bayi tewas usai divaksin di puskesmas tanjung priok
Post on 21-Jan-2016
22 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
BAYI TEWAS USAI DIVAKSIN DI PUSKESMAS TANJUNG PRIOK
DISUSUN OLEH:
NOVIA
120600073
DOSEN PEMBINA :
SIMSON DAMANIK, drg., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
Novia
MahasiswaFakultas Kedokteran Gigi, Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155E-mail : Novia.1994@yahoo.com
PENDAHULUAN
Maraknya pemberitaan tentang dugaan kelalaian pelayanan medis dari waktu ke waktu,
kian menarik untuk disimak. Hal tersebut dapat kita ketahui pada makin maraknya pengaduan
demi pengaduan kasus malpraktik yang diajukan oleh masyarakat kepada Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) atas profesi dokter yang dianggap merugikan hak-hak
pasien.
Beberapa sarjana sepakat untuk mengartikan malpraktek medik sebagai kesalahan dokter
karena tidak mempergunakan pengetahuan dan tingkat keterampilan sesuai dengan standar
profesinya yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka atau bahkan meninggal dunia.
Keluhan – keluhan yang sering disampaikan publik sebagai bentuk – bentuk malpraktek
antara lain :
1. Pelayanan medis yang lambat, baik oleh dokter, pihak rumah sakit maupun klinik.
2. Kesalahan dalam melakukan perawatan medis.
3. Biaya perawatan yang terlalu membebani (berat)
4. Penolakan pasien oleh rumah sakit karena tidak mampu membayar uang muka
5. Kecenderungan rumah sakit maupun dokter untuk melakukan pemeriksaan atau
tindakan yang dinilai pasien tidak diperlukan.2
Dokter maupun petugas kesehatan lainnya sebagai salah satu unsur tenaga kesehatan
dalam berhubungan dengan pasien tentunya hubungan tersebut tidaklah mungkin sempurna
mengingat bahwa berbedanya sifat-sifat masing-masing individu dimana masing-masing
sifat-sifat tersebut tidak sempurna juga. Akan tetapi, kadang-kadang pengharapan pasien
kepada tenaga kesehatan sangatlah besar dan pasien menganggap bahwa tenaga kesehatan
merupakan manusia super yang serba bisa, yang selalu dapat mengobati penyakit yang
diderita pasien, dan bekerja tanpa kesalahan, kelalaian, ataupun risiko. Namun, risiko selalu
dapat terjadi dalam setiap tindakan medis, bahkan risiko bisa terjadi pada tindakan medis
yang sekecil apapun. Sulitnya membedakan manakah yang merupakan kegagalan
1
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
kesembuhan pasien yang diakibatkan oleh risiko medis atau kegagalan yang diakibatkan oleh
kelalaian atau kesalahan tenaga kesehatan, apalagi dalam pandangan pasien sebagai orang
awam dalam bidang kedokteran, pastilah menganggap bahwa kegagalan kesembuhan
merupakan kesalahan atau kelalaian medis ataupun istilah yang lebih dikenal dengan istilah
malpraktik.3
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membantu dokter atau pihak rumah sakit dan
puskesmas agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menjalankan profesinya agar terhindar dari
tuntutan dan sanksi hukum dari kasus malpraktik. Hal yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mengenai prinsip dalam bioetika, kasus kesalahan dalam memvaksin pasien, serta
upaya menghindari terjadinya malpraktik.
LATAR BELAKANG
Sebagai seorang dokter gigi yang baik, dokter gigi harus senantiasa bersikap hati-hati dan
teliti dalam melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui prinsip-prinsip
bioetika dalam dunia medis, kode etik yang harus dipatuhi dan sikap-sikap yang harus
dihindari untuk mencegah terjadinya malpraktek dan kelalaian.
PRINSIP-PRINSIP DALAM BIOETIKA
Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral
(sering disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika).Beberapa prinsip dalam bioetika
kedokteran terdiri dari :
1. Beneficence, yaitu prinsip mengutamakan kepentingan pasien. Selain menghormati
martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya
terjaga keadaan kesehatannya.
