bab - sitiwaliahunisti.files.wordpress.com file · web viewhubungan antara berbagai lembaga negara...
Post on 23-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
BAB V
DINAMIKA SISTEM POLITIK INDONESIA
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.
Perpekstif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu
sistem, yakni suatu unit yang relative terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan
yang relatiive tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari
perspektif system bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada
kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara lembaga atau
institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga Negara sebagai
pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik
dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu system politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input)
kedalam system politik, yang mengubah proses politik menjadi keluaran (output). Dalam
model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus
diolah oleh system politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberikan
oleh pemerintah untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini,
maka efektivitas sistem politik adalah kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi
rakyat..
Sistem politik pada suatu Negara terkadang bersifat relative, hal ini dipengaruhi
oleh elemen-elemen yang membentuk system tersebut. Juga factor sejarah dalam
perpolitikan di suatu Negara. Pengaruh system polttik Negara lain juga turut memberi
kontribusi pada pembentukan system politik disuatu Negara. Seperti halnya system politik
di Indonesia seiring dengan waktu, system politik Indonesia selalu mengalami perubahan.
politik dIndonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem poltik
Indonesia akan berpengaruh pada system politik Negara tetangga maupun dalam cakupan
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
33
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
yang lebih luas. Struktur kelembagaarn atau institusi khas Indonesia akan terus
berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik
yang hanya dimiliki Indonesia. Namun demikian, kekhasan system politik Indonesia belum
dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
diperhitungkan sistem politik Negara lain.
Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana system poltik Indonesia
adalah melalui pengembangan wawasan dalam melibatkan institusi nasional dan
internasional. Artinya lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem
politik Indonesia harus dipahami terlebih dahulu.
Lingkungan internal akan sangat dipengaruhi oleh budaya politik bangsa
Indonesia. Sedangkan budaya politik sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa-peristiwa
sejarah yang telah mengkristal dalam kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun
berupa tatanan nilai dan norma perilaku. Sementara itu, lingkungan eksternal sedikit
banyak mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya berlangsung akibat
peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bnetuk ”penjajahan” budaya pop
(pop culture) di era globalisasi.
Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri
sendiri dari sistem politik negara lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan
David Easton melalui pendekatan analisa sistem terhadap sistem politik sampai kemudian,
Gabriel Almaond meneruskannya kedalam turunan teori sitem politik yang lebih konkrit,
yaitu menggabubgkan teori sistem kedalam struktural fungsional, barulah kita
mendapatkan pemahaman bagiamana sistem politik seperti di Indonesia berinteraksi
dengan sistem politik lainnya.
Akhirnya mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik, maka
layaknya suatu sistem, akan diciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu
mengenalkan kedua pendekatan terhadap siitem politik baru kemudian menganalisis
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
34
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih dahulu kami akan membahas pendekatan
sistem politik dari teori behavioral, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan pendekatan
sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti penting
sejarah dalam mempelajari sistem politik Indonesia
BAB.VI.
PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN
PENDAHULUAN
Partisipasi dibidang politik dilaksanakan sejak tahun 1950-an, namun
perkembangannya baru dimulai tahun 1960-an. Perkembangan partisipasi selalu
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
35
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
dikaitkan dengan jalannya pembangunan. Pesatnya pembangunan disegala bidang
ini memberidampak pada masyarakatnya, baik laki-laki maupun perempuan.
Keberhasilan pembangunan tersebut dapat mewujudkan masarakatan ang
memiliki tingkat pendidikan, pekerjaan (ekonomi) dan sosial, dimana akan
mempengaruhi tingkat partisipasi warganya.
