“belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan...
Post on 14-Jun-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
2.1.1.1 Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan,
kepribadian dan bahkan persepsi manusia.
Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Winkel (2004:59) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Sudjana (2000:5) belajar adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai
adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar
ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran,
sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-
aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.
Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”. Sedangkan
menurut Hamalik (2008:36) belajar diartikan sebagai modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pangalaman. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih dari itu yaitu mengalami.
8
2.1.1.2 Hasil Belajar Matematika
Horward Kingsley (Sudjana, 2010:22) membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada
pada kurikulum sekolah.
Menurut Hamalik (2008:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Sudjana (2010:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:250) hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Fadly (Hurhayati, 2007) hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan
pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru. Hasil belajar
matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran matematika.
Penelitian ini sejalan dengan pengertian hasil belajar matematika yang
dikemukaan oleh Nurhayati (Fadly, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan
pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru dan hasil
belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika.
9
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Basuki (Eriyani, 2010:14) faktor-faktor yang mempengaruhihasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari
dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut
adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor
yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,
keterampilan, dan pembentukan sikap.
Menurut Sudjana (2000:67) ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang
berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas
dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan
salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka dalam
pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam
mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien.
Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan
yang diinginkan, guru harus pandai-pandai mengatur strategi mengajar yang
kondusif, aktif dan bermakna bagi siswa yang akhirnya akan membuat hasil
belajar menjadi lebih meningkat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, maka
Problem Based Learning dengan memanfaatkan media CD interaktif diharapkan
mampu mempengaruhi hasil belajar karena Problem Based Learning adalah
metode pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah,
sehingga membuat anak berfikir kritis dan analitis. Dibantu dengan media CD
interaktif yang inovatif diharapkan mampu memotivasi siswa dan membuat siswa
senang dalam mengikuti pembelajaran serta akan membantu siswa memahami
konsep dalam pembelajaran. Menerapkan Problem Based Learning dengan
10
memanfaatkan media CD Interaktif diharapkan kesulitan memahami konsep
matematika dapat teratasi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif
dan menyenangkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi dasar
dalam penerapan Problem Based Learning dengan memanfaatkan media CD
interaktif adalah untuk memusatkan perhatian siswa agar tercipta pembelajaran
yang menyenangkan dan dapat mempengaruhi hasil belajar agar lebih meningkat.
Dalam Peratutan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat
masalah model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contectual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
maka perlu adanya media sebagai pembantu keberhasilan pembelajaran.
2.1.2 Problem Based Learning (PBL)
2.1.2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Menurut Duch (Sholikhin, 2007:6) menyatakan bahwa Problem based
learning (PBL) is an instructional model that challenges students to “learn to
learn”, working cooperatively in groups to seek solutions to real world problems.
These problems are used to engage student’s curiousity and initiate learning the
subject matter. PBL prepare students to think critically and analytically, and to
find and use appropriate learning resources.
Problem based learning (PBL) adalah satu model yang mengembangkan para
siswa “belajar untuk belajar”, bekerja dengan cara kerja sama di dalam kelompok
– kelompok untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata. Permasalahan
ini digunakan untuk menghubungkan pokok materi pelajaran terhadap rasa
keingintahuan siswa. Problem Based Learning mempersiapkan para siswa untuk
berpikir kritis dan secara analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan
sumber belajar yang sesuai.
11
Rumusan dari Dutch (Amir, 2010:21) Problem Based Learning (PBL)
merupakan metode instruksional yang menantang siswa/mahasiswa agar belajar
untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah
yang nyata.
Menurut Sanjaya (2006:212), Problem Based Learning (PBL) merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, Problem Based Learning (PBL)
didasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan
sekedar menghafal sejumlah fakta tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara
individu dengan lingkungannya. Melalui Problem Based Learning (PBL),
diharapkan siswa dapat berkembang di berbagai aspek baik kognitif, afektif
maupun psikomotor melalui penghayatan problema yang dihadapinya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian Problem Based Learning
penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:212),
Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah.
