dss development-tugas 2.doc
Post on 27-Oct-2015
46 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Nama Kelompok:
1.Fikri Praharseno 2. Inti Lestari 3.Jiant Vialy 4.Mashudi Ali
Pengertian Decision Support System (DSS)
DSS (Decision Support Systems adalah sistem informasi manajemen yang secara
khusus dibuat untuk mendukung perencana dan stakeholders dalam pengambilan
keputusan, yang salah satunya dalam proses perencanaan wilayah dan kota.
Stategi Pengembangan DSS
• Tulis DSS dengan bahasa pemrograman umum seperti Pascal, Delphi, Java,
C++ dll.
• Menggunakan 4GL : financial-oriented language, data-oriented language.
• Menggunakan DSS Generator : Excell.
• Menggunakan DSS Generator khusus
• Mengembangkan DSS dengan metodologi CASE
Proses Pengembangan DSS
Metode dalam pembuatan DSS (Pendekatan dalam Proses Pengembangan DSS)
1. System development Life Cycle (SDLC)
Merupakan adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis
sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi.
2. Prototyping
Suatu metode dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan
untuk membuat sesuatu program dengan cepat dan bertahap sehingga segera
dapat dievaluasi oleh pemakai. Prototipe dapat dibuat dengan menggunakan
perangkat-perangkat, misalnya Visual BASIC dan PowerBuilder, ataupun
DBMS (Database Management System) seperti Microsoft Access, sehingga
pembuatan program dapat dilakukan dengan cepat.
DSS Development
Pengambilan keputusan dengan menggunakan bantuan software jika menemukan
proses DSS yang memiliki proses yang rumit dengan menggunakan tenaga
profesional yang berpengalaman untuk menjalankannya, akan mampu mempermudah
menentukan keputusan. Alasan utama adanya fleksibilitas dalam DSS:
1. DSS harus berevolusi atau berkembang untuk mencapai desain operasional,
sebab tak seorangpun yang bisa memperkirakan atau mengantisipasi apa yang
dibutuhkan secara lengkap.
2. Sistem jarang mencapai hasil final; ia harus sering diubah untuk
mengantisipasi perubahan dalam hal : masalah, user dan lingkungan. Faktor-
faktor ini memang sering berubah-ubah. Perubahan yang terjadi haruslah
mudah untuk dilakukan, (sumber:
http://jejenjaelani.wordpress.com/2012/12/20/development-of-dss/).
Kriteria pemilihan Software pembantu DSS
Pada pemilihan software dasar, hal yang patut dipertimbangkan ialah: Fungsi dan
fasilitas manajemen data, fungsi dan fasilitas manajemen model, kemampuan
antarmuka pengguna, derajat dan kompatibilitas konektivitas, tersedianya perangkat
pendukung, biaya, kualitas dan tersedianya vendor pendukung, (Sumber:
http://web.njit.edu/~song/courses/is465/decision_11.ppt)
Contoh Implementasi DSS dalam bidang Teknik Sipil :
Decision Support System untuk Suplai Air Wilayah Pedesaan (Studi Kasus: Daerah
Nilgiris, India Selatan)
Oleh: Daniel Richard Olsen, 2005
Permasalahan:
Daerah Nilgiris di India Selatan, Pengembangan DSS tidak berjalan dengan
baik karena alat yang digunakan untuk menginformasikan keputusan kebanyakan
tidak efektif. Perlunya mengembangkan sistem pendukung keputusan (Development
DSS) yang menggunakan model yang bisa diaplikasi di kondisi lokal.
Keuntungan Pengembangan DSS untuk wilayah Nilgiris:
1) Meminimasi kebutuhan pengumpulan data yang kompleks, dan
menggabungkan faktor teknik menjadi algoritma komputer akan lebih
meningkatkan proses pemilihan sumber suplai air di pedesaan.
2) Mengorganisir proses pemilihan menjadi program komputer ramah pengguna
tidak hanya memberi keuntungan status sosial ekonomi penduduk desa, juga
meningkatkan kondisi lingkungan di daerah batas air.
Metode Pengembangan DSS :
1) Sistem pendukung keputusan didaerah Nilgiris ini akan menghasilkan
prototype DSS yang dikenal dengan NRWS (Nilgiris Rural Water Suply).
