blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2016/04/makalah-tbp-inovasi.docx · web viewpuji syukur...
Post on 28-Apr-2018
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INOVASI MENGEMBANGKAN KINERJA BIROKRASI DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA PUBLIK
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Teori
Birokrasi Publik
Disusun oleh :
M. Iqbal Ramadhan (135030101111032)
Ely Fatmawati (135030101111035)
Tia Widiastanti (135030101111036)
Bernadeta Yunita S. W (134030107111007)
Heny Purwaningtyas (135030101111100)
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad, taufik
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun makalah yang kami susun ini berjudul
“INOVASI MENGEMBANGKAN KINERJA BIROKRASI DALAM
MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA PUBLIK”
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah menuntun penyusun dalam menyusun
makalah ini.
2. Bapak PROF Dr. Abdul Hakim, Prof. Dr. M.Si selaku dosen dalam
mata kuliah Teori Birokrasi Publik di Universitas Brawijaya
Fakultas Ilmu Administrasi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
ABSTARK...........................................................................................................
BAB I.PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................
BAB II. TELAAH PUSTAKA ..............................................................................
2.1. Pelayanan Publik ..................................................................................
2.1.1. Ruang Lingkup Pelayanan Publik..................................................
BAB IV. ANALISIS .............................................................................................
4.1 Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia..................................................
4.2 Kinerja Birokrasi Pemerintah..................................................................
4.2.1 Inovasi Pengembangan Pelayanan Birokrasi Pemerintah Kepada
Publik.................................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................
5.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel Laporan Masyarakat Berdasarkan Intansi Terlapor .................
ABSTRAK
Pemerintah bersama dengan jajarannya secara popular dikenal dengan
istilah birokrasi.Menurut Max Weber birokasi adalah sistem rutin yang dilakukan
dengan keseragaman dengan cara-cara tertentu didasarkan atas aturan yang
tertulis oleh orang-orang yang berkompeten dibidangnya. Dominannya posisi dan
peran birokrasi pemerintah dalam kehidupan masyarakat menuntut birokrasi itu
sendiri mampu mengemban misi, menyelenggaran fungsi secara optimal dan
menjalankan semua aktivitasnya dengan seluruh tanggung jawab dengan
efisiensi,dan efektivitas dengan berorientasi pada pelayanan, terdapat beberapa
hambatan untuk mencapai titik kesuksesan pada suatu sistem birokrasi
diantaranya prosedur kerja yang berliku-liku, terdapat banyak file yang
berserakan, belum menerapkan sistem sedikit pekerja banyak fungsi, belum
memiliki kemampuan, keterampilan.
Penyakit birokrasi dirasakan juga dengan Negara yang berjuluk Bhineka
Tunggal Ika yaitu Indonesia. Komisioner Ombudsman bidang penyelesaian
laporan dan pengaduan, Budi Santoso mengatakan sebanyak 43,7 persen dari
6.180 laporan pengaduan yang diterima Ombudsman Republik Indonesia (ORI)
per 15 Desember 2014. Dengan menanggulangi hal tersebut adanya sebuah
inovasi untuk meningkatkan kinerja Birokrasi melalui perbaikan kebijakan,
organisasi, operasional.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPemerintah bersama dengan jajarannya secara popular dikenal dengan
istilah birokrasi.Menurut Max Weber birokasi adalah sistem rutin yang dilakukan
dengan keseragaman dengan cara-cara tertentu didasarkan atas aturan yang
tertulis oleh orang-orang yang berkompeten dibidangnya. Dominannya posisi dan
peran birokrasi pemerintah dalam kehidupan masyarakat menuntut birokrasi itu
sendiri mampu mengemban misi, menyelenggaran fungsi secara optimal dan
menjalankan semua aktivitasnya dengan seluruh tanggung jawab dengan
efisiensi,dan efektivitas dengan berorientasi pada pelayanan, bukan orientasi
kekuasaan, dan menampilkan perilaku yang fungsional.
