bab - sitiwaliahunisti.files.wordpress.com file · web viewhubungan antara berbagai lembaga negara...

25
Siti Waliah, S.IP. M.Si Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti BAB V DINAMIKA SISTEM POLITIK INDONESIA Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perpekstif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem, yakni suatu unit yang relative terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatiive tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif system bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga Negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok- kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu system politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik. Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) kedalam system politik, Sistem Politik Indonesia Proses Politik Indonesia 33

Upload: ngoquynh

Post on 23-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

BAB V

DINAMIKA SISTEM POLITIK INDONESIA

Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.

Perpekstif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu

sistem, yakni suatu unit yang relative terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan

yang relatiive tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari

perspektif system bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada

kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara lembaga atau

institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga Negara sebagai

pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik

dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu system politik,

lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.

Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input)

kedalam system politik, yang mengubah proses politik menjadi keluaran (output). Dalam

model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus

diolah oleh system politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberikan

oleh pemerintah untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini,

maka efektivitas sistem politik adalah kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi

rakyat..

Sistem politik pada suatu Negara terkadang bersifat relative, hal ini dipengaruhi

oleh elemen-elemen yang membentuk system tersebut. Juga factor sejarah dalam

perpolitikan di suatu Negara. Pengaruh system polttik Negara lain juga turut memberi

kontribusi pada pembentukan system politik disuatu Negara. Seperti halnya system politik

di Indonesia seiring dengan waktu, system politik Indonesia selalu mengalami perubahan.

politik dIndonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem poltik

Indonesia akan berpengaruh pada system politik Negara tetangga maupun dalam cakupan

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

33

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

yang lebih luas. Struktur kelembagaarn atau institusi khas Indonesia akan terus

berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik

yang hanya dimiliki Indonesia. Namun demikian, kekhasan system politik Indonesia belum

dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum

diperhitungkan sistem politik Negara lain.

Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana system poltik Indonesia

adalah melalui pengembangan wawasan dalam melibatkan institusi nasional dan

internasional. Artinya lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem

politik Indonesia harus dipahami terlebih dahulu.

Lingkungan internal akan sangat dipengaruhi oleh budaya politik bangsa

Indonesia. Sedangkan budaya politik sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa-peristiwa

sejarah yang telah mengkristal dalam kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun

berupa tatanan nilai dan norma perilaku. Sementara itu, lingkungan eksternal sedikit

banyak mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya berlangsung akibat

peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bnetuk ”penjajahan” budaya pop

(pop culture) di era globalisasi.

Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri

sendiri dari sistem politik negara lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan

David Easton melalui pendekatan analisa sistem terhadap sistem politik sampai kemudian,

Gabriel Almaond meneruskannya kedalam turunan teori sitem politik yang lebih konkrit,

yaitu menggabubgkan teori sistem kedalam struktural fungsional, barulah kita

mendapatkan pemahaman bagiamana sistem politik seperti di Indonesia berinteraksi

dengan sistem politik lainnya.

Akhirnya mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik, maka

layaknya suatu sistem, akan diciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu

mengenalkan kedua pendekatan terhadap siitem politik baru kemudian menganalisis

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

34

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih dahulu kami akan membahas pendekatan

sistem politik dari teori behavioral, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan pendekatan

sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti penting

sejarah dalam mempelajari sistem politik Indonesia

BAB.VI.

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN

PENDAHULUAN

Partisipasi dibidang politik dilaksanakan sejak tahun 1950-an, namun

perkembangannya baru dimulai tahun 1960-an. Perkembangan partisipasi selalu

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

35

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

dikaitkan dengan jalannya pembangunan. Pesatnya pembangunan disegala bidang

ini memberidampak pada masyarakatnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Keberhasilan pembangunan tersebut dapat mewujudkan masarakatan ang

memiliki tingkat pendidikan, pekerjaan (ekonomi) dan sosial, dimana akan

mempengaruhi tingkat partisipasi warganya.

