contoh ptk biologi.doc
Post on 01-Jan-2016
173 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
IPA secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya tergantung pada
sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal
intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan
untuk terus menerus memuthakhirkan pengetahuan Biologi menjadi suatu
keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab
perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa.
Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi sains dan teknologi
tinggi, dengan demikian bangsa yang berhasil adalah bangsa yang memiliki
standar kompetensi teknologi tinggi
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau
cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi
belajar siswa khususnya pelajaran Biologi. Misalnya dengan membimbing siswa
untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih
menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,
guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan
itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Biologi.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik.
Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi
siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai
materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi
yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan
materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan konsep untuk
mengungkapkan apakah dengan model penemuan konsep dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi Biologi. Penulis memilih model pembelajaran ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan
sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode
pembelajaran penemuan konsep siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk
menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan
petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Upaya Meningkatkan Prestasi dan Kualitas Belajar Biologi dengan Metode
Pembelajaran Penemuan Konsep pada Siswa Kelas ……………… Tahun
Pelajaran 2003/2004”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
pembelajaran penemuan konsep?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan konsep terhadap
motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran penemuan konsep.
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
penemuan konsep.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan
materi Biologi.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Biologi
3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi
Biologi.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran penemuan konsep adalah:
Suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa segala
tingkatan umur mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang
analitis praktis.
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ……………tahun pelajaran
2003/2004.
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Okotober semester ganjil tahun pelajaran
2003/2004.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan……………
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana
konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
B. Proses Belajar Mengajar Biologi
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
2000: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
eduaktif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak
lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar Biologi meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran Biologi.
C. Konsep Biologi
1. Pengertian Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dapat didiskripsikan melalui
definisi contoh dan bukan contoh, sifat-sifat atau super ordinat, sub ordinat
yang dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain (Widoko, 2001: 2).
Menurut Rosser (Dalam Achmadi, 1996: 4) bahwa konsep adalah
suatu obyek abstraksi yang mempunyai atribut-atribut yang sama.
Menurut Hamalik (2002: 132) konsep adalah suatu obyek, peristiwa
atau orang yang memiliki ciri-ciri umum konsep menunjuk pada “Nama”
tertentu misalnya buku, siswa dan lain-lain. Jadi konsep adalah sesuatu yang
sangat luar, yang menunjukkan ciri-ciri umum objek yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
merupakan suatu obyek yang mewakili kelas stimulus artinya suatu konsep
telah dipelajari. Jika yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku
tertentu. Oleh karena itu Ratna Wilis (1988) dalam bukunya Achmadi
menyatakan bahwa guru yang mengadakan kegiatan berupa konsep
hendaknya mempunyai bagian-bagian antara lain: 1) Nama konsep; 2)
Atribut-atribut dari konsep; 3) Definisi konsep; 4) Contoh-contoh; 5)
Hubungan antar konsep-prinsip.
Menurut Flavail (dalam Achmadi, 1996: 2-4) mengatakan bahwa
konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuan dimensi, yaitu:
a. Atribut
Setiap konsep mempunyai jumlah atribut yang berbeda, atribut
dapat berupa fisik seperti warna, tinggi, atau dapat juga berupa fungsional.
b. Struktur.
Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-
atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal. Konsep konjungtif
adalah konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat
memenuhi syarat sebagai contoh konsep. Konsep disjungtif adalah
konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.
Konsep rasional menyatakan hubungan utama antara atribut-atribut
konsep.
c. Keabstrakan.
Konsep itu adalah abstrak yang berdasarkan pada pengalaman dan
karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman persis sama,
maka konsep yang dibentuk orang juga tidak sama.
d. Keinklusifan
Keinklusifan suatu konsep dapat ditujukan pada jumlah contoh-
contoh yang terlibat di dalam konsep itu. Misalnya bagi seorang anak
kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan tertentu yaitu kucing
keluarga.
e. Generalitas atau Keumuman.
Bila diklasifikasikan konsep-konsep dapat dibedakan dalam posisi
super ordinat dan sub ordinatnya, sehingga makin umum suatu konsep,
makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lain.
f. Ketepatan.
Ketepatan suatu konsep menyangkut ada sekumpulan aturan yang
membedakan contoh-contoh dan non-contoh suatu konsep.
g. Kekuatan (Power).
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju,
bahwa konsep itu penting.
2. Proses Pembentukan Konsep
Terbentuknya suatu konsep secara umum dalah diri individu dapat
dibedakan menjadi dua cara, yaitu: cara asimilasi dan cara akomodasi.
Adapun dari dua cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Cara asimilasi adalah informasi yang masuk ke otak akan diubah sehingga
cocok dengan struktur yang ada dalam otak.
b. Cara akomodasi adalah penyesuaian struktur oleh otak terhadap
pengamatan.
