bab ii kajian pustaka -...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana, 2011 : 22. Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart Kingsley dalam bukunya menurut Nana Sudjana, (2011 : 22) dibedakan menjadi tiga macam kemampuan (hasil belajar) yaitu : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar (kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat dari dua sisi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999). Ia memandang dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari beberapa keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah Hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang didapat dari skor perolehan siswa dari pengamatan menyimak, diskusi, kerja lapangan, presentasi, serta tes formatif dengan menggunakan alat penilaian yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah tes diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat

Upload: nguyenanh

Post on 20-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, 2011 : 22. Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Pengalaman belajar ini akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart

Kingsley dalam bukunya menurut Nana Sudjana, (2011 : 22) dibedakan menjadi

tiga macam kemampuan (hasil belajar) yaitu : (1). Keterampilan dan kebiasaan,

(2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar

(kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat

dari dua sisi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999).

Ia memandang dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dari beberapa keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah Hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk

mencapai kompetensi yang didapat dari skor perolehan siswa dari pengamatan

menyimak, diskusi, kerja lapangan, presentasi, serta tes formatif dengan

menggunakan alat penilaian yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah

tes diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses

belajar mengajar berlangsung.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

6

untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,

kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat

relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Menurut Cangelosi

(1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu proses

pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi

yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir

prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,

mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan

menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium,

dan merasakan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua

karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut

suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan

pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu

hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi

pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang

dihasilkan adalah data kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,

perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan

instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes,

lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk

mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan

berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) siswa (Endang Purwanti, 2008). Teknik yang dapat

digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan menggunakan teknik tes dan non tes, antara lain:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

7

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek

tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi (Endang Poerwanti, dkk. 2008).

Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru

untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan

prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi,

1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal

dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi

siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar

(2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan.

Jadi kesimpulan dari pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dan menggunakan langkah – langkah dan kriteria -

kriteria yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah teknik tes menurut (Endang

Poerwanti, 2008) :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam halsoal maupun jawabannya

2. Tes LisanPada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)

semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memilikirambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari teslisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dariinstrumen asesmen yang lain.

3. Tes Unjuk KerjaPada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai

indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esai (Essay-type Test)Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinyadengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban PendekTes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapimemberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-katapendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

8

3. Tes objektifTes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang

diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering puladisebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektifdan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspekkognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu:

1. ObservasiObservasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapatdilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumenyang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajarsiswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpamenggunakan instrumen.

2. WawancaraWawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yangdiberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspekkepribadian siswa.

3. Task Analysis (Analisis Tugas)Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas danmenyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftarkomponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

4. Komposisi dan PresentasiSiswa menulis dan menyajikan karyanya.

5. Proyek Individu dan KelompokMengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakanuntuk individu maupun kelompokKetercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang

dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan

dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila

cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran

dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan

instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala

sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai

alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun

kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

9

siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan

presentasi.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-

kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau

matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik

atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang

kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman

menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Dalam menyusun kisi-kisi

soal menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan bahwa

Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal

yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus

memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi

dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan

jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll

(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

(C6).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

10

2.1.2 Action Learning

Dari beberapa ribu metode ilmiah evolusi intelektual manusia telah

mempertahankan agar kehidupanya tetap pada level yang bermutu, salah satunya

adalah Action learning menurut Dr. Antony Hii seorang penggiat Action Learning

dari serawak menyimpulkan bahwa Action Learning adalah metode alternative

untuk melengkapi metode-metode peningkatan sumber daya manusia yang

menggunakan konsep baku diseluruh dunia melalui kurikulum klasikal (Action

Learning Sebuah Antisipasi Songsong Masa Depan « kalipaksi dot com.htm).

(Revans, 1980) Action Learning memiliki formula L = P + Q (L untuk learning, P

untuk program knowledge, Q untuk the questioning proces ).

Pepatah mengatakan bahwa ”pengalaman adalah guru yang paling baik”.

