copy of referat ptosis ega jaya - 07120060064
Post on 16-Jul-2015
408 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 1/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
REFERAT
PTOSIS
Dibuat Oleh:
Ega Jaya - 20060710064
Pembimbing:
dr. H.Roesmawati, Sp.M
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataRumah Sakit Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 12 September – 15 Oktober 2011
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
1Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 2/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……….……………………………………………………………
i
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….
ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
1
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI PALPEBRA ...…………………….........
3
Gerakan Palpebra ....................………………………………………….…
3
Struktur Palpebra …………….……………………………………...........
3
Margo Palpebra ....................…………………………………………….
6
Fissura Palpebra ..............................……………………………………..
7
Refraktor Palpebra ........................……………………………………..
7
Persarafan Sensoris ……………………………………………………..
8
Pembuluh Darah dan Limfe ……………………………………………..
8
BAB III PTOSIS ..................……………………………………………………..
9
Definisi ..........……………………………………………………………..
9
Etiologi ..........……………………………………………………………..
9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
2Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 3/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Epidemiologi ……………………………………………………………..
9
Klasifikasi ……………………………………………………………..
10
Patofisiologi …… ....……………………………………………………..
16
Gambaran Klinis .......……………………………………………………..
16
Diagnosis ....................................................................................................
17
Diagnosis Banding ............……………………………………………..
22
Penatalaksanaan ……………………………………………………..
22
Prognosis ………………………………………………………………….
25
Komplikasi ……………………………………………………..
26
BAB IV KESIMPULAN ……………………………………………………..
27
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
3Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 4/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampang Melintang Palpebra …………………………………..
6
Gambar 2. Dimensi Normal Fissura Palpebra……………………………………..
7
Gambar 3. Pemeriksaan Palpebra Fissure Height ……………………………..
19
Gambar 4. Pemeriksaan Margin Reflex Distance 1 ..........…………………........
19
Gambar 5. Margin Reflex Distance 2 ....................................................................
19
Gambar 6. Upper Lid Crease ...................………………………………………..
20
Gambar 7. Pemeriksaan Levator Function ………………………………………..
20
Gambar 8. Pemeriksaan Bell’s Phenomenon ...........................................................
21
Gambar 9. Teknik Pembedahan Ptosis .........……………………………………..
25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
4Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 5/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Blefaroptosis ......................................................................
11
Tabel 2. Klasifikasi Ptosis Berdasarkan Beard ……………………………..
15
Tabel 3. Eyelid Measurements .............….................................................……….
21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
5Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 6/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
BAB I
PENDAHULUAN
Ptosis (Blepharoptosis) merupakan keadaan jatuhnya kelopak mata
( Drooping eye lid ), dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka
sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan
normal.1 Posisi normal palpebra superior adalah ditengah-tengah antara limbus
superior dan tepian atas pupil. Ini dapat bervariasi 2mm jika kedua palpebra
simetris.2
Ptosis terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi m. levator palpebra,
lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat
jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata tertarik
ke belakang atau enoftalmus. Ptosis juga dapat terjadi pada miastenia gravis pada
satu mata atau kedua mata.3
Sampai saat ini insidens ptosis belum pernah dilaporkan. Ptosis kongenital
biasanya tampak segera setelah lahir maupun pada tahun pertama kelahiran.4
Ptosis yang didapat (acquired) dapat terjadi pada setiap kelompok usia, tetapi
biasanya ditemukan pada usia dewasa tua.5
Berdasarkan onsetnya ptosis dibagi menjadi ptosis kongenital dan ptosis
didapat (acquired). Berdasarkan etiologinya ptosis dapat dibagi menjadi miogenik,
aponeurotik, neurogenik, mekanikal dan traumatik.6 Sedangkan menurut
derajatnya ptosis dibagi menjadi ptosis ringan jika batas kelopak mata atas
menutupi kornea < 2 mm, ptosis sedang jika batas kelopak mata atas menutupi
kornea 3 mm dan ptosis berat jika batas kelopak mata atas menutupi kornea > 4
mm.
7
Blepharoptosis merupakan penyebab penting dari kehilangan penglihatan.
Mengingat penatalaksanaan ptosis tergantung dari etiologi dan derajat ptosis maka
perlu diketahui lebih jelas tentang etiologi dan derajat ptosis. Menurut etiologinya,
pada ptosis kongenital (myogenic etiology) dilakukan pembedahan
(memperpendek) otot levator yang lemah serta aponeurosisnya atau
menggantungkan palpebra pada otot frontal. Jenis operasi untuk ptosis kongenital
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
6Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 7/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
adalah reseksi levator eksternal. Pada ptosis yang didapat (aponeurotic etiology),
misalnya pada myastenia gravis dilakukan koreksi penyebab. Jika koreksi
penyebab tidak mungkin, maka kelopak mata diperpendek menurut arah
vertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi levator
buruk). Prosedur Fasenella-Servat lebih sering digunakan untk kasus ptosis yang
didapat.8,9
Sedangkan menurut derajatnya, untuk ptosis ringan yang tidak didapati
kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus
dan defek lapang pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi. Bila
akan dilakukan operasi, prosedur Fasenella-Servat diindikasikan untuk ptosis
ringan. Pada kasus ptosis moderat diindikasikan pembedahan dengan teknik
reseksi levator eksternal. Sedangkan pada ptosis berat, frontalis sling merupakan
pendekatan yang paling baik.8,9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
7Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 8/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI PALPEBRA
Palpebra terletak di depan bola mata, yang melindungi mata dari cedera dan
cahaya yang berlebihan. Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak
daripada palpebra inferior. Bila mata ditutup, palpebra superior menutup kornea
dengan sempurna. Bila mata dibuka dan menatap lurus ke depan, palpebra
superior hanya menutupi pinggir atas kornea.10
Palpebra berfungsi:
• Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior
• Mensekresi lapisan lemak dari lapisan air mata
• Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea
• Mencegah mata menjadi kering
• Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal. 11
Gerakan Palpebra
Posisi palpebra pada waktu istirahat bergantung pada tonus m. Orbicularis
oculi dan m. Levator palpebrae serta posisi bola mata. Palpebra menutup bila m.
