evaluasi pelaksanaan program pelatihan petugas...
Post on 17-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN
PETUGAS HAJI (PANITIA PENYELENGGARA IBADAH
HAJI ARAB SAUDI) PADA DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH
KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2017
Skripsi
Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
A.SYAUQI ZAMZAMI ZAIN
NIM : 1113053000092
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/1439 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
PELATIHAN PETUGAS HAJI (PANITIA PENYELENGGARA
IBADAH HAJI PADA DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH KEMENTERIAN
AGAMA RI TAHUN 2017 telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Gidayatullah
Jakarta pada hari Kamis tanggal 8 Maret 2018, Skripsi telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan
Manajemen Dakwah.
Jakarta, 30 Maret 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Cecep Castrawijaya, MA Drs. Sugiharto, M.A
NIP. 19670818 199803 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Dra. Hj. Mastanah, M. Si
NIP. 19660605 199403 1 005 NIP. 19620817 199003 2 001 Pembimbing,
H. Mulkanasir, BA, S. Pd, MM
NIP. 19550101 198302 1 001
i
ABSTRAK
A. Syauqi Zamzami Zain, 1113053000092, Evaluasi Program Pelatihan
Petugas Haji (PPIH Arab Saudi) Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umroh Kementerian Agama RI Tahun 2017. Dosen Pembimbing H.
Mulkanasir, BA, S.Pd, MM.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi
tanggungjawab pemerintah dibawah kordinasi Menteri Agama, dalam teknis
pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah. Amanah yang diberikan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008
menyebutkan Pemerintah memiliki kewajiban memberikan pembinaan, pelayanan
dan perlindungan.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang beragam,
melibatkan banyak pihak dan orang. Mengelola banyak dana masyarakat,
dilaksanakan dalam rentang waktu yang panjang di dalam Negeri dan di Arab
Saudi. Sehingga, memerlukan kerjasama yang erat dan kordinasi yang dekat,
manajemen yang baik dan penanganan yang cermat serta dukungan sumber daya
manusia yang handal dan amanah.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui secara umum pelatihan petugas
haji (PPIH Arab Saudi) yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umroh Kementerian Agama RI. Perumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana program pelatihn dan evaluasi pelaksanaan program pelatihan
petugas haji (PPIH Arab Saudi) pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umroh Kementerian Agama RI Tahun 2017.
ii
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif, yang mana metode ini menggambarkan dan
menginterpretasikan objek yang sesuai dengan apa adanya.
Dari hasil penelitian ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umroh Kementerian Agama RI melaksanakan program pelatihan petugas haji
(PPIH Arab Saudi) yang sesuai dengan peraturan pemerintah berjalan dengan
cukup lancar, melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur yang diterbitkan oleh pemerintah dan sesuai dengan rencana yang
dibuat, baik dari materi, metode, pelatih, lokasi, dan waktu serta media yang
digunakan. Itu semua telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh dan juga mengetahui
latar belakang jamaah yang terdiri dari beragam pendidikan dan ormas/lembaga.
Kata Kunci : Evaluasi, Pelatihan Petugas Haji (PPIH Arab Saudi).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, itulah ungkapan kata yang penulis ucapkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan Taufiq-Nya yng senantiasa mengiringi setiap langkah
penulis. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan keharibaan Baginda Nabi
besar Muhammad SAW bserta keluarga dan para sahabat-Nya, semoga kita selaku
ummatnya mendapat syafa’at di akhir kelak, aamiin. Dengan niat dan tekad
karena Allah SWT, penulis mampu melewati perjalanan panjang yang dihadapkan
dengan penuh halangan dan cobaan. Dengan rasa syukur juga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Program Pelatihan Petugas Haji
(PPIH Arab Saudi) Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia”.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka dengan adanya bimbingan, pengarahan, dukungan dan do’a dari
berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Ayahanda
Abi H. Jainuddin, S. Pd. I dan Ibunda Ummi Hj. Rohilah yang telah mendidik dan
membesarkan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran demi masa depan
seorang anak yang dicintainya baik secara moral maupun moril. Selain itu, dengan
penuh hormat dan ketulusan, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
2. Dr. Suparto, M. Ed. Ph. D, selaku Wakil Dekan I (satu) Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Roudhonah, MA, selaku Wakil Dekan II (dua) Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Suhaimi, M. Si, selaku Wakil Dekan III (tiga) Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. H. Mulkanasir, BA, S. Pd, MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu bijaksana dan sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat serta
waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqosah baik Ketua Sidang, Penguji I/II,
Sekretaris dan Pembimbing.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
memberikan ilmunya yang tulus, semoga ilmu bermanfaat yang telah
diberikan dapat terbalaskan baik di dunia maupun di akhirat kelak nanti.
10. Seluruh Staf Petugas Perpustakaan baik Perpustakaan Umum maupun
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viiii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
D. Metodologi Penelitian .................................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 10
BAB II ................................................................................................................... 12
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 12
A. Evaluasi........................................................................................................ 12
1. Pengertian evaluasi ................................................................................. 12
2. Model-Model Evaluasi............................................................................ 14
3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi ................................................................. 16
B. Program........................................................................................................ 17
1. Pengertian Program ................................................................................. 17
vi
2. Aspek-aspek Program ............................................................................. 18
3. Tujuan Program ...................................................................................... 19
C. Pelatihan ...................................................................................................... 20
1. Pengertian Pelatihan................................................................................ 20
2. Tujuan Pelatihan ..................................................................................... 21
3. Rancangan Pelatihan ............................................................................... 22
D. Petugas Haji ................................................................................................. 22
1. Pengertian Petugas Haji .......................................................................... 22
2. Macam-Macam Petugas Haji .................................................................. 23
BAB III ................................................................................................................. 25
GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENAG RI ......................... 25
A. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ..... 25
B. Terbentuknya Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ........ 29
C. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ......... 31
D. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 33
E. Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh ... 35
BAB IV..................................................................................................................37
vii
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN PETUGAS HAJI (PPIH ARAB SAUDI)
PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN
UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA.......................37
A. Pelatihan Petugas Haji................................................................................37
1. Program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi.........................37
2. Persiapan pelatihan petugas haji....................................................38
3. Pelaksanaan pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi...................39
B. Evaluasi Program Pelatihan Petugas Haji..................................................41
1. Evaluasi input pelatihan petugas haji............................................42
2. Evaluasi proses pelatihan petugas haji.........................................56
3. Evaluasi output pelatihan petugas haji.........................................58
BAB V.................................................................................................................60
PENUTUP...........................................................................................................60
A. Kesimpulan................................................................................................60
B. Saran..........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 - Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Tahun 1964 - 2017 .......... 30
Tabel 4.2 - Peserta Pelatihan Petugas Haji berdasarkan Instansi ..........................43
Tabel 4.3 - Peserta Pelatihan Petugas Haji Berdasarkan Jenis Kelamin ...............43
Tabel 4.4 - Pelatih (trainer) Pelatihan Petugas Haji Berasal dari Pejabat
Kementerian Agama dan Tenaga Ahli (Dosen dan Pakar Manasik) ....................45
Tabel 4.5 - Pelatih (trainer) Pelatihan Petugas Haji Berdasarkan Pendidikan .....45
Tabel. 4.5. - Kurikulum Mata Pelatihan ...............................................................48
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 - Struktur Organisasi Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan
Umroh...........34
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian
2. Surat bimbingan skripsi
3. Surat keterangan penelitian skripsi
4. Hasil wawancara
5. Surat keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Nomor 258 Tahun 2017 tentang pembentukkan panitia penyelenggara
ibadah haji
6. Surat keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Nomor 59 Tahun 2017 tentang pedomn rekuitmen petugas haji
Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi
tanggungjawab pemerintah dibawah kordinasi Menteri Agama, dalam teknis
pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. Amanah yang diberikan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 menyebutkan Pemerintah memiliki kewajiban memberikan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan.1
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang
beragam, melibatkan banyak pihak dan orang. Mengelola banyak dana
masyarakat, dilaksanakan dalam rentang waktu yang panjang di dalam Negeri
dan di Arab Saudi. Sehingga, memerlukan kerjasama yang erat dan kordinasi
yang dekat, manajemen yang baik dan penanganan yang cermat serta
dukungan sumber daya manusia yang handal dan amanah.2
Sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya, pemerintah secara
terus menerus berupaya melakukan perbaikan penyelenggaraan haji,
utamanya melalui pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk aspek
pembinaan petugas. Mengingat petugas haji merupakan unsur penting yang
mempunyai peranan strategis dan turut menentukan keberhasilan
1Kementerian Agama RI, Direktoral Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Desain
Program, (Jakarta, 2010), h. 13 2Kementerian Agama RI, Direktoral Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2011,
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, h. 1
2
penyelenggaraan ibadah haji,3 maka perlu adanya upaya pelatihan bagi para
petugas haji.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah
haji mengamanatkan perlunya penyempurnaan sistem dan manajemen
penyelenggaraan ibadah haji secara terus-menerus agar dapat berjalan aman,
tertib, dan lancar dengan menjunjung tinggi asas keadilan, profesionalitas dan
akuntabilitas.4 Dalam hal ini pelatihan petugas dalam penyelenggaraan ibadah
haji pun harus sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dan negara.
Secara umum pelatihan petugas merupakan bagian dari upaya
menentukan keberhasilan pelaksanaan pelayanan terhadap Jamaah Haji
Indonesia. Upaya melalui pelatihan petugas diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dalam menentukan pola dan strategi pelayanan terhadap
Jemaah Haji Indonesia.5
Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan mengenai program pelatihan
petugas haji yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umroh yaitu kurangnya infrastruktur dalam pelatihan petugas
sehingga hal itu menjadi hambatan bagi peserta pelatihan dalam memahami
kondisi lapangan yang sebenarnya.6
Pembenahan dilakukan secara terus menerus meski demikian masih
banyak kritikan bahkan hujatan terhadap penyelenggaraan haji masih saja
3Kementerian Agama RI, Direktoral Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Desain
Program, (Jakarta, 2010), h. 13 4Kementerian Agama Republik Indonesia Dirjen PHU, Intisari Langkah-Langkah
Pembinaan Haji, (Jakarta: Kemenag RI DPHU, 2010), h. iv 5Kementerian Agama RI, Direktoral Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Pedoman Pelatihan, (Jakarta, 2010), h. 1 6Wawancara Pribadi dengan Petugas Haji Daker Madinah Tahun 2008, Jakarta, 19
Agustus 2014
3
terdengar dan ditujukan pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia. Salah satu hal yang
dirasakan masih lemah dalam penyelenggaraan haji adalah kemampuan
petugas dalam melaksanakan tugas-tugasnya.7
Untuk itu, sebagai instansi pemerintah khususnya Ditbina
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Seksi Pelatihan Petugas Haji, mempunyai
tugas pokok untuk terus memberikan pelatihan kepada seluruh petugas haji
yang disesuaikan dengan kebutuhan tugas yang akan diemban di Arab Saudi,
serta meningkatkan sistem pelatihan petugas haji agar semua rangkaian
kegiatan pelatihan dapat terselenggara dengan baik guna menciptakan petugas
haji yang profesional akan tugasnya.