2.1.2.2 Langkah – langkah Implementasi Problem Based Learning (PBL)
Menurut Fogarty (Santyasa, 2008:5) proses pembelajaran dengan
pendekatan Problem Based Learning (PBL) dijalankan dengan 8 langkah, yaitu:
(1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta-
fakta, (4) menyusun dugaan sementara, (5) menyelidiki, (6) menyempurnakan
permasalahan yang telah didefinisikan, (7) menyimpulkan alternatif-alternatif
pemecahan secara kolaboratif, (8) menguji solusi permasalahan.
Anderson dan Mitchell (1993:52) menetapkan prosedur pelaksanaan
pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut: (1) Para siswa
mempresentasikan sebuah masalah. Dalam kelompoknya mereka mengorganisasi
ide dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang ada di alam nyata
12
(kehidupan), (2) Langkah berikutnya adalah diskusi, para siswa menampilkan
pertanyaan berkaitan dengan isu pembelajaran (learning issues) berkaitan aspek
masalah yang tidak mereka pahami. Learning issues ini direkam atau dicatat oleh
kelompok. Para siswa melanjutkan dengan mengidentifikasi pengertian yang
mereka ketahui, yang urgent serta yang tidak mereka ketahui, (3) Para siswa
mengurutkan masalah sesuai tingkat kepentingannya, learning issues digerakkan
dan dibahas dalam sesi ini. Berbagai pertanyaan, permasalahan akan
ditindaklanjuti oleh kelompok besar dan isu mana yang dapat menarik menyentuh
setiap individu, kemudian guru yang membimbing menulis di kelompoknya. Para
siswa dan instruktur selalu diskusi materi apa yang ingin dihubungkan kepada
learning issues, dan di mana mereka harus menyelesaikan. (4) Ketika para siswa
mengadakan pertemuan lanjutan, mereka mengeluarkan berbagai pendapat
learning issues, menggeneralisasikan dengan pengetahuan baru mereka dalam
konteks masalah (problem). Para siswa juga menyusun rangkuman pengetahuan
mereka dalam hubungannya konsep baru dengan yang lama. Mereka melanjutkan
ke pengertian learning issues yang baru seperti kelanjutan dari problem atau
masalahnya. Para siswa memandang bahwa pembelajaran ini adalah sebuah
proses dan mereka akan selalu mencari learning issues untuk diangkat. Agar
pembelajaran Problem Based Learning berjalan efektif maka guru dituntut
memiliki kecakapan khusus, disamping memahami metodologi pembelajaran
pada umumnya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Amir (2010:24) bahwa langkah proses
Problem Based Learning (PBL) dikenal dengan proses 7 langkah, guru harus siap
dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-
lain). Adapun langkah-langkahnya adalah: (1) mengklarifikasi istilah dan konsep
yang belum jelas, (2) merumuskan masalah, (3) menganalisis masalah, (4)
menganalisis gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam, (5)
memformulasikan tujuan pembelajaran, (6) mencari informasi tambahan dari
sumber yang lain (di luar diskusi kelompok). (7) mensintesia dan menguji
informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/dosen.
Dari paparan di atas mengenai langkah-langkah pembelajaran Problem
13
Based Learning (PBL) dalam penelitian ini sejalan dengan langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Amir (2010:24).