Kajian perempuan diberbagai bidang terutama dibidang politik, telah

dimulai sejak tahun 1990-an, seperti yang kita ketahui bahwa mengakaji tentang

perempuan selalu dianggap menarik, karena apa ang dilakukan perempuan tidak

selalu mudah dimengerti. Seperti halnya dengan partisipasi mereka untuk

berlomba ikut menentukan kebijakan politik. Kiprah perempuan di dunia politik,

salah satunya telah tercantum dalam UU RI no.12 tahun 2003, tentang PEMILU

pasal 65(1), menyatakan bahwa ”setiap partai politik peserta pemilu dalam

mengjukan calonnyaharus memperhatikan keterwakilinya perempuan sekurang-

kurangnya 30%”. Adapun data persentase mengenai jumlah perempuan yang

duduk dalam legislatif, pada periode 1992-1997 jumlah perempuan yang duduk di

DPR mencapai 12,5%, namun menurun 11,5% atau 9% pada periode berikutnya

(www.liputan6.com). Hal senada juga mewarnai komposisi anggota DPRD

Propinsi Sumatera Selatan pada periode 2004-2009, dimana jumlah

perempuannya hanya 5 orang dari 65 orang atau sekitar 8 %. Kondisi tidak

terwakilinya kuota 30% untuk perempuan senada dengan yang diungkapkan sanit

(1985:206), yaitu ”terwakilinya perempuan khususnya dalam legislatif masih

rendah”. Kehadiran perempuan memberi berbagai alasan apakah kehadirannya

dalam bidang politik dapat merubah keadaan kaum perempuan atau hanya sebagai

ajang balas dendam atas penolakkan kemapanan dimana kehadiran politikus

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

36

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

perempuan bukan untuk menjawab kebutuhan rill akan sosok perempuan akan

tetapi sebagai alat legitimasi untuk menjawab tuntutan sesaat. Hal ini dikarenakan

masih banyak pandangan yang menganggap bahwa perempuan tidak cocok di

dunia politik. Akan tetapi apapun alasannya kita harus optimis dimana semakin

banyak perempuan yang sadar akan hak politiknya. Pertanyaanya yang timbul

adalah bagaimana partisipasi politik perempuan?

PEMBAHASAN

PILKADA

Seiring dengan bergulirnya pemberian wewenang dari pusat kepada daerah yang

lazim dikenal dengan kebijakan Otonomi Daerah. Seperti yang diamanatkan

dalam UU No. 32 tahun 2004 Pasal 24 (5) tentang Pemerintah daerah, disebutkan

bahwa “ Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan

secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan “. Tujuan pemilihan

kepala daerah secara langsung dimaksudkan sebagai sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat diwilayah propinsi/Kabupaten/Kota. berdasakan UUD 45. Hal

ini memberikan legitimasi pimpinan daerah sangat berguna untuk menjalankan

pungsi-pungsi kekuasaan pemerintah daerah. Setidaknya ada tiga jenis legitimasi

yang terpenuhi dalam rekruitmen pejabat politik termasuk Pilkada, yaitu : Yuridis,

sosiologis, Etis ( Prihatmoko, 2005 ). Macam-macam legitimasi tersebut dalam

penyelenggaraan Pilkada diharapkan dapat melahirkan pasangan kepala daerah.

Dengan tetap berdasarkan azas langsung, umum, bebeas, rahasia, jujur dan adil.

Sesuai dengan apa yang diamanatkan UU No.32 tahun 2004 pasal 56 (1).

PARTISIPASI.

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

37

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Pelaksanaan Pilkada merupakan proses demokrasi yang membutuhkan partisipasi

rakyat. Menurut Davis ( rencana, 1997 : 164 ). Partisipasi adalah “ penentuan

sikap dan keterlibatan hasrat setiap induvidu dalam situasi dan kondisi

organisasinya sehingga akhiryna mendorong individu tersebut berperan serta

dalam pencapaian tujuan organisasi serta ambil bagian dalam sikap

pertanggungjawaban bersama”. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasi

politik menurut Hunting dan Nelson (1990 : 5 ). Adalah “ kegiatan warga negara

preman ( private citizen ) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan

oleh pemerintah “. Hal senada juga diungkapkan oleh Norman. H. Nie dan Sidney

Verbal yaitu “ Partisipasi Politik adalah sebuah aktifitas yang sah oleh semua

warga nengara yang bertujuan mempengaruhi keputusan pemerintah ( Macridis

dan Brown, 1996 : 349 ) “. Menurut ramlan subakti ( Satro Atmojo 1995 )

