dibiayai oleh dana dipa universitas padjadjaran...
Post on 05-Jan-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pemeriksaan Kandungan Logam Berat dalam Saus Cabe Industri Rumah Tangga
yang beredar di Tasikmalaya
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2008Iyan Sopyan, Insan Sunan K, Nasrul Wathoni
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jatinangor
ABSTRAK
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan logam berat pada lima merek saus
cabe industri rumah tanggan yang beredar di Tasikmalaya, menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saus cabe industri
rumah tangga mengandung logan tembaga (Cu) 0,014-0,098 ppm, timbal (Pb) 0,248-
0,321 ppm, timah (Sn) 1,70-3,11 ppm, seng (Zn) 0,409-0,862 ppm, merkuri (Hg) 0,001-
0,006 ppm dan arsen (As) 0,016-0,042 ppm. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
dapat disimpulkan bahwa kadar logam berat dalam saus cabe industri rumah tangga yang
beredar di Tasikmalaya memenuhi syarat ambang batas cemaran logam yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kata Kunci : Saus cabe, Logam berat, AAS
Metal Determinatian In Chili Sauce of Home industries in Tasikmalaya Market
Granted by DIPA Padjadjaran University 2008
Iyan Sopyan, Insan Sunan K, Nasrul Wathoni.
Faculty of Pharmacy Padjadjaran University
Jatinangor
ABSTACT
The examination of metal contents of five samples of home industry chili sauce
commercialized in Tasikmalaya using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) has been
carried out. The results were compared with Standar Nasional Indonesia (SNI). It
showed that the six samples contained Copper (Cu) 0,014-0,098 ppm, Lead (Pb) 0,248-
0,321 ppm, Tin (Sn) 1,70-3,11 ppm, Zink (Zn) 0,409-0,862 ppm, Mercury (Hg) 0,001-
0,006 ppm and Arsen (As) 0,016-0,042 ppm. These results revealed that metal contents of
six samples home industry chili sauce commercialized in Tasikmalaya did not exceeded
limit concentration regulated by Standar Nasional Indonesia (SNI).
Key words : Metal Determination, chili sauce. SSA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini tingkat kesadaran
masyarakat Indonesia akan pentingnya
hidup sehat sudah cukup baik, namun
adakalanya mereka kurang
memperhatikan kebersihan makanan dan
minuman yang mereka konsumsi sehari-
hari. Hal ini tentu berbahaya bagi
kesehatan masyaratkat iti sendiri, karena
mengkonsumsi makanan dan minuman
yang tidak terjaga kebersihannya berarti
memungkinkan berbagai penyakit nasuk
ke dalam tubuh.
Makanan dapat terkontaminasi
oleh berbagai macam zat asing, misalnya
logam. Logam-logam berbahaya yang
terkandung dalam makanan dapat diserap
melalui saluran pencernaan manusia dan
menyebabkan berbagai efek buruk bagi
tubuh. Hal demikian disebabkan oleh
kandungan logam yang berlebihan dalam
makanan tersebut (Desrorier, 1988).
Salah satu pelengkap yang sering
disajikan bersama makanan adalah saus
cabe yang digunakan untuk menambah
cita rasa makanan. Saus cabe merupakan
saus yang diperoleh dari pengolahan
utama cabe (Capricum sp) yang telah
matang denagn atau tanpa penambahan
bahan lain dan digunakan sebagai
penyedap makanan. Berbagai bumbu,
bahan pengawet dan bahan tambahan
lainnya yang digunakan dalam pembuatan
saus cabe harus yang telah diizinkan
pemakaiannya oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Departemen
Kesehatan RI (Dirjen POM, 1999).
Saus cabe yang dihasilkan oleh
industri rumah tangga berbeda dengan
saus cabe industri besar dalam hal
pengolahannya, yaitu dari segi alat dan
wadah yang digunakan, jumlah tenaga
kerja, keadaan tempat produksi dan
bahan-bahan yang digunakan. Alat dan
wadah yang digunakan pada proses
pembuatansaus di industri rumah tangga
adalah alat-alat dan wadah tradisional
yang sederhana dengan perlakuan yang
sederhana pula, sedangkan pada industri
besar segala sesuatunya dilakukan dengan
kecanggihan teknologi.
