bab i pendahuluan - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/bab_1.pdfmahasiswa trisakti tsb...

58
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini didasari atas terjadinya praktik tindak kekerasan yang berlangsung terus-menerus dan telah menjadi budaya. Kekerasan merupakan matai rantai yang sulit untuk dihapuskan, apalagi bila dikaitkan dengan negara. Negara merupakan pihak yang paling sering disebutkan melakukan tindakan kekerasan, baik dilakukan oleh aparatusnya maupun non aparatus yang diketahui oleh negara dan terkesan terjadi pembiaran. Fenomena sejumlah mahasiswa meninggal pada saat mengikuti proses pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam di lingkungan perguruan tinggi merupakan bentuk kegagalan negara dalam menjalankan program pendidikan. Pada bulan januari 2017 telah meninggal tiga orang peserta pendidikan dasar mapala Universitas Islam Indonesia (UII) sehingga sejumlah media mulai menyoroti kasus yang berkaitan dengan mapala. Selain itu, pada bulan september 2017 seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Sentul, Bogor juga meninggal pada saat mengikuti proses pendidikan dasar. Berita meninggalnya peserta diksar mapala terbaru adalah seorang mahasiswa dari mapala Mayapala Amikom. Universitas Diponegoro juga pernah kehilangan mahasiswi pada saat mengikuti pendidikan dasar Mahasiswa Pecinta alam (Wapeala) pada tahun 2014.

Upload: others

Post on 08-Sep-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini didasari atas terjadinya praktik tindak kekerasan yang

berlangsung terus-menerus dan telah menjadi budaya. Kekerasan merupakan matai

rantai yang sulit untuk dihapuskan, apalagi bila dikaitkan dengan negara. Negara

merupakan pihak yang paling sering disebutkan melakukan tindakan kekerasan,

baik dilakukan oleh aparatusnya maupun non aparatus yang diketahui oleh negara

dan terkesan terjadi pembiaran. Fenomena sejumlah mahasiswa meninggal pada

saat mengikuti proses pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam di lingkungan

perguruan tinggi merupakan bentuk kegagalan negara dalam menjalankan program

pendidikan.

Pada bulan januari 2017 telah meninggal tiga orang peserta pendidikan

dasar mapala Universitas Islam Indonesia (UII) sehingga sejumlah media mulai

menyoroti kasus yang berkaitan dengan mapala. Selain itu, pada bulan september

2017 seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Sentul,

Bogor juga meninggal pada saat mengikuti proses pendidikan dasar. Berita

meninggalnya peserta diksar mapala terbaru adalah seorang mahasiswa dari mapala

Mayapala Amikom.

Universitas Diponegoro juga pernah kehilangan mahasiswi pada saat

mengikuti pendidikan dasar Mahasiswa Pecinta alam (Wapeala) pada tahun 2014.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

2

Berbeda dengan beberapa kasus yang mayoritas meninggal pada saat pendidikan

dasar di gunung, pada kasus Wapeala seorang mahasiswi meninggal pada saat

mengikuti pendidikan dasar arung jeram. Pada tahun 1987 Wapeala juga pernah

kehilangan seorang anggotanya saat mengikuti ekspedisi di papua karena

hipotermia1.

Terakhir kami harus melewati sungai setinggi dada dengan melawan arus

yang deras dan sangat dingin karena pencairan dari kristal es, Jalur ini

sesuai dengan pendakian kemarin, kecuali arus dan dan debet airnya lebih

besar. Ditepi sungai itulah almarhum meninggal dan saya tersunggkur

pingsan di pondok pemburu yang tingginya sekitar satu meter. Jarak saya

dan almarhum sekitar 25 meter. Mungkin karena medan yang berat itulah

penyebabnya. Setelah kami bisa berkumpul kembali di Ilaga, ada berita dari

Undip bahwa Rektor minta semua tim kembali ke Semarang. Besoknya

pesawat yang kami tunggu tiba, dengan membawa 4 pendaki dari Univ.

Trisakti Jakarta. setelah ngobrol sebentar dengan mereka (kebetulan 2

diantarnya teman di Speologi ). Mereka minta porter yang 12 orang itu

mereka gunakan. Kami kembali ke Nabire, Biak, Surabaya, Semarang.

Setiba di PKM ada barita dari temen-teman guru SD Ilaga bahwa keempat

Mahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi,

seandainya almarhum masih ada dan kami tetap naik menggunakan porter

tadi, kemungkinan kami semua. Itulah yang saya sebut pengorbanan yang

tidak bisa saya lupakan dan tidak terbalas.2

Pendidikan di perguruan tinggi secara formal merupakan kelanjutan

pendidikan menengah atas yang mempunyai perbedaan cukup mendasar. Perbedaan

proses pembelajaran ini sejak awal harus diperkenalkan kepada mahasiswa baru

yang memperlukan adaptasi terhadap lingkungan dan budaya yang ditempatinya.

Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumber daya manusia Indonesia dan

sekaligus merupakan aset bangsa yang kelak akan menjadi generasi penerus dalam

1 Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan

mengatasi tekanan suhu dingin. 2 Catatan perjalanan Ekspedisi Ndugu-Ndugu 1987 Wapeala Undip ditulis oleh Burhan Ahmad

(Kaonak) W-192 Tj

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

3

pembangun bangsa. Di sisi lain, mahasiswa merupakan insan yang memiliki

berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika dan bagian dari

generasi muda yang terlatih sebagai pelaku sejarah yang ikut berperan dan

menentukan sejarah perkembangan bangsa Indonesia.

Sejarah organisasi pecinta alam yang ada di kampus di Indonesia dimulai

pada era tahun 1960-1970-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa

dibatasi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).

SK tersebut memutuskan :

Pertama : Menugaskan kepada rektor sebagai penganggung jawab tertinggi

dalam kampus untuk melaksanakan normalisasi kehidupan

kampus tersebut dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan

petunjuk yang telah digariskan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dalam pidato pengarahannya pada Rapat Kerja

Rektor Tanggal 14 dan 15 April 1978

Kedua : Yang dimaksudkan dengan normalisasi kehidupan kampus

adalah redifinisi dan penataan kembali kehidupan kampus

secara mendasar, fungsionil, dan bertahap.

Ketiga : Oleh karena keadaan di berbagai perguruan tinggi berbeda

beda, maka para rektor diberi kesempatan untuk mengadakan

persiapannya mulai tanggal 17 April 1978 sampai tanggal 14

Mei 1978

Keempat : Para rektor wajib member laporan tentang perkembangan

usaha Persiapan seperti tersebut pada pasal “ketiga” dan

pelaksanaan seperti tersebut pada pasal “pertama” keputusan ini

kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.3

Pecinta alam berasal dari kata cinta dan alam. Cinta mengandung arti

menyukai, menyayangi, dan mengagumi. Alam mengandung arti segala yang ada

di sekitar, baik berupa benda mati ataupun benda hidup sehingga dari kata cinta

3 Salinan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0156/U/1978 tentang “Normalisasi

Kehidupan Kampus”, 19 april 1978. Sumber : Arsip Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen

Dikti) Departemen Pendidikan Nasional RI.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

4

menjadi pecinta yang menunjuk kepada subyek yaitu orang. Itu artinya setiap

bentuk kegiatan yang dilakukan oleh organisasi pecinta alam harus berlandaskan

kepada asas kebermanfaatan, bermanfaat untuk para anggotanya, dan bermanfaat

untuk masyarakat. Bukan hanya asal berkegiatan di alam bebas tanpa

memperhatikan tingkat keselamatan.

Gagasan awal pendirian Pecinta Alam kampus dikemukakan oleh Soe Hok

Gie4 pada 8 November 1964 ketika mahasiswa FSUI saat sedang beristirahat

setelah bekerja bakti di TMP Kalibata. Gagasan ini seperti yang dikemukakan Soe

Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta alam yang didirikan oleh

beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak

Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pecinta alamMandalawangi

itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang

berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat.

Dalam tulisannya di Majalah Bara Eka yang terbit pada tanggal 13 Maret

1966, Soe Hok Gie mengatakan bahwa, “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk

membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan

benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah

sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan

hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa

dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah

4 Soe Hok Gie (lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember

1969 pada umur 26 tahun) adalah seorang aktivis Indonesia-Tionghoa yang menentang kediktatoran

berturut-turut dari Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas

Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

5

seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.”5 Sekarang hampir di setiap

kampus baik negeri maupun swasta terdapat organisasi mahasiswa pecinta alam

(Mapala), tujuan pembentukannya pun beragam, mulai dari tujuan untuk

mengabdikan diri kepada negara, masyarakat, ataupun hanya untuk mewadahi hobi

dan minat.

Mahasiswa baru dipandang sebagai bahan baku (input) dalam proses

pendidikan diharapkan mempunyai kualifikasi yang baik dan bersifat homogen,

dalam arti tingkat kualitas antar mahasiswa baru yang diterima tidak jauh berbeda.

Oleh karena itu, diperlukan sistem seleksi masu perguruan tinggi agar

memperoleh kemampuan awal yang relatif sama. Sedangkan masukan

instrumental berupa dosen, pelatih, kurikulum, metode mengajar, dan sarana

prasana diperlukan guna menunjang proses pendidikan. Hasil akhir (output)

proses pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang diharapkan mempunyai

nilai tambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan tinggi mengacu pada tridharma

perguruan tinggi. Fungsi perguruan tinggi adalah : melaksanakan pendidikan

tinggi, melakukan penelitian, melakukan pengabdian kepada masyarakat6.

Berdasarkan hal ini, perguruan tinggi di indonesia tidak hanya dituntut untuk

menciptakan insan yang menguasai ilmu pengetahuan, mereka juga harus

5 Soe Hok Gie. 1966. “Bara Eka” dalam Rudi Badil, Luki Sutrisno, dan Nessy Luntungan, (Eds).

Soe Hok Gie... Sekali Lagi – Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Jakarta: KPG bekerjasama

dengan ILUNI UI dan Kompas 6 Djojodibroto, R. Darmanto. 2004. tradisi kehidupan akademik. Yogyakarta: Galang Press. Hlm

19

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

6

melakukan penelitian demi pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri dan

mempraktekannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Proses perekrutan untuk menjadi anggota mapala atau yang sering disebut

dengan Pendidkan Dasar (Diksar) juga semakin beragam. Ada yang menggunakan

sistem magang dan sistem pendidikan dasar sebagai peserta kegiatan. Inti dari

sebuah diksar adalah membentuk mental dan fisik yang kuat sesuai dengan azas

pecinta alam. Alam sebagai media utama diksar merupakan instrumen yang tidak

boleh hilang dari segala proses yang ada.

Dengan dasar menjadikan insan yang kuat secara fisik dan mental, timbul

kekerasan yang dilakukan oleh para senior. Kekerasan merupakan cerminan dari

tindakan agresi atau penyerangan kepada kebebasan atau martabat seseorang oleh

perorangan atau sekelompok orang.7 Kekerasan dapat juga diartikan sebagai

tindakan yang sewenang-wenang dan menyalahgunakan kewenangan secara tidak

absah. Kekerasan adalah tingkah laku agresif yang dipelajari secara langsung,

yang sadar atau tidak sadar telah hadir dalam pola relasi sosial seperti keluarga

sebagai unit paling kecil hingga kelompok-kelompok sosial yang lebih kompleks.

Bentuk kekerasan memiliki banyak ragam, meliputi kekerasan fisik, kekerasan

verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan simbolik dan

penelantaran. Kekerasan dapat dilakukan oleh perseorangan maupun secara

berkelompok, secara serampangan dalam kondisi terdesak atau teroganisir.8

7 Alfiana Indah Muslimah dan Nurhalimah. 2012. Agresifitas Ditinjau dari Locus Of Control

Internal Pada Siswa SMK Negeri 1 Bekasi dan Siswa di SMK Patriot 1 Bekasi. Jurnal Soul, Vol. 5

No. 2 8 Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

7

Perilaku kekerasan atau agresi menurut Stephan dan Stephan9 (1985)

mengandung maksud menjadikan orang lain menderita dan adanya penolakan

secara hukum maupun norma terhadap perilaku tersebut. Faktor utama sebagai

predisposisi perilaku kekerasan pada seseorang adalah keadaan emosi dan

kognisinya. Keadaan emosi dipandang sebagai sebab utama dari agresi adalah

kemarahan. Sedangkan menurut Gurr10 (1970) perilaku kekerasan lebih ditekankan

pada political violence, yaitu semua kejadian yang unsur utamanya adalah ancaman

penggunaan kekuasaan. Berdasarkan pengertian ini maka kekerasan politik tidak

dilakukan oleh penguasa, tetapi oleh yang menentangnya. Padahal dalam

kenyataanya, penguasa juga melakukan banyak tindakan kekerasan terhadap rakyat

atau pengikutnya.