Namun, terdapat beberapa hambatan untuk mencapai titik kesuksesan
pada suatu sistem birokrasi diantaranya prosedur kerja yang berliku-liku,
terdapat banyak file yang berserakan, belum menerapkan sistem sedikit pekerja
banyak fungsi, belum memiliki kemampuan, keterampilan, dan skill yang
memadai, serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak
memuaskan adalah sebagian penyakit yang diderita oleh suatu birokrasi.
Suatu birokrasi memang tidak ada yang kebal dengan penyakit birokrasi
yang sangat bervariasi, dan sangat sulit untuk menyembuhkan birokrasi dari
penyakit tersebut. Dan hal tersebut merupakan tantangan sekaligus tuntutan bagi
birokrasi pemerintah kedepan. Selain itu pada masa ke depannya, masyarakat
juga akan mengalami perubahan dalam berbagai bidang politik, sosial, ekonomi,
pengetahuan, dan tekhnologi. Masyarakat juga merupakan pihak yang tidak bisa
lepas dari birokrasi, oleh karenanya birokrasi juga dituntut untuk semakin
terbuka, transparan, makin produktif dan mampu memberikan pelayananan serta
kualitas mutu dari pelayanan tersebut. Dalam situasi yang mana birokrasi dituntut
untuk mampu memberikan kualitas pelayanan yang baik, maka kinerja Aparatur
Negara harus benar-benar bertindak demi kepentingan bangsa dan negara dan
agar dalam menyelenggarakan fungsinya birokrasi berpegang pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Deskripsi mengenai birokrasi yang telah dijelaskan sebelumnya terlihat
sangat jauh dan bertentangan dengan prinsip-prinsip etika dan paradigma yang
baru yang menekankan pada kepercayaan masyarakat, dan hal ini diharapkan
dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi maka kualitas pelayanan kepada
publik dapat ditingkatkan.Perubahan paradigma lama menuju ke paradigma yang
baru membawa pengaruh yang besar terhadap tatanan kehidupan
pemerintahan.Hal ini merupakan hasil dari pengaruh ditempatkannya masyarakat
sebagai posisi yang utama dalam menilai serta mengukur tingkat keberhasilan
suatu birokrasi dalam menyediakan pelayanan.
Dalam suatu birokrasi pemerintahan, manajemen pemerintahan tidak lagi
berorientasi pada aspek pemerintahan (goverment), namun beralih pada aspek
tata pemerintahan (governance). Perubahan aspek tersebut menandakan bahwa
orintasi kekuasaan tidak lagi berpusat pada pemerintah, melainkan pada proses
dimana masyarakat memegang peran utamanya dalam menata pemerintahan.
Penyediaan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat tidak lagi dapat
dihindari.Peran pemerintah melalui kebijakan–kebijakan publiknya sangat penting
dalam memfasilitasi terjadinya mekanisme pasar yang benar sehingga
penyimpangan-penyimpangan terhadap pasar dapat dihindari.
Oleh karena itu agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik dari
masyarakat, maka kami mengambil judul “Inovasi Mengembangkan Kinerja
Birokrasi Pemerintah Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Publik”.
1.2 Rumusan MasalahDengan penjabaran latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. bagimanakah Pelayanan Birokrasi Pemerintah Kepada Masyarakat?
2. apakah yang dimaksud dengan Kinerja Birokrasi Pemerintah?
1.3 Tujuan PenulisanSesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalahuntuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang:
1. untuk mengetahui dan menganalisis Pelayanan Birokrasi Pemerintah Kepada
Masyarakat.
2. untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Birokrasi Pemerintah.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Pelayanan Publik
2.1.1 Ruang Lingkup Pelayanan Publik
Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta
untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari
penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan
Presiden Republik Indonesia, maka pada tanggal 18 Juli 2009 Indonesia
mensahkan Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Menurut UU tersebut, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-undang Pelayanan Publik
meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam ruang lingkup
tersebut, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi,
perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis
lainnya. (Pasal 5 UU No 25 Tahun 2009).