Hubungan langsung bahan-bahan
dengan alat dan wadah selama proses
pembuatan dan pengemasan akan
menyebabkan masuknya logam ke dalam
makanan yang sedang diolah. Selain itu,
logam-logam yang terdapat dalam saus
dapat merupakan komponen bawaan dari
tanaman yang merupakan bahan dasarnya
yang ikut terolah. Masuknya logam-
logam tersebut ke dalam makanan
mungkin juga disebabkan oleh
kontaminasi lain yang tidak disengaja,
antara lain berasal dari debu dan asap
kendaraan bermotor, limbah industri,
penggunaan pestisida dan pupuk pada
tanaman pangan (Ganiswara, 1995;
Underwood, 1973).
Beberapa logam yang biasa
ditemukan dalam makanan adalah arsen,
cadmium, tembaga, timbale, raksa, seng
dan timah. Logam-logam tersebut dapat
ditemukan dalam jumlah yang berbeda.
Ada beberapa unsure logam yang
termasuk unsure mikro merupakan
kelompok logam berat, diantaranya
adalah timbale, raksa dan arsen yang
hampir tidak mempunyai fungsi biologic
sama sekali dan dapat menyebabkan
keracunan (toksisitas) pada makhluk
hidup. Logam-logam berat tersebut akan
masuk ke dalam tubuh manusia,
terakukulasi dan akhirnya menyebabkan
beberapa akibat negative yaitu timbulnya
kerusakan jaringan, terutama jaringan hati
dan ginjal. Daya toksisitas logam ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
kadar logam yang termakan, lamanya
mengkonsumsi, umur, jenis kelamin,
kondisi fisik dan kemampuan jaringan
tubuh untuk mengakumulasi logam.
Beberapa logam toksik dapat menyerang
saraf sehingga menimbulkan kelainan
tingkah laku (Connel, 1995; Darmono,
1988).
Standar mutu saus cabe menurut
Standar Nasional Indonesia/SNI-01-2976-
1992, Badan Pengawas Obat dan
Makanan dalam hal cemaran logam
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah kadar yang masih
ditetapkan SNI
LogamJumlah
Maksimal (mg/kg)
Keterangan
Timbal (Pb) 2,0 -
Tembaga(Cu) 5,0 -
Seng (Zn) 40,0 -
Timah (Sn) 40,0
250
-
Untuk makanan
yang dikemas dalam
kaleng
Raksa (Hg) 0,03 -
Arsen (As) 1,0 -
Dari tabel di atas, perlu dilakukan suatu
pemeriksaan kandungan logam yang
mungkin terdapat dalam saus cabe yang
beredar. Hal tersebut dilakukan karena
luasnya penggunaan saus cabe di
kalangan masyarakat.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas,maka
terdapat beberapa masalah yang harus
diperhatikan mengenai kandungan logam
dalam saus cabe dari industri rumah
tangga antara lain :
1. Apakah saus cabe industri rumah
tangga yang beredar di pasaran
mengandung logam-logam berat
yang tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia?
2. Berapa kadar logam-logam
tersebut?
3. Apakah masih memenuhi
persyaratan Standar Nasional
Indonesia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui kandungan logam
dalam saus cabe industri rumah tangga
yang beredar di pasaran dan untuk
mengetahui apakah kadarnya masiih
memenuhi Standar Nasional Indonesia.
1.4 KONTRIBUSI PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan
infomasi kepada masyarakat dan instansi
yang berwenang mengatur regulasi
peredaran produk makanan tentang
cemaran logam dalam saus cabe industri
rumah tangga yang beredar di pasaran.
4. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan
pada penelitian ini : saus cabe yang
beredar di pasaran (5 merek berbeda),
Aquabidestilata, Asam Sulfat pekat (p.a),
Asan Nitrat pekat (p.a), Kalium
Permanganat (Brataco chemical),
hidroksilamin (Brataco chemical),
Ammonium Molibdad Hidrazin Sulfat
(Brataco Chemical), Natrium Hidroksida
(Brataco Chemical), Kalium Iodida 15%,
Timbal (II) Nitrat, Timah (II) Klorida,
Tembaga (II) Sulfat, Seng Klorida, Raksa
(II) Klorida, Arsen Trioksida.
