case report malaria
Post on 18-Jan-2016
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bukit duri, Tebet
Pekerjaan : Pegawai Swasta yang bekerja dibidang
pengawasan PLTS ( Pembangkit listrik tenaga
surya )
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SLTA
Asuransi : BPJS
Tanggal masuk RS : 18 Januari 2015
II. ANAMNESIS
Telah dilakukan autoanamnesis pada tanggal 21 Januari 2014 di lantai 7 Barat.
1. Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS ( sebelum masuk rumah sakit ).
2. Keluhan Tambahan
Batuk, mual, muntah
3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam yang dirasakan oleh pasien naik turun, naik pada saat malam hari dan
turun pada saat pagi hari. Apabila demam pasien sampai menggigil dan mengeluarkan
keringat dingin. Batuk berdahak juga dialami pasien 1 hari sebelum masuk rumah
sakit , menurut pasien dahaknya berwarna kehijauan. Terdapat mual dan muntah
sebanyak 5 kali yang isinya adalah makanan yang pasien makan sebelumnya. BAB
1
sempat didapatkan busa pada saat 1 hari SMRS namun konsistensinya seperti biasa, tiak
mencret. BAK baik, tidak didapatkan gangguaan. Gusi berdarah maupun mimisan tidak
dialami pasien. Pasien mengaku sudah mengkonsumsi obat-obatan penurun panas yang
dibeli di warung namun demam masih tidak ada perbaikan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat Malaria ( + ) DM ( - ) HT ( - ) Asma ( - ) Alergi obat ( - )
Pada bulan desember tahun 2014 pasien mengaku pernah terkena malaria pada
saat sedang bertugas di pedalaman NTT daerah ALOR. Kemudian dirawat di RS
setempat dan didiagnosa malaria. Namun baru 3 hari pasien dirawat pasien meminta
pulang paksa karena diharuskan bekerja.
5. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Tidak ada anggota keluarga Pasien yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat
diabetes melitus, asam urat, TB paru, hipertensi, serta alergi dalam keluarga disangkal.
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok yang telah dilakukannya sejak lama. Setiap
hari, Pasien dapat menghabiskan sekitar satu sampai dua bungkus rokok per harinya.
Selain merokok, pasien juga memiliki riwayat meminum minuman yang mengandung
alcohol. Pasien mengaku pernah meminum alcohol pada saat sedang bekerja di
pedalaman NTT pada saat pasien bekerja di lokasi tersebut.
7. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal dirumah dengan kondisi lingkungan yang cukup padat dengan
ventilasi yang cukup. Pasien merupakan pegawai swasta yang bekerja dibidang
pengawasan PLTS ( Pembangkit Listrik Tenaga Surya ) dan sering dikirim ke
pedalaman untuk memfasilitasi desa2 kecil. Pada saat bekerja pasien tinggal di tempat
dinas berupa gedung dan setiap harinya diharuskan menelusuri hutan-hutan untuk
sampai ke desa pedalaman yang dituju. Teman kerja pasien ada 3 orang yang mengeluh
2
demam 1 minggu sebelum pasien masuk RS namun tidak didapatkan kejelasan apakab
teman-teman kerja pasien malaria juga atau bukan.
8. Tinjauan Sistem
Umum : Demam, lemas
Kulit : Tidak ada keluhan
Kepala : Kepala terasa berat didaerah belakang sampai ke tengkuk.
Leher : Leher terasa pegal.
Thorax : Kadang sesak, batuk.
Abdomen : Sakit perut (+), mual (+), muntah (+) BAB sempat terdapat
busa.
Saluran Kemih : BAK lancar, tidak ada keluhan
Genital : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 65 Kg
Tinggi badan : 176 cm
BMI : 20.9 (BMI normal)
Status gizi : Baik
Tanda vital : Tekanan darah: 120/90mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37,5 °C sub-febris
Taksiran umur : Sesuai usia
Cara berbaring : Aktif
Cara berbicara : Baik
Sikap : Kooperatif
Penampilan : Baik
3
Status mental : Tingkah laku : wajar
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar
Tidak ada cacat tubuh. Tidak ada pembesaran KGB.