Dalam ilmu Biologi, secara umum pembentukan konsep merupakan
produk eksperimental. Oleh karena itu pembentukan konsep Biologi tidak
begitu saja dibentuk melalui informasi atau penjelesasan. Konsep tidak dapat
begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang paling
efektif untuk membentuk konsep Biologi adalah melalui pengamatan secara
langsung terhadap objeknya.
Dengan metode ini diharapkan siswa menguasai konsep-konsep
Biologi dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Penguasaan konsep Biologi
Untuk mengetahui penguasaaan konsep siswa diperlukan analisis
konsep, yang meliputi:
a) Nama konsep
b) Ciri-ciri variabel dari konsep dan ciri-ciri kriteria konsep
c) Definisi konsep
d) Contoh-contoh konsep dan bukan dari konsep
e) Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain. (Dahar, 1989: 93).
Selanjutnya dalam tiap kegiatan belajar selalu akan menghasilkan
perubahan khusus yang disebut hasil belajar. Dalam pelajaran Biologi yang
perlu dan penting untuk diingat antara lain:
a. Beberapa informasi verbal, yang mutlak diperlukan untuk belajar
selanjutnya, misalkan nama hukum-hukum, konstanta-konstanta penting
dalam Biologi, dan konsep-konsep teoritis serta beberapa konsep penting
yang didefinisikan.
b. Keterampilan intelektual, seperti mengklasifikasikan beberapa aturan,
strategi memperoleh informasi: beberapa rumus penting, penyelesaian
matematis, penggunaan peralatan dan sejenisnya (Wahyana, 1986: 34-35).
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami betapa pentingnya
penguasaaan konsep Biologi pada diri siswa selain itu dalam proses belajar
mengajar Biologi, guru hendaknya mengetahui perkembangan siswanya,
terutama yang berkaitan dengan intelektual siswa sehingga guru dapat
menyesuaikan bahan pelajaran yang hendak diajarkan dan cara
mengajarkannya.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual sebagai berikut:
a. Periode sensori motor (0-2 tahun)
Pada periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya
(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak
ada pada waktu lahir seperti konsep-konsep ruang, waktu, berkembang
dan tercermin ke dalam pola-pola perilaku anak.
b. Periode pra-operasional (2-7 tahun)
Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak
belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental.anak pada tingkat
pra-operasional tidak dapat berpikir reversible, mempunyai sifat
egosentris yaitu sulit untuk menerima pandapat orang lain serta lebih
menfokuskan diri pada aspek status tentang suatu peristiwa daripada
transformasi dari suatu keadaan kepada keadaan lain.
c. Periode operasional konkret (7-11 tahun)
Periode ini merupakan permulaan proses berfikir rasional yang
berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada
masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara
pikiran dan persepsi, anak dalam periode ini memilih pengambilan
keputusan secara logis.
d. Periode operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Pada periode ini anak akan dapat menggunakan operasi-operasi
konkretnya untuk membantu operasi-operasi yang lebih kompleks dan
mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa yang dapat mencerminkan pengawasan konsep IPA
adalah meliputi kemampuan intelektual, mengklasifikasi,
menghubungkan, menganalisis dan menerapkan konsep yang diajarkan
untuk memecahkan masalah, soal, atau kejadian.
D Metode Pembelajaran Penemuan Konsep
Metode pembelajaran penemuan konsep menurut Widoko (2001)
didefinisikan suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa
segala tingkatan umur mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang
analitis praktis.
Sedangkan menurut Hasanah (1998) model penemuan konsep dan suatu
model pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir
induktif. Kemampuan analisis dan mengembangkan konsep.pada pengajaran
diawali dengan pemberian contoh dan non-contoh diakhiri dengan kesimpulan
yang diberikan siswa.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Klaus Meier, Tennyson dan
Cochareila dalam Widoko (2001) tentang pembelajaran penemuan konsep
merupakan model yang menggunakan contoh-contoh positif dan contoh negatif
untuk menggambarkan konsep-konsep tersebut lebih mudah.
Desain dari model ini, pertama kali diperkenalkan oleh Joice dan Weil
(1972) yang mendasari penelitian Jerome Bruiner dan koleganya yang
menemukan pengaruh variabel-variabel terhadap proses belajar konsep.
Pada penelitian ini konsep yang digunakan adalah konsep listrik statik,
dengan menampilkan contoh dan non-contoh yang disertai karakteristiknya,
sebagai misal untuk konsep listrik statik; contoh positif batang plastik yang
dogosokkan dengan kain wol akan bermuatan negatif mempunyai karakteristik
benda menerima elektron dari benda lain atau terjadi perpindahan elektron dari
kain wol menuju ke batang plastik.