Orbicularis oculi kontraksi dan m. Levator palpebrae superioris relaksasi. Mata
terbuka apabila m. Levator palpebrae superioris kontraksi dan m. Orbicularis oculi
relaksasi. Pada waktu melihat ke atas, m. Levator palpebra superioris berkontraksi
dan bergerak bersama bola mata. Pada waktu melihat ke bawah, kedua palpebra
bergerak ke bawah. Palpebra superior terus menutupi kornea bagian atas dan
palpebra inferior agak tertarik ke bawah.
Struktur Palpebra
Palpebra terbagi menjadi 7 lapisan, yaitu kulit, otot orbikularis, septum,
bantalan lemak, tarsus, levator, dan konjungtiva.12
1. Kulit
Kulit merupakan lapisan anterior dengan jaringan subkutaneous. Palpebra
memiliki kulit yang tipis ± 1 mm dan tidak memiliki lemak subkutan. Kulit
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
8Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 9/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus dengan kelenjar
sebaseanya, juga terdapat sejumlah kelenjar keringat. Dibawah kulit terdapat
jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema masif.12,13
2. Otot orbikularis
M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland . M.
orbikularis berfungsi menutup bola mata. Otot ini terdiri dari lempeng yang
tipis yang serat-seratnya berjalan konsentris. Otot ini dipersarafi oleh nervus
fasialis (n.VII) yang kontraksinya menyebabkan gerakan mengedip,
disamping itu otot ini juga dipersarafi oleh saraf somatik eferen yang tidak
dibawah kesadaran.12
M. orbikularis okuli terbagi dalam bagian orbital, praseptal, dan pratarsal.
Bagian orbital, yang terutama berfungsi untuk menutup mata kuat, adalah otot
melingkar tanpa insertio temporal. Otot praseptal dan pratarsal memiliki
kaput medial superficial dan profundus, yang turut serta dalam pemompaan
air mata.12
3. Septum Orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Septum merupakan
sawar penting antara palpebra dan orbita.12 Pada palpebra superior, septum
orbita bersatu dengan levator aponeurosis kurang lebih 1-3 mm superior
tarsus pada orang yang bukan etnis Asia.13
4. Bantalan lemak pra aponeurotika
Bantalan lemak tambahan terdapat di medial palpebra superior. Lemak ini
penting sebagai petunjuk dalam operasi, karena letaknya langsung di
belakang septum orbita dan di depan aponeurosis levator.12,13
5. Tarsus
Tarsus merupakan jaringan ikat fibrous panjangnya ± 25 mm, yang
dihubungkan pada tepian orbita oleh tendo-tenso kanthus medialis dan
lateralis. Didalamnya terdapat kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas)
yang membentuk “oily layer” dari air mata. Tarsus palpebra superior
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
9Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 10/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
merupakan jaringan ikat yang kokoh, tebal , yang berguna sebagai kerangka
palpebra, tarsus superior pada bagian tengah palpebra vertical berukuran 9-10
mm, dengan ketebalan lebih-kurang 1 mm. Arkade arteri marginal terletah 2
mm superior margin palpebra dekat dengan folikel silia dan anterior tarsus
antara levator aponeurosis dengan muskulus Muller.12,13
6. Otot levator dan aponeurotik levator palpebra
Merupakan “major refractor” untuk kelopak mata atas. M. levator
palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada
tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit
kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Saat memasuki palpebra, otot ini
membentuk aponeurosis yang melekat pada sepertiga bawah tarsus superior.13
Otot ini dipersarafi oleh nervus okulomotoris (N.III), yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.14 Kerusakan pada nervus
okulomotoris (N.III) atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan
jatuhnya kelopak mata ( ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari
permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini
dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti
pada sindrom Horner ) akan terjadi ptosis ringan.11
Muskulus levator pada orang dewasa panjangnya lebih-kurang 40 mm,
sedangkan aponeurosis panjangnya 14-20 mm. Ligamentun transversal
(Whitnalls ligament) adalah penebalan dari fasia muskulus levator yang
berlokasi di daerah transisi muskulus levator dengan aponeurosis levator.13
Ligamentum whitnalls adalah muskulus levator yang bertransformasi,
berstruktur seperti tendon yang berwarna putih berkilat. Levator aponeurosis
membelah menjadi lamella anterior dan posterior pada lokasi kira-kira 10-12
mm di atas tarsus. Lamella posterior terdiri dari jaringan otot yang lembut
yang diinervasi oleh saraf simpatis, disebut juga muskulus mullers, yang
analog dengan muskulus tarsal palpebra inferior. Muskulus muller kemudian
berinsersi pada pinggir atas tarsus. Muskulus muller bagian posterior melekat
erat dengan lapisan konjungtiva dan bagian anterior melekat dengan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
10Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 11/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
aponeurosis. Tidak ditemukan arcade pembuluh darah perifer pada anterior
muskulus muller dekat dengan insersi pinggir superior tarsus.13
7. Konjungtiva Tarsal
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang
mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.14
Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah.
