case sol pratiwi rukmana
Post on 13-Dec-2015
261 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
Laporan Kasus Space Occupaying Lesion
Oleh
PRATIWI RUKMANA
1208468665
Pembimbing:
dr. Riki Sukiandra, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
1
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
SMF/ BAGIAN SARAFSekretariat : Gedung Kelas 03, RSUD Arifin Achmad Lantai 04
Jl. Mustika, Telp. 0761-7894000E-mail : saraffkur@gmail.com
P E K A N B A R U
STATUS PASIEN
Nama Koass Pratiwi Rukmana
N I M / N U K 1208468665
Tanggal 31 Juli 2015
Pembimbing dr. Riki Sukiandra, Sp.S
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. A
Umur 56 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Alamat Bangkinang
Agama Islam
Status perkawinan Sudah menikah
Pekerjaan Swasta
Tanggal Masuk RS 30 Juli 2015
Medical Record 896994
ANAMNESIS : Alloanamnesis dengan istri pasien
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
1
Sejak 4 hari SMRS, pasien mengalami penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran ini terjadi secara tiba-tiba. Nyeri kepala (+), kejang (-), demam (-),
mual (-), muntah (-).
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan nyeri kepala, nyeri dirasakan pada
seluruh kepala, nyeri dirasakan seperti ditekan, nyeri kepala muncul tiba-tiba
tanpa dicetuskan oleh aktivitas, nyeri terkadang berkurang dengan istirahat dan
meminum obat yang dibeli di apotik. Mual (+), muntah (+) hanya dua kali,
berisi makanan, anak pasien mengatakan muntah pertama seperti menyemprot,
kejang (-), demam (-), penurunan kesadaran (-). Gangguan penglihatan (-)
gangguan pendengaran (-), keluhan kebas-kebas (-). Pasien juga mengalami
kelemahan pada anggota gerak kanan. Pasien masih bisa berjalan menyeret.
Berbicara pelo (-), mulut mencong (-). Pasien masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri namun pasien tidak bisa bekerja lagi, makan dan minum (+),
pasien sudah mulai tampak kurus. Perubahan perilaku (-), mudah lupa (-),
pasien masih mampu mengenal keluarga dan lingkungan sekitar.
Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan
yang dirasakan semakin memberat. Pasien tidak mampu lagi menggerakkan
anggota gerak kanannya namun masih bisa menggerakkan jari-jari nya. Pasien
tampak sulit berbicara, mulut mencong (-). Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala, nyeri dirasakan pada seluruh kepala, nyeri semakin hari semakin
bertambah parah dari sebelumnya dan lebih sering, tidak hilang dengan istirahat
dan minum obat dari dokter, nyeri seperti ditekan. Istri pasien mengatakan,
pandangan ganda (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), demam (-), penurunan
kesadaran (-). Gangguan penglihatan (-) gangguan pendengaran (-). Pasien
terlihat bertambah lemah, tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri,
makan dan minum (+) tetapi sulit, penurunan berat badan secara cepat (+).
Perubahan perilaku (+), mudah lupa (+),pasien kadang masih mampu mengenal
keluarga dan lingkungan sekitar kadang tidak mengenali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat stroke (-)
2
Riwayat menderita keganasan (-)
Diabetes Mellitus (-)
Hipertensi (-)
Riwayat infeksi di telinga, hidung atau tenggorokan tidak ada.
Riwayat nyeri ulu hati sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu dan sudah
mendapatkan pengobatan, namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
Abang pasien meninggal dunia setelah di diagnosa dengan tumor paru.