Tindak kekerasan sebagai proses, berlangsung pada tiga dimensi: negara,

struktur sosial, dan personal atau komunitas. Dalam masing-masing dimensi tindak

kekerasan ini dilakukan oleh aktor, medium, dan ruang lingkup yang berbeda. Pada

dimensi negara, kekerasan dilakukan oleh aparat negara dan bersifat komprehensif,

artinya bisa meliputi segala segi hidup manusia. Kekerasan itu juga bisa terjadi pada

tingkat struktur sosial, seperti misalnya ketika pelaku bisnis supermarket yang demi

mengejar akumulasi kapital secara cepat membuat banya pedagang kecil tergusur.

Kekerasan yang lebih banyak diperhatikan adalah kekerasan pada tingkat personal

atau komunitas. Wapeala merupakan sebuah organisasi yang turut serta melakukan

tindak praktik kekerasan pada lingkup proses pendidikan.

9 W.G. Stephan & Stephan, C.W., 1985. Two Social Psychologies An Integrative Approach. Illinois:

The Dorsey Press. 10 Gurr, T.R., 1970. Why Men Rebel. New York: Princeton University Press

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

8

Louis Pierre Althusser11 (2006) dalam “ideology and ideological state

aparatus” mengadopsi teori Marx, bahwa basis struktur adalah pondasi yang

diatasnya berdiri dua fakta, yaitu unsur super struktur politiko-legal (hukum dan

negara) dan ideologi (agama, etika, politik, dll). Althusser membicarakan ideologi

dengan memulai melalui perbincangan mengenai negara. Negara sebagai legal

formal yang menguasai berjalannya suatu wilayah politik memiliki kekuasaan

untuk meregulasi dan menindak setiap warga negara yang melanggar regulasi

tersebut.

Kekuasaan untuk meregulasi dan menindak diistalahkan Althusser sebagai

Repressive State Aparatus (RSA). Represif yang dimaksud adalah aparatus negara

yang menjalankan fungsinya dengan kekerasan, atau paling tidak, pada akhirnya

menggunakan kekerasan. Karena ada represi, misalnya represi administratif yang

mengambil bentuk – bentuk non fisik. RSA terdiri dari: pemerintahan, birokrasi,

angkatan bersenjata atau tentara, polisi, pengadilan, penjara, dsb.12

Selain RSA, Althusser mengajukan konsep Ideological State Aparatus

(ISA). ISA menjalankan fungsinya dengan ideologi. Institusi – institusi yang

termasuk dalam ISA diantaranya: keagamaan (gereja, masjid, vihara, pura, dsb),

pendidikan (SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dsb), keluarga, hukum, politik,

komunikasi (pers), serikat buruh, budaya, kesustraan, seni, olah raga, dan

sebagainya. Perlu dicermati bahwa ideologi yang dibicarakan Althusser adalah

11 Louis Perre Althusser lahir di Algeria, 16 Oktober 1918 dan meninggal tanggal 22 Oktober 1990.

Akhir hidupnya sangat tragis, dia dituduh telah membunuh istrinya dengan cara dicekik, namun dia

terbatas dari penjara, dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa dalam kesendiriannya. Ideology and

Ideological State Apparatuses. 12 Leitch, Vincent B. (2001). The Norton Anthology of Theory and Criticism. New York: W.W.

Norton and Company

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

9

ideologi dalam kerangka Marxis, yaitu ideologi kelas penguasa, atau ideologi kelas

penindas, atau kapitalis. Ideologi bekerja dalam penyapaan individu-individu

sebagai subyek.13 Negara dipandang sebagai salah satu institusi yang paling aktif

dalam praktek ideologi. Menurutnya, tidak ada sebuah kekuasaan yang mampu

menguasai negara dalam jangka waktu yang panjang tanpa pada saat yang

bersamaan menghegemoni secara ideologis. Disinah ISA mulai melaksanakan

perannya. Seperti saat proses diksar mapala, para senior mendoktrin dan

mengambil peran dalam kekerasan yang dilakukan terhadap para calon anggota.

Dalam kajian Galtung14 (2003) tentang Teori Peradaban, apa yang

dilakukan oleh mahasiswa pecinta alamkhususnya Mahasiswa Pecinta

alam(Wapeala) Universitas Dipongeoro dapat dikategorikan sebagai segitiga

kekerasan, yakni: kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural.

Kekerasan langsung adalah sebuah peristiwa (event), kekerasan struktural adalah

sebuah proses naik turun, dan kekerasan kultural adalah sebuah invariant (tidak

berbeda), sesuatu yang permanen, ketiga kekerasan ini memasuki waktu yang

berbeda – beda.

Kekerasan langsung dilakukan saat proses pendidikan dasar dimana para

senior menggunakan kata-kata bahkan kontak langsung dengan tujuan represi.

Kekerasan struktural dilakukan dengan melakukan diskriminasi terhadap orang –

orang dengan label mahasiswa pencinta alam, bahkan orang tua turut serta melarang

13 Ibid 14 Galtung adalah intelektual Amerika Serikat yang mengkritik habis kebijakan Presiden George

Walker Bush Jr yang mengirimkan ratusan ribu tentara US Army ke negara-negara diTimur-Tengah.

Dia menulis buku tentang “Studi Perdamaian : Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan

Peradaban,” (2003), Terjemahan Asnawi dan Safrudin

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

10

anaknya mengikuti kegiatan pecinta alam karena identik dengan kekerasan.

Kekerasan kultural merupakan perspektif ke depan dengan melestarikan kekerasan

tersebut, cara yang digunakan adalah para senior membimbing pola berfikir

juniornya agar sesuai dengan kehendak atau kemauan yang telah diwariskan turun

temurun. Kekerasan disini terjadi apabila manusia telah dipengaruhi sedemikian

rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi

potensialnya.

Bentuk kekerasan yang lain adalah kekerasan verbal dengan menggunakan

kata-kata, kalimat, dan unsur bahasa lain yang disampaikan dengan cara-cara

tertentu untuk tujuan represi. Kasus kekerasan verbal yang terjadi di Mahasiswa

Pecinta alamdiindikasi telah menjadi tradisi yang berlangsung terus-menerus dalam

lingkungan kampus. Kekerasan verbal dianggap perlu karena dianggap perlu untuk

meningkatkan motivasi diri, memperkuat karakter, kolektivitas, kepemimpinan,

dan pencapaian.

Kekerasan dalam proses pendidikan dasar sudah menjadi sebuah kultur.

Kultur sebagai kebiasaan dan budaya yang dikembangkan orang untuk mengatasi

perubahan. Suatu kultur dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang dapat

diamati. Kultur tidak berada dalam fikiran seseorang, tetapi berada dalam tindakan

nyata. Tetapi tidak juga berarti bahwa semua tingkah laku orang yang ada dalam

organisasi merupakan kultur. Suatu kultur akan mewarnai cara bertindak

anggotanya pada aktivitas sehari – hari. Organisasi yang telah mempunyai norma

yang kuat akan mempengaruhi setiap tindakan anggotanya dan setiap anggotanya

sadar apa yang harus diperbuat ketika mereka berada di bidang pekerjaannya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

11

Perubahan kultur organisasi dalam perwujudannya dapat dilakukan melalui

elemen – elemen kultur, antara lain: kepahlawanan, upacara seremonial dan ritual,

dan jaringan komunikasi dengan pendahulu.15 Kepahlawanan yang merupakan

figur anggota menjadi teladan karena prestasi kerjanya, ide – ide inovatifnya,

kreativitasnya, dan kebiasaan yang menyukai bekerja keras. Upacara seremonial

dan ritual, yaitu pemberian penghargaan kepada anggota yang berprestasi pada

momen – momen tertentu yang dihadiri oleh semua anggota organisasi. Jaringan

komunikasi dengan pendahulu, yang dapat diwujudkan dalam berbagai aktivitas,

misalnya mengundang bekas pimpinan organisasi yang pernah berprestasi untuk

memberikan ceramah tentang berbagai usaha dan keberhasilan dalam usahanya

memajukan organisasi. Elemen kultur yang dikelola dengan baik akan

menghasilkan kultur organisasi yang sehat. Dalam organisasi pecinta alam Wapeala

kepahlawanan dan komunikasi dengan para pendahulu telah dilakukan dengan

cukup baik. Tetapi, muncul efek sosial dimana terdapat pihak – pihak yang merasa

didiskriminasi oleh organisasi. Disinilah peran negara harus lebih intensif untuk

mengakomodir pihak – pihak yang merasa didiskriminasi.

Calon anggota mapala yang sedang mengikuti proses pendidikan dapat

dikategorikan sebagai kaum yang tertindas. Paulo Frerire16 mengatakan bahwa

“pendidikan yang dialami oleh kaum – kaum tertindas selama ini tak

ubahnya seperti pendidikan dengan sistem bank. Dalam pendidikan sistem

bank, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya

terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan”17.

15 Swasto, Bambang. 2003. Pengembangan Sumberdaya Manusia “Pengaruhnya terhadap Kinerja

dan Imbalan”. Malang: Bayumedia 16 Paulo Freire (lahir di Recife, Brasil, 19 September 1921 – meninggal di São Paulo, Brasil, 2

Mei 1997 pada umur 75 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan Brasil dan

teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia 17 Paulo Frerire. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES. Hlm 52

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

12

Calon anggota hanya disuguhkan dengan apa yang harus dilakukan dan apa

yang tidak boleh dilakukan pada saat sedang mengikuti proses pendidikan dasar.

Selain itu, calon anggota diberikan materi – materi tanpa bisa memperbaharui

sistem yang telah ada. Sistem pendidikan telah ditentukan oleh para senior dan

panitia penerimaan anggota sehingga hal ini sangat membatasi ruang gerak para

calon anggota untuk berpikir kritis.

Proses pendidikan dasar yang telah diwariskan turun-temurun dan terkesan

esklusif menyebabkan pertentangan diantara senior Wapeala untuk membagikan

informasi keluar. Dengan adanya pertentangan ini, peneliti mengambil sikap untuk

tetap membagikan beberapa informasi yang diperlukan guna keperluan penelitian.

Proses untuk menyelesaikan pertentangan terkait penyebaran informasi keluar

dilakukan melalui dialog.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan studi kasus mengenai kekerasan yang terjadi di Mahasiswa

Pecinta alam (Wapeala), pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana kekerasan di organisasi intra-kampus berhubungan dengan

relasi kekuasaan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa?

2. Bagaimana perspektif pendidikan kritis dalam kekerasan di organisasi intra-

kampus ?

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

13

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Menjelaskan dan menganalisis kekerasan yang terjadi di

organisasi intra-kampus dengan menggunakan relasi kekuasaan

dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa

2. Menjelaskan dan menganalisis perspektif pendidikan kritis dalam

kekerasan di organisasi intra-kampus

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menunjang dan memberikan

sumbangan pemikiran pada proses pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi setiap orang yang

mempunya ketertarikan pada proses pendidikan dasar, lebih khusus lagi pada

mereka yang mengkaji tentang bentuk kekerasan yang terjadi pada tataran

mahasiswa dan dapat digunakan sebagai pengayaan materi. Bagi peneliti sendiri

diharapkan akan menghadirkan sebuah inovasi baru bentuk pendidikan dasar yang

sesuai dengan aturan pemerintah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman kepada

masyarakat terkait proses pendidikan dasar mahasiswa pencita alam khususnya

Wapeala. Bagi pemerintah diharapkan akan menjadi pertimbangan untuk

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

14

menciptakan sebuah kebijakan agar dapat mengurangi praktik kekerasan dalam

proses pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam. Selain itu, penelitian ini dapat

menjadi sebuah acuan bagi mahasiswa pecinta alampada umumnya untuk

melaksanakan pendidikan dasar yang tidak melenceng jauh dari esensi pencinta

alam.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Kekuasaan

Max Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kesempatan yang ada pada

seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya sendiri dalam

suatu tindakan sosial, meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat

dalam tindakan itu.18 Kesempatan seseorang atau sumber kekuasaan yang dimiliki

dapat dihubungkan dengan kehormatan, ekonomi, partai politik. Seperti yang dapat

dicontohkan adalah ketika seorang pejabat akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk melaksanakan kemauannya dibandingkan dengan seorang petani.

