bab iv pembahasan a. gambaran umum dusun...
Post on 07-Jun-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
26
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dusun Karang Padang
1. Kondisi Geografis
Secara geografis Dusun Karang Padang, terletak di Desa Gedong,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Dusun Karang Padang terletak
di Gunung Gajah yaitu di kaki Gunung Merbabu yang berada pada
ketinggian 250 mdpl dengan tanah yang subur. Dusun ini berbatasan dengan
4 dusun yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Gentan Kelurahan
Kebumen, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Kalipacet, sebelah
selatan berbatasan dengan Dusun Ngaglik dan sebelah barat berbatasan
dengan Dusun Kayuwangi. Luas seluruh lahan di Dusun Karang Padang
adalah 14,0252 ha yang terdiri dari lahan tegalan: 70,332 ha, lahan
persawahan: 34,229 ha dan lahan pemukiman (rumah): 35,691 ha
(Monografi Dusun Karang Padang, Kecamatan Banyubiru, 2016).
2. Penduduk
Berikut ini jumlah penduduk dusun menurut usia, pendidikan, dan
mata pencaharian:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Usia
No. Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0 – 10 12 14 262. 11 - 20 16 19 353. 21 - 30 29 25 544. 31 - 40 11 12 235. 41 - 50 23 29 526. 51 - 60 15 13 287. 61 > 12 16 28
Jumlah 118 128 246(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.)
Jumlah penduduk Dusun Karang Padang termasuk rendah karena
jumlah penduduk laki-laki adalah 118 jiwa dan perempuan 128 jiwa jadi
jumlah keseluruhan adalah 246 jiwa yang tersebar di 2 RT.
27
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah1. Tidak sekolah - - -2. Belum Tamat SD 23 27 503. Tidak Tamat SD 3 6 104. Tamat SD 47 53 1005. Tamat SMP 19 22 416. Tamat SMA 21 20 417. Tamat Akademi/Diploma 2 1 38. Sarjana keatas - 2 2
Jumlah 115 128 246(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.)
Sementara itu jumlah penduduk Dusun Karang Padang menurut
pendidikan adalah laki-laki berjumlah 115 jiwa sedangkan perempuan
berjumlah 128 jiwa
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah1. PNS 1 - 12. TNI 2 - 23. Pensiunan 1 1 24. Pengusaha 3 1 45. Buruh Bangunan 4 - 46. Buruh Industri 1 6 77. Petani 51 8 59
Jumlah 63 16 79(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.)
Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani karena lahan
persawahan dan lahan tegalan luas dan menjadi sandaran hidup bagi
penduduk Dusun Karang Padang. Sisanya adalah pelajar yang masih aktif.
Sarana prasarana di Dusun Karang Padang tergolong minim
dikarenakan untuk unit kesehatan dan pendidikan tidak ada dan harus keluar
dari Dusun Karang Padang. Sedangkan sarana transportasi untuk mencapai
Dusun Karang Padang harus ditempuh dengan naik ojek dari jalan raya
Muncul dengan jarak 1,5 km dari Kali Glagah, 2 km dari Kali Parat dan 2,5
28
km dari Kebumen. Untuk masyarakat disini pada umumnya, menggunakan
ojek motor sebagai alat transportasi andalan. Untuk sarana ibadah, olahraga,
penginapan dan keamanan, Dusun Karang Padang hanya mempunyai 1 buah
masjid, 1 buah lapangan voli, 1 buah villa, dan 1 buah pos kamling.
Masyarakat Dusun Karang Padang adalah masyarakat yang taat
dengan agama. Mayoritas penduduk di Dusun Karang Padang adalah
beragama Islam. Terdapat kegiatan keagaman seperti yasinan setiap minggu,
puasa ramadhan, pengajian dan berbagai peringatan hari besar. Setiap
bulannya masyarakat juga mengadakan kegiatan pertemuan seperti rapat
ibu-ibu PKK, pertemuan RT untuk bapak-bapak, dan pertemuan Karang
Taruna. Selain itu terdapat juga kegiatan tahunan yaitu tradisi merti dusun.