Untuk mengukur apakah program pelatihan tersebut berhasil atau
tidaknya, maka diperlukan evaluasi terhadap program pelatihan tersebut.
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “evaluation”. Menurut
Edwin Wand dan Gerald W. Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menilai sesuatu.
Perlu dijelaskan disini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan
pengukuran (measurement). Mengenai (measurement) Wan dan Brown
mengatakan bahwa pengukuran adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan luas atau kuantitas sesuatu.
Evaluasi harus dilakukan untuk melihat apakah berbagai langkah dan
pelaksanaan suatu strategi telah berjalan sesuai dengan rencana. Namun
masalah yang sering timbul dalam mengevaluasi keefektifan suatu pelatihan
7Kementerian Agama RI, Direktoral Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Desain
Program, (Jakarta, 2010), h. 24
4
adalah hasil dari suatu kegiatan tersebut tidak dapat dilihat dalam waktu
seketika pada peningkatan pelatihan.
Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul skripsi mengenai“Evaluasi program Pelatihan Petugas
Haji (PPIH Arab Saudi) Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah Kementerian Agama RI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis
membatasi pembahasan dalam skripsi ini pada masalah program pelatihan
khususnya bagi para petugas haji (PPIH Arab Saudi) dan mengevaluasikan
program pelatihan tersebut. Pelatihan ini dikhususkan pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Tahun
2016.
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam melakukan pembahasan masalah diatas,
maka penulis membuat perumusan masalah agar arah dan tujuan penulisan
ini jelas adanya. Adapun perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana program pelatihan petugas haji (PPIH Arab Saudi)?
b. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program pelatihan petugas haji (PPIH
Arab Saudi) ?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana program pelatihan petugas haji (PPIH
Arab Saudi) pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia.
b. Untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan program pelatihan
petugas haji (PPIH Arab Saudi) pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat secara akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
terhadap pihak kampus dan mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.
b. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber masukan
mengenai program pelatihan petugas haji (PPIH Arab Saudi) pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama Republik Indonesia.
6
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono,
Penelitian Kualitatif ialah pengumpulan data yang dipandu oleh fakta-
fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Direktoral Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU) Kementerian Agama
Republik Indonesia Pusat yang didalamnya terdapat pembinaan untuk
para petugas haji yang dapat dijadikan sumber informasi dalam
penelitian ini.
b. Objek dalam penelitian ini adalah evaluasi program pelatihan petugas
haji (PPIH Arab Saudi) pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia.9
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian
deskriptif yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata-kata
atau gambar daripada angka-angka.10
Selain itu jenis penelitian yang
diperlukan untuk membantu menyelesaikan penelitian ini dapat berupa
studi pustaka, jurnal-jurnal, dan riset lapangan.
8Sugiyono, Memahai Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ), h. 3
10
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, ( Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012 ), h. 3
7
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kantor
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama Republik Indonesia, Jl. Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4
Jakarta Pusat.
b. Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari 2018.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
sebagai berikut:
a. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung mengenai
obyek penelitian melalui pengamatan dan penelitian dengan
sistematika dari pemilihan data, pencatatan dan sebagainya dengan
maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai kejadian atau
peristiwa yang terjadi di Kantor Kementerian Agama.
b. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara meminta informasi atau
menggali informasi baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada responden (orang yang diwawancara atau yang dimintai
informasi) dari pihak Kementerian Agama.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti meminta data
kepada lembaga yang diteliti yakni Direktorat Jenderal
8
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI sesuai
dengan judul yang dibahas.
6. Teknik Analisa Data
Analisis penulis lakukan setelah semua data yang diperlukan sudah
terkumpul. Penulis mendeskripsikan data yang diperoleh, yaitu dari hasil
observasi dan wawancara dengan pihak Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama RI. Penulis
mengumpulkan semua data yang didapatkan dari dokumen, arsip maupun
sumber lainnya, sehingga penulis dapat menyimpulkan atau verifikasi data
tersebut.
7. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman
Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya bentuk penjiplakan atau plagiat maka
penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebagai
bahan perbandingan dalam pembuatan skripsi.Selain itu penulis juga
melakukan tinjauan kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik
pembahasan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
1. Judul : “ Evaluasi Program Pemasaran Umroh Pada PT.
Bimalyndo Hajar Aswad Tour Dan Travel Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan”.
Penulis : Mar’atus Soleha / 108053000039, Fakultas Dakwah
9
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah,
lulus tahun 2012 M.
Isi Pokok : Skripsi ini membahas mengenai evaluasi program
pemasaran umroh pada PT. Bimalyndo Hajar Aswad
Tour and Travel, siapa sasaran penerima kegiatan
program, dan kualifikasi para staf pelaksana program
dalam menjalankan program pemasaran umroh,
sedangkan penelitian penulis lebih menekankan pada
pelaksanaan evaluasi program pelatihan petugas haji
(PPIH Arab Saudi).
2. Judul : “Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Massal
Pada Kementerian Agama Kota Jakarta Barat Tahun
2015”.
Penulis : Fahrul Yusuf / 1111053100012, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah.
Isi Pokok : Skripsi ini membahas tentang evaluasi program
bimbingan manasik haji massal, siapa saja sasaran
penerima program kegiatan dalam meliputi pedoman
pembinaan, tuntunan manasik haji massal dan
panduan perjalanan ibadah haji, apakah sudah berjalan
sesuai program yang telah dirancang, sedangkan
penelitian penulis lebih menekankan pada pelaksanaan
evaluasi program pelatihan petugas haji (PPIH Arab
Saudi).
10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah “skripsi” ini terdiri dari lima
BAB yang memiliki sub-sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
penulisan. Penyusunan sub-sub bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan BAB pendahuluan yang terdiri dari : Latar
belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini memuat pengertian, model-model, tujuan dan
manfaat, tentang Evaluasi Program Pelatihan Petugas Haji
(PPIH Arab Saudi) Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Kementerian Agama RI 2016.
BAB III : GAMBARAN UMUM DALAM OBYEK PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang Sejarah Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Terbentuknya Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Visi dan Misi
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umroh, serta Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
BAB IV : ANALISIS PENELITIAN
11
Terdiri dari : Program Pelatihan dengan Evaluasi Program
Pelatihan Petugas Haji (PPIH Arab Saudi) Pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama Republik Indonesia.
BAB V : PENUTUP
Sebagai akhir dari karya ilmiah yang diteliti yaitu berisi
tentang kesimpulan-kesimpulan dan saran serta lampiran-
lampiran yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian evaluasi
a. Secara Etimologi (bahasa)
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation,
dalam bahasa arab At- taqdir, dalam bahasa Indonesia penilaian. Akar
kata dalam bahasa inggris adalah value, dalam bahasa arab adalah Ad-
darajah11
, dalam bahasa Indonesia nilai.12
Menurut kamus istilah
manajemen, evaluasi adalah proses bersistem dan objektif yang
menganalisa sifat dan ciri pekerjaan di dalam perusahaan dan
organisasi.13
Evaluasi sebagai suatu fungsi manajemen berusaha untuk
mempertanyakan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan dari suatu rencana
sekalipun mengukur subyektif hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-
ukuran yang dapat diterima dengan pihak-pihak yang mendukung suatu
perencanaan.14
Ada pula yang mengemukakan bahwa evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
11
Kitab Bahasa Oemar Bakri, {Jakarta : 1995), hal. 342
12Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.1.
13Aji B Firman dan Sirait Martin S, Perencanaan dan Evaluasi: suatu sistem untuk
proyek pembangunan (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 30.
14Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al- amin Press dan
IKFA, 1996), h. 53.
13
obyek dengan menggunakan instrument dan hasil dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.15
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana
suatu tujuan telah dapat dicapai. Devinisi tersebut menjelaskan langsung
hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat,
dimana suatu tujuan dapat dicapai. Selain itu, evaluasi juga merupakan
proses memahami, member arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan
suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.16
b. Secara Terminologi (istilah)
Para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut :
Menurut Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk
mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah
pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi
setelah program dilaksanakan.17
Sementara itu Tyler yang dikutip oleh Tayibnafis dalam bukunya
Evaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang
menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat
dicapai.18
Sedangkan evaluasi program menurut Arikunto adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat
15
M. Chatib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 1.
16M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009), Edisi 1, Cet. Ke-3 h. 1.
17H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber daya Manusia, Evaluasi Program, (Bandung: Falah Production, 2000), h.
281
18Tayibnapis Yusuf Farida, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 3
14
keberhasilan program. Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan
untuk melihat pencapaian target program. Untuk menentukan seberapa
jauh target program yang sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur
adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahapan perencanaan
kegiatan.19
Dari pengertian para ahli penulis menyimpulkan bahwa evaluasi
program merupakan proses penilaian suatu program apakah hasil sesuai
dengan rencana dan tujuan, apakah pelaksanaan program itu efektif dan
efisien, serta apakah program tersebut layak diteruskan, dimodifikasi,
atau bahkan dihentikan.
2. Model-Model Evaluasi
Ada beberapa jenis model evaluasi yang dikemukakan oleh Piettrzak,
Ramler, Ranner, Ford dan Gilbert sebagaimana dikemukakan oleh Elly
Irawan bahwa evaluasi meliputi evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Dalam hal ini penulis akan menggunakan model evaluasi tersebut
untuk pembahasan pada bab empat yaitu :
a. Evaluasi Input, evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk
dalam pelaksanaan suatu program, setidaknya ada variable utama yang
masuk dalam evaluasi ini, yaitu masyarakat (peserta program), tim atau
staf dan program. Terkait dengan evaluasi ini ada tiga kriteria yang
perlu dikaji: tujuan program, penilaian terhadap kebutuhan program dan
harga standar suatu praktek yang terbaik dengan biaya untuk
pelaksanaan program.
19
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.
290.
15
b. Evaluasi Proses, evaluasi ini dilakukan untuk menilai proses yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Evaluasi
ini memfokuskan kepada efektifitas program yang melibatkan interaksi
langsung antara klien dengan staff terdepan merupakan pusat dari
pencapaian tujuan program, bagaimana pendampingan dilakukan dan
kebijakan dari lembaga.
c. Evaluasi hasil, evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh
tujuan-tujuan yang sudah direncanakan tercapai, yakni diarahkan
kepada evaluasi keseluruhan dampak dari suatu program terhadap
penerima layanan.20
Elly Irawan melanjutkan penulisannya bahwa
pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah kapan suatu program bisa
dikatakan berhasil mencapai tujuannya dan bagaimana anggota akan
menjadi berbeda setelah mengikuti kegiatan tersebut. Evaluasi ini juga
digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi
Administator dalam menentukan apakah program diteruskan,
dimodifikasi atau dihentikan.
