endometritis baru
Post on 21-Dec-2014
383 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ENDOMETRITIS
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahAskeb Lanjut II Uroginekologi
Dosen Pembimbing:Dwi Estuning Rahayu, S.Pd, S.Kep, Ns, M.Sc
DISUSUN OLEH:1. Dwi Rahmawati (1202430015)2. Norma Quratul Aini (1202430017)3. Winda Agus Setyo Rahayu (1202430020)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KLINIK KEDIRI
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
- Endometritis adalah infeksi endometrium (lapisan dalam dari rahim) (Geri,
2009).
- Endometritis adalah peradangan pada lapisan endometrium uterus (Rivlin,
2011).
II. ETIOLOGI
Endometritis adalah penyakit yang disebabkan oleh polimikroba, rata-rata 2-3
organisme. Dalam banyak kasus, muncul dari infeksi ascending dari organisme yang
ditemukan di flora normal vagina (Rivlin, 2011).
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran genital pascapartum adalah:
1. Aerob:
Streptokokus grup A, B dan D
Enterokokus
Bateri gram-negatif – Escherchia coli, Klebsiella dan Proteus
Staphylococcus aureus
Gardnerella vaginalis
2. Anaerob:
Spesies peptokokus
Spesies peptostreptokokus
Golongan Bacteroides fragilis
Spesies klostridium
Spesies fusobakterium
Spesies Mobiluncus
3. Lain-lain:
Spesies Mycoplasma
Chlamydia tracomatis
Neisseria gonorrhoeae (Leveno, 2009).
III. KLASIFIKASI
1. Endometritis Akut
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan hiperemi dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab
yang paling penting adalah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut.
Infeksi postapartum dan postpartum sering terdapat oleh karena luka-luka
pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas implantasi plasenta, yang
merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang
digunakan pada abortus dan partus yang tidak steril dapat membawa kuman-
kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke
parametrium, ke tuba dan ovarium dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala
endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam
keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea
yang bernanah dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut adalah tindakan yang dilakukan dalam uterus
di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam
uterus, memasukkan IUD ke dalam uterus dan sebagainya. Tergantung dari
virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis tetap
terbatas pada endometrium atau menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis
akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen
umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan
lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid (Prawirohardjo, 2012).
2. Endometritis Kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering ditemukan, oleh karen infeksi
yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri,
karena pelepasan lapisan fungsional endometrium pada waktu haid. Pada
pemeriksaan mikroskopik, ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam
keadaan normal dalam endometrium. Gejala klinis endometritis kronik adalah
leukorea dan menoragia. Endometritis kronik ditemukan pada:
- Tuberkulosis
- Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
- Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
- Pada polip uterus dengan infeksi
- Pada tumor ganas uterus
- Pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik (Prawirohardjo, 2012).
IV. PATOGENESIS.
Bakteri secara normal mengkoloni seviks, vagina, perineum dan saluran cerna.
Meskipun virulensinya rendah, namun berbagai bakteri ini menjadi patogenik jika
terdapat jaringan yang mengalami devitalisasi dan hematom yang pasti ada dalam
persalinan. Infeksi pascapartum bersifat polimikroba (biasanya dua hingga tiga
spesies) dan terjadi di tempat insisi atau implantasi plasenta (Leveno, 2009).
Infeksi endometrium, atau desidua, biasanya hasil dari infeksi melalui saluran
kelamin. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut
dan kronis. Endometritis akut ditandai oleh adanya neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Pada kasus non obstetric, penyakit radang panggul dan invasif
prosedur ginekologi adalah prekursor yang paling umum untuk endometritis akut.
Pada kasus obstetri, infeksi postpartum merupakan masalah yang umum.
Endometritis kronis ditandai oleh adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma
endometrium. Endometritis kronis pada populasi obstetri biasanya dikaitkan dengan
produk konsepsi tertahan setelah melahirkan atau aborsi elektif. Pada populasi
nonobstetric, endometritis kronis terlihat dengan adanya infeksi (misalnya klamidia,
TBC, vaginosis bakteri) dan adanya alat kontrasepsi dalam rahim (Zieve, 2011).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau desidua, dengan ekstensi
ke dalam miometrium dan jaringan parametrium. Endometritis biasanya hasil dari
infeksi naik dari saluran bawah kelamin. Dari perspektif patologis, endometritis
dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan dengan
adanya neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan
adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium.
