faktor-faktor yang mempengaruhi status tekanan …
Post on 02-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1) Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 |
Oktober 2018 | ISSN 2654-5411
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS TEKANAN DARAH
PADA PEKERJA DI JOB PERTAMINA TALISMAN JAMBI MERANG TAHUN
2017
Lela Juariah, Novie E Mauliku, Wawan Saepudin Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK
Tekanan darah merupakan faktor penting dalam sistem sirkulasi darah manusia. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya risiko komplikasi penyakit stroke, serangan
jantung, dan gagal ginjal. Beberapa karyawan yang bekerja di lapangan JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang banyak yang mengalami peningkatan tekanan darah, sehingga menjadi faktor risiko terhadap terjadinya hipertensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi status
tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi penelitiannya adalah seluruh pekerja dan kontraktor di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang, dengan tehnik propotional random sampling diperoleh sampel sebanyak 84 pekerja. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner, kemudian data yang diperoleh dianalisis
secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran karyawan yang mengalami
tekanan darah tidak normal sebanyak 56%. Terdapat hubungan antara tekanan panas (p=0,0001) dengan PR 8,381 (95% CI: 2,971-23.642), masa kerja (p=0,006) dengan PR 6,422 (95% CI: 1,712-24,087), umur
(p=0,0001) dengan PR 7,062 (95% CI:2,685-18,570) dan kebiasaan merokok (p=0,039) dengan PR 2,800
(95% CI:1,145-6.845).Pihak perusahaan diharapkan melakukan perbaikan lingkungan kerja pada (bahaya
fisik) dengan cara promotif dan preventif salah satunya safety talk, health talk, health bulletin, poster dan leaflet tentang faktor risiko tekanan darah untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pekerja.
Kata kunci : cross-sectional, faktor risiko, tekanan darah
ABSTRACT
Blood pressure is an important factor in the human blood circulation system. Increased blood pressure
continuously will cause a risk of complications of stroke, heart attack, and kidney failure. Some workers who work
on the JOB Pertamina Talisman field in Jambi, Merang, was experience an increase in blood pressure so that it
becomes a risk factor for hypertension. The aims of the study is to determine the factors that influence blood
pressure in workers at JOB Pertamina Talisman Jambi Merang in 2017. The study design used was cross-
sectional. The study population was all workers and contractors in JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, which
a technique of proportional random sampling obtained a sample of 84 worker. The instrument used a
questionnaire, so that the data were analyzed by univariate and bivariate. The results showed that the percentage
of workers who experienced abnormal blood pressure was 56%. There was a relationship between heat pressure (p
= 0.0001) with PR 8,381 (95% CI: 2,971-23,642), lenght of job (p = 0,006) with PR 6,422 (95% CI: 1,712-
24,087), age (p = 0,0001) with PR 7,062 (95% CI: 2,685-18,570) and smoking habit (p = 0,039) with PR 2,800
(95% CI: 1,145-6,845). The company is expected to improve the work environment on (physical hazards) by means
of promotive and preventive one of which is safety talk, health talk, health bulletins, posters and leaflets about risk
factors for blood pressure to increase knowledge for workers.
Key Words : Cross Sectional, Risk factor, blood pressure
PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan faktor penting
pada sistem sirkulasi darah manusia.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah
akan mempengaruhi homeostatsis di dalam
tubuh manusia. Peningkatan tekanan darah
(hipertensi) secara terus menerus akan
menyebabkan terjadinya risiko terhadap
komplikasi penyakit stroke, serangan jantung,
dan gagal ginjal.
Menurut data WHO, di seluruh dunia,
sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni
bumi mengidap hipertensi, angka ini
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 305
Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533 Tlp: 0226631622 - 6631624
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%
di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan
639 sisanya berada di negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia (Ana, 2007).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi
dua golongan yaitu hipertensi esensial yang
tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi
sekunder yang diketahui penyebabnya seperti
gangguan ginjal, gangguan hormon, dan
sebagainya. Jumlah penderita hipertensi
esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah
penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10%
(Budiyanto,2002).
Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia terus
meningkat dari 2,1% di tahun 1990 menjadi
6,8% di tahun 2001. Penelitian yang dilakukan
Misbach (2001) dalam melihat faktor risiko
penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi,
menunjukan tekanan darah 120-139 mmHg
meningkatkan risiko hingga 16,3%, 140- 159
mmHg sebanyak 22,7%, dan ≥ 160 mmHg
bisa menaikkan risiko hingga 8 kali lipat
yakni 49,2%. Adanya peningkatan kejadian
hipertensi, secara teori tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi, sehingga diperlukan upaya analisis
lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Banyak faktor yang dapat memperbesar
risiko seseorang menderita hipertensi terutama
di tempat kerja, diantaranya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan individu. Faktor
lingkungan seperti kebisingan, getaran,
tekanan panas (heat stress), lama kerja, posisi
kerja dan beban kerja. Sedangkan faktor
individu seperti aktifitas fisik, stres, umur,
jenis kelamin, riwayat keturunan, status gizi
(obesitas), merokok dan minum alkohol
Beavers, (2008) dan Safyan (2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, dkk
(2005), diperoleh hasil ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kenaikan
tekanan darah pekerja. Pekerja yang masa
kerjanya lebih dari 8 tahun mempunyai risiko
kenaikan tekanan darah sebesar 2,150 kali
lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang
masa kerjanya kurang atau sama dengan 8
tahun.
Penelitian Prayitno (2012) tentang hubungan
antara usia dengan tekanan darah dimana
ditemukan kecenderungan peningkatan
prevalensi menurut peningkatan usia dan
biasanya pada usia ≥ 40 tahun (Bustan, 1997
dalam Dian, 2005). Hal ini disebabkan karena
tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta,
serta adanya proses degeneratife, yang lebih
sering pada usia tua. Seperti yang dikemukakan
oleh Muniroh, Wirjatmadi & Kuntoro (2007),
pada saat terjadi penambahan usia sampai
mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan
penyakit yang meliputi kelainan syaraf, kelainan
jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya
fungsi panca indera dan kelainan metabolisme
pada tubuh.
Nikotin dan karbondioksida yang
terkandung dalam rokok akan merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga
menyebabkan tekanan darah meningkat
(Depkes,2007). Mekanisme ini menjelaskan
responden yang merokok setiap hari memiliki
risiko untuk menderita hipertensi. Berdasarkan
hasil penelitian Febby dan Nanang (2012),
didapat ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan tekanan darah (p =
0,000) sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siburain (2004).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menyimpulkankan bahwa tekanan panas di
tempat kerja dapat memberikan dampak yang
buruk pada kesehatan. Pada penelitian Dian
(2011) menunjukan hubungan yang signifikan
antara tekanan panas degan tekanan darah pada
tenaga kerja di PT. Ind Acidatma. Tbk. Kemiri,
Kebakramat, Karanganyar, yaitu setelah terpajan
tekanan panas 12 orang memiliki tekanan darah
tinggi dan 8 orang lainnya memiliki tekanan
darah normal. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi tekanan panas, maka
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 306
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
semakin tinggi pula tekanan darah karyawan
tersebut.
Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat
menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi
darah dan tekanan darah. Pada waktu
melakukan pekerjaan fisik yang berat di
lingkungan panas,maka jantung akan
memompa lebih kuat dan darah akan
mendapat beban tambahan karena harus
membawa oksigen ke bagian otot yang sedang
bekerja. Disamping itu harus membawa panas
dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal
demikian juga merupakan beban tambahan
bagi jantung yang harus memompa darah
lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini,
maka frekuensi denyut nadi dan tekanan darah
akan meningkat (Santoso, 2004).
Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah yang berkaitan dengan iklim di
tempat kerja, yaitu Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.Per.13/Men/X/ 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja untuk iklim kerja dan nilai ambang batas
untuk temperatur tempat kerja, ditetapkan: nilai
ambang batas (NAB) untuk iklim kerja adalah
situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh
tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang
tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak
melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam seminggu. NAB terendah
untuk iklim kerja ISBB (Indeks Suhu Bola dan
Basah) ruang kerja adalah 28°C dan NAB
tertinggi adalah 32,2°C, tergantung pada beban
kerja dan pengaturan waktu kerja
(Depnakertrans, 2011).