Partisipasi politik dibedakan menjadi partisipasi aktif mencakup kegiatan warga

negara mengajukan usul tentang kebijakan umum, berbeda dengan pemerintah,

mengajukan kritik dan saran perbaikan, membayar pajak dan ikut serta dalam

pemilu sedangkan Nilbrath dan Goel ( Sasto Atmojo ) 1995, Partisipasi pasif

adalah orang-orang yang sudah menarik diri dari proses politik. Hal senada Juga

diungkapkan oleh Michael Rush, sikap apatis ( masa bodoh ) berarti sikap yang

tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi atau

gejala-gejala

Selanjutnya ada beberapa tingkat hirarki partisipasi politik ( Lihat gambar dibawah ini )

Menduduki jabatan Mencari jabatan politikKeanggotaan aktif suatu organisasi politik

Keangotaan pasif suatu org.politikKeangotaan aktif banyak org.politik

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

38

56

78

9

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Keanggotaan pasif banyak org.poltik

Partisipasi dalam rapat umumPartisipasi dalam diskusi

Pemberian suara

Apatis

Sumber Michael Rush dan Philip Althoff ( Dra. Kartini Kartono pent, 1983 : 118 )

Bila dilihat gambar diatas dimana terdapat sembilan tingkatan hirarki partisipasi

politik. Untuk tingkat paling rendah adalah kelompok apatis yang jumlahnya

paling besar dan mereka cenderung menghindari segala bentuk kegiatan politik

dan bersikap masa bodo. Tentunya ini membutuhkan kajian yang lebih dalam,

namun setidaknya ada 3 (tiga) alasan mengapa mereka memilih apatis,yaitu: 1)

konsekuensi yang ditanggung dari aktifitas politik. 2). Aktifitas politik dianggap

sebagai sesuatu yang sia-sia. 3). Tidak mau memacu diri atau tidak memiliki

perangsang politik yang digunakan sebagai pendorong aktifitas politik. sedangkan

tingkat paling atas adalah kelompok yang kecil jumlahnya. Sehingga dapat

disimpulkan antara lingkup atau kategori penduduk yang melibatkan diri dalam

kegiatan politik cendrung berbanding berbalik.

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN

Perempuan berdasarkan jumlahnya mencapai 51 persen dari seluruh jumlah

penduduk Indonesia. Keterlibatannya sangant mutlak diberbagai bidang. Tidak

terkecuali dibidang politik. Hal ini didukung melalui UUD 1945 dimana negara

menjamin hak setiap warganegara untuk mempunyai kedudukan yang sama dalam

politik dan pemerintahan ini diperkuat dengan UU No. 7 tahun 1984 mengenai

penghapusan segala bentuk deskriminasi terhadap perempuan ( convention of the

elimination of all form of discrination againt women ) / CEDAU, yang berisi

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

39

112

3

4

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

komitmen negara untuk menghapus segala bentuk deskrininasi terhadap

perempaun dibidang politik, ekonomi, social, dan budaya. Keterwakilan

perempuan dalam bidang politik juga tersurat dalam UU No 12 tahun 2003

mengenai pemilu yaitu pasal 65 (1), bahwa “ setiap partai politik peserta Pemilu

dengan mengajukan calonnya harus memperhatikan keterwakilan perempuan

sekuarang-kurangnya 30 persen. Walaupun masih kecil persentase keterlibatan

perempuan, setidaknya dapat menjawab keberadaan mereka. Adapun yang

menjadi motif mengapa seseorang mau berpartisipasi aktif, seperti yang

diungkapkan oleh Robert lane (Michael Rush dan Philip, 2003:19), yaitu: sarana

untuk mengejar ekonomis, untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian

sosial, sarana mengejar nilai-nilai khusus dan untuk memenuhi kebutuhan bawah

sadar dan kebutuhan psikologis tertentu.

