chapter i
Post on 01-Jan-2016
23 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan semua
komponen bangsa yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.1
Sejalan dengan upaya pembangunan kesehatan, masyarakat Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh arus globalisasi yang membawa kecenderungan baru terhadap
pola penyakit tidak menular, diantaranya diabetes dan gangguan pada pembuluh
darah (hipertensi, serangan jantung dan stroke). Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2008, bila dibandingkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 1995, SKRT 2001, dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, terlihat
proporsi kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan
penyakit proporsi penyakit menular telah menurun. Proporsional Mortality Ratio
(PMR) akibat penyakit tidak menular telah meningkat dari 42% menjadi 60%.2
Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta kasus Diabetes Melitus dan di
proyeksikan pada tahun 2030 angka ini akan mencapai 21,25 juta kasus. Prevalens
Rate (PR) Diabetes Melitus di Indonesia 1,2% -2,3% pada penduduk usia lebih dari
15 tahun.3 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi
nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8 %.4
Universitas Sumatera Utara
Usia dari populasi penduduk dan adanya peningkatan prevalensi penyakit
yang menjadi penyebab penyakit gagal ginjal, seperti hipertensi dan diabetes
menggambarkan bahwa gagal ginjal dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang semakin berkembang di masa depan.5
Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit tidak menular, dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).
Penyebab awal dapat berupa dehidrasi (kurang minum) yang membuat tubuh rawan
kena infeksi saluran kemih, dan kemudian dapat berkembang menjadi infeksi ginjal.
Radang kronis pada penyaring ginjal (glomerulonefritis), batu ginjal, dan batu saluran
kemih yang kurang mendapat perhatian dan obat-obatan (modern maupun tradisional)
yang dimakan dalam jangka waktu lama dapat pula membebani kerja ginjal. Namun,
menurut Situmorang (2007), dahulu penderita gagal ginjal tahap akhir yang
disebabkan oleh radang ginjal menahun, sekarang sudah bergeser penyebabnya ke
komplikasi penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.6
Menurut hasil penelitian Grassman (2005), hingga akhir 2004 terdapat
1.783.000 penduduk dunia yang menjalani perawatan ginjal akibat gagal ginjal,
diantaranya 77% dengan cuci darah dan 23% dengan transplantasi ginjal.7
End Stage Renal Disease (ESRD) di Amerika Serikat, merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas. Insidensi ESRD meningkat bersamaan dengan
bertambahnya usia sehingga faktor penyebabnya mungkin adalah penuaan populasi
umum di Amerika Serikat. Faktor lain adalah meningkatnya insidensi diabetes di
Amerika Serikat yang juga meningkatkan jumlah penderita nefropati diabetikum.
Walaupun ESRD dapat disebabkan oleh pasien penyakit ginjal,
Universitas Sumatera Utara
empat penyebab utama ESRD adalah diabetes (34%), hipertensi (21%),
glomerulonefritis (17%), dan penyakit polikistik ginjal (3,5%). Meskipun pengobatan
ESRD telah maju sejak 40 tahun yang lalu, tetapi mortalitas tinggi karena prevalensi
penyakit penyebab gagal ginjal seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Penyakit ginjal adalah penyebab kematian nomor delapan di Amerika Serikat pada
tahun 1998 (U.S Renal Data System, 2000).8
Berdasarkan laporan rutin United States Renal Data System (2009), pada
tahun 2007 di Jepang, Insidens Rate (IR) untuk kasus gagal ginjal 2,85/10.000
dengan PR 20,6/10.000.9
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup
tinggi. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri) 2004,
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi
menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah
(hemodialisis) hanya sekitar empat ribu sampai lima ribu saja.6
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sistem Pelaporan dan Pencatatan
Rumah Sakit (SP2RS), diperoleh gambaran bahwa penyakit gagal ginjal menduduki
peringkat ke empat dari sepuluh penyakit tidak menular yang menjadi penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia dengan PMR sebesar 3,16% (3047
angka kematian).1 Sedangkan menurut data Profil Kesehatan Indonesia (2006), gagal
ginjal menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian pasien yang dirawat di RS
di seluruh Indonesia, dengan PMR 2,99%.10
Universitas Sumatera Utara
Dari data profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2008),
gagal ginjal menempati urutan ke sembilan dengan PMR sebesar 2,54% yang menjadi
penyebab kematian pasien rawat inap di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2007.11
Hasil penelitian Yulinda (2002) di RSU Dr Pirngadi Medan, terdapat 160
orang penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) rawat inap.12 Hasil Penelitian Marlina
(2009) di RSU Dr Pirngadi Medan terdapat 100 orang penderita Gagal Ginjal Akut
(GGA) pada tahun 2002-2006. Pada tahun 2002 sebanyak 11 kasus, 2003 sebanyak
12 kasus, 2004 sebanyak 18 kasus, 2005 sebanyak 22 kasus, dan 2006 sebanyak 37
kasus.13
Dari data rekam medik di RS Haji Medan pada tahun 2007 didapat 142 kasus
untuk GGK dan 17 kasus GGA, tahun 2008 tercatat 63 kasus GGK dan 10 kasus
GGA, dan pada tahun 2009 tercatat 93 kasus GGK dan 13 kasus GGA. Merujuk pada
data di atas, perlu dilakukannya suatu penelitian untuk mengetahui karakteristik
penderita gagal ginjal yang dirawat inap di rumah sakit ini pada tahun 2009, sehingga
diharapkan nantinya dapat bermanfaat untuk peningkatan penyediaan sarana
kesehatan yang lebih baik.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita gagal ginjal pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Haji Medan pada Tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal di Rumah Sakit Haji
Medan pada Tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, daerah asal).
b. Untuk mengetahui distribusi penderita gagal ginjal berdasarkan sumber biaya
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi gagal ginjal berdasarkan jenis gagal
ginjal.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan
penyakit yang menyertai.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan
penatalaksanaan medis yang diberikan.
f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita gagal ginjal.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
h. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan jenis kelamin.
i. Untuk mengetahui proporsi penyakit yang menyertai berdasarkan jenis gagal
ginjal.
j. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya.
k. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis gagal
ginjal.
Universitas Sumatera Utara
l. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyakit yang
menyertai.
m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
penatalaksanaan medis.
n. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan penyakit
yang menyertai.
o. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Haji Medan mengenai
karakteristik penderita gagal ginjal yang dirawat di rumah sakit tersebut
sehingga dapat mendukung upaya penatalaksanaan yang lebih baik terhadap
penderita gagal ginjal.
1.4.2 Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta
pihak lain khususnya tentang epidemiologi gagal ginjal.
1.4.3 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM).
Universitas Sumatera Utara
top related