RESUME ANAMNESIS
Tn A 56 tahun masuk RSUD AA pada tanggal 30 Juli 2015 dengan
penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. Nyeri kepala dan kelemahan pada
anggota gerak kanan (+). Kedua keluhan ini dirasakan semakin memberat dejak 1
bulan SMRS. Kejang (-), demam (-), mual (-), muntah (-), mudah lupa, tidak bisa
berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari sendiri.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah: Kanan : 140/90 mmHg Kiri : 140/90 mmHg
Denyut nadi : Kanan : 100 x/mnt, teratur Kiri : 100 x/mnt, teratur
Jantung : HR : 100 x/mnt, teratur
Paru : Respirasi : 21 x/mnt Tipe : abdominotorakal
Suhu : 36,5°C
Status Gizi : 55 Kg TB: 158 cm IMT: 22,0
B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Komposmentis GCS : E4 V2 M4
kurang kooperatif
2) FUNGSI LUHUR : Dalam batas normal
3) KAKU KUDUK : ditemukan
3
4) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )Kanan Kiri Keterangan
Daya pembau SDN SDNSulit dinilai
2. N.II (Opticus)Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan
Lapang pandang
Pengenalan warna
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
Sulit dinilai
3. N.III (Oculomotorius)Kanan Kiri Keterangan
Ptosis
Pupil
Bentuk
Ukuran
Gerak bola mata
Refleks pupil
Langsung
Tidak langsung
(-)
Bulat
Φ3mm
SDN
+
+
(-)
Bulat
Φ3mm
SDN
+
+
Dalam batas normal
4. N. IV (Trokhlearis)Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata SDN SDN Sulit dinilai
5. N. V (Trigeminus)Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Sensibilitas
Refleks kornea
SDN
SDN
(+)
SDN
SDN
(+)
Dalam batas normal
6. N. VI (Abduscens)
4
Kanan Kiri KeteranganGerak bola mata StrabismusDeviasi
SDNSDNSDN
SDNSDNSDN
Sulit dinilai
7. N. VII (Facialis)Kanan Kiri Keterangan
TicMotorikDaya perasaTanda chvostek
--
SDN-
--
SDN-
Dalam batas normal
8. N. VIII (Akustikus)Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran normal normal normal
9. N. IX (Glossofaringeus)Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings
Daya perasa
Refleks muntah
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
Sulit dinilai
10. N. X (Vagus)Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings
Dysfonia
SDN
SDN
SDN
SDN
Sulit dinilai
11.N. XI (Assesorius)Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Trofi
SDN
SDN
SDN
SDNSulit dinilai
12.N. XII (Hipoglossus)Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Trofi
SDN
SDN
SDN
SDN
Sulit dinilai
5
Tremor
Disartria
-
-
-
-
IV. SISTEM MOTORIK
Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Clonus
SDN
SDN
Spastik
Eutrofi
-
-
SDN
SDN
normal
Eutrofi
-
-
Pasien tidak
kooperatuf,
Diberikan
rangsangan nyeri
pada sternum,
Kesan lateralisasi ke
kanan
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Clonus
SDN
SDN
Spastik
Hipertrof
i
-
+
SDN
SDN
Spastik
Hipertrofi
-
-
Pasien tidak
kooperatif, dilakukan
test tungkai jatuh,
Kesan lateralisasi ke
kanan
Badan
Trofi
Ger. involunter
Ref.dinding perut
-
-
-
-
-
-
Areflek dinding
perut
V. SISTEM SENSORIKKanan Kiri Keterangan
Raba
Nyeri
Suhu
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
Pasien tidak
kooperatif
6
Propioseptif
Arah gerak
Diskriminasi 2 titik
Stereognosis
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
VI. REFLEKSKanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps
Triseps
Patella
Achilles
(++)
(++)
(++)
(++)
(+)
(+)
(+)
(+)
Reflek fisiologis
meningkat pada sisi
kanan
Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman Tromer
Openheim
Schaefer
Reflek primitif :
Palmomental
Snout
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Reflek patologis
positif
Reflek primitif dbn
VII. FUNGSI KORDINASIKanan Kiri Keterangan
Test telunjuk hidung
Test tumit lutut
Gait
Tandem
Romberg
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
Sulit Dinilai
7
VIII. SISTEM OTONOM
Miksi : Menggunakan pampers
Defekasi : menggunakan pampers
IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN
a. Laseque : Tidak terbatas
b. Kernig : -/-
c. Patrick : -/-
d. Kontrapatrick : -/-
e. Valsava test : -/-
f. Brudzinski : -/-
II. Kelenjar Getah Bening Regional
Axilla : KGB tidak teraba
Mammaria interna : KGB tidak teraba
Inguinal : KGB tidak teraba
IV. RESUME PEMERIKSAAN
Keadaan umum:
Kesadaran : Somnolen GCS : E4V2M4
kurang kooperatif
TD : 140/90 mmHg
HR : 100 x/menit
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit tipe abdominotorakal
Suhu : 36,5°C
Status Gizi : gizi baik
Fungsi luhur : terganggu
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : N. 1, N.II, N. IV, N. VI, N. IX-N. XII sulit dinilai
Motorik : hemiparase destra
Sensorik : sukar dinilai
8
Koordinasi : sukar dinilai
Otonom : sukar dinilai
Refleks
Fisiologis : +/+ meningkat pada sisi kanan
Patologis : refleks babinsky (+)
V. DIAGNOSIS KERJA :
DIAGNOSIS KLINIS : Sindrom peningkatan TIK
- Hemiparase destra progresif
- Cefalgia kronik progresif
- Susp. Ulkus peptikum
DIAGNOSIS TOPIK : Hemisfer cerebri sinistra
DIAGNOSIS ETIOLOGIK : Suspek SOL (tumor primer otak)
DIAGNOSIS BANDING : Abses otak
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan kimia darah
3. CT Scan Kepala dengan kontras
4. MRI dengan kontras
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 4 x 5 mg
Inj Ranitidin 2 x 50 mg
Inj Omeprazol 2 x 40 mg
Inj Citicoline 2 x 500 mg
LABORATORIUM
Darah rutin (30 Juli 2015)
9
Hb : 13,9 gr%
Leukosit : 11.000 /mm3
Trombosit : 394.000/mm3
Ht : 39,4 vol%
Kimia darah ( 30 Juli 201 5 )
Glukosa : 125 mg/dl (70 - 125)
Ureum : 15,3 mg/dl (10 - 50)
Creatinin : 1, 00 mg/dl ( 0,6 – 1,3)
AST : 36,9 U/L (14 – 50)
ALT : 37 U/L (11 – 60)
Rontgen Foto Thorax
HEAD CT SCAN tanpa kontras
Rontgen toraks : Paru = tidak tampak kelainanJantung = CTR< 50%
Kesan : SOL er frontotemporal susp GBM.midline shift terdorong ke kanan.
Advice : pemeriksaan CT scan / MRI kepala dengan contrast.
FOLLOW UP
Sabtu, 1 Agustus 2015
S : Penurunan kesadaran
O : Ku: tampak sakit berat
Kesadaran: somnolen GCS : E4V2M4
TD : 140/90 mmHg Nadi : 98x/menit, teratur
Nafas : 20x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,5°C
Fungsi luhur : terganggu
Rangsang meningeal : (+)
Saraf kranial : sulit dinilai
Motorik : lateralisasi ke kanan
Sensorik : sulit dinilai
Kordinasi : sulit dinilai
Otonom : sulit dinilai, pasien memakai pampers
Refleks
Fisiologis : ++ / +
Patologis : +/ -
A : SOL ec tumor primer otak
Susp. Ulkus peptikum
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 4 x 5 mg
Inj Ranitidin 2 x 50 mg
Inj Omeprazol 2 x 40 mg
Inj Citicoline 2 x 500 mg
Minggu, 2 Agustus 2015
S : Penurunan kesadaran
O : Ku: tampak sakit berat
Kesadaran: somnolen GCS : E4V2M4
11
TD : 150/90 mmHg Nadi : 92x/menit, teratur
Nafas : 22x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,5°C
Fungsi luhur : terganggu
Rangsang meningeal : (+)
Saraf kranial : sulit dinilai
Motorik : lateralisasi ke kanan
Sensorik : sulit dinilai
Kordinasi : sulit dinilai
Otonom : sulit dinilai, pasien memakai pampers
Refleks
Fisiologis : ++ / +
Patologis : +/ -
A : SOL ec tumor primer otak
Susp. Ulkus peptikum
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 4 x 5 mg
Inj Ranitidin 2 x 50 mg
Inj Omeprazol 2 x 40 mg
Inj Citicoline 2 x 500 mg
Senin, 3 Agustus 2015
S : Penurunan kesadaran
O : Ku: tampak sakit berat
Kesadaran: somnolen GCS : E4V2M4
TD : 140/80 mmHg Nadi : 98x/menit, teratur
Nafas : 22x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,5°C
Fungsi luhur : terganggu
Rangsang meningeal : (+)
Saraf kranial : sulit dinilai
Motorik : lateralisasi ke kanan
Sensorik : sulit dinilai
Kordinasi : sulit dinilai
Otonom : sulit dinilai, pasien memakai
pampers
Refleks
Fisiologis : ++ / +
Patologis : +/ -
A : SOL ec tumor primer otak
Susp. Ulkus peptikum
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 4 x 5 mg
Inj Ranitidin 2 x 50 mg
Inj Omeprazol 2 x 40 mg
Inj Citicoline 2 x 500 mg
Senin, 3 Agustus2015
Pasien meninggal dunia
13
PEMBAHASAN
2.1 TUMOR OTAK
2.1.1 Pendahuluan
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif
disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhanya lambat
akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang
terletak pada posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan
cepat.1 Sekitar 10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan
pada susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan 2% di
ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf mencakup dua tipe,
yaitu: 2
a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri yang
cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti ependimoma yang
berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis,
glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan dilobus parietal,
oligodendroma di lobus frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau
pons.
b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis karsinoma yang
berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering ditemukan adalah
metastasis karsinoma bronkus dan prostat pada pria serta karsinoma mammae
pada wanita.
14
2.1.2 Epidemiologi
Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker
di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak
primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan
glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase.
Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma
dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan,
terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian
pada penyakit intrakranial selain tumor otak adalah akibat stroke. Secara
berlawanan, pada anak-anak, tumor otak primer tersering diakibatkan oleh tumor
padat dan menggambarkan 22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak,
peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden
tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari tumor otak
primer.
Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2
Tumor Persentase total
Glioma
- Glioblastoma multiforme
- Astrositoma
- Ependimoma
- Meduloblastoma
- Oligodendroglioma
20
10
6
4
5
Meningioma 15
Pituitary adenoma 7
Neurinoma 7
Karsinoma metastasis 6
Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4
Angioma 4
Sarkoma 4
Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma) 5
Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma, limfoma 3
Total 100
2.1.3 Klasifikasi
A. Berdasarkan Patologi Anatomi1
Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumos sistem saraf pusat
dibagi:
1. Tumor Jaringan Otak
2. Tumor Jaringan Mesenkim
3. Tumor Selaput Otak
4. Tumor dari cacat perkembangan
5. Tumor Kelenjar Pineal
6. Tumor Medula Spinalis
7. Tumor Otak Metastatik.
B. Berdasarkan Lokasi1
Berdasarkan lokasi tumor pada jaringan otak, maka dapat dibagi menjadi
kelompok tumor intra aksial, ekstra aksial dan intra ventrikuler. Tumor intra
aksial disebut juga sebagai tumor intraserebral, yaitu tumor yang terdapat dalam
jaringan otak. Sedangkan tumor ekstra-aksial adalah tumor yang terdapar diluar
jaringan otak, dan kerap disebut pula ekstraserebral. Tumor intra-ventrikular
adalah tumor yang terdapat dalam ventrikel otak.:
1. Tumor intra-aksial
a. Tumor supratentorial
Glial, Astrositik
- Astrositoma derajat rendah
- Astrositoma anaplastik
- Glioblastoma multiforme
Glial Non Astrositik
- Oligodendroglioma
- ganglioglioma
- tumor disembrioblastik neuroepitelial
Non-Glial
16
- Limfoma serebri primer
- Tumor metastasis
b. Tumor infratentorial
Glial, Astrositik
- Astrositoma pilositik juvenilis
- Astrositoma (derajat rendah, anaplastik, glioblastoma)
Non-Glial
- Meduloblastoma
- Hemangioblastoma
- Tumor metastasis
2. Tumor ekstra aksial
a. Supratentorial
Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastasis
Hipofisis
- adenoma hipofisis
Pineal
- pineositoma
- tumor germ cell
- pineoblastoma
Suprasellar
- kraniofaringioma
- tumor germ cell
- limfoma
- tumor metastases
- astrositoma pilositik juvenilis
Basis kranii
- kordoma
- plasmasitoma
17
- tumor metastase
- tumor kondroid
b. Infratentorial
Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastase
Sudut serebelo-pontin
- meningioma
- schwannoma
- epidermoid
3. tumor intra ventrikel
a. Supratentorial
- tumor pleksus khoroideus
- neurositoma
- meningioma
- tumor metastase
b. Infratentorial
- ependimoma/subependimoma
- tumor pleksus khoroideus
2.1.4 Gejala Klinis
Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum,
gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor.
a. Gejala Umum
Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses
difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih
progresif daripada tumor jinak. Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu baru kemudian
18
memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis umum yang berkaitan
dengan tumor otak, yaitu perubahan status mental, nyeri kepala, muntah, dan
kejang. 2
Perubahan status mental
Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari,
lekas marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi,
bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering
disampaikan oleh pasien kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari
disfungsi memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,
halusinasi, atau letargi.3
Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20%
penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di
kepala seolah-olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan
episodik, kemudian bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga
intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari obat
kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh
batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3 Lokasi nyeri
yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di
fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler
ipsilateral. Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi
tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.2
Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan
dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak
didahului oleh mual. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di
fossa posterior.2
Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-
15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala
kejang. Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa
19
mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini
awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal
serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum
yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri.
Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada
lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas
pada kedua hemisfer serebri.3
b. Gejala lokal (localizing signs)
1. Tumor Kortikal1
Lobus frontalis
Lobus frontal memiliki berbagai fungsi penting, termasuk fungsi motorik,
bahasa, atensi, fungsi eksekutif, judgment, perencanaan (planning) dan
pemecahan masalah (problem solving).3 Gejala lokal yang sering timbul
akibat tumor di lobus frontalis adalah sakit kepala yang merupakan gejala
dini dan muntah timbul pada tahap lanjut. Gangguan mental, kemunduran
intelegensi, kejang adversif, katatonia, dan anosmia yang kadang timbul
bersama dengan sindrom Foster-Kennedy pada meningioma (atrofi nervus
optikus ipsilateral dan papiledema kontralateral).
Lobus temporalis
Gambaran tumor lobus temporal adalah disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit perimetri visual homonimus, afasia (dengan kelainan
hemisfer dominan), dan kejang kompleks parsial. Kejan terjadi pada
sepertiga kasus pasien. Afasia konduktif dan disnomia secara khusus
sering menyertai tumor lobus temporal dominan. Perubahan kepribadian
dan disfungsi memori juga sering ditemukan.
Lobus parietal
Gambaran tumor lobus parietal adalah gangguan sensorik dan defisit
atensi. Dua pertiga pasien memperlihatkan tanda disfungsi kortikospinal
20
kontralateral. Keterlibatan radiata optik parietal menyebabkan
kuadrananopsia homonim inferior atau hemianopsia. Hilangnya visus
kontralateral pada stimulasi simultan dalam suatu kuadran atau
hemiperimeter dapat menjadi gambaran awal. Setengah kasus pasien
dengan tumor parietal mengalami kejang, yang umumnya berupa tipe
motorik atau sensorik sederhana. Kemungkinan gambaran lainnya,
bergantung pada hemisfer yang terkena, adalah penyangkalan (neglect)
motorik atau sensorik kontralateral, apraksia konstruksional, agnosia jari,
dan kekacauan sisi kanan-kiri (right-left confusion).
Lobus oksipital
Tumor lobus oksipital memberikan gejala gangguan visual. Defek
lapangan pandang yang paling sering adalah hemianopsia homonim
kongruen yang melibatkan makula. Kejang oksipital fokal umumnya
ditandai oleh adanya episode penglihatan kilatan cahaya, warna-warni,
atau bentuk-bentuk pola geometris secara kontralateral. Adanya gangguan
visuospatial terhadap benda bergerak menuju hemiperimeter yang
berlawanan menunjukan adanya kerterlibatan pada pusat penatapan
oksipital (occipital gaze center). Kadang-kadang dapat pula terjadi
metamorphosia (distorsi pada bentuk gambaran visual).
c. Tumor Pada Ventrikel Ketiga dan Daerah Pineal
Tumor yang terletak di dalam atau berdekatan ventrikel ketiga
seringkali mengobstruksi ventrikel atau akuaduktus, sehingga terjadi
hidrosefalus. Perubahan posisi dapat secara mendadak akan
meningkatkan tekanan ventrikuler dan dapat menyebabkan nyeri
kepala frontal atau verteks, muntah-muntah, atau bahkan sampai
terjadi sinkop. Tumor pada regio ventrikel ketiga juga dapat
menyebabkan gangguan memori, diabetes insipidus, amenorhea,
galaktorhea, dan gangguan satiasi (rasa kenyang) atau termoregulasi.
Tumor daerah pineal dapat menyebabkan hidrosefalus bila
mengobstruksi bagian posterior ventrikel ketiga. Sindroma Parinaud
(disosiasi refleks akomodasi-cahaya pupil dan gangguan pada vertical
21
gaze) disebabkan oleh adanya tekanan pada tektum dari otak-tengah
dan komisura posterior. Pubertas prekoks dapat terjadi pada anak laki-
laki dengan tumor daerah pineal.
d. Tumor Pada Batang Otak
Midbrain
Disfungsi neurologis fokal, vertical gaze, sindroma parinaud, kesulitan
pendengaran. Tumor pada tegmentum dapat menyebabkan kelemahan
dengan adanya penekanan pada jaras kortikospinal, serta oftalmoplegia
internuklear. Juga terdapat ataksia dan nistagmus.
Pons
Neuropati kranial, disfungsi batang otak lebih khas untuk tumor
serebelopontin, nervus-nervus kranial, serebelum, meningen, dan basis
kranialis.
Medula oblongata
Lebih banyak pada anak-anak. Gambaran awal palsi abdusen, hemiparesis
kontralateral dan ketidak seimbangan pola jalan. Nistagmus vertikal atau
horizontal. Kompresi ventrikel keempat dapat menimbulkan gejala
hidrosefalus obstruktif.
e. Tumor Serebelum
Muntah-muntah yang bersiklus dan nyeri kepala oksipital menunjukan
gejala umum tumor serebelum. Nyeri kepala umumnya bilateral dan
menjalar ke dalam daerah retroorbital atau temporal, serta leher dan bahu.
Kekakuan dan keterbatasan gerak leher dan angkat kepala. Vertigo serta
nistagmus horisontal dan rotational. Ataksia apendikuler atau trunkat.
Reflek tendon dan tonus berkurang pada sisi ipsilateral. Palsi N kranialis
dan kortikospinal dapat muncul belakangan. Obstruksi aliran keluar
ventrikel empat menimbulkan tanda-tanda umum peningkatan tekanan
intrakranial.
22
IN TUMOUR
Gambar 1. Tampak lateral, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat4
23
Gambar 2. Tampak Medial, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat.4
c. Gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor (False localizing
signs)
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai
dengan fungsi tempat yang didudukinya. Keadaan ini sering sebagai akibat dari
peningkatan tekanan intrakranial. Saat tekanan meningkat pada beberapa
kompartemen di otak, tumor mulai memencarkan jaringan, namun pemencaran ini
juga terjadi di tempat yang jauh dari tumor, keadaan inilah yang memberikan
gambaran false localizing signs, yaitu:1
24
Kelumpuhan nervus kranialis, yang sering terkena adalah nervus 6, sebab
nervus ini merupakan nervus yang paling panjang di intrakranial. Hal ini juga
terjadi akibat penekanan ligamentum petrosal akibat peningkatan TIK.