Maka hal yang sama telah dikemukakan oleh Confusius beberapa abad lalu ”what

i hear, i forget, what I hear and see, I remember a little, what I hear, see and ask

questions about or discus wuth some one else, I begin to understand, what I hear,

see, discus, and I do, I acquire knowledge and skill, what I teach to another, I

master”. Jika pernyataan Confusius tersebut dikembangkan secara sederhana,

maka akan didapat suatu cara belajar berupa cara belajar dengan cara mendengar

akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara

mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan

cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan

dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbaik adalah dengan

mengerjakan. Dengan mengalami materi belajar secara langsung, diharapkan

siswa dapat lebih membangun makna serta kesan dalam memori atau ingatannya.

Seperti halnya proses pembelajaran kontekstual yang menghubungkan dan

melibatkan siswa dengan dunia nyata, model ini pun lebih mengedepankan model

connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata),

dengan demikian pembelajaran dianggap sebagai bagian integral dari sebuah

kehidupan.

Action learning didasarkan pada pemahaman bahwa

orang belajar terbaik dari terlibat dengan masalah kehidupan nyata dan kemudian

mencerminkan pada apa yang terjadi sebagai akibat dari tindakan mereka dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

11

mengapa tindakan itu atau apakah tidak tepat. Action learning merupakan salah

satu strategi dari banyaknya strategi belajar aktif, ada sekitar 101 strategi

mengajar oleh Mel.Sibelmen. Action learning adalah belajar sambil berbuat,

bertindak dan bermain sesuai dengan kematangan dan perkembangan fisik dan

psikologis anak disajikan secara atraktif, kreatif dan aman. Action learning juga

belajar tindakan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami dari dekat

suatu kehidupan nyata yang menyetting aplikasi topik dan isi yang dipelajari atau

didiskusikan di kelas. Penelitian di luar kelas menempatkan mereka dalam mode

penemuan dan memudahkannya menjadi kreatif dalam mendiskusikan

penemuannya kepada kelas. Keindahan aktivitas ini adalah bahwa ia dapat

digunakan dengan subjek atau aplikasi apapun.

Tahapan pelaksanaan langkah-langkah Action Learning disebutkan olehRevans (1969) dalam marquadt (2009) dalam Siti Zuhrotun Nisa (2009) adalahsebagai berikut : 1) clarify the objectives 2) group information 3) analyze theissues 4) presents the problem 5) determine goal 6) develop action 7) strategies 8)take action 9) presents the result. Revans menyebutkan langkah-langkah actionlearning sebagai berikut: 1) memperjelas tujuan informasi 2) berkelompok 3)menganalisis masalah 4) menyajikan masalah 5) menentukan tujuan 6)mengembangkan tindakan 7) strategi 8) mengambil tindakan 9) menyajikan hasil.

Revans (1969) dalam CLN editor’s team (2009) menyatakan bahwa “a

process for bringing together a group of people with varied levels of skills and

experience to analyze an actual work problem and develop an action plan”.

Proses untuk membawa bersama-sama sekelompok orang dengan mengintepretasi

tingkat keahlian dan pengalaman untuk menganalisis yang sebenarnya

pemasalahan bekerja dan mengembangkan rencana aksi (terjemahan bahasa

Indonesia dari sederet.com). Sedangkan menurut Mel.Sibelmen menyatakan

bahwa belajar adalah mengalami tindakan nyata atau menyeting kedalam situasi

yang nyata didalam kelas dan keindahan aktivitas ini adalah bahwa action

learning dapat digunakan dengan subjek atau aplikasi apapun.

Tahapan pelaksanaan langkah-langkah Action Learning menurut Mel Siberman

(2004:190-191) adalah sebagai berikut :

1) Penjelasan awal kepada siswa tentang topik dengan memberikan latarbelakang informasi melalui pelajaran yang didasarkan pada ceramah yangsingkat dan diskusi ( menyajikan gambar/foto tentang lingkungan hidup).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

12

2) Menjelaskan bahwa mereka akan diberi kesempatan untuk mengalamitopik itu secara langsung dengan mengadakan perjalanan lapangan (fieldtrip) pada setting kehidupan nyata.

3) Mengelompokan kelas menjadi beberapa kelompok empat atau lima danmeminta siswa mengembangkan daftar pertanyaan dan atau hal-halkhusus yang seharusnya mereka cari selama “perjalanan lapangan”nya.

4) Perintahkan sub-kelompok tersebut untuk memaparkan pertanyaan-pertanyaan atau daftar barang-barang dan menyampaikannya kepada kelaslain.

