pemuliaan baru hasan baru

36
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L .) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Singosari, 2009). Mengingat banyaknya manfaat yang terkandung dalam tanaman jagung maka menjadi peluang sendiri bagi dunia pemasaran dalam mendistribuskan benih-benih unggul tanaman jagung yang sekarang banyak dicari para petani pemuliaan tanaman. Namun dalam setiap jenis tanaman mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri dalam setiap jenisnya sehingga upaya untuk menyatukan

Upload: abdul-wahid

Post on 30-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemuliaan Baru Hasan Baru

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L .) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,

dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari

tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang

dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa

genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Singosari,

2009).

Mengingat banyaknya manfaat yang terkandung dalam tanaman jagung

maka menjadi peluang sendiri bagi dunia pemasaran dalam mendistribuskan

benih-benih unggul tanaman jagung yang sekarang banyak dicari para petani

pemuliaan tanaman. Namun dalam setiap jenis tanaman mempunyai keunggulan

dan kelemahan tersendiri dalam setiap jenisnya sehingga upaya untuk menyatukan

keunggulan tanaman dari masing-masing Janis melalui kegiatan pemuliaan

tanaman. Dalam hal ini jenis tanaman jagung yang akan dikawin silangkan yaitu

jenis jagung bonanza yang mempunyai rasa manis namun bertongkol pendek

dengan jagung paramita yang bertongkol panjang dan bernas. sehingga

diharapkan akan diperoleh tanaman jagung yang mempunyai sifat bertongkol

panjang, manis dan bernas (Singosari, 2009).

Jakarta (ANTARA) badan pusat statistic(BPS) memperkirakan produksi

jagung pada tahun 2012 mencapai 19,38 juta ton pipilan kering, meningkat 1,37

juta ton atau 9,83% di banding realisasi produksi 2011 yang sebanyak 17,64 juta

ton.

Page 2: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Peningkatan produksi jagung di perkirakan karna adanya pertambahan

areal panen seluas 95,22000 hektar atau 3,44%, dan kenaikan produktifitas

sebesar 3,28 kuintal perhektar atau melonjak 7,19%. Menurut Suryamin, kenaikan

produksi jagung tahun 2012 adalah angka sementara (asem), yaitu merupakan

realisasi produksi selama satu tahun ( januari-desember), tetapi belum final karna

mengantisisipasi kelangkaan laporan ia menjelaskan, kenaikan produksi jagung di

dorong sejumlah faktor antara lain, aplikasi teknologi pertanian kemuditas jagung,

penggunaan bibit unggul, system pengolahan lahan yang sudah lebih baik, serta

keberhasilan program bantuan langsun benih unggul(BLBU) jagung hibrida

kepada petani.

Di jelaskan, peningkatan produksi tersebut terjadi di daerah jawa sebesar

1,24 juta ton, dan di luar jawa sebesar 0,49 juta ton. Luas panen jagung secara

naisional pada tahun2012 mencapai 3,96 juta hektar sementara luas panen pada

tahun 2011 mencapai 3,86 juta hektar. Menurut BPS, peningkatan produksi

jagung tahun 2012 tertinggi terjadi di nusa tenggara barat sebesar 40,66%,

selanjutnya di nusa tenggara timur sebesar 19,97%, jawa timur 15,64%, dan jawa

tengah 9,70%.

Adapun penurunan produksi jagung tertinggi terjadi di Sulawesi tengah

yang mencapai 12,64%, disusul sumatera selatan 10,66%, dan lampung 4,18%.

BPS juga menyebutkan bahwa pola panen jagung tahun 2012 relatif sama dengan

pola panen tahun 2010 dan 2011, dengan pucak panen biasanya terjadi pada bulan

februari.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan diadakannya praktikum pemuliaan ini adalah :

1. Untuk memberi pembelajaran kepada mahasiswa tentang teknik budidaya

jagung.

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui teknik persilangan tanaman jagung.

3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses persilngan

pada tanaman jagung.