STATUS GENERALIS
1. Kulit:
Warna : Sawo matang, pucat (-), ikterik(-), sianosis(-), ruam (-) hipopigmentasi
(-) hiperpigmentasi (-)
Lesi : Lesi primer (-) lesi sekunder (-)
Rambut : rambut hitam, merata, tidak mudah dicabut
Turgor : baik
Suhu raba : hangat
2. Mata
Bentuk : Normal, kedudukan bola mata simetris, eksoftalmus (-), endoftalmus (-)
Palpebra : Normal, ptosis(-),lagoftalmus(-),edema(-),perdarahan(-)
Gerakan : Normal, Strabismus(-).
Konjungtiva : Anemis +/+
Sklera : Ikterik -/-
Pupil : Bulat isokor, diameter 3 mm, reflex cahaya langsung +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+
3. Telinga : Normotia, hiperemis(-),mikrotia(-), cauliflower(-), liang telinga lapang,
serumen -/-, sekret -/-, kotor -/-.
4. Hidung : Normal,deformitas(-),nafas cuping hidung(-),sianosis(-)
4
5. Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, pucat(-),sianosis(-),kering(+)
Gigi-geligi : Oral hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis, berwarna merah muda
Lidah : Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis, kripti tidak melebar
tidak ada detritus
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6. Leher : KGB membesar(-), kelenjar tiroid membesar (-) JVP 5+2 cm
H2O, Pegal (+)
7. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal
Palpasi : gerak simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI
pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas
paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axillaris anterior sinistra.
Auskultasi : suara napas vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi -/-, wheezing
-/-
Jantung
Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial linea
midklavikularis sinistra
Perkusi : 5
Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, sagging of the flanks (-),buncit(-),smiling
umbilicus(-)
Palpasi : teraba supel, hepar tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,
nyeri lepas (-), ballottement (-), lien tidak teraba.
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA.
Auskultasi : bising usus positif 2x/menit, normal
9. Anggota gerak
Lengan kanan & lengan kiri : bekas luka (-), varises (-), tonus otot baik,
tidak didapatkan keterbatasan gerak, kekuatan baik, oedem (-) refleks
fisiologis ( tidak dilakukan pemeriksaan )
Tungkai kanan & tungkai kiri : bekas luka (+), varises (-), tonus otot baik,
tidak didapatkan keterbatasan gerak, kekuatan baik, oedem (-) refleks
fisiologis ( tidak dilakukan pemeriksaan )
6
7
8
9
10
11
12
13
VI. RINGKASAN
Datang seorang laki-laki usia 35 tahun ke UGD RSUD Budhi Asih dengan
keluhan demam sejak 4 hari yang lalu. Panas yang dialami tinggi dan naik turun, 14
naik pada saat malam hari dan turun pada saat pagi hari, apabila demam pasien
sampai menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Selain demam yang naik turun
pasien juga mengalami batuk yang berdahak sejak 1 hari sebelum masuk RS. Dahak
berwarna hijau. Terdapat mual dan muntah berisi makanan yang dimakan sebanyak
5 kali. BAB lancar namun sempat terdapat busa, namun tidak mencret. BAK dirasa
pasien normal tidak ada gangguan. Pasien juga tidak mengalami gusi berdarah pada
saat sikat gigi maupun mimisan. Pada riwayat penyakit dahulu pasien pada desember
2014 pernah dinyatakan mengidap malaria pada saat pasien sedang ditugaskan di
Alor daerah Nusa Tenggara Timur yang merupakan daerah endemis malaria, disana
sudah pernah dirawat di rumah sakit kecil setempat namun pasien pulang paksa
setelah baru dirawat selama 3 hari dengan alasan untuk melanjutkan pekerjaan.