5) Kelas kemudian akan mendiskusikan barang-barang dan mengembangkandaftar umum bagi setiap orang untuk digunakan.

6) Mengunjungi salah satu tempat untuk diobservasi7) Diberikan pertanyaan-pertanyaan dan biarkan mereka sendiri

membandingkan dengan kelompok lain.8) Siswa diharuskan untuk menyampaikan penemuannya di depan kelas.

Demikian Mel.Sibelmen mendeskripsikan langkah-langkah action

learning, sedangkan menurut Skipton Leonard, action learning adalah sebuah

proses yang melibatkan sekelompok kecil bekerja pada real masalah , mengambil

tindakan, dan belajar sambil berbuat demikian.

Langkah-langkah action learning menurut Skipton Leonard, (2007).sebagai berikut : 1) Project, challenge, task, or problem 2) Group of 4-8 peoplewith diverse perspectives 3) Reflective questioning and listening 4) DevelopingStrategies and taking action 5) Commitment to learning 6) Action learning coach.Proyek, tantangan, tugas, atau masalah 2) kelompok 4-8 orang dengan perspektifyang beragam 3) mempertanyakan reflektif dan mendengarkan 4)mengembangkan strategi dan mengambil tindakan 5) komitmen untuk belajar 6)tindakan belajar.

Revans, menyebutkan proses untuk membawa bersama-sama sekelompok

orang dengan mengintepretasi tingkat keahlian dan pengalaman untuk

menganalisis yang sebenarnya pemasalahan bekerja dan mengembangkan rencana

aksi. Menurut Mel. Sibelmen menyatakan bahwa belajar adalah mengalami

tindakan nyata atau menyetting kedalam situasi yang nyata didalam kelas dan

keindahan aktivitas ini adalah bahwa action learning dapat digunakan dengan

subjek atau aplikasi apapun. Sedangkan teori menurut Skipton sebuah proses yang

melibatkan sekelompok kecil bekerja pada real masalah , mengambil tindakan,

dan belajar sambil berbuat demikian/ action. Dari ketiga langkah-langkah tersebut

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

13

terlihat langkah-langkah Mel.Sibelmen lebih mudah untuk dipahami karena lebih

rinci dalam mendeskriptifkan langkah-langkah.

Dengan melihat teori-teori action learning yang pada dasarnya untuk

membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan siswa belajar bukan hanya

mendengarkan saja, tetapi berperan aktif dalam keikutsertaanya untuk belajar.

Guru disini menjadi fasilitator, yang memfasilitasi siswa untuk belajar

menemukan apa yang dipelajarinya, semuanya terangkum dari modifikasi

langkah-langkah berikut:

a. Penjelasan tentang tugas.

b. Membentuk kelompok sesuai tugas.

c. Identifikasi masalah.

d. Menetapkan tujuan.

e. Menetapkan action.

f. Melaksanakan action.

g. Membuat laporan.

h. Presentasi.

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.3.1 Hakekat Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial adalah program pendidikan yang

mengintergrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Ilmu pengetahuan sosial lahir dari pakar pendidikan untuk membekali para siswa

supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas

kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga.

Perkembangan seperti itu dapat membawa dampak berbagai dampak yang luas.

Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali

disebut masalah sosial. Para peserta didik nantinya harus menghadapi gejala-

gejala seperti itu.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/ MI/ SDLB sampai SMP/ MTs/ SMPLB. IPS juga

merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

14

ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk kepentingan pengajaran kepada siswa. IPS

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS yang diberikan pada jenjang SD/MI memuat

materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Peserta didik diharapkan dapat

menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta

warga dunia yang cinta damai.

2.1.3.2 Ruang Lingkup IPS

Ruang Lingkup IPS mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Manusia, tempat dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi ini dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan

mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan

berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Serta memiliki

tujuan sebagai berikut :

Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan

sosial.