2. Autonomy, yaitu menghormati hak-hak pasien dalam mengambil keputusan. Setiap
individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak
untuk menentukan nasib diri sendiri), setiap manusia yang otonominya berkurang atau
hilang perlu mendapatkan perlindungan.
2
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
3. Non-maleficence, yaitu tidak melakukan hal yang merugikan pasien. Praktik
kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Pernyataan kuno: first of all do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.
4. Justice, yaitu keadilan. Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status
perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap
dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang
menjadi perhatian utama dokter.1
MALPRAKTIK DAN KELALAIAN MEDIS
Malpraktik adalah praktik yang buruk berupa melakukan suatu hal yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan suatu hal yang seharusnya dilakukan. Istilah malpraktik
berlaku untuk semua jenis profesi, termasuk dokter, dokter gigi, dan sebagainya. Di bidang
kedokteran bila seorang dokter melakukan malpraktik disebut malpraktik kedokteran atau
malpraktik medis (medical malpractice).5
Menurut Black’s Law dictionary, malpraktik adalah setiap sikap tindak yang salah
ataupun kekurangan keterampilan dalam tingkat yang tidak wajar. Selain itu, malpraktik juga
merupakan kegagalan dalam memberikan pelayanan profesional dan melakukan pada tingkat
keterampilan dan kepandaian yang wajar di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat dari
suatu profesi tersebut, sehingga mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima
pelayanan tersebut yang cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka.1,5
Sedangkan menurut World Medical Association Statement on Medical Malpractice
(Adopted by 44th World Medical Assembly, Marbella, Spain, September 1992), malpraktik
medis harus dibedakan dengan suatu hasil yang tidak diharapkan timbul dalam perawatan dan
pengobatan medik yang dalam hal ini bukan merupakan kesalahan dokter. Malpraktik medis
meliputi dokter yang tidak melaksanakan standar prosedur perawatan terhadap pasien
ataupun kurangnya keterampilan maupun adanya kelalaian dalam memberikan perawatan
pada pasien yang secara langsung mengakibatkan kerugian atau perlukaan pada pasien.
Sedangkan untuk suatu kerugian atau perlukaan yang terjadi ketika proses perawatan yang
diberikan oleh dokter, bukanlah merupakan suatu akibat yang dikarenakan oleh kurangnya
keterampilan dan pengetahuan dokter, akan tetapi merupakan suatu hasil perawatan yang
tidak dapat diduga, dan untuk itu dokter seharusnya tidak dapat dipersalahkan.1
Malpraktik medis itu sendiri adalah suatu bentuk kelalaian atau kesalahan dokter
ataupun dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Malpraktik
3
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
dapat berupa tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan atau melakukan tindakan
yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Akan tetapi, tidak semua kegagalan dokter dalam
melakukan perawatan terhadap pasiennya merupakan kasus malpraktik medis. Apabila dalam
perawatan terhadap pasien menimbulkan suatu dampak buruk terhadap pasien tetapi dokter
sudah melakukan hal yang sesuai dengan etika dan standar pelayanan kesehatan, maka hal
tersebut bukanlah suatu kasus malpraktik melainkan risiko medis.5,6
Dalam kenyataannya, tidaklah mudah untuk membedakan manakah kasus yang
merupakan kasus malpraktik dan manakah yang merupakan kegagalan perawatan karena
risiko medis.3,6 Akan tetapi, mengingat bahwa profesi dokter ataupun dokter gigi merupakan
profesi yang sangat berisiko dan hasil perawatan yang dilakukan terhadap pasien tidak hanya
dipengaruhi oleh tindakan medis yang dilakukan oleh dokter melainkan juga karena adanya
berbagai faktor dari pasien itu sendiri seperti bagaimana daya tahan tubuh pasien itu sendiri,
apakah pasien tersebut patuh dalam melaksanakan dan mengikuti semua petunjuk yang