Kajian perempuan diberbagai bidang terutama dibidang politik, telah
dimulai sejak tahun 1990-an, seperti yang kita ketahui bahwa mengakaji tentang
perempuan selalu dianggap menarik, karena apa ang dilakukan perempuan tidak
selalu mudah dimengerti. Seperti halnya dengan partisipasi mereka untuk
berlomba ikut menentukan kebijakan politik. Kiprah perempuan di dunia politik,
salah satunya telah tercantum dalam UU RI no.12 tahun 2003, tentang PEMILU
pasal 65(1), menyatakan bahwa ”setiap partai politik peserta pemilu dalam
mengjukan calonnyaharus memperhatikan keterwakilinya perempuan sekurang-
kurangnya 30%”. Adapun data persentase mengenai jumlah perempuan yang
duduk dalam legislatif, pada periode 1992-1997 jumlah perempuan yang duduk di
DPR mencapai 12,5%, namun menurun 11,5% atau 9% pada periode berikutnya
(www.liputan6.com). Hal senada juga mewarnai komposisi anggota DPRD
Propinsi Sumatera Selatan pada periode 2004-2009, dimana jumlah
perempuannya hanya 5 orang dari 65 orang atau sekitar 8 %. Kondisi tidak
terwakilinya kuota 30% untuk perempuan senada dengan yang diungkapkan sanit
(1985:206), yaitu ”terwakilinya perempuan khususnya dalam legislatif masih
rendah”. Kehadiran perempuan memberi berbagai alasan apakah kehadirannya
dalam bidang politik dapat merubah keadaan kaum perempuan atau hanya sebagai
ajang balas dendam atas penolakkan kemapanan dimana kehadiran politikus
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
36
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
perempuan bukan untuk menjawab kebutuhan rill akan sosok perempuan akan
tetapi sebagai alat legitimasi untuk menjawab tuntutan sesaat. Hal ini dikarenakan
masih banyak pandangan yang menganggap bahwa perempuan tidak cocok di
dunia politik. Akan tetapi apapun alasannya kita harus optimis dimana semakin
banyak perempuan yang sadar akan hak politiknya. Pertanyaanya yang timbul
adalah bagaimana partisipasi politik perempuan?
PEMBAHASAN
PILKADA
Seiring dengan bergulirnya pemberian wewenang dari pusat kepada daerah yang
lazim dikenal dengan kebijakan Otonomi Daerah. Seperti yang diamanatkan
dalam UU No. 32 tahun 2004 Pasal 24 (5) tentang Pemerintah daerah, disebutkan
bahwa “ Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan “. Tujuan pemilihan
kepala daerah secara langsung dimaksudkan sebagai sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat diwilayah propinsi/Kabupaten/Kota. berdasakan UUD 45. Hal
ini memberikan legitimasi pimpinan daerah sangat berguna untuk menjalankan
pungsi-pungsi kekuasaan pemerintah daerah. Setidaknya ada tiga jenis legitimasi
yang terpenuhi dalam rekruitmen pejabat politik termasuk Pilkada, yaitu : Yuridis,
sosiologis, Etis ( Prihatmoko, 2005 ). Macam-macam legitimasi tersebut dalam
penyelenggaraan Pilkada diharapkan dapat melahirkan pasangan kepala daerah.
Dengan tetap berdasarkan azas langsung, umum, bebeas, rahasia, jujur dan adil.
Sesuai dengan apa yang diamanatkan UU No.32 tahun 2004 pasal 56 (1).
PARTISIPASI.