Page 3: Pemuliaan Baru Hasan Baru

4. Untuk mengetahui hasil persilangan tanaman jagung antara varietas

bonanza dan varietas paramita.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat diadakannya praktikum pemuliaan tanama ini adalah:

1. Agar mahasiswa mengetahui tehnik budidaya tanaman jagung.

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagai mana teknik persilangan

tanaman jagung (Zea mays L), yaitu jagung manis dan jagung pulut.

3. Mahasiswa mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi proses

persilangan tanaman jagung.

4. Agar mahasiswa mengetahui hasil teknik persilangan tanaman jagung.

Page 4: Pemuliaan Baru Hasan Baru

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Tanaman Jagung

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

a. Klasifikasi Jagung

Menurut Singosari (2009), klasifikasi tanaman jaagung adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea. mays L

b. Morfologi Jagung

Menurut Singosari (2009) Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu

tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber

karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif

sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia

(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai

pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai

pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir),

dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan

bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung

kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui

bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).

Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu

teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu,

Page 5: Pemuliaan Baru Hasan Baru

dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.

Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays)

merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam

proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk

asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.

mexicana. (Singosari, 2009).

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.

(Singosari, 2009)

a. Batang

Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting dan mengingat

serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan

sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat tertentu,

akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.

1. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada

buku-buku inilah terdapat daun. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau

matahari (bersifat fototrop atau heliotrop).

2. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa

batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.

3. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan,

kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.

4. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek,

misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

Batang tunggal, berbentuk silinder, panjang dan ditutupi dengan upih daun

dan mempunyai buku yang lebih rapat dekat pada pangkal. Daun tirus dan

panjang dengan urat yang selari.

a. Daun

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,

umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai

penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan

organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena

Page 6: Pemuliaan Baru Hasan Baru

tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan

energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Rambut jagung (jambak bunga jantan) yang terdapat di hujung batang pokok

menghasilkan biji-biji debunga sebelum bunga betina matang. Tongkol yang

terdapat di ketiak daun pokok matang mengandungi biji benih jagung.

b. Bunga (flos)

Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan

berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae,"tumbuhan berbiji

tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga

sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut

sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan

bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan

bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.

c. Buah

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan

lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi

biji. aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama

buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.

2.1.2 Syarat Tumbuh

a) Iklim

Menurut kartasapoetra (2000) Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung

memerlukan temperature rata-rata antara 14 – 30o C pada daerah dengan

ketinggian sekitar 2200 m dpl, dengan curah hujan sekitar 600 – 1200 mm/tahun

yang terdistribusi rata selama musim tanaman.

b) Suhu

Menurut Nurmala (1994) Suhu optimal untuk pertumbuhan jagung berkisar antara

24 – 25o C. Suhu optimal yang diperlukan untuk perkecambahan jagung adalah 30

– 32o C, untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30o C. Intensitas radiasi

matahari sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan sifat

tanaman jagung sebagai golongan tanaman C4. Sebaiknya jagung mendapat

cahaya matahari yang langsung tanpa adanya ruangan.

Page 7: Pemuliaan Baru Hasan Baru

c) Curah hujan

Menurut Rubatzky dan Yamaghuchi (1999) Curah hujan yang ideal untuk

tanaman jagung adalah sekitar 100 – 200 mm/bulan. Curah hujan paling optimum

adalah sekitar 100 – 125 mm/bulan dengan distribusi yang merata. Angin

dibutuhkan tanaman jagung untuk membantu proses penyerbukan.

Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam,

keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi

pertumbuhannya selanjutnya maupun bagi pertumbuhannya (Kartasapoetra,

1988).

d) Tanah

Menurut Sutarya dan Grubben (1995)Tanaman jagung dapat ditanam di

dataran rendah atau di dataran tinggi sampai ketinggian 2000 m di atas permukaan

laut. Jagung yang diusahakan di dataran tinggi biasanya berumur lebih panjang

daripada jagung yang diusahakan di dataran rendah. Tanaman ini juga tidak

terlalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah

yang mengandung kadar lempung sedang, disertai dengan drainase yang baik serta

banyak mengandung bahan organik yang tinggi adalah cocok untuk tanaman

jagung. Keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5 – 6,8. Tanaman

jagung yang ditumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu asam akan memberikan

hasil yang rendah

Menurut Sutarno (1995) Keadaan basah memang diperlukan ketika biji

jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah

jelek, baik bagi pertumbuhannya selanjutnya maupun bagi pembuahannya.