Walaupun secara yuridis hak perempuan sudah terjamin, namun dalam

kenyataannya belum terwujud. Setidaknya ada tiga keterbatasan bagi perempuan

berkiprah didunia politik yaitu : 1. hambatan dipandang dari kemampuan mereka

dibidang politik berkaitan dengan masalah rekruitmen politik. 2. keterbatasan dari

status tertentu tanpa usahanya sendiri. 3. hambatan bersifat situasional meliputi

masalah yang bersifat keibuan.

SIMPULAN

Dari pembahasan teoritik di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pesatnya kajian perempuan di Indonesia di mulai tahun 90-an

2. Sudah kuatnya legitimasi terhadap persamaan hak antara perempuan dan

laki-laki dibidang politik dan pemerintahan

3. Kiprah perempuan di dunia politik walaupun secara kuantitas masih

rendah, dicontohkan ketidak berhasilan perempuan untuk mengisi kuota

30 % untuk duduk di legislatif

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

40

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

4. Setidaknya ada 3 hambatan yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perempuan untuk duduk pada jabatan strategis, yaitu:a.Hambatan

mengenai pandangan dari pengetahuan mereka dibidang politik berkaitan

dengan rekruimen politik, b. Keterbatasan dari status tertentu tanpa mereka

uasahakan sendiri, c. Hambatan yang bersifat situasional yang meliputi

masalah yang bersifat ke ibuan

Setidaknya apa yang disampaikan, dapat menjawab alasan mengenai

keberadaan politikus-politikus perempuan dan dapat menumbuhkan optimis di

hati kita, perempuan Indonesia.

REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIKUNTUK MEMBANGUN DAYA SAING DAERAH

A. PENDAHULUAN

Reformasi administrasi publik dikaitkan dengan upaya membangun daya

saing daerah, karena di era otonomi daerah ini, dimana setiap daerah harus

mampu melihat peluang yang terdapat didaerah. Otonomi daerah berarti

memindahkan sebagian kewenangan pusat di serahkan kepada daerah otonom.

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

41

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Sehingga pemerintah daerah akan lebih cepat merespon tuntutan masyarakat

daerah sesuai dengan kempuan yang dimiliki “daya saing” daerah tersebut. Hal

tersebuatlah yang memicu setiap daerah mengembangkan daya saingnya. “daya

saing” dapat bermakna negative dimana pengambilan kebijakan yang over

protective dan adanya keengganan untuk bekerja sama (Abdullah,2002). Dalam

hal ini bila dikaitkan dengan reformasi administrasi publik secara tidak langsung

membawa rangsangan kepada pelaku ekonomi.

Reformasi administrasi publik secara teoritis di jelaskan bahwa gejala ini

lahir akibat logis dari adanya kecendrungan pergeseran. Yaitu peralihan dari

normative science bergeser ke pendekatan behavioral-ekologis. Sedangkan secara

empiris gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya globalisasi ,

dimana hal ini memaksa semua pihak terutama birokrasi pemerintah melakukan

revisi, perbaikan dan mencari alternative baru secara administrasi yang lebih

cocok untuk berkembang.

Dari penjelasan diatas, dimana reformasi adminisrasi publik diera otonomi

daerah sekarang ini sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing

daerah masing-masing. Untuk itu perlu untuk kita ketahui lebih lanjut, apa

sebenarnya yang dimaksud reformasi administrasi publik ?

B. PEMBAHASAN

Di kebanyakan Negara-negara berkembang sudah mengalami transpormasi

kenegara maju. Reformasi administrasi Negara merupakan awal dan prioritas

dalam pembangunan. Administrasi Negara menjadi sector pembangunan dan

instrument penting pembangunan.