Kekuasaan tidak selamanya berjalan lancar, karena dalam masyarakat pasti

ada orang yang tidak setuju atau melakukan perlawanan, baik secara terbuka atau

terselubung, terhadap kekuasaan19. Diperlukan sebuah kemampuan untuk

mengatasi sebagian atau seluruh perlawanan dari pihak oposisi agar seseorang

dapat mempertahankan kekuasaan yang dimiliki. Secara sederhana, dapat dikatakan

bahwasanya orang yang dikuasai merasa kehilangan kebebasan dan jati diri mereka.

18 M. M. Poloma. 1979. Contemporary Sociological Theory. New York: MacMillan Publishing,

Co. Hlm. 52 19 James C. Scot. 1990. Domination and the Arts of Resistance. Hinden Transcripts, New Haven

and London: Yale University Press. Hlm. Xii-xiii

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

15

Kekuasaan yang dimiliki seseorang dapat diterjemahkan kedalam bentuk

lain seperti sanki, imbalan, dan alat-alat untuk menghukum mereka yang

menghalangi dan memberikan fasilitas kepada mereka yang mengikuti

kemauannya. Sanksi, imbalan, dan alat-alat yang dimiliki oleh seorang penguasa

dapat bersifat fisik, materiil, atau simbolik20.

Menurut Etzioni, ada tiga jenis kekuasaan, yaitu sebagai berikut.21

1. Kekuasaan Utilitarian

Kekuasaan utilitarian akan muncul dari aset utilitarian apabila aset-aset ini

(pemilikan ekonomi, teknik administratif, tenaga kerja) digunakan oleh

mereka yang memilikinya, sehingga perlawanan itu dapat diatasi. Misal

dalam kasus penyuapan, berarti orang yang punya uang mempunyai

kekuasaan utilitarian

2. Kekuasaan Koersif

Kekerasan koersif muncul jika orang menggunakan aset berupa senjata,

tenaga manusia dengan kekerasan untuk mengubah orang lain, atau

menghukum mereka yang mengahalanginya.

3. Kekuasaan Persuasif

Kekuasaan persuasif muncul jika orang menggunakan aset berupa nilai,

perasaan, kepercayaan untuk mengubah orang lain. Perlawanan akan lebih

mudah diatasi dan diselesaikan tanpa menggunakan kekerasan. Misalnya

dengan cara memuji seseorang.

20 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 163 21 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 164

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

16

Kekuasaan dalam proses pendidikan dasar mahasiwa pecinta alam dapat

digolongkan menjadi kekuasaan koersif dan kekuasaan persuasif. Kekuasaan yang

dimiliki senior bergantung pada bagaimana perilaku mereka terhadap junior selama

proses pendidikan dasar karena proses pendidikan dasar tidak hanya terjadi dalam

satu malam.

Sedangkan Max Weber membedakan kekuasan berdasarkan otoritas yang

menekankan pada unsur legitimasi. Otoritas adalah kemungkinan dimana perintah-

perintah tertentu (atau semua perintah yang datang dari sumber-sumber tertentu

akan ditaati oleh sekelompok orang tertentu)22. Dapat disimpulkan bahwa yang

tampak hanyalah ketaatan dan kepatuhan tanpa adanya perlawaan terhadap

golongan penguasa. Ada tiga macam otoritas, yaitu sebagai berikut.

1. Otoritas Tradisional

Otoritas tradisonal didasarkan pada suatu kepercayaan yang sudah mapan

akan kekudusan tradisi-tradisi zaman dulu dan legitimasi status mereka

yang memiliki serta menggunakan otoritas tersebut.

2. Otoritas Legal-Rasional

Otoritas legal-rasional didasarkan pada komitmen atau seperangkat

peraturan yang diungkapkan secara resmi dan diatur secara impersonal.

Aturan ini telah disepakati oleh seluruh pihak yang bersangkutan.

3. Otoritas Karismatik

Otoritas karismatik didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki oleh

seseorang pemimpin sebagai seorang pribadi. Dengan mutu yang luar biasa

22 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm 164

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

17

ini dia menjadi orang yang istimewa dan diperlakukan sebagai orang yang

dianugerahi dengan kekuasaan atau mutu yang bersifat super natural, luar

biasa, dan sangat istimewa.

Otoritas tradisional dan otoritas karismatik lebih bersifat personal dan dapat

dimiliki seseorang seiring dengan perjalanan roh semesta yang telah mereka lalui,

sedangkan otoritas legal-rasional bersifat impersonal karena didasarkan pada posisi

atau status yang dimiliki seseorang. Dalam proses pendidikan dasar Wapeala,

senior telah memiliki otoritas legal-rasional terhadap junior mereka, namun kuasa

yang dimiliki oleh senior dapat berkurang maupun hilang seutuhnya ketika junior

telah meninggalkan proses pendidikan dasar dikarenakan mereka bukan lagi peserta

pendidikan dasar Wapeala. Kekuasaan yang dimiliki oleh senior juga dapat

berkurang ketika tindakan yang dilakukan tidak mencerminkan ciri-ciri sebagai

orang yang berpengetahuan maupun memiliki etika, dengan dasar ini maka otoritas

karismatik dari senior akan berkurang bahkan hilang yang menyebabkan kuasa

akan seorang junior menjadi tidak ada atau nihil sehingga junior dapat melakukan

perlawanan terhadap senior mereka.

Pada umumnya, kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang

atau kelompok tertentu dibagi menjadi 2 macam, yakni kekuasaan formal dan

kekuasaan non formal. Kekuasaan formal merupakan kekuasaan resmi yang

diberikan kepada seorang pemimpin untuk mengambil keputusan maupun

kebijakan yang nantinya akan dipertanggung jawabkan kepada bos atau atasan.

Sedangkan kekuasaan non formal merupakan kekuasaan yang tidak berasal dari

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

18

legalitas, melainkan dari suatu legitimasi terhadap pemimpin. Kekuasaan non

formal dapat berasal dari karisma, ekonomi, atau kekuatan fisik.

Seperti yang dijelaskan diatas, kekuasaan yang dimiliki oleh senior Wapeala

dapat digolongkan sebagai kekuasaan non formal. Tidak terdapat legalitas

bahwasanya seorang senior dapat menjadi seorang pemimpin atau penguasa atas

junior mereka. Dilain pihak, senior mendapatkan kekuasaan dikarenakan mereka

merupakan orang yang membuat sistem pendidikan dasar bagi calon anggota.

Kekuasaan untuk membuat sistem pendidikan dasar tidak tertulis dalam sebuah

aturan, hal ini menjadikan senior harus berfokus pada sumber kekuasaan non formal

guna mendapatkan kekuasaan utuh atas junior mereka. Dalam hal pendidikan dasar,

para calon anggota memiliki kesempatan untuk turut serta dalam menentukan

model pendidikan seperti apa yang paling cocok dan dibutuhkan, akan tetapi sedikit

sekali junior yang telah mengerti bagaimana sistem pendidikan dalam organisasi

pecinta alamsehingga kesempatan untuk berdialektika dengan senior guna

menentukan model pendidikan dasar hampir dibilang nol.

Plato adalah murid setia socrates, pemikirannya sangat banyak dipengaruhi

oleh ajaran socrates. Melalui Plato, ajaran Socrates dikembangkan dan

diperkenalkan di Yunani. Salah satu pemikirannya adalah berkaitan dengan negara

dan kekuasaan. Dalam pandangan Plato, negara mengekspresikan nilai – nilai moral

dan etika, karena pada dasarnya negara dibentuk untuk mendidik warganya dengan

nilai – nilai moral yang rasional. Menurutnya, negara ideal menganut prinsip –

prinsip untuk mementingkan kebajikan (virtue). Kebajikan menurutnya adalah

pengetahuan, apapun yang dilakukan atas nama negara haruslah dimaksudkan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

19

untuk mencapai kebajikan itu. Atas dasar itulah Plato melihat pentingnya lembaha

pendidikan bagi kehidupan kenegaraan, tidak ada cara lain yang paling efektif

mendidik warga negara untuk menguasai ilmu pengetahuan, kecuali dengan

membangun lembaga – lembaga pendidikan itu.23 Perguruan tinggi sebagai bentuk

dari penjelmaan dari tanggung jawab negara untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa memiliki kekuasaan untuk mengatur dan membentuk penerus bangsa sesuai

dengan kebutuhan negara. Akan tetapi, dalam praktiknya, banyak terjadi

penyimpangan proses pendidikan yang tidak sesuai dengan tujuan awal negara.

Prinsip negara ideal sebagai sebuah kebajikan, maka dengan sendirinya

kekuasaan yang ada pada negara harus berorientasi pada kebajikan. Oleh karena

itu, orang – orang yang memegang kekuasaan haruslah orang – orang bijak. Mereka

yang berhak menjadi penguasa hanyalah mereka yang mengerti sepenuhnya prinsip

kebajikan. Para senior di Wapeala merasa bahwasanya mereka adalah orang yang

memiliki pengetahuan dan kebajikan sehingga wewenang dan kekuasaan berada di

tangan senior sehingga seluruh proses pendidikan dasar diatur oleh subjektifitas

senior.

Plato menyebutkan negarawan seperti seorang raja – filosof (The

Philoshoper King). Maksud Raja – filosof adalah mereka yang memahami berbagai

gejala penyakit masyarakat, mendeteksinya sejak dini, mampu melakukan diagnosa

dan mencari cara bagaimana bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Dengan

demikian, mereka yang bisa menjadi penguasa adalah orang – orang bijak yang

23 Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Hlm. 38

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

20

memiliki banyak pengetahuan tentang masyarakat, orang – orang biasa yang tidak

memiliki pengetahuan tidak layak untuk mendapatkan kekuasaan.24

Konsep negara dan kekuasaan yang disampaikan Plato merupakan sebuah

konsep negara yang seharusnya atau sebagai konsep yang ideal. Plato menempatkan

negara dan kekuasaan sebagai penjaga moral dan etika masyarakat, karena lembaga

negara memiliki kewajiban mendidik masyarakat. Sementara Aristoteles

menempatkan negara dan kekuasaan sebagai lembaga yang dibentuk untuk

kepentingan kesejahteraan bersama. Konsekuensi logis dari pemikiran tersebut,

siapapun yang mendapatkan kekuasaan dan duduk di lembaga negara adalah orang

– orang yang bijak, orang pilihan yang memiliki pengetahuanm tidak

mengutamakan kepentingan pribadi, tapi lebih mengutamakan kepentingan

bersama. Dalam terminologi ini, maka penguasa tidak akan bertindak sewenang –

wenang kepada warga negara, karena penguasa adalah orang soleh yang taat pada

nilai – nilai moral. Dengan demikian, baik pemikiran Plato maupun Aristoteles

tidak memberi peluang bagi negara untuk melakukan tindakan kekerasan pada

warga negaranya. Meski dalam praktek sangatlah sulit untuk mendapatkan orang

yang sholeh dan bijak untuk memimpin negara.

Pemikiran plato dan aristoteles tidak membenarkan praktik tindak

kekerasan oleh kelas penguasa. Penguasa dalam organisasi pecinta alam Wapeala

terdiri dari pengurus harian dan dewan permusyawaratan. Mereka dianggap sebagai

orang sholeh dan bijak yang dirasa mampu untuk mengatur organisasi. Dalam

prakteknya, pengurus harian dan dewan permusyawaratan merupakan peserta didik

24 Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Hlm. 38

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

21

dari universitas dengan status mahasiswa sehingga sering terjadi kesalahan dalam

pengambilan keputusan dalam sistem pendidikan dasar.

1.5.2 Kekerasan

Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang

terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive)

atau bertahan (deffensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain25.

Kekerasan terbuka merupakan kekerasan yang dapat dilihat oleh indra manusia,

seperti perkelahian; pemukulan; penganiayaan, dan sebagainya. Kekerasan tertutup

merupakan kekerasan yang sifatnya tersembunyi atau tidak dilakukan secara

langsung, seperti perilaku mengancam. Kekerasan agresif merupakan kekerasan

yang dilakukan tidak untuk perlindungan, melainkan untuk mendapatkan sesuatu

seperti penjabalan. Kekerasan defensif merupakan kekerasan yang dilakukan

sebagai tindakan perlindungan diri terhadap serangan dari pihak lain. Baik

kekerasan agresif maupun kekerasan defensif sama-sama dapat bersifat terbuka

atau tertutup, tergantung dari bentuk kekerasan yang dilakukan.