Pasien diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah
orbita. Pada konjungtiva dapat dicari adanya papil, folikel, perdarahan,
sikatriks dan kemungkinan benda asing.15
Gambar 1. Penampang Melintang Palpebra
Margo Palpebra
Panjang margo palpebra adalah 25-30 mm lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.
a) Margo anterior
1. Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
2. Glandula Zeis
Ini adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara ke dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
11Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 12/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata.
b) Margo posterior
Margo palpebra superior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
margo ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal).
c) Punktum Lakrimal
Pada ujung medial dari margo palpebra posterior terdapat elevasi kecil
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan
inferior.12
Fissura PalpebraFissura palpebra adalah ruang ellips diantara kedua palpebra yang dibuka.
Normalnya fissura palpebra memiliki lebar 9 mm, panjang fisura palpebra
berkisar 28 mm. Fissura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Kanthus medialis lebih elliptic dan mengelilingi lakuna lakrimalis.12
Gambar 2. Dimensi Normal dari Fisura Palpebra
Retraktor Palpebra
Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh
kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, dikenal
sebagai kompleks levator palpebra superior. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
12Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 13/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang
lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller
(tarsalis superior). Levator dipasok cabang superior dari nervus okulomotorius
(N.III). Darah ke levator palpebrae superioris datang dari cabang muskular lateral
dari arteri oftalmika.12
Persarafan Sensoris
Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi pertama dan kedua dari
nervus trigeminus (N.V). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratrokhlearis,
infratrokhlearis dan nasalis eksterna kecil adalah cabang-cabang dari divisi
oftalmika dari nervus kelima. Nervus infraorbitalis, zigomaticofacialis,
zigomaticotemporalis merupakan cabang-cabang dari divisi maksilaris (kedua)
nervus trigeminus.12
Pembuluh Darah dan Limfe
Pasokan darah ke palpebra datang dari arteri lakrimalis dan oftalmika
melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis antara arteri
palpebra lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang terletak di dalam
jaringan areolar submuskular.12
Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-
vena yang mengangkut darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun
dalam pleksus pra- dan pasca tarsal.12
Pembuluh limfe dari segmen lateral palpebra berjalan ke dalam nodus pra-
auricular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan
isinya ke dalam limfonodus submandibular.12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
13Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 14/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
BAB III
PTOSIS
A. Definisi
Ptosis merupakan keadaan jatuhnya kelopak mata ( Drooping eye lid ),
dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka sehingga celah
kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal.1
Normalnya fissura palpebra memiliki lebar 9 mm. Posisi normal palpebra
superior adalah ditengah-tengah antara limbus superior dan tepian atas
pupil. Ini dapat bervariasi 2 mm jika kedua palpebra simetris.2
B. Etiologi
Ptosis terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi m. levator palebra,
lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat
jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata
tertarik ke belakang atau enoftalmus. Penyebab ptosis adalah miogenik,
aponeurotik, neurogenik, mekanikal, dan traumatik. Ptosis juga dapat terjadi
pada miastenia gravis pada satu mata atau kedua mata.3,6
C. Epidemiologi
Sampai saat ini insidensi ptosis belum pernah dilaporkan. Ptosis
kongenital dapat mengenai seluruh ras, angka kejadian ptosis sama antara
pria dan wanita. Ptosis kongenital biasanya tampak segera setelah lahir
maupun pada tahun pertama kelahiran.4
Ptosis yang didapat (acquired) dapat
terjadi pada setiap kelompok usia, tetapi biasanya ditemukan pada usia
dewasa tua.5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
14Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 15/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
D. Klasifikasi
• Berdasarkan Onsetnya
Secara garis besar ptosis dapat dibedakan atas 2, yaitu :
A. KongenitalSebagian besar kasus ptosis kongenital akibat gangguan pembentukan
jaringan muskulus levator (myogenic etiology).6,13 Dapat terjadi dalam
bentuk:
1. Unilateral : kegagalan perkembangan dan innervasi
abnormal otot levator palpebra. Bila cukup berat dapat menyebabkan
ambliopia dan harus segera ditangani dengan pembedahan. Dapat
menyertai Marcus Gunn syndrome (kelainan nervus III dan nervus
V), dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang
membuka ke samping pada sisi yang berlawanan.
2. Bilateral : infantile myastenia gravis atau anak dari ibu
yang menderita Myastenia gravis.
3. Ptosis yang menyertai Sturge Weber, von Recklinghausen
syndrome dan alkohol fetal syndrome.16
B. Didapat (Acquired)
Ptosis didapat terjadi akibat penurunan regangan atau disinsersi
aponeurosis levator (aponeurotic abnormality).6,13 Dapat terjadi pada
keadaan:
1. Terkait dengan penyakit muskular, kelainan neurologis, faktor
mekanik. Pada beberapa kasus memerlukan penanganan secepatnya.
2. Myastenia Gravis
3. Botulinism
4. Paralisis n. III akibat trauma, tumor, degenerative CNS disease, lesi
vaskular.
5. Distrofi miotonik.
6. Tumor, trauma, jaringan sikatrik pada palpebra.
7. Horner’s Syndrom (ptosis, miosis dan dishidrosis ipsilateral).16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
15Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 16/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Tabel 1. Perbandingan Blefaroptosis 6
Kongenital Myogenik
Ptosis
Acquired Aponeurotik
PtosisPalpebral fissure
height
Ptosis ringan- berat Ptosis ringan- berat
Upper eyelid crease Lemah atau tidak ada
pada posisi normal
Lebih tinggi dari
normal
Levator function Berkurang Hampir normal
On downgaze Eyelid lag Eyelid drop
• Berdasarkan Etiologinya
1. Ptosis Myogenik
Kongenital
Akibat dari gangguan perkembangan (maldevelopment) muskulus
levator dengan karakteristik penurunan fungsi levator, kelopak mata
tertinggal, dan kadang-kadang lagoftalmus. Congenital Myogenic
Ptosis dengan fenomena Bell yang buruk atau strabismus vertikal
kemungkinan mengindikasikan gangguan perkembangan
konkomitan pada muskulus rektus superior.6,13
Didapat
Ptosis ini jarang ditemukan, merupakan akibat dari kelainan
muskuler lokal atau menyeluruh, seperti distrofi muskuler, eksternal
oftalmoplegia progresif kronik, miastenia grafis, atau distrofi
okulofaringeal. 6,13
• Distrofi muskuler
Ditemukan ptosis dan kelemahan muka. Gejala lainnya
adalah katarak, kelainan pupil, botak frontal, atrofi testes dan
diabetes.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
16Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 17/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
• Oftalmoplegia eksternal menahun progresif
Adalah penyakit neuromuskuler herediter progresif lambat,
yang mulai dipertengahan kehidupan. Semua otot ekstra okuler
termasuk levator dan otot-otot ekspresi muka berangsur-angsur terkena. Biasanya bersifat bilateral, simetris dan progresif ptosis.
