endorfin, hormon kebahagiaan - ilmuiman.netilmuiman.net/toko/epub/endorfin.pdfalami diproduksi oleh...

Post on 27-May-2019

218 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ENDORFIN, Hormon Kebahagiaan

Oleh Yusuf WibisonoBandung, Jul'13-Jan'14. Rev. Jan'19

***

Pengantar

Bismillahirohmanirrohiim. Segala puji bagi Allah, Sang Pengasih dan Penyayang. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, teladan yang terbaik, guru yang terbaik. Dengan niat baik untuk senantiasa menjaga diri dan tubuh kita, yang notabene amanah dan anugerah luar biasa dari Sang Pencipta, saya coba mensarikan tulisan tentang Endorfin ini, suatu zat alami di tubuh kita, yang khasiatnya ternyata luar biasa. Saya coba ringkas-ringkas dan terjemahkan ke dalam bahasa kita. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Lebih kurangnya mohon maaf. Terima kasih kepada para nara sumber dari internet yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Dua-dua juga nggak bisa. Bisanya mungkin tiga-tiga atau lima-lima.

***

Endorfin, Apa Itu?

Endorfin alias hormon kebahagiaan adalah hormon pencetus rasa senang-bahagia yang secara alami diproduksi oleh tubuh manusia, dan mungkin juga oleh tubuh kucing,.. tapi bodo amat sih soal kucing. Dia mau bahagia atau enggak, bukan urusan kita. Urusan kita hanyalah kambing, kuda, dan kebo. Waduh, baru mulai udah belok ke marga satwa. Sorry.

Sebelum langsung njelimet dan komprehensif, kita pake beberapa contoh dulu... mohon ijin.

Seorang ibu hamil tua, wih.. itu segalanya terasa payah. Duduk susah. Berdiri susah. Jalan kaki lebih payah lagi. Tiduran aja juga serba salah. mau tengkurep.. ngganjel. Lha, tapi.. begitu bayinya sudah lahir normal.. blas. Begitu saja segenap kepayahan sirna. Serasa ajaib bukan? Kenapa? Apa yang sebenernya terjadi?

Karena endorfin. Ya, saat seorang ibu melahirkan normal.. dia mendapat banjir endorfin untuk sesaat. Akibat guyuran endorfin, timbul rasa bahagia alami yang mendalam, segenap rasa sakit dan kepayahan jadi berkurang, dan endorfin itu juga membantu ibu untuk lebih menyayangi bayinya. Dapet rasa kantuk yang berat sekali, terus tidur yang pules sekali. Dan terjadi pemulihan-pemulihan luar biasa, berkat tidurnya yang dalem dan berkat endofrin itu.

Seorang atlet atau olah ragawan, lari jauh... Pertama seger. Makin lama, makin capek, dan kalo dipaksain terus, makin lama.. capeknya makin luar biasa. Tapi,.. kalo sudah sering berlatih, biasanya akan terus bertahan, dia lari, dan terus lari.. sampai satu titik.. ujuk-ujuk seperi mendapat 'second-wind', gelombang energi baru. Dan mendadak kuat lagi... semangat lagi dan mampu melanjutkan lari sampai ke garis finish. Apa yang terjadi? Enforfin juga.

Hormon Endorfin, itu menghilangkan segenap kepayahan, kelelahan, dan kesakitan. Mendatangkan gelombang energi baru, 'second-wind'.

Apa hormon endorfin itu cuma muncul pada pelari dan ibu melahirkan? Tentu tidak.

Setelah olah raga yang bikin badan enteng, entah itu lari jogging, bersepeda, main tenis, berenang,.. atau habis gembira ria, tertawa puas-puas, atau habis bermesraan dengan kekasih hati yang rupawan,.. lha,.. terus ada perasaan lega, enteng, fly, sensasional.. iya kan? Rasa seperti itu, the great feelings, disebabkan oleh endorfin. Sekali tercetus dosis penuh, konon efeknya lantas hilang sedikit-sedikit sampai 12 jam.

Ternyata, nanti akan kita uraikan.. endorfin itu bisa muncul dalam berbagai situasi. Dan bahkan bisa kita setel untuk sering muncul, dan bisa membuat kita lebih seger, lebih buger, lebih positif, lebih kuat, dan lebih bahagia.

***

Sejarah Penelitian Endorfin

Mari kita ulas dikit lagi teori dan perkembangan penelitian tentang endorfin...

Tubuh kita, punya 20 jenis lebih dari hormon endorfin. Ruwetlah kalo kita ulas satu-satu. Itu jatahnya para ilmuwan. Buat kita.. ya udahlah: endorfin. Gitu aja.

Secara kimiawi, endorfin sama dengan opium atau morfin. Ada yang bilang, endorfin, itu endo-morfin, morfin yang diproduksi oleh otak kita, bukan otak udang. Nah, karena diproduksi oleh otak sendiri, untuk tubuh kita sendiri juga, bukan untuk tubuh kambing, maka takarannya pas, sehingga tidak menimbulkan kecanduan dan tidak menimbulkan efek merusak, sebagaimana halnya narkoba. Dan juga tidak melanggar undang-undangan psikotropika.

Gimana sih asal mulanya penemuan endorfin? Penelitiannya sudah lama. Tahun 1977, peneliti Guillemin dan Andrew W. Schally mendapat hadiah nobel karena rintisan penelitiannya yang mendalam terkait endorfin. Sebelum 1977, tentu penelitian sudah banyak juga.

Sejak itu, di kalangan peneliti ada definisi formal tentang endorfin.. kalo yang mau mendalami itu, silakan saja jadi peneliti, dan penelitian bisa dimulai dari internet. Tapi buat awam, ya nggak usah susah-susahlah. Intinya: endorfin itu senyawa hormon, senyawa protein yang dibuat oleh tubuh kita. Dia punya fungsi neuro-transmitter. Penghubung atas 'maunya otak' ke tubuh kita. Struktur senyawanya itu persis narkoba morfin, yang sejak dulu kala biasa dipakai orang untuk pereda nyeri dan penekan/pembius rasa sakit. Morfin alami itu dibikin oleh tubuh kita di kelenjar pituitari, alias kelenjar endokrin penghasil hormon-hormon berbentuk oval kecil segede kacang, yang berlokasi di dasar otak, di belakang hidung, dan di bawah syaraf optik yang menuju mata. Katanya seperti itu. Kata para ahli. Bukan kata para pelawak.

Secara perkataan: endorfin itu dibentuk dari dua kata endo-orphin, bermakna endogenous-morphine, yang artinya morfin alami yang diproduksi dari dalam tubuh kita.

Mudah-mudahan ini nggak bikin puyeng definisinya. Kalo puyeng,.. lha, berarti rada kekurangan endorfin tubuh anda. Wong definisi itu nggak dibaca juga nggak apa-apa kok. ;-)

Sebagaimana hormon lain, endorfin adalah protein. Dia protein dari jenis polipeptid, yang setelah muncul menyatu dengan neuro-receptor di otak, dan memblokir sinyal-sinyal kesakitan

yang dihantar sistem saraf. Mak! Neuro-receptor itu apa pulak?! Gak usah yang pake bahasa aneh gitulah ya. Dan ini nggak perlu dipanjang-panjangin teorinya lagi. Sorry.

***

Endorfin Hormon Kebahagiaan, Tapi Kebahagiaan Itu Apa?

Kebahagiaan itu luas maknanya. Kebanyakan kita tahu,.. tapi disuruh nerangin nggak bisa.

Di sini, mungkin nggak dimaksud untuk membeber tentang kebahagiaan secara komprehansif ya. Tapi ya, sekilas-sekilas sajalah.

Bahagia bisa bersifat fisik. Itu yang pertama.

Rasa-rasa 'merinding disko' yang sensasional yang muncul di tubuh kita, apapun penyebabnya, entah itu karena baru bermesraan dengan kekasih resmi yang rupawan, atau kekasihnya orang lain yang rada menyes,.. bisa secara metabolisme tubuh, itu memunculkan kegembiraan fisik.

Rasa itu muncul karena efek endorfin. Andai endorfin tidak ada,.. biar bermesraannya sama tujuh orang sekaligus,.. yang ada cuma lemes doang. Nekat bener tuh kalo satu lawan tujuh begitu. Kalo enem sih masih mending.

Pencetusnya bisa apapun, tapi hasilnya,.. rasa sensasional secara fisik,.. selalu terciptanya karena adanya endorfin itu. Begitulah, setiap kali otak kita, kalbu kita, merasakan kesenangan-kebahagiaan, maka otak kita memproduksi endorfin. Dan sebaliknya, setiap kali aliran darah kita kemasukan endorfin, maka kita akan merasakan efek kesenangan-kebahagiaan.

Apakah endofin sintetis kalo terus disuntikkan ke dalam aliran darah.. terus secara fisik kita juga merasakan kebahagiaan? Ternyata jawabannya: Iya!

Saya belum pernah coba, tapi menurut berbagai referensi seperti itulah situasinya. Kalo orang menyuntik diri dengan mofin, alias endorfin sintetis.. maka dia akan merasa fly, bahagia. Yaitu secara fisik. Tapi.. terus jadi ketagihan dan seterusnya.. kalo nggak ada morfin, terus jadi sakaw.. ujungnya jadi tidak bahagia. Begitu kalo pake endorfin kelas KW, maka kebahagiaan yang didapat, adalah kebahagiaan semu.

Jelas kita pahami, yang ingin dicapai oleh manusia, itu tidak cuma kebahagiaan fisik yang sifatnya semu, bukan? Manusia ingin kebahagiaan yang terus menerus, yang sejati. Tidak hanya yang sifatnya fisik, tapi lebih bersifat mental-spiritual. Kebahagiaan yang sifatnya dunia akhirat, selama-lamanya, begitu kalau menurut agama-agama besar.

Dan kebahagiaan yang datangnya dari sektor spiritual-batiniah, itu menimbulkan endorfin juga.

Orang kalau banyak bersyukur. Apa aja yang ada disyukuri,.. diterima dengan hepi selalu,.. maka endorfinnya banyak. "Jika kamu bersyukur niscaya Aku tambah nikmat kepada kamu, dan jika kamu ingkar sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih." (QS Ibrahim: 7) Ternyata secara biologis-medis pun nyata kebenaran ayat tersebut. Setidaknya kita nemu faktor endorfin itu.

***

Efek & Manfaat Endorfin

Penelitian tentang efek endorfin tidak/belum tuntas-tas, tapi.. sejauh ini diketahui endorfin memiliki sejumlah khasiat penting, yaitu antara lain:

(1) Memunculkan sensasi menyenangkan (yang tadi itu sudah kita bahas). Perasaan sehat,

enak, kuat, segar, secara fisik. Euforia yang dalem, gembira, puas, berkecukupan,

berkelebihan, optimistis, yang selanjutnya bisa bikin lebih produktif dan kreatif.