Pada populasi non obstetric, PID dan prosedur ginekologi invasif adalah
prekursor paling umum untuk endometritis akut. Pada populasi obstetri, infeksi
postpartum adalah masalah yang paling umum. Endometritis kronis di bidang
kebidanan biasanya terkait dengan hasil konsepsi tertahan setelah melahirkan atau
aborsi elektif. Pada populasi non obstetric, endometritis kronis dapat dilihat dari
infeksi, seperti klamidia, tuberkulosis, dan vaginosis bakteri, dan adanya suatu alat
kontrasepsi (Zieve, 2011).
Ketidaksterilan alat-alat yang digunakan dalam menolong persalinan
menyebabkan bakteri dan ogranisme masuk dan menginfeksi organ reproduksi,
infeksi dapat menyebar melalui jaringan limfa dan dinding uterus (Stright, 2009)
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus
tuberkulosis genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkol pada
tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus incompletus terdapat sisa-sisa desidua dan villikorialis yang
tertinggal dalam uterus dapat menyebabkan radang endometrium yang menahun.
Pada partus dengan sisa plasenta yang masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang
disebut polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi terus menerus karena
adanya benda asing atau polip/tumor di dalam cavum uteri (Prawirohardjo, 2012).
Infeksi gonorhoe mulai sebagai servicitis akuta, dan radang menjalar keatas
dan menyebabkan endometris akuta.
Infeksi post abortus dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada
cervik uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan pusat
masuknya bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunakan pada
abortus dan partus tidak steril dapat membawa kuman-kuman kedalam uterus.
Abortus septik dan sepsis puerperalis cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh darah dan limfe menjalar ke parametrium, ke tuba dan ovarium, dan
peritonium di sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini mirip oleh
gejala-gejala penyakit dalam. Penderita panas tinggi, nyeri, keluar leukorea yang
bernanah, dan uterus serta daerah disekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain
endometritis akuta adalah tindakan yang dilakukan dalam utterus diluar partus atau
abortus, seperti kuretase, memasukkan radium ke dalam uterus, mamasukkan IUD
(Intra Uterin Device) ke dalam uterus, dsb (Prawirohardjo, 2012).
V. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita
dan derajat trauma pada jalan lahir. Infeksi uterus harus menjadi perhatian utama
pada wanita pascapartum dengan demam. Biasanya timbul rabas vagina (lokia) yang
berbau, banyak dan bersemu darah (Lokiametra). Sering terdapat nyeri tekan
abdomen dan parametrium uterus sewaktu pemeriksaan bimanual. Uterus pada
endometritis agak membesar dan lembek. Penderita pada hari-hari pertama tampak
kurang sehat dan perut nyeri. Mulai ;hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam waktu kurang
lebih satu minggu keadaan akan kembali normal lagi (Prawirohardjo, 2012). Demam
ibu pascapartum (pascaoperasi), tanpa causa lain yang jelas, harus dianggap sebagai
endometritis (Leveno, 2009).
VI. FAKTOR RESIKO
1. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketubah
2. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
3. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah
ketuban
4. Teknik aseptic tidak sempurna
5. Tidak memperhatikan teknik cuci tangan
6. Manipulasi intrauterine (mis, eksplorasi uteri, pelaksanaan placenta manual)
7. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak
diperbaiki
8. Hematoma
9. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml
10. Retensi sissa plasenta atau membrane janin
11. Perawatan perineum tidak memadai
12. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani (Mis,
vaginosis bakteri, klamidia, gonorea)
(Varney, 2008)
13. Infesi dasar: chorioamnionitis & bacterial vaginosis
14. Setelah persalinan spontan, abosrtus spontan atau abortus elektif
15. Adanya benda asing
16. Faktor resiko lain yang berkontribusi, termasuk:
o Anemia
o Obesitas
o Diabetes
o Malnutrisi
o Status imun
o Sosial ekonomi rendah
o Operator tidak punya pengalaman dan / keterampilan
o Waktu operasi lebih dari 1 jam
o General anastesi
(Queenan et al, 2005).
17. Perdarahan pascapartum
18. Pre eklamsia
(Walsh, 2008)
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya
dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi
Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen
biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan
dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan
meluas hanya ke peritonium didekatnya (peritonitis panggul), terapi biasanya
medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau
nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara bedah
Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi
yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)
atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini
umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul.
Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun
pasien sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar
Panggul abses
Flegmon parametrium dapat dapat mengalami supurasi,membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis
yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan
tuntunan computed tomography, kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung
pada lokasi abses
Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesaradalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang
subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia. Hal ini bermanifestasi
sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan
eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi
Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus.
Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan munkin mengenai vena-vena di
ovarium
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur
atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena
peritonitis lokal atau abses tuba ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal
dysmotility dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih
tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.
(Cunningham, 2009)
VIII. DIAGNOSA
Tes yang dapat dilakukan:
- Kultur dari serviks untuk clamidia, onore dan organisme lain
- Biopsi endometrium
- ESR (sedimen rate)
- Laparoskopi
- WBC (white blood count)
- Uji mikroskopis lendir
(Zieve, 2011)
IX. PENCEGAHAN
1. Selama kehamilan
Cegah anemia dengan memperbaiki gizi dan diet yang baik.
Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang.
2. Selama persalinan
Batasi masukknya kuman kedalam jalan lahir degan cara sterilisasi alat
partus.
Jaga persalinan agar tidak berlarut.
Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Cegah terjadinya perdarahan banyak.
Periksa dalam dilakukan hanya bila perlu.
Transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
3. Selama nifas
Jaga luka-luka agar tidak dimasuki kuman.
Batasi pengunjung pada hari-hari pertama nifas.
Penderita dengan tanda infeksi harus diisolasikan.
X. PENATALAKSANAAN
Sifat polimikroba dari infeksi ini mengharuskan pemberian regimen
antimikroba spektrum luas dalam pengobatan endometritis setelah pelahiran
pervaginam atau sesar. Beberapa regimen yang berbeda dapat digunakan. Di
Parkland Hospital, regimen yang digunakan adalah klindamisin plus gentamisin dan
sudah memadai bagi 95 persen wanita. Beberapa kasus yang gagal berespon
berkaitan dengan Enterococcus dan secara empiris ditambahkan ampisilin jika tidak
ada respon klinis setelah 72 jam pemberian klindamisin plus gentamisin. Jika demam
menetap, penyulit endometritis perlu disingkirkan dengan pemeriksaan panggul dan
pemeriksaan pencitraan. Tanpa penyulit tersebut, wanita endometritis diberi
antibiotik intravena sampai afebris selama 24 jam, pada saat tersebut pasien
dipulangkan tanpa terapi oral. Hal ini biasanya memerlukan waktu 2 sampai 3 hari
dan jarang menyebabkan pasien perlu dirawat ulang atas indikasi infeksi uterus
(Leveno, 2009).
Pasien sebisa mungkin diidolasi, tapi bayi boleh menyusu pada ibunya. Untuk
kelancaran lochea, pasien boleh diletakkan dalam posisi fowler dan diberi
uterotonica serta dianjurkan banyak minum (Saleha, 2009)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS ENDOMETRITIS
I. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
1) Identitas
- Social ekonomi yang rendah (Manuaba, 2008)
2) Keluhan utama
- Demam
- Kedinginan
- Malaise
- Keputihan
- Menoragia
- Nyeri abdomen bagian bawah
(Walsh, 2008)
- Dispareunia (mungkin hadir pada pasien dengan penyakit radang panggul
[PID)
- Disuria (mungkin hadir pada pasien dengan PID)
3) Riwayat Penyakit Keluarga
- Diabetes (Queenan et al, 2008)
4) Riwayat Obtetry
a) Riwayat kehamilan
- Anemia
- Coitus pada akhir kehamilan
- Malnutrisi
- Pre eklamsia
(Queenan et al, 2008)
b) Riwayat persalinan
- Seksio Caesaria
- Abortus
- Infeksi persalinan pada kasus sisa placenta
- Infeksi postpartum
- Alat-alat partus tidak steril
(Prawirohardjo, 2012)
- Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketubah
- Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
- Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khususnya pecah ketuban
- Manipulasi intrauterine (mis, eksplorasi uteri, pelaksanaan placenta
manual)
- Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang
tidak diperbaiki
- Hematoma
- Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml
- Retensi sisa plasenta atau membrane janin
- Perawatan perineum tidak memadai
(Varney, 2008)
- Infeksi dasar: chorioamnionitis & bacterial vaginosis
- Setelah persalinan spontan, abortus spontan atau abortus elektif
(Queenan et al, 2005).