Lingkungan kerja dengan suhu yang tinggi
dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja
seperti dehidrasi,heat cramps, heat strain, heat
exhaustion, dan heat stroke. Heat cramps
dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi
sebagai akibat bertambahnya keringat yang
menyebabkan hilangnya garam natrium (Na)
dari tubuh sebagai akibat dari minum banyak air
tapi tidak diberi garam untuk mengganti
garam natrium yang hilang. Heat cramps
mengakibatkan kejang otot pada tubuh dan
perut yang sakit. Disamping kejang tersebut
terdapat pula gejala yang biasa terjadi pada
heat stress yaitu pingsan, kelemahan dan
muntah. Heat exhaustion biasanya ditandai
dengan penderita berkeringat banyak, suhu
tubuh normal atau subnormal tekanan darah
menurun dan denyut nadi bergerak lebih cepat.
Selain itu tekanan panas dapat menyebabkan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
perifer, sehingga keseimbangan peredaran
darah akan terganggu (Beavers, 2008).
Hasil studi pendahuluan terhadap kondisi
lingkungan kerja pada tanggal 19 November
2016, dengan mengambil sampel pengukuran
tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada
pekerja yang terpajan tekanan panas yang
melebihi Nilai Ambang Batas sebanyak 10
orang sampel. Dari 10 sampel tersebut, 7 sampel
diantaranya mengalami kenaikan tekanan darah
setelah bekerja. Berkaitan dengan studi
pendahuluan tersebut, peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah
pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang tahun 2017.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut
diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi status tekanan darah
pada pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang tahun 2017.
Adapun Tujuan Umum penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi status tekanan darah
pada pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang Tahun 2017. Tujuan khususnya
dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Mengetahui gambaran tekanan darah,
tekanan panas, masa kerja, umur dan
merokok pada pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang. Mengetahui hubungan antara tekanan
panas tehadap tekanan darah pada pekerja
di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 307
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Mengetahui hubungan masa kerja dengan
tekanan darah pada pekerja di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang.
Mengetahui hubungan antara umur dengan
tekanan darah pada pekerja di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey
observational dengan rancangan penelitian
analitik - cross sectional study (studi potong
melintang). Sesuai dengan tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara
tekanan darah dengan faktor – faktor yang
dapat mempengaruhinya, dengan melakukan
pengambilan data pada variabel dependen
(tekanan darah) dengan variabel independen
(tekanan panas, umur, kebiasaan merokok dan
masa kerja) pada satu waktu.
1. Alat dan Bahan Instrumen atau alat pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
a. Kuesioner
Lembar kuesioner berisi pertanyaan
tentang variabel penelitian, yaitu tekanan
darah sebelum dan sesudah bekerja, umur,
masa kerja, kebiasaan merokok dan tekanan
panas. Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan.
b. Sphygmomanometer Reister
Merupakan alat untuk pengukuran
tekanan darah pekerja secara manual dan
telah dilakukan kalibrasi alat.
Gambar 1. Sphygmomanometer Reister c. Alat ukur Quest Temp
Merupakan alat untuk mengukur suhu
basah, suhu kering, suhu radiasi dan suhu
panas. Berikut gambar alat WBGT / ISBB
Quest Temp yang digunakan pada
penelitian ini :
e. Mengetahui hubungan antara kebiasaan
merokok dengan tekanan darah pada
pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang.
Gambar 2. Quest Temp (WBGT)
2. Langkah pengukurannya : Tahap persiapan
Pada tahap ini, disiapkan alat-alat yang
diperlukan dalam proses pengukuran,
antara lain : kain katun, akuades dan alat
ukurnya. b. Tahap Pengukuran
Letakkan alat pada titik pengukuran
tripot kamera di area kerja dan sesuaikan
ketinggian sensor dengan kondisi pekerja.