(2) Menenangkan secara psikologis. Pelindung stres. Anti panik. Anti depresi.

Menghilangkan rasa curiga parno dan ketakutan berlebih, dan mengurangi kesedihan. Tidak cuma secara psikologis, secara biologis juga.. endorfin itu memberikan efek relaksasi kepada segenap jaringan di tubuh kita.

(3) Menghapus rasa sakit (seperti efek membius atau analgesik). Dalam keadaan tertentu yang ekstrim, tubuh manusia bisa memproduksi endorfin yang kekuatannya seribu kali morfin sintetis. Jadi, tentara yang sudah parah diberondong musuh, kalau endorfinnya tinggi, dia masih punya kekuatan untuk bertempur atau bekerja secara luar biasa. Ibu-ibu melahirkan (yang normal) juga merilis endorfin dalam jumlah nggak karuan, dan puncaknya sesaat setelah 'brol'! Yaitu brol, bayinya keluar, dan bukannya brol, kebrojolan, gara-gara cepirit. Dan berkat endorfin ini, habis perjuangan maut yang menguras tenaga dan emosi,.. sesaat kemudian si ibu melahirkan bisa segera merawat bayinya, dan juga bisa tidur pules, tanpa obat tidur sebaskom. Walah! Obat tidur kok dosisnya baskoman.... Sorry.

(4) Boosting system imun. Saat endorfin muncul, sistem imunitas tubuh jadi berganda. Eh,

berganda atau enggak, ya? Pokoknya meningkatlah. Endorfin jenis tertentu, menurut penelitian menjadi pencetus diproduksinya sel-sel penyembuh berbagai penyakit dan sel anti-kanker.

(5) Bersifat Anti-Kanker. Sejumlah penelitian kesimpulannya bisa kita dapat di internet, dan juga kalo mau tahu mekanisme detilnya juga dibeber di dunia maya. Diketahuai sejak lama, stress itu erat kaitannya dengan kanker. Dan endorfin itu anti stress. Sehingga, endorfin itu anti-kanker yang tak terbantahkan. Para peneliti sudah membuktikan. Bahkan, makin ke sini makin diyakini, endorfin itu obat yang elegan dan indah untuk kanker. Dia bisa mencegah sebelum kanker itu terjadi. Bisa untuk terapi. Bisa untuk pengobatan kanker. Tanpa efek samping yang merugikan. Sebaliknya, dia membawa efek-efek positif yang menguntungkan tubuh.

Makin sering tubuh mendapat endorfin efek, kegembiraan, kebahagiaan, lepas dari stress, senantiasa positif,.. maka makin jauhlah dari kanker. Begitu keyakinan dunia medis masa kini.

(6) Memunculkan sel-sel baru untuk pemulihan luka-luka, kelainan sel, atau melambatkan

penuaan. Agak terkait dengan yang di atas. Gara-gara endorfin, muncul 'obat alami' di dalam

tubuh kita, untuk healing of wounded, curing of diseases.

(7) Membikin saluran-saluran darah lebih terbuka dan lebih fleksibel. Hal ini bisa mencegah munculnya penyakit-penyakit semacam stroke dan gangguan jantung.

(8) Sebisa-bisa menormalisasi metabolisme tubuh, kalau ada yang mampet-mampet, dinormalisasi oleh dia. Pelindung dari tekanan darah tinggi dan serangan jantung juga.

(9) Obat awet muda. Yaitu sel-selnya yang muda. Kalau orangnya, itu bagaimana hitungan

kalender saja. Kalau lahirnya tahun 1960, sekarang 2015, ya nggak bisa ngelak lagi, umur kalendernya 55 tahun. Tapi, kalau sel-selnya muda, biar 55 tahun, atau lebih, bisa awet sehat.

(10) Meningkatkan kesuburan dan meningkatkan produksi hormon-hormon reproduksi.

(11) Menormalkan nafsu makan, dan meningkatkan efektivitas enzim-enzim pencernaan.

Selain nafsu makan bagi manusianya.. juga dikira-kira bisa pada level sel. Konsumsi energi, dan pembakaran lemak, bisa lebih efisien dan optimal. Dan jadinya, punya peran untuk melawan obesitas bagi yang kegemukan, dan melawan kekurangan gizi bagi yang kekurusan atau kurang nutrisi.

(12) Membuat tidur lebih dalem, lebih nyenyak, dan efek self-healing selama tidur menjadi lebih optimal. Dan kalo orang kekurangan tidur,.. beberapa ahli mengira-ira, efek endorfin itu bisa jadi berkhasiat self-healing yang meng-kompensir kekurangan tidur.

Gangguan tidur tertentu, itu bisa teratasi dengan efek endorfin yang optimal. Yang mana, ini nanti juga saling menguatkan. Kecukupan tidur, itu memperdahsyat produksi endorfin kita.

(13) Mengkompensir kekurangan deep-sleep. Idealnya, setiap malam, untuk setiap satu siklus jam biologis 24-jam, setiap orang dewasa itu mendapatkan deep-sleep, tidur dalem-pules Non-REM sebanyak 1-2 jam. Kalo bayi, itu sekitar setiap 16-jam (bukan 24-jam). Penelitian menyebutkan, kekurangan deep-sleep semalam saja.. itu sudah bikin anti-kanker di tubuh kita nge-drop 70%. Tubuh jadi rentan kena kanker. Dan seterusnya ada hal buruk lainnya.

Padahal, orang kuno maupun orang modern. Sehat maupun sakit, itu seringlah kepaksa begadang. Yang sakit.. kepaksanya oleh kondisi medisnya yang kurang kondusif. Yang sehat.. bisa kepaksanya itu karena mesti berjuang, jihad, fi sabilillah, sesuai panggilan hidupnya. Nah, kalo kekurangan deep-sleep-nya itu sekedar sesekali saja.. maka diyakini oleh sejumlah peneliti, efek endorfin itu punya kemampuan mengkompensir-nya. Segenap healing-effect, daya penyembuhan.. yang muncul saat deep-sleep, nyatanya juga banyak dibuktikan oleh penelitian.. bisa didapat saat tubuh dapat efek-endorfin yang optimal.

Dengan catatan, kalo kurang deep-sleep-nya itu masuk kategori super-parah, apakah bisa dikompensir oleh efek-endorfin atau tidak? Para ahli belum pada yakin.

Cuma, ada beberapa fenomena aneh.. tapi merupakan fakta dunia nyata. Entah itu pejuang jaman perang, atau individu dalam kondisi tertentu,.. itu bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan.. tidak tidur sekejap pun! Dan tetap hidup relatif normal. Self-healing di tubuhnya tentu bukan didapat dari deep-sleep. Tapi dari apa? Salah satu kemungkinannya adalah dari efek-endorfin mungkin. Wallahualam.

(14) Dalam keadaan krisis atau amat terdesak atau kegencet, kemunculan endorfin memberi 'angin segar' atau kekuatan yang relatif instan, yang membuat kita lebih mampu mengatasi krisis atau menghadapinya.

(15) Secara sapujagatnya, endorpin itu esensial untuk kesehatan fisik, maupun kesehatan

psikologis. Looping ini, dan saling memperkuat. Gara-gara muncul endorfin, secara fisik tubuh kita menjadi lebih positif. Berikutnya, tubuh yang lebih positif memicu mood psikologis yang lebih baik. Dan mood psikologis yang lebih baik, itu akan memunculkan pikiran, sikap,

perkataan, dan perbuatan yang baru, yang lebih baik dan lebih positif pula. Dan peri-laku yang lebih positif itu, muter lagi.. akan lebih memicu munculnya endorfin di tubuh kita. Begitu seterusnya.... Lama-lama seperti telor sama ayam, nggak ketahuan mana yang duluan.

Begitu katanya....

Kalau menurut saya, tentu yang duluan itu ayam. Walau tentu saja, ayam itu asalnya dari telor. Nah, jadi, sebelumnya kita sudah membahas pentingnya tidur yang cukup untuk self-healing dan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan tetap bugar, di sini sekarang kita temukan apa yang bisa meng-kompensir kekurangan tidur, andai itu tak terhindarkan. Yaitu: 'efek endorfin'.

Ideal-nya sih,.. tidur kecukupan; dan kita reguk segenap manfaatnya. Lalu, isilah hidup ini dengan berbagai hal positif, kegembiraan, kebahagiaan,.. sehingga kita dapat efek endorfin dengan segenap manfaatnya. Jos gandos! Kita dapat manfaat yang optimal.

Kalau anda mau sehat,.. selain usahakan cukup istirahat dan tidur cukup secara kualitas dan kuantitas,.. juga mesti diusahakan tubuh kita kelimpahan endorfin.

Saat sesekali terpaksa begadangan kurang dapet deep-sleep, usahakan lebih serius lagi, supaya dapat banyak efek endorfin, supaya kekurangan tidur yang sesekali itu terkompensir.

Terkait efek endorfin, kalo googling, ada 'pejuang' endorfin yang lumayan ngetop di search engine internet, yaitu namanya Doktor William Bloom, seorang guru kesehatan holistik asal Inggris, yang punya karya berjudul "The Endorphin Effect". Videonya ada juga di Yutube, tapi saya belum pernah nonton sampe selesai karena rada boring dan suaranya mendem. Bagi yang penasaran, silakanlah di-eksplorasi sendiri.

Menurut Bloom, efek-endorfin yang dia tulis itu merupakan sekumpulan cara, metode, dan strategi yang mudah diterapkan untuk memicu endorfin di tubuh kita, yang berguna bagi kesehatan menyeluruh tubuh kita, dan menumbuhkan karakter pribadi kita dengan optimal.

***

Bagaimana Memicu Endorfin?

Caranya? Silakan googling. Ada se-abrek, atau bisa dipikir sendiri. Pencetus bahagia untuk tiap orang itu beda-beda, kan? Ada yang jadi girang bahagia kalau menikmati lagu dangdut. Di pihak lain,.. ada yang kalau denger dangdut itu.. hatinya menjadi migut! Walah! Kok sama aja, ya? Pokoknya itulah....

Dengan kesadaran atas manfaat endorfin ini, di India sono,.. ada satu komunitas yang intensif mempraktekkan apa yang mereka bilang 'terapi ketawa'. Mak! Bayangin,.. orang menyengaja tertawa, seringkali tanpa sebab.

Rada aneh, sih. Eh, tapi.. jangan-jangan nggak usah jauh-jauh ke India, di sekitar sini bisa aja ada juga orang yang sehari-harinya cengar-cengir gak jelas.