- Perdarahan pascapartum
(Walsh, 2008)
5) Riwayat Ginekologi
- Servicitis akut
- Polip uteri
- Tumor ganas uterus
- PID (Pelvic Inflamantory Disease)
- TBC genitalia
(Prawirohardjo, 2012)
- Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani (Mis, vaginosis bakteri, klamidia, gonorea) (Varney, 2008)
6) Riwayat Psikologis
- Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
7) Riwayat KB
- Pemasangan IUD (Prawirohardjo, 2012)
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum ibu lemah
- Adanya kenaikan suhu lebih dari 38 o C dan lebih tinggi lagi pada hari
kedua hingga ke sepuluh setelah persalinan, termasuk 24 jam pertama
setelah persalinan
- Takikardia
- Peningkatan pernapasan
(Prawirohardjo, 2012)
2) Pemeriksaan fisik
- Menggigil subinvolusio
- Uterus membesar
- Ada nyeri tekan dan uterus lembek
- Lochea bertambah banyak dan berbau
(Prawirohardjo, 2012)
- Auskultasi paru adanya suara napas yang menandakan adanya infeksi
saluran pernapasan bagian bawah
- Infeksi pada luka pasca operasi
3) Pemeriksaan Bimanual
- Adanya nyeri panggul
4) Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan kultur serviks (Walsh, 2008)
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan biopsy
- Pemeriksaan sensivitas (Varney, 2008)
- Leucosit naik antara 15000-30000/mm3 (Manuaba, 2008)
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx : Endometritis
Mx: Infeksi
Keb: Antibiotika
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
- Peritonitis (Lapisan perut bisa menjadi meradang, menyebabkan peritonitis)
- Tromboflebitis (Gumpalan darah bisa terbentuk di dalam pembuluh panggul,
menyebabkan thrombophlebitis panggul)
- Emboli paru (Gumpalan darah bisa berjalan menuju paru-paru dan menyumbat
arteri, menyebabkan emboli paru-paru)
- Kerusakan ginjal (Zat-zat beracun (racun) dihasilkan oleh bakteri yang
menginfeksi bisa mencapai kadar tinggi di dalam aliran darah, menyebabkan
kejutan racun. Pada kejutan racun, tekanan darah jatuh secara dramatik dan
detak jantung sangat cepat. Kejutan racun terjadi pada kerusakan ginjal berat dan
bahkan kematian)
(Varney, 2008)
- Miometritis (pada otot rahim).
- Parametritis (sekitar rahim).
- Salpingitis (saluran otot).
- Ooforitis (indung telur).
- Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses
(Manuaba, 2008)
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter
V. INTERVENSI
Tujuan : Endometritis dapat diatasi
Kriteria Hasil :
KU ibu baik
Infeksi berkurang
Rawat gabung untuk proses laktasi (Walsh, 2008)
No Intervensi Rasional
1 Antibiotika ditambah
drainase yang memadai
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan
organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti
juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi
2
3
4
5
6
7
8
9
Cairan intravena dan
elektrolit
Transfusi darah
Tirah baring dan analgesia
Tindakan bedah
Berikan uterotonika
Anjurkan Ibu untuk istirahat
dengan posisi fowler
Anjurkan pada ibu untuk
tetap menyusui bayinya
Anjurkan ibu untuk istirahat
Histerektomi dansalpingo ±
oofaringektomi bilateral
serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi
antibiotic.
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin
pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi
yang memadai.
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau
postpartum.
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya
Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase
lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta
yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan
hati-hati.
Merangsang kontraksi uterus agar tidak terjadi
perdarahan
Memudahkan dalam kelancaran pengeluaran lokhea
Kebutuhan ASI bayi harus tetap diberikan
Mempercepat proses kesembuhan
Mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas
melampauiendometrium dan ditemukan bukti adanya
sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi
VII. EVALUASI
Dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali (Walsh, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Geri, Morgan. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.
Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetry dan Ginekologi dan Obtetry Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan. EGC: Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.
Queenan, John T et al. 2008. Protocols for High-Risk Pregnancies. India. Black
Rivlin, Michel E. 2011. Endometritis. Diakses dari
<http://emedicine.medscape.com/article/254169overview#aw2aab6b2b3aa>.
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta
Walsh. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. EGC: Jakarta
Well Publishing.