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
37
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
Pelaksanaan Pilkada merupakan proses demokrasi yang membutuhkan partisipasi
rakyat. Menurut Davis ( rencana, 1997 : 164 ). Partisipasi adalah “ penentuan
sikap dan keterlibatan hasrat setiap induvidu dalam situasi dan kondisi
organisasinya sehingga akhiryna mendorong individu tersebut berperan serta
dalam pencapaian tujuan organisasi serta ambil bagian dalam sikap
pertanggungjawaban bersama”. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasi
politik menurut Hunting dan Nelson (1990 : 5 ). Adalah “ kegiatan warga negara
preman ( private citizen ) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan
oleh pemerintah “. Hal senada juga diungkapkan oleh Norman. H. Nie dan Sidney
Verbal yaitu “ Partisipasi Politik adalah sebuah aktifitas yang sah oleh semua
warga nengara yang bertujuan mempengaruhi keputusan pemerintah ( Macridis
dan Brown, 1996 : 349 ) “. Menurut ramlan subakti ( Satro Atmojo 1995 )
Partisipasi politik dibedakan menjadi partisipasi aktif mencakup kegiatan warga
negara mengajukan usul tentang kebijakan umum, berbeda dengan pemerintah,
mengajukan kritik dan saran perbaikan, membayar pajak dan ikut serta dalam
pemilu sedangkan Nilbrath dan Goel ( Sasto Atmojo ) 1995, Partisipasi pasif
adalah orang-orang yang sudah menarik diri dari proses politik. Hal senada Juga
diungkapkan oleh Michael Rush, sikap apatis ( masa bodoh ) berarti sikap yang
tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi atau
gejala-gejala
Selanjutnya ada beberapa tingkat hirarki partisipasi politik ( Lihat gambar dibawah ini )
Menduduki jabatan Mencari jabatan politikKeanggotaan aktif suatu organisasi politik
Keangotaan pasif suatu org.politikKeangotaan aktif banyak org.politik
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
38
56
78
9
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
Keanggotaan pasif banyak org.poltik
Partisipasi dalam rapat umumPartisipasi dalam diskusi
Pemberian suara
Apatis
Sumber Michael Rush dan Philip Althoff ( Dra. Kartini Kartono pent, 1983 : 118 )
Bila dilihat gambar diatas dimana terdapat sembilan tingkatan hirarki partisipasi
politik. Untuk tingkat paling rendah adalah kelompok apatis yang jumlahnya
paling besar dan mereka cenderung menghindari segala bentuk kegiatan politik
dan bersikap masa bodo. Tentunya ini membutuhkan kajian yang lebih dalam,
namun setidaknya ada 3 (tiga) alasan mengapa mereka memilih apatis,yaitu: 1)
konsekuensi yang ditanggung dari aktifitas politik. 2). Aktifitas politik dianggap
sebagai sesuatu yang sia-sia. 3). Tidak mau memacu diri atau tidak memiliki
perangsang politik yang digunakan sebagai pendorong aktifitas politik. sedangkan
tingkat paling atas adalah kelompok yang kecil jumlahnya. Sehingga dapat
disimpulkan antara lingkup atau kategori penduduk yang melibatkan diri dalam
kegiatan politik cendrung berbanding berbalik.
PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN
Perempuan berdasarkan jumlahnya mencapai 51 persen dari seluruh jumlah
penduduk Indonesia. Keterlibatannya sangant mutlak diberbagai bidang. Tidak
terkecuali dibidang politik. Hal ini didukung melalui UUD 1945 dimana negara
menjamin hak setiap warganegara untuk mempunyai kedudukan yang sama dalam
politik dan pemerintahan ini diperkuat dengan UU No. 7 tahun 1984 mengenai
penghapusan segala bentuk deskriminasi terhadap perempuan ( convention of the
elimination of all form of discrination againt women ) / CEDAU, yang berisi
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
39
112
3
4
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
komitmen negara untuk menghapus segala bentuk deskrininasi terhadap
perempaun dibidang politik, ekonomi, social, dan budaya. Keterwakilan
perempuan dalam bidang politik juga tersurat dalam UU No 12 tahun 2003
mengenai pemilu yaitu pasal 65 (1), bahwa “ setiap partai politik peserta Pemilu
dengan mengajukan calonnya harus memperhatikan keterwakilan perempuan
sekuarang-kurangnya 30 persen. Walaupun masih kecil persentase keterlibatan
perempuan, setidaknya dapat menjawab keberadaan mereka. Adapun yang
menjadi motif mengapa seseorang mau berpartisipasi aktif, seperti yang
diungkapkan oleh Robert lane (Michael Rush dan Philip, 2003:19), yaitu: sarana
untuk mengejar ekonomis, untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian
sosial, sarana mengejar nilai-nilai khusus dan untuk memenuhi kebutuhan bawah
sadar dan kebutuhan psikologis tertentu.