Rasulullah juga memberikan hints: "Tersenyum itu ibadah", begitu sabdanya. Mestinya itu senyum yang sincere, yang tulus ikhlas. Kalo senyum sinis atau senyum ngeledek.. kita nggak tahu itu gimana urusannya.

Berdasar catatan, Rasulullah itu usianya 62-63 tahun, dan tidak pernah sakit-sakitan. Selama hidupnya beliau senantiasa sehat-bugar. Ekspresinya senantiasa cerah, ramah, gembira, menyenangkan. Endorfin dalam tubuh beliau mestinya melimpah ruah. Wallahualam. Jadi, kalau mencermati keseharian beliau, kemungkinan kita bisa dapat banyak hints bagaimana cara melimpahkan endorfin di tubuh kita. Bisa dicoba...

Berikut ini,.. saya coba ringkaskan, ya. Dari sejumlah buku, dan sejumlah situs, untuk memicu munculnya endorfin yang melimpah ruah. Kuncinya tiga: Tata diet, tata aktifitas, dan tata batin.

(1) Tata-Diet. Terkait asupan makanan-minuman yang tepat. Dan penghindaran asupan

tertentu yang tidak sehat. Silakan dibayangin saja, kalau anda mogok makan-minum empat puluh hari, empat puluh malam,.. ya jangan ngimpi muncul endorfin. Terapi ketawa kayak apa juga jurusnya,.. ngakak sampai melet,.. sehat enggak, yang ada mungkin malah jadi ko'it.

(2) Tata-Aktivitas. Terkait aktivitas yang tepat. Aktivitas atau olah tubuh tertentu, bisa memicu banyak endorfin. Atau bisa juga tidak memunculkan endorfin sama sekali.

(3) Tata-Batin. Penataan batin yang tepat. Urusan otak, kalbu,.. mau tidak mau memang mesti terkait tata batin, yang spiritual, batiniah. Meditasi kata orang medis. Makanannya tepat, aktivitasnya sehat,.. kalau batinnya terus kepikiran Elvis Presley dan Marlyn Monroe sampai gila beneran... ya susah. Tuh dua orang kan udah pada meninggal....

Berikutnya nanti. Insya Allah bisa kita kupas satu-satu ketiga hal di atas. Kalau bosen dengan tulisan saya, bisa ditinjau dari para penulis lain, silakan dicari di internet. Mau yang bahasa Indonesia juga banyak, bahasa Inggris apalagi. Bahasa Jerman, Perancis, Rusia, Arab,.. semua ada, tapi kalau bahasa Madura,.. lha, saya nggak tahu tuh, belum pernah tumon.

Terus satu lagi mesti diperhatikan, supaya nggak koit, jangan ngakak sampai melet! Ati-ati.

***

Endorfin & Diet

Saya tidak ada hubungan dengan penulis maupun penerbitnya, tapi saya pernah baca buku bagus terkait endorfin, silakan baca ini kalau mau komprehensif: "The Miracle of Endorphin", karya Dr. Shigeo Haruyama. Satu lagi yang lebih dalem ke soal diet, buku: "The Miracle of Enzyme", karya dokter Jepang yang lain.

Beberapa hal terkait tata-diet yang bisa memunculkan endorfin (dan atau menghambat kemunculannya, coba saya ringkaskan berikut ini secara sekilas-sekilas).

(1) Sikap batin yang tepat saat makan-dan-minum. Rokok itu tidak sehat. Oke. Itu

pengetahuan umum. Nah, tapi.. kalo terus orang ngerokok sambil gembira ria, sambil.. batinnya menikmati tiap-tiap hembusannya.. berdasar penelitian, itu jauh-jauh lebih baik daripada orang yang merokok sambil dihantui rasa bersalah. Sudah jatuh ketimpa tangga!

Perokok yang gembira,.. itu dari tubuhnya muncul endorfin. Dan endorfin itu meredam dan mereduksi pengaruh buruk dari rokok tersebut. Sedangkan yang dihantui rasa bersalah,.. sambil merokok yang muncul hormon stress, yang justru melipatgandakan keburukan rokok.

Orang yang merokok sambil nggak tahu bahayanya, itu juga lebih mending dari orang yang merokok tapi perasaannya ngeri-ngeri sedap.

Demikian pula, kalo orang nenggak alkohol atau oplosan. Sikap mentalnya itu menambah atau mengurangi dampak buruk dari apa yang dia tenggak. Tidak mengherankan, di Jepang.. orang-orang penenggak alkohol (berupa sake atau apapun juga bentuknya), itu banyak yang sehat sampai usia tua. Karena, banyak di antara mereka, itu minum dengan perasaan positif, melestarikan budaya leluhur, dan mengiringi acara minum-minumnya dengan doa-doa spiritual yang membuat batin bahagia.

Para guru kita, mengajarkan agar setiap makan, kita dipenuhi rasa gembira dan rasa syukur. Dan menjadikan ritual doa sebelum makan (dan setelahnya) sebagai tradisi yang dilaksanakan dengan disiplin. Nah, dari sisi ilmu efek-endorfin, itu manfaatnya tidak kecil.

(2) Halalan toyiban. Yang halal lagi baik. Ajaran dari para guru kita: Makanlah olehmu makanan (dan minuman/konsumsi lain) yang halal lagi baik. Ini juga idem dengan di atas.

Makanan yang halal dan baik, itu lebih menimbulkan efek endorfin daripada yang tidak. Orang muslim, makan daging bagi. Okelah, dalam keadaan darurat, itu diijinkan, tapi.. saat memakannya, endorfin gak akan keluar. Malah yang keluar hormon stress.

Orang lain, yang tidak mengharamkan babi, kalo dia makan daging babi, bisa aja tetap dilimpahi endorfin. Yaitu kalo dia gembira ria.

Makan-minum hasil curian.. lha, ini juga sama. Kalo kita nyadar, atau anak kita nyadar, yang dia konsumsi itu hasil korupsi, atau hasil curian.. dampaknya dari dalam juga buruk.

Sama dengan yang tidak halal, yang tidak toyiban juga idem.

Udah tahu kolesterol tinggi itu nggak baik kalo makan kikil dan lemak-lemakan jenuh dimakan juga. Udah tahu banyak nasi dan yang manis-manis itu gak baik buat orang diabetes dimakan juga. Udah tahu makan sekenyangnya mana suka diembat itu tidak baik buat program diet.. dilanggar juga. Itu dari sisi 'efek-endorfin', arahnya juga berlawanan.

Demikian juga, pejuang vegetarian yang disiplin.. saat dia kepaksa atau nggak nyengaja makan daging, itu bisa aja efeknya juga negatif.

Selain efek buruk muncul dari suasana psikologis saat mengkonsumsinya, efek buruk itu juga muncul dari hakikat zat-nya yang buruk tentu saja.

Kopi, kalo kebanyakan, itu buruk zatnya. Alkohol, zat kimiawi beracun, obat, narkoba,.. dan seterusnya yang jelek-jelek.. dasarnya buruk. Kesehatan umum terdampak. Dan jadinya,.. proses-proses terjadinya endorfin di tubuh juga tidak akan seoptimal pada orang yang senantiasa mengkonsumsi makanan-minuman sehat.

Segala macam polusi yang terpapar ke diri kita, entah itu via makan-minum, aliran nafas, atau jalur lain, itu walau mungkin bukan termasuk diet kelompoknya,.. itu juga buruk bagi pengaruh kesehatan kita secara umum, dan buruk juga efeknya ke produksi endorfin.

Berdasar penelitian,.. itu korelasinya tidak cespleng.. antara paparan

(3) Makan Secukupnya. Nabi yang serba sehat, konon hanya makan secukupnya. Para sahabatnya bilang, beliau hanya makan sekedar untuk meluruskan punggung. Sekedar untuk menghilangkan lapar. Dan beliau sendiri menyarankan, perut kita itu.. yang terbaik sepertiganya saja yang diisi makanan,.. sepertiga diisi air, sepertiga dibiarkan kosong.

Dan nggak usah ilmu yang tinggi-tinggilah ya. Ilmu medis ataupun ilmu apa juga. Kita sendiri mestinya bisa merasakan,.. kalo makan kelewatan, sampai kekenyangan, maka yang kita dapatkan itu bukanlah kepuasan dan kebahagiaan, tapi malah mblenger teler. Muak. Mual. Dan dalam situasi seperti itu, nggak adalah efek-endorfin.

(4) Makan setelah lapar, minum setelah haus. Ada hadits merekomendasikan: makanlah

setelah makan, berhenti makan sebelum kenyang. Ini melanjut dari prinsip di atas. Orang yang lagi kehausan di padang pasir.. terus dapet minum. Jos! Itu serasa surga bukan? Air seteguk lewat kerongkongan,.. tapi bersamaan dengan itu.. dateng juga efek endorfin luar biasa.

Makan juga sama. Kalo perut sempat lapar dulu. Badan sempat lemes dikit. Metabolisme sempat ngebakar kalori dari persediaan lemak tubuh... terus dapet makanan. Jos! Makanan biasa saja, itu terasa lezatnya lebih membahagiakan. Bersama masuknya makanan itu ke mulut kita muncul hormon endorfin pembawa kepuasan-kebahagiaan.

"Anak-anak, kalian cuma boleh makan mie-instan di hari minggu ya..." Kalau seorang ibu sudah mengatur seperti itu, terus anak-anaknya yang penggemar mie-instan nunggu-nunggu datengnya hari minggu. Bisa kita perkirakan, saat akhirnya menyerutup mie hangat di hari minggu tubuhnya menerima sekalian 'efek-endorfin'.

(5) Puasa. Buka-puasa. Sahur. Lebih sistematis lagi dari di atas itu, adalah puasa. Puasa itu

mendatangkan (banyak?) endorfin. Yang sudah sering puasa mungkin bisa memberi kesaksian lebih dari saya. Begitu bua puasa.. makan kurma atau kue sesuap saja itu rasanya nikmat sekali. Dan nggak lama setelah makan setengah piring.. fly. Rasa kantuk berat mudah datang tanpa diundang. Dan kalau dibawa tidur,.. itu tidurnya bisa super pules, dalem. Kerasa banget efek endorfin yang luas biasa. Yang puasanya sebulan penuh di bulan ramadhan,.. itu nanti efek endorfinnya terasa berhari-hari di saat musim lebaran. Puasa ini bisa keitung diet, tapi mungkin bisa juga keitung laku spiritual kali ye. Banyak mendatangkan efek endorfin.

Ups, tapi ada juga warning dari para guru kita, orang tertentu yang puasanya salah, maka dia cuma akan mendapat lapar dan dahaga tok, nggak dapat apa-apa yang lain. Maka hati-hatilah.