2.1.2.3 Ciri Utama dan Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Menurut Sanjaya (2006:212) ada tiga ciri utama pembelajaran Problem
Based Learning. Pertama: merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran; artinya
dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
Dalam pembelajaran Problem Based Learning menuntut siswa secara aktif terlibat
berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta
menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, atau
menghafal materi pemebelajaran. Kedua: Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi. Ketiga:
Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah. Proses berpikir
ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya cara berpikir
melalui tahapan – tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2003) disebutkan ciri utama
pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah
atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah
situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,
prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Tan (Amir, 2010:22) Karakteristik yang tercakup dalam proses
Problem Based Learning (PBL) adalah : (1) masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran, (2) biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia
nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured), (3) masalah biasanya
menuntut perspektif majemuk (multiple perspective), (4) masalah membuat
pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran
yang baru, (5) sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning), (6)
memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja,
(7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
14
Menurut Santyasa (2008:3) Problem Based Learning (PBL) memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu
permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan
dengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar
permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab
sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar
mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar
untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk
atau kinerja (performance).
Dari berbagai pendapat tentang ciri utama dan karakteristik Problem
Based Learning (PBL) penelitian ini sejalan dengan ciri utama yang dikemukaan
oleh Sanjaya (2006:212) dan karakteristik yang dikemukakan oleh Santyasa
(2008:3).
2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Menurut Endriani (2011) kelebihan Problem Based Learning (PBL)
adalah solving realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan
siswa, memupuk sifat inquiry siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk
kemampuan problem solving. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
adalah persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulitnya
mencari problem yang relevan, sering terjadi mis konsepsi, memerlukan waktu
yang cukup panjang.
2.1.3 Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Gagne
(Sadiman dkk, 2003:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Pendapat lain
tentang pengertia media juga dikemukakan oleh Briggs (Sadiman, 2003:6)
15
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar.
Asosiasi Pendidikan Nasional (Sadiman dkk, 2003:7) memiliki pengertian
yang berbeda, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audiovisual serta peralatannya.
Iswidayati (2010:2) secara lebih khusus memaparkan pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, foto
grafis, atau elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas penelitian ini
sejalan dengan pengertian media yang dikemukakan oleh Asosiasi Pendidikan
Nasional (Sadiman dkk, 2003:7).
2.1.3.1 Manfaat Media Dalam Pembelajaran
Media pembelajaran dapat membantu memotivasi dan semangat siswa
dalam proses belajar, membuat siswa menjadi senang mengikuti pembelajaran dan
kemudian akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Menurut Iswidayati (2010:14) media memiliki peran sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Media berfungsi menjembatani antara guru dan siswa
dalam rangka menyampaikan materi bahan ajar, membantu siswa memahami
bahan ajar dan menfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Menurut Brown (Iswidayati, 2010:2) media pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Hamalik (1986:13) berpendapat bahwa kemajuan teknologi modern adalah
salah satu faktor yang turut menunjang usaha pembaharuan.
Peranan teknologi sudah sedemikian menonjolnya, terutama pada
masyarakat dari negara-negara yang telah berkembang. Pemerintah dan
masyarakat memberikan perhatian secara maksimal, karena masyarakat dinegara
berkembang telah menyadari peranan dan fungsi teknologi itu bagi kehidupan.
Masyarakat dinegara berkembang telah sampai pada taraf pemikiran yang tinggi
dan telah melaksanakan dalam dunia pendidikan di sekolah, dan telah yakin
16
bahwa untuk hidup dalam masyarakat yang modern harus dimulai dari pendidikan
di sekolah.
Bermacam-macam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran
untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya
digunakan alat bantu visual semata.
Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, karena itu diperlukan
kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupan
menjalankan peranannya sebagai guru : pengajar, pembimbing, administrator, dan
sebagai pembina ilmu. Salah satu segi dari kemampuan itu, ialah sejauh manakah
guru menguasai metodologi media pembelajaran dalam dunia pendidikan di
sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan
perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran. Hamalik (1986:15) menyebutkan bahwa
pengetahuan ini meliputi, diantaranya sebagai berikut :
(1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-
mengajar (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (3) tentang
proses-proses belajar (4) hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan
(5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran (6) memilih dan
menggunakan media pendidikan (7) berbagai jenis alat dan teknik media
pendidikan (8) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan (9) usaha
inovasi dalam media pendidikan.
Menurut Encyclopedia of Educational Research (Hamalik, 1986:27)
manfaat media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
(1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir dan oleh karena itu
mengurangi verbalisme (2) memperbesar perhatian siswa (3) meletakkan dasar-
dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat
pelajaran lebih menetap (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa (5) menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan konkret, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup
17
(6) membantu tumbuhnya pengertaian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa (7) memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih dalam serta
keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian tentang manfaat-manfaat media pembelajaran di atas,
penelitian ini diharapkan sejalan dengan manfaat media pembelajaran yang
dikemukakan oleh Iswidayati (2010:14).
2.1.3.2 CD Interaktif
Dalam setiap pembelajaran sebaiknya guru menggunakan media, karena
dengan menggunakan media diharapkan anak akan lebih tertarik bila
dibandingkan dengan yang tidak menggunakan media, apalagi banyak sekolah
yang telah menerima bantuan dari pemerintah khususnya CD interaktif. CD
interaktif merupakan salah satu media interaktif yang terilang baru. Media ini
merupakan pengembangan dari teknologi internet yang akhir-akhir ini
berkembang pesat. Sebagaima dimaklumi bahwa teknologi saat ini menjadi tolok
ukur majunya suatu perusahaan.
CD interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format
multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD dengan tujuan aplikasi interaktif
didalamnya. Tim Medikomp (Parno, 2010:17) mengungkapkan CD ROM (Read
Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat
menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD dan CD Interaktif adalah
media baru yang telah dirancang dan dibuat dengan memanfaatkan teknologi
computer, kemudian dijadikan dalam bentuk compact disk (CD) biasanya berupa
CD interaktif yang dalam penyampain materi aka lebih terorganisasi, bersemangat
dan hidup, serta memudahkan guru dan siswa untuk melakukan proses belajar
mengajar, selain itu dalam mempelajarai materi dan berlatih soal-soal matematika
menggunakan CD interaktif memungkinkan siswa untuk dapat belajar dan berlatih
dalam suasana menyenangkan CD interaktif adalah CD pembelajaran yang
mempunyai tugas memberi informasi, didalamnya terdapat tombol-tombol yang
bisa menuju ke fasilitas lainya. Menurut Sadiman dkk (2003:280) CD interaktif
18
sebagai Media Pembelajaran CD merupakan sistem penyimpanan informasi
gambar dan suara pada piringan atau disc.
Dari pengertian CD Interaktif yang telah dipaparkan di atas penelitian ini
sejalan dengan pengertian CD Interaktif yang dikemukakan oleh Sadiman dkk
(2003:280).
Penelitian ini menggunakan CD interaktif sebagai media pembelajaran
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. CD interaktif dapat
menampilkan :
1) Teks
Teks merupakan suatu bantuan yang bermanfaat bagi pembelajaran.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teks antara lain :
a) Kepengarangan (authorship), terjadinya ketepatan ilmiah dan kesesuaian
penggunaan untuk peserta didik SD dalam arti minat dan daya tariknya,
tingkat keterbatasan untuk setiap kelas atau dasar kurikulum
b) Penggarapan isi mendapat perhatian yang cukup besar mengenai kedalaman
konsep-konsep yang pentig, bukan hanya diskriptif fakta yang sangat banyak-
banyak saja atau berupa buku cerita
c) Formal dan penampilan umum
d) Organisasi, terjamin keharmonisan antara program kurikuler dengan program
instruksional yang dilaksanakan dalam praktek
e) Materi visual terjamin keragaman, ilustrasi dalam jumlah yang cukup dan
pantas.
2) Gambar
Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam
bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran Menurut Hamalik
(1986:43). Sedangkan menurut Sadiman dkk (2003:28): Media grafis visual
sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari
sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.
Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi
visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses
penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.
19
Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta
yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar
termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.
3) Suara
Suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair,
padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu
bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal,
tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau
frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi
dengan pengukuran dalam desibel.