Walaupun secara yuridis hak perempuan sudah terjamin, namun dalam
kenyataannya belum terwujud. Setidaknya ada tiga keterbatasan bagi perempuan
berkiprah didunia politik yaitu : 1. hambatan dipandang dari kemampuan mereka
dibidang politik berkaitan dengan masalah rekruitmen politik. 2. keterbatasan dari
status tertentu tanpa usahanya sendiri. 3. hambatan bersifat situasional meliputi
masalah yang bersifat keibuan.
SIMPULAN
Dari pembahasan teoritik di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pesatnya kajian perempuan di Indonesia di mulai tahun 90-an
2. Sudah kuatnya legitimasi terhadap persamaan hak antara perempuan dan
laki-laki dibidang politik dan pemerintahan
3. Kiprah perempuan di dunia politik walaupun secara kuantitas masih
rendah, dicontohkan ketidak berhasilan perempuan untuk mengisi kuota
30 % untuk duduk di legislatif
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
40
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
4. Setidaknya ada 3 hambatan yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perempuan untuk duduk pada jabatan strategis, yaitu:a.Hambatan
mengenai pandangan dari pengetahuan mereka dibidang politik berkaitan
dengan rekruimen politik, b. Keterbatasan dari status tertentu tanpa mereka
uasahakan sendiri, c. Hambatan yang bersifat situasional yang meliputi
masalah yang bersifat ke ibuan
Setidaknya apa yang disampaikan, dapat menjawab alasan mengenai
keberadaan politikus-politikus perempuan dan dapat menumbuhkan optimis di
hati kita, perempuan Indonesia.
REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIKUNTUK MEMBANGUN DAYA SAING DAERAH
A. PENDAHULUAN
Reformasi administrasi publik dikaitkan dengan upaya membangun daya
saing daerah, karena di era otonomi daerah ini, dimana setiap daerah harus
mampu melihat peluang yang terdapat didaerah. Otonomi daerah berarti
memindahkan sebagian kewenangan pusat di serahkan kepada daerah otonom.
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
41
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
Sehingga pemerintah daerah akan lebih cepat merespon tuntutan masyarakat
daerah sesuai dengan kempuan yang dimiliki “daya saing” daerah tersebut. Hal
tersebuatlah yang memicu setiap daerah mengembangkan daya saingnya. “daya
saing” dapat bermakna negative dimana pengambilan kebijakan yang over
protective dan adanya keengganan untuk bekerja sama (Abdullah,2002). Dalam
hal ini bila dikaitkan dengan reformasi administrasi publik secara tidak langsung
membawa rangsangan kepada pelaku ekonomi.
Reformasi administrasi publik secara teoritis di jelaskan bahwa gejala ini
lahir akibat logis dari adanya kecendrungan pergeseran. Yaitu peralihan dari
normative science bergeser ke pendekatan behavioral-ekologis. Sedangkan secara
empiris gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya globalisasi ,
dimana hal ini memaksa semua pihak terutama birokrasi pemerintah melakukan
revisi, perbaikan dan mencari alternative baru secara administrasi yang lebih
cocok untuk berkembang.
Dari penjelasan diatas, dimana reformasi adminisrasi publik diera otonomi
daerah sekarang ini sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing
daerah masing-masing. Untuk itu perlu untuk kita ketahui lebih lanjut, apa
sebenarnya yang dimaksud reformasi administrasi publik ?
B. PEMBAHASAN
Di kebanyakan Negara-negara berkembang sudah mengalami transpormasi
kenegara maju. Reformasi administrasi Negara merupakan awal dan prioritas
dalam pembangunan. Administrasi Negara menjadi sector pembangunan dan
instrument penting pembangunan.