Namun reaksi pupil dan akomodasi normal. Untuk dapat
mengangkat palpebra biasanya pasien menggunakan M.
Frontalis. Pada Sindroms Kearns Sayre ophtalmoplegia disertai
retinitis pigmentosa dan blok jantung.2
• Myasthenia gravis
Suatu gangguan neuro muskular yang diduga disebabakan
oleh adanya antibodi terhadap reseptor asetilkolin pada neuro
muskular jungtion. Merupakan myogenik ptosis yang bilateral
dan asimetris. Ptosis yang terjadi sering bersamaan dengan
diplopia . Muskulus orbikularis okuli juga sering terkena. Kedut
palpebra Cogan kadang-kadang ada – saat menggerakkan mata
dari pandangan ke bawah ke posisi primer, palpebra superior
berkedut ke atas.2
2. Ptosis Aponeurotika
Kongenital
Akibat kegagalan insersi aponeurosis pada posisi normal di
permukaan anterior tarsus.6,13
Didapat
Akibat kelemahan, perlepasan, atau disinsersi aponeurosis levator
dari kedudukan noramal. Umumnya terdapat cukup sisa perlekatan
ke tarsus yang dapat mengangkat palpebra saat melihat keatas. Tetap
tersisanya perlekatan aponeurosis levator ke kulit dan muskulus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
17Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 18/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
orbikularis menghasilkan lipatan palpebra yang sangat tinggi, dapat
pula terjadi penipisan palpebra dimana bayangan iris tampak
terbayang melalui kulit palpebra superior. Mekanisme ptosis pada
operasi mata, blepharochalasis, kehamilan dan penyakit Grave
umumnya akibat kerusakan pada aponeurosis.2,6,13
3. Ptosis Neurogenik
Kongenital
Disebabkan karena adanya defek neurogenik yang terjadi pada saat
perkembangan embrio. Ptosis ini jarang ditemukan dan sering
berhubungan dengan kelumpuhan nervus kranial III kongenital,
horner sindrom congenital, atau Marcus Gunn jaw-winking
sindrom.6,13
Didapat
Disebabkan karena putusnya hubungan persarafan normal yang
paling sering terjadi akibat sekunder dari kelumpuhan nervus kranial
III didapat, sindrom horner atau miastenia grafis didapat.6,13
• Sindrom Marcus Gunn
Pada sindrom Marcus Gunn (“fenomena berkedip-rahang”),
mata membuka saat mandibula dibuka atau menyimpang ke sisi
berlawanan. Muskulus levator yang mengalami ptosis disarafi
oleh cabang-cabang motorik nervus trigeminus dan nervus
okulomotorius.2
• Sindroma Horner
Blepharoptosis yang terjadi adalah akibat berkurangnya
inervasi simpatis ke otot – otot muller palpebra superior yang
terkadang juga diikuti pada palpebra inferior yang jika kedua
palpebra mengalami ptosis akan beradampak berkurangnya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
18Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 19/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
lebar vertikal fisura palpebra yang sering disalah diagnosis
dengan enophthalmos.2
Penyebab sindrom horner adalah fraktur vertebra servikalis,
tabes dorsalis , siringomelia . tumor corda servikal. Paralisis otot
Muller hampir selalu berkaitan dengan sindroma Horner dan
biasanya didapat. Jarang ada ptosis di bawah 2 mm, dan
ambliopia tidak pernah terjadi.2
4. Ptosis Mekanikal
Ptosis mekanikal biasanya terjadi akibat neoplasma yang mendorong
palpebra superior ke inferior, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital seperti neuroma fleksiform, hemangioma, atau oleh
neoplasma didapat seperti khalazion besar, basal sel atau squamous sel
karsinoma. Edema setelah operasi atau trauma dapat menyebabkan ptosis
mekanikal sementara.6,13
5. Ptosis Traumatik
Ptosis Traumatik terjadi akibat trauma tajam dan tumpul pada
muskulus atau aponeurosis levator. Seperti pada laserasi palpebra
superior dan prosedur bedah saraf orbital. Pada kasus ptosis traumatic
penderita harus diobservasi selama 6 bulan sebelum melakukan koreksi
ptosis karena kadang-kadang dapat sembuh spontan.6,13
Pseudoptosis
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan pseudoptosis, termasuk
hipertropia, enoftalmos, mikroftalmos, anofthalmos, ptisis bulbi, defek sulkus
superior akibat trauma, atau kasus lainnya.6,13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
19Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 20/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Tabel 2. Klasifikasi Ptosis Menurut Beard 2
Kelainan perkembangan levator • Simplek
• Kelemahan rektus superior
Ptosis miogenik lain •
Sindrom blepharophimosis• Ophtalmoplegia eksternal
progresif menahun
• Sindrom okulofaringeal
• Distrofi muskular progresif
• Miastenia Gravis
• Fibrosis kongenital dari
muskulus ekstraokuler
Ptosis aponeurotik • Ptosis senilis
• Ptosis herediter berkembang
lambat
• Stress atau trauma
aponeurosis levator
• Pasca operasi katarak
• Lokal trauma lainnya
• Blepharochalasis
• Berhubungan dengan
kehamilan
• Berhubungan dengan
penyakit Grave
Ptosis neurogenik • Lesi nervus okulomotor
• Sindrom Horner
• Migrain Ofthalmoplegi
• Multipel Sklerosis
• Sindrom Marcuss Gunn
• Ptosis misdireksi nervus III
• Pasca trauma oftalmoplegi
Ptosis mekanik
Terlihat seperti ptosis • Akibat hipotropia
• Akibat dermatochalasis
• Akibat berkurangnya jaringan penyokong posterior
kelopak mata
• Berdasarkan Jarak Jatuhnya Palpebra Superior
Ptosis diklasifikasikan atas 3 derajat: 7
1. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea < 2 mm termasuk ptosis
ringan,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
20Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 21/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
2. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis
sedang
3. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea > 4 mm termasuk ptosis
berat.