Zieve, David. 2011. Endometritis. Diakses dari <http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/001484.htm>
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM DENGAN ENDOMETRITIS
No. Register : 99221133
Tanggal MRS : 20 Februari 2012
Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2012
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Cipto Mangun Karto-Kediri
Ruang : Anggrek kamar 13
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. Endang Nama Suami : Tn. Agus
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan :1.500.000/bln
Alamat Rumah : Jl. Wilis no.39 RT/RW 01/03 Kota Kediri
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak 2 hari yang lalu perutnya bagian bawah terasa nyeri dan
mengalami demam.
3. Alasan Kunjungan Saat Ini
Kunjungan pertama
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/Tidak : Teratur
Dismenorhoe : ya, kadang - kadang
Fluor Albus : Ada
Jumlah : Sedikit
Warna/ Bau : Jernih/ tidak berbau
6. Pola Makan dan Minum Saat ini
Makan : 1-2x sehari (nasi, sayur, tahu, tempe, ikan,buah), nafsu makan berkurang 2
hari ini
Minum : air putih ± 5 gelas/ hari
7. Pola Istirahat dan Aktifitas saat ini
Istirahat : ± 2 jam perhari
Tidur : Malam : ± 5 jam perhari,2 hari ini sering terbangun karena perut terasa
sakit.
Aktifitas : Sehari – hari ibu sebagai ibu rumah tangga dan mengerjakan pekerjaan
rumah dibantu oleh ibu kandungnya. Namun 2 hari ini ibu mengurangi
aktivitasnya.
8. Pola Eliminasi
BAB : setalah melahirkan ibu BAB 3 kali.
BAK : 3-4x/hari (warna kuning jernih, bau khas)
9. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB IUD
Rencana Kontrasepsi yang akan di gunakan : belum ada rencana
10. Riwayat Kehamilan,Persalinan,Nifas Yang Lalu
N
o
Tgl/Bln
Pers
Tempat
Pers
UK Jenis
Pers
Penolong Penyulit
Kehamiln/
Persalinan
Anak Nifas
Jk BB PB
1. 6 th BPS 9bl Spont bidan Tidak ada L 3
000g
r
48
Cm
Normal
2. 10-02-
2012
RS 9bl Spont bidan Plasenta
manual
P 2700
gr
49
Cm
Normal
11.Riwayat Penyakit Yang Sedang Diderita :
Ibu mengatakan sekarang sedang merasakan nyeri perut bagian bawah
12.Riwayat Penyakit Yang Lalu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang lalu seperti DM, hipertensi
dan lain-lain
13.Riwayat Penyakit Keturunan :
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, seperti DM, hipertensi dan
lainnya.
14.Perilaku Kesehatan
Minum alkohol : tidak pernah
Obat-obatan, jamu : tidak pernah
Merokok, minum kopi dan sirih : tidak pernah
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
15 Susunan keluarga yang tinggal serumah :
No Jenis
Kelamin
Umur Hubungan
Keluarga
Pendidika
n
Pekerjaan Ket
1. Laki-laki 35 tahun Suami S1 Swasta
2. Laki-laki 6 tahun Anak 1 SD -
3. Perempuan 10 hari Anak 2 - -
16 Keadaan Psikososial
Hubungan dengan keluarga : Baik, periksa ke rumah sakit diantar suami
Hubungan dengan masyarakat : Baik, ibu mampu berkomunikasi dengan baik
dengan tenaga kesehatan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu tubuh : 38,5°C
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Tinggi badan : 155 cm
BB : 50 kg
2. Pemeriksaan Khusus
A. Inspeksi
Kepala : warna rambut hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan.
Muka : tidak pucat
Mata : Konjunctiva : merah muda
Sklera : Putih keabuan
Kelopak mata : Tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip.
Mulut dan gigi : lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak epulis.
Telinga : tidak ada serumen ka/ki.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tiroid dan vena jugularis.
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe ka/ki.
Dada : payudara simetris ka/ ki, puting susu menonjol ka/ki, areola
hiperpigmentasi, tidak ada benjolan ka/ki, ASI keluar ka/ki
Abdomen : terasa nyeri pada bagian perut bawah, tidak ada linea nigra, tidak
ada luka bekas operasi
Punggung : Posisi tulang belakang : normal
Ekstremitas : simetris ka/ki, tidak oedema ka/ki, tidak ada varises ka/ki.
Anogenital : Pengeluaran pervaginam : adanya darah,banyak (1 softex)
dan berbau tidak enak, warna merah
B. Palpasi
Leopold : teraba 3 jari diatas simpisis, keras, terdapat nyeri tekan pada perut
bag. bawah.
C. Perkusi : Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Terdapat nyeri goyang pada uterus.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
5. Kesimpulan
P2002 ibu post partum hari ke-10 dengan endometritis
Tgl/jam Data dasar Dx/Mx/Keb Tujuan/KH Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
20-2-
2012
Jam
10.20
Ds:
Ibu mengatakan sejak 2
hari yang lalu perutnya
bagian bawah terasa
nyeri dan mengalami
demam
Ibu melahirkan anak ke 2
tanggal 10-2-2012
Ibu menggunakan KB
IUD
Riwayat persalinan ibu
yang lalu dilakukan
plasenta manual
Do:
-KU : cukup
-Kesadaran :
composmenties
-TD : 120/80 mmHg
Dx:
P2002 ibu
post partum
hari ke-10
dengan
endometritis
Tujuan :
Endometritis dapat
teratasi dan tidak
terjadi komplikasi
KH :
KU : Baik
Nadi :
60-80x/menit
RR : 16-20x/mnt
Suhu : 36,5-37OC
Abdomen : tidak
ada nyeri tekan
Pengeluaran
pervaginam:
(darah ) berhenti
dan tidak berbau
1. Beritahu kondisi ibu
yang sebenarnya
kepada pasien dan
keluarga
2. Berikan informed
choice dan informed
consent
3. Kolaborasi dengan
Obgyn
- MRS
- Pasang infuse
,pemberikan
antibiotic dan
1. Pasien dan keluarga
mengetahui kondisi
yang terjadi
2. Bukti
untuk
persetujuan tindakan
medis yang
akan dilakukan.
3. Penanganan yang
tepat
Pencegahan
terhadap dehidrasi
dan pencegahan
20-2-2012 jam
10.30
1. Memberitahukan
kondisi ibu yang
sebenarnya.
2. Meminta keluarga
untuk
menandatangani
surat persetujuan
tindakan medis
apabila telah setuju.
3. Kolaborasi dengan
dokter Sp.OG
MRS
Memasang infus
pada pasien dan
memberikan
20-2-2012 jam
14.00
DS :
Ibu mengatakan
nyeri perutnya
berkurang
DO :
KU : Cukup
TD: 120/80 mmHg
N : 81x/menit
S : 37,8 OC
RR: 20x/mnt
Abdomen ;
Nyeri tekan perut
bagian bawah
Pervag :
Darah merah
berbau, setengah
-S : 38,5OC
-N : 90 x/menit
-RR : 22 x/menit
-Abdomen : teraba 3 jari
atas simpisis, keras
terdapat nyeri tekan pada
bagian bawah perut
tidak ada luka bekas
operasi
-Pengeluaran
Pervaginam : adanya
darah satu softek penuh,
warna merah berbau
- Pemeriksaan dalam :
Terdapat nyeri goyang
pada uterus
analgesik
- Observasi TTV
4. Kolaborasi dengan
Petugas Lab. Untuk
memeriksa swab
vagina : lochea,
darah, dan lender
serviks
5. Anjurkan ibu untuk
istirahat cukup dan
makan yang bergizi
infeksi
Pemantauan keadaan
umum
4. Pada apusan sekret
vagina mengandung
bakteri untuk
menentukan jenis
bakteri penyebab
endometritis.
5. Mempercepat proses
pemulihan.
antibiotic dan
analgesik
Observasi TTV
4. Berkolaborasi
dengan petugas lab
untuk memeriksa
swab vagina.
5. Menganjurkan ibu
istirahat yang
cukup dan makan
yang bergizi
Jam 13.30
softek
Hasil lab :
Lekosit: 11x103/mL
Bakteri
streptokokus +
A : P2002 ibu post
partum hari ke 10
dengan endometritis
P :
Lanjutkan advise
dokter : pemberian
antibiotic dan
observasi TTV
Anjurkan ibu
istirahat cukup dan
makan bergizi
DS :
Ibu mengatakan sejak
melahirkan BAB 3 kali
Mx :
Konstipasi
TUJUAN
Konstipasi dapat
teratasi 1. Anjurkan ibu untuk 1. Nutrisi ibu terpenuhi
20-2-2012 jam
10.30
1. Menganjurkan ibu
20-2-2012 jam
14.00
S: Ibu mengerti
DO :
-
KH:
BAB normal
1x/hari
Ibu mengerti
tentang penjelasan
yang diberikan
makan-makanan
yang bergizi dan
berserat
2. Anjurkan ibu minum
yang banyak
dan makanan
berserat membuat
konsistensi feses
lunak
2. Memperlancar
proses BAB.