(6) Hindari Endorfin Sintetis (Morfin dan Sebangsanya). Soal buruknya narkoba, itu sudah umumlah kita ketahui, jadi nggak usah dibahas lagi. Eh, tapi.. di sejumlah negara bagian di Amerika. Dan di sejumlah negara eropa tertentu.. itu ada pendapat berbeda. Narkoba jenis tertentu.. itu di sana dilegalkan karena ada keyakinan.. punya nilai manfaat bagi tubuh. Itu suatu fakta juga. Terserah, mau percaya atau tidak percaya.

Kalau saya sih, khamar itu (minuman-obat memabukkan dan bikin kecanduan), itu diharamkan oleh Allah. Ada manfaatnya, tapi mudharatnya lebih banyak dari manfaatnya. Begitu menurut Quran, jadi ya sudah saja. Secara batiniahnya muskil saya bisa mendatangkan efek-endorfin dari situ, jadi ya sudah saja.. ini amat saya hindari.

(7) Ada sejumlah makanan tertentu bisa berefek seperti guyuran-endorfin atau meningkatkan

produksi endorfin tubuh. Bisa dicari di internet. Ada yang bilang coklat, ada yang bilang beberapa yang lain, tapi sejauh yang saya pahami, itu bukti-buktinya rada kurang sahih, dan masih meragukan. Tapi silakan saja kalo ada yang mau.

Kalau memang makan coklat menimbulkan efek-endofin.. gimana sih situasinya kalo sehari makan coklat langsung seorang sepuluh kilo? Apa terus endorfinnya jadi melimpah ruah? Malah mblenger dan kewalahan sih pastinya.

Selain ada disebut coklat, yang kadang disebut untuk pemicu endorfin adalah makanan cabe atau makanan pedas. Orang Korea menambahkan lagi, ginseng. Katanya, selain berguna menjaga kesehatan, ginseng juga merangsang endorphin.

***

Endorfin & Exercise

Tata-aktivitas, kalo dikelola dengan tepat.. itu bisa mengoptimalkan munculnya endorfin juga.

Dalam keadaan normal, tubuh kita ini pabrik kimia. Kalau Sumedang, banyaknya di sana pabrik tahu. Bukan pabrik kimia. Di Garut pabrik dodol. Eh, tapi ini kenapa jadi ngurusin itu ya? Sorry.

Tubuh kita memproduksi berbagai chemicals untuk memastikan sistemnya bekerja optimal. Di antaranya, ada hormon-hormon, dan enzim-enzim, merupakan 'pengatur' dan 'katalis'. Di dalam darah, mesti ada hormon-hormon dalam takaran tepat. Kalau tidak, sekresi berlebih (hiper) atau kurang (hipo), tentu akan menimbulkan penyakit, dan/atau perkeliruan (abnormalities).

Ilmu pengetahuan sekarang tahu banyak tentang hormon, tapi rasanya belum tuntas juga. Tidaklah kita semua ini memiliki pengetahuan, melainkan sedikit. Iya, kan? Jadi,.. apa yang ada di tulisan-tulisan itu, mesti dicermati dengan hati-hati. Seiring waktu, bisa saja ada kesimpulan-kesimpulan yang bisa dipertajam lagi.

Berdasarkan penelitian, konon ada hormon yang fungsi utamanya fokus ke organ tertentu saja, dan tidak atau kurang mempengaruhi organ lain. Rilis atau munculnya setiap hormon, masing-masing juga khas, dan belum sepenuhnya diketahui tuntas. Ada hormon yang munculnya karena stimulan yang spesifik oleh organ yang spesifik pula. Ada hormon yang muncul karena sejumlah pemicu berbeda. Ada hormon yang ada terus, namun dosisnya naik turun tergantung parameter tertentu. Hormon insulin. Hormon pertumbuhan. Dua itu rada populer tuh, sering kita dengar. Beda lagi kalau Herman. Lha,.. itu munculnya kalau dipanggil keras-keras, "Ojek!!!" Bang Herman tukang ojek pun akan muncul, tapi itu bukan urusan kita.

Kita tidak mau bicara soal hormon secara keseluruhan, yang kita ingin fokuskan adalah hormon endorfin. Munculnya karena apa? Munculnya, konon karena banyak stimulan pemicu, terkait mood, terkait stress. Beberapa hal pemicu endorfin, antara lain:

(1) Olahraga Ringan. Riset menunjukkan exercise atau aktivitas fisik ringan yang menerus

(kontinyu) dapat meningkatkan produksi endorfin. Perasaan nyaman yang dialami para atlet setelah capek latihan, berdasarkan penelitian, erat hubungannya dengan endorfin di tubuh. Kalo dibikin rutin, itu makin baik lagi. Beda lagi kalo olah raganya terlalu berat. Itu malah bahaya. Apalagi buat yang udah tua.

(2) Persistensi Dalam Beraktivitas. Endorfin juga berkontribusi dalam 'second wind'. Orang kalau capek, dipaksain terus, terus, dan terus,.. pada satu titik, tiba-tiba saja jadi hilang capeknya. Jadi mampu lagi, jadi bugar lagi, seolah sudah mati angin, lalu serasa dapat angin lagi,.. itu terjadinya karena endorfin muncul di dalam tubuhnya.

Beda lagi kalo suntuk mikirin utang, tahu-tahu dateng cewek cantik menik-menik, nawarin bantuan pelunasan hutang, dan minta dinikahi sekalian! Lha,.. ini masuknya bukanlah exercise!

Olah raga atau olah fisik yang gimana sih yang bisa memunculkan endorfin berlimpah? Yang jelas nggak usah sampai lari marathon atau lari cepat bedhedhengan. Atau bahkan nggak usah lari pun bisa juga untuk dapetin sensasi endorfin itu. Cukup olah raga secukupnya saja, something like 30 menit or so, sesuai sukanya, itu udah dapet. Kalo yang olah raganya jarang,.. terus mulai lagi olah raga, konon kata artikel-artikel di internet, efek endorfinnya malah lebih kuat. Berasanya lebih fly, kita juga tahu. Kalo udah rutin berenang, berenang satu jam, yah.. okelah rasanya. Tapi kalo jarang renang, terus renang secukupnya. Wow. Lebih fly. Lebih nyaman. Enak. Tiap-tiap kita mungkin punya pengalaman seperti ini.

Kalo yang aktivitas atau olah raganya ogah-ogahan, lha itu nggak bakal munculin endorfin sama sekali. Yang muncul mungkin cuma keringet nggak puguh. Kecut bener itu di daerah ketek. Baru thimik-thimik beberapa langkah, udah.. berhenti.. makan bubur semangkok. Thimik lagi beberapa langkah.. leren, istirahat.. sambil nenggak es cingcau segelas.. mana mungkin ya bisa dapet endorfin dari exercise?

(3) Nahan Sakit. Selain exercise, ada fenomena fisik yang juga bisa memicu endorfin. Yaitu rasa sakit, atau sikap positif saat menahan rasa sakit lebih tepatnya.

Saat kecelakaan atau cidera, tubuh kita berada dalam rasa sakit, maka sinyal rasa sakit ini juga dalam keadaan tertentu, setelan yang tepat, memunculkan endorfin dari 'pabriknya'.

Keadaan ini dimanfaatkan oleh para ahli akupuntur, tusuk jarum, dengan jurus tusuk tertentu. Saat jrus! Jarumnya ditusukkan di titik tertentu, muncul sakit yang tepat, sinyal rasa sakit itu lalu menstimulasi pabrik endorfin, untuk merilis endorfin. Dan bukannya menerbitkan ji samsu atau gudang garam jenis baru! Kalau itu pabrik rokok. Itu kalo jarumnya jarum akupuntur yang tepat. Kalo jarumnya segede linggis! Lha,.. amit-amit jabang bayik. Itu malah medheni bocah. Hiii....

(4) Bercintaan. Bercintaan itu dalam setelan yang alami dan tepat juga exercise positif pemicu

endorfin. Kecuali kalau hubungan kebatinan kali ye. Perempuannya di lantai sepuluh, laki-lakinya di lantai sepuluh juga, tapi bukan gedung yang sama, gedung sebelah,.. terus lift-nya mati kedua-dua gedung,.. mau berhubungan silaturahmi. Lha,.. kebayang, kan. Mana di lantai bawah banjir pulak sedada. Yaitu sedada manusia, bukan sedada kucing! Pasti exercise itu tuh urusannya. Keringatan belum tentu, basah kuyup sih iya. Buset deh, ilustrasinya kelewat ekstrim ini kali ye. Sorry.

Dalam beberapa artikel yang saya baca di internet, disebutkan bahwa hubungan intim yang normal, itu memunculkan endorfin 200% lebih banyak dari rata-rata aktifitas menggembirakan yang lain. Wallahualam.

(5) Humor, guyon, ketawa-ketiwi.. ini juga kunci. Itu masuknya exercise juga, batiniah juga.

Mungkin kalo diet sih enggak kali ya. Menurut para pelaku terapi ketawa yang saya sitir di atas, terbahak, itu adalah exercise. Dan logisnya sih memang iya. Kita kan tidak bisa terbahak dalam keadaan tidur mematung, iya kan?

Dengan pemahaman ini, maka semua dokter jantung yang pinter beneran, selalu mengaitkan terapi jantung dengan terapi endorfin.

Yang habis kena serang jantung, selalu dianjurkan untuk melakukan exercise teratur. Bagi dokter yang paham endorfin, ini dianjurkan dengan alasan antara lain,.. supaya tubuh merilis endorfin, dan dipicu oleh endorfin tubuh akan memproteksi jantung dari serangan-serangan susulan. Dan andaikan serangan itu datang juga,.. endorfin itu meredam rasa panik, meredam rasa takut, dan endorfin memberikan sang pasien kekuatan untuk berjuang sampai dapat pertolongan terbaik dan sehat kembali secepatnya.

Ada juga sih dokter yang nggak paham endorfin, tapi tetep juga menyarankan exercise, melulu karena ikut-ikutan dokter lain atau text book yang dia baca sambil ngantuk-ngantuk. Itu dokter culun atau dokter gemblung. Ati-ati kalo ketemu yang kayak begini.

Ups, tapi exercise ini mesti dibarengi dengan tata batin yang tepat juga. Kalau habis serangan jantung, exercise-nya sambil ngedumel, "Walah, gara-gara gangguan jantung,.. batal deh mau jadi direktur. Mau kawin lagi,.. si unyil udah gak bisa kompromi..." dan seterusnya,... lha,.. gimana tuh? Endorfinnya jadi wallahualam juga. Resiko ditanggung sendiri.

Jadi, dokter ahli jantung yang beneran paham endorfin juga, sering menyarankan untuk terapi yang sukses, pasien harus pandai-pandai membuang segenap pikiran dan mood negatif dari hidupnya. Gampang diomongin, tapi lebih susah dipraktekin daripada olah raga.