E. Patofisiologi
Kelopak mata diangkat oleh kontraksi m. levator superioris
palpebrae. Dalam kebanyakan kasus ptosis kongenital, sebuah hasil kelopak
mata droopy dari disgenesis miogenik lokal. Daripada serat otot normal,
jaringan berserat dan lemak yang hadir di dalam otot, mengurangi
kemampuan m. levator untuk kontraksi dan relaksasi. Oleh karena itu,
kondisi ini biasa disebut ptosis kongenital myogenic. Ptosis kongenital juga
dapat terjadi ketika inervasi untuk m. levator terganggu melalui disfungsi
neurologis atau neuromuscular junction
F. Gambaran Klinis
Pasien ptosis sering datang dengan keluhan utama jatuhnya kelopak
mata atas dengan atau tanpa riwayat trauma lahir, paralisis n. III, Horner’s
Syndrom ataupun penyakit sistemik lainnya. Keluhan tersebut biasanya
disertai dengan ambliopia sekunder.4
Pada orang dewasa akan disertai dengan berkurangnya lapang pandang
karena mata bagian atas tertutup oleh palpebra superior. Pada kasus lain,
beberapa orang (utamanya pada anak-anak) keadaan ini akan dikompensasi
dengan cara memiringkan kepalanya ke belakang (hiperekstensi) sebagai
usaha untuk dapat melihat dibalik palpebra superior yang menghalangi
pandangannya. Biasanya penderita juga mengatasinya dengan menaikkan
alis mata (mengerutkan dahi). Ini biasanya terjadi pada ptosis bilateral. Jika
satu pupil tertutup seluruhnya, dapat terjadi ambliopia.1,7
Ptosis yang disebabkan distrofi otot berlangsung secara perlahan-
lahan tapi progresif yang akhirnya menjadi komplit. Ptosis pada myasthenia
gravis onsetnya perlahan-lahan, timbulnya khas yaitu pada malam hari
disertai kelelahan, dan bertambah berat sepanjang malam. Kemudian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
21Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 22/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
menjadi permanen. Ptosis bilateral pada orang muda merupakan tanda awal
myasthenia gravis.2
Pada ptosis kongenital seringkali gejala muncul sejak penderita lahir,
namun kadang pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun
pertama kehidupan. Kebanyakan kasus ptosis kongenital diakibatkan oleh
suatu disgenesis miogenic lokal. Bila dibandingkan dengan otot yang
normal, terdapat serat dan jaringan adipose di dalam otot, sehingga akan
mengurangi kemampuan otot levator untuk berkontraksi dan relaksasi.
Kondisi ini disebut sebagai miogenic ptosis kongenital.4
Symptom/ gejala ptosis:
− Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.
− Kesulitan membuka mata secara normal.
− Peningkatan produksi air mata.
− Adanya gangguan penglihatan.
− Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.
− Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah belakang untuk
mengangkat kelopak mata agar dapat melihat jelas.17
G. Diagnosis
Diagnosis ptosis dapat ditegakkan. Berdasarkan pada anamnesa dan
pemeriksaan yang tepat maka selain diagnosis, juga dapat diketahui kausa
dari ptosis dan derajat beratnya ptosis sehingga dapat ditentukan tindakan
dan penanganan yang tepat.
Anamnesis:
• Identitas
• Onset ptosis
• Faktor yang mengurangi atau pemicu
• Riwayat keluarga
• Sejak pertama muncul apakah meningkat, berkurang atau konstan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
22Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 23/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
• Hubungannya dengan:
− Gerakan rahang
− Gerakan mata yang abnormal
− Postur kepala yang abnormal
• Riwayat trauma atau pembedahan sebelumnya
• Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi
untuk melihat perubahan pada mata. 12,18
Pasien mengeluh sulit mengangkat kelopak mata atasnya sehingga
lapangan pandang pasien jadi berkurang (kesulitan membuka mata secara
normal dan adanya gangguan penglihatan). Pasien mengeluhkan matanya
seperti mata malas, jatuhnya/menutupnya kelopak mata atas yang tidak
normal. Peningkatan produksi air mata. Iritasi pada mata karena kornea
terus tertekan kelopak mata. Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah
belakang untuk mengangkat kelopak mata agar dapat melihat jelas.