B. Tradisi Merti Dusun di Dusun Karang Padang
Kegiatan bersih desa dilakukan oleh banyak desa di Jawa, dengan nama
dan cara yang tidak selalu sama. Ada yang menyebutnya sedekah desa, karena
di dalam acara tersebut diadakan sedekah massal. karena dalam kendurinya
disajikan. Ada pula yang menyebut rasulan, dan selamatan rasulan (sega gurih
dan lauk ingkung ayam). Ada lagi yang menyebut memetri desa, karena dalam
kegiatannya dilakukan pembenahan dan pemeliharaan desa, baik mengenai
semangat maupun acara kegiatannya. Dari sekian ragam istilah bersih desa,
esensinya merupakan fenomena untuk mencari keselamatan hidup (Suwardi,
2006: 1).
Merti Dusun atau bisa disebut juga dengan bersih dusun adalah suatu
kegiatan tahunan sebagai wujud syukur atas rezeki yang dilimpahkan Tuhan
Yang Maha Esa berupa air yang melimpah dan tanah yang subur. Selain
sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara ini merupakan
suatu bentuk terima kasih kepada roh nenek moyang karena telah menjaga
dusun Karang Padang menjadi lebih tentram. Roh nenek moyang disebut
dengan danyang.
Kedua hal itu merupakan dua hal yang bertolak belakang bagi orang
Islam Jawa. Namun masyarakat tetap percaya, kedua hal ini adalah suatu hal
yang harus dijalankan secara berdampingan mengingat tradisi ini telah
29
dipercaya apabila tidak dijalankan akan mendapatkan malapetaka (Wawancara
Bapak Sigit Hendrawan, 1 April 2016). Masyarakat Dusun Karang Padang
percaya bahwa merti dusun adalah suatu hal yang wajib dalam kegiatan
tahunan karena bila tidak dilakukan akan dapat menyebabkan malapetaka.
Rezekiseret ataupun gagal panen. Semua yang dilakukan seperti sia-sia karena
tidak mendapatkan berkah. Selain untuk tujuan tersebut, merti dusun
dilakukan sebagai wujud melestarikan budaya Jawa orang-orang terdahulu
yang secara turun temurun diadakan.
Merti dusun Karang Padang dilakukan setiap bulan Dulkaidah tepatnya
pada hari senin kliwon pada setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk
mendoakan Kyai dan Nyai Danyang yang telah berjasa karena telah
membangun Dusun Karang Padang agar arwahnya diterima di sisi Tuhan
Yang Maha Esa.
Sebelum tahun 2000, tradisi merti dusun Karang Padang hanya
dilakukan secara sederhana yaitu dengan melakukan peletakan sesaji yang
hanya dilakukan oleh kepala dusun di tempat-tempat yang sakral. Setelah
meletakkan sesaji yaitu melaksanakan slametan di rumah kepala dusun. Mulai
10 tahun terakhir ini, merti dusun dilakukan dengan ditambahkan hiburan agar
Dusun Karang Padang terasa regeng (ramai). Selain itu acara merti dusun juga
ditambah maleman atau begadang semalaman untuk peletakan sesaji sebelum
hari dilaksanakannya slametan dan hiburan wayang. Merti dusun pada tahun
2016 ini dilaksanakan pada tangga 8 Agustus 2016, tepat pada hari senin
kliwon bulan Dulkaidah.
C. Proses Kegiatan Merti Dusun
Merti dusun Karang Padang dilakukan pada bulan Dulkaidah pada hari
senin kliwon setiap tahunnya. Kali ini merti dusun dilaksanakan pada tanggal
8 Agustus 2016. Adapun proses kegiatan merti dusun yang dilakukan
masyarakat Dusun Karang Padang ada 3 tahap yaitu sebagai berikut:
30
1. Persiapan
a. Waktu
Merti dusun di Dusun Karang Padang dilaksanakan setiap satu tahun
sekali yang jatuh pada hari senin kliwon pada bulan Dulkaidah. Pada tahun
2016, kegiatan ini dimulai pada hari minggu wage tanggal 7 Agustus 2016
sampai hari senin kliwon tanggal 8 Agustus 2016 untuk acara inti.
b. Tempat
Tempat diadakannya merti dusun adalah di rumah Bapak Kadus Sigit
Hendrawan dan untuk pelaksanaan hiburan wayang kulit diadakan di
lapangan voli Dusun Karang Padang yang tidak jauh dari rumah Bapak
Kadus.
c. Pelaku Pelaksana Merti Dusun
1. Kepala Dusun
Bapak Sigit Hendrawan selaku kepala dusun Karang Padang
menjadi penanggung jawab serta koordinator masyarakat untuk
melakukan merti dusun dari tahap persiapan hingga penutupan. Selain
itu kepala dusun bertugas mengurus perijinan kepada pemerintah desa
dan kepolisian. Kepala dusun adalah orang yang tahu tentang seluk
beluk keadaan dusun dan juga yang mengetahui bagaimana urutan merti
dusun dilaksanakan.