Ada empat macam kebijaksanaan lanjutan yang mungkin diambil
setelah evaluasi program dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a. Program tersebut dilakukan karena dari data yang terkumpul diketahui
karena program-program itu sangat bermanfaat dan dapat dilaksanakan
dengan lancer tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian tujuannya
tinggi.
20
Elly irawan, dkk. , Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h.
16
b. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyempurnaan karena dari data
yang terkumpul diketahui bahwa hasil program sangat bermanfaat tetapi
pelaksanaannya kurang lancar atau kualitas pencapaian kurang tinggi.
Yang perlu mendapatkan perhatian kebijaksanaan selanjutnya adalah
cara atau proses kegiatan pencapaian tujuan.
c. Kegiatan tersebut dimodifikasi karena dari data yang terkumpul dapat
diketahui bahwa kemanfaatan hasil program kurang tinggi sehingga
perlu disusun lagi perencanaan secara lebih baik. Dalam hal ini
mungkin tujuannya yang perlu diperbaiki.
d. Kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan (dengan kata lain dihentikan)
karena dari data yang terkumpul diketahui bahwa hasil program kurang
bermanfaat, ditambah lagi di dalam pelaksanaan banyak sekali
hambatannya.21
3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi
Tujuan evaluasi program menurut Tayibnafis adalah: a) Membuat
kebijakan dan keputusan, b) Menilai hasil yang dicapai, c) Menilai rencana
program, d) Memberikan kepercayaan kepada lembaga, e) Memperbaiki
dana yang telah diberikan, f) Memperbaiki materi program.22
Jadi tujuan
evaluasi yaitu untuk mengetahui efektivitas program dalam kemajuan yang
berkelanjutan.
Adapun manfaat evaluasi menurut Rukminto, dengan mengutip
pendapat Feuriskin, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai
21
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h. 290-291. 22
Farida Yusuf Tayib Nafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta,2000), h. 187-
188.
17
tujuan dari pelaksanaan evaluasi. Namun ia menyatakan ada 10 alasan,
mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
a) Untuk melihat apa yang sudah dicapai,
b) Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objektif (tujuan) program,
c) Agar tercapai manajemen yang baik,
d) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat
program,
e) Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program,
f) Untuk merencanakan kegiatan program tersebut yang lebih baik,
g) Agar memberikan dampak positif yang lebih luas,
h) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat,
i) Melihat apakah usaha yang dilakukan secara efektif,
j) Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable.23
B. Program
1. Pengertian Program
Program merupakan sederetan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga bahkan
Negara. Jadi seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan Negara
mempunyai suatu program. Arikunto mengemukakan program yaitu
23
Rukminto, Pemberdayaan: Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunikasi
Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 187-188.
18
“Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai kegiatan tertentu”.24
Program merupakan pernyataan tertulis tentang suatu yang harus
dimengerti dan diusahakan. Program menggambarkan tentang apa yang
perlu dilaksanakan dan mengapa hal itu perlu dilaksanakan. Program juga
dapat digambarkan berupa suatu pernyataan tertulis tentang situasi, tujuan-
tujuan yang hendak dicapai, masalah-masalah yang hendak dipecahkan dan
cara pemecahannya.25
Berdasarkan definisi evaluasi dan program menurut beberapa ahli
tersebut, maka penulis menyimpulkan evaluasi program adalah suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang
realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang guna mengambil sebuah keputusan.
2. Aspek-aspek Program
Program dapat dilihat pada beberapa aspek sebagai berikut:
a. Aspek tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka ukurannya
adalah seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan
dan jika program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah
seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.
b. Aspek jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program
kemasyarakatan dan sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung dari isi
program yang bersangkutan.
24
Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, h. 2. 25
I Gede Suyanto, Program Pengabdian Pada Masyarakat Bentu, Jenis, dan Sifatnya
dalam Metodologi PPM, (Lampung : Universitas Lampung, 1986) h.88
19
c. Aspek jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
d. Aspek keluasan, ada program yang sempit dan program luas. Program
sempit hanya menyangkut program yang terbatas sedangkan program
luas menyangkut banyak variable.
e. Aspek pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar.
Program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang, sedangkan program
besar dilaksanakan oleh banyak orang.
f. Aspek sifatnya, ada program formal dan juga ada program 1nonformal.
Program formal yang dampaknya menyangkut o1rang banyak,
menyangkut hal-hal yang vital sedangkan program nonformal adalah
sebaliknya.26
3. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam
proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Arikunto yaitu tujuan program merupakan suatu yang
pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu
program tidak mempunyai tujuan yang tidak bermanfaat, maka program
tersebut tidak perlu dilaksanakan.
Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus (obyektif). Tujuan umum biasanya menunjukkan output dari
program jangka panjang, sedangkan jangka khusus outputnya jangka
pendek.
26
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, h. 2.
20
C. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja. Disamping
adanya upaya lain, pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia untuk
melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk mentransfer
keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian
rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat
melaksanakan pekerjaan.27
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelaksanaan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau
sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud dengan
pelatihan ialah “ Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.28
Penggunaan istilah pelatihan (training) dikemukakan para ahli seperti
D. Ale Yorder yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangku Negara,
menggunakan istilah pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas,
sedangkan Wekley dan Yukl lebih memperjelas mengenai penggunaan
istilah pelatihan. Mereka berpendapat bahwa : “Pelatihan merupakan istilah-
istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha bencana yang
27
Abdurahmat Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Rineka Cipta 2006), Cet. Ke. 1, h. 147. 28
Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004), h. 25.
21
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-
sikap pegawai atau anggota organisasi.29
Menurut Oemar Hamalik, melihat dari segi operasional pelatihan
diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya)
yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk kepribadian kepada tenaga
kerja oleh tenaga professional kepelatihannya dalam satuan waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu, guna menentukan efektifitas dan produktifitas dalam
suatu organisasi.30
2. Tujuan Pelatihan
Menurut peneliti tujuan pelatihan merupakan standard kualifikasi bagi
pencapaian kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan
belajar mengajar. Umumnya tujuan pelatihan dirumuskan dalam dua jenis,
yaitu: Tujuan Umum (Goals) dan Tujuan Khusus (Objectives), sebagaimana
yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo yaitu :
a. Tujuan umum adalah rumusan tentang kemampuan umum yang akan
dicapai dalam pelatihan tersebut.
b. Tujuan khusus adalah rincian tujuan yang dirumuskan dalam tujuan
umum kedalam kemampuan khusus.31
Pada saat ini umumnya tujuan pelatihan dibuat dalam standard
kompetensi, karena biasanya pelatihan bertujuan untuk pemenuhan suatu
29
AA. Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: Rosda Karya, 2000) h. 44. 30
Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 10. 31
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta,
2009, Cet. IV, hal. 21
22
kompetensi tertentu. Kadangkala suatu pelatihan disiapkan untuk
pemenuhan suatu jenis.
3. Rancangan Pelatihan
Rancangan pelatihan (Training Design) adalah rancangan yang akan
dijadikan pegangan, pedoman atau acuan pada waktu melaksanakan
training, penyusunan rancangan pelatihan harus memperlihatkan pihak-
pihak yang akan terlibat dalam pelatihan (peserta, penyelenggara dan
trainer) tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah metode dan
peralatan yang hendak dicapai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk
setiap sesi ataupun secara keseluruhan.32
D. Petugas Haji
1. Pengertian Petugas Haji
Istilah petugas berasal dari kata tugas yang berarti yang wajib
dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Sedangkan pengertian
petugas adalah orang yang bertugas melakukan sesuatu.33
Adapun istilah
haji dalam ensiklopedia Islam berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Ia diambil dari etimologi Bahasa Arab dimana kata haji
mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.34
Dari masing-masing istilah ini digabungkan menjadi satu yaitu
petugas haji. Istilah ini digunakan oleh Kementerian Agama untuk
menyebutkan petugas yang melayani jamaah haji. Kementerian Agama RI
32
Agus M, Hardjana, Training Sumber Daya Manusia yang Efektif, (Yogyakarta:
Kanisius, 2001), Cet. Ke 1, h. 35. 33
Departemen Pendidikan dan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 1215 34
Kemenag RI, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, (Jakarta: CV. Duta Peraga,
2010), h. 87
23
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah mengartikan petugas
haji ialah “petugas yang diangkat oleh Menteri Agama yang diberi tanggung
jawaban untuk menjalankan tugas dan fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) Arab Saudi (Non Kloter), petugas yang menyertai jamaah haji
(Kloter), dan tenaga musim”.35
2. Macam-Macam Petugas Haji
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI
membagi petugas haji menjadi tiga bagian yaitu Petugas Kloter, Petugas
Non Kloter, dan Tenaga Musim. Adapun penjelasannya sebagai berikut36
:
a. Petugas haji yang menyertai jamaah haji (Kloter)
1) TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang
administrasi dan manajerial (ketua kloter).
2) TPIHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang
bimbingan ibadah (pembimbing ibadah)
3) TKHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang pelayanan
kesehatan baik dokter, perawat atau petugas kesehatan lainnya seperti
ahli gizi, ahli rekam medik, tenaga farmasi ataupun sani tarian.
4) TPHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota
atau Bupati untuk melayani daerah masing-masing dalam bidang
pelayanan umum dan ibadah.
5) TKHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota
atau Bupati untuk melayani daerah masing-masing dalam bidang
kesehatan.
35
Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pedoman Rekrutmen
Haji Indonesia, (Jakarta, 2013), h. 2 36
Ibid, h. 2-3
24
b. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH Non Kloter).
1) PPIH adalah Panitia yang bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan haji baik di tingkat Pusat, Arab Saudi, dan Embarkasi.
2) PPIH Pusat adalah Panitia Penyelenggara Ibadah haji yang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan perhajian yang
ditempatkan di kementerian Agama Republik Indonesia.
3) PPIH Arab Saudi adalah Petugas Haji yang bertanggung jawab dalam
pembinaan, pelayanan umum, bimbingan ibadah, pelayanan kesehatan
serta perlindungan jamaah haji di Arab Saudi. PPIH Arab Saudi
ditugaskan di tiga daerah kerja, yaitu: Jeddah, Madinah dan Makkah
serta Kantor Misi Haji di Jeddah.