METODA PENELITIAN
4.1 Persiapan Sampel
a) Untuk logam Tembaga (Cu), Timbal
(Pb), Timah (Sn), dan Seng (Zn)
Sebanyak 25 gram sampel
ditimbang seksama dalam cawan
platina. Kemudian diuapkan di
atas penangas air sampai kering
Sampel yang telah dikeringkan
tersebut dimasukkan ke dalam
tanur dengan suhu 250ºC
Suhu dinaikkan perlahan-lahan
(setiap kenaikan 50ºC)menjadi
350ºC sampai tidak terbentuk asap
lagi
Suhu dinaikkan kembali menjadi
500ºC dan setiap kenaikkan 75ºC,
kemudian sampel diabukan
selama 16 jam (semalam)
Cawan dikeluarkan dari dalam
tanur dan dibiarkan menjadi
dingin. Abu harus berwarna putih
(bebas karbon). Jika abu masih
mengandung kelebihan partikel-
partikel karbon (misalnya abu
yang dihasilkan agak keabu-
abuan), abu dibasahkan dengan air
sesedikit mungkin, diikuti dengan
penambahan HNO3 1 N tetes demi
tetes (0,5 – 3,0 ml)
Sampel dikeringkan di atas
lempeng pemanas
Hasil pengeringan tersebut
dimasukkan ke dalam tanur pada
suhu 250ºC dan perlahan-lahan
dinaikkan menjadi 500ºC.
Pemanasan dilanjutkan selama 60
-120 menit
Jika perlu penambahan
b) Untuk logam merkuri (Hg)
- kurang lebih 1 g sampel yang
telah ditimbang seksama
dimasukan kedalam labu 100 ml,
kemudian ditambahkan 5ml asam
nitrat P dan 4 ml asam sulfat P,
kemdian labu dihubungkan
dengan pendingin
- labu dipanaskan
sampai uapnya hilang dan
kmudian didinginkan
- Ke dalam lbu
takar ditambahkan 5 g hablur
KmnO4 sedikit –sedikit lalu
panaskan lago 10 menit
- Labu
didinginkan, kemudian
ditambahkan 15 ml larutan
ammonium hidroksida, asam
klorida 20 %
- Lalu dalam labu
pindahkan kedalam lbu ukur 100
ml, diencerkan denga air suling,
kemudian ditambakan 2 ml
larutan SnCl2 10 %
- larutan
diencerkan sampai tanda batas
(Depkes RI,1998)
c) Untuk logam Arsen (As)
- 10 ml larutan sampel dimsukan ke
dalam laabu erlenmeyer 50 ml,
lalu ditambahkan 10 ml HCl 1:1
dan 2 ml larutan KI 15 %
- SnCl2 40 gr/10 ml HCl pekat
diatambahkan ke dalam labu
- Pada tabung reaksi, dicampurkan
1 ml larutian KI dn 0,2 ml larutan
sodium hidrogen karbonat
- 6 butir Zn dimasukan ke dalam
labu erlenmeyer tadi kemudian
dihubungkan dengan tabung
reaksi dan dibiarkan selama 30
menitaksi lain,
- Larutan dalam labu erlenmeyer
ipindahkan ke dalam tabung
reaksi lain, dambahkan 5 ml
larutan ammonium molibdat
hidrazain sulfat.
- 1tetes larutan natrium tiosulfat
ditambahkan kedalamnya, lalu
larutan Diencerkan samapi 1 ml,
di ocok.
- Panaskan selama 15 menit,
kemudian didinginkan( standar
methods, 1985)
PENETAPAN KADAR
Penetapan kadar Tembaga, Timbal,
Timah, Seng, dan Merkuri.
Penetapan kadar logam dalam sampel
dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom. Adapun
langkah-langkah pengerjaannya adalah
sebagai berikut :
- Pemasangan lampu katode sesuai
dengan masing-masing logam
- Pengaturan kondisi alat, Alat di
kondisikan sesuai dengan logam yang
akan dianalisis
- Pembuatan kurva baku, kurva baku
antara konsentrasi larutan dengan
serapan masing-masing larutan baku
dibuat dengan mengukur absorbansi
larutan baku dari masing-masing
logam dan dari hasil tersebut akan
didapatkan persamaan regresi linier.