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

Memiliki memampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang standar

dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

15

Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara

nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk

mata pelajaran IPS yang diitujukan bagi bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui

tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS Kelas IV

Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan

ekonomi, dan kemajuan

teknologi di lingkungan

kabupaten/kota dan

provinsi

1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan

dengan sumber daya alam dan potensi lain di

daerahnya

2. Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya

4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Siti Zuhrotun Nisa. 2009. Peningkatan Partisipasi Siswa Kelas XI SMAN

2 Sukoharjo Dalam Pembelajaran Biologi Melalui Action Learning Untuk

Menstimulasi Kecerdasan Logis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)

peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui action learning

untuk menstimulasi kecerdasan logis pada pokok bahasan Sistem Reproduksi. 2)

peningkatan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran biologi melalui action

learning untuk menstimulasi kcerdasan logis pada pokok bahasan Sistem

Reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

16

Action Research) dengan desain penelitian yang terdiri dari dua siklus dan tiap

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo yang

berjumlah 38 orang. Pengumpulan data dilaksanakan dengan angket, observasi

dan wawancara. Data yang terkumpul disusun dalam bentuk tabel dan grafik dan

selanjutnya dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis kualitatif. Analisis kualitatif mendeskripsikan data hasil angket,

observasi dan wawancara selama pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian

membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hal ini didasarkan pada hasil

angket, observasi dan wawancara. Rata-rata nilai persentase capaian setiap

indikator dari angket partisipasi siswa untuk siklus 1 76,79% dan siklus 2 77,74%.

Sedangkan rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator yang didapatkan dari

hasil observasi untuk siklus 1 sebesar 62,14% dan siklus 2 89,47%. Penguasaan

konsep siswa yang dilihat dari ketuntasan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

pada siklus 1 sebesar 81,58% dan pada siklus 2 sebesar 100%, meningkat sebesar

18,42%. Hasil wawancara menunjukkan 27 orang siswa menyatakan bahwa

optimalisasi kecerdasan logis melalui penerapan metode action learning dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Kelebihan dalam

penelitian ini meningkatkan partisipasi aktif siswa dan pemahaman penguasaan

konsep siswa dalam pelajaran biologi. Kekurangan dalam penelitian ini

membutuhkan waktu khusus untuk wawancara secara individu dengan siswa.

Win Aung, B.Ed., M.A. (Ed.). in partial fulfillment of the award of Doctor

of Education 2009. Participatory Action Learning: an Approach to Generative

Curriculum Development of Parenting Education Programmes. Studi ini

membahas suatu pendekatan di mana para profesional bekerja dengan orang

dalam masyarakat untuk pengembangan program pendidikan orang tua untuk ibu

untuk meningkatkan praktik perawatan anak usia dini mereka. Fokus dari

Penelitian adalah proses pengembangan kurikulum generatif, menerapkan

partisipatif dan dialogis pedagogis prinsip dan praktek yang memfasilitasi

pemberdayaan dan pembelajaran emansipatoris dalam pendidikan orang tua

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

17

program. Dengan demikian, tinjauan literatur berkaitan dengan dua bidang: yang

pertama adalah pada konsep dan praktek perawatan anak usia dini dan

pembangunan dengan beberapa highlights pada pendidikan orang tua, dan yang

kedua pada teori dan praktek pemberdayaan dan pendidikan orang dewasa

emansipatoris dengan mengacu pada pendekatan Pengembangan Kurikulum

generatif untuk berbaur pengetahuan lokal dan pengetahuan akademik profesional

pada anak usia dini perawatan dan pengembangan.

Karena fokus penelitian adalah proses untuk perubahan di penitipan anak

praktek ibu serta praktek pedagogik dari orang dewasa pendidik, penelitian aksi

partisipatif dianggap sebagai yang sesuai metodologi penelitian dan pembelajaran

tindakan partisipatif sebagai pembelajaran yang pendekatan. Ada dua lingkaran

tindakan belajar terlibat dalam penelitian ini: pendidikan pengasuhan tindakan

belajar lingkaran dan tindakan pedagogik belajar lingkaran. Parenting lingkaran

tindakan belajar ditangani dengan peningkatan awal praktek perawatan anak dari

ibu sedangkan tindakan pedagogik belajar lingkaran dieksplorasi praktek

pedagogik lebih efektif dari orang tua pendidik. Data dikumpulkan dari kedua

lingkaran dan analisis data dilakukan secara kontinyu dan progresif, bersama

dengan siklus berulang tindakan pembelajaran partisipatif dengan menggunakan

metode komparatif konstan berdasarkan pada metodologi grounded theory (Glaser

& Strauss, 1967). Kelebihan penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat

tentang perawatan anak usia dini, proses perubahan di penitipan anak dan praktek

ibu serta praktek pedagogik dari orang dewasa. Kekurangan penelitian ini

memerlukan waktu yang sangat lama dan membutuhkan data yang kontinyu dan

tindakan progresif bersama dengan siklus berulang untuk melakukan penelitian.