Perilaku mengancam memiliki ciri mengkomunikasikan pada orang lain

suatu maksud untuk menggunakan kekerasan terbuka bila diperlukan. Orang yang

mengancam sesungguhnya tidak memiliki maksud untuk melakukan tindak

kekerasan. Orang yang diancam hanya mempercayai kebenaran ancaman dan

kemampuan pencancam untuk mewujudkan ancamannya. Dengan mencancam, ada

sedikit orang yang bisa mengontrol orang lain. Ancaman dianggap sebagai bentuk

25 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 11

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

22

kekerasan yang merupakan unsur penting kekuatan (power), kemampuan intik

mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang

berlawanan26. Sebuah ancaman akan menjadi efektif ketika seseorang

mendemonstrasikan keinginan untuk mewujudkan ancaman yang telah dikatakan

sebelumnya. Dalam kasus ancaman yang dilakukan oleh senior di Wapeala, mereka

biasa melakukan tindakan ini dengan cara menunjukan kemampuan fisik dan

pengetahuan yang mereka miliki. Senior sering menantang junior untuk adu

kekuatan fisik seperti berlari, berenang, push up, pull up, dan lain-lain. Selain itu,

pengetauan akan dasar-dasar berkegiatan di alam bebas sering digunakan untuk

memotivasi junior agar mereka tidak melakukan pemberontakan dan melawan para

senior.

Bentuk kekerasan yang lain adalah kekerasan verbal dengan menggunakan

kata-kata, kalimat, dan unsur bahasa lain yang disampaikan dengan cara-cara

tertentu untuk tujuan represi. Bagian utama dari kekersana verbal adalah kekerasan

terhadap persaan. Kekerasan verbal menggunakan kata – kata kasar, tanpa

menyentuh fisiknya. Kata – kata yang memfitnah, kata – kata yang mengancam,

menakutkan, menghina atau membesar – besarkan kesalah orang lain merupakan

kekerasan verbal.27

Kasus kekerasan verbal yang terjadi di Mahasiswa Pecinta alamdiindikasi

telah menjadi tradisi yang berlangsung terus-menerus dalam lingkungan kampus.

26 Max Weber 1958 dalam Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia

Indonesia. Hlm. 11 27 Bambang Sutikno. The Power of 4Q for HR and Company Development. 2010. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. Hal 320

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

23

Kekerasan verbal dianggap perlu karena dianggap perlu untuk meningkatkan

motivasi diri, memperkuat karakter, kolektivitas, kepemimpinan, dan pencapaian.

Bahasa umum yang kita gunakan untuk membahas kekerasan sesungguhnya

berkaitan dengan gagasan dasar kita tentang hubungan dominasi yang legitimate

dan tidak legitimate28. Perilaku yang sama didefinisikan berbeda tergantung pelaku

tersebut adalah seorang aparatus negara atau non aparatus negara. Ketika seorang

aparatus negara membunuh seseorang, hal ini didasarkan pada beberapa aspek dan

pertimbangan rasional dari sebuah tujuan yang ingin dicapai, seperti membungkam

dan menghilangan musuh negara. Hal ini sangat berbeda ketika seorang non

aparatus negara membunuh seseorang, mereka dianggap sebagai kriminal oleh

media massa, oleh negara, bahkan oleh khalayak umum. Perbedaan simbolik ini

dapat terjadi karena terdapat peran kekuatan negara yang secara tersirat dianggap

legitimate dan rasional. Akan tetapi, beberapa teoritikus memiliki anggapan yang

berbeda-beda terhadap penggunakan kekuatan dan ancaman secara resmi dianggap

sebagai praktik tindak kekerasan, sebagaimana halnya dengan kekerasan ilegal

yang lain seperti perampokan bersenjata.

Dari berbagai teori yang muncul terkait kekerasan, muncul pertanyaan

penting bagi kita semua terkait makna kekerasan. Istilah apa yang digunakan oleh

berbagai kelompok masyarakat kita untuk mengacu pada sebuah fenomena yang

kita sebut sebagai praktik tindak kekerasan? Apa makna istilah kekerasan bagi

kelompok ini? mengapa mereka menggunakan istilah ini? bagaimana mereka

28 Harvey Greisman dalam Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia

Indonesia. Hlm. 12

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

24

menggunakan istilah ini? apa pengaruhnya bagi mereka ? Walter miller menjawab

istilah kekerasan sebagai berikut:

Istilah kekerasan memiliki harga yang tinggi. Seperti banyak istilah yang

mengandung makna kehinaan atau kekejian yang sangat kuat, istilah kekerasan

diberlakukan dengan sedikit diskriminasi pada berbagai hal yang tidak disetujui

secara umum. Termasuk di dalamnya adalah fenomena seperti iklan TV, tinju,

music rock’n roll dan tindak-tanduk pelaku, detektif swasta fiksi dan seni modern.

Ruang lingkup istilah ini, bila digunakan dalam bentuk seperti di atas, menjadi

demikian luas sehingga mengaburkan maknanya.29

Kekuasaan untuk meregulasi dan menindak diistalahkan Althusser sebagai

Repressive State Aparatus (RSA). Represif yang dimaksud adalah aparatus negara

yang menjalankan fungsinya dengan kekerasan, atau paling tidak, pada akhirnya

menggunakan kekerasan. Karena ada represi, misalnya represi administratif yang

mengambil bentuk – bentuk non fisik. RSA terdiri dari: pemerintahan, birokrasi,

angkatan bersenjata atau tentara, polisi, pengadilan, penjara, dsb.

Selain RSA, Althusser mengajukan konsep Ideological State Aparatus

(ISA). ISA menjalankan fungsinya dengan ideologi. Institusi – institusi yang

termasuk dalam ISA diantaranya: keagamaan (gereja, masjid, vihara, pura, dsb),

pendidikan (SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dsb), keluarga, hukum, politik,

komunikasi (pers), serikat buruh, budaya, kesustraan, seni, olah raga, dan

sebagainya. Perlu dicermati bahwa ideologi yang dibicarakan Althusser adalah

29 Walter Miller dalam Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hlm. 13

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

25

ideologi dalam kerangka Marxis, yaitu ideologi kelas penguasa, atau ideologi kelas

penindas, atau kapitalis. Ideologi bekerja dalam penyapaan individu-individu

sebagai subyek. Negara dipandang sebagai salah satu institusi yang paling aktif

dalam praktek ideologi. Menurutnya, tidak ada sebuah kekuasaan yang mampu

menguasai negara dalam jangka waktu yang panjang tanpa pada saat yang

bersamaan menghegemoni secara ideologis. Disinah ISA mulai melaksanakan

perannya. Seperti saat proses diksar mapala, para senior mendoktrin dan

mengambil peran dalam kekerasan yang dilakukan terhadap para calon anggota.

Kekerasan merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik

ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan

pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang.30 Seperti yang disebutkan Gandhi31, Akar Kekerasan: Kekayaan

tanpa bekerja, Kesenangan tanpa hati nurani, Pengetahuan tanpa karakter,

Perdagangan tanpa moralitas, Ilmu tanpa kemanusiaan, Ibadah tanpa pengorbanan,

Politik tanpa prinsip.32

Perilaku kekerasan atau agresi menurut Stephan & Stephan mengandung

maksud menjadikan orang lain menderita dan adanya penolakan secara hukum

maupun norma terhadap perilaku tersebut. Faktor utama sebagai predisposisi

perilaku kekerasan pada seseorang adalah keadaan emosi dan kognisinya. Menurut

30 Merriam-Webster Dictionary Retrieved February 8, 2010 31 Mohandas Karamchand Gandhi lahir di Porbandar, Gujarat, India 2 Oktober 1869 – meninggal

di New Delhi, India, 30 Januari 1948 adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.

Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India.

Ia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, mengusung gerakan kemerdekaan melalui

aksi demonstrasi damai. 32 Nelson Mandela, In his own words, Little, Brown and Co., (2003),

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

26

Stephan & Stephan keadaan emosi yang dipandang sebagai sebab utama dari agresi

adalah kemarahan. Sedangkan menurut Gurr perilaku kekerasan lebih ditekankan

pada political violence yaitu semua kejadian yang unsur utamanya adalah ancaman

penggunaan kekuasaan. Berdasarkan pengertian ini maka kekerasan politik tidak

dilakukan oleh penguasa tetapi oleh yang menentangnya. Padahal dalam

kenyataannya, penguasa juga melakukan banyak tindak kekerasan terhadap rakyat

atau pengikutnya.

Pengertian yang lebih luas diajukan oleh Galtung yang mendefinisikan

kekerasan sebagai any avoidable impediment to self-realization. Jadi, kekerasan

adalah segala sesuatu yang menyebabkan orang terhalang untuk

mengaktualisasikan potensi diri secara wajar. Namun, Galtung menambahkan

bahwa penghalang itu adalah sesuatu yang dapat dihindarkan. Artinya, kekerasan

dapat dihindarkan kalau penghalang itu disingkirkan. Dalam pendidikan dasar

mahasiswa pencinta alam, penghalang yang dimaksud oleh galtung sangat-sangat

bisa disingkirkan dari proses pendidikan yang berlangsung.

Dalam kajian Galtung33 (2003) tentang Teori Peradaban, apa yang

dilakukan oleh mahasiswa pecinta alamkhususnya Mahasiswa Pecinta

alam(Wapeala) Universitas Dipongeoro dapat dikategorikan sebagai segitiga

kekerasan, yakni: kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan

kultural/budaya. Kekerasan langsung adalah sebuah peristiwa (event), kekerasan

struktural adalah sebuah proses naik turun, dan kekerasan kultural adalah sebuah

33 Galtung adalah intelektual Amerika Serikat yang mengkritik habis kebijakan Presiden George

Walker Bush Jr yang mengirimkan ratusan ribu tentara US Army ke negara-negara diTimur-Tengah.

Dia menulis buku tentang “Studi Perdamaian : Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan

Peradaban,” (2003), Terjemahan Asnawi dan Safrudin

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

27

invariant (tidak berbeda), sesuatu yang permanen, ketiga kekerasan ini memasuki

waktu yang berbeda – beda.

Kekerasan langsung dilakukan saat proses pendidikan dasar dimana para

senior menggunakan kata-kata bahkan kontak langsung dengan tujuan represi.

Kekerasan struktural terjadi melalui sistem hirarkis antara senior dan junior dimana

junior merupakan sekelompok orang maupun individu yang dapat dikuasai oleh

senior. Kekerasan kultural merupakan perspektif ke depan dengan melestarikan

kekerasan tersebut, cara yang digunakan adalah para senior membimbing pola

berfikir juniornya agar sesuai dengan kehendak atau kemauan yang telah

diwariskan turun temurun, selain itu kekerasan kultural dilakukan dengan

melakukan diskriminasi terhadap orang – orang dengan label mahasiswa pencinta

alam, bahkan orang tua turut serta melarang anaknya mengikuti kegiatan pecinta

alamkarena identik dengan kekerasan Kekerasan disini terjadi apabila manusia

telah dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya

berada dibawah realisasi potensialnya.

Johan galtung menawarkan sebuah konsep kosmologi untuk mempelajari

akar dari kekerasan. Asumsi-asumsi pada level mendalam yang berada dibawah

sadar kolektif sangat susah untuk digali dan dimengerti. Pada level inilah budaya

okidental/barat menunjukan banyak sekali sifat kekerasan yang mana seluruh

budaya dimulai dengan kekerasan34. Budaya kekerasan di organisasi mahasiswa

pecinta alamtelah menjadi sebuah budaya yang diwariskan secara turun temurun

sehingga tanpa sadar telah merasuk kedalam alam bawah sadar mereka dan menjadi

34 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 197

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

28

sesuatu yang lazim untuk dilakukan. Disaat sedang melakukan proses pendidikan

dasar, para calon anggota secara sadar telah menjadi korban dari kekerasan oleh

senior mereka. Hal inilah sumber dari segala kekerasan yang terjadi dikarenakan

terjadi pembiasaan atau habitus35 sejak awal akan masuk ke dalam organisasi.