diberikan dokter, faktor keluarga, faktor lingkungan, dan lain sebagainya.6
Salah satu bentuk dari malpraktik medis yang paling sering terjadi adalah kelalaian
medis. Kelalain tersebut terjadi apabila seorang dokter dengan tidak sengaja melakukan
sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan ataupun tidak melakukan sesuatu hal yang
seharusnya dilakukan oleh orang lain dengan kualifikasi, keadaan, dan situasi yang sama.5
Suatu perbuatan atau sikap dari seorang dokter atau dokter gigi dianggap lalai apabila
memenuhi empat unsur kelalain (4D), yaitu duty, dereliction of the duty, damage, dan direct
causal relationship. 1,3
1. Duty merupakan kewajiban dokter atau dokter gigi untuk melakukan suatu tindakan
ataupun untuk tidak melakukan suatu tindakan tertentu terhadap paseien tertentu dan
dalam situasi dan kondisi tertentu. Dalam hubungan perjanjian antara tenaga kesehatan
dengan pasien, tenaga kesehatan haruslah bertindak berdasarkan adanya indikasi medis,
bertindak secara hati-hati dan teliti, bekerja sesuai standar profesi, dan dilakukan sesudah
adanya informed consent.1,3
2. Dereliction of the duty adalah penyimpangan dari duty atau kewajiban tersebut. Jika
seorang tenaga kesehatan melakukan perawatan yang menyimpang dari apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut
standar profesinya, maka tenaga kesehatan tersebut dapat dipersalahkan dalam hukum.1,3
4
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
3. Damage merupakan segala sesuatu kerugian yang dirasakan oleh pasien dimana kerugian
tersebut merupakan akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi layanan
kesehatan.1,3
4. Direct causal relationship yaitu adanya hubungan sebab-akibat yang nyata. Tenaga
kesehatan terbukti melakukan kelalaian apabila ada hubungan kausal antara penyebab
dan kerugian yang diderita oleh pasien dan tidak ada sela atau peristiwa lain yang terjadi
diantara kedua hal tersebut.1,3
UPAYA MENGHINDARI TERJADINYA MALPRAKTIK
Pelayanan medis merupakan suatu sistem pelayanan yang kompleks sehingga mudah
terjadi kecelakaan ataupun kesalahan. Kecelakaan ataupun kesalahan tersebut biasanya paling
banyak terjadi di UGD, ICU, kamar bedah ataupun kamar bersalin. Oleh karena itu, dokter
sebagai pelaksana pelayanan medis haruslah melakukan pelayanan medis tersebut dengan
teliti dan berhati-hati.3
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seorang dokter dalam menghindari terjadinya
malpraktik.3,5,6
1. Menjalankan praktik dengan adanya Surat Ijin Praktik (SIP) dan sesuai dengan etika,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, sesuai kebutuhan medis
pasien, dan menjaga rahasia kedokteran
2. Melakukan perawatan yang masih di dalam batas kompetensi yang ditentukan
3. Dalam menetapkan diagnosa, apabila masih ada keraguan, dapat melakukan rujukan
kepada dokter yang lebih ahli
4. Menetapkan jenis perawatan apa saja yang boleh dilakukan perawat atau asisten dokter
5. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien
6. Memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pasien mengenai perawatan yang akan
dilakukan, dan memberikan kesempatan pada pasien untuk menanyakan hal yang tidak
jelas
7. Melaksanakan perawatan jika sudah ada persetujuan pasien (informed consent) dan lebih
baik dilakukan dalam bentuk tertulis
8. Dokter tidak boleh menjanjikan apapun mengenai hasil perawatan, akan tetapi
menjanjikan pelaksanaan proses perawatan yang sebaik mungkin
9. Mempertimbangkan kemungkinan dalam menghentikan perawatan kepada pasien yang
tidak menaati anjuran dari dokter yang merawatnya
5
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
10. Membuat rekam medis dengan lengkap dan akurat sesuai dengan prosedur yang benar
dan menyimpan rekam medis tersebut
11. Dengan meningkatnya kemajuan teknologi, dokter juga harus meningkatkan ilmu dan
keterampilan yang dimilikinya.3,5,6
KASUS
Maksud hati ingin mengadukan kasus malpraktik yang
dialami oleh anak kliennya pada kepolisian. Tetapi
sesampainya di tujuan, laporannya justru ditolak oleh
SPK Polda Metro Jaya tanpa alasan yang jelas.
