75
4.2. pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita akan menggunakan metode kromatografi lapis
tipis dimana kromatografi ini merupakan metode pemisahan secara fisik yang
didasarkan pada perbedaan migrasi / distribusi analit pada fasa gerak melalui fasa
diam, dalam metode ini terjadi pemisahan fisikokimia yang terdiri dari fasa diam dan
52
fasa gerak, fasa diam (lapisan penyerap) lapisan yang memisahkan yang terdiri atas
bahan berbutir ditempatkan p[ada penyangga berupa pelat gelas atau logam.
Prinsip dari percobaan ini adalah pada dasarnya campuran yang akakn
dipisah itu berupa bercak (pita awal), pelat KLT disimpan dalam bejana tertutup rapat
yang berisi larutan pengembang (pelarut) pemisahan terjadi selama perambatan
kapiler pengembang senyawa yang tidaki berwarna harus ditampakan atau dideteksi
pada sinar UV atau dengan metode semprot pada ruang asam.
Ada beberapa kondisi baku kromatografi lapis tipis diantaranya adalah :
a. Fasa diam
Pada fasa diam ini yaitu penyerap yang umum adalah silica gel, alumionium oksida,
klesergur selulosa, dan poliamida dengan ukuran 200 x 200 mm atau 200 x 100 mm,
untuk analisis tebal pelatnya adalah 0.1 – 0.3 mm
b. Fasa gerak
Fasa gerak merupakan medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut,
pelarut pengembang dapat dikelompokan kedalam deret eluotropik berdasarklan
elusinya.
c. Bejana pemisah
Bejana pemisah atau penjenuhan bejana harus dapat menampung pelat KLT dengan
ukuran 200 x 200 mm yang tertutup rapat dengan pengisian fasa gerak 5 – 8 mm
d. Awal dan jumlah cuplikan
Bercak atau pita ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi bawah lapisan dengan jarak
antar satu bercak awal dengan dengan bercak lainnya 3 – 5 mm jarak dengan bercak
paling pinggir dengan dengan tepi samping adalah 10 mm, lapisan tidak boleh rusak
selama penotolan berlangsung, penotolan dilakukuan dengan alat mikropipet.
53
e. Pengembang
Pengembang merupakan proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut
pengembang merambat naik dalam lapisan jarak pengembangan normal yaitu jarak
antara garis awal dan garis depan ialah 100 mm.
f. Larutan pembanding
Larutan pembanding atau campuran uji / baku campuran ini terdiri atas 1 – 5 senyawa
yang diketahui dan dengan konsentrasi yang telah diketahui juga.
g. Larutan cuplikan
Merupakan sampel bentuk jumlah obat ; 0.1 – 1.9, mserasi dengan memakai pelarut ;
0.5 – 5 ml
h. Deteksi
Deteksi menggunakan lampu sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm atau 365
nm atau bisa juga dengan menggunakan pereaksi semprot .
54
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah kita melakukan pemisahan secara fisik
dengan metode kromatografi lapis tipis ini diperoleh hasil Rf sebagai berikut :
Rf 1 : 7.3 / 8 = 0.913
Rf 2 : 6.2 / 8 = 0.725
Rf 3 : 6 / 8 = 0.75
5.3. Saran
Pada praktikum ini kurang efektif dikarenakan jadwal yang digabung dengan
praktikum mikrobiologi jadi terlalu terburu – buru sehingga praktikan kurang
mengusai mungkin di lain kali bisa dilakukan waktu yang efisien.
55
Daftar Pustaka
Anonim,2009 Kromatografi Lapis Tipis untuk
Bioanalisis.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_ana
lisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/. Tanggal Akses 24 Juni 2009
Egon Sthal, 1985, Analisis Obat Kromatografi dan Miroskopi, ITB, Bandung.
Jim Clark,2007.kromatografi lapis tipis. http://www.chem_is_try.org//kromatografi/html.
Voight Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajahmada University Press,
Yogyakarta.
top related