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

42

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Reformasi administrasi pada umum dilakukan melalui dua strategi yaitu:

1. merevitasasi kedudukan, peran dan fungsi kelembagaan yang menjadi

motor penggerak reformasi administrasi

2. menata kembali sistem administrasi negara baik dalam hal struktur,

proses, sumberdaya manusia (PNS)

Isu reformasi administrasi ini sejalan dengan upaya melakukan modernisasi

administrasi pemerintah. Untuk usaha reformasi administrasi negara Indonesia

dapat belajar dari pengalaman Korea Selatan yaitu dengan cara merevitalisasi

administrasi negara, pernah dilakukan oleh negara Korea Selatan. Usaha ini tidak

sia-sia karena hasilnya adalah efisiensi dan terciptanya administrasi publik yang

profesional, bersih dan berwibawa.

Istilah reformasi administrasi publik sendiri mengandung begitu banyak

makna, mempunyai fungsi yang beragam, menimbulkan banyak begitu harapan

praktisi, pemerhati masyarakat dan kaum teoritis. Ceiden ( 1996:69 ), mengartikan

reformasi administrasi sebagai “the artificial Inducement transformation Againts

Resistence”. Dari pengertian tersebut, ada tiga artian yang terkadung didalamnya

yaitu:

1. Reformasi administrasi publik adalah buatan manusia, tidak bersifat

eksidental, optimis dan lainnya

2. Reformasi administrasi publik diartikan sebagai sebuah proses

3. Reformasi administrasi publik didalamnya terdapat unsur

konsistensi

Selajutnya Caiden (1997:57-58), juga membedakan pengertian antara

”administrative reformation” and ”administrative change”. Dimana perubahan

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

43

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

bermakna sebagai respons keorganisasian yang bersifat otomatis terhadap

fluktuasi/ perubahan kondisi.

Pendapat Caiden tersebut mendapat kritikan dari Quah, dimana setidaknya

apa yang diungkapkan oleh Caiden terdapat 3 kelemahan, yaitu:

1. Definisi tersebut tidak mengidentifikasi tujuan reformasi administrasi

publik

2. Definisi dianggap tidak memadai. Istilah administratrative

transformation merupakan konsepsi yang kabur dan tidak memberi

penjelasan tentang isi reformasi admisitrasi dengan kata lain definisi

tersebut tidak mendiskripsikan secara jelas dan cermat mengenai isi

maupun ruang lingkup reformasi

3. Asumsi Caiden terlalu sederhana bahwa resistensi proses reformasi

administrasi. Resistensi reformasi administrasi muncul menurut caiden

karena adanya ketidak pastian dan ketidak amanan/ status quo.

Reformasi adalah bertujuan mengubah sistem adminsistrasi baik

(struktur kelembagaan) maupun perilaku administrator agar lebih baik.

Atau dengan kata lain untuk point ke tiga ini, konsistensi bukan

merupakan ciri reformasi administrasi publik.

Sebenanya reformasi administrasi publik memiliki tujuan, yaitu:

1. Reformasi menekankan pada peningkatan daya tanggap administrasi

publik terhadap aspirasi masyarakat sesuai dengan prinsip

kepemerintahan yang baik, seperti tentang kebijakan otonomi daerah,

peningkatan transparansi dalam pembuatan keputusan publik dan

kewajiban pertanggung jawaban publik.

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

44

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

2. Reformasi yang menekankan pada aspek teknis pengelolaan internal

untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas administrasi publik.

Gerakan New publik management, reinventing goverment dan dengan tife

reformasi yang kedua yang menekankan pada efisiensi proses internal organisasi

instansi pemerintah (Kasim, 1998:141). Dalam pelaksanaannya dibutuhkanya

reformasi yang sehat. Adapun beberapa perspektif dibawah ini yang dapat

digunakan untuk menilai sehatnya reformasi administrasi, yaitu:

1. Ideal optimum yakni derajat pencapaian kesempurnaan administrasi

2. Pratical optimum yakni pencapaian dengan derajat tertinggi dari suatu

kinerja dalam kondisi tertentu

3. Satisticing optimum yakni pencapaian derajat kinerja yang memuaskan.

Kinerja individu dapat dilihat dari keterampilan, kecakapan, praktisny,

kompetisinya, pengetahuannya, informasinya, keluasaan

pengalamannya, sikap dan perilaku. Sedangkan kinerja institusi dapat

dilihat dari hubungan dengan institusi lain, fleksibelitasnya,

adaptabilitasnya, pemecahan konflik dan lain-lain.