4) PPIH Embarkasi adalah petugas haji yang bertanggung jawab pada
pembinaan, pelayanan umum, bimbingan ibadah dan pelayanan
kesehatan serta perlindungan setiap calon jamaah haji di setiap
Embarkasi.
c. Tenaga Musim yang disingkat (Temus) adalah petugas haji yang direkrut
dari mahasiswa Arab Saudi dan sekitarnya serta WNI yang berdomisili di
Arab Saudi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
25
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENAG RI
A. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan
Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin Indonesia
mendirikan sebuah yayasan yang secara khusus menangani kegiatan
penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia
(PPPHI) yang kemudian kedudukannya diperkuat dengan dikeluarkannya
Surat Kementerian Agama Republik Indonesia Serikat Nomor 3170 tanggal
6 Februari 1950, disusul dengan surat edaran Menteri Agama RIS Nomor
A.III/I/648 tanggal 9 Februari 1950 yang menunjuk PPPHI sebagai satu-
satunya wadah yang sah disamping Pemerintah untuk mengurus dan
menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak saat itulah penyelenggaraan haji
ditangani oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, dibantu oleh
instansi lain seperti Pamongpraja. Tahun itu merupakan tahun pertama
rombongan haji Indonesia yang diikuti dan dipimpin oleh Majelis Pimpinan
Haji bersama dengan Rombongan Kesehatan Indonesia.37
Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai salah satu unsur
kabinet Pemerintah setelah masa kemerdekaan, maka seluruh beban PIH
ditanggung pemerintah dan segala kebijakan tentang pelaksanaan ibadah
haji semakin terkendali Dengan semakin membaiknya tatanan kenegaraan
37
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008), h. 5
26
Indonesia, pada tahun 1964 pemerintah mengambil alih kewenangan dalam
PIH dengan membubarkan PPPHI yang kemudian diserahkan kepada Dirjen
Urusan Haji (DUHA) dibawah koordinasi Menteri Urusan Haji.38
2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru
Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk pimpinan negara pada
tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan. Pembenahan sistem
pemerintahan tersebut berpengaruh pula terhadap PIH dengan dibentuknya
Departemen Agama yang merubah struktur dan tata kerja organisasi Menteri
Urusan Haji dan mengalihkan tugas PIH dibawah wewenang Dirjen Urusan
Haji, termasuk penetapan biaya, sistem manajemen dan bentuk organisasi
yang kemudian ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105
tahun 1966. Pada tahun 1967 melalui keputusan Menteri Agama Nomor 92
tahun 1967, penetapan besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri Agama.
Pada tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji kembali
ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan Nomor 111 tahun
1968. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung jawab secara
penuh dalam PIH mulai dari penentuan biaya haji, pelaksanaan ibadah haji
serta hubungan antara dua negara yang mulai dilaksanakan pada tahun 1970.
Pada tahun tersebut biaya perjalanan haji ditetapkan oleh Presiden melalui
Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1970. Dalam tahun-tahun berikutnya
PIH tidak banyak mengalami perubahan-perubahan kebijakan dan
keputusan tentang biaya perjalanan haji ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
38
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008), h. 5
27
Pada tahun 1976, ditandai dengan adanya perubahan tata kerja dan
struktur organisasi PIH yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan
Haji (BIUH). Sebagai panitia pusat, Dirjen BIUH melaksanakan koordinasi
ke tiap-tiap daerah tingkat I dan II di seluruh Indonesia. Dalam hal ini
sistem koordinasi dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh Dirjen
BIUH. Beberapa panitia penyelenggara didaerah juga menjalin koordinasi
dengan Badan Koordinator Urusan Haji (BAKUH) ABRI, hal ini
dikarenakan BAKUH ABRI memiliki lembaga tersendiri untuk pelaksaan
operasional PIH.39
Setelah tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan
ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH. Pada tahun 1985, pemerintah
kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam PIH, dimana pihak-pihak
swasta tersebut mempunyai kewajiban langsung kepada pemerintah. Dalam
perkembangan selanjutnya, lingkungan bisnis modern mengubah orientasi
pihak-pihak swasta tersebut dengan menyeimbangkan antara orientasi
pelayanan dan orientasi keuntungan yang selanjutnya dikenal dengan istilah
PIH Plus. Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan keputusan tentang
PIH dan Umroh Nomor 22 tahun 1987 yang selanjutnya disempurnakan
dengan mengeluarkan peraturan PIH dan Umroh Nomor 245 tahun 1991
yang lebih mennekankan pada pemberian sanksi yang jelas kepada pihak
swasta yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Pembatasan jamaah haji yang lebih dikenal dengan pembagian kuota
haji diterapkan pada tahun 1996 dengan dukungan Sistem Komputerisasi
39
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008), h. 5
28
Haji Terpadu (SISKOHAT) untuk mencegah terjadinya over quota seperti
yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat menimbulkan keresahan dan
kegelisahan di masyarakat., khususnya calon jamaah haji yang telah
terdaftar pada tahun tersebut namun tidak dapat berangkat. Mulai tahun
2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai dengan ketentuan
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang per mil dari jumlah
penduduk yang beragama Islam dari masing-masing provinsi, kecuali untuk
jamaah haji khusus diberikan porsi tersendiri.40
3. Penyelenggaraan Haji Pasca-Orde Baru
Melalui Keputusan Presiden Nomor 119 tahun 1998, pemerintah
menghapus monopoli angkutan haji dengan mengizinkan kepada perusahaan
penerbangan lain selain PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakan
angkutan haji. Dibukanya kesempatan tersebut disambut hangat oleh sebuah
perusahaan asing, Saudi Arabian Airlines untuk ikut serta dalam angkutan
haji dengan mengajukan penawaran kepada pemerintah dan mendapapat
respon yang positif.41
4. Penyelenggaraan Haji Era Reformasi
Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus memenuhi aspek
keterbukaan dan transaparansi, jika tidak akan menuai kritik dari
masyarakat. Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan sistem
penyelenggaraan haji dengan lebih menekankan pada pelayanan, pembinaan
dan perlindungan secara opitmal.
40
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008), h. 6 41
Ibid, h. 6
29
Penyelenggaraan Haji menjadi tanggung jawab Menteri Agama yang
dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktural dan teknis fungsional
dilaksanakan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji (BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 165 tahun 2000.42
B. Terbentuknya Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Terbentuknya Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
berawal dari pemecahan Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji (Ditjen
BIPH) menjadi dua, yaitu Ditjen Bimas Islam dijabat oleh Prof. Dr. H.
Nazaruddin Umar dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah dijabat oleh
Drs. H. Slamet Riyanto, M.S.i. Terbentuknya ini pada tahun 2006 berdasarkan
Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Agama. Mulai saat itulah tugas Penyelenggaraan Haji dan Umrah
dilaksanakan oleh direktorat jenderal baru, yakni Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU). Struktur baru ini bertujuan agar
tugas-tugas yang diemban dapat dilaksanakan secara lebih fokus. Tugas-tugas
itu adalah Pembinaan Haji dan Umrah, Pelayanan Haji, dan Pengelolaan BPIH
dan Sistem Informasi Haji.43
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sejak berdirinya
dari tahun 1964 hingga tahun 2017 sudah mengalami 11 kali pergantian
direktur, untuk melihat hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
42
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008), h. 6 43
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa,
(Jakarta: Cetakan Pertama, 2012), h. 157
30
Tabel 3.1
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Tahun 1964 - 2017
No. Nama Jabatan Masa Bakti
1 Prof. KH. Farid Ma’ruf Menteri Urusan Haji 1964 – 1965
Dirjen Urusan Haji 1965 – 1973
2 H. Burhani Tjokrohandoko
Dirjen Urusan Haji 1973 – 1979
Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji 1979 – 1984
3 H. A. Qadir Basalamah Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji 1984 – 1989
4 H. Andi Lolo Tonang, SH Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji 1989 – 1991
5 Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji 1991 – 1995
6 Drs. H. A. Ghazali Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji 1995 – 1996
7 Drs. H. Mubarok, M.Si Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji 1996 – 2000
8 Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji 2000 – 2005
9 Drs. H. Slamet Riyanto,
M.Si
Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji 2005 – 2006
Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umroh 2006 – 2012
10 Dr. H. Anggito Abimanyu,
M.Sc
Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umroh 2012- 2014
11 Prof. Dr. H. Abdul Djamil,
MA
Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umroh 2014-2017
12 Prof. Dr. Nizar, MA Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umroh
2017-
Sekarang
Sumber : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta:Cetakan Pertama, 2012), h. 157
31
C. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Direktorat Jenderal sebagai unsur pelaksana Kementerian Agama dalam
mewujudkan visinya agar masyarakat Indonesia taat beragama, maju, sejahtera,
dan cerdas serta saling menghormati antara sesame pemeluk agama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka peningkatan kualitas penyelenggaraan haji
sangatlah perlu diselenggarakan secara baik.
Mengacu pada keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Nomor : D/54 Tahun 2010 tentang Visi dan Misi Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, maka ditetapkan:
1. Visi
Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada Jemaah
haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparan, akuntabel dengan
prinsip nirlaba. Dari penggalan kalimat mengenai visi Direktorat
Penyelenggaraan Haji dan Umrah dapat dijelaskan sebagai berikut44
:
a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk pembimbingan, penyuluhan, dan
penerangan kepada masyarakat dan Jemaah haji. Sedangkan pembinaan
petugas diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan administrasi
dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta akomodasi dan konsumsi.
44
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Rencana Strategi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014, (Jakarta: Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010), h. 41-42
32
c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan dan
keamanan Jemaah haji selama menunaikan ibadah haji.
d. Asas Keadilan, bahwa penyelenggara ibadah haji harus berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-
wenang dalam penyelenggaraannya.
e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam proses
penyelenggaraan haji dapat diketahui oleh masyarakat dan Jemaah haji.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan ibadah haji
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik
dan hukum dengan prinsip tidak mencari keuntungan.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman
manasik haji
b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji
c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji
melalui pembinaan haji khusus, umrah, dan kelompok bimbingan
ibadah
d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,
transportasi, dan katering sesuai standar pelayanan minimal
penyelenggaraan haji
e. Memberikan perlindungan kepada Jemaah sehingga diperoleh rasa
aman, keadilan, dan kepastian melaksanakan ibadah haji
f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji serta
pengembangan sistem informasi haji
33
g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan teknis
lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.45
D. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dalam pelaksanaan
teknis penyelenggaraan ibadah haji didasarkan atas Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 92.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah memiliki susunan
organisasi dapat dilihat pada bagan 3.1.
45
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Rencana Strategi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014, (Jakarta: Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010), h. 41-42
34
Bagan 3.1
Struktur Organisasi Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Sumber : File Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun
2016.
DIREKTORAT JENDRAL
PENYELENGGARAAN
HAJI DAN UMROH
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
BAG.
PERENCAN
AAN DAN
HUMAS
BAG.
KEUANGAN
DAN
PENERIMA
AN NEGARA
BUKAN PAJAK
BAG.