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
42
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
Reformasi administrasi pada umum dilakukan melalui dua strategi yaitu:
1. merevitasasi kedudukan, peran dan fungsi kelembagaan yang menjadi
motor penggerak reformasi administrasi
2. menata kembali sistem administrasi negara baik dalam hal struktur,
proses, sumberdaya manusia (PNS)
Isu reformasi administrasi ini sejalan dengan upaya melakukan modernisasi
administrasi pemerintah. Untuk usaha reformasi administrasi negara Indonesia
dapat belajar dari pengalaman Korea Selatan yaitu dengan cara merevitalisasi
administrasi negara, pernah dilakukan oleh negara Korea Selatan. Usaha ini tidak
sia-sia karena hasilnya adalah efisiensi dan terciptanya administrasi publik yang
profesional, bersih dan berwibawa.
Istilah reformasi administrasi publik sendiri mengandung begitu banyak
makna, mempunyai fungsi yang beragam, menimbulkan banyak begitu harapan
praktisi, pemerhati masyarakat dan kaum teoritis. Ceiden ( 1996:69 ), mengartikan
reformasi administrasi sebagai “the artificial Inducement transformation Againts
Resistence”. Dari pengertian tersebut, ada tiga artian yang terkadung didalamnya
yaitu:
1. Reformasi administrasi publik adalah buatan manusia, tidak bersifat
eksidental, optimis dan lainnya
2. Reformasi administrasi publik diartikan sebagai sebuah proses
3. Reformasi administrasi publik didalamnya terdapat unsur
konsistensi
Selajutnya Caiden (1997:57-58), juga membedakan pengertian antara
”administrative reformation” and ”administrative change”. Dimana perubahan
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
43
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
bermakna sebagai respons keorganisasian yang bersifat otomatis terhadap
fluktuasi/ perubahan kondisi.
Pendapat Caiden tersebut mendapat kritikan dari Quah, dimana setidaknya
apa yang diungkapkan oleh Caiden terdapat 3 kelemahan, yaitu:
1. Definisi tersebut tidak mengidentifikasi tujuan reformasi administrasi
publik
2. Definisi dianggap tidak memadai. Istilah administratrative
transformation merupakan konsepsi yang kabur dan tidak memberi
penjelasan tentang isi reformasi admisitrasi dengan kata lain definisi
tersebut tidak mendiskripsikan secara jelas dan cermat mengenai isi
maupun ruang lingkup reformasi
3. Asumsi Caiden terlalu sederhana bahwa resistensi proses reformasi
administrasi. Resistensi reformasi administrasi muncul menurut caiden
karena adanya ketidak pastian dan ketidak amanan/ status quo.
Reformasi adalah bertujuan mengubah sistem adminsistrasi baik
(struktur kelembagaan) maupun perilaku administrator agar lebih baik.
Atau dengan kata lain untuk point ke tiga ini, konsistensi bukan
merupakan ciri reformasi administrasi publik.
Sebenanya reformasi administrasi publik memiliki tujuan, yaitu:
1. Reformasi menekankan pada peningkatan daya tanggap administrasi
publik terhadap aspirasi masyarakat sesuai dengan prinsip
kepemerintahan yang baik, seperti tentang kebijakan otonomi daerah,
peningkatan transparansi dalam pembuatan keputusan publik dan
kewajiban pertanggung jawaban publik.
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
44
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
2. Reformasi yang menekankan pada aspek teknis pengelolaan internal
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas administrasi publik.
Gerakan New publik management, reinventing goverment dan dengan tife
reformasi yang kedua yang menekankan pada efisiensi proses internal organisasi
instansi pemerintah (Kasim, 1998:141). Dalam pelaksanaannya dibutuhkanya
reformasi yang sehat. Adapun beberapa perspektif dibawah ini yang dapat
digunakan untuk menilai sehatnya reformasi administrasi, yaitu:
1. Ideal optimum yakni derajat pencapaian kesempurnaan administrasi
2. Pratical optimum yakni pencapaian dengan derajat tertinggi dari suatu
kinerja dalam kondisi tertentu
3. Satisticing optimum yakni pencapaian derajat kinerja yang memuaskan.
Kinerja individu dapat dilihat dari keterampilan, kecakapan, praktisny,
kompetisinya, pengetahuannya, informasinya, keluasaan
pengalamannya, sikap dan perilaku. Sedangkan kinerja institusi dapat
dilihat dari hubungan dengan institusi lain, fleksibelitasnya,
adaptabilitasnya, pemecahan konflik dan lain-lain.