Dalam melaksanakan pelayanan publik pemerintah membentuk Organisasi
Penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang
untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggara dan seluruh bagian
organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan,
pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pengawas
internal dan pengawas eksternal. Pengawasan internal penyelenggaraan
pelayanan publik dilakukan melalui pengawasan oleh atasan langsung sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan pengawasan oleh pengawas
fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sementara pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik
dilakukan melalui:
a. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
b. Pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
c. Pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. (Pasal
35 UU No 25 Tahun 2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode PenulisanMetode yang dipakai dalam karya tulis ini adalah menggunakan metode
penulisan deskriptif. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penulisan. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
dan tindakan dengan cara menggambarkannya dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah. Tujuan pendekatan kualitatif adalah ingin membedah
wacana dan makna dibalik suatu peristiwa atau fenomena dengan memberikan
dasar-dasar pengertian atau pemahaman berdasarkan alasan berpikir yang
dapat diterima oleh akal sehat (Suryono, 2001:24)
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder sedangkan data-data
yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara cenderung merupakan
data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama. Dokumentasi
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Artikel-artikel yang relevan dengan masalah penelitian, yang berasal dari
situs-situs internet.
b) Jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian.
c) Buku-buku atau literature-literatur yang tersedia.
BAB IV
ANALISIS
4.1 Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia
Tabel 4.1 : Tabel Laporan Masyarakat Berdasarkan Intansi Terlapor
Komisioner Ombudsman bidang penyelesaian laporan dan pengaduan,
Budi Santoso mengatakan sebanyak 43,7 persen dari 6.180 laporan pengaduan
yang diterima Ombudsman Republik Indonesia (ORI) per 15 Desember 2014
merupakan keluhan masyarakat atas pelayanan publik dari pemerintah daerah.
Menurutnya, jumlah laporan publik yang diterima ORI tahun ini meningkat 20%
dari tahun 2013 yang hanya 5.173 laporan. “Tiap tahun pemerintah daerah selalu
menempati nomor satu terbanyak sebagai pihak terlapor,” ujar Budi.
Menurut data yang dihimpun, substansi pengaduan terbanyak adalah
bidang kepegawaian sebanyak 16 persen. “Kebanyakan tentang pelayanan dan
birokrasi,” terang Budi. Secara umum, Budi menjelaskan, dari laporan yang
diterima Ombudsman, terdapat beberapa hal maladministrasi yang telah
dilakukan. Pelayanan maladministrasi yang dilakukan para instansi adalah
penundaan berlarut (25,4%), penyimpangan prosedur (20,3%), tidak memberi
pelayanan (13,9%), penyalahgunaan wewenang (11,7%), tidak kompeten
(9,65%), tidak patut (6,96%), permintaan imbalan uang, barang&jasa (6,95%),
diskriminasi (1,95%), berpihak (1,54%), konflik kepentingan (0,90%) dari 6.667
laporan yang diterima Ombdusman Republik Indonesia.
4.2 Kinerja Birokrasi Pemerintah
Sebuah Negara pada hakekatnya bagian dari suatu organisasi. Dari
pengertia organisasi, maka di dalamnya terdapat adnya aktivitas dalam
penyelenggaraan atau kegiatan administrasi. Administrasi sendiri lebih melekat
sebagai sebuah piranti lunak dalam menyelenggarakan pemerintahan untuk
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu
administrasi pemerintahan dapat dijalan kan sesuai aturan dan hukum yang
tertulis. Tanpa aturan tersebut maka administrative pemerintahan tidak mampu
menunjukkan kinerja yang lebih efisien. Dengan hukum dan administrative
pemerintahan, pemerintah dapat melakukan sebuah impersonalitas terhadap
macam-macam kepentingan orang-orang yang diatur dan dilayani.
Kinerja birokrasi yang dulunya sebagai pusat kekuasaan kini berubah
menjadi kekuasaan ada di tangan rakyat. Oleh karena itu kegiatan birokrasi
pemerintahan tidak lagi cocok dengan keinginan rakyat dan dapat melanggar
aspirasi rakyat, maka birokrasi harus bertanggung jawab kepada rakyat. Dimana
dalam dunia birokrasi, sebuah akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban
birokrasi pemerintah untuk bertanggung jawabpengelolaan sumber-sumber daya
yang telah tersedia untuk menjalankan sebuah program an kegiatan pemerintah.