Karena penelelitian ini memakai banyak koresponden untuk diteliti, jadi

diperlukan keuletan dan kedisiplinan dalam penelitian.

Mackay, S. 2002, Interprofessional education: an action learning approach

to the development and evaluation of a pilot project at undergraduate level , PhD

thesis, University of Salford, UK. Tesis ini menggunakan pendekatan

pembelajaran tindakan untuk mencapai dua tujuan. Pertama untuk

mengembangkan pengetahuan penulis penelitian dan metode penelitian dan kedua

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

18

untuk merancang, menyampaikan dan mengevaluasi pendidikan interprofessional

(IPE). Modul IPE sarjana dirancang menggunakan Teori Korespondensi dan

disampaikan, pada bulan Februari 1999, untuk mahasiswa tingkat akhir

kebidanan, terapi keperawatan, pekerjaan dan radiografi melalui pendekatan

pembelajaran berbasis masalah. Pengalaman IPE dievaluasi dalam dua tahap.

Tahap satu adalah evaluasi positivis / post-positivis dan menggunakan pendekatan

kuasi-eksperimental. Kuesioner mengukur persepsi peran, subyek dan

pengetahuan keterampilan yang satu profesi yang lain mengenai profesi dan

antusiasme peserta untuk IPE. Wawancara kelompok pra dan pasca modul dengan

staf dan siswa juga dilakukan. Tahap dua adalah 1-tahun tindak lanjut dari

persepsi siswa tentang pengalaman mereka pada modul dan menggunakan

pendekatan interpretivist. Data ini wawancara dianalisis dari perspektif

fenomenologis. Tahap satu hasil menunjukkan beberapa perbedaan statistik yang

signifikan untuk beberapa item kuesioner tetapi sedikit lebih dari yang diharapkan

secara kebetulan. Wawancara dan belajar data indeks menunjukkan bahwa siswa

telah belajar tentang subjek pengetahuan profesi lain dengan semua siswa

dikombinasikan belajar paling banyak tentang subjek pengetahuan untuk perawat.

Kebidanan terungkap sebagai profesi bahwa siswa telah belajar paling banyak

tentang pengetahuan keterampilan. Ada perbedaan signifikan secara statistik

antara antusiasme profesi 'untuk IPE dengan radiografi yang paling antusias.

Tahap dua menemukan beberapa tema termasuk faktor yang memiliki efek

merugikan pada kerja interprofessional (IPW), efek positif dari modul pada

praktek dan pandangan positif dan negatif dari IPE. Saya pribadi condong

membuat saya bertanya pendekatan yang lebih luas untuk penelitian dan

mengembangkan pemahaman saya tentang paradigma penelitian. Saya

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam penelitian kualitatif dan

diperbaiki saya wawancara dan keahlian analisis. Masa depan pendidikan

multiprofessional positif di kedua fakultas dan tingkat NHS dan saya

menyimpulkan bahwa ada kebutuhan untuk bentuk beragam IPE termasuk

pengiriman dalam konteks klinis. Penelitian di masa depan dalam hasil IPE harus

menggunakan paradigma kualitatif.). Kelebihan penelitian ini Pertama untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

19

mengembangkan pengetahuan penulis penelitian dan metode penelitian dan kedua

untuk merancang, menyampaikan dan mengevaluasi pendidikan interprofessional

(IPE). Kekurangan penelitian ini adalah Tahap satu adalah evaluasi positivis /

post-positivis dan menggunakan pendekatan kuasi-eksperimental. Kuesioner

mengukur persepsi peran, subyek dan pengetahuan keterampilan yang satu profesi

yang lain mengenai profesi dan antusiasme peserta untuk IPE. Wawancara

kelompok pra dan pasca modul dengan staf dan siswa juga dilakukan. Tahap dua

adalah 1-tahun tindak lanjut dari persepsi siswa tentang pengalaman mereka pada

modul dan menggunakan pendekatan interpretivist, memerlukan waktu yang lama

dan harus banyak menganalisis data.