Reformasi administrasi publik adalah suatu usaha sadar dan terencana

untuk mengubah struktur-struktur dan prosedur birokrasi (aspek

keorganisasian/institusional) dan sikap dan perilaku birokrat (aspek Perilaku)

guna meningkatkan efektifitas organisasi atau terciptanya administrasi yang sehat

dan menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Ada lima atat ukur yang dapat dipakai untuk mengukur reformasi

administrasi publik yaitu:

1. Penekanan baru terhadap program

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

45

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

2. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat dan anggota birokrasi

3. Perubahan gaya kepemimpinan yang mengarah kepada komunikasi

terbuka dan peningkatan partisipasi

4. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien

5. Pengurangan penggunaan pendekatan legalistik

Dari lima kreteria tersebut, secara implisit menyebutkan bahwa perubahan

mengarah pada suatu perbaikan dari berbagai bidang dalam usahanya mencapai

pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan peran

masyarakat didalam sistem administrasi publik tersebut. Dalam hal ini ada tiga hal

yang dapat dilakukan masyarakat, yaitu:

1. Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan dari

masyarakat

2. Mengubah pembagian pekerjaan diantara sistem administrasi

3. Mengubah hubungan sistem administrasi dengan penduduk

Peran masyarakat begitu penting karena menurut Drucker (1992), Osborme

& Gaebler (1992), Barzelay (1992), Mc Leod (1998), dalam Zaidan (2008:17),

menyatakan secara eimplisit kegagalan utama negara membawa kesejahteraan

masyaraktnya adalah karena lemahnya administrasi. Berbicara mengenai

organisasi pememerintah dimana organisasi ini memiliki perbedaan dengan

organisasi bisnis. Tetapi pada perubahan paradigma adminisrasi publik yang di

pelopori oleh Gabler dan Osborme ”Reinventing Goverment” telah memberi

inspirasi kelakuan administrasi publik harus beroperasi layaknya organisasi bisnis,

efisien, efektif dan menempatkan masyakat sebagai stake holder yang harus

dilayani dengan sebaik-baiknya.

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

46

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Reformasi administrasi diperkuat dengan hadirnya paradigma good

governmance, yang dikembangkan oleh bank dunia maupun UNDP. Pada

hakekatnya tata pemerintahan yang baik adalah upaya memperbaiki manajemen

dalam berbagai aspeknya dengan cara memasukkan nilai-nilai baru yang lebih

transparan, akuntabel, demokrasi, serta berbasis pada penegakkan hukun. Good

governance itu sendiri adalah suatu cara atau implementasi untuk mengubah

keadaan dari pemerintahan yang jelek menuju pada pemerintahan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah Piter dkk, 2000, Daya Saing Daerah : konsep-konsep pengukurannya

di Indonesia pusat pendidikan dan studi ke bank sentral .Bank Indonesia

Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.

2. Almond dalam Mawasdi Rauf, 1991, Jurnal Politik Volume 9, Asosiasi IPI

AIP. Jakarta: PT. Gramedia.

3.Caiden G.E.1996, Prospects for administrative reformasi in israel publik

administrasi

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

47

Siti Waliah, S.IP. M.SiDosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

4.Hutington, Samuel dan Joan Nelson .1990. Partisipasi Politik. Jakarta : Rineka

Cipta

5.Kasim, Azhar, 1998 “Reformasi administrasi negara sebagai prasyarat upaya

peningkatan daya saing nasional” Pidato pengukuhan guru besar, FISP-

Universitas Indonesia, Jakarta :FISIP-Universitas Indonesia

6. Lee, Tahn Been, 1997, Marketing of Nation, Connecticut free press. New York.

7. Nawawi, Zaidan, 2008 “Reformasi Birokrasi Pemerintahan Daerah Dalam

8. Rahman Arifin, 2002. Sistem Potik Indonesia, Surabaya: SIC

9.Rush, Micheal dan Philip A, 2003, Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT.

Radja Persada

Sistem Politik IndonesiaProses Politik Indonesia

48