Perlahan namun pasti, calon anggota menjadi terbiasa dengan kekerasan dan

mengganggap bahwasanya kekerasan itu merupakan hal yang wajar dalam proses

pendidikan mahasiswa pencinta alam.

Ada keterpilihan (choseness, ada gradien centerperiphery yang kuat, ada

urgensi, sindrom apocalypse now! Yang menghalangi pembentukan watak

kesabaran dan menghalangi munculnya perdamaian struktural dan perdamaian

langsung.36 Ada sikap arogan terhadap alam yang mengahalangi unity-life. Seluruh

budaya yang ada dapat berubah menjadi akar kekerasan yang diekpresikan menjadi

sebuah manifes dan kemudian dipakai untuk membenarkan praktik tindak

kekerasan yang sebenarnya tidak bisa dibenarkan.

Johan Galtung mengajukan pertanyaan tentang kekerasan berkaitan dengan

enam dimensi penting kekerasan dan akibatnya pada manusia, yaitu:

1. Kekerasan fisik dan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia

disakiti secara jasmani bahkan sampai pada pembunuhan. Sedangkan

kekerasan psikologis adalah tekanan yang dimaksudkan untuk meredusir

kemampuan mental atau otak.

35 Habitus diartikan sebagai bentuk badan atau perawakan. Akan tetapi, dalam konteks ilmu sosial

habitus diartikan dengan kebiasaan yang sering diungkapkan dengan habitual yakni penampilan

diri yang tampak; tata pembawaan terkait dengan kondisi tipikal tubuh 36 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 197

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

29

2. Pengaruh positif dan negatif. Sistem orientasi imbalan yang sebenarnya

terdapat ‘pengendalian’, tidak bebas, kurang terbuka, dan cenderung

manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan dan euphoria.

3. Ada obyek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan

fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi

tindakan manusia.

4. Ada subyek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada

pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak

langsung. Kekerasan tidak langsung sudah menjadi bagian struktur itu

(strukturnya jelek) dan menampakkan diri sebagai kekuasaan yang tidak

seimbang yang menyebabkan peluang hidup tidak sama.

5. Disengaja atau tidak. Bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan,

pemahaman yang hanya menekankan unsur sengaja tentu tidak cukup untuk

melihat, mengatasi kekerasan struktural yang bekerja secara halus dan tidak

disengaja. Dari sudut korban, sengaja atau tidak, kekerasan tetap kekerasan.

6. Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak, nyata, baik yang

personal maupun struktural, dapat dilihat meski secara tidak langsung.

Sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak

kelihatan, tetapi bisa dengan mudah meledak. Kekerasan tersembunyi akan

terjadi jika situasi menjadi begitu tidak stabil sehingga tingkat realisasi

aktual dapat menurun dengan mudah. Kekerasan tersembunyi yang

struktural terjadi jika suatu struktur egaliter dapat dengan mudah diubah

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

30

menjadi feodal, atau evolusi hasil dukungan militer yang hirarkis dapat

berubah lagi menjadi struktur hirarkis setelah tantangan utama terlewati.37

Galtung juga membedakan antara kekerasan personal dengan struktural.

Kekerasan personal adalah dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang

hebat, yang dapat menimbulkan perubahan. Sedangkan kekerasan stuktural,

sifatnya statis, memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak tampak. Dalam

masyarakat statis kekerasan personal akan diperhatikan, sementara kekerasan

struktural dianggap wajar. Namun dalam masyarakat yang dinamis, kekerasan

personal bisa dilihat sebagai hal yang berbahaya dan salah, sementara kekerasan

struktural semakin nyata menampilkan diri.

Mekanisme kekerasan struktural dalam bentuk enam dimensi yang

mendukung pembagian tidak egaliter meliputi urutan kedudukan linear, pola

interaksi yang tidak siklis, korelasi, antara kedudukan dan sentralitas, persesuaian

antar sistem, keselarasan antar kedudukan, dan perangkapan yang tinggi

antartingkat. Sistim sosial akan cenderung mengembangkan keenam mekanisme ini

yang pada akhirnya memperbesar ketidaksamaan. Dalam beberapa stuktur,

ketidaksamaan terjadi begitu rupa sehaingga pelaku yang berkedudukan paling

rendah tidak hanya relatif terhalangi dimensi potensialnya, tetapi juga sungguh-

sungguh berada di bawah batas minimum subsistensinya. Struktur tidak

memungkinkan mereka membangun kekuatan, mengorganisasi dan mewujudkan

kekuasaannya berhadapan dengan pihak yang kuat. Mereka trerpecah belah, kurang

integrasi dan kurang mempunyai kekuasaan atas diri sendiri, otonomi, yang cukup

37 Thomas Santoso. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.. Hlm 168-169

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

31

untuk menghadapi fihak yang kuat. Jadi kekerasan struktural lebih sering, dilihat

sebagai kekerasan psikologis. Perbedaanya hanya pada cara, tetapi akibatnya

memperlihatakan hasil yang serupa.

Kekerasan personal bertitik berat “realisasi jasmani aktual”, ada tiga

pendekatan untuk melihat kekerasan personal, yaitu cara-cara yang digunakan

(menggunakan badan manusia, atau senjata), bentuk organisasi (individu, masa atau

pasukan), dan sasaran (manusia). Kekerasan personal dapat dibedakan dari susunan

anatomi (secara struktural) dan secara fungsional (fisiologi). Pembedaan antara

yang anatomis dan fisiologi terletak pada kenyataan bahwa yang pertama sebagai

usaha menghancurkan mesin manusia sendiri (badan), yang kedua untuk mencegah

supaya mesin itu tidak berfungsi.51

Dalam organisasi mahasiswa pencinta alam, kekerasan fisik dan psikologis

terjadi pada saat proses pendidikan dasar. Kegiatan pendidikan dasar yang

dilakukan didalam hutan dan tidak diketahui masyarakat umum membuat senior

bebas untuk melakukan kekerasan fisik dan psikologis, bahkan tidak menutup

kemungkinan beberapa kematian yang terjadi saat proses pendidikan dasar

merupakan hasil dari kekerasan fisik. Kekerasan ini dapat digolongkan menjadi

kekerasan tampak dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan senior pernah menjadi

peserta pendidikan dasar dan menjadi korban kekerasan. Mereka menyimpan

dendam kepada pendahulu mereka dan ada yang sempat dibahas saat rapat proses

pendidikan dasar sehingga kekerasan ini dapat dikatakan kekerasan yang tampak,

51 Windu I Warsana. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. (Yogyakarta, Kanisius,

1992) hlm.74.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

32

akan tetapi ketika senior memiliki kekuasaan untuk menggunakan kekuasaan,

mereka cenderung untuk membalaskan dendam kepada para pendahulu melalui

junior sebagai objek kekerasan.

1.5.3 Kekeraan dalam Perspektif Kekuasaan

Kita tidak pernah tidak akan mengalami kekuasaan, jika kata-kata dan

perbuatan-perbuatan saling terkait, jadi di mana kata-kata tidak kosong dan

perbuatan-perbuatan tidak bungkam dan berubah menjadi kekerasan, di mana kata-

kata tidak disalahgunakan untuk menyelubungi maksud-maksud, melainkan

dikatakan untuk menyingkapkan kenyataan, dan di mana perbuatan-perbuatan tidak

disalahgunakan untuk memperkosa dan menghancurkan, melainkan untuk

menciptakan dan menetapkan hubungan-hubungan baru, dan dengan jalan itu

menciptakan kenyataan-kenyataan baru38.

Arendt membedakan kekuasaan dari kekuatan (strength), daya (force),

otoritas (authority) dan kekerasan (violence).39 Kekuatan merupakan ciri dari

individu. Kekuatan dapat digunakan dalam bentuk persuasif maupun koersif. Ia

tidak dapat bertahan bila berhadapan dengan yang banyak individu (rakyat).

Sedangkan ‘daya’ memiliki hubungan dengan alam. Daya selalu diartikan sebagai

kekuatan yang berada dalam alam, kekuatan itu telah ada dan menunggu waktu

untuk mengeluarkan wujudnya. Ketika terjadi gempa bumi yang mengguncangkan

sebuah pulau dan membuat pulau tersebut hancur dengan seluruh isinya, gempa

38 Dikutip oleh F. Budi Hardiman dari Max Weber, Soziologische Grundbegriffe, UTB, Tubingen,

1984, hal. 89 dalam bukunya Memahami Negativitas. Diskursus tentang Massa, Teror, dan

Trauma (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2005), hal. 31-32 39 Hannah Arendt,On Violence, op.cit., hal. 44-46

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

33

tersebut tidak dapat dikatakan sebagai kekerasan. Gempa hanyalah daya yang

dimiliki alam dan bersifat netral yang tidak memiliki intensi untuk menghancurkan.

Sebagai bagian dari alam, manusia pun dapat memiliki daya. Namun, daya yang

milikinya bersifat netral. Ia dapat dilihat positif dan negatif; dan itu tergantung pada

intensi pemiliknya dalam penggunaannya dalam relasi dengan manusia lain.

Otoritas merupakan sebuah bagian lain dari kekuatan dan berbeda dengan

daya. Otoritas diberikan oleh individu maupun kelompok tertentu kepada seorang

penguasa sehingga dapat dikatakan bahwa otoritas tidak dibawa sejak lahir atau

telah dimiliki oleh seorang penguasa. Sama halnya dengan daya, otoritas dapat

dilihat dari sisi positif maupun negatif. Hal ini bergantung pada bagaimana seorang

penguasa menggunakan otoritas yang ia miliki.

Kekuasaan dan kekerasan memiliki dimensi yang berbeda. Kekerasan

digunakan sebagai alat untuk menambah dan melipatganda kekuasaan yang telah

dimiliki. Ketika cara-cara seperti persuasi dan non-kekerasan tidak dapat digunakan

lagi, kekerasan merupakan jalan terakhir yang digunakan untuk mendapatkan

kekuasaan. Ketika kekerasan digunakan, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang

dimiliki oleh seseorang telah terancam dan terdapat kemungkinan akan hilang.

Dalam organisasi mahasiswa pencita alam, kekerasan digunakan guna

mengintimidasi junior agar patuh terhadap senior. Senior yang menggunakan

kekerasan dapat digolongkan sebagai senior yang minim pengetahuan dan kekuatan

sehingga kekuasaan yang dimiliki mulai terancam. Mereka tidak memiliki

pengetahuan yang cukup sehingga kekerasan meerupakan jalan keluar termudah

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

34

untuk masalah yang dihadapi. Hal ini membawa kita jauh ke jaman dimana hukum

rimba masih digunakan untuk menentukan kelas dalam masyarakat.

Pemikiran negara dan kekuasaan yang cenderung memberi justifikasi pada

negara untuk mengesahkan segala tindakannya disampaikan oleh Machiavelli40

dalam bukunya The Prince and Discourse. Gagasan politik Machiavelli banyak

dijadikan inspirasi negarawan dan penguasa abad XX, seperti Hitler dan Mussolini

dalam usahanya memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Machiavelli melihat

kekuasaan sebagai tujuan itu sendiri, ia menyangkal asumsi kekuasaan adalah alat

atau instrumen belaka untuk mempertahankan nilai – nilai moralitas ata agama.

Baginya, segala kebajikan seperti agama dan moralitas justru harus dijadikan

sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan yang lebih besar. Kekuasaan haruslah

diperoleh, digunakan, dan dipertahankan semata – mata demi kekuasaan itu sendiri.

Bagi Machiavelli justru terbalik, penguasa yang baik harus berusaha mengejar

kekayaan dan kejayaan, karena keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki

seorang penguasa.41

Berdasarkan pemikiran machiavelli, senior dalam organisasi pecinta

alamakan berusaha untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dan

kejayaan yang mereka miliki dengan cara apapun. Senior cenderung membungkam

40 Niccolò Machiavelli lahir di Florence, Italia, 3 Mei 1469 – meninggal di Florence, Italia, 21 Juni

1527 pada umur 58 tahun) adalah diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli

teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada

masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus

tentang Livio) dan Il Principe (Sang Penguasa), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki

kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa

itu. 41 Skinner. Machiavelli Dilema Kekuasaan dan Moralitas. (1994: 44). Terjemahan Burhan

Wirasubrata

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

35

junior agar tidak terjadi peralihan kekuasaan. Senior akan menggunakan segala cara

mulai dari mengatur regulasi sistem penerimaan hingga menggunakan kekerasan.

Perbudakan merupakan salah satu bentuk dari kekerasan dan

penyalahgunaan kekuasaan. Aristoteles menyatakan bahwa siapa saja yang

kapasitas deliberatifnya terlalu lemah untuk melindungi dirinya sendiri pada

dasarnya (by nature) adalah seorang budak sehingga pantas diperbudak42. Ketika

seseorang telah dijadikan budak pada dasarnya dia telah merasakan kekerasan

secara tidak langsung dimana dia tidak memiliki kebebasan sebagai seorang

manusia. Seorang junior yang tidak mampu mempertahankan kebebasan berpikir

akan dikuasasi dan didominasi oleh doktrin-doktrin senior. Mereka akan selamanya

terperangkap menjadi budak dalam pikiran mereka sehingga pemikiran progresif

dan kritis tidak dapat berkembang.

Dominasi sebagai salah satu bentuk dari kekerasan menandakan adanya

sebuah kesalahan dalam proses pendidikan. Dominasi merupakan lawan dari cinta

dimana terjadi suatu sadisme pada pihak penguasa dan masokisme pada pihak yang

dikuasai.43 Dimanapun terjadi praktik dominasi, disanalah para kaum tertindas

perlu untuk membebaskan diri dari kurungan para penguasa tanpa menggunakan

cara cara dengan unsur kekerasan.

Kekuasaan diidentikan sebagai arena pertarungan politik dan medan

pertempuran. Maka, terjadi kekuasaan yang memungkinkan berhasil merebut

kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan itu sendiri, pada pangkal ini biasanya

42 Gaus, Gerald F. dan Chandran Kukhatas. 2012. Handbook Teori Politik. (Edisi Bahasa

Indonesia, Penerjemah: Derta Sri Widowatie). Bandung: Nusa Media. Hlm 714 43 Paulo Frerire. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES. Hlm 79

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

36

kekerasan terjadi. Kelompok yang berkuasa akan berupaya mempertahankan

kekuasannya dengan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut dan tidak segan –

segan melakukan tindakan – tindakan represif dan otoriter. Keadaan ini menjadikan

negara yang semula sebagai institusi disepakati masyarakat untuk memenuhi

kepentingan bersama berubah menjadi sebuah institusi yang membatasi kebebasan

masyarakat dengan membatasi ruang publik, mengontrol perilaku masyarakat,

menciptakan teror, melakukan penangkapan, penculikan terhadap kelompok

oposisi yang dianggap mengancap kekuasannya.

Perspektif diatas juga terjadi dalam institusi pendidikan, terutama dalam

organisasi Wapeala. Senior berusaha untuk mempertahankan kekuasaan yang

dimiliki dengan membatasi ruang gerak dari junior. Senior mengontrol perilaku dan

pengetahuan yang ada di Wapeala dengan memanfaatkan status mereka sebagai

senior. Ketika seorang senior dianggap lebih bodoh dari junior karena kurang

pengetahuan dan kemampuan merupakan hal paling dihindari dalam praktik

penggunaan kekuasaan. Terkadang, kekerasan digunakan sebagai pilihan terakhir

untuk mempertahankan kekuasaan yang dimiliki oleh senior.

Usaha terpuji yang bisa dilakukan oleh negara, baik aparatus maupun non

aparatus adalah bertindak memutus rantai kekerasan, yang oleh Dom Helder

Camara44 disebutnya sebagai spiral kekerasan. Artinya, bahwa negara dan

masyarakat secara bersama – sama melakukan tindakan untuk memutus rantai

kekerasan. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka korban yang sudah terstigmatisasi

44 Dom Hélder Câmara (7 Februari 1909 - 27 Agustus 1999 ) adalah Uskup Agung Olinda dan

Recife. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh Katolik yang besar pada abad ke-20. Câmara adalah

seorang perintis penting bagi teologi pembebasan Amerika Latin.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

37

tersebut akan terus merasa terpinggirkan pada kehidupan bermasyarakat. Stigma

mapala sebagai pembunuh dan pendidikan dasar yang identik dengan kekerasan

yang masih melekat di kehidupan berwarga negara harus ditanggulangi bersama.

Junior yang dianggap sebagai wadah untuk terus menerus diisi dan dibentuk sesuai

dengan kebutuhan organisasi menyalahi hakikat dari sebuah pendidikan.

1.5.4 Kekerasan dalam Pendidikan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan harus ditunjukan untuk menciptakan keseimbangan

pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa,

akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus

mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual,

intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara

perseorangan mauupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek

tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan

terletak pada pelaksanaannya, pengabdian penuh kepada allah, baik pada tingkat

perseorangan, kelompok, maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.45

45 Abudin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media Grup. Hlm. 60

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

38

Dengan menggunakan perpektif diatas mengenai tujuan pendidikan, dapat

dikatakan bahwa kekerasan yang dilakukan atas nama pendidikan tidak dibenarkan

karena merupakan tindakan yang keji dan merugikan diri sendiri maupun orang

lain. Namun meskipun banyak orang sepakat dengan perspektif diatas, kekerasan

dengan atas nama pendidikan masih terus terjadi baik secara sporadis maupun

masif. Erich Fromm membedakan dua sumber munculnya praktif tindak kekerasan

dari dalam diri seseorang, yang diistilahkan Fromm dengan agresi defensif dan

kekerasan yang terjadi karena kemauan sungguh-sungguh untuk menyengsarakan

orang lain, yang disebutnya sebagai agresi destruktif.46

Agresi defensif dipaparkan Fromm (2012) sebagai pembelaan seseorang

atas kepentingan vital terhadap lawan. Agresi ini merupakan suatu reaksi yang

dilakukan oleh seseorang karena adanya ancaman terhadap hal-hal mendasar dalam

dirinya. Dengan ungkapan berbeda, agresi ini dilakukan dengan tujuan untuk

mempertahankan kehidupan itu sendiri. Fromm sepakat bahwa setiap orang

menghayati nilai-nilai dan memiliki pegangan dasar dalam hidupnya. Ia menyadari

dirinya sebagai orang yang bebas dan berhari nurani. Ia juga berkewajiban untuk

mempertahankan nyawanya, memperjuangkan masa depannya. Ia memiliki

orientasi ancaman terhadap semua hal ini, baik nyata maupun tidak nyata, yang bisa

memicu seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan.47 Harga diri termasuk di

dalamnya membela keyakinan atau nilai-nilai dasar yang dianutnya.

46 M. Nurul Ikhsan Saleh. 2012. Peace Education. Hlm. 28-29 47 Kasdin Sihotang. Kekerasan: Wujud Kehampaan Eksistensi: sebuah tinjauan etis atas pemikiran

Erich Fromm, “ dalam Jurnal Respons: Jurnal etika sosial, pusat pengembangan etika unika atma

jaya. Jakarta, Volume 14 nomor 02 (Desember, 2009). Hlm. 186

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

39

Berbeda dengan agresi defensif, agresi destruktif jauh lebih jahat. Ini

merupakan nafsu yang menyengsarakan dan menyiksa secara kejam,48 nafsu

membunuh, serta menghancurkan demi kesenangan. Tindakan ini dalam penilaian

Fromm bertujuan bukan meliputi usaha memelihara kelangsungan hidup individu

atau membela prinsip-prinsip kehidupan secara mendalam, melainkan hanya demi

pemenuhan nikmat, pemenuhan nafsu untuk menyiksa dan membunuh. Namun,

Fromm tetap menegaskan bahwa agresi destruktif khas manusia tidak bersifat

naluriah. Artinya, kekerasan destruktif tidak terpogram secara filogenetis, tidak

pula fungsional dan adaptif dalam kondisi panik terhadap eksistensi manusia yang

terisolasi, yang tak berdaya dan merasa kehilangan jati dirinya sebagai manusia.49

Kekerasan destruktif juga terjadi saat proses pendidikan dasar mahasiswa

pencita alam. Kekerasan destruktif dapat dianggap benar oleh senior karena

mensimulasikan keadaan terburuk ketika di lapangan. Siksaan fisik maupun mental

dengan alam sebagai medianya menjadi ajang untuk menyalurkan sifat bengis dari

seorang manusia. Dengan menggunakan kekerasan pada saat proses pendidikan

dasar, calon anggota diharapkan menjadi insan yang telah siap untuk menggunakan

label mahasiswa pencinta alam. Senior akan menggunakan kekerasan destruktif

hingga membuat junior benar-benar berada di titik terendah dari kehidupannya,

hingga akhirnya junior akan melawan dan mendapatkan kekuatan baru.

Dengan kekerasan destruktif yang digunakan senior, junior akan

menggunakan kekerasan defensif untuk mempertahankan nyawa dan martabatnya

48 Erich Fromm. Akar Kekerasan, analisis sosio-psikologis atas watak manusia. Terjemahan imam

muttaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Hlm. 256 49 Kasdin Sihotang. Kekerasan: Wujud Kehampaan Eksistensi. Hlm. 186

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

40

sebagai seorang manusia. Senior akan terus menekan junior hingga mengetahui

sejauh mana batas akal dan kekuataanya ketika berada pada titik terendah mereka.

Pengalaman terburuk yang hampir merengut nyawa akan menjadi bekal junior

untuk kehidupan selanjutnya sehingga menjadi insan yang betul-betul siap untuk

menghadapi kehidupan nyata.

Paulo Freire memperkenalkan sebuah konsep pendidikan gaya bank. Dalam

pendidikan gaya bank, pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan

kepada mereka yang menganggap diri berpengetahuan kepada mereka yang

dianggap tidak memiliki pengetahuan apa- apa.50 Secara sederhana, pendidikan

gaya bank dapat diartikan sebagai bentuk lain dari dominasi dimana guru secara

terus-menerus mengisi siswa dengan pengetahuan yang diketahui oleh seorang guru

tanpa ada dialog antara guru dan murid. Murid dibungkam dengan pengetahuan

yang dimiliki oleh seorang guru sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk

berkembang lebih jauh lagi.

Calon anggota mapala yang sedang mengikuti proses pendidikan dapat

dikategorikan sebagai kaum yang tertindas. Paulo Frerire51 mengatakan bahwa

“pendidikan yang dialami oleh kaum – kaum tertindas selama ini tak ubahnya

seperti pendidikan dengan sistem bank. Dalam pendidikan sistem bank, dimana

ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya terbatas pada

menerima, mencatat, dan menyimpan”52. Calon anggota hanya disuguhkan dengan

50 Paulo Frerire. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES. Hlm 53 51 Paulo Freire (lahir di Recife, Brasil, 19 September 1921 – meninggal di São Paulo, Brasil, 2

Mei 1997 pada umur 75 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan Brasil dan

teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia 52 Paulo Frerire. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES. Hlm 52

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

41

apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan pada saat sedang

mengikuti proses pendidikan dasar. Selain itu, calon anggota diberikan materi –

materi tanpa bisa memperbaharui sistem yang telah ada. Sistem pendidikan telah

ditentukan oleh para senior dan panitia penerimaan anggota sehingga hal ini sangat

membatasi ruang gerak para calon anggota untuk berpikir kritis.

Para calon anggota yang nantinya akan menjadi anggota dihadapkan dengan

realitas dimana mereka akan menindas calon anggota selanjutnya atau

menghentikan tindak praktik penindasan yang terjadi. Anggota Wapeala yang telah

menjadi senior dan panitia penerimaan anggota cenderung untuk melanjutkan apa

yang telah ada dan diwariskan secara turun temurun sehingga praktik tindak

kekerasan dapat berlangsung secara awet. Senior terjebak dalam kondisi dimana

mereka tidak mampu melawan kultur dan budaya yang telah ada karena

ketidakmampuan mereka untuk merubah sistem yang ada. Sistem dengan

penggunaan kekerasan merupakan sebuah sistem yang gagal dalam proses

pendidikan.

1.5.5 Pendidikan Kritis

Fuad Ihsan53 (2005) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana

dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha

yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta

53 Fuad Ikhsan. 2005. Dasar – Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 1

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

42

mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan

kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk

melestarikan hidupnya.

Disamping itu Jhon Dewey54 (2003) menjelaskan bahwa “Pendidikan

adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual

dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Dilain pihak Oemar Hamalik55

(2001) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka

mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap

lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam

mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa

kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak

mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya

pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadar

yang telah memiliki dasar pengetahuan hidup yang lebih dari cukup untuk

menanamkan nilai-nilai kehidupan serta pengetahuan tentang kehidupan kepada

generasi muda dalam rangka memberikan dan meningkatkan kemampuan (inside

competence dan outside competence) generasi muda dalam segala segi kehidupan

54 John Dewey. 2003. Dalam Menggugat Pendidikan Fundamentalis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Hlm 69 55 Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 79

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

43

baik secara jasmani maupun rohani dengan berbagai sarana agar generasi muda

selanjutnya lebih berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Impian adanya pendidikan bermutu hanya dapat diwujudkan dalam alam

demokrasi pendidikan. Dan demokrasi pendidikan hanya dapat diwujudkan dalam

tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.56

Pendidikan dasar mahasiswa pecinta alamakan menjadi demokrasi pendidikan

keetika terjadi dialog antar individu didalamnya. Musyawarah untuk mencapai kata

mufakat antar anggota hampir dilakukan setiap terjadi rapat anggota dengan cara

menyatukan gagasan tiap individu.

Dalam pendidikan dan pelatihan ilmiah, hal pertama yang harus dilakukan

terhadap sebuah gagasan adalah membuktikannya.57 Untuk membuktikan gagasan

yang diucapkan, bagian terpenting yang harus ada adalah melalui percobaan dan

logika kebenaran dari premis yang diucapkan. Kita tidak harus melakukan

percobaan maupun pernah mengalami gagasan yang kita lakukan untuk

meyakinkan orang lain dalam sebuah rapat, kita juga bisa mengarahkan pola pikir

anggota rapat ke arah berpikir logika kritis. Dengan menggunakan logika, kita akan

mengandalkan daya tangkap dari masing-masing individu dalam berpikir. Seperti

yang dikatakan Alfred North Whitehead bahwa pikiran manusia tidak pernah

berada dalam keadaan pasif, mereka selali aktif, peka, reseptif, dan responsif

terhadap suatu rangsangan.

56 Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam Abad 21, Cetakan

pertama, (Yogyakarta; Safiria Insani Press, 2003), p. 84. 57 Alfred North Whitehead. 2018. Tujuan Pendidikan “Esensi dan Aspek-Aspek Filosofis.

Terjemahan Ahsin Mohammad dan Siti Kulsum. Bandung: Nuansa Cendekia. Hlm. 12

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

44

Pendidikan adalah pemerolehan seni pemanfaatan pengetahuan.58 Seni ini

sangat sulit untuk diajarkan kepada orang lain. Jika sebuah buku tentang pendidikan

ditulis oleh seseorang, dapat dikatakan bahwa akan sulit mengajar dengan buku

tersebut. Seandainya mudah, maka lebih baik untuk membakar buku tersebut

karena tidak mendidik. Tidak ada yang namanya jalan pintas dalam sebuah

pendidikan, peserta didik harus menikmati proses walaupun terkadang sulit dan

menyakitkan. Karena, ketika kita menggunakan cara yang enak dan nyaman,

pendidikan ini akan mebawa kita kepada hal yang buruk. Contoh yang bisa diambil

adalah sistem ujian baik dalam pendidikan formal maupun non formal, ketika siswa

atau mahasiswa hanya diajarkan untuk menghapal jawaban dari pertanyaan yang

akan dikeluarkan dalam ujian, maka mereka akan terjebak dalam apa yang mereka

baca dan tidak bisa mengembangkan otak mereka lebih jauh lagi.

Konsep pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peserta didik atau siswa.

Siswa adalah individu yang hidup, dan tujuan pendidikan adalah merangsang dan

memandu proses tumbuh kembangnya.59 Siswa atau yang biasa disebut dengan

peserta didik merupakan salah satu dari komponen pendidikan yang tidak bisa

ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta didik tidak akan mungkin proses

pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik merupakan komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses

belajarmengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki

tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

58 Alfred North Whitehead. 2018. Tujuan Pendidikan “Esensi dan Aspek-Aspek Filosofis.

Terjemahan Ahsin Mohammad dan Siti Kulsum. Bandung: Nuansa Cendekia. Hlm. 13 59 Alfred North Whitehead. 2018. Tujuan Pendidikan “Esensi dan Aspek-Aspek Filosofis.

Terjemahan Ahsin Mohammad dan Siti Kulsum. Bandung: Nuansa Cendekia. Hlm. 5

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

45

Peran senior dalam proses pendidikan memiliki peran kunci guna

meningkatkan kesadaran dari para junior. Senior harus menciptakan sebuah kondisi

dimana junior dituntut untuk berpikir kritis melalui perjalanan roh semesta yang

telah dialami. Dengan adanya kondisi ini, junior akan lebih berkembang sehingga

dapat membuat sebuah keputusan yang relevan dan jauh dari kata kekerasan.

Seperti yang dikatakan Paulo Freire

“That is, when students lack both the necessary epistemological curiosity

and a certain conviviality with the object of knowledge under study, it is

difficult to create conditions that increase their epistemological curiosity in

order to develop the necessary intellectual tools that will enable him or her

to apprehend and comprehend the object of knowledge. If students are not

able to transform their lived experiences into knowledge and to use the

already acquired knowledge as a process to unveil new knowledge, they will

never be able to participate rigorously in a dialogue as a process of learning

and knowing. In truth, how can one dialogue without any prior

apprenticeship with the object of knowledge and without any

epistemological curiosity? For example, how can anyone dialogue about

linguistics if the teacher refuses to create the pedagogical conditions that

will apprentice students into the new body of knowledge?”60

Pendidikan memiliki tujuan membuat murid menjadi lebih kritis terhadap

isu-isu sosial yang terjadi dalam proses bermasyarakat. Senior harus sesekali

menempatkan diri sebagai murid agar dialog antara senior dan junior dapat terjalin.

Tidak akan terjadi sebuah dialog ketika tidak ada rasa pecaya antar satu sama lain,

selain itu harapan juga dibutuhkan agar dialog tidak menjadi kosong, hampa,

menjemukan, dan hanya bersifat birokratis semata.

60 Paulo Freire. 2005. Pedagogy of the Oppressed-Continuum. The Continuum International

Publishing Group Inc. Hlm 19

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

46

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Desain Penelitian

Dalam mengungkap kekerasan yang terjadi pada organisasi intra kampus,

maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

semacam ini bersifat subjektif, karena penekanannya pada intepretatif subjek

penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Etnografi-

Politik, Fenomenologi dan Hermenutika. Pendekatan Etnografi digunakan untuk

memahami sebuah kehidupan sosial dan budaya dalam suatu masyarakat secara

ilmiah. Dalam peneliitan etnografi, pandangan masyarakat dilihat sebagai hal yang

terpenting.

Pendekatan fenomologi memandang tingkah laku, apa yang mereka

katakan, apa yang diperbuat sebagai hasil dari bagimana menafsirkan dunianya.

Sebagaimana dikatakan Schutz (1998), bahwa semua manusia dalam pikirannya

terdapat aturan-aturan, resep-resep sosial, konsep tentang tindakan atau perilaku

yang dianggap benar dan informasi-informasi lain yang memungkinkan manusia

untuk bertindak didalam lingkungan sosialnya. Schuzt menyebutnya sebagai

kekayaan pengetahuan (stock of knowledge).

Kekayaan pengetahuan ini akan memberikan semacam kerangka atau

orientasi yang dapat digunakan oleh individu dalam mengintepretasikan kejadian-

kejadian dan untuk melakukan tindakan-tindakan pragmatis. Tugas peneliti

kualitatif adalah menangkap proses tersebut. Untuk itu diperlukan apa yang disebut

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

47

Weber61 (2008)“Verstehen”, yaitu suatu pemahaman empati atau kemampuan

untuk memproduksi diri dalam pikiran seseorang, perasaan, motif yang menjadi

latar belakang kegiatannya.

Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan

konsekuensi-konsekuensi dari sejumlah pandangan dan doktrin yang hidup di

kepala manusia pelakunya. Sifat empati dalam penelitian ini menjadi sangat

penting, terutama dalam memahami subjek, dan dalam hubungannya dengan

metode verstehen. Penelitian semacam ini juga mengedepankan pada hakekat

realitas yang terbentuk secara sosial, terutama dalam usaha menjawab bagaimana

kekerasan yang terjadi dalam organisasi intra kampus dalam kehidupan sehari –

hari dibentuk dan diberi makna. Penelitian ini merupakan otokritik terhadap proses

pendidikan Wapeala yang masih menggunakan kekerasan sebagai salah satu alat

untuk melaksanakan proses pendidikan dasar.

Kemudian untuk memahami bagaimana anggota Wapeala yang telah

melakukan tindakan kekerasan ini memaknai sebuah pendidikan, penelitian

kualitatif dengan pendekatan interpretatif, yang digagas Gadamer yaitu

hermeneutika, menjadi kerangka acuan untuk menyingkap makna tersebut. Dalam

perspetif Gadamer, makna suatu tindakan atau teks bukanlah sesuatu yang ada pada

tindak itu sendiri, arti sebuah teks tidak hanya terbatas pada pengarangnya saja,

akan tetapi terbuka bagi adanya penafsiran baru sesuai dengan kreatifitas penafsir,

bahwa sebuah teks yang sudah dituangkan dalam tulisan dan di lempar ke ruang

61 Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

48

publik sepenuhnya menjadi pemilik pembaca dengan berbagai interpretasinya.

Dalam hal ini interprestasi bukan hanya sebatas mereproduksi makna, tetapi juga

memproduksi makna terbuka dengan tafsir makna baru sesuai dengan

perkembangan waktu dan zamannya.62

Untuk memahami makna tindakan pelaku atas pendidikan dasar dan

kekerasan, dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut:

Hermeneutika Dialogis Gadamer

Keterangan: K = Korban W = Wapeala TS = Tindakan Senior

Tindakan senior atas proses pendidikan dasar yang diproduksi Wapeala

tidak bisa di lepaskan dengan kontek historis, tindakan Wapeala atas proses

pendidikan dasar ada dalam masa lalu dan masa kini. Masa lalu sangat terkait

dengan tindakan senior atas proses pendidikan dasar pertama kali diproduksi,

dimana tindakan senior atas proses pendidikan dasar diproduksi sesuai dengan

tujuan dan keinginan yang dikehendaki Wapeala. Tindakan senior atas proses

pendidikan dasar juga berada diantara rentang masa lalu dan masa kini, dalam

62 Maulidin. Sketsa Hermeneutika. Gerbang No. 14. Vol V. hal 3-4

Tradisi

Kepentingan

Praktis

Bahasa

Kultur

Pemaknaan

Tanggapan

Konteks

Historis

A

TS Proses

Diksar

K W

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

49

rentang masa lalu dan masa kini ada gerak sejarah yang mempengaruhi subjek

untuk menafsirkan tindakan senior atas proses pendidikan dasar, sehingga pada

akhirnya di masa kini (sekarang) penafsiran tindakan senior atas proses pendidikan

dasar terlepas dari Wapeala yang memproduksinya, tindakan senior atas proses

pendidikan dasar siap ditafsirkan oleh penafsir atau peneliti sesuai dengan sudut

pandang korban dan tindakan senior, disini tindakan senior atas proses pendidikan

dasar benar-benar terbuka untuk ditafsirkan dan dipahami, sehingga peneliti

sebagai penafsir akan mengahsilkan makna baru sebagai makna tandingan atas

makna tindakan senior atas proses pendidikan dasar diproduksi Wapeala, disinilah

berlaku hukum dialektika, dimana makna tindakan senior atas proses pendidikan

dasar bersifat multivalen dan tidak bersifat tunggal.

Kemudian korban sebagai penafsir terhadap tindakan senior atas proses

pendidikan dasar, pada dasarnya tidak terlepas dari kultur atau budaya, bahasa,

kepentingan praktis, dan tradisi. Karena pada hakekatnya korban ada dalam budaya

dan tradisi, sejak manusia lahir manusia hidup ditengah-tengah budaya dan tradisi,

budaya dan tradisi membangun prasangka pada pikiran-pikiran peselamat, sehingga

dalam menafsirkan tindakan senior atas proses pendidikan dasar korban tidak dalam

pikiran kosong, justru inteprestasi makna tindakan senior atas proses pendidikan

dasar yang dibangun korban terbentuk dari pengetahuan yang hidup dalam tradisi

dan budaya yang melekat pada diri korban, sehingga membentuk prasangka-

prasangka yang digunakan untuk mengintepretasi makna tindakan senior atas

proses pendidikan dasar. Pemahaman korban terhadap tindakan senior atas proses

pendidikan dasar juga tidak bisa dilepaskan dari bahasa, karena pada hakekatnya

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

50

pemahaman itu bisa difahami melalui peristiwa bahasa. Dengan demikian dapat

dikatakan kultur, bahasa, kepentingan praktis dan tradisi menjadi hal amat penting

untuk diperhatikan dalam memahami korban menafsirkan tindakan senior atas

proses pendidikan dasar.