2. Panitia Acara Merti Dusun
Panitia acara merti dusun biasanya dibagi atas ketua, bendahara,
sekretaris, sie keamanan, sie konsumsi dan remaja Guyub Rukun
sebagai pembantu pelaksanaan merti dusun yang mempunyai tugas
masing-masing dengan bantuan Kepala Dusun.
3. Modin
Orang yang diberi tanggung jawab dalam acara slametan sebagai
orang yang memimpin doa dalam upacara slametan dan peletakan
sesaji.
31
4. Masyarakat Dusun Karang Padang
Masyarakat adalah pendukung utama dalam acara ini karena tanpa
dukungan, kebersamaan, dan gotong royong penduduk Dusun Karang
Padang acara merti dusun tidak akan berjalan sesuai tujuan.
d. Tahap-tahap Persiapan
Prosesi pelaksanaan merti dusun di Dusun Karang Padang diawali
dengan persiapan yang matang yaitu 10 bulan sebelum dilaksanakannya
kegiatan akan diadakan pertemuan. Hal ini selalu menjadi agenda setiap
bulan untuk dimusyawarahkan bersama di dalam perkumpulan kepala
keluarga Dusun Karang Padang di RT 01 dan RT 02 untuk mengumpulkan
dana. Selain itu juga dibahas untuk disepakati hiburan apa yang akan
ditampilkan dan juga kesepakatan tentang iuran kepada setiap kepala
keluarga. Biasanya diberikan 2 pilihan hiburan yaitu hiburan kesenian
wayang kulit atau kesenian reog. Atas kesepakatan bersama diputuskan
bahwa untuk beban biaya yang ditentukan adalah Rp 100.000,- untuk setiap
kepala keluarga dan hiburan yang akan dilaksanakan adalah kesenian
wayang kulit. Dalam pengumpulan uang iuran tersebut agar tidak
memberatkan maka setiap bulan akan ditarik uang sebesar Rp 10.000,-
selama 10 bulan.
Pada tanggal 3 Agustus 2016, diadakan pertemuan panitia di rumah
Bapak Kadus dengan para anggota Remaja Guyup Rukun untuk membentuk
panitia koordinasi merti dusun. Pertemuan ini membahas tentang merti
dusun yang diadakan di lapangan voli yang baru, bukan di tempat yang
semula, yaitu di lapangan depan rumah Bapak Kadus. Jadi untuk tempat
memasak tetap di rumah Bapak Kadus, hanya saja kegiatan hiburan Wayang
Kulit diadakan di lapangan Voli yang baru.
2. Pelaksanaan
a. Kerja Bakti
Hari minggu wage pagi tanggal 7 Agustus 2016, masyarakat Dusun
Karang Padang sudah dikoordinasi untuk bergotong royong membersihkan
jalanan dusun, membuat panggung hiburan wayang kulit, dan menyiapkan
32
lahan untuk parkir kendaraan bermotor. Umumnya hal ini dilakukan oleh
kaum laki-laki sementara untuk kaum perempuan sudah dijadwal untuk
memasak di rumah Bapak Kadus yaitu mulai dari pemotongan ayam jantan
untuk sesaji, pembelian jajan pasar untuk sesaji, dan memasak untuk
persiapan sesaji dan kegiatan hiburan wayang kulit.
b. Peletakan Sesaji
Sore hari, sekitar pukul 17.00 bapak-bapak dan remaja putra akan
menyiapkan sesaji di rumah Bapak Kadus yang dipimpin oleh modin dan
juga para sesepuh. Sekitar pukul 18.00 sampai dengan malam hari peletakan
sesaji pun dilakukan di beberapa tempat sakral. Berikut ini tempat-tempat
yang dipasangi sesaji adalah sebagai berikut:
1. Sebelah timur perbatasan dusun: Kali Gondang,
2. Sebelah selatan perbatasan dusun: Bak penampungan air di batas Dusun
Karang Padang,
3. Sebelah barat perbatasan dusun: Pancuran Kali Kulon,
4. Sebelah utara perbatasan dusun: Tegal Gilang,
5. 2 perempatan jalan di RT 01 dan RT 02,
6. Batu prasasti hindu yaitu Watu Lumpang di tengah-tengah dusun.
Peletakan sesaji pun tidak sembarangan dan harus hati-hati dalam
setiap gerakan dan ucapan yang dilakukan karena danyang dapat merasuki
seseorang. Hal ini dilakukan untuk menghormati danyang tersebut.
c. Slametan
Hari senin kliwon, tanggal 8 Agustus 2016 pukul 07:30, slametan
diadakan di rumah Bapak Kadus. Pukul 07:00 Bapak Kadus membunyikan
kentongan sebagai tanda berkumpul semua warga masyarakat Dusun Karang
Padang untuk diadakan kenduri/slametan. Setiap satu kepala keluarga
membawa berkat atau satu bakul nasi dengan lauk pauk.