- Penetapan kadar, larutan sampel
diinjeksikan melalui pipa penghisap ke
dalam atomaizer
Penetapan kadar Arsen dilakukan
sebagai berikut :
- Pembuatan larutan baku dengan variasi
konsentrasi
- Pembuatan kurva baku
-aaPemeriksaan dengan alat
spektrofotometer.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampling 5 buah sampel saus cabe
industri rumah tangga yang ada
dipasaran secara acak sempurna sampel
ini di beri tanda A, B, C, D, dan E
Pembuatan Kurva Baku
Hasil pengukuran larutan baku
tembaga, timbal, timah, seng dan merkuri
yang diukur dengan spektrofotometer
serapan atom, sedangkan arsen diukur
dengan spektrofotometer visibel adalah
sebagai berikut :
a) Tembaga (Cu)
Tabel 2. Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku tembaga (Cu)
C (ppm) A
0,500 0,112
1,000 0,217
1,500 0,298
5,000 0,914
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persaan garis linier sebagai
berikut :
Y = 0,1803x + 0,0179
Dari hasil persaan di atas, diperoleh
grafik kurva baku sebagai berikut :
b) Timbal (Pb)
Tabel 3. Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku timbal (Pb)
C (ppm) A
0,500 0,038
1,000 0,063
1,500 0,086
5,000 0,271
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persamaan garis linier
sebagai berikut :
Y = 0,0532x + 0,0065
Dari hasil persamaan di atas,
diperoleh grafik kurva baku sebagai
berikut :
c) Timah (Sn)
Tabel 3 Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku timah (Sn)
C (ppm) A
0,500 0,182
1,000 0,246
1,500 0,309
5,000 0,913
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persamaan garis linier
sebagai berikut :
Y = 0,1750x + 0,0406
Dari hasil persamaan di atas,
diperoleh grafik kurva baku sebagai
berikut :
d) Seng (Zn)
Tabel 4 Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku seng (Zn)
C (ppm) A
0,500 0,119
1,000 0,198
1,500 0,248
5,000 0,606
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persamaan garis linier
sebagai berikut :
Y = 0,1136x + 0,0481
Dari hasil persamaan di atas,
diperoleh grafik kurva baku sebagai
berikut :
e) Merkuri (Hg)
Tabel 5 Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku merkuri (Hg)
C (ppm) A
0,1000 0,0034
0,2000 0,0062
0,3000 0,0097
0,4000 0,0122
0,5000 0,0148
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persamaan garis linier
sebagai berikut :
Y = 0,0288x + 0,0006
Dari hasil persamaan di atas,
diperoleh grafik kurva baku sebagai
berikut :
f) Arsen (As)
Tabel. 6 Konsentrasi dan absorbansi
larutan baku merkuri (Hg)
C (ppm) A
0,200 0,048
0,400 0,097
0,600 0,145
0,800 0,193
Dengan memasukkan nilai
konsentrasi dan serapan ke dalam
rumus Least Square, maka akan
diperoleh persamaan garis linier
sebagai berikut :
Y = 0,2414x + 0,0002
Dari hasil persamaan di atas,
diperoleh grafik kurva baku sebagai
berikut :
Penetapan kurva baku dilakukan
dengan cara mengukur serapan dari
beberapa larutan baku tembaga,
timbal, timah, seng dan merkuri
dalam kadar yang berbeda. Dengan
analisis regresi linier diperoleh
persaam garis, untuk logam Cu : Y =
0,1803x + 0,0179; untuk logam Pb :
Y = 0,0532x + 0,0065; untuk logam
Sn : Y = 0,1750x + 0,0406; untuk
logam Zn : Y = 0,1136x + 0,0481;
untuk logam Hg : Y = 0,0288x +
0,0006; dan untuk logam As : Y =
0,2414x + 0,0002. Persamaan-
persamaan garis tersebut diperoleh
dari rumus “Least Square” .Nilai
tetapan 0,0179; 0,0065; 0,0406;
0,0481; 0,0006 dan 0,2414
menunjukkan bahwa harga serapan
(A) dan nilai kadar kelima logam
pada 0,00 ppm/ppb hampir
berimpit. Harga slope 0,1803 ;
0,0532; 0,1730; 0.1136; 0,0288 dan
0,0002 yang bernilai positif
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan linier antara serapan (A)
dan kadar logam. Daerah linier dalam
pembuatan kurva baku dibuat
berdasarkan pengukuran konsentrasi
standar yang memberikan serapan 0,2
– 0,8.