Selain itu kinerja birokrasi juga menerangkan tindakan seseorang, badan hukum,
pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang telah memiliki hak dan
kewenangan.Di samping itu, sebuah akuntabilitas dapat diinterprestasikan
mencakup seluruh aspek dan tingkah laku seseorang yang mencangkup baik
perilaku yang bersifat pribadi maupun perilaku yang bersifat eksternal terhadap
lingkungan dan orang sekitarnya.
Saat ini.Akuntabilitas sangat mencuat dengan tingginya tuntutan untuk
mencipkan suatu penyelenggaraan keperintahan yang baik (good governance).
Dalam melaksanakan good governance, pemerintah yang telah didukung oleh
aparatur Negara atau birokrat professional karir, yaitu PNS yang kompeten,
sejahtera dan taat kepada Negara, perintah dan masyarakat. Good Governace
menurut UNDP mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Participation, yaitu setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermeditisi institusi.
2. Rule of law, yaitu kerangka hukum yang harus adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu, terutama hukum untuk HAM.
3. Responsivennes, merupakan lembaga-lembaga dan proses yang harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders.
Dimana dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa wujud good
govenance adalah penyelenggaraan pemerintah Negara yang solid dan
bertanggung jawab, efisien dan efektif diantara domain-domain Negara, sector
swasta dan masyarakat.
4.2.1 Inovasi Pengembangan Pelayanan Birokrasi Pemerintah Kepada Publik
Pemerintah selaku penyedian pelayanaan birokrasi pemerintahan kepada
masyarakat secara menyeluruh, baik pada level kebijakan, organizational, serta
operasional harus sesuai dengan poin-poin mendasar dalam Undang-undang
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pada level kebijakan, dalam bentuk peraturan atau kebijakan yang
mengatur seluruh aspek sehingga menciptakan berbagai peraturan atau
kebijakan yang mendorong birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hal-hak
sipil warga negara dalam mendapatkan pelayanan prima yang yang di dalamnya
menyangkut aspek kepastian hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi,
pengaduan, dan gugatan. Contohnya adalah penyusunan Standar Prosedur
Operasi (SOP) pada seluruh instansi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Sebagai organisasi yang pro publik, penyempurnaan diarahkan
untuk menghasilkan proses yang akuntabel dan transparan, serta mempunyai
kinerja yang cepat dan ringkas. Untuk itu, penyusun SOP yang rinci dan dapat
menggambarkan setiap jenis keluaran pekerjaan secara menyeluruh, melakukan
analisis dan evaluasi jabatan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai tugas
yang dilakukan oleh setiap jabatan, serta melakukan analisis beban kerja untuk
dapat memperoleh informasi mengenai waktu dan jumlah pejabat yang
dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya standar
prosedur operasi tersebut instasi pemerintah dapat memberikan layanan prima
kepada publik, yaitu layanan yang terukur dan pasti dalam hal waktu
penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus dipenuhi, dan biaya yang
harus dikeluarkan.
Pada level organizational, dapat dilakukan dalam bentuk perbaikan proses
rekrutmen berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap
kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja
Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah. Memulai proses organization
reinventing dalam bentuk penataan organisasi. Penataan organisasi tersebut
meliputi pemisahan, penggabungan, dan penajaman fungsi, serta modernisasi.
Penajaman tugas dan fungsi dilakukan di segala level pemerintahan baik dari
pusat sampai ke level pemerintahan pada level terbawah. Disamping itu,
dilakukan pemisahan dan penajaman fungsi organisasi yang diharapkan mampu
menciptakan struktur organisasi yang menghasilkan kebijakan berkualitas dan
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Terakhir, pada level operasional, dilakukan melalui perbaikan serta
peningkatan kualitas pelayanan yang meliputi dimensi tangibles, reliability,
responsiveness, assurance dan emphaty.Perbaikan pelayanan kepada
masyarakat tersebut salah satunya tercermin dalam adanya perubahan waktu
yang diperlukan masyarakat untuk mendapatkan layanan.
Selanjutnya, pelayanan publik yang dilakukan pemerintah juga dilihat dari
segi faktor-faktor yang mempengaruhi birokrasi harus lah dilakukan perubahan,
diantaranya adalah faktor budaya, faktor individu, faktor organisasi dan
manajemen, serta faktor politik. Sehingga institusi pemerintahan dapat berjalan
sebagaimana mestinya sesuai dengan amanat UU No. 25 Tahun 2009.