Acara diawali dengan sambutan oleh Bapak Kepala Dusun, Sigit
Hendrawan, selanjutnya diawali dengan sambutan ketua panitia merti dusun
yaitu Bapak Sujono. Setelah sambutan oleh keduanya acara diisi oleh tahlil
oleh Pak Tarsono sebagai modin. Tujuan dari melaksanakan slametan adalah
33
untuk mendoakan dan menghargai para leluhur agar selalu diberi
keselamatan di akhirat dan untuk yang masih hidup juga selalu diberikan
keselamatan dan kelancaran aktivitas dalam kesehariaannya. Setelah tahlil
dibacakan memasuki tahap akhir acara yaitu bersama-sama menyantap
berkat yang telah dibawa dari rumah sebagai bentuk rasa syukur kepada
Tuhan yang telah memberikan rezeki.
d. Hiburan Kesenian
Hiburan kesenian diadakan dua kali yaitu pada saat maleman atau
malam sebelum merti dusun dilaksanakan keesokan harinya. Pada saat
malam tersebut, setelah meletakkan sesaji, para remaja berkumpul bersama
dengan bapak-bapak mengadakan hiburan solo organ. Pada saat keesokan
harinya pada tanggal 8 Agustus 2016, pertunjukan kesenian wayang kulit
pun disajikan dalam acara merti dusun setelah diadakannnya slametan.
Pertama adalah siang hari pada pukul 13:00 sampai dengan pukul 17:00 dan
yang kedua semalam suntuk dari pukul 21:00 sampai dengan pukul 04:00.
Pertunjukan wayang kulit siang hari menceritakan tentang “Sri Mulih” yang
berisi cerita kemakmuran petani dalam mananam padi dan palawija yang
berlimpah sebagai wujud berkah dari Yang Maha Esa kepada masyarakat
Dusun Karang Padang. Untuk pertunjukan wayang kulit semalam suntuk
menceritakan tentang “Semar Bangun Deso” yang menceritakan tentang
perjuangan lurah Semar mendirikan desa.
3. Penutup
Tahap akhir dari seluruh acara ini adalah pembubaran panitia setelah 2
hari setelah dilaksanakannya merti dusun yaitu pada tanggal 10 Agustus
2016. Acara pembubaran panitia diadakan di rumah Bapak Kadus untuk
mengevaluasi segala macam masalah yang terjadi setelah pelaksanaan acara
merti dusun dan mengadakan acara syukuran kecil antara panitia dengan
para anggota Remaja Guyup Rukun. Hal ini bertujuan agar agenda merti
dusun yang selanjutnya dapat dilaksanakan lebih baik daripada yang telah
lalu. Selain itu seusai pergelaran kesenian wayang kulit dilakukan kerja
bakti kembali untuk membersihkan dusun.
34
D. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti
Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang
Nilai-nilai pendidikan penting untuk ditanamkan kepada masyarakat,
khususnya untuk generasi muda. Tujuan pendidikan tidak terlepas dari
pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan masyarakat. Pendidikan
adalah produk suatu masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan
tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat yang memilikinya. Dengan kata lain,
tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat dimana
pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai
yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan
adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. Dengan sifatnya yang
terbuka, yakni masyarakat membuka diri terhadap perubahan, maka nilai-nilai
tersebut berupa nilai-nilai yang hidup maupun nilai-nilai baru yang dihasilkan
dari inovasi. Proses pendidikan merupakan persemaian dari kehidupan moral
suatu masyarakat itu sendiri (H. Abdul Latif, 2009: 11).
Dalam merti dusun di Dusun Karang Padang, para orang tua mengajak
dan mengajarkan nilai-nilai pendiidkan yang terdapat pada tradisi merti dusun
itu kepada Kelompok Remaja Guyub Rukun agar tradisi ini tidak hilang dan
dilestarikan dikemudian hari. Mereka khawatir dengan adanya globalisasi para
generasi muda lupa dengan caranya berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan di dalam kehidupan ini.