Analisis Sampel
Dari hasil pemeriksaan kadar
logam tembaga, timbal, timah, seng,
merkuri dan arsen pada masing-
masing sampel, maka diperoleh nilai
absorbansi dan konsentrasi masing-
masing logam berat sebagai berikut :
Tabel 2.7 Hasil analisis absorbansi dari
masing-msig logam
Tembaga
(Cu)Timbal (Pb) Timah (Sn) Seng (Zn)
Merkuri
AC
ppmA
C
ppmA
C
PpmA
C
PpmA
A 0,006 0,098 0,006 0,318 0,255 2,03 0,035 0,57 0,004
B 0,006 0,097 0,005 0,251 0,298 2,8 0,023 0,409 0,003
C 0,002 0,041 0,006 0,303 0,304 3,04 0,04 0,707 0,01
D 0,003 0,049 0,007 0,319 0,316 3,11 0,055 0,862 0,003
E 0,004 0,052 0,007 0,321 0,22 1,7 0,046 0,726 0,002
Tabel 7 Konsentrasi logam berat dalam sampel sampel
Sampel
Tembaga
(Cu)
Timbal
(Pb)
Timah
(Sn)
Seng
(Zn)
Merkuri
(Hg)
Arsen
(As)
A + + +++ ++ - -
B + + +++ + - +
C + + +++ ++ - -
D + + +++ ++ - -
E + + +++ ++ - +
F - + +++ ++ - -
Keterangan
Kurang dari 0,003 ppm : (-)
0,03 – 0,5 ppm : (+)
0,5 - 1,0 ppm : (++)
Lebih dari 1,0 ppm : (+++)
Kadar masing-masing logam
berat dalam sampel A, B, C, D, E, dapat
digambarkan dalam diagram sebagai
berikut :
Hasil analisis tembaga (Cu)
menunjukkan bahwa kadar tembaga
dapat terdeteksi dalam semua sampel.
Kadar tembaga pada sampel A, B, C, D,
D, dan E masing-masing adalah 0,098
ppm; 0,097 ppm; 0,04021 ppm; 0,04881
ppm; 0,05193 ppm dan 0,01397 ppm.
Kadar tembaga tertinggi adalah 0,09774
ppm terdapat padapel saus cabe A.
Hasil analisis timbale (Pb)
memberikan hasil sebagai berikut :
0,318 ppm untuk sampel A; 0,251 ppm
untuk sampel B; 0,303 ppm untuk
sampel C; 0,319 ppm untuk sampel D;
0,321 ppm untuk sampel E dan 0,248
ppm. kadar timbal tertinggi adalah
0,32120 ppm terdapat pada sampel saus
cabe E.
Hasil analisis timah (Sn)
menunjukkan bahwa semua sampel
menunjukkan kadar timah yang relative
tinggi. Kadar timah pada sampel A, B,
C, D, dan E masing-masing adalah 2,20
ppm; 2,80 ppm; 3,04 ppm; 3,11 ppm;
1,70 ppm dan Kadar timah tertinggi
adalah 3,11 ppm terdapat pada sampel
saus cabe D.
Hasil analisis seng (Zn)
menunjukkan bahwa sampel A, B, C, D,
dan E, mengandung logam tersebut
sebanyak 0,570 ppm; 0,409 ppm; 0,707
ppm; 0,862 ppm; 0,725 pm dan 0,551
ppm. Kadar seng tertinggi adalah 0,862
ppm terdapat pada sampel saus cabe D.
Hasil analisis merkuri menunjukkan
bahwa sampel saus cabe mengandung
logam Hg, namun kadarnya sangat
kecil. Pada sampel A, B, C, D, dan E,
masing-masing kadarnya adalah 2,520
ppb; 1,690 ppb; 5,960 ppb; 2,060 ppb;
dan 1,490 ppb. Kadar merkuri tertinggi
adalah 5,960 ppb atau 0,00596 ppm
terdapat pada sampel saus cabe C.
Kadar arsen dalam sampel A, B, C,
D, dan E masing-masing adalah 0,016
ppm; 0,033 ppm; 0,021 ppm; 0,025
ppm; dan 0,042 ppm. Kadar arsen
tertinggi adalah 0,042 ppm terdapat
pada sampel saus cabe E.
Hasil pemeriksaan kadar terhadap
masing-masing logam dalam sampel
saus cabe industri rumah yang beredar
di Bandung menunjukkan bahwa kadar
logam tembaga, timbale, timah, seng,
merkuri dan arsen dalam saus cabe
industri rumah tangga yang beredar di
Bandung masih di bawah ambang batas
yang ditentukan dalam Standar Nasional
Indonesia.