Faktanya menyebutkan, pasien jantung yang exercise secara benar-teratur, dengan hati lapang,.. jarang yang kena serangan kedua. Serangannya biasanya langsung ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya sampai kesepuluh! Eh, enggak ding! Sorry. Hehehe... kalo kedua aja enggak, ya tentu ketiga dan seterusnya apalagi. Berkat endorfin antara lain. Tapi kembali lagi, yang memicu endorfin bukan cuma olah tubuh tok. Hati-hati.

Balik lagi ke soal ketawa, ada penelitian menyimpulkan bahwa tertawa selama 10-15 menit, itu sudah cukup untuk bikin kita kelimpahan endorfin dan gembira sepanjang hari. Dan umumnya anak-anak normal, itu bisa ketawa sampai sekitar 300x sehari dan jadilah tumbuh-kembangnya optimal. Sebaliknya, kalo anak-anak ketawanya jauh di bawah hitungan itu.. cenderung tumbuh-kembangnya kalah optimal.

Orang dewasa bagaimana? Orang dewasa normal, rata-rata hanya ketawa 5x sehari. Okelah, bisa aja hari ini.. pas ada acara reuni, itu seharian ketawa terus. Ratusan kali. Tapi besoknya? Lusanya? Selama setahun penuh? Kalo dirata-rata ya 5x sehari itu saja.

Nah, jadi, siapapun yang diberkahi dengan anak-anak di sekelilingnya, entah itu anak, atau cucu, atau handai taulan lain, atau tetangga, atau anak yatim, atau siapapun... optimalkan

keberadaan mereka, untuk menambah kegembiraan. Sehingga kita bisa lebih banyak ketawa-tawa, dibanding orang-orang dewasa umumnya yang cuma ketawa-tawa sehari 5x!

Dan jangan sekali-sekali malah sebaliknya, bukannya kita yang jadi ketawa-tiwi sehari 300x-an, malah anak-anak itu yang stress dan ketawanya turun jadi cuma 5x sehari. Payah.

(6) Melucu & Main-main. Bertindak lucu itu rada mirip dengan humor ketawa-ketiwi, tapi tidak sama persis ya. Humor di atas atau ketawa-tawa itu lebih verbal, kalo melucu itu lebih action. Tentu, yang dalam koridor kenormalan. Kalo misalnya umur 80 tahun tapi pencilakannya kelewatan,.. handai taulan bisa pada stress berat sport jantung semua kali ye. Yang bersangkutan dapet endorfin, tapi handai taulan malah kebanjiran hormon stress. Gawat juga.

Tindakan jenaka. Dalam berpakaian. Kostum. Riasan wajah. Gaming-quiz. Main-main yang seru itu merangsang endorfin juga.

Para kakek-nenek, yang rutin main dengan cucu-cucu lucu, entah cucu sendiri atau anak orang lain, mestinya lebih dapet berkah berupa limpahan endorfin dan kesehatan daripada yang terkucil jauh dari siapa-siapa. Penelitian menyiratkan hal itu.

(7) Banyak Memberi, Banyak Berbagi, Banyak Amal. Melihat orang lain bahagia.. karena

tindakan kita, itu efek endorfinnya berantai, menular. Yang menerima bahagia, dapet endorfin. Yang memberi konon bahkan dapet endorfin lebih banyak lagi. Dan menurut para guru spiritual, yang terbaik adalah beramal dengan 'diri dan hartamu'. Lha.. dengan cara itu, selain ada bahagia dari aktivitas sosialnya, ada aktivitas fisiknya juga yang mempromosikan terbitnya endorfin lebih banyak lagi.

Dan nasehat dari para guru kita: "Tangan di atas, lebih baik dari tangan di bawah..." Yang memberi, itu efek endorfinnya insya Allah lebih dahsyat dari yang diberi.

(8) Hadiah-Menghadiahi. Saling memberi hadiah, itu menimbulkan aura positif. Dan memicu efek endorfin. Kalo tidak percaya secepatnya bisa dicoba. Istri atau kekasih datang, langsung coba ditawari hadiah. "Say,.. Selama ini kamu baik sama saya, ya. Nih duit sepuluh milyar buat kamu. Nanti kalau kurang saya kasih lagi..."

Niscaya orang terkasih kalau digituin langsung kena efek endorfin besar-besaran. Lha tapi, kalo ternyata duit yang dijanjikan itu duit palsu, anda bisa jadi urusan pihak berwajib.

Istri saya sering saya pancing-pancing gitu. "..Kamu ya, kalo saya kasih duit seratus milyar terus mau kamu apain?"

"Oh, kalo saya sih insya Allah tak bagi-bagi sama handai taulan dan khalayak...""Lha kok gitu? Nanti kamu dapet apa?""Saya sih gampang. Nanti kalo seratus milyar habis,.. saya tak mengkhayal lagi.... Hahaha..."

Dalam satu riwayat, pernah ada disebutkan, Rasulullah memberi nasehat kepada para sahabatnya. "Hadiah menghadiahilah kalian dengan sesamamu. Niscaya kalian akan jadi saling sayang menyayangi...."

Kalo amal yang kita bahas sebelumnya, itu searah. Ada yang memberi, ada yang menerima. Kalo ini,.. saya ada yang memberi. Kita balaslah kebaikannya itu dengan hadiah yang sama

baiknya atau yang lebih baik. Nanti dia membalas lagi, dengan sikap positif. Terus kita balas lagi. Ini kedahsyatannya sinambung.

Dan bagi orang muslim, ada yang meyakini hal ini merupakan kewajiban spiritual.

Lha, kalo sudah meyakini ini sebagai kewajiban, itu efek endorfinnya insya Allah bisa lebih lagi. Di Quran itu ada di sebutkan satu ajaran (atau banyak yang meyakini sebagai perintah): "..Dan bila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (berupa salam atau hadiah-hadiah apapun), maka balasilah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan (yang setara) itu. Sungguh, Allah Memperhitungkan segala sesuatu.” (QS.An-Nisa’:86)

Cuma tidak semua orang islam seperti itu. Dari waktu ke waktu ada saja kiai gemblung yang justru kalo diberi kebaikan itu malah memberi balasan dengan menohok. "Selamat pagi, Pak Kiai..." "Ah, nggak mau kalo selamat pagi! Harus assalamualaikum dong!!" Pret! Nggak tahu tuh, yang dia baca itu kitab Quran, atau kitab perdukunan. Kalo dengan ayat Quran di atas, sikap itu nyata-nyata melanggar! Wallahualam.

(9) Setelan wajah ramah. Dan banyak-banyak tersenyum. Tersenyum itu ibadah. Selain

dapat pahala, ternyata juga dapet endorfin. Banyak dokter yang meyakini khasiat endorfin mengaku, setiap pagi di depan kaca ada ritual untuk tersenyum dan bersikap ramah terhadap diri sendiri, demi mendapatkan efek endorfin ini. Ups, tapi tentu ini senyum dan ramahnya beneran diiringi sikap hati yang positif lho ya. Kalo di luar tersenyum sama mertua, tapi dalam hati gemesnya dipendem bertahun-tahun... itu bikin sakitlah ya.

Eh, tapi ada yang bilang ya. Senyum palsu sekalipun, atau senyum yang setengah-setengah,.. itu tetap merangsang endorfin saat otot muka kita tertarik. Kalo dikombinasi dengan interaksi sosial, selain yang senyum yang dapet endorfin, orang lain pun ketularan senyum, dan dapet endorfin juga. Yaitu kalau tidak salah sasaran.

Bisa saja sih, orang senyum tak terkendali, ujungnya malah dikelepak oleh pihak lawan, entah itu berupa mantan yang masih mendendam atau mantan mertua yang sakit hati. Lha,.. kayak gitu itulah jadinya salah sasaran. Endorfin dapetnya dikit, tapi muka jadi pedes.

Di agama Islam, setelan wajah ramah ini (dan bersikap senantiasa positif yang disebut tawakal) bukan sekedar anjuran, tapi merupakan kewajiban. Salah satunya seperti disebutkan dalam QS Ali-Imron 159: "...Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."

Ajaran itu, tanpa menyebut-nyebut efek endorfin, menurut saya gamblang sekali memberi arahan bagaimana agar efek-endorfin itu bisa kita dapatkan dengan melimpah ruah. Tapi untuk dilaksanakan juga gampang-gampang susah.

Tidak semua ibu atau ayah, itu disukai oleh anak-anaknya. Banyak anak itu lebih suka menyingkir jauh, daripada dekat dengan ayahnya atau ibunya. Demikian pula, kakek-nenek, itu tidak semua dirindukan dan disukai oleh anak-cucunya.

Di sisi lain, ada ayah-ibu, kakek-nenek, yang disukai oleh anak-anaknya. Bahkan sekelilingnya dalam lingkup yang lebih luas. Walaupun.. misalnya mereka itu senantiasa bau balsem dan lima menit sekali kentut dengan bau yang semriwing. Berkah dari Allah.

Nah, jadi, kalo anda masuk kelompok yang agak dikucilkan oleh handai taulan, renungkanlah ayat di atas, dan renungkanlah lagi. Sebab apa? Kalau handai taulan nyaman dan suka berada di sekeliling kita,.. kita akan mendapat berkah dari Allah. Minimal, kita akan dapat efek-endorfin tadi, walau mestinya sih Allah Yang Pengasih dan Penyayang.. Maha Kaya, itu memberinya lebih banyak lagi. Nggak cuma ngasih endorfin tok. Wallahualam.

(10) Maaf-maafan. Berdamai Setelah Berantem. Atau bahkan berdamai dengan diri sendiri, itu mendatangkan efek endorfin yang menyehatkan.

Sejumlah ahli meneliti, orang-orang yang terkena kanker.. itu banyak yang sebelumnya, secara jangka yang panjang.. mood-nya cenderung negatif, dan selalu negatif. Susah untuk disetel positif seperti anak kecil tak berdosa. Kemarahan terpendam yang terus menerus. Perasaan dikejar-kejar dosa. Dan lain-lain sikap negatif, itu banyak menimbulkan penyakit degeneratif dan kanker. Begitu kata penelitian.

Udah tensi tinggi, jadi marah-marah terus. Dari marah-marah terus, tensi makin menggila. Muter. Lingkaran setan. Padahal, sudah dijanjikan oleh Allah: Ampunan Allah itu meliputi langit dan bumi. Maafkanlah orang lain. Maafkanlah diri sendiri. Perbanyak istigfar, mohon ampunan kepada Allah. Itu aktivitas yang me-rilis beban negatif kita, dan mendatangkan efek endorfin. Begitu kata para guru spiritual kita. Ini mungkin bisa disebut tidak sekedar exercise tapi sekaligut juga laku spiritual kali ye? Wallahualam.