NRWS membantu dalam proses identifikasi dalam menyeleksi sumber air
yang berkelanjutan, dan memberikan pedoman sistematik melalui berbagai
metodologi untuk mengukur sumber air potensial.
2) Kerangka NRWS di bangun melalui Microsoft Excel menggunakan aplikasi
bahasa pemrograman Visual Basic. Program komputer ramah pengguna dalam
bentuk link dan form isian yang mudah dimengerti.
3) DSS dibagi menjadi 6 modul yang mewakili kriteria yang berbeda untuk
mengevaluasi potensi sumber air: pembentukan sumber air, biaya modal,
biaya dan keringanan operasi dan pemeliharaan, pengaruh pengembangan,
kondisi politik dan regulasi, dan kualitas air.
4) Kriterianya diatur dalam matriks keputusan yang menyediakan skor total dan
peringkat untuk setiap sumber air berpotensi.
5) Sumber mata air yang digunakan untuk NRWS di Nilgiris: pengumpulan air
hujan dari atap bangunan, check dam, reservoir, mata air, dan sumur galian.
Metode Penilaian dan Pembobotan :
Pertama : skor antara nol dan sepuluh diberikan untuk setiap sumber air berdasarkan
kemampuannya untuk melakukan dalam kriteria masing-masing. Misalnya, dalam
kriteria hasil sumber air, jika sumber yang berasal dari check dam diproyeksikan
untuk memenuhi permintaan dari desa, dan pemanenan air hujan tidak dilakukan,
sumber air berasal dari check dam diberikan skor yang lebih tinggi.
Kedua : Bobot antara nol dan sepuluh ditetapkan untuk setiap kriteria untuk
membedakan tingkat kepentingan masing-masing. Jika sebuah desa dipercaya dapat
mencapai pasokan air yang cukup maka tingkat kepentingannya lebih penting dari
dampak pembangunan, bobot yang lebih besar ditempatkan pada kriteria hasil sumber
air.
Dengan mengalikan nilai sumber dan bobot kriteria, penilaian dihasilkan yang tidak
hanya menggambarkan atribut sumber dalam kriteria tertentu, tetapi juga
menggambarkan kepentingan relatif terhadap semua nilai lain di setiap kriteria. Dan
ketika enam skor bobot dijumlahkan untuk setiap sumber air potensial, nilai total
dapat dibandingkan dan diberikan peringkat untuk menentukan sumber yang ideal
untuk diaplikasikan. Untuk memastikan skor wajar dan akurat menggambarkan
kondisi lokal, analisis demikian harus diambil (House, Reed, 1997).
Pengumpulan Data :
1) Pengembangan simulasi model melalui pemanenan air hujan, dan sumber
check dam melibatkan data hidrologi lokal. Database yang luas untuk data
hujan dihasilkan dari daerah Nilgiris. Termasuk 19 stasiun pengamatan hujan
diluar daerah. Data yang digunakan data hujan di saat musim kemarau untuk
memperkirakan tingkat dimana aliran berkurang.
2) Untuk pemanenan air hujan atap diaplikasikan di 10 kampung di seluruh
daerah Nilgiris. Ditemukan bahwa daerah sekitar Masinigudi kekurangan
sumber air seperti aliran sungai dari pegunungan dan sumur galian, maka
sumber air melalui pemanenan hujan akan lebih feasible dan ekonomis.
3) Selanjutnya seluruh DSS akan diapikasikan untuk kasus spesifik seperti desa
Emerald Valley yang terletak didaerah Lembah Merah Sumber air micro, 3
alternatif digunakan yaitu dengan pemanenan air hujan, check dam, dan
reservoir.
Hasil Analisis :
Setelah melengkapi DSS dan memperlihatkan matrik keputusan, ditemukan bahwa :
1) Sumber yang berasal dari checkdam adalah sumber yang paling feasible untuk
diimplementasikan.
2) Faktor yang mempengaruhi keputusan ialah murahnya biaya modal, dan level
kualitas air yang tinggi.
3) Pengembangan model NRWS diharapkan dapat menyediakan struktur
organisasil yang memungkinkan para pembuat keputusan untuk mengerti dan
memahami pengaruh yang diasosiasikan dengan aksi yang berbeda untuk
sumber air lokal, (sumber:
http://www.eng.mcmaster.ca/civil/sustain/olsenthesis.pdf).
top related