Adalah Ronny Tupessy, Kuasa hukum dari pasangan Hendra Wakim (23) dan Stefi Anastasia
(19), orangtua dari Marcelo Axcel Wakim yang meninggal dunia di usia dua bulan. Ronny
sengaja datang ke Polda Metro Jaya untuk mengadukan kasus dugaan malpraktik yang
dilakukan salah seorang petugas di sebuah Puskesmas di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Waktu hari kejadian orangtua korban sudah melaporkan kasus ini ke Polres Jakarta Utara,
tapi diping-pong ke Polsek Tanjung Priok. Sekarang kami membawa kasus ini ke Polda,"
ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Rabu (10/10/2012). Marcelo Axcel Wakim diketahui
meninggal dunia malam hari saat tengah tertidur. Beberapa jam sebelumnya bocah malang itu
mendapatkan pelayanan penyuntikan DPT1 dan bebas polio di Puskesmas Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Orangtua Axcel menduga anaknya menjadi korban malpraktik. Pasalnya, dia
dalam kondisi sehat sebelum disuntik vaksinasi itu. Sebagai Kuasa hukumnya, Ronny pun
membawa kasus ini ke Polda Metro Jaya. Akan tetapi, sesampainya di lokasi penyidik tidak
dapat memproses laporannya itu. Penyidik justru meminta Ronny untuk mencari tahu siapa
yang menyuntik Axcel saat itu. "Mencari tahu pelakunya siapa, itu kan tugas polisi karena
mereka yang punya kewenangan untuk memeriksa orang-orang yang patut dicurigai,"
paparnya.
Meski laporannya ditolak, Ronny tetap berupaya agar kliennya mendapatkan keadilan. "Ini
bisa jadi pembelajaran bagi masyarakat. Jangan sampai ada korban lain seperti Axcel,"
pungkasnya.
6
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
Semua bermula pada 27 September 2012, saat itu pukul 11.00 siang, Stevi ibunda Axcel
membawa anaknya ke Puskesmas. Di Puskesmas tersebut, Axcel mendapatkan pelayanan
penyuntikan DPT1 dan bebas polio. Selayaknya bayi yang disuntik, Axcel mengeluarkan
tangisan kala itu. Sorenya, Axcel mengalami demam dan panas tubuhnya juga sangat tinggi.
Ia pun tertidur setelah ibunya memberikan Asi. Sementara sang ayah, Hendra, baru pulang ke
kosan sekitar pukul 23.00 WIB. Saat itu, Hendra sempat membangunkan istrinya agar
tidurnya hati-hati karena Axcel tidur persis di sebelah mamanya.
Stevi pun terbangun dan segera membenarkan posisi tidur anaknya. Namun, saat
dibangunkan, Axcel ditemukan sudah tidak bernyawa dengan kondisi mulut berbusa dan
hidung berdarah. Atas dasar itu, mereka pun menduga ada unsur kelalaian saat pemberian
suntikan vaksinasi. Bukan tanpa alasan, pasalnya kondisi tubuh korban bengkak di bagian
paha bekas suntikan, punggungnya memar, kuping kanan biru-biru dan keluar darah dari
hidung kanan serta busa.4
Sumber : Okezone.com
PERMASALAHAN
Pada kasus di atas, dapat kita lihat permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Petugas kesehatan di puskesmas melakukan tindakan malapraktik terhadap Marcelo
Axcel Wakim.
2. Petugas kesehatan di puskesmas melanggar prinsip etika kedokteran.
3. Dokter tidak melakukan tindakan Informed Consent mengenai efek samping yang
akan terjadi pada anak setelah divaksin.
PEMBAHASAN
Pada kasus yang dihadapi oleh Marcelo Axcel Wakim, terdapat beberapa pelanggaran
yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan bila ditinjau dari UU RI No.23 tahun 1992
tentang Kesehatan, UU RI No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi, maka dokter tersebut telah melanggar :
7
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
1. UU RI No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 32 dimana inti dari pasal tersebut
adalah melakukan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengobatan atau perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian untuk melakukan perawatan tersebut dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi badan dan status kesehatan pasien.7 Dalam kasus tersebut, bayi
meninggal setelah dilakukan vaksin. Dalam hal ini, bukan pemulihan kesehatan yang
terjadi, tetapi malah sebaliknya.