Buka tutup termometer suhu basah
alami dan tutup ujung thermometer dengan
kain katun yang sudah disediakan. Basahi
kain katun dengan aquadest secukupnya
sampai pada wadah tersedia cukup
aquadest untuk menjamin agar termometer
tetap basah selama pengukuran.
Nyalakan alat dan biarkan alat selama
beberapa menit untuk proses adaptasi
dengan kondisi titik pengukuran.
Setelah melewati masa adaptasi, aktifkan
tombol untuk logging atau proses
penyimpanan data dan data temperatur
lingkungan akan disimpan di dalam memori
alat berdasarkan kelipatan waktu yang
digunakan (logging rate). Waktu
pengukuran mulai dihitung sejak proses
logging berjalan.
Biarkan alat dititik pengukuran sesuai
dengan waktu pengukuran yang diinginkan.
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 308
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Bila telah selesai, non aktifkan fungsi
logging dan kemudian alat bisa pindah ke
titik pengukuran yang lain atau data yang
ada sudah bisa dipindahkan ke komputer
atau di cetak/print.
Bila pengukuran dilanjutkan ke titik
pengukuran yang lain tanpa harus melakukan
pemindahan data, maka langkah pengukuran
diulang dari langkah ketiga.
3. Jalannya Penelitian Tehnik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer
yang diambil langsung dari responden
menggunakan metode angket berupa
kuesioner yang sudah baku yaitu dengan
cara diisi langsung oleh responden dan
pengukuran lingkungan kerja (kadar debu
total, suhu, kelembaban atau ISBB).
Pengumpulan data dengan menyebarkan
dan mengisi lembar kuesioner pada pekerja
JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.
Pengukuran tekanan darah karyawan
dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
Pengukuran lingkungan kerja (kadar
debu, suhu dan kelembaban) dilakukan oleh
peneliti dan operator syslab di area central
gas plant untuk menentukan titik sampel.
Penentuan titik pengukuran kadar suhu dan
kelembaban dilakukan dengan
pertimbangan bahwa titik tersebut
merupakan tempat yang terdekat dengan
hazard. Pengukuran suhu dan kelembaban
pada titik 1 ke titik lain diukur selama 15
menit, kemudian mencatat hasilnya.
4. Analisa Data Analisa data dilakukan secara bertahap,
dimulai dengan analisa univariat
dilanjutkan analisa bivariat. a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendapatkan
gambaran distribusi dan frekuensi dari
variabel independen (masa kerja, umur
status merokok dan tekanan panas) dan
variabel dependen (tekanan darah). Hasil
analisa data disajikan dalam bentuk tabel
dan diinterpretasikan.
b. Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui
faktor – faktor yang berhubungan dengan
status tekanan darah, analisis yang
dilakukan dengan menggunakan uji
statistik Chi Square. Rumus menghitung
Chi-Square (Riyanto, 2011). 2=∑( − )2
Keterangan : f_o = frekuensi observasi (frekuensi empiris) f_e = frekuensi harapan (frekuensi teoritis) = jumlah semua pertanyaan
x 2 =nilai Chi-Square
Hasil perhitungan statistik antara dua
variabel bebas dan terikat dengan
menggunakan taraf signifikansi α = 0,05
dan Confidence Interval (CI) 95%, dengan
ketentuan sebagai berikut :
p-value > 0,05 berarti H0 ditolak
(p>α). Uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna
p-value ≤ 0,05 berarti Ha diterima
(p≤α). Uji statistik menunjukkan ada
hubungan yang bermakna.
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 309
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Tekanan Darah, Masa Kerja, Umur, Kebiasaan Merokok dan Tekanan Panas
Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah, Masa Kerja, Umur, Kebiasaan Merokok dan Tekanan
Panas pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
(n) (%)
Umur > 40 tahun 44 52,4
≤ 40 tahun 40 47,6
Masa kerja > 8 tahun 20 23,8
≤ 8 tahun 64 76,2
Kebiasaan merokok Ya 48 57,1
Tidak 36 42,9
Tidak memenuhi 55 65,5
Tekanan panas syarat
Memenuhi syarat 29 34,5
Tidak Normal 47 56
Tekanan darah Normal 37 44
Total 84 100 Sumber : data primer
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui
bahwa dari 84 pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang pekerja dengan usia >
40 tahun (52,4%), memiliki masa kerja ≤ 8
tahun (76,2%), memiliki kebiasaan merokok
(57,1%), tekanan panas yang tidak memenuhi
syarat (65,5%) dan memiliki tekanan darah
tidak normal (56%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56%
pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang memiliki tekanan darah tidak normal.
Hal ini disebabkan karena banyaknya mesin
dan kondisi lingkungan kerja yang
mengeluarkan panas sehingga akan
mempengaruhi sistem kardiovaskuler termasuk
tekanan darah meningkat, selain itu tekanan
darah yang meningkat disebabkan oleh aktivitas
fisik dari mulai sedang hingga berat dilihat dari
pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik
seperti mendorong pipa-pipa sambungan jalur
migas dari sumur minyak ke area central gas
plant, memutar valve pipa dan valve kompresor
untuk mengatur aliran kondensat dan gas,
mengangkat pipa besi, pipa
baja, mesin dan mengemudi forclip, crane, dan
juga mobil angkutan barang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
76,2% pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang memiliki masa kerja ≤ 8 tahun.
Hal ini karena tenaga kerja yang masuk kerja
di bagian operation dan maintenance harus
memiliki skill yang baik, sehingga karyawan
yang masuk dibagian tersebut banyak yang
masa kerjanya kurang dari 8 tahun, selain itu
operational perusahaan di bidang migas masih
baru sehingga tenaga kerja yang bekerja di
JOB PTJM banyak yang kurang dari 8 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,4%
pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang memiliki usia > 40 tahun. Hal ini karena
kebanyakan responden merupakan praktisi yang
memerlukan keahlian (skill) yang sangat baik
untuk menunjang pekerjaan yang memerlukan
ketelitian sehingga, perekrutan karyawan baru
yang diambil adalah karyawan yang telah
berpengalaman bekerja di sektor Migas dari
perusahaan sebelumnya. Sehingga kecendrungan
tenaga kerja yang ada di bagian
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 310
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
operation dan maintenance rata- rata memiliki
usia yang cenderung lebih dari 40 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak
57,1% pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang memiliki kebiasaan merokok.
Hal ini disebabkan semua pekerja berjenis
kelamin laki-laki sahingga menjadikan rokok
sebagai hal yang dianggap biasa. Hal tersebut
didukung oleh adanya ruang khusus smoking
area yang membuat para pekerja sulit berhenti
merokok. Merokok merupakan faktor yang
menyebabkan meningkatnya denyut jantung
dan tekanan darah sementara yang disebabkan
oleh nikotin dalam peredaran darah. Pada
prinsipnya kebiasaan merokok akan memicu
terjadinya penyempitan pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan darah (Marvyn, 2001).
.
Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebanyak 60,7% pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang bekerja di area
dengan tekanan panas rata-rata tidak
memenuhi syarat. Hal ini disebabkan sebagian
besar pekerja bekerja di luar ruangan (outdor)
dimana paparan panas yang berasal dari
matahari, mesin boiler, mesin turbin, mesin
kompresor, genset pengering condensat dan
pipa minyak dan gas yang bertekanan tinggi
sehingga menghasilkan panas, sementara itu di
dalam ruangan (indor) tekanan panas berasal
dari area workshop seperti gerinda, lasting,
cuting, dan putaran dan gesekan dari mesin-
mesin bergerak yang mengeluarkan panas dari
prosesnya
Hubungan antara Tekanan Panas tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang tahun 2017
Tabel 2. Hubungan Antara Tekanan Panas Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang tahun 2017 Tekanan darah
Tekanan panas Tidak
Normal Total PR P
Normal (95% CI) Value
N % N % N %
Tidak memenuhi syarat 40 72,7 15 27,3 55 100 8,381
0,0001 Memenuhi syarat 7 24,1 29 75,9 29 100 2.971 -
Total 47 56 84 44 84 100 23.642 Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel II. didapatkan bahwa
dari 55 pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang 40 pekerja diantaranya bekerja
dengan tekanan panas tidak memenuhi syarat
dan memiliki tekanan darah tidak normal
sebanyak 72,7%. Hasil uji statistik didapatkan p
value = 0,0001 < α (0,05), sehingga Ho ditolak
artinya terdapat hubungan antara tekanan panas
tehadap status tekanan darah pada pekerja di
JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil
analisis diperoleh nilai PR 8,381 (95% CI:
2,971-23.642) artinya pekerja yang bekerja
dengan tekanan panas tidak memenuhi syarat
memiliki risiko 8,3 kali lebih tinggi untuk
mengalami peningkatan tekanan darah
dibandingkan dengan pekerja yang bekerja
dengan tekanan panas yang memenuhi syarat.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aperos dkk (2015) dimana
terdapat hubungan yang signifikan antara
tekanan panas dengan tekanan darah pada
pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV
Kebun Bah Butong.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Puspitasari (2011) yang
menggunakan uji statistik korelasi diperoleh
data hasil p-value 0,000 ≤ 0,001 yang
menyatakan hasil uji signifikan hubungan
tekanan panas dengan denyut nadi dan tekanan
darah pada pekerja bagian Weaving PT
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 311
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Tyfountex Indonesia, Sukoharjo yaitu semakin
tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula
denyut nadi dan tekanan darah pekerja.
Terdapat beberapa cara untuk
menetapkan besarnya tekanan panas menurut
Suma’mur (2009) yaitu suhu efektif, yaitu
indeks sensoris tingkat panas (rasa panas)
yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan
bekerja ringan dalam berbagai kombinasi
suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara.
Indeks Suhu Bola dan Basah atau (Wet Bulb-
Globe Temperature Index), prediksi kecepatan
keluar keringat selama 4 jam (predicted – 4 –
hour sweat rate disingkat P4SR), yaitu
banyaknya prediksi keringat keluar selama 4
jam sebagai akibat kombinasi suhu,
kelembaban dan kecepatan aliran udara serta
panas radiasi. Indeks Belding-Hacth, yaitu
kemampuan berkeringat orang standar yaitu
orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat
badan 154 pon, dalam keadaan sehat memiliki
kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi
terhadap iklim kerja panas.
Terjadinya tekanan panas melalui
kombinasi dari beberapa faktor (lingkungan,
pekerjaan dan pakaian) dan cenderung untuk
meningkatkan suhu inti tubuh, detak
jantung/denyut nadi, dan keringat (Bernard,
2002). Sedangkan menurut OSHA, tekanan
panas adalah ketika terdapat suatu pekerjaan
yang berhubungan dengan temperatur udara
yang tinggi, radiasi dari sumber panas,
kelembaban udara yang tinggi, pajanan
langsung dengan benda yang mengeluarkan
panas, atau aktifitas fisik secara terus menerus
yang mempunyai potensi tinggi untuk
menimbulkan tekanan panas.
Sesuai dengan teori Grandjean (1993)
yang menyatakan jika suhu lingkungan
meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi
adalah peningkatan kelelahan, peningkatan
denyut nadi, peningkatan tekanan darah,
mengurangi akitifitas organ pencernaan,
peningkatan aliran darah melalui kulit, dan
peningkatan produksi keringat menjadi
berlebih.
Hubungan antara Masa Kerja tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017
Tabel 3. Hubungan Antara Masa Kerja Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017
Tekanan darah Total PR P
Masa kerja Tidak Normal Normal
(95% CI) Value
N % N % N %
> 8 tahun 17 85,0 3 15,0 20 100 6.422
(1.712 –
≤ 8 tahun 30 46,9 34 53,1 64 100 0,006
Total 47 56 84 44 84 100 24.087) Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 3. didapatkan bahwa dari
20 pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang, 17 orang diantaranya memiliki masa
kerja > 8 tahun dan memiliki tekanan darah
tidak normal sebanyak 85%. Hasil uji statistik
didapatkan p value = 0,006 < α (0,05), maka Ho
ditolak artinya terdapat hubungan antara masa
kerja terhadap tekanan darah pada pekerja di
JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil
analisis diperoleh nilai PR 6,422 (95% CI:
1,712-24,087) artinya pekerja dengan
masa kerja > 8 tahun memiliki risiko 6,4 kali
lebih tinggi untuk mengalami peningkatan
tekanan darah dibandingkan dengan pekerja
yang masa kerjanya kurang dari 8 tahun.