(11) Silaturahmi. Mengeratkan Ikatan-Hubungan Sosial. Muda-mudi gembira ria dengan kekasihnya. Orang tua akrab dengan anaknya. Kakek-nenek dengan anak-cucu.. dan seterusnya.. itu bisa menimbulkan exercise yang sehat, dan juga membahagiakan secara sosial ya. Karena pada dasarnya, manusia itu mahluk sosial. Kalo tuyul, itu mahluk halus. Bodo amat.

Penelitian terakhir menyebutkan, endorfin itu tetap keluar walau silaturahminya tidak face-to-face, tapi interaksinya via teknologi semacam media sosial atau sejenisnya.

Nasehat dari Nabi: "silaturahmi membawa rejeki dan memanjangkan umur." Itu sudah muncul sejak nyaris lima belas abad yang lalu. Dan tetap valid sampai sekarang, bahkan insya Allah valid sampai akhir jaman juga. Selain karena itu manfaat sosial, memicu endorfin!

(12) Kerokan. Berdasar penelitian antara lain dari Prof Prof. Didik Gunawan Tamtomo, seorang

guru besar FK UNS, disimpulkan bahwa kerokan itu itu juga meningkatkan kadar endorfin kalo dilakukan dengan tepat. Ya dari faktor sugestinya, kehangatan yang ditimbulkannya, bahkan 'sakit' yang dimunculkannya.. itu meningkatkan endorfin sedemikian rupa, sehingga bisa menimbulkan rasa nyaman, rasa sakit terus hilang, lebih bersemangat, lebih terasa segar. Dan seterusnya muncul 'efek endorfin' yang klasik itu.

Eh, tapi ada juga kelompok yang anti kerokan ya? Kalo dikerok itu, mereka jadi kiyeng-kiyeng, kesakitan atau kegelian hebat. Lha,.. kalo untuk kelompok ini, apakah kerokan itu bisa menimbulkan efek endorfin atau tidak? Wallahualam.

(13) Pijat. Seperti juga kerokan, pemijatan pada tubuh dengan teknik tertentu, selain

menghilangkan pegal-pegal, juga bisa merangsang endorfin. Eh, tapi ini bukan artinya kita ini direkomendasikan untuk dateng-datengin panti pijat ya. Apa lagi yang plus-plus, plus-minus, dan minus-minus. Itu lain lagi efeknya. Malah bisa bubar segala urusan. Aya-aya wae.

(14) Pelukan. Orang berpelukan itu juga bisa mendatangkan endorfin. Jadi, kalau anak-cucu kita jatuh atau terluka, atau bersedih, maka untuk menghalau kesakitan dan kesedihannya, berikanlah pelukan sayang. Itu akan memunculkan efek endorfin dari dalam dirinya.

Cuma perlu diingat, kepatutan mesti dijaga. Mentang-mentang pelukan bisa memicu endorfin, jangan terus setiap melihat cewek cantik yang minul-minul, terus main dipeluk aja. Itu bahaya. Endorfin nggak seberapa dapet, dalam sekejap anda bisa bonyok parah digeruduk warga.

(15) Menangis. Dalam setelan tertentu, menangis itu menimbulkan kelegaan. Nah, di saat menangis yang seperti itu, otak merilis endorfin, stres dan kesedihan berkurang, sehingga jadinya, menangis itu merupakan cara alamiah untuk mengatasi stress dan kesedihan.

Nggak tahu deh kalo menangisnya karena nonton filem india atau drama korea, apakah itu masuk kategori di atas atau tidak, wallahualam. Bisa jadi termasuk juga.

Asal diketahui saja, Rasulullah dan para sahabatnya itu digambarkan sering berurai air mata juga. Yaitu tentunya karena terharu dengan kebesaran Allah atau semacam itu. Dan bukannya karena kelilipan bubuk cabe atau mata keculek.

(16) Tindakan-tindakan Yang Merangsang Indera. Hal tertentu yang mengesankan bagi indera kita, itu juga bisa memunculkan kenangan-kenangan indah, dan kesan-kesan membahagiakan. Entah itu melihat yang indah-indah, mencium wewangian, mendengar musik yang disukai, memakan makanan kesukaan, yang semacam itu juga merangsang otak untuk menerbitkan endorfin. Aroma terapi atau terapi sinar matahari, itu mungkin termasuk meditasi atau exercise yak? Bisa dua-duanyalah.

(17) Terapi Akupuntur. Ini sejalan dengan tindakan merangsang indera, pijat, kerokan,.. kayak gitu. Akupuntur kalau dilakukan di titik yang tepat, itu juga bisa mendatangkan endorfin.

(18) Cukup Tidur. Yang lalu sudah kita ulas healing sel-sel otak dan rangkaiannya, itu bisa terjadi optimal kalo kita cukup tidur. Nah, pabrik endorfin, itu adanya di otak. Sehingga, kecukupan tidur itu terkait dengan seberapa optimal tubuh kita bisa bikin endorfin. Ini jadi tek-tok. Cukup-tidur baik untuk endorfin. Dan endorfin baik untuk mendapatkan tidur-cukup.

***

Endorfin & Meditasi

Ritual ibadah kepada Tuhan. Ini juga silakan direnungkan. Dan sudah diteliti juga.

Tulisan lain sudah menyebutkan, dari hasil penelitian empiris, bahwa scan otak menunjukkan para ahli ibadah, yang rajin berdoa, rajin berzikir, meditasi.. itu otaknya lebih besar, lebih padat, dan lebih canggih strukturnya daripada yang keseringan bengong doang.

Kepada yang bukan muslim, saya nggak ada komentar, mohon maaf. Demikian pula kalau Islamnya beda aliran, entah ekstrim kanan, atau kiri, silakan dipikir masing-masing. Tapi yang saya tahu, ritual-ritual pokoknya agama Islam kalau dikaitkan dengan ini, benang merahnya gamblang. Kebanyakan ritual itu mengarah kepada melimpahnya endorfin.

Apa yang diajarkan islam, dalam hal ritual dan practices keseharian.. itu nyaris semua ada padanannya di agama-agama besar lain yang established atau mapan. Yang beda, itu paling di masalah ketuhanan (tauhid) dan keyakinan-keyakinan tentang negeri akhirat. Jadi, walau di sini yang dicontohkan itu ritual islam, anda pemeluk agama lain bisa cari padanannya di agama-keyakinan anda masing-masing.. kalau berusaha mencari 'efek endorfin' melalui pendekatan spiritual atau meditasi.

Kita mulai saja....

Syahadahnya, ketauhidannya yang utama, laillahaillallah,.. melepaskan diri dari semua hal, tidak mempertuhankan apapun, kecuali yang satu, yang Tuhan beneran. Allah. Yang diyakini Maha Kuasa. Maha Baik. Kalau dibilang olah raga, ini olah raga otak. Olah raga kebatinan.

Nah, dengan 'melepas' segala beban seperti itu, lurus fokus ke yang benar saja, tentu akan menimbulkan rasa lega dan nyaman. Wallahualam efeknya terhadap masing-masing kita, tapi kalau kita lihat logika-logikanya, bagaimana endorfin itu dimunculkan, bahkan yang cuma olah raga kalbu ini saja sepertinya arahnya positif.

Yang kedua tentu sholat, sembahyan, dan berdoa. Dan rangkaiannya. Ada wudhu-nya. Ada ke mesjidnya. Ada jamaahnya, synchronized dengan saudara lain, ada zikirnya setelah sholat. Nggak usah dibahas lagi, itu adalah rangkaian exercise yang tersistem pemicu endorfin. Dan makin dilakukan dengan rutin, dan dengan khusyu, itu makin memicu efek-endorfin yang menetap. Penelitiannya belum beneran sahih, tapi ada satu riwayat bahkan menyebutkan. Ali Bin Abi Thalib suatu ketika meminta panah yang nancep ke tubuhnya untuk dicabut pada saat dia sedang khusyuk sholat. Yang ternyata tetep sakit juga sih kayaknya, cuma mendingan.

Tidak tidur sebelum isya. Bangun saat subuh. Bangun sepertiga malam atau qiyamulail kalau mau dilengkapi yang wajib dengan sunnah yang bernilai tinggi. Itu nilai exercisenya luar biasa. Nilai meditasinya seperti apa? Itu mestinya luar biasa juga. Dengan tingginya nilai meditasi, dibarengi dengan keyakinan atas suatu ajaran kebenaran, maka nilainya tidak bisa ditandingi oleh olah raga apapun yang karang-karangan manusia. Menurut saya begitu. Bukti ilmiahnya sudah ada yang coba-coba merumuskan, tapi sejauh yang pernah saya baca, bukti ilmiahnya masih kurang tuntas, dan juga kurang mantap sampai saat ini. Apakah efek baiknya endorfin itu dari sisi spiritual dari sholat malamnya, atau sisi gerakannya yang semacam meditasi, atau tidur malam yang lebih awal, atau kombinasi semua itu, atau apanya?

Sebab di sisi lain, aktivitas malam yang tidak dibarengi sikap mental positif, tapi ada keterpaksaan, seperti banyak dialami para pekerja yang terpaksa mesti shift malam untuk jangka panjang,.. itu hasil penelitian menunjukkan malah punya efek karsinogen alias pencetus kanker. Lha,.. kegiatannya seperti beda sedikit, tapi dampaknya beda bumi dan langit. Dan segala sesuatu itu memang nilainya berpangkal dari niat sih....

Mekanisme endorfin itu cenderung gagal kalo aktivitas kita dilakukan dengan berat hati atau mood negatif. Jadi, kayaknya memang sholat malam itu.. cuma bermanfaat kalau pelakunya sudah sepenuhnya buy-in terhadap ajarannya, dan juga fisiknya dalam kondisi memungkinkan.

Ada satu hadits menyebutkan, para sahabat yang kondisinya ngantuk berat saat jadwalnya sholat malam, maka mereka itu direkomendasikan oleh Rasulullah untuk lebih baik tidur saja.

Meditasi yang mirip dengan dari agama-agama lain di Islam, saya pikir ada lagi doa dan zikir itu, puji-pujian, tasbih, istigfar, yang mestinya dilakukan kapan saja bisa, atau setelah sholat.

Puasa ramadhan,.. dengan segala rangkaiannya, ini juga bernilai exercise, bernilai spiritual, bernilai diet juga. Di atas sudah diulas dikit. Bangun sahurnya, itu exercise. Sholat malamnya, tadi sudah disebut. Di ujungnya nanti, ada bayar-bayar zakat dan silaturahmi, urusan idul fitrinya, serangkai dengan itu banyak olah tubuhnya juga.