Pemeriksaan Oftalmologi:
Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil
dibanding mata normal. Ptosis biasanya mengindikasikan lemahnya fungsi
dari otot levator palpebra superior (otot kelopak mata atas). Rata – rata
lebar fisura palpebra/celah kelopak mata pada posisi tengah adalah berkisar
9 mm, panjang fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea
secara horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal adalah 11 mm. Bila tidak
ada deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea berada 5,5 mm dari
batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya menutupi
1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi
tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea.15
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Palpebra Fissure Height
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
23Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 24/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Jarak antara margo palpebra superior dan inferior pada posisi penglihatan
primer.13
Gambar 3. Pemeriksaan Palpebra Fissure Height
2. Margin-Reflex Distance• Margin-Reflex Distance 1 (MRD 1)
Jarak antara tengah refleks cahaya pupil dan margin kelopak mata atas
dengan pada posisi primer. Hasil pengukuran 4 - 5 mm dianggap
normal.18
Gambar 4. Pemeriksaan Margin-Reflex Distance 1 (MRD 1)
• Margin-Reflex Distance 2 (MRD 2)
Jarak antara pusat refleks cahaya pupil dan margin kelopak mata
bawah pada posisi primer. Jumlah MRD1 dan MRD2 sama dengan
palpebra fissure height.6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
24Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 25/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Gambar 5. Margin Reflex Distance 2
3. Upper Lid Crease (Lipatan Palpebra Atas)
Jarak antar lipatan kulit palpebra superior dengan margin palpebra.
Akibat insersi jaringan muskulus levator ke dalam kulit sehingga
membentuk lid-crease. Disinsersi aponeurosis levator membentuk lid-
crease pada posisi tinggi, ganda, dan asimetris. Lid-crease biasanya
tinggi pada pasien ptosis involusional. Pada ptosis kongenital biasanya
samar-samar atau tidak ada. Ciri khas lid-crease orang Asia biasanya
rendah dan tidak jelas walaupun tidak ada ptosis.6,13
Gambar 6. Upper Lid Crease
4. Levator Function
Penderita diminta melihat ke bawah maksimal, pemeriksa memegang
penggaris dan menempatkan titik nol pada margo palpebra superior,
juga pemeriksa menekan otot frontal agar otot frontal tidak ikut
mengangkat kelopak, lalu penderita diminta melihat ke atas maksimal
dan dilihat margo palpebra superior ada pada titik berapa. Aksi levator
normal 14-16 mm.13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
25Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 26/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Gambar 7. Pemeriksaan Levator Function
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
26Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 27/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
5. Bells Phenomenon
Penderita disuruh menutup atau memejamkan mata dengan kuat,
pemeriksa membuka kelopak mata atas, kalau bola mata bergulir ke
atas berarti Bells Phenomenon (+).19
Gambar 8. Pemeriksaan Bells Phenomena
Tabel 3. Eyelid Measurements 21
Test Measurement Normal
PF palpebral fissure vertical 9 mm
PFd palpebral fissure vertical in downgaze 2-4 mm
MRD1 light reflex to upper lid margin 4-5 mm
MRD2 light reflex to lower lid margin 4-5 mm
MRD3 margin to corneal light reflex in upgazeBLF upper lid margin from down gaze to upgaze 12-18 mm
MCD on down gaze lid margin to crease 7-10 mm
MFD on primary gaze lid margin to crease 4-5 mm
MLD margin to 6 oclock limbus in upgaze 9 mm
lag lagophthalmos 0 mm
Pemeriksaan Oftalmologi Lainnya:
• Tajam penglihatan dan kelainan refraksi kedua mata
•Posisi kepala, elevasi dagu, posisi alis mata, dan aksi alis saat
berusaha melihat ke atas.
• Lagoftalmus (penutupan kelopak mata yang tidak sempurna)
• Tes Schimer
• Sensibilitas kornea
• Gerakan bola mata 6,13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
27Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 28/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Pemeriksaan Tambahan:
• Pemeriksaan lapangan pandang
• Pemeriksaan farmakologi: kokain topical, tes tensilon.6
Pada pasien ptosis umumnya tidak diperlukan pemeriksaanlaboratorium. Namun untuk mengetahui adanya kelainan sistemik yang
dapat mengakibatkan keadaan tersebut kiranya dapat dilakukan pemeriksaan
darah. Pemeriksaan MRI dan CT-scan kepala dan mata dibutuhkan misalnya
bila untuk melihat adanya massa tumor yang menyebabkan terjadinya
ptosis, dan pada pasien yang ditemukan adanya kelainan neurologik lainnya
misalnya pada pupil yang abnormal.4
H. Diagnosis Banding
Hemangioma, Capillary Laceration, Eyelid
Horner Syndrome Bell Palsy
Marcus Gunn Jaw-winking Syndrome Multiple Sclerosis
Cellulitis, Orbital Myasthenia Gravis
Cellulitis, Preseptal Exophthalmos
Orbital Fracture, Floor Chalazion
Orbital Fracture, Apex Ptosis, CongenitalChronic Progressive External Ophthalmoplegia
Conjunctivitis, Giant Papillary
I. Penatalaksanaan
Penting untuk menyingkirkan penyebab dasar yang terapinya dapat
menyelesaikan masalah (misal myasthenia gravis).7 Apabila ptosisnya
ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual
seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang pandang, lebih baik
dibiarkan saja dan tetap diobservasi.8
Pada ptosis kongenital, dilakukan pembedahan (memperpendek) otot
levator yang lemah serta aponeurosisnya atau menggantungkan palpebra
pada otot frontal. Pada anak-anak dengan ptosis tidak memerlukan
pembedahan secepatnya namun perlu tetap diobservasi secara periodik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
28Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 29/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
untuk mencegah terjadinya ambliopia. Bila telah terjadinya ambliopia,
pembedahan dapat direncanakan secepatnya. Namun jika hanya untuk
memperbaiki kosmetik akibat ptosis pada anak, maka pembedahan dapat
ditunda hingga anak berumur 3-4 tahun.8
Pada ptosis yang didapat, dilakukan koreksi penyebab. Jika koreksi
penyebab tidak mungkin, maka kelopak mata diperpendek menurut arah
vertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi
levator buruk).8
Indikasi pembedahan: 2
1. Fungsional
Gangguan axis penglihatan. Ambliopia dan stabismus dapat menyertai
ptosis pada anak-anak.