Reformasi administrasi publik adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mengubah struktur-struktur dan prosedur birokrasi (aspek
keorganisasian/institusional) dan sikap dan perilaku birokrat (aspek Perilaku)
guna meningkatkan efektifitas organisasi atau terciptanya administrasi yang sehat
dan menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Ada lima atat ukur yang dapat dipakai untuk mengukur reformasi
administrasi publik yaitu:
1. Penekanan baru terhadap program
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
45
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
2. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat dan anggota birokrasi
3. Perubahan gaya kepemimpinan yang mengarah kepada komunikasi
terbuka dan peningkatan partisipasi
4. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien
5. Pengurangan penggunaan pendekatan legalistik
Dari lima kreteria tersebut, secara implisit menyebutkan bahwa perubahan
mengarah pada suatu perbaikan dari berbagai bidang dalam usahanya mencapai
pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan peran
masyarakat didalam sistem administrasi publik tersebut. Dalam hal ini ada tiga hal
yang dapat dilakukan masyarakat, yaitu:
1. Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan dari
masyarakat
2. Mengubah pembagian pekerjaan diantara sistem administrasi
3. Mengubah hubungan sistem administrasi dengan penduduk
Peran masyarakat begitu penting karena menurut Drucker (1992), Osborme
& Gaebler (1992), Barzelay (1992), Mc Leod (1998), dalam Zaidan (2008:17),
menyatakan secara eimplisit kegagalan utama negara membawa kesejahteraan
masyaraktnya adalah karena lemahnya administrasi. Berbicara mengenai
organisasi pememerintah dimana organisasi ini memiliki perbedaan dengan
organisasi bisnis. Tetapi pada perubahan paradigma adminisrasi publik yang di
pelopori oleh Gabler dan Osborme ”Reinventing Goverment” telah memberi
inspirasi kelakuan administrasi publik harus beroperasi layaknya organisasi bisnis,
efisien, efektif dan menempatkan masyakat sebagai stake holder yang harus
dilayani dengan sebaik-baiknya.
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
46
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
Reformasi administrasi diperkuat dengan hadirnya paradigma good
governmance, yang dikembangkan oleh bank dunia maupun UNDP. Pada
hakekatnya tata pemerintahan yang baik adalah upaya memperbaiki manajemen
dalam berbagai aspeknya dengan cara memasukkan nilai-nilai baru yang lebih
transparan, akuntabel, demokrasi, serta berbasis pada penegakkan hukun. Good
governance itu sendiri adalah suatu cara atau implementasi untuk mengubah
keadaan dari pemerintahan yang jelek menuju pada pemerintahan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah Piter dkk, 2000, Daya Saing Daerah : konsep-konsep pengukurannya
di Indonesia pusat pendidikan dan studi ke bank sentral .Bank Indonesia
Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.
2. Almond dalam Mawasdi Rauf, 1991, Jurnal Politik Volume 9, Asosiasi IPI
AIP. Jakarta: PT. Gramedia.
3.Caiden G.E.1996, Prospects for administrative reformasi in israel publik
administrasi
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
47
Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti
4.Hutington, Samuel dan Joan Nelson .1990. Partisipasi Politik. Jakarta : Rineka
Cipta
5.Kasim, Azhar, 1998 “Reformasi administrasi negara sebagai prasyarat upaya
peningkatan daya saing nasional” Pidato pengukuhan guru besar, FISP-
Universitas Indonesia, Jakarta :FISIP-Universitas Indonesia
6. Lee, Tahn Been, 1997, Marketing of Nation, Connecticut free press. New York.
7. Nawawi, Zaidan, 2008 “Reformasi Birokrasi Pemerintahan Daerah Dalam
8. Rahman Arifin, 2002. Sistem Potik Indonesia, Surabaya: SIC
9.Rush, Micheal dan Philip A, 2003, Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT.
Radja Persada
Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia
48
top related