Orang-orang tradisional cenderung menyayangkan generasi muda dan
kembali menunjuk kepada stabilitas yang lebih besar dan kebulatan pikiran
orang-orang jaman dulu. Mereka meminta tetap memegang nilai-nilai harmoni
dan kerja sama, bertentangan dengan pernyataan perselisihan secara terbuka,
untuk menindih perasaan secara sopan, dan bertingkah laku sopan menurut
nilai-nilai status yang masih mempunyai beberapa kekuatan, juga untuk orang-
orang muda yang paling modern. Memperlakukan agama orang Jawa menurut
varian-varian utamanya seperti yang dikemukakan, cenderung mengaburkan
konsensus umum tentang nilai-nilai yang menjadi dasar dan asal timbulnya
varian-varian ini (Clifford Geertz, 1981: 490).
35
Generasi muda cenderung mengabaikan hal-hal yang bersifat
konvensional dan lebih menyukai hal-hal yang modern seperti saat ini.
Beberapa tahun belakangan ini masyarakat Indonesia mulai peduli untuk
melestarikan kebudayaannya sendiri. Hal ini juga terjadi di Dusun Karang
Padang, dimana para anggota Karang Taruna Guyub Rukun diikutsertakan
dalam pelaksanaan merti dusun sebagai wujud pelaksanaan pendidikan yang
peduli akan kebudayaan lokal.
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi merti dusun di
dusun Karang Padang yaitu:
1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Sri Narwanti, 2011:
29). Menurut masyarakat dusun Karang Padang, yang disebut dengan
patuh dan melaksanakan agama yang dianutnya adalah dengan
melaksanakan perintah agama dan menjahui larangannnya. Sebagai
contoh bila orang Islam melakukan sholat 5 waktu dan tidak
melakukan hal-hal yang dianggap merugikan orang lain. Saat merti
dusun dilaksanakan, ibu-ibu yang memasak untuk persiapan merti
dusun diberi jadwal bergiliran memasak. Ada 3 waktu jadwal
memasak, yang pertama pukul 08:00 – 13.30 (makan siang), 14:00 –
17:30, dan 18:30 – tengah malam. Biasanya pada saat memasuki waktu
sholat, ibu-ibu akan melakukan sholat secara bergiliran. Sebagai
pelengkap, ibu-ibu non muslim akan selalu di dapur dan
mempersilahkan untuk sholat dan akan tetap memasak sampai yang
melakukan sholat selesai. Saat sudah selesai sholat, ibu-ibu non
muslim juga dipersilahkan untuk istirahat (Wawancara Ibu Bakdiyati,
14 Juni 2016)
Sikap religius yang dilakukan oleh masyarakat dusun Karang
Padang selalu terjaga sebagai wujud taat kepada Tuhan dengan tidak
meninggalkan waktu beribadah. Masyarakat juga mempunyai sikap
saling menghormati terhadap agama lain agar selalu tercipta
36
keharmonisan antar tetangga. Hal ini memang perlu dilakukan agar
tidak memberatkan ataupun merugikan pihak satu dengan pihak yang
lain dalam melakukan suatu kegaiatan karena mempunyai kesibukan
yang sama di rumah maupun di tempat pelaksanaan merti dusun.
Selain itu tanggung jawab bersama benar-benar dipanggul oleh semua
yang melakukan kegiatan memasak.
Dalam penerapannya kepada masyarakat khususnya kaum
muda dalam merti dusun, remaja Guyub Rukun juga diberi jadwal
dalam melakukan nyinom/laden/pramusaji. Waktu nyinom pun dibagi
menjadi dua kali yaitu pada saat siang setelah luhur sampai ashar dan
malam setelah isya hingga acara wayang selesai.
2. Jujur, perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan (Sri Narwanti, 2011: 29). Menurut masyarakat dusun
Karang Padang jujur berarti tidak membohongi diri sendiri dan orang
lain supaya orang lain mempercayai dirinya. Dalam membuat laporan
keuangan event besar seperti merti dusun ini adalah suatu tanggung
jawab yang berat. Seorang bendahara merti dusun akan
membelanjakan uang hasil iuran bersama dengan sangat hati-hati.