2. Kosmetik
Tujuan operasi adalah simetris, dan simetris dalam semua posisi
pandangan hanya mungkin jika fungsi levator tidak terganggu.
Kontra Indikasi pembedahan:2,21
1. Kelainan permukaan kornea
2. Bells Phenomenon negatif
3. Paralisa nervus okulomotoris
4. Myasthenia gravis
Prinsip-Prinsip Pembedahan:
Pembedahan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan cukup dengan
anestesi lokal. Pada ptosis ringan, jaringan kelopak mata yang dibuang
jumlahnya sedikit. Prinsip dasar pembedahan ptosis yaitu memendekkan
otot levator palpebra atau menghubungkan kelopak mata atas dengan otot
alis mata. Koreksi ptosis pada umumnya dilaksanakan hanya setelah
ditemukan penyebab dari kondisi tersebut. Dan perlu diingat bahwa
pembedahan memiliki banyak resiko dan perlu untuk didiskusikan
sebelumnya dengan ahli bedah yang akan menangani pasien tersebut.9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
29Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 30/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
Beberapa Pembedahan Ptosis:
•Reseksi Levator Eksternal
Prosedur ini memendekan aponeurosis levator dengan cara insisi padalipat palpebra. Insisi pada kulit disembunyikan antara lid fold yang
lama dan yang baru agar serasi dengan mata kontralateral. Reseksi
levator eksternal diindikasikan pada kasus ptosis moderat sampai
berat dengan fungsi kelopak yang buruk. Ptosis kongenital termasuk
kategori tersebut.9
Pedoman yang dianjurkan Beard :
1. Ptosis kongenital ringan (1,5-2 mm) dengan fungsi levator
yang masih baik (8 mm atau lebih) : reseksi 10 – 13 mm.
2. Ptosis kongenital sedang (3 mm) :
− fungsi levator baik (8 mm atau lebih) : dipotong 14
– 17 mm;
− fungsi yang kurang (5-7 mm) : direseksi 13 – 22
mm
− fungsi yang buruk (0-4 mm): reseksi 22 mm atau
lebih.
3. Ptosis kongenital berat (4 mm atau lebih) dengan fungsi
yang kurang sampai buruk : reseksi 22 mm atau lebih atau
lakukan sling frontalis.9
• Frontalis sling
Pada kasus ptosis berat dengan fungsi palpebra 1-2 mm, frontalis sling
merupakan pendekatan yang paling baik.9
• Prosedur Fasenella – Servat
Elevasi palpebra dengan cara mengambil jaringan didalam palpebra
termasuk tarsus, konjungtiva dan Müller muscle, jarang digunakan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
30Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 31/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
untuk kasus ptosis konginental. Operasi ini diindikasikan jika fungsi
levator baik (10 mm) dan ptosis ringan (1-2 mm).9
Gambar 7. Teknik Pembedahan Ptosis
Kebanyakan operasi ptosis berupa reseksi aponeurosis levator atau
otot-otot tarsus superior (atau keduanya). Banyak cara, dari kulit maupun
dari konjungtiva, kini dipakai. Pada tahun-tahun terakhir ini, titik berat
diletakkan pada keuntungan membatasi operasi pada perbaikan dan reseksi
aponeurosis levator, terutama pada ptosis yang didapat.2
Pasien dengan sedikit atau tanpa fungsi levator memerlukan sumber
pengangkatan alternatif. Menggantungkan palpebra pada kening (alis)
memungkinkan pasien mengangkat palpebra dengan bantuan gerak alami
muskulus frontalis. Fascia lata autogen biasanya dianggap sebagai alat
terbaik untuk menggantung.2
J. Prognosis
Prognosis tergantung pada tingkat ptosisnya dan etiologinya.4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
31Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 32/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
• Ptosis kongenital tipe mild dan moderate dapat mengalami perbaikan
seiring dengan waktu tanpa komplikasi yang berat.
• Ptosis yang menyebabkan ambliopia membutuhkan terapi “Patching”. Ini
dilakukan setelah operasi ptosis.• Ptosis kongenital yang menyebabkan hambatan penglihatan sebaiknya
segera ditangani dengan pembedahan.
K. Komplikasi
•Underkoreksi
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada operasi ptosis.
Underkoreksi ini dapat dicegah dengan mengukur jumlah reseksi
aponeurosis levator yang tepat sebelum ujung aponeurosis dipotong dan
dijahit pada pinggir tarsus. Koreksi ulang apabila dijumpai underkoreksi
dapat dilakukan dalam minggu pertama setelah operasi atau pada saat pasien
masih dirawat di rumah sakit. Dalam hal ini harus dapat dibedakan
underkoreksi karena edema setelah operasi dengan underkoreksi
sebenarnya.
•Overkoreksi
Dapat disertai dengan keratitis eksposure dan dry eyes.6,13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
32Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 33/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis ptosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi yang tepat. Anamnesis pada pasien ptosis meliputi identitas; onset
ptosis; faktor yang mengurangi atau pemicu; riwayat keluarga; sejak pertama
muncul apakah meningkat, berkurang atau konstan; hubungannya dengan gerakan
rahang, gerakan mata yang abnormal, postur kepala yang abnormal; riwayat
trauma atau pembedahan sebelumnya dan foto lama dari wajah dan mata pasien
dapat dijadikan dokumentasi untuk melihat perubahan pada mata. Pemeriksaan
oftalmologi pada ptosis meliputi pengukuran palpebra fissure height, margin-reflex distance, upper lid crease, levator function, Bells phenomenon dll.