untuk makan-
makanan yang
bergizi dan berserat
seperti sayuran,
pepaya
2. Menganjurkan ibu
untuk minum yang
banyak
tentang penjelasan
yang diberikan
Sejak MRS hingga
sekarang belum
BAB
O:
Ibu tamapak
mengerti tentang
penjelasan yang
telah diberikan
A: sebagian masalah
teratasi
P: Anjurkan makan-
makanan yang
bergizi dan berserat
Anjurkan minum
yang banyak
DS :
Tidur malam : 7 jam
Keb :
Istirahat dan
Tujuan :
Kebutuhan
20-2-2012 jam
10.30
20-2-2012 jam
14.00
perhari, namun 2 hari ini
sering terbangun karena
perut terasa sakit.
Pola nutrisi : nafsu
makan berkurang
DO :
Keadaan Umum : Cukup
BB : 50 kg
nutrisi istirahat dan
nutrisi ibu
terpenuhi sehingga
mencapai
kesembuhan yang
optimal.
KH :
- Ibu dapat
beristirahat
dengan tenang
tanpa ada
gangguan.
- Nafsu makan ibu
kembali seperti
semula yaitu 3x
sehari
1. Beri penjelasan pada
ibu untuk banyak
istirahat.
2. Jelaskan pada ibu
manfaat tidur yang
cukup
3. Anjurkan ibu untuk
makan makanan
bergizi
4. Jelaskan pada ibu
manfaat makanan
bergizi
1. Banyak istirahat
dapat mempercepat
proses pemulihan
ibu.
2. Ibu mengerti
manfaat dari tidur
yang cukup.
3. Makanan bergizi
dapat memenuhi
asupan nutrisi ibu
4. Ibu mengerti
manfaat dari
makanan bergizi
1. Memberikan
penjelasan pada ibu
untuk banyak
istirahat.
2. Menjelaskan pada
ibu manfaat tidur
yang cukup
3. Menganjurkan ibu
untuk makan
makanan bergizi
seperti
sayur,lauk( tahu,te
mpe,ikan,telur ) dan
buah.
4. Menjelaskan pada
ibu manfaat
makanan bergizi
S: Ibu mengatakan
dapat tidur selama
30 menit
Ibu mengatakan
sudah makan jam
12.00 tapi tidak
habis
O: Ibu tampak lebih
tenang
A: Kebutuhan ibu
sebagian terpenuhi
P: Motivasi ibu
untuk makan yang
rutin 3x/hari
Anjurkan ibu untuk
menghabiskan
makanan yang
diberikan
Motivasi ibu untuk
istirahat yang cukup
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 21-02-2012 Jam 08.00
S: Ibu mengatakan perutnya sudah tidak terasa nyeri
O: Ku: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 110/70 mmH
N: 80x//mnt
S: 36,80C
RR: 20x/mnt
Abdomen: tidak nyeri tekan
Anogenital: lokea alba, tidak berbau
Ekstermitas: terpasang infus RL 20tpm pada tangan kiri
A: P2002 hari ke- 11dengan endometritis
P: Lanjutkan advise dokter untuk pemberian antibiotik dan analgesik
Motivasi ibu untuk makan dengan teratur
Motivasi ibu untuk menjaga personal hygien terutama daerah genetalia
Motivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk cek swab vagina ulang
Tanggal 22-02-2012 Jam 08.00
S: Ibu mengatakan perutnya sudah tidak terasa nyeri
O: Ku: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 110/70 mmH
N: 80x//mnt
S: 36,80C
RR: 20x/mnt
Abdomen: tidak nyeri tekan
Anogenital: lokea alba, tidak berbau
Hasil lab: Leukosit 10,2x 103mL
A: P2002 hari ke- 12
P: Beritahu ibu bahwa hari ini boleh pulang
Motivasi ibu untuk makan dengan teratur
Motivasi ibu untuk menjaga personal hygien terutama daerah genetalia
Motivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya
Anjurkan ibu untuk rutin minum obat yang diberikan
Anjurkan ibu untuk kontrol 3 hari lagi
top related