Demikian pula keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan tanaman karena

cenderung dapat mengandung berbagai penyakit tanaman

Menurut Kartasapoetra (1988) Tanaman jagung dapat ditanam di dataran

rendah atau di dataran tinggi, keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar

antara 5,5 sampai 6,8

Menurut Nurmala ( 1994). Macam- macam tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah alluvial atau lempung yang subur,

Page 8: Pemuliaan Baru Hasan Baru

terbebas pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air

Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tumbuh lebih baik pada tanah

yang gembur dan kaya humus, mempunyai aerasi dan drainase yang baik.

2.1.3 Teknik Budidaya

Menurut Baihaki (2005), budidaya tanaman jagung adalah sebagai berikut

a) Syarat benih

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih

hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha.

Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt

air semalam).

b) Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup

banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan

diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm,

kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan

tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama

pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah

dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan

tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari

GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah

penyakit layu pada tanaman jagung.

c) . Teknik Penanaman

1. Menurut Dahlan (1994) Penentuan Pola Tanaman di kelompokan menjadi

beberapa cara

a. Tumpang sari (intercropping)

Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda)

b. Tumpang gilir (Multiple Cropping)

Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan

faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.

Page 9: Pemuliaan Baru Hasan Baru

c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)

Pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain

tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :

Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam

maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan

terhadap ancaman hama dan penyakit. (Dahlan, 1994).

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir

benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang

umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak

penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur

panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang)

1. Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau

gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung

tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan

dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak

tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst).

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung

yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan

jangan sampai mengganggu perakaran tanaman.

3. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar

yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dibuat saat

tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.

Page 10: Pemuliaan Baru Hasan Baru

4. Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah

telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Dan setelah tanaman

berbunga, air yang diperlukan lebih besar.

e. Hama dan Penyakit

1. Hama

a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang

mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman

menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-

abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan,

warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: penanaman

serentak dan penerapan pergiliran tanaman, tanaman yang terserang segera

dicabut dan dimusnahkan, Sanitasi kebun, semprot dengan PESTONA.

b. Ulat Pemotong

Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai

dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda

roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera

litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung

(Helicoverpa armigera). Pengendalian: Tanam serentak atau pergiliran tanaman,

cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah), Semprot

PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.

philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara

lembab. Gejala: umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang

terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan

warna putih, umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah

warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi, pada tanaman

Page 11: Pemuliaan Baru Hasan Baru

dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: penanaman

menjelang atau awal musim penghujan, pola tanam dan pola pergiliran tanaman,

penanaman varietas tahan, cabut tanaman terserang dan musnahkan, Preventif

diawal tanam dengan GLIO.

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)

Menurut Dahlan, (2004). Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.

Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan

dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga

ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi

coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya

seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: pergiliran tanaman,

mengatur kondisi lahan tidak lembab, Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)

Menurut Dahlan (2004) Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan

P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik

noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna

kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.

Pengendalian, mengatur kelembaban menanam varietas tahan terhadap

penyakit,sanitasi kebun, semprot dengan GLIO (Dahlan, 1994).

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung,

Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam

biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar

(gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.

Pengendalian: mengatur kelembaban, memotong bagian tanaman dan dibakar,

benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA (Dahlan, 1994).

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae

(Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat

diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah

jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo

Page 12: Pemuliaan Baru Hasan Baru

matang. Pengendalian: menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam,

mengatur jarak tanam, perlakuan benih, GLIO di awal tanam

f. Panen dan Pasca Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Menurut Dahlan (2004). Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung

untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh

(diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan

jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah

matang fisiologis.

2. Cara Panen

Menurut Bahaki (2005) Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai

buah jagung.

3. Pengupasan

Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai,

agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan.