Heliyah, 2011. Penerapan Strategi Action Learning Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berkomunikasi Ilmiah Pada Materi Pertumbuhan dan

Perkembangan di Kelas VIII SMP NEGERI 6 SURAKARTA Tahun 2010/2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Action

Learning dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi ilmiah. Melalui

setrategi ini siswa memperoleh kesempatan untuk lebih berkembang. Siswa

semakin aktif dan terlibat dalam diskusi dan praktikum. Keterlibatan siswa dalam

pembelajaran membuat pemahaman materi meningkat. Pengalaman langsung

memberi kepercayaan pada siswa untuk mengungkapkan pikirannya, menjadi

lebih terampil dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

Peningkatan keterampilan berkomunikasi ilmiah siswa dapat dilihat melalui hasil

angket dan observasi. Persentase akhir capaian setiap indikator dari angket

keterampilan berkomunikasi ilmiah siswa saat pra siklus sebesar 66,39%, siklus I

sebesar 76,30% dan siklus II sebesar 81,34%. Persentase akhir capaian setiap

indikator dari observasi keterampilan berkomunikasi ilmiah siswa saat prasiklus

sebesar 15,33%, siklus I sebesar 56,36%, dan siklus II sebesar 75,13%. Kelebihan

dalam penelitian ini adalah meningkatkan ketrampilan berkomunikasi ilmiah dan

siswa semakin aktif dalam pemahaman materi untuk mengungkapkan pikirannya

menjadi lebih terampil dalam berkomunikasi. Kekurangannyadalam penelitian ini,

mengukur ketrampilan berkomunikasi yang hanya dilihat melalui angket saja

dirasa masih kurang.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

20

Astri Astuti. K4305006. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas

Maret Surakarta. “Peningkatan Partisipasi dan Motivasi Belajar Biologi Melalui

Action Learning Pada Siswa Kelas X.6 SMAN 5 SURAKARTA Tahun Pelajaran

2009/2010”. Skripsi. 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Action

Learning, siswa dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar biologi.

Peningkatan partisipasi dan motivasi belajar biologi dapat dilihat melalui hasil

angket, observasi dan wawancara. Persentase akhir capaian setiap indikator dari

angket partisipasi pada prasiklus sebesar 65,39%, siklus I sebesar 70,93%, siklus

II sebesar 78,17%. Persentase akhir capaian setiap indikator dari observasi

partisipasi pada prasiklus 64%, siklus I sebesar 70,8%, siklus II 79,2%. Persentase

akhir capaian setiap indikator dari angket motivasi belajar pada prasiklus sebesar

67,83%, siklus I sebesar 73,4%, siklus II sebesar 77,45 Persentase akhir capaian

setiap indikator dari observasi motivasi belajar pada prasiklus 67,1%, siklus I

sebesar 72,36%, siklus II 77,27%. Rata-rata nilai ulangan harian siswa pada

prasiklus sebesar 59,44, siklus I sebesar 67,52, siklus II sebesar 75,84.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Action Learning, siswa mampu

meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar biologi pada kelas X.6 SMA Negeri

5 Surakarta. Kelebihan dalam penelitian ini, peningkatan partisipasi aktif dan

motivasi belajar biologi siswa. Kekurangan penelitian ini variabel dalam

penelitian ini mungkin perlu ditambah variabel hasil belajar, karena ada rata-rata

ulangan harian siswa yang diteliti.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

21

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran konvensional/biasa yang diajarkan menyebabkan siswa yang

hanya 80% mendengarkan dan tanpa mau mengungapkan pendapat menyebabkan

mengantuk karena guru menyampaikan materi hanya dengan ceramah saja dan

akhirnya proses berpikir abstrak ke konkret menyebabkan hasil belajar rendah.

Berpijak bahwa asumsi belajar adalah mengalami sesuatu. Proses belajar

adalah berbuat, bereaksi, mengalami serta, menghayati situasi-situasi yang

sebenarnya dan dengan serius terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan

yang nyata bagi siswa sehingga akhirnya siswa mendapatkan pengalaman sebagai

kompetensi. (Revans, 1980) Action Learning memiliki formula L = P + Q (L

untuk learning, P untuk program knowledge, Q untuk the questioning proces ).