Maka dari itu setiap ada pengeluaran akan selalu dicatat apa yang telah
dibeli dan berapa jumlah yang dikeluarkan. Dalam melakukan laporan
pada saat penutupan panitia, semua dirinci dan dipresentasikan kepada
semua anggota panitia dan masyarakat apa yang telah dibelanjakan
agar mereka percaya. Tujuan utama untuk berbelanja kebutuhan adalah
di pasar Bandungan, Kelurahan Gedangan, Kecamatan Tuntang dan
pasar Kebumen, Kelurahan Kebumen, Kecamatan Banyubiru. Bila
disana kebutuhan tidak terpenuhi maka bendahara akan pergi ke pasar
Kota Salatiga. Biasanya untuk membantu belanja ada salah satu dari
anggota remaja Guyub Rukun untuk membantu berbelanja sekaligus
untuk mengajari agar tidak selalu orang tua saja yang berbelanja.
Biasanya remaja putri diikutsertakan dalam berbelanja ini. Hal ini juga
37
dimasukkan ke dalam laporan keuangan dimana bendahara
membelanjakan uangnya dan dengan siapa. Hal ini biasanya dilakukan
oleh Ibu Umi dan Ibu Tumiyani saat membelanjakan dan melaporkan
keuangan untuk keperluan merti dusun (Wawancara Ibu Siti Uminah,
14 Juni 2016).
Tidak bisa dipungkiri sikap jujur harus dimiliki oleh setiap
individu dimana pun berada. Dalam berurusan dengan keuangan tidak
sembarang orang mau dengan konsekuensi yang dilakukannya. Karena
sekali melakukan kesalahan maka orang lain tidak akan percaya
dengan orang tersebut. Maka dari itu hal tersebut dilakukan oleh orang
yang telah dipercaya dapat mengelola keuangan dengan baik dan jujur.
Sebenarnya tidak hanya masalah keuangan yang harus dilakukan
dengan secara jujur. Dalam kepanitian merti dusun seluruh anggota
melakukan pelaporan apa yang telah mereka lakukan.
3. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dengan dirinya (Sri Narwanti, 2011: 29). Masyarakat menganggap
bahwa toleransi berarti menghargai, memperhatikan dan memaklumi
orang lain. Seperti saat kedatangan tamu pemilik Villa Oase van Java,
dimana pemilik adalah orang Batak, Bapak Kadus senantiasa
mendampingi beliau dan teman-temannya dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari beliau tentang apa saja kegiatan yang
dilakukan selama merti dusun. Selain itu mempersilahkan mereka
untuk makan bersama saat upacara slametan. Contoh lain adalah saat
slametan dilakukan, modin akan mengucapkan doa-doa Islam dalam
kegiatan tersebut. Sementara itu, bagi warga yang beragama non-Islam
dengan tenang akan mengikuti acara sampai dengan selesai
(Wawancara Bapak Sigit Hendawan : 14 Juni 2016). Penerapan nilai
toleransi dilakukan dengan cara para orang tua menghargai pendapat
kelompok remaja Guyub Rukun untuk mengundang Pak Plonthang
untuk memeriahkan acara hiburan wayang kulit dengan cara
38
mengumpulkan dana sendiri tanpa campur tangan dari orang tua (Heru
Setyawan, 8 Agustus 2016).
Hal ini merupakan sifat toleransi antar agama dan juga antar
suku. Masyarakat senantiasa menerima pendatang dan tidak saling
memdakan agama yang dianutnya dalam berinteraksi. Semuanya
berbaur menjadi satu dalam slametan agar dapat hidup rukun antar
tetangga. Selain itu juga toleransi sikap ditunjukkan oleh masyarakat
dusun Karang Padang kepada para remaja untuk memberikan apresiasi
berupa hiburan tambahan pada saat hiburan wayang kulit.
4. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan (Sri Narwanti, 2011: 29). Disiplin
bagi masyarakat adalah tertib dan tepat waktu. Dalam kerja bakti merti
dusun yang dimulai tepat pada pukul 07:00. Kerja bakti umumnya
dilakukan oleh kaum adam. Agar kerja bakti cepat selesai, biasanya
Bapak Kadus akan membagi 2 kelompok kerja bakti yaitu setengahnya
bekerja membersihkan jalan dan setengahnya lagi bekerja mendirikan
tenda untuk hiburan wayang (Wawancara Heru Setyawan: 14 Juni
2016). Dalam penerapan nilai disiplin yaitu dengan cara memberikan
himbauan kerja bakti juga dilaksanakan bersama para remaja dengan
menghimbau para anggota Remaja Guyub Rukun pada saat
mengadakan rapat melalui ketua karang taruna agar pada saat
berkumpul juga tepat waktu.
