belajar berhitung sesuai usia anak

Post on 16-Jul-2015

2.194 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

belajar berhitung sesuai usia anak

belajar berhitung sesuai usia anak

words: henny supolo

Istilah berhitung digunakan untuk pemahaman konsep tambah-kurang-kali-bagi.

Berhitung adalah konsep yang baru diajarkan setelah anak siap.

Konsep ini tidak tepat untuk anak usia 1 tahun yang baru mengenal bapak, ibu, kakak,

pengenalan benda awal, bisa mendengarkan dan menirukan sepatah-patah.

Pada usia 3 tahun, kita bisa mengenalkan pada bilangan.

Misalnya, menyentuh satu kuping atau dua kuping, menghitung jari, dan menyanyi Satu-satu Aku Sayang Ibu.

Pada usia 4 tahun, kita bisa mulai mengenalkan lambang bilangan

dan konsep bilangan. Misalnya, ada berapa kakimu, matamu, telingamu?

Apa saja di badanmu yang jumlahnya satu?

Pada usia 5 tahun, kita bisa mengenalkan anak pada pemahaman

dasar berhitung.

Kenalkan konsep berhitung pada anak setelah anak memahami konsep bilangan.

Kenalkan saat anak sudah siap. Perhatikan saat ia terlihat bosan atau tertekan.

Mengenalkan konsep berhitung harus menyenangkan untuk anak karena saat ia belajar dengan senang, maka tidak ada beban sehingga keingintahuannya

bisa dipuaskan dengan optimal.

Semua yang dipaksakan akan menyulitkan pemahaman. Bahkan, bisa mengurangi kesenangan belajar

yang perlu ditumbuhkan sejak dini untuk perkembangan anak secara optimal.

Berapa lama sebaiknya kita mengajarkan konsep berhitung ini?

Setiap anak memiliki kesenangan dan kemampuan fokus yang berbeda-beda.

Lama kemampuan fokus tersebut bergantung pada seberapa senang anak melakukan kegiatan tersebut.

Penting untuk memberikan porsi yang tepat. Terlalu tinggi, akan membuat frustrasi.

Terlalu rendah, akan membosankan dan kurang menantang.

Ketahui porsi yang tepat untuk anak lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama

dengan anak setiap hari.

Bagaimana caranya agar anak bisa asyik belajar berhitung?

Lakukan dengan bermain bersama dan dalam situasi yang menyenangkan.

Perhatikan suasana hati anak.

Berikan alat pembelajaran konkret. Gunakan berbagai benda di alam

dan lingkungan terdekat sebagai alat pembelajaran. Misalnya, hitung pintu, jendela, kursi, piring, sendok, dll.)

Berhentilah sebelum anak bosan. Ulangi agar anak menguasai

dan tingkatkan kesulitan setelah anak terlihat menguasai.

Hindari paksaan dan hindari membuat anak merasa gagal.

top related