4) Video
Menurut Natael (Setiyono, 2011:12) Video adalah media yang dirancang
secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam
pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga
program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara
lebih mudah dan menarik.
Media CD Interaktif mampu memotivasi belajar siswa sesuai dengan
kemampuannya dan mengorganisasi materi menjadi suatu pola yang bermakna
serta menciptakan iklim belajar yang efektif bagi siswa yang lambat dan memacu
efektivitas belajar.
Menurut Sudjana (Setiyono, 2011:15) beberapa keuntungan yang didapat
dengan penggunaan CD interaktif pembelajaran dalam bentuk video/film, antara
lain:
1) Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri.
2) Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang kompetitif
dan dapat diulang-ulang.
3) Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak kompleks
yang sulit dilihat dengan mata.
20
4) Video dapat diproses maupun dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang
pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan data diperbesar.
5) Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda
diputar dalam waktu bersama.
6) Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan,
promosi suatu produk, interview, dan menampilkan suatu percobaan yang
berproses.
2.1.4 Metode Pembelajaran Mekanistik
Dalam Treffer (Evrieta, 2010:21) mengatakan metode matematika
mekanistik merupakan metode yang didasarkan pada apa yang diketahui dari
pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks). Dalam
metode ini siswa dianggap komputer atau mesin. Dalam metode matematika
mekanistik proses pembelajaran cenderung dipisahkan dan tidak terjadi kegiatan
siswa berupa proses bermatematika secara horizontal dan vertical.
Menurut Suryanto (Evrieta, 2010:21) metode matematika mekanistik yaitu
metode matematika yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal.
Karakteristik metode mekanistik dalam pembelajaran matematika menurut
Treffer (Evrieta, 2010:23) adalah sebagai berikut yang pertama adalah belajar
bukan sebagai proses konstruksi melainkan proses reproduksi. Kedua proses
belajar tidak mengenal tahap-tahap formalisasi, sehingga tidak ada jembatan
antara kegiatan berkonteks yang informal dan pelajaran formal. Ketiga refleksi
siswa kurang diperhatikan. Keempat pelajarn bersifat individual, tidak
mengandung konteks sosial dan interaksi. Kelima keterkaitan antara materi
matematika dan keterkaitan dengan realitas kurang ditekankan.
Dari paparan tentang metode pembelajaran mekanistik yang telah
dipaparkan di atas, penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Suryanto (Evrieta, 2010:21).
21
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian Astuti (2007) yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi
Datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
siklus I belum menunjukkan hasil yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar,
oleh karena itu dilakukan siklus II. Pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan antara lain: Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa
dengan prosentase ketuntasan klasikal 76,19% denagn nilai rata-rata kelasnya
76,36 dan pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas adalah 35 siswa dengan
prosentase ketuntasan klasikal 88,1% dengan nilai rata-rata kelasnya 81,7 %.
Penelitian Putro (2010) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Surakarta pada Mata
Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini menyatakan
bahwa Sebelum diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
keaktifan siswa masih rendah terlihat dari keaktifan siswa pada aspek visual
activities 35,49%, oral activities 22,58%, listening activities 41,94%, dan writing
activities 45,16%. Penelitian siklus I diperoleh peningkatan hasil keaktifan pada
aspek visual activities 48,39%, oral activities 45,16%, listening activities 54,84%
dan writing activities 58,09%. Penelitian siklus II diperoleh peningkatan hasil
keaktifan siswa pada aspek visual activities 74,19% , oral activities 67,73%,
listening activities 77,41% dan writing activities mencapai 70,96%. Sedangkan
nilai rata-rata kelas sebelum diterapkan metode pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah 60,4. Siswa yang sudah tuntas sebesar 51,6% atau 16
siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 48,4% atau 15 siswa. Pada
prestasi belajar siswa siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71,90 dan 76,32 pada
siklus II. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebesar 77,42% atau
24 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 22,58% atau 7 siswa. Pada
pelaksanaan siklus II siswa yang sudah tuntas sebesar 87,09% atau sebanyak 27
22
siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 12,91% atau sebanyak 4 siswa.