Pengujian ketelitian alat dilakukan
dengan mengukur serapan larutan baku
tembaga, timbale, timah, seng, merkuri
dan arsen pada konsentrasi tertentu
sebanyak lima replikasi. Hasil pengujian
ketelitian alat menunjukkan bahwa alat
AAS yang digunakan memiliki
ketelitian yang baik. Ketelitian alat pada
konsentrasi standar 5 ppm adalah 90,98
% untuk Cu; 93,61 % untuk Pb; 95,94
% untuk Sn; 94,97 % untuk Zn; 97,79 %
untuk Hg; dan 98,70 % untuk arsen.
Penetapan nilai limit deteksi
dilakukan dengan megukur serapan dari
konsentrasi larutan blanko dengan
replikasi pengukuran 10 kali. Nilai limit
deteksi untuk tembaga adalah 0,0199
ppm, untuk timbale 0,0263 ppm, untuk
timah 0,1249 ppm, untuk seng 0,1584
ppm, untuk merkuri 0,0277 dan untuk
arsen adalah 0,0004 ppm.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan terhadap 5
merek saus cabe industri rumah tangga (A,
B, C, D, E) menggunakan alat
Spektrofotometer Serapan Atom dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada kelima saus cabe industri rumah
tangga yang diteliti mengandung logam
berat tembaga (Cu), timbale (Pb), timah
(Sn), seng (Zn), merkui (Hg) dan arsen
(As).
2. Kadar logam berat yang terdapat dalam
sampel adalah :
Logam Berat Kadar (ppm)
Tembaga (Cu) 0,014 – 0,098
Timbal (Pb) 0,248 – 0,321
Timah (Sn) 1,70 – 3,11
Seng (Zn) 0,409 – 0,862
Merkuri (Hg) 0,001 – 0,006
Arsen (As) 0,016 – 0,042
3. Menurut peraturan mengenai batas
cemaran logam yang tercantum dalam
Standar Nasional Indonesia, kandungan
rata-rata tembaga, timbale, timah, seng
dan merkuri dalam saus cabe industri
rumah tangga yang beredar di
Tasikmalaya masih dalam rentang
ambang batas yang ditetapkan. Jadi
dalam hal cemaran logam, saus cabe
industri rumah tangga ini memenuhi
syarat untuk dikonsumsi.
Saran
1. Masyarakat tidak perlu
mengkhawatirkan kandungan logam
berat dalam saus industri rumah tangga
karena berdasarkan penelitian diketahui
bahwa kadar logam berat dalam saus
cabe tersebut tidak melebihi ambang
batas yang ditentukan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI).
2. Disarankan untuk menganalisa kadar
logam berat dari penambah cita rasa
makanan yang lain seperti kecap, saus
tomat dan lain-lain untuk mengetahui
pencemaran logam berat dalam
pelengkap makanan yang umum
dikonsumsi sehari-hari.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran yang
telah membiayai melalui dana DIPA
Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran
2007 sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktU
DAFTAR PUSTAKA
Connel, W.W., Mill G.J., 1995, Kimia
dan Ekotoksikologi Pencemaran,
Penerjemah Yanti Koeter. UI
Press, Jakarta, Hal. 345-349
Darmono, 1995,ogam dalam Sistem
Biologi Mahluk Hidup, Edisi Ke-
1, UI Press, Jakarta, Hal. 95-112
Desrorier, N.W., 1988, teknologi
Pengawetan Makanan, Edisi Ke-3,
Penerjemah Muldjohardjo, UI-
Press, Hal 230-235
Dietter, W, Gruenwadel, Food Analysis :
Principle and
technique,Departement food and
Science technologi, University of
California, P. 421-428.
Dirjen POM, 1999, Farmakope Indonesia,
Edisi ke-4. Jakarta : Departemen
Keshatan Repiblik Indonesia, 7-8
Frank, C., 1995, Toksiologi Dasar, Asas,
Organ, Sasaran dan Penilaian
Resiko, penerjemah: Edi
Nugroho,Edisi kedua, UI Press,
Jakarta, hal. 46-369
Ganiswara, S. G., 1995, Farmakologi dan
Terapi, Edisi ke-4, Fakultas
Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jakarta, ha. 781-799
Svehla, G., 1990, Vogel: Buku texs
Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimakro, Edisi
klima, PT. Kalman Media Pusaka,
Jakarta, Hal. 207, 212, 255, 229,
237, 287.
Underwood, E.J., 1973, Trace Elemant, in
Toxican Occurin Naturaly Foods,
National Academic of Science,
Washington, D.C., p. 43-45
Willard, H., 1988, Instrumntal Methode
of Analysis, Seventh edition,
Woodsworth Publishing
Company, California., P.127-132
top related