Pasien memiliki kebiasaan merokok perharinya sebanyak 1 – 2 bungkus dan riwayat
mengkonsumsi alcohol (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/90mmHg pernapasan 20x/menit, nadi
80x/menit dan suhu 37.30C. pada abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium (+),
sedangkan lain lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kadar eritrosit yang dibawah nilai normal. Terdapat anemia dengan hb paling rendah
9.3 g/dl pada tanggal 22 januari 2015, nilai hematokrit 29% pada tanggal 20 januari
dan terdapat trombositopenia yang nilai terendahnya mencapai 41 ribu/uL pada
tanggal 21 Januari 2015. Didapatkan plasmodium falciparum (+) pada tanggal 18
januari 2015 dengan parasit count 154.641 /uL pada tanggal 21 januari 2015, anti
dengue IgM (+) pada tanggal 19 januari 2015, selain itu juga didapatkan gula darah
sewaktu 241 mg/dl.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Malaria Plasmodium Falciparum
2. DHF
15
3. Anemia
VIII. PENGKAJIAN MASALAH
1. Malaria
Anamnesis : Demam naik turun, riwayat malaria (+) riwayat
bepergian ke daerah endemis malaria (+), mual (+), muntah (+), sakit kepala (+)
PF : Didapatkan nyeri tekan epigastrium, suhu 37,5OC
Laboratorium : Sediaan apus darah tebal didapatkan P. Falciparum(+)
dengan parasite count 154. 641/uL.
Recana terapi :
non-medikamentosa : edukasi pasien mengenai daerah endemis di
Indonesia, dan apabila pasien terpaksa mengunjungi daerah tersebut
diberi edukasi untuk pencegahan berupa pemakaian kelambu pada saat
tidur, mosquito repellent atau dapat juga menggunakan kawat kasa.
pasien juga dapat diedukasikan untuk meminum obat-obatan malaria
sebelum bepergian ke daerah endemis. Pada daerah yang banyak dengan
P. Falciparum dapat menkonsumsi doksisiklin setiap hari dengan dosis
2mg/kgBB yang diminum selama 4-6 mgg. Apabila pasien datang ke
daerah endemin P. Vivax maka dapat mengkonsumsi Klorokuin 1 minggu
sebelum keberangkatan dengan dosis 5mg/kgBB dan 4 minggu setelah
kembali dari daerah endemis.
Medika mentosa :
o Inj. Artesunat 2x2 fl
o Inj. Ondansetron 2x1
o Inj. Pumpicel 1x1
o Inj. Ceftriaxone 2x1gr
o PCT drip bila suhu >38
o PCT 3 x 1
o Doksisiklin 2x100
o Kina 3x500
o Fansidar, primaqueen 1x 3tab, arterakin 3x4 tab ( diberikan
setelah selesai artesunat )
16
2. Anemia
Anamnesis : Pasien mengeluh lemas dan cepat lelah
PF : Konjungtiva anemis +/+, Pasien tampak lemas dan pucat
Laboratorium : Berdasarkan hasil lab di mana nilai Hb hampir setiap hari
selama dirawat selalu di bawah normal.
Rencana diagnostic : pemeriksaan darah lengkap secara rutin /24 jam
Rencana terapi : evaluasi gizi dengan pemberian makanan bergizi,
istirahat yang cukup.
3. DHF
Anamnesis : Demam naik turun sudah hari ke 5
PF : Nyeri epigastrium ( + )
Laboratorium : didapatkan anti dengue IgM (+), Trombositopenia
Rencana diagnostic : pemeriksaan darah lengkap setiap 24 jam
Rencana terapi : terapi cairan IVFD RD /6jam
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : bonam
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria
Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. 1
Epidemiologi
Penyakit malaria masih ditemukan diseluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan
API ( Annual Parasite Incidence ) dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia
bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa
wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra sedagkan di Jawa – Bali masuk dalam
stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa atau focus malaria tinggi. 2
Gambar 1. Peta daerah endemis malaria
18
Penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu
plasmodium falsifarum, vivax, malariae, ovale dan mix. Pada tahun 2009 penyebab
malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax 55,8%, kemudian yang tertinggi kedua
adalah plasmodium falsifarum, untuk plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini
berbeda denan data riskesdas 2010 yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah
plasmodium falsifarum dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%. 2
Dari tahun 2006 – 2009 kejadian luar biasa selalu terjadi di pulau Kalimantan
walaupun kabupaten atau kota yang terjangkot berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun
2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau jawa tengah, jawa timur dan banten, Kalimantan
selatan, Sulawesi barat, NAD, sumatera barat dan lampung dengan total penderita
adalah 1.869 orang dan meninggal sebanyak 11 orang. Dari data rumah sakit, angka
kematian oenderita malaria untuk semua kelompok umur menurun drastic dari tahun
2004 ke tahun 2006 dari 10,61 % menjadi 1,34%. Namun pada tahun 2006 sampai 2009
angkanya cenderung meningkay hingga lebih dua kali lipat.2,3,4
Etiologi
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain,
malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang
terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam
hati. Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia
terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina
Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang
tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.5
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan
malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena
malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat
19
menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di
dalam organ-organ tubuh.5
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya
parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia
maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di
dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis
penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi.
Satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena
dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria
otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana.
Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu
– 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana.
Asimtomatis dalam waktu lama.
20
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum
dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali
terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya.
Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati
dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat
fatal, namun menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya
berlangsung 10-14 hari.5,6,7
Gejala klinis
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya
cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan
menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-
pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita
dan gejala spesifik dari mana parasit berasal. Malaria sebagai penyebab infeksi yang
disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang
terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon),
pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin
lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah
hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik
dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. 8
21
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia,
perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang
disertai muntah.
Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih.
Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-
kejang.
Stadium berkeringat (sweating stage)
22
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami
oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama
kali menderita malaria.
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu
ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di
daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali
penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan
pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau
malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang
berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan
ovale, dan 60 jam pada malaria malariae.8
23
Daur hidup parasit malaria
Infeksi parasit pada manusia mulai apabila nyamuk anopheles betina menggigit
manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana
sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke dalam hati dan sebagian kecil
sisanya akan mati di darah. Didalam sel parenkim hati mulailah perkembangan aseksual.
Perkembangan ini memerlukan waktu sekitar 5 hari untuk plasmodium falciparum, 15
hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi terbentuk sizont
hati yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada
plasmodium vivax dan plasmodium ovale sebagian parasite didalam hati membentuk
hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan bentuk ini yang akan dapat
terjadi relaps malaria. Setelah berada didalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang
eritrosit. Eritrosit yang berparasit akan menjadi lebih elastic dan berubah menjadi bentuk
lonjong. Didalam darah sebagian parasite akan membentuk gamet jantan dan betina,
apabila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit maka akan terjadi siklus seksual
didalam tubuh nyamuk tersebut. Setelah terjadi perkawinan maka akan menjadi ookinet
yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya akan menjadi bentuk oocyst yang
akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar
ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.9
Gambar 2. Siklus hidup Plasmodium.
Patogenesis
24
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal
ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit
dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap
eritrosit.10
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria
kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit
ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.10
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit
juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.10,11
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non
parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah
A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
1. Demam
25
Akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi
Pelepasan merozoit pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah infasi sel
darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsifarum mungkin lebih besar daripada
parasitemia spesies lain, dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi yang aktif.
Sedangkan plasmodium falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa memandang umur,
plasmodium vivax menyerang terutama retikulosit, dan plasmodium malariae
menginvasi sel darah merah matang, sifat-sifat ini yang cenderung membatasi
parasitemia dari dua bentuk terakhir diatas sampai kurang dari 20.000 sel darah
merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat mencapai kepadatan hingga
500.000 parasit/mm3.
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi sumsum
tulang
Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan pada malaria
falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria (blackwater fever).
Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh parasit mungkin
turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan peningkatan fragilitas
osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga
diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase herediter.
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah
berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi hiperplastik
dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak, dan
organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang cukup mengakibatkan warna
abu-abu kebiruan pada organ.