2. UU RI No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 53 dimana inti dari pasal tersebut
adalah tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi
standar profesi serta standar prosedur operasional, menghormati hak pasien,
memperhatikan keselamatan dan kesehatan pasien, serta berhak mendapat perlindungan
hukum.7 Dalam kasus tersebut, dokter bekerja tidak menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional. Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill, and
professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seseorang dengan profesi tertentu
dan telah ditetapkan dalam organisasi profesi tersebut.1,3,6,8 Sedangkan standar prosedur
operasional adalah langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus
dan fungsi pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.6
3. UU RI No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 51 bagian (a) yang berisikan
bahwa dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran berkewajiban memberikan
pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien.8 Dalam kasus tersebut, pelayanan medis yang diberikan dokter
tidak sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional karena setelah
pemberian vaksin, pada malam hari tubuh korban bengkak di bagian paha bekas suntikan,
punggungnya memar, kuping kanan biru-biru dan keluar darah dari hidung kanan serta
busa. Padahal sebelum diberikan vaksin, kondisi korban masih sehat.
Dalam kasus tersebut pula, dokter juga telah melanggar prinsip etika kedokteran yaitu
beneficience dan non-maleficence, karena dokter tidak melakukan dengan benar dan hati-hati
tindakan pengobatan atau dalam kasus ini, pemberian vaksin yang pada akhirnya malah
memperburuk keadaan pasien. Pada prinsip ini, seharusnya seorang dokter bekerja dengan
hati-hati dan cermat terhadap tindakan medis yang akan dilakukan.
8
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
KESIMPULAN DAN SARAN
Karena begitu istimewanya profesi kedokteran, menyebabkan tingginya harapan
masyarakat terhadap para dokter maupun petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, seorang
dokter atau suster harus benar-benar teliti dan hati-hati dalam melakukan pekerjaannya, mulai
dari diagnosis sampai perawatan yang dilakukan.
Seorang petugas kesehatan harus memeriksa peralatan medisnya dengan baik apakah
sudah steril dan memadai sebelum melakukan tindak perawatan agar tidak membahayakan
nyawa pasien.
Apabila dokter telah melaksanakan semua tindakan medis sesuai dengan etika, standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, hal
tersebut tidaklah menjamin bahwa seorang dokter dapat terbebas dari tuntutan yang diberikan
pasien. Namun, dengan terlaksananya semua tindakan yang sesuai dengan prosedur, maka
dokter akan terbebas dari sanksi-sanksi hukum dari tuntutan yang diberikan kepadanya.
Dalam melakukan pekerjaannya, dokter dituntut teliti dan sedikit mungkin melakukan
kesalahan, karena lingkup pekerjaan seorang dokter adalah mengenai manusia. Seorang
dokter gigi dalam menjalankan profesinya perlu membawa diri dalam sikap dan tindakan
yang terpuji. Ia harus bertindak dengan jujur dan bertanggung jawab, baik dalam
hubungannya terhadap penderita, masyarakat, teman sejawat maupun profesinya.
9
Novia : Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadi R. Malpraktek Kedokteran. Dalam : Darmadipura MS, Sukanto H, Farida N,
Asnar E, Santoso WA. eds. Kajian bioetik. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press,
2008 : 112-117, 123-127.
2. Isfandyarie A. Malpraktek dan resiko medik dalam kajian hukum pidana. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2005.
3. Pagalla MA. Tinjauan mengenai malpraktik. 14 Juni 2010.
http://musriadi21.blogspot.com/2010/06/tinjauan-mengenai-malpraktek.html (6 Januari
2013).
4. Herawati Y. Bayi Tewas Usai Divaksin di Puskesmas Tanjung Priok.
http://jakarta.okezone.com/read/2012/10/10/500/702153/bayi-tewas-usai-divaksin-di-
puskesmas-tanjung-priok. (2 Januari 2013)
5. Rizsa. Penanganan kasus malpraktik medis. 20 Mei 2009.
http://rizsa82.wordpress.com/category/hukum-dan-medikolegal/. (6 Januari 2013).
6. Januar P. Penerapan Manajemen Resiko untuk Mencegah Malpraktik pada Praktik
Kedokterangigi.http://www.pdgionline.com/v2/index.php?
option=com_content&task=view&id=587&Itemid=33 (6 Januari 2013)
7. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran.
10
top related