ORGANISASI
KEPEGAWAIA
N DAN
HUKUM
BAG.
UMUM
DAN BMN
DIREKTORAT
PENGELOLAAN
DANA HAJI
DAN SISTEM
INFORMASI
HAJI
DIREKTORAT
BINA HAJI
DIREKTORAT
PELAYANAN
HAJI DALAM
NEGERI
DIREKTORAT
PELAYANAN
HAJI LUAR
NEGERI
DIREKTORAT
BINA UMROH
DAN HAJI
KHUSUS
SUB.BAG
TATA
USAHA
SUB.BAG
TATA
USAHA
SUB.BAG
TATA
USAHA
SUB.BAG
TATA
USAHA
SUB.BAG
TATA
USAHA
SUBDIREKTORAT
BIMBINGAN
JAMAAH HAJI
SUBDIREKTORAT
BINA PETUGAS
HAJI
SUBDIREKTORAT
ADVOKASI HAJI
SUBDIREKTORAT
TRANSPORTASI DAN
PERLINDUNGAN
JAMAAH HAJI REGULER
SUBDIREKTORAT
ASRAMA HAJI
SUBDIREKTORAT
DOKUMEN DAN
PERLENGKAPAN
HAJI REGULER
SUBDIREKTORAT
PENDAFTARAN DAN
PEMBATALAN HAJI
REGULER
SUBDIREKTORAT
FASILITASI KOMISI
PENGAWAS HAJI
INDONESIA
SUBDIREKTORAT
TRNSPORTASI HAJI
SUBDIREKTORAT
CATERING HAJI
SUBDIREKTORAT
AKOMODASI HAJI
SUBDIREKTORAT
PEMANTAUAN
DAN
PENGAWASAN
UMROH DAN HAJI
KHUSUS
SUBDIREKTORAT
PERIZINAN,
AKREADITASI,
DAN (PIHK)
SUBDIREKTORAT
PERIZINAN,
AKREADITASI,
DAN BINA (PPIU)
SUBDIREKTORAT
DATA DAN SISTEM
INFORMASI HAJI
TERPADU
SUBDIREKTORAT
PENGELOLAAN
KEUANGAN
OPERASIONAL HAJI
SUBDIREKTORAT
PERENCANAAN
ANGGARAN
OPERASIONAL
DAN
PENGELOLAAN
ASET HAJI
35
E. Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis pada bidang
penyelenggaraan haji dan umroh. Sedangkan dalam melaksanakan tugas,
Direktorat Jenderal Haji dan Umroh memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan umroh.
2. Pelaksanaan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan umroh.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dibidang penyelenggaraan
haji dan umroh.
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyelenggaraan haji dan
umroh.
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umroh.46
Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat
Penyelenggaraan Haji dan Umroh dibantu oleh salah satu Subdirektorat
Pembinaan Petugas Haji yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, dan
bimbingan teknis, serta evaluasi dibidang pembinaan petugas haji. Sedangkan
dalam menjalankan tugas, Subdirektorat pembinaan petugas haji mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang rekrutmen, pelatihan, dan
penilaian kinerja petugas haji.
46
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama, h. 56
36
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang rekrutmen, pelatihan , dan
penilaian kinerja petugas haji.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang
rekrutmen, pelatihan, dan penilaian kinerja petugas haji.
4. Penyiapan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang rekrutmen, pelatihan,
dan penilaian kinerja petugas haji.
37
BAB IV
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN PETUGAS HAJI (PPIH
ARAB SAUDI) PADA DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
A. Pelatihan Petugas Haji
1. Program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
Program pelatihan/pembekalan petugas haji merupakan suatu proses
pembentukan dan pemahaman tugas dan fungsi sebagai petugas secara
menyeluruh di setiap jenis pelayanan dilapangan.
Program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama
Rakyat Indonesia Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan
Petugas Haji pada tanggal 10-19 Juli 2014 di Asrama Haji Pondok Gede.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Syarif Rahman selaku kepala
seksi pelatihan petugas haji mengatakan bahwa program pelatihan yang ada
pada pelatihan petugas haji (PPIH Arab saudi) yang sesuai dengan unsur
program, sebagai berikut;
a. Memberikan pelatihan petugas haji selama 10 hari.
b. Menyediakan tenaga pelatih yang berpengalaman dalam bertugas haji
dan berpengetahuan luas akan materi pelatihan.
c. Memberikan materi yang memenuhi standar pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebijakan, teknisi, dan ibadah/akhlak. Seperti,
kebijakan penyelenggaraan haji, proses perjalanan jamaah, penanganan
kasus-kasus, dan pembinaan ahlak petugas haji.
38
d. Memberikan metode pembelajaran yang disesuaikan dengaan kondisi
yang akan dialami di lapangan. Seperti, metode simulasi, metode role
playing, studi kasus, dan diskusi/tanya jawab.
e. Melaksanakan simulasi pelayanan dan penanganan kasus-kasus sesuai
dengan daerah kerja (Daker).
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa program
pelatihan/pembekalan petugas haji PPIH Arab Saudi tersusun dengan baik
dan sistematis dalam pembagian tugas dan fungsi dan penyusunan program
pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi.
2. Persiapan Pelatihan Petugas Haji
Persiapan pelatihan petugas haji disusun oleh Direktorat Jenderal
penyelenggaraan ibadah haji kemudian Kepala Kanwil Kementerian Agama
provinsi menindaklanjuti surat dari Direktur Jenderal dan staf teknis haji
Indonesia di Jeddah Arab Saudi membentuk panitia seleksi, menyusun
jadwal, menyiapkan soal, dan mengumumkan rekrutmen PPIH Arab Saudi.
H. Syarif Rahman mengatakan, hal ini harus dipersiapkan dengan baik agar
semua program dapat dilaksanakan dengan baik.
Bagi calon PPIH Arab Saudi yang lulus seleksi diwajibkan untuk
melakukan pembekalan/pelatihan petugas bertujuan untuk memahami tugas
dan fungsi sebagai petugas haji secara menyeluruh di setiap jenis pelayanan
di lapangan dan dilaksanakan selama 10 hari menjelang keberangkatan yang
bertempat di Asrama Haji Pondok Gede. Berikut persiapan materi-materi
pembekalan antara lain:
39
a. Pengenalan program
b. Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji
c. Manasik haji
d. Kebijakan teknis pembinaan haji
e. Kebijakan pemerintah Arab Saudi
f. Kebijakan teknis kesehatan haji
g. Kebijakan teknik pelayanan haji dalam dan luar negeri
h. Struktur dan mekanisme kerja PPIH Arab Saudi
i. Pemantapan dan pembentukan komitmen pelayanan petugas PPIH Arab
Saudi
j. Manajemen operasional penyelenggaraan ibadah haji
k. Pelayanan akomodasi, konsumsi dan transportasi
l. Satuan operasional armina
m. Pengawasan dan pengendalian PPIH Arab Saudi
n. Keterkaitan tugas antara petugas yang menyertai jamaah dan PPIH
Arab Saudi
o. Diskusi-diskusi dan simulasi.
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti mengenai persiapan
program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi sudah dipersiapkan secara
menyeluruh baik dalam pembentukan seleksi panitia maupun rincian
pembekalan/pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi.
3. Pelaksanaan pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
Pelaksanaan program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
dilaksanakan selama sepuluh hari yang memfokuskan pemahaman,
40
pembinaan, pelayanan umum, perlindungan yang baik serta alur proses hal-
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, sesuai dengan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti mengenai tujuan pelaksanaan program
pelatihan PPIH Arab Saudi, H. Syarif Rahman mengatakan bahwa tujuan
pelaksanaan pelatihan petugas haji (PPIH Arab Saudi) yaitu untuk
memberikan pembinaan, pelayanan umum, bimbingan ibadah, pelayanan
kesehatan serta perlindungan yang sebaik-baiknya terhadap jamaah haji
sehingga mereka dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan
ajaran agama islam.
Pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan di lapangan diawali dengan
melakukan apersepsi yaitu membuka dengan mengucapkan salam serta
mengenalkan diri kepada peserta pelatihan secara secukupnya, kemudian
menyampaikan struktur organisasi Daker (Daerah Kerja) yang terdapat pada
tiga wilayah kerja yaitu: Jeddah, Mekkah, dan Madinah, agar peserta dapat
memahami alur tugas yang harus dilaksanakan selama tugas berlangsung
pemateri harus menyampaikan alur tugas semua jenis layanan yang ada di
daerah kerja, kemudian melakukan pre test kepada peserta dengan
memberikan pertanyaan secara tertulis atau dikte bertujuan untuk mengukur
dan mengetahui kemampuan peserta pelatihan dalam menyiapkan diri
mencari informasi akan tugas yang akan dilaksanakan.
Pelatih menayangkan visualisasi dengan video atau gambar atau
bentuk lainnya tentang kondisi tempat pelaksanaan tugas di arab saudi serta
melakukan diskusi dan tanya jawab. Kemudian penyampaian penjelasan
kertas kerja, pembuatan laporan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
41
administrasi dan sistem pada setiap masing-masing bidang layanan. Setelah
itu, melakukan post test pada peserta dengan memberikan beberapa
pertanyaan secara tertulis atau dikte bertujuan untuk memberikan apresiasi
kepada peserta atas kesungguhannya mengikuti pelatihan pendalaman dan
meminta kepada petugas akan komitmen yang harus dibangun atas dasar
hasil pelatihan yang diperoleh dan melakukan clossing statement kepada
peserta yang berkaitan dengan inti pelaksanaan tugas sehingga pelaksanaan
tugas akan memiliki kualitas yang baik serta menyampaikan peserta untuk
lebih menguatkan niat dan beribadah melalui bertugas untuk melayani tamu-
tamu Allah.
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa pelaksanaan
pelatihan sudah terlaksana dengan baik yang dapat dilihat dari pelaksanaan
pelatihan/pembekalan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi pelatihan
petugas haji
B. Evaluasi Program Pelatihan Petugas Haji
Program pelatihan petugas haji merupakan kegiatan penyuluhan yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Kementerian Agama RI secara keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen evaluasi yang saling berkaitan guna menciptakan tenaga kerja
yang profesional. Dalam program pelatihan terdapat komponen-komponen
evaluasi yang dikelompokkan menjadi tiga komponen evaluasi, yaitu:
komponen evaluasi input (masukan), komponen evaluasi proses, dan
komponen evaluasi output (keluaran).
42
1. Evaluasi Input Pelatihan Petugas Haji
Program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI
Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas Haji pada
tanggal 11-21 Juni 2017 di Asrama Haji Pondok Gede.
Komponen evaluasi yang pertama ialah komponen evaluasi input
(masukan) yang berarti proses dimana segala macam data atau bahan yang
dibutuhkan dikemukakan. Input pelatihan petugas haji meliputi:
a. Input Peserta Pelatihan Petugas Haji
Berdasarkan hasil dari proses rekrutmen petugas haji PPIH Arab Saudi
yang dilakukan mulai dari tingkat Kandepag/Kota, Kanwil Depag
Provinsi, dan Pusat maka Pemerintah Pusat menentukan jumlah petugas
PPIH Arab Saudi yang dapat mengikuti tahap selanjutnya yaitu pelatihan
petugas haji. Peserta pelatihan petugas haji berjumlah 454 orang yang
berasal dari berbagai instansi terkait.
H. Syarif Rahman menyatakan bahwa peserta pelatihan petugas haji
yang dinyatakan lulus sudah memenuhi persyaratan umum dan khusus
yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Adapun deskripsi peserta
pelatihan petugas haji dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3.
43
Tabel 4.2
Peserta Pelatihan Petugas Haji berdasarkan Instansi
No Nama Instansi Peserta Pelatihan
Petugas Haji
1 Kemeneterian Agama 360
2 TNI dan POLRI 36
3 Media 15
4 Kementerian Kesehatan 2
5 Lembaga / Ormas 4
6 Badan Pusat Statistik 5
Jumlah 422
Sumber: File Penempatan Petugas PPIH Arab Saudi, 2017
Tabel di atas di olah dari data yang di dapatkan oleh Subdirektorat
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas Haji yang berisi tentang
daftar peserta pelatihan petugas haji yang berasal dari berbagai komponen
masyarakat. Yang pertama berasal dari Kementerian Agama berjumlah
360 orang. Yang kedua berasal dari TNI/Polri berjumlah 36 orang. Yang
ketiga berasal dari media berjumlah 15 orang. Yang keempat berasal dari
Kementerian Kesehatan berjumlah 2 orang. Yang kelima berasal dari
Lembaga/Ormas berjumlah 4 orang dan yang terakhir berasal dari Badan
Pusat Statistik berjumlah 5 orang.
Tabel 4.3
Peserta Pelatihan Petugas Haji Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Peserta Pelatihan
Petugas Haji
1 Laki-laki 345
2 Wanita 77
Jumlah 422
Sumber: File Penempatan Petugas PPIH Arab Saudi, 2017
44
Tabel di atas diolah dari data yang didapatkan oleh Subdirektorat
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas Haji yang berisi
tentang daftar peserta pelatihan petugas haji berdasarkan jenis kelamin.
Peserta laki-laki yang berjumlah 345 orang lebih banyak dibandingkan
dengan peserta wanita yang berjumlah 77 orang.
Dari penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa pesrta
pelatihan petugas haji sudah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Pusat, begitupun peserta pelatihan petugas
haji yang berasal dari berbagi instansi sudah sesuai dengan kebutuhan
alokasi petugas ketika ditugaskan pada kantor urusan haji di Arab Saudi
dan peserta pelatihan petugas haji yang mayoritas laki-laki karena tugas
yang dijalankan disana lebih diutamakan untuk laki-laki.
b. Input Pelatih (Trainer)
Pelatih (Trainer) pelaksanaan pelatihan petugas haji berjumlah 52
orang yang berasal dari pejabat Kementerian Agama dan tenaga ahli
seperti dosen dan pakar manasik. Susunan pelatih ini dibuat oleh Subdit
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas haji yang tentu sesuai
dengan persetujuan Dirjen haji.47
Kriteria pelatih yang berasal dari Kementerian Agama sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman kerja pelatih serta pelatih yang
berasal dari tenaga ahli seperti dosen dan pakar manasikpun sesuai
dengan keahliannya yakni paham betul akan ilmu manasik.
47
Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Kegiatan pembekalan
Petugas Haji PPIH Arab Saudi, 2017
45
H. Syarif Rahman mengatakan hal ini bertujuan agar semua materi
yang diberikian dapat dipahami oleh peserta pelatihan petugas
haji.48
Adapun deskripsi peserta pelatihan petugas haji dapat dilihat pada
tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4
Pelatih (trainer) Pelatihan Petugas Haji Berasal dari Pejabat
Kementerian Agama dan Tenaga Ahli (Dosen dan Pakar Manasik)
No Asal Jumlah
1 Pejabat Kementerian Agama 38
2 Tenaga Ahli (Dosen dan Pakar Manasik) 4
Jumlah 42
Sumber: File Susunan Panitia Kegiatan Pelatihan PPIH Arab Saudi, 2017
Tabel di atas di olah dari data yang di dapatkan oleh Subdirektorat
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas Haji yang berisi
tentang pelatih (trainer) pelatihan petugas haji yang berasal dari pejabat
Kementerian Agama berjumlah 38 orang dan yang berasal dari tenaga
ahli 4 orang, sehingga seluruhnya menjadi 42 orang.
Tabel 4.5
Pelatih (trainer) Pelatihan Petugas Haji Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 S1 8
2 S2 29
3 S3 5
Jumlah 42
Sumber: File Susunan Panitia Kegiatan Pelatihan PPIH Arab Saudi, 2017
48
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018
46
Tabel di atas di olah dari data yang di dapatkan oleh Subdirektorat
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas Haji yang berisi
tentang pelatih (trainer) pelatihan petugas haji berdasarkan jenjang
pendidikan. Jenjang pendidikan S1 berjumlah 8 orang, jenjang
pendidikan S2 berjumlah 29 orang, dan jenjang pendidikan S3
berjumlah 5 orang, sehingga seluruhnya berjumlah 42 orang
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti pada saat di lapangan
bahwa pelatih pelatihan petugas haji yang berasal dari pejabat dan
tenaga ahli (dosen/pakar manasik) sudah sesuai dengan kebutuhan
pelatihan dan sudah memenuhi kriteria yang ditentukan. Pengetahuan
pelatih akan lapangan sangat baik dan pengalaman menjadi petugas
sudah cukup lama, hanya saja metode penyampaian materi yang kurang
menguasi. Hendaknya pelatih memperhatikan kondisi peserta agar
semua materi yang diberikan dapat diterima dengan baik.
c. Input Program Pelatihan
Panitia pelatihan petugas haji merancang program pelatihan sesuai
kebutuhan peserta pelatihan. Dalam program pelatihan harus adanya
peserta yang telah mengikuti seleksi, adanya pelatih yang sudah dipilih
sesuai keahliannya, lamanya pelatihan sesuai dengan pelaksanaan
kegiatan, bahan pelatihan yang telah disiapkan, dan bentuk/metode
pelatihan guna mengembangkan kemampuan belajar peserta. Adapun
program pelatihan yang ada pada pelatihan petugas haji PPIH Arab
Saudi sesuai dengan unsur program, sebagai berikut:
1) Memberikan pelatihan petugas haji selama 10 hari.
47
2) Menyediakan tenaga pelatih yang berpengalaman dalam bertugas
haji dan berpengetahuan luas akan materi pelatihan.
3) Memberikan materi yang memenuhi standar pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebijakan, teknisi, dan ibadah/akhlak. Seperti,
kebijakan penyelenggaraan haji, proses perjalanan jamaah,
penanganan kasus-kasus, dan pembinaan akhlak petugas haji.
4) Memberikan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi yang akan dialami di lapangan. Seperti, metode simulasi,
metode role playing, studi kasus, dan diskusi/tanya jawab.
5) Melaksanakan simulasi pelayanan dan penanganan kasus-kasus
sesuai dengan daerah kerja (Daker).49
H. Syarif Rahman menyatakan bahwa program pelatihan petugas
haji termasuk dalam kurikulum pelatihan yang disusun oleh Subdit
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas haji yang tentu sesuai
dengan persetujuan Dirjen haji.50
Menurut Khoirul sebagai peserta pelatihan petugas haji mengenai
waktu pelatihan yang berlangsung dari jam 04.30 s/d 23.15 selama 10
hari dirasakan terlalu padat sehingga tidak ada waktu untuk belajar di
luar jam pelatihan karena waktu yang tersisa hanya untuk isitirahat.51
Berdasarkan data yang didapat oelh peneliti pada saat di lapangan
bahwa semua program pelatihan yang telah disiapkan sudah terlaksana
49
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Desain Program, (Jakarta:
Dt. I. IV/C.8, 2010), h. 28 50
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018. 51
Wawancara Pribadi dengan Peserta Petugas Haji Sektor 10 Daker Makkah, Jakarta, 25
Januari 2018
48
sesuai jadwal, hanya saja ada beberapa keluhan dari para peserta saat
pelaksanaan pelatihan berlangsung, yaitu mengenai kurangnya
efektifitas dalam waktu pelatihan. Berkaitan dengan hal itu akan
menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggara pelatihan petugas haji.
d. Kurikulum Pelatihan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.52
Penyusunan
kurikulum pelatihan petugas haji PPIH Arab saudi dibuat oleh pejabat
penyelenggaraan haji dan umrah, pejabat yang bekerja pada bagian
haji, dan pejabat yang berpengalaman dalam tugas haji. Semua ini
tentu sesuai dengan ketentuan Dirjen Haji.53
Di bawah ini kurikulum
pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi54
:
Tabel. 4.6.
Kurikulum Mata Pelatihan
No MATERI PELATIHAN WAKTU
TEORI PRAKTEK
A. Wawasan:
1. Kebijakan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji
2
2. Ta’limatul Hajj dan Organisasi
Penyelenggaraan Ibadah Haji 2
3. Pembinaan Moral dan Mental
Petugas Haji 6
52
Oemar Hamalik, Manajemen Ketenagakerjaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 46 53
Wawancara Pribadi dengan Ditbina Haji dan Umrah Kasi Pelatihan Petugas Haji,
Jakarta, 11 Agustus 2014 54
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Desain Program, (Jakarta:
Dt. I. IV/C.8, 2010), h. 27
49
No MATERI PELATIHAN WAKTU
TEORI PRAKTEK
B. Inti:
1. Kebijakan Teknis Operasional
Pemondokan dan Katering Jamaah
Haji
6
2. Aplikasi Kinerja Pelayanan Prima 3 3
3. Tugas dan Fungsi Petugas Haji Non
Kloter 2 8
4. Tugas dan Fungsi Petugas Haji
Kloter 2 1
5. Pengelolaan Kesehatan Haji 1 1
6. Manasik Haji bagi Petugas 2 3
7. Penanganan Kasus-Kasus Haji 2 7
8. Telaah Silang (Croos Review)
Tugas Non Kloter dan Kloter 3 3
C. Aktualisasi:
1. Building Service Commitmen
2
4
2. Rencana Kerja Operasional (RKO) 4 4
3. Gladi Posko 2 3
D. Lain-Lain:
1. Pembukaan dan Penutup
2
7
2. Penjelasan Program 4
3. Pra Test dan Post Test (Ujian) 2 6
4. Wawancara dan Penandatanganan
Kontrak 6
5. Kuliah Subuh
6. Praktek Manasik
50
No MATERI PELATIHAN WAKTU
TEORI PRAKTEK
7. Munajat
Jumlah = 100 Jam Pelajaran 43 57
Sumber : Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI,
Desain Program,2010
51
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa kurikulum ini
sudah mencakup segala kebutuhan pelatihan petugas yang mana
berisikan semua tugas yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji Dan Umroh di Arab Saudi.
e. Metode Pelatihan
Pada Pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi penyelenggara
pelatihan menggunakan pendekatan andragogy, yakni proses pelatihan
yang diselenggarakan dengan orientasi pembelajaran sebagai orang
dewasa yang mempunyai ciri-ciri keinginan untuk didengarkan dan
dihargai pengalamannya/idenya. Pengalaman/idenya merupakan modal
utama tim dalam setiap pembahasan substansi materi. Adapun jenis-
jenis metode yang akan digunakan dalam pelatihan :
1) Ceramah yang disertai dengan media visual
Metode ini adalah metode yang hanya efektif jika waktu yang
tersedia sempit. Dalam ceramah, penyampaian informasi lebih
cenderung bersifat searah. Adanya alat visual atau alat bantu
lainnya sangat membantu dalam memberikan kejelasan bahan atau
materi pembelajaran yang disampaikan dengan cara ini.
2) Diskusi
Metode ini lebih partisipatif daripada ceramah. Dalam
diskusi, para peserta pelatihan diajak berfikir bersama dan
mengungkapkan pikirannya sehingga timbul pengertian pada diri
sendiri, pada kawan diskusi dan pada masalah yang dihadapi.
52
3) Bermain Peran/Simulasi
Bermain peran adalah suatu usaha untuk membantu para
peserta pelatihan mengalihkan suatu masalah belajar tertulis/teoritis
ke dalam praktek atau dramatisasi dari persoalan dengan
melihat/menggambarkan dengan kenyataan langsung.
4) Pengalaman Terstruktur
Latihan atau permainan yang dirancang secara cermat untuk
menciptakan suatu pengalaman tertentu bagi peserta yang
dilakukan dalam proses pembelajaran.
5) Studi Kasus
Metode ini menggunakan cara pembelajaran dengan sasaran
utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau afektif atau
keterampilan berpikir dengan mengandalkan daya nalar para
pembelajar. Pengalaman belajar yang di dapat oleh peserta adalah
IN mengalami” karena dihadapkan pada situasi dengan berbagai
pilihan.
Dari pernyataan Khoirul sebagai wakil dari beberapa peserta
menjelaskan bahwa metode ini memberikan kemudahan kepada peserta
dalam memahami materi hanya saja waktu penggunaan metodenya
yang kurang tepat. Contoh pemberian materi yang berdurasi satu
setengah jam dan sesi diskusi/tanya jawab hanya setengah jam.
Mestinya metode diskusi diubah waktunya menjadi lebih lama
dibandingkan pemberian materi.
53
Adapun metode ceramah yang disertai media visual tidak berjalan
saat pelatihan, dimana saat pelatihan tidak menampilkan lokasi Daerah
Kerja di Arab Saudi. Khairul selaku peserta mengemukakan bahwa alat
bantu yang digunakan kurang memadai. Hal ini mereka berharap agar
penyelenggara memperhatikan kekurangan dalam pelaksanaan
pelatihan agar pelatihan di tahun yang akan datang tidak terulang
kembali.
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa pelaksanaan
pelatihan terdapat kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya ialah
pelaksanaan pemberian materi pelatihan terkesan membosankan karena
sebagian pelatih menyampaikan dengan monoton dan waktu diskusi
hanya setengah jam dengan jumlah peserta 454 dipandu oleh satu
pelatih, hal itu tidak efisien dalam penyampaian materi. Adapun
kelebihannya ialah dalam metode ini dapat menghasilkan daya lekat
yang lebih lama pada memori peserta dan meningkatkan minat peserta
dalam mengikuti proses pembelajaran, contoh dalam metode studi
kasus, simulasi, dan diskusi.
f. Pemantauan Pelatihan
Pemantauan dilaksanakan selama pelatihan berlangsung.
Pemantauan dilakukan oleh penyelenggara pelatihan dan dimaksudkan
sebagai bahan masukan agar hal-hal yang direncanakan dapat berjalan
dengan baik dan sebagaimana mestinya.55
H. Syarif Rahman
55
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Republik Indonesia, Pedoman
Pelatihan Petugas, h. 34
54
mengemukakan bahwa pemantauan yang dilakukan oleh penyelenggara
pelatihan adalah56
:
1) Pemantauan melalui Absensi
Para peserta pelatihan petugas haji dipantau melalui absensi
dimulai pada waktu sholat shubuh jam 04.30 pagi sampai jam
23.15 malam, setiap selesai istirahat (break) dalam waktu kegiatan
pelatihan maka absensi berlanjut kembali. Mesin absensi yang
digunakan berupa absensi sinar yang di sorot pada ID Card peserta
sehingga terlihat hasilnya di komputer.
2) Pemantauan Kegiatan Pelatihan
Pimpinan pelatihan petugas haji memantau kegiatan pelatihan
dengan mengarahkan/menggerakan para anggotanya agar tepat
waktu dalam pelaksanaan pelatihan petugas, sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat. Dengan ini pelatihan petugas haji berjalan sesuai
jadwal yang telah ditentukan dengan harapan dapat meraih
efektifitas pelatihan petugas haji.
H. Syarif rahman menyatakan pemantauan absensi ini menjadi
salah satu bahan penilaian untuk peserta pelatihan karena sesuai dengan
teori yang ada bahwa pemantauan dan penilaian dalam penyelenggaraan
pelatihan merupakan dua komponen yang bertalian erat antara satu
56
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018.
55
dengan yang lainnya.57
Kedua kegiatan itu masing-masing memberikan
data informasi kepada pengelola pelatihan.58
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa pemantauan
pelatihan petugas haji PPIH Arab saudi sudah terlaksana dengan baik
dalam pemantauan absensi dan pelatihan/pembekalan peserta petugas
haji.
g. Kepemimpinan Pelatihan
Kepemimpinan pelatihan merupakan proses pemberian petunjuk
dan pengaruh kepada anggota kelompok atau organisasi dalam
melaksanakan tugas-tugas. Pada Subdit Pembinaan Petugas Haji Seksi
Pelatihan Petugas haji yang tentu sesuai dengan persetujuan Dirjen haji
penggunaan kata kepemimpinan biasa disebut dengan kepanitiaan.
Panitia pelatihan petugas haji tahun ini di ketuai oleh Khoirizi yang
adalah pejabat dari Dirjen haji.
Dijelaskan oleh H. Syarif Rahman bahwa peran ketua panitia dalam
pelaksanaan pelatihan ialah memberikan petunjuk/pengaruh kepada
anggotanya sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan. Adapun petunjuk
yang diberikan ketua panitia sebelum pelaksanaan pelatihan yang
pertama ialah diadakannya breafing, hal tersebut untuk mengingatkan
kembali tujuan pelatihan, menyatukan kembali nilai-nilai yang telah
disepakati, dan mengingatkan kembali tugas para anggota. Yang kedua
mengadakan rapat yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
kepanitiaan. Semua pihak kepanitiaan pelatihan petugas haji berusaha
57
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018. 58
Oemar Hamalik, Manajemen Ketenagakerjaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 100
56
memberikan yang terbaik untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan petugas
haji.
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwa petugas
pelatihan sudah membekali sikap kepemimpinan dalam membina,
melayani dan membimbing jamaah haji.
2. Evaluasi Proses Pelatihan Petugas Haji
Setelah penjelasan komponen input (masukan) yang dimana segala
macam data atau bahan yang dibutuhkan dikemukakan maka komponen
yang kedua ialah proses yang berarti dimana segala macam kegiatan
dikelola atau dijalankan sesuai tujuan tertentu.59
Adapun Pada Subdit
Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas haji yang tentu sesuai
dengan persetujuan Dirjen haji proses pelatihan petugas haji meliputi:
a. Pelatihan di Lapangan
Dalam pelaksanaan pelatihan petugas haji pelatihan di lapangan ada
beberapa pelatihan, yaitu: pelaksanaan gladi posko (gambaran yang akan
dihadapi di Arab Saudi sesuai Daker), evaluasi gladi posko (penjelasan
mengenai kekurangan/kesalahan setelah gladi posko), manasik haji bagi
petugas yang dipraktekan langsung, dan simulasi pelayanan dan
penanganan kasus Jeddah, kasus Makkah, dan kasus Madinah. Semua
penjelasan ini terdapat dalam metode pelatihan petugas haji.60
Setelah pelatihan di lapangan Khoirul mendapatkan pemahaman yang
kuat, yang sebelumnya sudah belajar kebijakan, teknisi, dan ibadah/akhlak
59
Wahyudi Kumorotomo dan Subondo Agus M, Sistem Informasi Manajemen,
(Yogyakarta: UGM Press, 2001), h. 9 60
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Jadwal Pembekalan Petugas
Haji PPIH Arab Saudi, 2016
57
yang diperkuat lagi dengan pelatihan di lapangan. Ia merasa mendapatkan
daya lekat pada memorinya, mempunyai gambaran yang akan dihadapi
nanti, dan dapat menguasai daerah kerja yang ditugaskan. Pelatihan ini
sangat bermanfaat dalam pelatihan petugas haji.61
Saat pelaksanaan pelatihan di lapangan, penulis melihat beberapa
peserta tidak ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan simulasi pelayanan dan
penanganan kasus Jeddah, kasus Makkah, dan kasus Madinah, peserta
yang tidak mengikuti pelatihan sebanyak 10 orang atau 5% dengan
berbagai macam keterangan. Sedangkan pelaksanaan gladi posko dan
manasik haji terlaksana sesuai dengan jadwal dan berjalan dengan baik.
b. Pasca Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan petugas haji tidak hanya dilakukan 10 hari
sebagaimana yang sudah dilaksanakan oleh penyelenggara pada tanggal
11-21 Juni 2017 di Asrama Haji Pondok Gede, akan tetapi ada
perkumpulan kembali 1 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Yaitu
sesuai dengan jadwal keberangkatannya, seperti:
1) Daker Jeddah-Madinah berangkat pada tanggal 27 Agustus 2017
berkumpul kembali tanggal 26 Agustus 2017
2) Daker Makkah berangkat pada tanggal 1 September 2017
berkumpul kembali tanggal 31 Agustus 2017
Perkumpulan H-1 tanggal 26 Agustus 2017 dan 31 Agustus 2017 akan
diberikan pemantapan materi pelatihan per daerah kerja dan per sektor
guna untuk mempererat kembali hubungan kerjanya, sehingga masing-
61
Wawancara Pribadi dengan Peserta Petugas Haji Sektor 10 Daker Makkah, Jakarta, 25
Januari 2018
58
masing peserta dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan baik beserta
dengan seluruh komponen petugas lainnya.62
Dapat disimpulkan dari data yang didapat oleh peneliti bahwa para
petugas haji sudah mengikuti proses pelatihan dengan baik dalam
pembagian tugas dan fungsi petugas haji PPIH Arab Saudi.
3. Evaluasi Output Pelatihan Petugas Haji
Komponen evaluasi yang terakhir dari program pelatihan ialah
komponen evaluasi output yang berarti hasil dari input dan proses yang
telah dilakukan.63
Setelah selesai input pelatihan dimana segala macam data
atau bahan yang dibutuhkan dikemukakan serta procces dimana segala
macam kegiatan dikelola atau dijalankan sesuai tujuan maka akan
menghasilkan output yakni hasil dari dua tahap yang telah dilakukan.
Adapun pada Subdit Pembinaan Petugas Haji Seksi Pelatihan Petugas
haji yang tentu sesuai dengan persetujuan Dirjen haji output (keluaran)
pelatihan petugas haji meliputi:
a. Output Tujuan Pelatihan
Dari semua komponen pelatihan petugas haji yang telah
diselenggarakan diharapkan dapat mewujudkan Petugas Haji Non Kloter
(PPIH Arab Saudi) yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik,
bertanggung jawab, dan profesional. Tujuan pelatihan petugas adalah64
:
62
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018. 63
Wahyudi Kumorotomo dan Subondo Agus M, Sistem Informasi Manajemen,
(Yogyakarta: UGM Press, 2001), h. 9 64
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Desain Program, (Jakarta:
Dt. I. IV/C.8, 2010), h. 25
59
1) Peserta pelatihan petugas haji dapat memahami dan melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya.
2) Peserta pelatihan petugas haji dapat menumbuhkan kerjasama dan
koordinasi yang baik dengan seluruh komponen petugas lainnya.
Adapun untuk mengetahui tercapainya tujuan pelatihan petugas haji
dapat dilihat berdasarkan hasil dari kegiatan penilaian petugas haji yang
dilaksanakan di Arab Saudi oleh Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji
Seksi Penilaian Petugas Haji.
b. Penilaian Pelatihan
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang dimulai dan diakhiri
dengan penilaian sehingga pelaksanaan pelatihan dapat dinyatakan
lengkap dan menyeluruh.65
Penilaian yang digunakan penyelenggara
pelatihan petugas haji untuk melihat keberhasilan kegiatan ini adalah
melalui pemberian tes kepada para peserta pelatihan, baik sebelum
pelaksanaan pelatihan petugas yang disebut pra-tes maupun sesudah
pelaksanaan pelatihan petugas yakni pos-tes. H. Syarif Rahman
mengemukakan bahwa indikator materi tes pelatihan petugas haji meliputi
kebijakan perhajian, manasik haji, pengetahuan agama Islam, dan tentang
kepemimpinan.66
H. Syarif Rahman menyatakan bahwa penilaian pelatihan petugas
haji dari hasil pra-tes dan pos-tes mengalami peningkatan sebanyak 20 %.
Berdasarkan hasil penilaian pelatihan petugas haji tersebut dapat
disimpulkan bahwa program pelatihan petugas haji yang sudah terlaksana
65
Oemar Hamalik, Manajemen Ketenagakerjaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 116 66
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018.
60
telah mengalami keberhasilan, selain itu dapat diartikan pula bahwa
pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen
pelatihan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan selainnya.67
Dengan melihat hasil pra-tes dan pos tes penulis menyimpulkan
bahwa kegiatan pelatihan petugas haji memberikan peningkatan
pengetahuan kepada para peserta. Berarti juga bahwa program pelatihan
petugas haji beserta komponen pelatihan menghasilkan keberhasilan,
namun dari keberhasilan pelatihan tersebut tidak terlepas dari kekurangan-
kekurangan yang terjadi di lapangan.
67
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis, 25
Januari 2018.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI mengenai
evaluasi program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi dapat saya beri
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelatihan petugas haji yang meliputi program pelatihan, persiapan
pelatihan dan pelaksanaan pelatihan. Program pelatihan/pembekalan
petugas haji merupakan suatu proses pembentukan dan pemahaman tugas
dan fungsi sebagai petugas secara menyeluruh di setiap jenis pelayanan
dilapangan. Persiapan pelatihan petugas haji disusun oleh Direktorat
Jenderal penyelenggaraan ibadah haji kemudian Kepala Kanwil
Kementerian Agama provinsi menindaklanjuti surat dari Direktur
Jenderal dan staf teknis haji Indonesia di Jeddah Arab Saudi membentuk
panitia seleksi, menyusun jadwal, menyiapkan soal, dan mengumumkan
rekrutmen PPIH Arab Saudi.
2. Evaluasi pelatihan petugas haji yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, terdiri dari
tiga unsur yaitu: evaluasi Input (masukan) pelatihan, evaluasi proses
pelatihan, dan evaluasi Output (keluaran) pelatihan. Dari ketiga unsur ini
masing-masing memiliki komponen sistem pelatihan. Yang pertama
evaluasi Input (masukan) pelatihan petugas haji yang terdiri dari peserta,
61
pelatih, program pelatihan, kurikulum pelatihan, metode pelatihan,
pemantauan pelatihan, dan kepemimpinan pelatihan. Yang kedua
evaluasi proses pelatihan petugas haji yang terdiri dari pelatihan di
lapangan dan pasca pelatihan. Yang ketiga evaluasi Output (keluaran)
pelatihan yang terdiri dari tujuan pelatihan dan penilaian pelatihan.
a. Semua evaluasi Input (masukan) pelatihan petugas haji sudah
sesuai dengan ketentuan Subdit Pembinaan Petugas Haji Seksi
Pelatihan Petugas haji serta sesuai dengan persetujuan Dirjen haji.
Sudah sesuai dengan kebutuhan tugas yang akan di emban di Arab
Saudi. Terselenggara sesuai dengan jadwal kegiatan. Komponen ini
memberikan peningkatan pengetahuan, menghasilkan daya lekat
yang lebih lama pada memori, meningkatkan minat peserta dalam
mengikuti proses pembelajaran, dan lainnya. Hanya saja saat
pelaksanaan pelatihan terdapat beberapa kekurangan sebagaimana
telah di paparkan. Pelaksanaan program pelatihan petugas haji
PPIH Arab Saudi dilaksanakan selama sepuluh hari yang
memfokuskan pemahaman, pembinaan, pelayanan umum,
perlindungan yang baik serta alur proses hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas, sesuai dengan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti mengenai tujuan pelaksanaan program
pelatihan PPIH Arab Saudi.
b. Evaluasi proses pelatihan petugas haji di buat sesuai kebutuhan
tugas yang akan di emban di Arab Saudi. Komponen proses
pelatihan terselenggara sesuai jadwal kegiatan begitupun dengan
62
jadwal berikutnya. Komponen proses pelatihan ini memberikan
pemahaman yang kuat dan memberikan daya lekat pada memori
sehingga menghasilkan gambaran akan tugas yang dihadapi nanti.
Komponen ini tidak lepas dari kekurangan yaitu ada beberapa
peserta yang tidak ikut dalam kegiatan simulasi pelayanan dan
penanganan kasus Jeddah, kasus Makkah, dan kasus Madinah,
dikarenakan jumlah peserta yang terlalu banyak yang berjumlah 50
orang dalam 1 kelompok.
c. Evaluasi output pelatihan petugas haji menghasilkan peningkatan
pengetahuan peserta pelatihan petugas haji meski ada beberapa
kekurangan dalam pelaksanaan pelatihan, hal ini akan menjadi
bahan evaluasi untuk pelaksanaan pelatihan pada tahun berikutnya.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI ada beberapa saran
mengenai evaluasi program pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi, yaitu:
1. Kepada penyelenggara pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji seksi Pelatihan Petugas agar
memperhatikan beberapa kekurangan yang terjadi pada saat pelaksanaan
pelatihan serta menjadikan kekurangan itu sebagai bahan evaluasi untuk
pelatihan petugas haji tahun berikutnya.
2. Kepada penyelenggara pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji seksi Pelatihan Petugas kiranya
dapat membuka diri dengan menerima saran atau kritik dari berbagai
63
pihak terutama peserta pelatihan demi kelancaran Penyelenggaraan
Ibadah Haji Indonesia.
3. Kepada penyelenggara pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi
Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji seksi Pelatihan Petugas kiranya
agar terus berkomitmen dalam melaksanakan pelatihan petugas haji dan
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia agar penyelenggaraan haji
di Indonesia semakin baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011.
Anshar, Zakaria. Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008.
Arifin. Kamus Ilmiah Indonesia Populer. Bandung : Rajawali Press. 2014.
Bonar S. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Panelrindo, 1991.
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PPM dan
PT Pustaka Binaman Pressindo, 1999.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka. 2003.
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Design Program. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Haji. 2010. Haji Dari Masa Ke Masa. Jakarta: Direktorat
Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 2012. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Ibadah Haji. Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. 2011.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2012.
Hamalik, Oemar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Hamalik. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jaya Putra, Syopiansyah dan A’ang Subiyakto. Pengantar Sistem Informasi.
Jakarta: UIN Jakarta PRESS, 2006.
Kementerian Agama Republik Indonesia Direktoral Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.. Intisari Langkah-Langkah Pembinaan Haji. Jakarta:
Kemenag RI DPHU, 2010. Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia.
Jakarta: CV. Duta Peraga, 2010. Pedoman Pembekalan Petugas Haji
Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Haji. 2013. Rencana Strategi
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014.
Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 2010. Pedoman
Pelatihan. Jakarta, 2010.
Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Pedoman
Rekrutmen Haji Indonesia. Jakarta, 2013. Kegiatan Pembekalan
Petugas PPIH Arab Saudi. Jakarta, 2014.
65
Keputusan Menteri Agama RI. Pembentukan PPIH Arab Saudi 1435 H/2014 M.
Jakarta, 2014.
Kumorotomo, Wahyudi dan Subondo Agus M. Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta: UGM Press, 2001.
Mangku Negara, Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Marbun. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Pelatihan Kerja. Jakarta, 2013.
Mondy, Wayne. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga, 2008.
Nawawi, Hadari. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nitisemito, Alex S. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 10 Tahun 2010. Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. 1979.
Prabu, Anwar. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.
Triton PB. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: ORYZA. 2010.
Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta : Yayasan Penafsiran
Al-Quran. 1973.
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelatihan Petugas Haji, Jakarta, kamis,
25 Januari 2018
Wawancara Pribadi dengan Peserta Petugas Haji Sektor 10 Daker Makkah,
Jakarta, 25 Januari 2018
top related