3. Kejadian immunopatologi
26
Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi
immun, pelepasan sitokin seperti TNF
Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :
a) Imunitas alamiah non imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi
terhadap malaria, misalnya: Hb S, Hb C, Hb E, thallasemin alafa-beta, defisiensi glukosa
6-fosfat dehidrogenase, golingan darah duffy negative kebal terhadap infeksi
plasmodium vivax, individu dengan HLA-Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan
melindungi terhadap malaria berat.10,11
b) Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun non spesifik
yang terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin
seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10, secara langsung menghambat
pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik). 10,11
c) Imunitas didapat spesifik.
Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat
spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik. 10
4. Anoxia jaringan
parasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah berparasit
yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke sel-sel endotel
vaskular otak, ginal, organ yang terkena lainnya à obstruksi aliran darah & kerusakan
kapiler à leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak,
jantung, paru, usus, ginjal. 10
P. vivax dan P. ovale : menyerang eritrosit imatur
P. malariae: menyerang eritrosit matur
P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur à parasitemia lebih berat
Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah merah:
27
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum.
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
Riwayat mendapat transfusi darah.
2. Pemeriksaan fisik
Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali).
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis :
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasite
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
28
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi.
Gambar 3. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk cincin
(tropozoid awal). B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen
sekuestrasi mikrovaskular. C: Gametosid, bentuk pisang
Pengobatan
29
Malaria Tanpa Komplikasi.
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister
amodiakuin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister
artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga
hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Bayi < 1 tahun
Penderita defisiensi G6-PD
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
1 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
Primakuin *) *) ¾ 1 1/2 2 2-3
2 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
3 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
Tabel 1. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum
30
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh)
hari.
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila tidak ada
doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin.
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5
mg/kgbb/kali Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
dengan umur di bawah. 8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Hari Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
31
0-11 Bulan 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun >15 Tahun
1 Kina *) 3 X 1/2 3 X 1 3 X 11/2 3 X (2-3)
Doksisiklin - - - 2 X 1**) 2 X 1**)
Primakuin - ¾ 11/2 2 2-3
2 Kina *) 3 X 1/2 3 X 1 3 X 11/2 3 X (2-3)
Doksisiklin - - - 2 X 1**) 2 X 1**)
Tabel 2. Pengobatab lini kedua untuk malaria falciparum
*) Dosis diberikan kg/bb
**) 2x50 mg Doksisiklin
***) 2x100 mg Doksisiklin
Har
iJenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-11 Bulan 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun >15 Tahun
1 Kina *) 3 X ½ 3 X 1 3 X 11/2 3 X (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
Primakuin - ¾ 11/2 2 2-3
2 -
7
Kina *) 3 X ½ 3 X 1 3 X 11/2 3 X (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
Tabel 3. Pengobatan lini kedua malaria falciparum
*) Dosis diberikan kg/bb
**) 4x250 mg Tatrasiklin
Pencegahan
Kemoprofilaksis bertujuan untuk. mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
32
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personaI
protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis Doksisiklin
diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-6 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5
mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah
endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin
lebih dan 3-6 bulan.12
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. In : Harijanto PN editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam :
2009.p. 2813
33
2. Soepardi J. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin hendela data dan informasi
kesehatan epidemiologi malaria di Indonesia. 2011; 1-8
3. Halim L. Epidemiologi dan diagnostic Malaria. Malaria : Epidemiology and
diagnostic.2011; 117-26
4. Asih PBS, Rozi IE, Herdiana, Pratama NR et al. The baseline distribution of malaria in
the initial phase of elimination in Sabang Municipality, Aceh Province, Indonesia.
Malarian Journal 2012; 2-7
5. Harijanto PN. Tatalaksana Malaria di Indonesia. Buletiin jendela data dan informasi
kesehatan epidemiologi malaria di Indonesia. 2011; 24-7
6. Harijanto PN. Malaria. In : Harijanto PN editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam :
2009.p. 2813-5
7. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W: editors.
Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2000, Hal: 171-
97.
8. Harijanto PN. Malaria. In : Harijanto PN editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam :
2009.p. 2817-9
9. Harijanto PN. Malaria. In : Harijanto PN editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam :
2009.p. 2814-5
10. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 1-15.
11. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 249-60.
12. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 194-204.
34
top related