Disiplin menjadi hal yang berat dalam masyarakat karena
faktor pekerjaan seseorang yang berbeda-beda. Namun hal ini
seharusnya tidak dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu dalam merti dusun, walaupun masyarakat Karang Padang kurang
disiplin dalam hal waktu, mereka mampu bergerak cepat untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka.
5. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Sri Narwanti, 2011: 29).
39
Pada pelaksanaan merti dusun semua kegiatan dijadwal oleh panitia.
Baik untuk laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki mempunyai
jadwal bertugas untuk melayani para niaga wayang pada waktu siang,
sore, dan malam hari. Sedangkan untuk perempuan mempunyai jadwal
masak yang sama. Pada pagi hari laki-laki akan melakukan kerja bakti
secara bersama-sama. Pada siang hari laki-laki dari RT 01 akan hadir
di tempat pementasan wayang untuk membantu ibu-ibu untuk
mengantar makanan para niaga wayang. Setelah sore tiba laki-laki dari
RT 02 akan menggantikan laki-laki RT 01. Malamnya secara serentak
akan berada di tempat pementasan wayang. Tidak hanya membantu
ibu-ibu untuk mengantar makanan, namun juga bertugas menjaga
keamanan dan ketertiban agar penonton wayang kulit merasa nyaman
menikmati hiburan (Wawancara Bapak Sujono: 6 Juli 2016).
Penerapan sikap kerja keras ini juga dilakukan oleh remaja Guyub
Rukun dengan malakukan pramusaji bersama dengan bapak-bapak.
Jadi dalam merti dusun, perilaku kerja keras ditunjukkan dengan
upaya saling melengkapi dan membantu satu sama lain agar cepat
selesai. Kerja keras sangat diperlukan agar semua masalah dapat
diselesaikan dengan tidak hanya cepat namun baik dan benar. Jadi
antara ibu-ibu dan bapak-bapak saling membantu sama lain.
6. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Sri Narwanti, 2011: 29).
Mendahulukan hal yang bersifat umum daripada hal yang bersifat
pribadi. Contoh dari Ibu Siti Uminah (bendahara merti dusun) adalah
beliau akan membantu membelanjakan uang dusun satu atau dua hari
sebelum diadakannya merti dusun. Hal ini akan sangat membantu Ibu
Siti Uminah dalam melakukan pekerjaannya di rumah dan tidak
mengganggu kewajibannya untuk berbelanja untuk merti dusun.
Biasanya saat merti dusun tidak hanya di tempat diadakannya merti
dusun saja yang sibuk, namun di rumah juga akan mempersiapkan
40
makan untuk tamu-tamu yang mampir untuk menonton wayang kulit
(Wawancara Ibu Siti Uminah: 17 Juli 2016).
Segala masalah pasti akan mempunyai jalan keluar. Tidak hanya
ibu Siti Uminah saja yang melakukan hal ini, namun seluruh
masyarakat dusun Karang Padang juga mempunyai tugas dan
kewajiban masing-masing di rumah maupun di tempat diadakannya
merti dusun. Demokratis menjadi sifat yang dapat ditanamkan untuk
masyarakat agar rasa menghargai orang lain pun muncul dalam diri
sendiri. Semua orang yang hidup di dunia ini pasti mempunyai
masalah dan kesibukan masing-masing. Namun peduli dengan orang
lain juga perlu ada dalam diri. Cara masyarakat menerapkan sikap ini
dengan melakukan pergantian belanja. Jadi tidak hanya ibu Siti saja
yang berbelanja, namun juga kepada ibu Tumiyani yang menjadi
penanggungjawab dalam berbelanja.
7. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Sri Narwanti, 2011: 29). Menurut
masyarakat adalah penasaran. Dalam wawancara dengan Ana Susanti
anggota Karang Taruna Guyub Rukun juga menjadi bagian panitia
merti dusun. Biasanya para remaja putri akan membantu memasak
sedangkan remaja putra membantu bapak-bapak dalam keamanan dan
kerja bakti. Dengan begini sebagai remaja yang masih muda akan
menanyakan tugas apa saja yang akan dilakukan. Hal ini mendorong
rasa ingin tahunya. Jadi selain mendorong rasa ingin tahu juga inisiatif
dari diri sendiri pun muncul (Wawancara Ana Susanti: 16 Juli 2016).