Puasa sunnah, itu juga ada benang merahnya dengan puasa wajib bulan Ramadhan. Tapi puasa keliru-keliru? Segenap nilainya bisa runtuh, baik nilai exercisenya, nilai diet-nya, maupun nilai spiritualnya. Mungkin oleh karena itulah, maka di dalam ajaran Islam ada jenis-jenis pantang makan-minum aka puasa, yang terlarang. Wallahualam. Saya belum pernah sih baca penelitiannya terkait ini yang berkorelasi dengan efek endorfin.

Haji (dan Umroh), itu selain tinggi nilai spiritualnya, nilai exercisenya kasat mata. Perjalanan jauhnya, persiapannya, berangkatnya, pulangnya. Tawaf-nya, mengitari ka'bah tujuh kali, sa'i-nya jalan pendulum dari shofa dan marwah, ke Mina berduyun dan berkemah mabit atau tinggal di sana, wukuf di Arofah. Overnite atau mabit di Muzdalifah. Lempar jumroh lagi di Mina,.. pakaiannya yang khusus, itu juga membawa handicap yang in return bisa memunculkan exercises, dan bahkan cukur rambutnya bisa ada kaitannya dengan olah tubuh. Serangkai dengan itu, ada urusan qurban. Nilai exercise-nya tinggi, nilai spiritualnya juga, dan bahkan unsur dietnya juga ada. Sebab, dengan jadwal dan tahapan yang demikian ketat, orang tidaklah bisa makan minum seenak-enaknya.

Dalam rangkaian haji, di Arofah utamanya, biasanya orang mengaku dosa kepada Tuhannya, dan bertobat, meminta ampunan atas segala kesalahan. Pasrah. Dan setelahnya (kebanyakan) ngantuk berat. Insya Allah itu karena endorfinnya melimpah ruah. Yang nggak timbul rasa nyaman, hepi, kemungkinannya dua macam ye: pertama, ndablek, atau kedua, onta! Hehehe...

Di pihak lain,.. kalau orang mau bikin 'semacam haji', secara ngarang-ngarang, dikaitkan dengan endorfinisasi.. maungkin dampaknya tidak akan bisa seperti haji yang beneran, yaitu kalau dosisnya tidak pas. Overdosis, bisa merusak. Underdosis, jelas kurang manfaatnya. Bisa saja,.. dirancang yang sifatnya paralel dengan itu. Misalnya: hiking dalam rangka cinta tanah air, atau gerak jalan. Kalau dikelola dengan baik, dan dieksekusi dengan baik, tentu endorfinisasi jalan juga. Bisa dapet pahala juga. Tergantung niatnya, bisa juga ada nilai spiritualnya. Menurut saya sih, tentu ini tidak setara dengan haji atau umroh. Tapi, saya ini kan muslim. Kalau bagi yang non-muslim, mau haji-umroh juga nggak bisa ya. Apa mungkin menilai haji dan umroh lebih tinggi juga? Ta'uk deh.

Yang jelas, di banyak agama besar dunia, itu banyak hal yang mirip-mirip juga. Istigfar, pengakuan dosa, itu juga bukan khas islam. Puasa juga bukan khas islam. Doa-zikir-puji-pujian itu juga di berbagai ritual agama ada. Dan seterusnya.

Bahkan zakat atau sedekah, infak, atau yang semacamnya, kalau dibaca bener ajarannya, itu bernilai exercise juga, dan bernilai meditasi juga. Bisa memicu endorfin. Kalau dicermati ajarannya yang asli, orang-orang Islam diwajibkan untuk senantiasa berbuat baik (ie. sedekah)

'dengan diri dan hartanya'. Dengan 'diri' itu, itu kan artinya exercise dalam prakteknya. Nilai spiritual dari zakat atau sedekah itu, luar biasa. Dan juga diajarkan, berbuat baik itu dengan muka manis dan hati ikhlas. Endorfinisasi banget, kan?

Agama lain yang menganjurkan darma-bakti, setahu saya juga tidak ada yang ngasih rekomendasi untuk berbuat baik sambil cemburat dan diiringi perbuatan baiknya dengan ekspresi kebencian atau angkara murka. Iya, kan?

Anda nerima duit semilyar, oke, big deal. Anda bergembira ria. Tapi bayangkan bila sebaliknya. Anda bukannya menerima, tapi memberi, menyumbang dengan segala niat baik, dengan segenap kebaikan hati anda.. senilai.. yah, setengah milyar katakanlah. Please tell me, bagaimana rasanya saat anda melihat kamu dhuafa, yatim piatu, janda-janda tua itu amat grateful, tersenyum menerima sumbangan anda. Anda bisa bercucuran air mata karena endorfin tiba-tiba menggelegak diproduksi dari sekitar unyeng-unyeng anda yang rambutnya jabrik itu. Iya, kan? Eh, kok jadi nuduh, ya? Emang siapa yang jabrik? Sorry.

Dan jangan dikira itu endorfin membuncahnya kalau melihat orang berterima kasih atau bertepuk tangan. Anda lakukan diam-diam. Tidak ada orang tahu, tidak ada orang berterima kasih... perasaan positifnya bahkan bisa jauh lebih berlipat ganda. Karena literally, anda bisa bilang pada diri sendiri: "..ini adalah antara saya dan Tuhan". Dan lalu anda merasakan, melihat Tuhan 'tersenyum', anda melihat kasih sayang-Nya. Nah, anda melihat Tuhan tersenyum, dibandingkan melihat janda tua nenek-nenek tersenyum,.. gila aja kalau anda bilang bahwa yang nenek-nenek itu yang lebih menyenangkan hati.

Perbuatan baik yang nomer satu dampak positifnya secara spiritual (dan mestinya emosional juga ya, disebabkan hubungan sosial yang erat), diajarkan oleh agama Islam, adalah kepada kedua orang tua. Kalau mau endorfin banyak, silakan ini direnungkan lagi.

Posisi mereka amat khusus, dengan sendirinya memunculkan great feeling yang tiada duanya. Walaupun misalnya, let say, orang tua itu sudah meninggal dunia. Katakanlah anda seorang anggota SAR. Plung! Anda terjun bebas, nyemplung jurang, menolong saudara-saudara lain yang terkena musibah. Taruhan nyawa, hampir mati beneran, terus nggak bener-bener selamet, katakanlah luka parah. Lalu niatkanlah seperti ini: "Ya, Tuhan. Saya ini mati-matian, kalau pahalanya banyak, berikanlah pahalanya itu pada almarhum ibu saya tersayang. Sebagai perbuatan baik saya yang tidak seberapa buat dia. Semoga dia bahagia di alam sana". Gimana itu? Anda baru baca saja tulisan ini. Baru niat saja. Endorfinnya sudah keluar, dan anda bisa merasakan great feelings itu bukan? Ya udah. Kalo gitu nggak usah capek-capek nyemplung jurang nggak puguh, ya. Ngerepotin. ;-)

In reality, percaya gak percaya, orang yang banyak sedekah... akhirnya, merasakan bahwa kebiasaan sedekah itu berpengaruh kepada diet-nya. Cara dia makan minum. Biasa berbuat baik, kesehariannya tentu akan jadi ingin.. kalo makan-minum itu juga yang baik-baik saja. Halalan, toyiban. Otherwise, nilai spiritual dari sedekahnya takut musnah, kan? Dan juga, tidak jarang, jadi lebih membatasi diri dari kebiasaan makan berlebih-lebihan. Eh, tapi kalo ngerokok sih bisa jalan terus. Nglepus. Yaitu kalau yang perokok. ;-)

Ups, tapi banyak juga orang Islam pemalas, keliru nih menurut saya. Yaitu kelompok orang-orang yang inginnya serba instan, berkeyakinan bahwa pahala berlimpah bisa didapat sekedar dengan komat-kamit mulut saja,.. yang berkeyakinan, bahwa masuk surga bisa dicapai dengan sekedar komat-kamit mulut sambil doing nothing or not much. Actually, sifat malas adalah sifat

paling dicela oleh Islam. Lack of exercise dengan kata lainnya. Nabi selain senantiasa berlindung kepada Allah dari godaan setan, sering berlindung kepada Allah dari penyakit malas. Dan kisah hidup Nabi, hanya ada dua orang sahabatnya yang dicium tangannya oleh Nabi,.. lalu dipuji-puji, adalah keduanya adalah orang yang banting tulang bekerja keras. Saya tidak pernah mendengar ada orang dicium karena jidatnya kapalan kebanyakan sujud.

Soal kenapa ajarannya begini, orang muslimnya begono,.. yah mungkin yang salah orang-orang kayak saya gini nih. Ilmunya cetek. Imannya juga pas-pasan. Dosanya banyak dan kunci-kunci kehidupan banyak yang belum kepegang. Astagfirullah. Mudah-mudahan ke depannya saya bisa lebih baik lagi.

Dalam hal meditasi ini, para peneliti efek endorfin ada menyebut aroma terapi. Dalam islam anjuran untuk pakai wewangian juga ada, yaitu misalnya saat ibadah jumat atau di hari raya. Dan dalam hal lain tertentu, wewangian justru dilarang. Yaitu misalnya saat sedang menjalani ritual haji saat masih ihram.

Dalam hal meditasi ini, para peneliti efek endorfin juga menyebut terapi sinar UV dari matahari. Di agama islam walau tidak eksplisit sekali juga ada sebetulnya. Saat hari raya, maka yang dianggap paling afdol itu bila dilakukan di tanah lapang saat matahari bersinar cerah. Demikian pula, saat sehari-hari, orang yang sholatnya dengan berpanas-panas jalan kaki ke masjid itu dinilai lebih afdol dari yang nggeduwel tidak pernah keluar rumah sama sekali.

Pendeknya, ajaran agama dengan hasil riset endorfin itu benang merahnya sama. Senantiasa berpikir positif, itu akan memantapkan ketersediaan endorfin dan rasa bahagia pada diri kita. Dan sebaliknya, keseringan berniat positif itu punya pengaruh buruk.

***

Ayo Senantiasa Berpikir Positif

Soal berpikir positif itu gimana bentuknya, silakan didalami lagilah masing-masing. Tidak iri dengki. Tidak emosian. Memaafkan. Optimis tidak putus asa. Tidak ngerasani orang. Tidak nyombong dan gengsi-gengsian sama orang. Tidak menjuluki saudaranya dengan panggilan buruk. Bakti pada orang tua. Dan seterusnya.

Secara khusus, bakti pada orang tua itu diposisikan sebagai ibadah wajib yang kelas wahid. Ridho Allah itu datangnya setelah ridho dari kedua orang tua. Sampai seperti itu. Dan.. hal yang sama itu juga ada pada agama-agama besar dunia. Hikmahnya bagaimana untuk pola pikir positif, dan perangsangan endorfin, ya itu mestinya luruslah dengan yang sudah dibahas.