Adapun demikian, sangat disayangkan bahwa ternyata pelaksanaanya
tidaklah merata bahkan cenderung sendiri sendiri. Sebenarnya,
penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah dapat dilihat
keefektivitasannya bila prinsip prinsip good government telah tercapai termasuk
public services pemerintah terhadap masyarakatnya. Untuk itu, demi
berlangsungnya penyelenggaraan pelayanan publik seharusnya mulai diterapkan
system perubahan bersama dalam birokrasi jaringan jaringan pemerintah.
Dengan demikian dapat direspon oleh birokrasi aparatur Negara dengan
melaksanakan pelayanan yang prima. Pelayanan Prima adalah pelayanan yang
sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu birokrasi aparatur
Negara sebagai abdi Negara, yang tugas utamanya memberikan pelayanan
kepada masyarakat, dimana dalam memberikan pelayanan dapat diperlukan
adanya perubahan pola pikir yang sesai dengan dinamika dan tuntutan
masyarakat. Perubahan-perubahan kinerja birokrasi aparatur Negara terutama
dalam pemberian pelayanan kepada public atau masyarakat pada umumnya
antara lain:
1. Merubah sikap mental dari keadaan yang suka dilayani menjadi lebih suka
melayani.
2. Dapat memberikan pelayan secra humanis baik internal maupun eksternal.
3. Memahami tugas dan fungsinya, agar pelayanan prima berjalan dengan baik.
4. Merasa memiliki dan mencintai pekerjaannya dalam pengabdiannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pemerintah selaku penyedian pelayanaan birokrasi pemerintahan kepada
masyarakat secara menyeluruh, baik pada level kebijakan, organizational, serta
operasional harus sesuai dengan poin-poin mendasar dalam Undang-undang
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Kualitas pelayanan publik di Indonesia Menurut data yang dihimpun,
substansi pengaduan terbanyak adalah bidang kepegawaian sebanyak 16
persen. “Kebanyakan tentang pelayanan dan birokrasi,” terang Budi. Secara
umum, Budi menjelaskan, dari laporan yang diterima Ombudsman, terdapat
beberapa hal maladministrasi yang telah dilakukan. Pelayanan maladministrasi
yang dilakukan para instansi adalah penundaan berlarut (25,4%), penyimpangan
prosedur (20,3%), tidak memberi pelayanan (13,9%), penyalahgunaan
wewenang (11,7%), tidak kompeten (9,65%), tidak patut (6,96%), permintaan
imbalan uang, barang&jasa (6,95%), diskriminasi (1,95%), berpihak (1,54%),
konflik kepentingan (0,90%) dari 6.667 laporan yang diterima Ombdusman
Republik Indonesia.
5.2 Saran
Dalam peningkatan kinerja birokrasi untuk pelayanan public harus
diadakannya perbaikan atau inovasi dalam suatu sistem yang ada di organisasi
birokrat tersebut. Inovasinya berupa perbaikan dalam level kebijakan, organisasi,
maupun operasional. Adanya inovasi ini diharapkan merubah sikap mental dari
keadaan yang suka dilayani menjadi lebih suka melayani.
DAFTAR PUSTAKA
Ombudsman Republik Indonesia, 2015. Laporan Tahunan 2014, Jakarta.
Masyhudi. 2005. Kinerja Birokrasi Pemerintah Dalam Pelayanan Kepada Publik
[online], vol IV (1), 20 Halaman. Tersedia :
http://digilib.uinsuka.ac.id/8314/1/MASYHUDI%20KINERJA
%20BIROKRASI%20PEMERINTAH%20DALAM%20PELAYANAN
%20KEPADA%20PUBLIK.pdf [04/042016].
Amalia, A., 2014. “Ombudsman : Pelayanan Publik Pemerintah Daerah Terburuk
“. Melalui https://www.selasar.com/politik/ombudsman-pelayanan-
publik-pemerintah-daerah-terburuk [14/04/2016]
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
top related