4. Pengeringan

Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9%

-11 % atau dengan mesin pengering

5. Pemipilan

Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung (Dahlan, 1994).

6. Penyortiran dan Penggolongan

Menurut Dahlan (2004) Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa

saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa,

dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama. (Dahlan, 1994).

2.1.4 Macam-Macam Jagung

Menurut Benyamin (2001), jagung dibedakan menjadi beberapa macam,

antara lain:

1. Jagung Pulut

Menurut Jugenheimer (2002) di beberapa daerah, jagung pulut (waxy corn)

digunakan sebagai jagungrebus karena rasanya yang enak dan gurih. Kandungan

Page 13: Pemuliaan Baru Hasan Baru

amilopektin padajagung pulut hampir mencapai 100%. Endosperm jagung biasa

terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28% amilosa.

Hasil jagung pulut umumnya rendah, hanya 2-2,5 t/ha dan tidak tahan

penyakit bulai. Sampai saat ini pemuliaan jagung pulut belum banyak mendapat

perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya, padahal permintaan

jagung pulut terus meningkat, terutama untuk industri jagung marning. Untuk itu

perlu diintrogresikan gen jagung pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar,

produktivitasnya lebih tinggi, danmemiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan

membentuk jagung puluthibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar.

2. Jagung Manis

Menurut Hallauer dan Miranda 1981 Jagung manis (sweet corn) umum

dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung kukus (steam), terutama bagi

masyarakat di kota-kota besar. Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda,

mempunyai rasa manis dan enak karena kandungan gulanya tinggi.

Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan

gula menjadi pati (Purseglove 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah

su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar,

sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama

atau disebut supersweet.

Menurut Straughn (1907) dalam Alexander dan Creech (1977), kandungan

gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis, bergantung

pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak mengandung gula

dibandingkan kerutan yang dangkal.

3. Jagung Biomas Tinggi

Menurut Tangendjaja dan Gunawan (1988) Kebutuhan hijauan pakan jagung

cacah semakin meningkat, terutama di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta.

Sulawesi Selatan telah mengeksporsilase jagung ke Korea Selatan dan Jepang.

Korea Selatan mengharapkan impor biomas jagung cacah dari Indonesia sekitar 1-

2 juta/tahun.

Untuk biomas jagung cacah, tanaman jagung dipanen pada saat tongkolnya

masih muda atau pada saat tanaman berumur 65-75 hari bagi varietas berumur

Page 14: Pemuliaan Baru Hasan Baru

masak fisiologis 90-110 hari. Tanaman dipanen dengan cara memotong batang

pada permukaan tanah, kemudian seluruh bagian tanaman (batang, daun, tongkol

muda) dicacah dengan mesin, ukuran cacah sekitar 5,0 cm, kemudian difermentasi

menjadi silase.

Hasil cacahan juga dapat digunakan langsung untuk pakan ternak dengan kadar

total nutrisi tercerna (TNT) 60-75%, protein 11-15%, kaya akan asam amino,

mineral, dan lebih disukai oleh ternak

Menurut Hallaure dan Miranda (1971) Cara laina untuk memperoleh pakan

dari tanaman jagung adalah memangkas daun tanaman di bawah dan di atas

tongkol, menjelang masak fisiologis

Usaha penyediaan pakan dalam bentuk hijauan yang berasal dari panen

jagung sayur (baby corn) dan jagung muda memiliki potensi besar. Jagung yang

ditanam dengan populasi 50.000 tanaman/ha memberikan hasil jagung sayur 1,0

t/ha dan hijauan 16,0 t/ha pada umur 52 hari dengan nilai R/C 1,22. Pada umur 70

hari, hasil jagung muda 14,0 t/ha dan hijauan 17,0 t/ha dengan nilai R/C 2,21

(Suhardjono dan Moegijanto 1998). Balitsereal telah meneliti varietas jagung dan

populasi tanaman optimum untuk biomas hijauan (jagung cacah). Varietas bersari

bebas (komposit) Lamuru dengan populasi 357.142 batang/ha memberikan

biomas segar 120,0 t/ha dan hasil biji 4,1 t/ha dengan nilai R/C 2,8 (Subandiet al.