Dari uraian contoh dan non-contoh beserta karakteristiknya siswa
diharapkan dapat menemukan definisi dari tiap konsep dan memahami konsep
tersebut, sehingga pada akhirnya dapat memberikan contoh secara mandiri dari
konsep tersebut.
Sintaks metode pembelajaran penemuan konsep adalah sebagai berikut:
Phase I : Presentation of example (menampilkan contoh-contoh).
Pada phase ini guru menjelaskan bagamana aktivitas dimulai
dengan memberikan kepada siswa contoh dan bukan contoh.
Ketika guru menampilkan contoh positif dan contoh negatif untuk
tiap-tiap konsep disertai dengan karakteristiknya di dalam LKS
penemuan konsep. Pada penelitian ini konsep yang dipilih adalah
konsep listrik statik dengan contoh positif batang plastik yang
digosokkan dengan kain woll akan bermuatan negatif.
Phase II : Analysis of hypothesis (menganalisis hipotesa)
Pada phase ini dimulai ketika siswa membuat hipotesis tentang
nama suatu konsep, membandingkan karakteristik dari contoh
positif dan negatif listrik statik, maka siswa diminta untuk
menuliskan hipotesis tentang listrik statik, guru memberikan
contoh tambahan dan yang bukan contoh kemudian menganalisis
hipotesis sampai semua hipotesis didapatkan. Dari beberapa
hipotesis listrik statik yang didapat dari siswa kemudian menguji
hipotesis tersebut lewat contoh dan non-contoh sehingga deperoleh
satu hipotesis yang benar.
Phase III : Clouser (Penutup)
Pada phase ini guru bertanya kepada siswa untuk mengidentifikasi
sifat-sifat dari konsep dan menyatakan dari konsep tersebut beserta
karakteristiknya.
Phase IV : Application (Aplikasi)
Pada phase ini untuk memperkuat pengertian murid akan konsep
tentang listrik statik, guru memberikan contoh tambahan dari
mereka sendiri.
Seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran konsep
diharapkan dapat:
a. Mengerti isi mata pelajaran yang sesuai dengan model
pembelajaran konsep, sehingga dapat mengidentifikasikan
materi pelajaran itu apakan cocok dengan pengajaran
menggunakan model pembelajaran pemenuan konsep.
b. Menyeleksi contoh-contoh, sehingga ketika diberikan tujuan
pembelajaran maka akan memperoleh daftar contoh-contoh
yang akan memberikan gambaran secara efektif dari suatu
konsep.
c. Mengerti urutan dari contoh-contoh untuk memaksimalkan
murid-murid secara praktis dengan keterampilan berfikir
Manfaat dari metode pembelajaran penemuan konsep antara
lain:
a. Meningkatkan keterampilan berfikir
b. Membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep
dengan memperhatikan obyek, ide atau kejadian-kejadian.
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas
yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas
dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu
perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan
akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan
usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan
lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang
tinggi, dan lain sebagainya.
F. Prestasi Belajar Biologi
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi
belajar Biologi adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar Biologi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi
social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana
guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada
jumlah siklus yang harus dilalui.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
………………………………………. tahun pelajaran 2003/2004.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
semester ganjil 2003/2004.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas ………… pada pokok
bahasan …………..
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/rancangan
Rencana awal/rancangan
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model penemuan
konsep.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan konsep,
untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Biologi pada
pokok bahasan ………… Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-
soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis
mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas
pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan
memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi
btir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto, 2001:
72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hsilkali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus
belah dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan:
r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c.Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah
indeks kesukaran. Rumus yangdigunakan untuk menentukan taraf kesukaran
adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung
indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal
sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan pembelajaran penemuan konsep, observasi aktivitas siswa
dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan konsep dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
penglolaan pembelajaran penemuan konsep yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan konsep dalam meningkatkan
prestasi
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran penemuan konsep.
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 775. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 27)
dengan r (95%) = 0,381. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang
berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan
telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 10 Oktober 2003 di kelas ………. dengan jumlah siswa 27
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus
No. Absen
NilaiKeterangan No.
AbsenNilai
Keterangan T TT T TT
1 60 √ 15 60 √2 70 √ 16 80 √3 70 √ 17 70 √4 60 √ 18 80 √5 80 √ 19 70 √6 80 √ 20 90 √7 70 √ 21 60 √8 70 √ 22 60 √9 60 √ 23 70 √10 80 √ 24 70 √11 50 √ 25 60 √12 80 √ 26 80 √13 50 √ 27 70 √14 70 √ Jumlah 920 9 4
Jumlah 950 9 5Jumlah Skor 1870Skor Maksimal Ideal 2700
Rata-Rata Skor Tercapai 69,25
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
69,2518
66,67
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode pembelajaran penemuan konsep diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 69,25 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau
ada 18 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan
belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2003 di kelas ………… dengan
jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No. Absen
NilaiKeterangan No.