Penelitian Parno (2010) yang berjudul “Penggunaan CD Interaktif untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III Pada Pembelajaran IPA Materi
Ciri-Ciri Makhluk Hidup di SD 02 Gumelar Semester I Tahun Pelajaran
2009/2010”. Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar
dengan pembelajaran menggunakan media CD interaktif. Hail ini ditunjukan
dengan peningkatan pencapaian rata-rata hasil prestasi belajar siswa, dimana rata-
rata pada kondisi awal adalah 61,09 dilanjutkan dengan rata-rata siklus I sebesar
64,78 dan rata-rata siklus II yaitu 84,35.
Penelitian Setiyono (2011) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan CD
Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Bangun Ruang
Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 SD Sidorejo Lor 01 Salatiga.
Hasil dari penelitian ini ditunjukkan oleh nilai t sebesar 6,956 dengan probabilitas
yang signifikannya 0,000 < 0,05. Maka terdapat perbedaan yang signifikan antara
pembelajaran yang menggunakan CD pembelajaran Matematika dan pembelajaran
konvensional. Ini dilihat dari perbedaan rata-ratanya besar 16.52174. Hal ini
berarti penggunaan CD pembelajaran Matematika berpengaruh terhadap hasil
belajar di SD Sidorejo Lor 01 Salatiga.
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika seringkali menggunakan metode pembelajaran
yang berupa ceramah/penjelasan, dan kemudian diberi contoh serta tugas.
Pembelajaran matematika ini berpusat pada guru, dan tanggung jawab serta
kekuasaan dalam pembelajaran sepenuhnya berada di tangan guru. Menurut Nur
(Evrieta, 2010:22) mengatakan bahwa pendidikan matematika di Indonesia pada
umumnya masih berada pada pendidikan matematika konvensionalyang banyak
ditandai oleh strukturalistik da mekanistik. Guru merupakan sumber informasi dan
siswa menjadi pasif. Hal yang dilakukan siswa adalah menerima, mencatat, dan
menghafalkan materi yang diberikan guru serta mengerjakan soal-soal latihan.
Pembelajaran yang demikian lebih mementingkan penguasaan akademik dan
kurang memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika. Selain itu,
23
Diharapkanmeningkatnya hasil
belajar matematika siswa
pembelajaran yang demikian belum menanamkan dan mengajarkan konsep
matematika sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-
konsep matematika yang dapat berdampak pada hasil belajar matematika siswa
yang rendah. Menurut Sanjaya (2006:212), Problem Based Learning (PBL)
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Metode pembelajaran Problem
Based learning (PBL) diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) yang
memanfaatkan media CD Interaktif, diharapkan mampu membuat siswa aktif
dalam pembelajaran, dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika dan akhirnya diharapkan membuat hasil belajar menjadi lebih baik
dari pada pembelajaran yang menggunakan metode mekanistik. Adapun bagan
kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Pembelajaran yangberpusat pada gurumembuat siswa tidak aktifdalam pembelajaran
Rendahnya hasil belajar
Metode Problem BasedLearning (PBL) yangmemanfaatkan media CDInteraktif
Siswa lebih aktif dandapat memotivasi siswadalam mengikutipembelajaran
24
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis awal dirumuskan sebagai
berikut:
a. Hipotesis Deskriptif
Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V
menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) yang memanfaatkan media
CD Interaktif dengan metode mekanistik.
b. Hipotesis Statistik
Secara statistik hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
H0 : µeksperimen = µkontrol
Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas
V menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) yang memanfaatkan
media CD Interaktif dengan metode mekanistik.
H1 : µeksperimen ≠µkontrol
Ada perbedaaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V
menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) yang memanfaatkan media
CD Interaktif dengan metode mekanistik.
top related