2004). Pemuliaan jagung untuk menghasilkan varietas dengan bobot biomas

tinggi baru dimulai pada tahun 2005, yang diawali dengan evaluasi daya gabung

aksesi plasma nutfah jagung biomas pada populasi 66.666 tanaman/ha. Hasil

evaluasi menunjukkan bobot biomas jagung biji putih silang tunggal berkisar

antara 90,0-110 t/ha. Silang tunggal MZ-0159 x MZ-0332 memberikan bobot

biomas tertinggi (115 t/ha) atau terjadi heterosis sebesar 31% terhadap tetua

tertinggi (MZ-0159, dengan bobot biomas 85,0 t/ha). Varietas Srikandi Putih-1

memberikan bobot biomas 71,0 t/ha. Untuk jagung biji kuning, bobot biomas

silang tunggal berkisar antara 51,0-72,0 t/ha. Varietas Bima-1 memberikan bobot

biomas 72,0 t/ha, dan varietas Sukmaraga 71,0 t/ha (Mejaya et al. 2005).

Page 15: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Perbaikan genetik populasi jagung dapat dilakukan dengan metode seleksi daur

berulang, sedangkan pembentukan dan perbaikan galur jagung dengan metode

seleksi pedigree atau silang balik (back cross).

4. jagung umur genjah

Menurut Subandi et al (2000) Persyaratan utama untuk mendapatkan

produktivitas jagung yang optimal pada wilayah pengembangan yang beriklim

kering adalah tersedianya varietas unggul umur genjah, benih berkualitas tinggi,

dan paket teknologi budidayanya. Sekitar 50% pertanaman jagung terdapat di

lahan tegalan dan 10% di lahan sawah tadah hujan yang sering mengalami

cekaman kekeringan sehingga memerlukan varietas umur genjah (+80 hari).

Varietas jagung berumur genjah diperlukan untuk menyesuaikan pola tanam

pada lahan sawah dan pemanfaatan ketersediaan air setelah panen padi. Jagung

berumur genjah berpeluang terhindar dari kekeringan sehingga dapat mengurangi

risiko kegagalan panen

Tanaman jagung pada lahan tegalan sering mengalami kekeringan pada fase

pengisian biji. Cekaman kekeringan akan menurunkan hasil biji, bobot tongkol,

memperlambat waktu berbunga, dan memperbesar interval berbunga,

memperpendek tanaman, dan meningkatkan jumlah tanaman yang mandul.

Vasal et al. (1995) melakukan seleksi untuk umur genjah dan hasiltinggi

terhadap tujuh populasi jagung selama 5-9 daur. Kemajuan seleksi 87-123 kg/ha

per daur seleksi. Troyer dan Larkins (1987) melaporkan kemajuan seleksi selama

11 daur terhadap 10 populasi jagung. Kemajuan seleksi rata-rata per daur 167

kg/ha. Di beberapa daerah seperti Madura, petani menanam jagung umur genjah

yang ditumpangsarikan dengan kacang hijau. Petani lebih menyukai varietas

jagung dengan ukuran biji kecil dan warna biji oranye sebagai bahan pangan

pokok atau diekspor untuk pakan burung. Balitsereal telah melepas varietas

jagung umur genjah (82 hari), berbiji kuning, dan potensi hasil tinggi (9,0 t/ha)

dengan nama Gumarang yang berasal dari populasi MS.K(RRS)C2.

Page 16: Pemuliaan Baru Hasan Baru

2.2 Pemuliaan Tanaman

2.2.1 Pengertian Pemuliaan Tanaman

Suatu tehnik menemukan spesies baru melalui varietas tanaman yang

berbeda hingga menghasilkan bibit yang tahan terhad2. Pemuliaan tanaman

adalah suatu teknologi dan seni untuk memanipulasi gen dan kromosom atau

kemampuan genetik tanaman sehingga sifat sifat tanaman tersebut menjadi mulia

dan lebih berguna sesuai dengan keperluan manusia yang sangat meningkat.

1. Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian

atau kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan

mengembangkan suatu varietas, sesuai dengan metode baku

untukmenghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih

varietas yang di hasilkan.