Hal kedua dalam islam yang dianggap kelas wahid, adalah mendekatkan diri pada Allah. Pasrah. Ikhlas. Dan sampai ke derajat spiritual tertinggi yang disebut derajat takwa.

Hal ketida, dalam islam yang dianggap kelas wahid lagi, senantiasa menjadi pejuang yang all-out di jalan kebenaran. Pejuang fi-sabilillah. Entah itu ibu yang menjalankan tugasnya sebagai ibu. Ayah yang menjalankan tugasnya sebagai ayah. Istri. Suami. Anak. Dan seterusnya.. itu bisa menjalankan misi sucinya masing-masing, meniatkan kesehariannya sebagai perjuangan fi sabilillah, dan itu adalah yang terbaik. Dapet kepuasan batin. Dapet endorfin. Sehatnya fisik, mental, spiritual.

Bukan orang muslim, tapi Doktor William Bloom yang amat meyakini 'The Endorphin Effect', itu juga amat meyakini spiritual healing, dan 'penyembuhan' atau 'penguatan' dari dalam diri kita. Dan untuk memicu efek endorfin itu.. sepenuhnya bisa dari dalam diri kita sendiri atau dari tekad-niat kita sendiri, nggak tergantung pada keadaan eksternal.

Kalo endofrin effect sudah kita dapat dengan optimal, kurang tidur dikit-dikit, sesekali.. itu mestinya tidak apa-apa. Kita bisa tetap sehat lahir dan batin.

Wallahualam bi sawab. Masih banyak hal-hal belum ada bukti ilmiahnya bagaimanapun juga.

Yang skeptis dengan keyakinan Doktor Bloom itu juga tidak sedikit. "Gampang sih kalo cuma ngomong..." "Orang nggak punya duit, gimana kita mau bahagia?" "Hidih. Elu sih enak bahagia bisa disetel-setel. Nah gue? Di sekeliling semua orang nyebelin kek begini, gimana gue bisa bahagia?" Dan seterusnya.. berbagai alasan, besar dan kecil.. itu faktanya eksis.

Dan yang membolak-balikkan hati itu hanyalah Allah. Rasul Allah saja nggak bisa. Doktor Profesor juga nggak bisa. Gimana lagi?

Segalanya terpulang pada masing-masing kita....

Anda termasuk orang serba optimis, yang yakin pasti selalu bisa untuk berpikir positif, bersikap positif, dan bertindak positif? Ataukah anda pesimis dan tidak bisa diapa-apain lagi?

Kalo positif dapat berkah berupa efek endorfin dan lain-lain, sedangkan kalau tidak positif,.. efek endorfin itu tidak akan muncul. Tapi hidup ini pilihan....

Kalau saya meyakini, kekuatan Sang Pencipta ada dalam tiap hal dan kejadian. Kita tawakal saja, semua diterima Ikhlas. Move-on. Yang lalu kita petik pelajarannya. Masa depan kita songsong dengan senantiasa optimis. Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Kalaupun seluruh dunia tidak mau menolong kita untuk mendapatkan efek endorfin, kita masih bisa minta pertolongan kepada Allah. Dan Dia adalah sebaik-baik penolong.

Beberapa kali orang menceritakan soal peristiwa kecoa...

Suatu ketika, di sebuah resto, berkumpul sejumlah emak-emak. Ada pelanggan. Ada pegawai resto. Semua emak-emak. Plok, tiba-tiba di atas meja jatuh seekor kecoa. Waa!!! Ibu-ibu pelanggan langsung girap-girap, histeris, dan seolah dunia mau kiamat.

Lalu datang salah seorang emak-emak pegawai restoran. "Ada apa nih ribut-ribut?"

"Kecoa tuh! Mengerikan bingits!!!"

"Ooo.. kecoa." Jebret! Si pegawai restoran terus menampel kecoa itu. Bangkainya dia pungut, terus dia bersihkan semua seperti sedia kala. Selesai!

Kecoa itu ya kayak gitu. Mau disikapi dengan geger-histeris, atau disikapi dengan cool saja. Kecoanya itu ya tetep kayak gitu. Yang penting bagi kita, bagaimana kita menyikapinya! Sikap kita itulah yang akan berdampak pada nasib kita ke depannya.

Kalo gara-gara kecoa terus geger-histeris, orang mungkin bisa meninggal karena terus lompat ketakutan dari lantai tiga. Atau.. terus bikin restonya jadi kebakaran dan makan korban. Di sisi lain, kalo disikapi dengan serba positif, at no time at all, semua bisa kok balik seperti sedia kala.

Cerita lain, tentang banjir...

Saat musibah banjir datang. Itu tiap-tiap yang kebanjiran beda-beda menyikapinya. Ada yang merasa dunia itu menjelang kiamat. Ada yang nyalah-nyalahin pemerintah. Ada yang berantem, gelut karep'e dewe.

"Ini tuh banjirnya dahsyat! Ada ombaknya segala!""Alah.. segimana sih banjirnya di tempat kamu?""Eh, nggak main-main. Di tempat saya geger! Banjirnya se-dada lho!""Sedada manusia?""Kucing!"

Lha. Tapi di Bojonegoro sana, langganan banjir, saya punya sodara senantiasa optimis. Tiap kali dia kena banjir, ditelepon oleh istri saya, beliau selalu bercanda ria, ketawa-tawa. Seolah-olah, banjir itu dagelan menyenangkan yang seru-seru saja untuk diobrolin.

Dan yang begitu itu. Tidak sulit untuk dilakukan. Kalo memang dasarnya senantiasa berpikir posiitif, dan optimis. Dengan optmisme seperti itu, efek endorfin datang. Dan dengan adanya endorfin,.. makin bahagia, makin positif lagi perasaan kita. Gulung bergulung.

Yang sikapnya negatif juga sama. Dengan sikap negatif, endorfin langka, yang ada hormon-hormon pencetus stress. Jadi makin negatiflah jadinya.... Dan kalau sudah kejebak dalam lingkaran setan yang ini,.. mau keluar dari situ makin susah.

***

Kesimpulan Doktor Blom (Dan Para Ahli Sealiran)

Kalo menurut Doktor Bloom (dan para ahli yang sealiran), muncul tidaknya endorfin di tubuh kita itu nggak susah, tinggal kitanya mau atau tidak.

Munculkan pengalaman menyenangkan di dalam pikiran, entah itu dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, atau mengkhayalkan saja dengan mata hati.. itu sudah bisa memicu endorfin. Sebab.. psycho-neuro-immunological system kita, bagian dalam pengatur endorfin, itu tidak membedakan antara kesenangan sungguhan atau kesenangan yang sekedar dikhayalkan.

Efek-endorfin itu unik. Kalo deep-sleep itu sulit, dipaksain ya nggak bisa. Tapi efek-endorfin tidak seperti itu. Dia tidak tergantung pada kondisi luar. Dia cuma tergantung pada 'the power of mind', bukan 'the power of emak-emak'.

Efek-endorfin bisa dimunculkan nyaris di semua situasi, di semua tempat, asal kitanya mau. Yaitu untuk melawan stress, melawan kesakitan, melawan kesedihan-kemurungan, dan untuk membangkitkan energi fisik-mental-spiritual kita dari dalam.

Nah, kemudian, mesti diingat: Apapun yang kita lakukan, lalu kita dapatkan efek endorfin yang menimbulkan kesenangan-kebahagiaan, durasinya ada batasnya. Ini sudah disebut di atas.

Endorfin yang keluar itu.. tidak akan eksis terus. Dia akan berangsur hilang dan hilang dalam waktu sekitaran 12 jam.

Jadi,.. supaya muncul lagi dan lagi, terus menerus secara sinambung, hal-hal baik pemicu kebahagiaan dan endofrin itu harus kita lakukan berkesinambungan pula.

Yang mau membaca bukunya Doktor William Bloom, silakan saja cari "The Endorphin Effect" yang dibikin sejak tahun 90-an (dan ada ulasan di yutub juga). Di atas sudah diringkaskan bagaimana mendapatkan efek-endorfin menuru saya sebagai penulis, yang merangkum dari berbagai sumber. Tapi kalo mau yang murni menurut Bloom, untuk mendapat endorfin efek itu kalo diringkaskan kesimpulan dia meliputi beberapa kata kunci ini:

(1) Pemicu positif (possitive-triggers, nikmati setiap momen, aktivitas, dan pikiran) (2) Inner-smile (berilah diri sendiri perhatian dan kasih sayang)(3) Curled-Deer (kiasan untuk kasih istirahat, kasih rileks tubuh kita dari waktu ke waktu)(4) Biophylia (eratkan hubungan dengan lingkungan, semesta, dunia spiritual dan kebaikan)(5) Aktivitas Rutin Harian (Exercise ringan 20-menitan minimum per hari untuk mengoptimalkan oksigenasi darah dan metabolisme secara umum)

Cukup itu saja.... dan tidak sulit untuk menjadi orang yang lebih bahagia.

***

Penutup

Setelah membaca ini, semoga anda bisa memahami dan menyimpulkan, bahwa endorfin itu bisa dimunculkan oleh diri anda sesuka hati. Bahkan selama krisis, selama dalam posisi tertekan,.. anda bisa setel diri anda untuk memunculkan banjir endorfin,.. dan jadi 'feel good' seketika. Tinggal mau atau enggak. Bahagia adalah satu pilihan....

Nah, agar menjadi insan yang lebih solid, bisa 'feel good' seketika gara-gara disetel oleh diri sendiri, maka kemampuan memicu endorfin itu mungkin suatu ketrampilan yang perlu dikuasai. Itu ketrampilan hidup manusia sukses yang mendasar. Manfaatnya seketika dan juga panjang. Dengan ketrampilan ini, orang bisa mantep secara lahir-batin, semeleh, tidak kemrungsung, dan terbebas dari ketergantungan pada sekeliling. Dunia sedang geger, orang lain sedang meraja lela,.. lahir-batin anda bisa tetap semeleh. Di pihak lain, kalau tenang tidaknya anda tergantung pada dunia dan orang lain.. yang di luar kontrol anda.. payahlah hidup ini.

Jadi, setelah paham bagaimana endorfin tadi berfungsi, ada bisa mencapai tingkat seperti itu tanpa perlu beli obat penenang yang mahal-mahal dan menguras kocek. Mestinya begitu.

Marilah kita terus optimis, terus tersenyum mensyukuri berkah dari Allah dan segenap anugerah yang kita dapatkan, berjalan tegak maju ke depan, move-on menghadapi hari demi hari dengan sikap positif, gembira, dan bahagia, secara lahir dan batin.

Semoga keberuntungan senantiasa meliputi kita semua. Salam. (YW)

top related