Seperti halnya proses pembelajaran kontekstual yang menghubungkan dan

melibatkan siswa dengan dunia nyata, model ini pun lebih mengedepankan model

connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata),

dengan demikian pembelajaran dianggap sebagai bagian integral dari sebuah

kehidupan. Perubahan paradigma dari pembelajaran konvensional/biasa menjadi

siswa yang aktif dalam pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan di

kurikulum 2006 dimana siswa dituntut lebih aktif dalam setiap pembelajaran.

Untuk mengatasi paragidma ini, guru mencoba menggunakan action learning.

Action learning adalah belajar sambil berbuat, bertindak dan bermain sesuai

dengan kematangan dan perkembangan fisik dan psikologis anak disajikan secara

atraktif, kreatif dan aman. Langkah-langkah action learning sebagai berikut :

1. Penjelasan tentang tugas

Pembelajaran awal kepada siswa tentang topik dengan memberikan

latar belajkang informasi melalui pelajaran dengan ceramah dan

menyajikan gambar dan foto sedangkan siswa menyimak dengan

seksama materi yang diberikan oleh guru.

2. Membentuk kelompok

Pada tahapan ini siswa dikelompokan kedalam kelompok untuk

nantinya melakukan diskusi, kerja lapangan dan presentasi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

22

3. Identifikasi masalah

Setelah siswa dikelompokan, siswa diberi masalah untuk di identifikasi

oleh siswa secara berkelompok.

4. Menetapkan tujuan

Siswa tetap masuk didalam kelompok dan mendiskusikan apa yang

akan menjadi tujuan dalam kerja lapangan nanti.

5. Menetapkan action

Setelah menetapkan tujuan siswa dengan segera menetapkan action

yang akan dilakukan di dalam kerja lapangan.

6. Melaksanakan action

Siswa secara berkelompok sesuai dengan tujuan kerja lapangan dan

tempatnya menuju ke tempat kerja lapangan untuk wawancara,

melakukan aktifitas.

7. Membuat laporan

Setelah melakukan action siswa kembali masuk kedalam kelas untuk

membuat laporan kerja lapangan.

8. Presentasi

Siswa melakukan presentasi, setelah tadi sudah melakukan kerja

lapangan dan berdiskusi untuk membuat laporan, siswa harus

mempresentasikan hasil dari laporan kerja lapangan.

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,

maka pengukuran dilakukan dengan adanya penilaian proses dan tes formatif

seperti: Menyimak, diskusi, kerja lapangan, presentasi dan tes formatif. Skor

capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan. Untuk

itu, guru perlu melakukan pemantapan tindakan yaitu mengulang kembali dengan

metode Action Learning yang diharapkan tercapai yaitu hasil belajar IPS siswa

optimal. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

23

Gambar 2.1Hubungan Antara Hasil Belajar IPS dan Action Learning

ACTION LEARNING

PBM

GURU MENYAMPAIKANDENGAN CERAMAH

SISWA MENDENGARKANDAN MENGANTUK

PROSES BERPIKIRABSTRAK KE KONKRET

FASILITATOR/PENDAMPING

PEMBELAJARANKONVENSIONAL

HASIL BELAJAR< KKM

PENILAIAN HASILBELAJAR

MENYIMAK MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

MEMBENTUK KELOMPOK

IDENTIFIKASI MASALAH

HASIL BELAJAR≥ KKM

KEMBALI KE KELAS

MENETAPKAN ACTION

PENILAIAN PROSES

MENGUNJUNGI TEMPATKEGIATAN EKONOMI

MELAKUKAN WAWANCARA, MEMBUAT STIK ES, SUJEN, BATUBATA

KERJA KELOMPOK MEMBUAT LAPORAN

DISKUSI KELAS DAN PRESENTASI KELOMPOK

TES TERTULIS

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/793/3/T1_292008025_BAB II.pdfSecara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

24

2.4 Hipotesis

Mendasarkan pada kerangka berpikir, maka hipotesis adalah peningkatan

hasil belajar IPS kelas IV semester II tahun ajaran 2011/2012 dapat diupayakan

melalui action learning di SD Negeri 2 Pajerukan Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas.