bahan tpp 1
Post on 11-Dec-2015
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SYOK (SHOCK)
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk
kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai gangguan
sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya
volume darah yang bersirkulasi secara efektif. Pada hewan yang mengalami syok
terjadi penurunan perfusi jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan kekacauan
metabolisme sel sehingga produksi energi oleh sel tidak memadai. Apabila sel tidak
dapat menghasilkan energi secara adekuat, maka sel tidak akan berfungsi dengan baik
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ,
akhirnya dapat menimbulkan kematian.
Pada syok yang kurang parah, kompensasi tubuh dapat berupa peningkatan
laju jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer (keduanya secara refleks),
sehingga hal tersebut dapat memelihara tahanan perifer dan aliran darah ke organ-
organ vital. Ketika syok bertambah parah, kompensasi ini akan gagal.
Tipe Syok
Syok secara klasik dibagi menjadi tiga katagori, yaitu kardiogenik,
hipovolemik, dan distributif syok.
Syok kardiogenik
Terjadi apabila jantung gagal berfungsi sebagai pompa untuk mempertahankan
curah jantung yang memadai. Disfungsi dapat terjadi pada saat sistole atau diastole
atau dapat merupakan akibat dari obstruksi. Kegagalan sistole atau pengaliran darah
dapat diakibatkan oleh kardiomiopati terkembang (dilated cardiomyopathy) yang
menyebabkan buruknya kontraktilitas, atau toksin/obat yang menyebabkan depresi
atau kerusakan miokardium. Kegagalan diastole atau pengisian jantung dapat
diakibatkan oleh kardiomiopati hipertropik yang mengakibatkan buruknya preload,
regurgitasi seperti pada cacat katup, tamponad atau fibrosis perikardiaum yang
mengakibatkan rendahnya preload, atau aritmia parah yang mengakibatkan buruknya
preload dan kontraktilitas takefisien.
Syok hipovolemik
Terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga menimbulkan
ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa
metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat diakibatkan oleh
kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi,
atau kebakaran.
Syok distributif
Disebabkan oleh maldistribusi aliran darah karena adanya vasodilatasi perifer
sehingga volume darah yang bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk perfusi
jaringan. Vasodilatasi perifer menimbulkan hipovelemia relatif. Contoh klasik dari
syok distributif adalah syok septik. Akan tetapi, keadaan vasodilatasi akibat faktor
lain juga dapat menimbulkan syok distributif, seperti pacuan panas (heat stroke),
anafilaksis, syok neurogenik, dan systemic inflamatory response syndrome (SIRS).
Syok septik merupakan komplikasi umum yang dijumpai pada praktik hewan kecil
dan dilaporkan merupakan penyebab kematian yang paling umum pada unit
perawatan intensif bukan kardium.
Tipe-tipe syok tersebut bervariasi dalam etiologi, tanda klinik, dan
penanganan. Seringkali terjadi lebih dari satu tipe syok pada seekor pasien; hewan
yang mengalami syok distributif juga akan mengalami hipovolemi. Syok distributif
dan hipovolemik dapat menimbulkan syok kardiogenik.
Etiologi
Etiologi spesifik dari syok tidak diketahui, tetapi syok dapat terjadi karena
stres yang serius, misalnya karena trauma yang hebat, kegagalan jantung, perdarahan,
terbakar, anestesi, infeksi berat, obstruksi intestinal, anemia, dehidrasi, anafilaksis,
dan intoksikasi.
Tanda Klinik
Tanda klinik syok bervariasi tergantung pada penyebabnya. Secara umum,
tanda kliniknya dapat berupa apatis, lemah, membrana mukosa pucat, kualitas pulsus
jelek, respirasi cepat, temperatur tubuh rendah, tekanan darah rendah, capillary refill
time lambat, takikardia atau bradikardia (kucing), oliguria, dan hemokonsentrasi
(kecuali pada hemoragi).
Tekanan arteri rendah, membrana mukosa pucat, capiilarity refill time (CRT)
lambat (>2 detik), temperatur rektal rendah atau normal, takipnea, dan ekstremitas
terasa dingin merupakan tanda klinik syok kardiogenik dan hipovolemik. Untuk
membedakan syok kardiogenik dengan syok hipovolemik dibutuhkan anamnesis
lengkap dan evaluasi jantung.
Pasien yang mengalami syok septik awal, membrana mukosanya mungkin
masih merah, CRT cepat (<1 detik), takikardia, demam, dan terasa hangat saat
disentuh. Pada perkembangan selanjutnya, membrana mukosa tampak “keruh”, CRT
bertambah lambat (>2 detik), pulsus menjadi lemah, dan ekstremitas menjadi dingin.
Gambaran unik terjadi pada syok distributif pada kucing yang seringkali
menunjukkan bradikardia daripada tekikardia.
Penanganan
Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan
oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Pada syok
tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya tidak cukup untuk
menghentikan perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya
menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri. Pemberian
oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa memperhatikan penyebab
syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab syok.
Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien yang
mengalami syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara IV akan
memperbaiki volume darah yang bersirkulai, menurunkan viskositas darah, dan
meningkatkan aliran darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung.
Akibat selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan
oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid.
Pada hewan yang mengalami hipovolemik dengan fungsi jantung normal, cairan
Ringer laktat atau Ringer asetat diberikan dengan cepat. Dosis yang
direkomendasikan untuk syok adalah 90 ml/kg IV untuk anjing dan 60 ml/kg IV
untuk kucing. Seperempat dari jumlah tersebut diberikan selama 5-15 menit pertama
dan bersamaan dengan itu dilakukan evaluasi terhadap respon kardiovaskular
(kecepatan denyut jantung, warna membrana mukosa, kualitas pulsus, dan CRT).
Koloid atau plasma pada dosis 22 ml/kg pada anjing dan 10-15 ml/kg pada kucing
digunakan untuk resusitasi syok. Kecepatan dan volume terapi cairan harus dapat
ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan dan jumlah pemberian cairan dimonitor
pada tekanan vena sentral dan pengeluaran urin.
Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak darah, secara
ideal harus dilakukan transfusi darah dengan kecepatan tidak melebihi 22 ml/kg
secara IV dan kontrol perdarahan harus dilakukan dengan baik. Bila PCV menurun
secara akut menjadi di bawah 20%, transfusi padatan sel darah merah (packed red
blood cells) atau darah total secara nyata memperbaiki tekanan darah dan
penghantaran oksigen ke jaringan.
Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang terlalu cepat dapat berakibat fatal
karena akan meningkatkan beban kerja jantung dan selanjutnya membahayakan
sirkulasi. Terapi syok kardiogenik tergantung pada penyebabnya. Jika syok
disebabkan oleh kontraktilitas miokardium yang jelek, disarankan penanganan dengan
beta-agonist. Dobutamin merupakan beta- agonist yang mampu meningkatkan curah
jantung dan penghantaran oksigen, tanpa menyebabkan vasokonstriksi, merupakan
obat yang paling umum digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung. Jika hewan
sedang diberikan obat yang menekan miokardium (misalnya anestesia), maka
pemberian obat tersebut harus dihentikan. Perikardiosentesis harus dilakukan jika
efusi perikardium cukup banyak dan menyebabkan tamponad.
Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah dilakukan
terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian vasopresor. Oleh karena curah
jantung dan tahanan pembuluh darah sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen
ke jaringan, maka pada pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan
fungsi jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan/atau memodifikasi tonus
pembuluh darah dengan agen vasopresor.
Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih kontroversial.
Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus digunakan pada penanganan awal
dan tidak diulang penggunaannya. Prednisolon direkomendasikan pada dosis 22-24
mg/kg secara IV. Glukokortikoid kerja cepat (rapid-acting glucocorticoid) yang lain
yang tersedia dalam bentuk parenteral adalah deksametason sodium fosfat,
direkomendasikan pada dosis 2-4 mg/kg secara IV.
Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negatif, dan antibiotik yang
cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau aminoglikosida dan penisilin. Apabila
menggunakan aminoglikosida, hewan harus dalam kondisi hidrasi yang baik, karena
aminoglikosida dapat mengakibatkan nefrotoksik.
Hewan yang sedang mendapatkan penanganan syok harus terus dimonitor. Dua faktor
yang sangat penting untuk dimonitor adalah tekanan dan volume darah. Sebagai
petunjuk dalam pemberian terapi dapat digunakan parameter kardiovaskuler
(kecepatan denyut jantung, warna membrana mukosa, kualitas pulsus, CRT, tekanan
vena sentral), kecepatan pernapasan, temperatur, hematokrit, dan pengeluaran urin.
Untuk mengevaluasi terapi cairan pada syok karena perdarahan sangat penting
dilakukan pengukuran PCV (packed cell volume) dan TS (total solid). Tekanan gas
dalam darah sangat penting dalam penentuan dan memonitor keseimbangan asam-
basa.
DAFTAR PUSTAKA
Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005. Textbook of Veterinary Internal Medicine.
Vol. 1. 6th Ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.
Fox, P. R. 2007. Critical care cardiology. In Proceedings of the World Small Animal
Veterinary Association. Sydney, Australia
Fuentes, V. L. 2007. Cardiovascular emergencies. In Proceedings of the SCIVAC
Congress. Rimini, Italy.
Kahn, C. M. dan S. Line. 2008. The Merck Veterinary Manual (E-book). 9th Ed.
Whitehouse Station, N.J., USA: Merck and Co., Inc.
King, L. 2008. Update on feline critical care. In Proceedings of the 33rd World Small
Animal Veterinary Congress. Dublin, Ireland.
Kirby, R. 2007. Shock and shock resuscitation. In Proceedings of the Societa
Culturale Italiana Veterinari Per Animali Da Compagnia Congress. Rimini, Italy.
Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Ferguson. 1997. Small Animal Medical
Therapeutics. Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.
Lorenz, M. D. dan L. M. Cornelius. 2006. Small Animal Medical Diagnosis. 2nd Ed.
Iowa, USA: Blackwell Publishing.
Sibuea, W. H., M. M. Panggabean, dan S. P. Gultom. 2005. Ilmu Penyakit Dalam.
Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Silverstein, D. 2006. The different types of shock. In Proccedings of the International
Congress of the Italian Association of Companion Animal Veterinarians. 19-21 Mei
2006. Rimini, Italy.
Silverstein, D. 2006. The use of vasopressors in shock patients. In Proccedings of the
International Congress of the Italian Association of Companion Animal
Veterinarians. 19-21 Mei 2006. Rimini, Italy.
Tello, L. H. 2007. Septic shock: What, when and how. In Proceeding of the World
Small Animal Veterinary Association Congress. Sydney, Australia.
top related