Etiologi ptosis terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi muskulus levator
palpebra, lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi
akibat jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata
tertarik ke belakang atau enoftalmus.
Berdasarkan onsetnya ptosis dibagi menjadi ptosis kongenital dan ptosis
didapat (acquired). Berdasarkan etiologinya ptosis dapat dibagi menjadi miogenik,aponeurotik, neurogenik, mekanikal dan traumatik. Sedangkan menurut
derajatnya ptosis dibagi menjadi ptosis ringan jika batas kelopak mata atas
menutupi kornea < 2 mm, ptosis sedang jika batas kelopak mata atas menutupi
kornea 3 mm dan ptosis berat jika batas kelopak mata atas menutupi kornea > 4
mm.
Penatalaksanaan ptosis tergantung dari etiologi dan derajatnya. Menurut
etiologinya, pada ptosis kongenital (myogenic etiology) dilakukan pembedahan
(memperpendek) otot levator yang lemah serta aponeurosisnya atau
menggantungkan palpebra pada otot frontal. Jenis operasi untuk ptosis kongenital
adalah reseksi levator eksternal. Pada ptosis yang didapat (aponeurotic etiology),
misalnya pada myastenia gravis dilakukan koreksi penyebab. Jika koreksi
penyebab tidak mungkin, maka kelopak mata diperpendek menurut arah
vertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi levator
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
33Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 34/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
buruk). Prosedur Fasenella-Servat lebih sering digunakan untk kasus ptosis yang
didapat.
Sedangkan menurut derajatnya, untuk ptosis ringan yang tidak didapati
kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus
dan defek lapang pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi. Bila
akan dilakukan operasi, prosedur Fasenella-Servat diindikasikan untuk ptosis
ringan. Pada kasus ptosis moderat diindikasikan pembedahan dengan teknik
reseksi levator eksternal. Sedangkan pada ptosis berat, frontalis sling merupakan
pendekatan yang paling baik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
34Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 35/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidharta. Ptosis. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta:
FKUI, 2007; hal .100.
2. Vaughan, Daniel. Blepharoptosis. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000; hal. 86-7.
3. Ilyas, Sidharta. Ptosis. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga.
Jakarta: FKUI, 2005; hal.47.
4. Suh, Donny Wun. Ptosis, Congenital. Editor(s) : Michael J Bartiss, Donald
S Fong, Mark T Duffy, Lance L Brown, Hampton Roy. Department of
Ophthalmology, University of Nebraska Medical Center. Avaiable at
http://www.emedicine.com/ ph/topic345. 10 Mei 2010.
5. Cohen, Adam. Ptosis, Adult. Available at Error! Hyperlink
reference not valid..
6. American Academy of Ophthalmology: Orbit, Eyelids, and Lacrimal
System in Basic and Clinical Science Course, Section 7, 2001-2002.page
189-204.
7. Bermant, Michael. Measuring Eyelid Function and Ptosis (drooping upper
eyelid). American Board of Plastic Surgery. Available athttp://www.plasticsurgery4u.com/procedure_folder/eyelid_recon_folder/eyeli
d_function.html. 10 Mei 2010.
8. Ilyas, Sidharta. Ptosis. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Jakarta:
Sagung Seto, 2002; hal .73-75.
9. Sparth, George L. Plastic Surgery. Dalam Opthalmic Surgery. W.B.
Saunders Company. Philadelphia. 1982; hal : 582-589.
10. Snell, Richard. Palpebra. Dalam: Anatomi Klinik. Jakarta: EGC,
2006; hal. 766-8.
11. James, Bruce. Kelopak Mata. Dalam: Lecture Notes Oftalmologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005; hal .3-5.
12. Vaughan, Daniel. Palpebra. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000; hal. 17-21.
13. Aryatul, Aryani. Penatalaksanaan Ptosis dengan Teknik Reseksi
Aponeurosis Levator Melalui Kulit. USU Resepository. 2008; p 1-32.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
35Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
5/13/2018 Copy of Referat Ptosis Ega Jaya - 07120060064 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/copy-of-referat-ptosis-ega-jaya-07120060064 36/36
Referat – Ptosis
Ega Jaya - 0712006006
14. Ilyas, Sidharta. Kelopak Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ketiga. Jakarta: FKUI, 2007; hal .1-2.
15. Ilyas, Sidharta. Anatomi Kelopak. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit
Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI, 2005; hal.42-43.
16. Bermant, Michael. Measuring Eyelid Function and Ptosis
(drooping upper eyelid). American Board of Plastic Surgery. Available at
http://www.plasticsurgery4u.com/procedure_folder/eyelid_recon_folder/eyeli
d_function.html. 10 Mei 2010.
17. Mahendra. Ptosis: Kelopak Mata yang Menggantung. Available at
http://www.mahendraindonesia.com. 10 Mei 2010.
18. Grover, AK. Long Case of Ptosis. Available at
http://www.eophtha.com/ ejo13.html. 10 Mei 2010.
19. Newman, Steven A. The Pasient With Eyelid or Facial
Abnormalities. Dalam Basic And Clinical Science Course-Neuro
Opthalmology. Bagian 5. The Foundation Of The American Academy Of
Ophthalmology. San Fransisco. 2001; hal : 263.
20. The Online Eye Manual / Occuloplastics. Eyelid Measurements.
Available at http://mail.ml.usoms.poznan.pl/eyemanual/plastics5.htm. 19
Mei 2010.
21. Evans, N.M. The Eyelids. Dalam Opthalmology. Oxford
University Press. Oxford. 1995; hal : 17-20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
36Fakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanPeriode 12 September – 15 Oktober 2011Rumkital Marinir Cilandak
top related