Menurut Joyce dkk (2008) tekanan darah
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari berbeda, paling tinggi di waktu
pagi atau siang hari tergantung dari aktifitas
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 312
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
fisik yang dilakukan dan paling rendah pada
saat tidur malam hari.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hastuti, Setiani dan Nurjazui
(2005) hasil uji statistik hubungan antara masa
kerja dengan tekanan darah diperoleh p value
0,013 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kenaikan
tekanan darah pada pekerja. Dengan demikian,
masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya
kenaikan tekanan darah pada pekerja. Pekerja
yang masa kerjanya melebihi 8 tahun
mempunyai risiko kenaikan tekanan darah
sebesar 2,150 kali lebih besar dibandingkan
dengan pekerja yang masa bekerja kurang atau
sama dengan 8 tahun
d. Hubungan antara Umur tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang tahun 2017
Tabel 4. Hubungan Antara Umur Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017 Tekanan darah
Total PR P Umur Tidak Normal Normal
(95% CI) Value
N % N % N %
> 40 tahun 34 77,3 10 22,7 44 100 7.062
≤ 40 tahun 13 32,5 27 67,5 40 100 (2.685- 0,0001
Total 47 56 84 44 84 100 18.570) Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4. didapatkan bahwa
dari 44 pekerja di JOB Pertamina Talisman
Jambi Merang, 34 pekerja diantaranya berumur
40 tahun dan memiliki tekanan darah tidak
normal sebanyak 77,3%. Hasil uji statistik
didapatkan p value = 0,0001 < α (0,05), maka
Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara
umur tehadap status tekanan darah pada
pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang. Hasil analisis diperoleh nilai PR
7,062 (95% CI: 2,685-18,570) artinya pekerja
dengan umur > 40 tahun memiliki risiko 7 kali
lebih tinggi untuk mengalami peningkatan
tekanan darah dibandingkan dengan pekerja
yang umurnya kurang dari 40 tahun.
Umur berkaitan dengan aspek secara
fisiologis semakin tua umur seseorang maka
fungsi kerja sistem kardiovaskulernya akan
semakin menurun, salah satu diantaranya
berkaitan dengan tekanan darah yang tidak
normal akibat terjadi perubahan elastisitas
pembuluh darah yang menyebabkan tekanan
darah naik atau meningkat. Umur yang
melebihi 40 tahun secara fisiologis termasuk
dalam dewasa akhir dan transisi menjadi
lansia sehingga fungsi kerja sistem
kardiovaskuler akan mengalami penurunan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lisrianti
(2014) diperoleh bahwa ada hubungan antara
umur dengan tekanan darah pada pekerja
dengan p value = 0,023 < α (0,05), sehingga
Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan
antara umur dengan tekanan darah pekerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aris (2007), Ekowati (2009), Julianty (2010) dan Marianti (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kenaikan tekanan darah dan umur memiliki faktor risiko
terhadap kenaikan tekanan darah. Bahkan dalam penelitian Aris (2007), dinyatakan
bahwa umur 45 – 55 tahun mempunyai risiko terjadinya tekanan darah meningkat atau
hipertensi sebesar 2,22 kali dibandingkan dengan umur 25 – 35 tahun, dan
meningkatnya risiko sejalan dengan bertambahnya umur responden.