AbsenNilai
Keterangan T TT T TT
1 60 √ 15 60 √2 80 √ 16 80 √3 80 √ 17 80 √4 90 √ 18 80 √5 90 √ 19 80 √6 60 √ 20 60 √7 80 √ 21 80 √8 70 √ 22 70 √9 60 √ 23 60 √10 80 √ 24 80 √11 90 √ 25 80 √12 80 √ 26 90 √13 70 √ 27 80 √14 70 √ Jumlah 980 10 3
Jumlah 1060 11 3Jumlah Skor 2040Skor Maksimal Ideal 2700Rata-Rata Skor Tercapai 75,56
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas : 6
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
75,5621
77,78
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 75,56 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 21 siswa
dari 27 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini
karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan
selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih
termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode
pembelajaran penemuan konsep.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2003 di kelas …. dengan jumlah
siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No. Absen
NilaiKeterangan No.
AbsenNilai
Keterangan T TT T TT
1 80 √ 15 90 √2 80 √ 16 80 √3 80 √ 17 80 √4 90 √ 18 80 √5 90 √ 19 80 √6 60 √ 20 70 √7 80 √ 21 80 √8 70 √ 22 70 √9 60 √ 23 60 √10 80 √ 24 80 √11 90 √ 25 80 √12 80 √ 26 90 √13 70 √ 27 90 √14 70 √ Jumlah 1030 12 1
Jumlah 1080 12 2
Jumlah Skor 2110Skor Maksimal Ideal 2700Rata-Rata Skor Tercapai 78,15
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 24
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
78,1524
88,89
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 78,15 dan dari 27 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa dan
3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,89% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus
III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini
hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep. Dari data-data yang
telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran
penemuan konsep dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya menerapkan metode pembelajaran
penemuan konsep dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
penemuan terbimbng memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada
siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran penemuan konsep dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Biologi pada pokok bahasan ……… dengan metode
pembelajaran penemuan konsep yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru,
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan konsep dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan penemuan konsep memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II
(77,78%), siklus III (88,89%).
2. Penerapan metode pembelajaran penemuan konsep mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model penemuan konsep memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan konsep dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatif siswa dengan berbagai macam metode pengajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakuakan di ……………… tahun pelajaran 2003/2004.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi IPA dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Model Pembelajaran Penemuan Konsep. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN KUALITAS
BELAJAR BIOLOGI DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN KONSEP PADA SISWA
KELAS ………………………………………..
……………………………………
TAHUN 2003/2004
KARYA ILMIAH
OLEH
……………………………..
NIP: ………………………………
DINAS PENDIDIKAN ………………………………
………………………………………..
…………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan
…………………………….. hasil karya dari:
Nama : ……………………
NIP : …………………….
Unit Kerja : ………………………………
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi
Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa
Kelas ……………………………… Tahun 2003/2004
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit
Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.
Mengetahui
Ketua PD PGRI II Kepala ……………………….
Kabupaten ………….. Kec. ………………………..
……………………………….. ………………….. NPA: NIP: ……………….
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan ……………………………….
Pada Hari : ……………………
Tanggal : ……………………
Pustakawan Kepala
……………………………. ……………………………….
Kabupaten …………………. Kabupaten ……………….
……………………… …………………. NIP: ………………. NIP: ………………….
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar
Biologi Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa Kelas
………………………………….. Tahun Pelajaran 2003/2004”, penulisan karya
ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat
dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga
anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ……………………..
2. Yth. Ketua PD II PGRI ………………………..
3. Yth. Rekan-rekan Guru …………………………………..
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
…………………... 2003. Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa ………………………………. Tahun Pelajaran 2003/2004
Kata Kunci: Biologi, penemuan konsep
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Biologi.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan konsep? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan konsep terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran penemuan konsep, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan konsep.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………... Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), siklus III (88,89%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode penemuan konsep dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa …………………………………. serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran Biologi.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4
E. Definisi Operasional Variabel .......................................... 4
F. Batasan Masalah ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat IPA ...................................................................... 6
B. Proses Belajar Mengajar Biologi ....................................... 7
C. Konsep Biologi ................................................................. 9
D. Metode Pembelajaran Penemuan Konsep ......................... 15
E. Motivasi Belajar ................................................................. 18
F. Prestasi Belajar Biologi ..................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian Tindakan ............................................... 25
B. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................. 25
C. Rancangan Penelitian ........................................................ 27
D. Metode Pengumpulan Data ............................................... 31
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisi Item Butir Soal ..................................................... 34
B. Analisis Data Penelitian Persiklus .................................... 36
C. Pembahasan ...................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 47
B. Saran .................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
top related