Invasi tumor difus pada lobus frontal atau korpus kalosum menyebabkan
ataksia pada pola jalan (frontal ataxia) yang sukar dibedakan dengan gejala
ataxia serebelar. Dismetria pada anggota gerak yang mengalami kelemahan
dan disartria kortikal dapat pula salah didiagnosis sebagai penyakit serebelar.
Nistagmus jarang ditemukan pada tumor frontal atau kalosal, dan tidak adanya
nistagmus pada lesi supratentorial dapat merupakan titik yang penting untuk
membedakannya.
Kompresi pada pedunkulus serebri oleh tepi bebas tentorium serebeli yang
sifatnya kontralateral terhadap hemisfer serebri yang mengalami herniasi
(sindroma Kernohan’s notch) dapat menyebabkan hemiparesis terlokalisir
palsu yang bersifat ipsilateral lesi.
Kompresi atau invasi dan status hiperkoagulabilitas yang berhubungan dengan
sifat keganasan atau terapinya dapat menyebabkan infark atau perdarahan
yang jauh dari lokasi tumor. Sebagai contohnya, infark korteks oksipital yang
dapat terjadi akibat kompresi arteri serebral posterior selama herniasi
transtentorial.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Tumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI. Pilihannya
tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing rumah sakit. CT-scan lebih
murah dibanding MRI, umumnya tersedia di rumah sakit dan bila menggunakan
kontras dapat mendeteksi mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk
mendeteksi tumor dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di
fossa posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk
merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada sejumlah bidang.3
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3,4
a. Simptomatik
25
Antikonvulsi
Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien
dengan tumor otak.
Edema serebri
Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran
radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat
digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan
pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan
tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf
akan diambil.
b. Etiologik (pembedahan)
Complete removal
Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi
medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio
otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit
jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau.
Partial removal
Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan
operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat
secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.
2.1.7 Prognosis
Tumor otak umumnya memberikan prognosis yang jelek. Tabel berikut
memperlihatkan kesimpulan akhir untuk pasien dengan beberapa keganasan pada
otak yang sering dijumpai.
26
DASAR DIAGNOSIS
Dasar Diagosis Klinis : Sindrom peningkatan TIK
Dari anamnesa didapatkan nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu dan semakin
berat dari hari ke hari, nyeri kepala seperti ditekan dan nyeri tidak hilang
dengan minum obat penghilang rasa sakit, muntah menyemprot satu kali. Hal
tersebut merupakan gejala dari peningkatan tekanan intrakranial.
Pasien juga mengalami penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS
Dasar Diagnosis Topis : Hemisfer Cerebri Sinistra
Dari anamnesis didapatkan kelumpuhan pada lengan dan tungkai kanan, topis
dari diagnosis ini adalah pada korteks serebri occipito parietal kiri karena
gejala motorik yang timbul akibat gangguan pada traktus kortikospinal yang
kontralateral. Berdasarkan pemeriksaan penunjang didapatkan lokasi lesi pada
korteks serebri kiri
Dasar Diagnosis Etiologis : SOL tumor primer
Pada pasien ini didapatkan nyeri kepala yang bersifat kronik progresif.
Dari pemeriksaan CT-scan didapatkan gambaran kesan Massa
27
hiperdense pada batang otak, dan tidak ada ditemukan adanya keluhan
benjolan pada bagian tubuh lain.
Dasar Diagnosis Banding
Abses Serebri
Pada dasarnya gejala dan tanda yang diberikan abses otak hampir sama dengan
tumor, pada pasien ini ditemukan leukosistosis, namun tidak ada keluhan demam
dan tidak didapatkan riwayat infeksi pada hidung maupun telinga sebelumnya.
.
28
Daftar Pustaka
1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006
2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic
Disorders in Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8 th edition.
USA: Mc Graw Hill, 2005. 546-88
3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York:
Demos Medical.
4. Wilkinson I, Lennox G, Essential Neurology, 4th edition, Blackwell
Publishing, Australia; 2005, 40-53.
29
top related