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 313
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Hubungan antara Kebiasaan Merokok tehadap Status Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017
Tabel 5. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Tehadap Status Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017
Kebiasaan Tekanan darah
Total PR P Tidak Normal Normal
merokok
(95% CI) Value
N % N % n %
Ya 32 66,7 16 33,3 48 100 2.800
(1.145-
Tidak 15 41,7 21 58,3 36 100 0,039
6.845)
Total 47 56 84 44 84 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel V. didapatkan bahwa dari
48 responden di JOB Pertamina Talisman Jambi
Merang, 32 pekerja diantaranya memiliki
kebiasaan merokok dan memiliki tekanan darah
tidak normal sebanyak 66,7%. Hasil uji statistik
didapatkan p-value = 0,039 <
(0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat
hubungan antara kebiasaan merokok tehadap
status tekanan darah pada pekerja di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil
analisis diperoleh nilai PR 2,800 (95% CI:
1,145-6.845) artinya pekerjayang memiliki
kebiasaan merokok memiliki risiko 2,8 kali
lebih tinggi untuk mengalami peningkatan
tekanan darah dibandingkan dengan pekerja
yang tidak merokok.
Merokok merupakan perilaku tidak sehat
yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-
KESIMPULAN
Gambaran umum karyawan di JOB
Pertamina Talisman Jambi Merang yaitu
karyawan yang berumur > 40 tahun (52,4%),
masa kerja ≤ 8 tahun (76,2%), kebiasaan
merokok (57,1%), tekanan panas tidak
memenuhi syarat (65,5%) dan tekanan darahnya tidak normal (56%). Terdapat
DAFTAR PUSTAKA
Beevers, D.G. (2008). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat
Depkes RI. (2007). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta:
hari. Merokok dapat meningkatkan tekanan
darah dan denyut jantung karena merokok
merangsang saraf simpatis untuk melepaskan
norepineprin melalui saraf dan meningkatkan produksi catecolamine yang dikeluarkan
melalui madula adrenal. Merokok dapat
merangsang kemoreseptor di arteri karotis dan
aorta bodies dalam meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah, dan secara
langsung melalui otot jantung yang
mempunyai efek inotropic (+) dan efek
conotropik. (Triwibowo, 2013).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prayitno (2013), bahwa ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok dengan tekanan darah dengan p
value = 0,001.
hubungan antara tekanan panas (p=0,0001)
dengan PR 8,381 (95% CI: 2,971-23.642),
masa kerja (p=0,006) dengan PR 6,422 (95%
CI: 1,712-24,087), umur (p=0,0001) dengan
PR 7,062 (95% CI:2,685-18,570) dan
kebiasaan merokok (p=0,039) dengan PR
2,800 (95% CI:1,145-6.845).
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat
Febby H.D.A & Prayitno. (2012). Faktor –
factor yang berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 314
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Tekanan Darah Pada Pekerja Di Job Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017
Murni,Cikarang Barat tahun 2012. Jurnal
Ilmu Kesehatan. Vol.5No.1. Januari 2013. James Joyce, Colin Baker & Helen Swain.
2008. Prinsip-prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Grandjen, Etienne. (2004). Fitting the Task to
the Man. New York: Taylor dan Franci
Hastuti E dkk. (2005). Faktor – faktor risiko
kenaikan tekanan darah pada pekerja yang
terpajan kebisingan di bandara Ahmad
Yani Semarang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia.Vol.4 No.2 Oktober
2005. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
(2011). Dalam Surat keputusan Nomor :
PER.13 / MEN / X / 2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan kimia di
Tempat Kerja. Jakarta : Menteri Tenga
Kerja Republik
Marvyn, leonard (2001). Hipertensi (high
blood pressure): pengendalian lewat
vitamin, gizi dan diet. Jakarta: Arcan
OSHA, (2015). Heatillness. Tersedia
https://www.osha.gov/SLTC/heatillness/.
Diunduh pada tanggal 16 Februari 2017.
Sumaryani. (2015). Bagaimana mencegah
gangguan fungsi ginjal akibat pajanan
panas di lingkungan kerja. Jurnal
Kesehatan, Vol 4.No.2 Sudirman & Sumak’mur. (2014). Kesehatan
Kerja dalam Prespektif Hyperkes &
Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga Suma’mur PK. (2009). Higene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Cetakan
2009. Jakarta: Sagung Seto. Santoso. (2004). Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Triwibowo, Widyanto. (2013). Trend Disease
Trand Penyakit Saat Ini. Jakarta: Trans Info Media
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 |
Halaman 315
top related