2. Pemuliaan tanaman adalah suatu teknologi dan seni untuk memanipulasi

gen dan kromosom atau kemampuan genetik tanaman sehingga sifat sifat

tanaman tersebut menjadi mulia dan lebih berguna sesuai dengan

keperluan manusia yang sangat meningkat.

3. Pemiliaan tanaman adalah suatu ilmu tentang perubahan susunan genetik

sehingga memperoleh tanaman yang menguntungkan manusia.

2.2.2 Sejarah Perkembangan Pemuliaan Tanaman

Manusia kebanyakan tergantung tergantung pada tanaman untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Bahan makanan berupa daging, susu, telur dan lain- lain,

untuk memproduksinya juga memerlukan pakan yang sebagian besar berasal dari

tanaman. Dalam membudidayakan tanaman petani selalu memerlukan bahan

tanam berupa benih. Hasil tanaman yang di usahakan petani akan tergantung pada

benih yang di tanam dan cara membudidayakannya. Dari benih yang baik akan

memungkinkan petani akan mendapatkan hasil yang baik pula .Dari sejak zaman

dahulu disadari atau tidak, petani telah memilih benih yang baik sebagai bahan

tanam, untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik serta hasil sebanyak mungkin.

Usaha tersebut sebenernya merupakan bagian pemuliaan tanaman, oleh

karena itu perkembangannya untuk terlepas dari sejarah perkembangan pertanian.

Page 17: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Disamping itu pula sejarah perkembanganpemuliaan tanaman juga sangat terkait

dengan sejarah perkembangan genetika dan setilogi. Bangsa Asyrians dan

Babylonian pada pemuliaan sejak tahun 700sebelum masehi telah melakukan

persalinganbuatan pada tanaman sejenis palem.

Bangsa Indian Amerika telah melakukan kegiatan pemuliaan tanaman

jagun,jauh sebelum Bangsa kulit putih datang ke Amerika Hooke ( 1635-1703),

Grew (1641-1712) dan Malphigi (1628-1694) merupakan pengguna mikrokup

untuk pertama kali, dan merupakan pelopur penelitian pemuliaan dari Sel

Milington (1716) mengemukaakan fungsi tepung sari, sebagai organ kelamin

jantan.

Camerarius (1694) untuk pertama kali mendemonstrasikan organ seks pada

tanaman, Cotton Mather (1716) menentukan persilangan alami pada tanaman

jagung. Sejak itu orang mulai melakukan persilangan pada tanaman untuk

memperoleh jenis hibrida yang di pelopori oleh: Fairchild (1717), Joseph

Koelreuter (1760-1766) dan Andrew Knight (1757-1835). Brown (1831)

menemukan inti sel. Schwann (1838-1839), mengemukaakan teori sel. Remak dan

Vircow (1858), memberikan ketegasan bahwa semua sel itu terjadi karena adanya

pembelahan dari sel sebelumnya.

Gregor Mendel (1822-1884), mengumumkan hasil penelitian dengan kacang

polong, yaitu berupa penurunan sifat dari induk (parent) kepada anak-anaknya

(filials), dan dikenal sebagai Hukum Mandel. Tetapi hasil penelitian melaopokan

gambaran inti sel secara lengkap. Hertwig (1875), menegaskan bahwa gamet-

gamet yang bersatu itu berasal dari induknya masing-masing.

Hertwig (1875) dan Strasburger (1877)menegaskan bahwa intisel

(nucleus)mempunyai peranan penting pada fertilisasi maupun pembelahan sel.

Dengan demikian terciptalah konsep epigenesis yang menegaskan bahwa setiap

organisme baru itu merupakan kreasi baru yang di hasilkan oleh pertumbuhan

zigot. Weldeyer (1877), mengemukakan istilah gamet dan kromosom. Fleming

(1882), pertama kali memberikan nama kromatin untuk bagian kromosom yang

mudah mengisap zat warna.