Dengan menggunakan penelitian kualitatif, terdapat beberapa keuntungan

diantaranya adalah : mudah berhadapan dengan kenyataan berganda, artinya bahwa

berkembangnya persoalan di lapangan lebih mudah diatasi karena tidak terlalu kaku

dengan konsep “harus begini”. Disamping itu, metode kualitatif menyajikan secara

langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih adaptif dalam

menyesuaikan diri terhadap pola-pola nilai yang dihadapi oleh peneliti terhadap

berbagai masalah yang signifikan. Keunggulan lain dari metode penelitian kualitatif

yaitu dapat memungkinkan peneliti untuk membuat dan menyusun konsep-konsep

hakiki dan ini tidak ditemukan dalam metode penelitian lainnya.

Konsep-konsep seperti: sakit hati, tertekan, takut, menderita, keyakinan,

penderitaan, frustasi, harapan, cinta dan lain-lainya dapat dikaji, didefinisikan, dan

juga dianalisis sesuai dengan kehidupan riil subjek penelitian. Karena itu penelitian

kualitatif sangat sesuai dengan tipe-tipe informasi; untuk memahami makna yang

mendasari tingkah laku individu, mendeskripsikan latar belakang dan interaksi

kompleks, memahami keadaan yang terbatas jumlahnya, dengan fokus yang

mendalam dan rinci, mendiskripsikan fenomena guna dapat dikaji dengan teori-

teori yang ada.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

51

1.6.2 Situs Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Semarang. Tepatnya di Sekretariat

Wapeala Undip Jalan Imam Bardjo S.H no 2, Pleburan, Kota Semarang dan Gedung

PKM lama Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto S.H, Tembalang, Kota

Semarang. Selain itu, peneliti juga mengambil data langsung pada saat Wapeala

sedang melakukan pendidikan dasar, baik di gunung maupun di ruangan. Peneliti

juga menggunakan lokasi di Kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Biro

Adiminstrasi Mahasiswa di Komplek Gedung Widya Puraya Jalan Prof. Soedarto

S.H, Tembalang, Kota Semarang.

1.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan, yang artinya orang pada latar penelitian

ini dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mendeskripsikan subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah pelaku sejarah dalam proses pendidikan dasar

mahasiswa pecinta alamWapeala Undip Semarang. Dalam studi ini, subjek

penelitian adalah korban maupun pelaku yang pernah mengikuti proses pendidikan

dasar dimana terdapat praktik tindak kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psiki.

Subjek penilitian yang lain adalah pemangku kebijakan yang mengatur regulasi

terkait proses pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

52

1.6.4 Jenis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, maka data yang

dikumpulkan dan digunakan berupa kata-kata (ucapan, pendapat, dan gagasan)

maupun tindakan yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data lain yang

cukup penting adalah data tertulis berupa dokumen dan arsip resmi yang dimiliki

oleh narasumber.

1.6.5 Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy J.

Moleong (2012) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,

mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata –

kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain –

lain. Sumber data yang digunakan oleh peniliti dalam penelitian ini dibagi

berdasarkan darimana data tersebut berasal, yaitu data primer dan data sekunder.

A. Sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh langsung dari

sumber utamanya atau pertama. Adapun sumber data primer dalam

penelitian ini adalah Anggota Mahasiswa Pecinta alamWapeala Universitas

Diponegoro, peserta pendidikan dasar Wapeala, Pembina Wapeala, dan

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan.

B. Sumber data sekunder adalah data penunjang yang dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama berupa dokumentasi

kegiatan maupun arsip – arsip resmi.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

53

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan wawancara

dan observasi yang mendalam (in-depth interview), serta dilakukan secara

partisipatori. Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif yang hendak menggali apa

yang tersembunyi dibalik realitas yang nampak, dengan menyelam kedalam

psikologis dan sosial subjek yang akan diteliti. Wawancara yang dilakukan secara

mendalam memiliki beberapa keuntungan, yaitu: bersifat luwes dan pertanyaan

dapat dirubah sesuai dengan kondisi narasumber.

Atas dasar interaksinya, beberapa ahli membedakan antara pengamatan

biasa dengan pengamatan terlibat.63 Pembedaan ini terletak pada ada atau tidaknya

interaksi peneliti dengan narasumber. Pada penelitian terlibat terjadi interaksi

antara peneliti dengan narasumber. Dalam pengamatan terlibat, peneliti harus

menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan narasumber. Sikap saling percaya

tersebut dikenal dengan istilah rapport.64 Apabila rapport ini telah terbina dengan

baik maka informan tidak mencurigai peneliti sebagai orang yang hendak

mencelakakannya.

Peneliti yang merupakan bagian dari Wapeala memiliki keunggulan dalam

pengambilan data. Pengamatan terlibat ini tidak bisa dilakukan sekali atau dua kali

dalam waktu satu atau dua jam, melainkan dilakukan secara intens dan

berkelanjutan, bisa dikatakan peneliti telah melakukan pengamatan selama tiga

tahun lamanya terhitung sejak mendaftar sebagai calon anggota Wapeala.

63 Setya Yuwana Sudikan dalam Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif “

Aktualisasi Metolodogis ke Arah Ragam Varian Kontemporer”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hlm. 58 64 ibid

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

54

Menurut Suharsimi Arikunto jenis penelitian ada tiga, diantaranya adalah

penelitian tindakan. Penelitian deskriptif (description research) adalah penelitian

yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang

sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam dalam bentuk laporan penelitian.

Penelitian tindakan (action research) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh

seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah

sistem pelaksanaannya65

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena

dalam penelitian ini peneliti melakukan sesuatu tindakan, mengamati dan

melakukan perubahan terkontrol dan dilakukan untuk memecahkan masalah

kekerasan di Wapeala. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pendidikan diterapkan dan bagaimana

hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Metode action research dipilih karena peneliti merupakan bagian dari

Wapeala Undip yang pernah menjadi korban dan juga pelaku dari fokus penelitian

ini. Peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian ini dimulai dari menjadi peserta

kegiatan (calon anggota), anggota biasa, perencana pendidikan dasar, pelaksana

pendidikan dasar, pengurus harian, dan dewan permusyawaratan sehingga

memungkinkan terjadinya bias data. Selain itu, peneliti dibantu oleh teman sejawat

dan orang tua yang bukan bagian dari proses pendidikan dasar Wapeala sebagai

observer. Tujuan utama dari teknik ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran dan

pendidikan dasar secara objektif.

65 Suharsini arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Hlm. 8

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

55

Pencatatan data dari hasil wawancara merupakan aspek penting dari

wawancara, karena jika pencatatan tidak dilakukan dengan semestinya, maka

sebagian data akan hilang dan banyak usaha wawancara akan sia – sia belaka.

Koentjaraningrat membagi pencatatan data wawancara menjadi lima cara, yaitu :

(1) pencatatan langsung; (2) pencatatan dari ingatan; (3) pencatatan dengan alat

recording; (4) pencatatan dengan field rating; (5) pencatatan dengan field coding.66

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara pencatatan

dari ingatan. Pencatatan ini dipergunakan untuk mengumpulkan data terkait gejala

sosial budaya. Teknik ini dipilih untuk memjaga hubungan baik dengan informan

atau narasumber. Peneliti dengan bincang santai dapat terganggu apabila terjadi

situasi yang menegangkan. Sepulang dari wawancara, hasilnya segera dipindah ke

dalam tulisan. Bagaimanapun kuatnya ingatan seseorang, peneliti tidak akan

mampu merekam seluruh informasi wawancara dalam waktu lama. Oleh sebab itu

peneliti langsung memindahkan data yang telah terekam kedalam sebuah tulisan.

1.6.7 Analisis dan Interpretasi Data

Untuk memperoleh pemahaman tentang kekerasan pada organisasi intra

kampus paradoks pendidikan kritis maka peneliti menggunakan tekni analisis

kualitatif. Dalam teknik analisis kualitatif terdapat berbagai macam teknik analisis,

namun yang digunakan adalah sumber atau data primer dari orang yang benar-benar

langsung mengalaminya. Teknik penelitian kualitatif yang digunakan adalah

66 Koentjaraningrat. 1986. “Metode Wawancara” dalam Metode – Metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: PT. Gramedia. Hlm 151

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

56

dengan pendekatan interpretatif, yaitu fenomenologis dan hermeneutika. Penelitian

kualitatif memiliki banyak ragam analisis, antara lain analisis: isi (content), domain,

tema kultural (discovering cultural themes), sejarah hidup (life history, etnografis,

dan analisa wacana.67

Metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat dalam penelitian

ilmu sosial dapat dikembangkan menjadi metode analisis life history68 dikarenakan

peneliti ingin memperoleh pandangan dari dalam : melalui reaksi, tanggapan,

interpretasi, dan penglihatan korban, tindakan senior, maupun Wapeala terkait

proses pendidikan dasar Wapeala. Dengan mempelajari data dari pengalaman

individu dalam berproses di Wapeala mulai dari calon anggota hingga menjadi

anggota luar biasa peneliti dapat memperdalam pengertiannya secara kualitatif

terkait detil yang ingin dicapai hanya dengan observasi saja, apalagi dengan metode

wawancara yang mengajukan pertanyaan langsung.

Menurut koentjaraningrat yang dimaksud dengan “data pengalaman

individu” adalah bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh masing –

masing individu tertentu sebagai bagian dari Wapeala yang sedang menjadi objek

penelitian. Di dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah personal document,

dalam ilmu sosiologi dikenal dengan istilah human document, sedangkan dalam

ilmu antropologi budaya lebih dikenal dengan istilah individual’s life history.69

67 Bungin Burhan: Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis, dan Metodologis ke

Arah Penguasaan Model Aplikasi (2007) 68 Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif “ Aktualisasi Metolodogis ke Arah

Ragam Varian Kontemporer”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 66 69 Koentjaraningrat dalam Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif “ Aktualisasi

Metolodogis ke Arah Ragam Varian Kontemporer”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 66

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

57

Fungsi dari data pengalaman hidup individu dalam penelitian ini meliputi:

(1) memaknai sebuah masalah individu yang suka berkelakuan lain dari biasa dan

peranan deviant individual sebagai pendorong gagasan baru dan perubahan sosial

yang terjadi dalam lingkup Wapeala; (2) sebagai data untuk memperoleh pengertian

tentang hal – hal psikologis yang tidak mudah dapat diobservasi dari luar atau

metode interview berdasarkan pertanyaan langsung; (3) untuk mendapatkan

gambaran lebih mendalam terkait detil yang tidak mudah untuk diceritakan melalui

metode interview berdasarkan pertanyaan langsung. Hal ini menyangkut cara hidup

ketika di Wapeala, masa kenakalan remaja, dan sebagainya.

1.6.8 Kualitas Data

Untuk memperoleh hasil yang berkualitas, peneliti menggunakan

serangkaian proses validitas data. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data

yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Oleh karena itu, data dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti

tidak berbeda dengan data yang sesungghnya terjadi pada objek penelitian. Pada

penelitian ini uji validitas yang digunakan peneliti adalah triangulasi.

Teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data adalah teknik

triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data untuk keperluan

pengecekan apakah proses dan hasil yang diperoleh sudah dipahami sberdasarkan

apa yang dimaksudkan informan. Cara yang dilakukan yaitu antara lain sebagai

berikut :

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/73908/2/BAB_1.pdfMahasiswa Trisakti tsb sudah tewas dihabisi oleh para porter tadi, seandainya almarhum masih ada dan kami

58

1. Melakukan wawancara mendalam terhadap informan

2. Melakukan uji silang antara informasi yang diperoleh dari informan dengan

hasil informasi di lapangan

3. Melakukan konfirmasi hasil yang diperoleh kepada informan lain atau

sumber – sumber lain.