Page 18: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Hajlman Nilson(1890), mengembangkan varietas baru yang berasal dari

seleksi turunan tanaman penyerbuk sendiri, dengan cara tersebut pemuliaan

tanaman mulai menggunakan dasar ilmiah untuk pertama kali. Hugo de

Tschermak (1900) melakukan kembali penelitian sama dengan yang di lakukan

oleh GregorMendel, tetapi pada lokasi yang berbeda. Hasil penelitian dari ketiga

ilmuan tersebut, menunjukan prinsip yang sama dengan yang di hasilkan oleh

Mandel Sejak itu Hukum Mandel berkembang dengan pesat.Boston (1900),

mengemukakan tentang istilah allerlomorf homozigot dan filial.

Punnet dan Bateson (1902) menumjukan adanya peristwa linkade pada

organisme. Shull (1904) mengembangkan galur hibrida pata tanaman jagung. Dan

mengusulkan istilah heterosis untuk keterangan hibrida. Haris (1912)

mengusulkan penggunaan. Chi-square Winkler (1912), menggunakan nama

genoom untuk sepasang kromosom. Edward F, Jones East dan Donald (1918)

mengembangkan farietas hibrida untuk kepentingan para petani. T.J. Jenkin

(1919), mengembangkan varietas sintetis pada jagung.

2.2.3 Metode Pemuliaan Tanaman

1. Tinggi Tanaman

Data penelitian untuk mengambil data tinggi tanaman di ambil setiap dua

minggu sekali untuk mengetahui perkembangan tanaman jagung. Cara untuk

mengukur tinggi tanaman yaitu di lakukan dari permukaan tanah sampai ke ujung

daun. Dengan mengukur data tinggi tanaman, berawal dari atas permukaan tanah

sampai ujung daun yang paling tinggi.

2. Jumlah Daun

Data penelitian untuk mengambil data jumlah daun di ambil setiap minggu

sekali untuk mengetahui perkembangan tanaman jagung. Cara untuk menghitung

jumlah daun yaitu di lakukan dari daun yang paling bawah sampai daun yang

paling atas.

3.

4. chi square

Page 19: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Penghitungan data hasil biji jagung dari 25 tongkol jagung yang telah di

tanam dan masukan kedalam table chi square setelah itu menulis pembahasan

dalam bentuk kata.

Page 20: Pemuliaan Baru Hasan Baru

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Pemuliaan Tanaman ini dilaksanakan pada hari minggu,

9 Oktober 2013. Bertempat di Jl. Soekarno Hatta, Kampus STIPER, Kec. Sengatta

Utara, Kab. Kutai Timur. Propinsi Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat:

1. Cangkul

2. Ember

3. Timba

4. Kamera

5. Pulpen

6. Buku

b. Bahan:

1. Jagung bonanza

2. Jagung Paramita

3. Top soil

4. Polybag

5. Pupuk

3.3 Metode Praktimum

1. Sebelum dilakukan penanaman siapkan terlebih dahulu tanah dalam

plibag yang sudah di campurkan topsoil, pupuk kandang dan, sekam padi.

2. Memakai polibag sebanyak 25, polibag terdiri dari 20 polibag di isi

jagung manis dan yang 5 polibag di isi jagung pulut.

3. Penanaman benih jagung manis lebih didahului, satu minggu kemudian

baru di lakukan penanaman jagung pulut.

4. Pengambilan data setiap 2,4,6, dan 8 minggu setelah tanam sesuai dengan

parameter masing-masing.Penyulaman tanaman di lakukan 7 sampai 14

Page 21: Pemuliaan Baru Hasan Baru

harisetelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh atau benih yang

tumbuhnya abnormal.

5. Lakukan penyiraman setiap hari pad pagi dan sore hari atau di sesuaikan

kondisi di lapangan ( jika turun hujan tidak dilakukan penyiraman).

6. Penyiangan gulma pada tanaman di dalam polibag atau di sekitar polibag

dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut dengan tangan dan jangan

sampai menganggu tanaman jagung tersebut.

7. Bila tanaman sudah berbunga, maka akan di lakukan penutupan bunga

jantan dengan mengunakan amplop, hal ini bertujuan agar benang sari

tidak terbang ke sembarang tempat.

8. Setelah benang sari masak, maka lakukan penyilangan dari bunga jantan

jagung puylut ke bunga betina jagung manis dan sebaliknya.

9. Panen dilkukan dengan cara kreteria panen.

10. Tongkol buah yang sdah di panen di jemur dibawah sinar matahari dengan

tujuan agar jagung dapat kering sehingga dapat diwiwil.

11. Lakukan pengwiwilan pada jagungyang sudah di panen, lalu pilah-pilah

jagung antara jagung kuning bulat, kuning keriput,putih bulat, dan putih

keriput.

12. Yang terakhir lakukan perhitungan, lalu masukan data hasil perhitumgan

kedalam table chi square dan di beri pembahasan.

3.4 Parameter yang diamati

1. Pengukuran tinggi tanaman dari umur 2,4,6, dan 8 minggu setelah tanam

(MST).

Tinggi tanaman di hitung dengan menggunakan meteran atau mistar,

Diuukur mulai dari permukaan tanah sampai pada titik tumbuh tanaman

jagung.

2. Jumlah daun umur 2,4,6, dan 8 mi nggu setelah tanam (MST)

Jumlah daun dihitung dengan menghitung daun-dau yang telah terbentuk

dari setiap tanamannya.

3. Umur tanaman berbunga 80 %

Page 22: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Hari pertama berbunga 80% dihitung dengan menghitung hari yang di

butuhkan minimal 20 polibag tanaman jagungnya sudah mengeluarkan

bunga

4. Test Chi Square biji jagung

Perhitungan Test Chi Square dilakukan dengan menghitung data dari hasil

biji jagung di semua polibag (akan ada 25 tongkol jagung).

Page 23: Pemuliaan Baru Hasan Baru

DAFTAR PUSTAKA

Singosari, 2009, Tanaman Jangung Serta perkembangannya dinusantara. Fakultas

Pertanian, universitas Indonesia. Jakarta.

Baihaki, A. 2005. Phenomena heterosis. Dalam Kumpulan Materi Perkuliahan

Latihan Teknik Pemuliaan Tanaman dan Hibrida. Balittan Sukamandi,

Balitbang Pertanian Deptan, dan Fakultas Pertanian UNPAD. Tidak

Dipublikasikan.

Dahlan, M.M. 2004. Pemuliaan tanaman. Diktat Bahan Kuliah Pemuliaan

Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Putra Bangsa, Surabaya.

Damardjati, D.S., Subandi, K. Kariyasa, Zubachtirodin, S. Saenong. 2005.

Prospek dan arah pengembangan agribisnis jagung. Balitbang Pertanian,

Departemen Pertanian. Jakarta.

Deptan. 2007. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan galur jagung

hibrida ST B11-209/Mr 14 sebagai varietas unggul dengan nama Bima-2

Bantimurung.

Gardner, E.J. and D.P. Snusta. 1981. Principles of Genetic. Six Edition. John

Wiley and Sons. New York.

Hallauer A.R. and J.B. Miranda FO. 1987. Quantitative Genetics in Maize

Breeding (2nd edition). Iowa State Univ. Press.

Halloran, G.M., R. Knight, K.S. Mc Whirter and D.H.B. Sparrow. 1979. Plant

Breeding. Australian Vice-Chancellors’ Committee.

Jenkins, M. T. 1978. Maize Breeding During the Development and Early Years

of Hybrid Maize. Maize Breeding dan Genetics. John Wiley and Sons,

Inc. Canada.

Jones, D.F. 1918. The effect of inbreeding and cross breeding upon development

of maize. Corn. Agric. Exp. Station Bulletin. O. 207.

Jugenheimer, R.W.2001. Corn Improvement, Seed production, and Uses. John

Wiley, New York.

Page 24: Pemuliaan Baru Hasan Baru

Mejaya, M.J., M. Dahlan, M. Pabendon. 2004. Pola heterosis dalam pembentukan

varietas unggul jagung bersari bebas dan hibrida. Seminar Puslitbangtan,

Bogor

(Fauziati et al. 1998),

Tangendjaja dan Gunawan (2002) tehnik hibridisasi pengembangan pemuliaan

tanaman.

Subandi et al (2000) tehnik pengembangan produktifitas jagung.