8. Berahabat/Komunikatif: tindakan yang memperhatikan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Sri Narwanti,
2011: 30). Artinya adalah bahwa masyarakat suka berbicara dengan
orang lain, ramah atau dalam bahasa jawa adalah sumeh. Masyarakat
senantiasa mengundang sanak saudara ataupun teman untuk datang ke
rumah hanya untuk sekedar mampir dan menikmati makanan di sela-
41
sela menonton pertunjukan wayang kulit. Biasanya seminggu atau
sebulan sebelum merti dusun masyarakat akan melakukan munjung
(mengantarkan nasi dan lauk pauk) kepada saudara-saudaranya yang
lebih tua yang rumahnya di seberang dusun Karang Padang ataupun
yang lebih jauh juga. Hal ini bertujuan untuk selalu ingat kepada orang
yang lebih tua dan tetap menjaga silaturahmi. Dengan munjung
tersebut juga bertujuan mengundang sanak saudara untuk berkumpul
saat ada wayang kulit. Seperti yang dilakukan oleh ibu Sumini, beliau
munjung pada saat seminggu sebelum merti dusun ke rumah mertua
yang ada di dusun Ngaglik yang masih satu kelurahan dengan dusun
Karang Padang. Beliau akan mengantarkan nasi dan lauk pauk juga
mengundang mertuanya untuk datang ke rumahnya. Selain itu juga
akan mengatakan saudara yang lainnya juga boleh datang ke rumahnya
agar pada saat pementasan wayang kulit tidak hanya sekedar menonton
tetapi dapat berkumpul bersama keluarga. (Wawancara Ibu Sumini, 12
Juli 2016)
Nilai pendidikan bersahabat/komunikatif ditunjukkan oleh
masyarakat dengan cara menjalin persaudaraan agar lebih erat. Dalam
kehidupan sehari-hari pun harus dijalankan agar kebersamaan antar
keluarga, teman ataupun dengan orang lain selalu terjaga dengan baik.
Selain itu tetap menjaga komunikasi agar tidak terputus karena
kurangnya komunikasi. Untuk menerapkan nilai ini ibu Sumini
mengajak putranya untuk mengantar makanan tersebut. Hal itu juga
dilakukan oleh ibu-ibu yang lain dengan memberi pengarahan kepada
siapa punjungan makanan diberikan agar generasi yang selanjutnya
tidak lupa dengan hal tersebut.
9. Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadirannya (Sri Narwanti, 2011:
30). Menurut masyarakat cinta damai berarti hidup tentram tidak ada
masalah maupun perdebatam. Dalam merti dusun Pak Sujono sebagai
ketua panitia harus bertanggung jawab dalam segala hal pada saat
42
sebelum dan sesudah diselenggarakannya merti dusun. Pada saat
malam pementasan wayang kulit, Pak Sujono memberikan sambutan
dan himbauan agar masyarakat dusun Karang Padang ataupun
penonton yang dating agar dapat menciptakan suasana yang aman
demi kebaikan bersama. Selain itu Pak Sujono bersama panitia bekerja
sama dengan baik agar keamanan terjaga (Wawancara Bapak Sujono,
6 Juli 2016). Himbauan tersebut juga merupakan penerapan nilai cinta
damai kepada masyarakat pada tradisi merti dusun.
10. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
(Sri Narwanti, 2011: 30). Anggapan masyarakat tentang peduli
lingkungan adalah tidak merusak alam di sekitar tempat tinggal dengan
menjaga dan merawatnya. Kerja bakti adalah cara untuk mencegah
kerusakan pada saat penonton menyaksikan wayang kulit. Hal ini
dikarenakan pada saat menonton masyarakat akan memarkirkan sepeda
motor ataupun mobilnya dengan sembarangan. Maka dari itu pada saat
kerja bakti tidak hanya membersihkan jalan, namun juga memagari
tanaman-tanaman yang penting agar tidak rusak. Selain mencegah
kerusakan, pemilik tanaman juga tidak rugi karena tanaman mereka
rusak. Dalam kerja bakti biasanya remaja dan anak-anak juga ikut serta
di dalamnya (Wawancara Mbah Suratno, 6 Juli 2016).
11. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara
dan Tuhan Yang Maha Esa (Sri Narwanti, 2011: 30). Menurut
masyarakat dusun Karang Padang berarti melaksanakan tugas dengan
sungguh-sungguh. Setiap anggota masyarakat mendapatkan tugas
masing-masing dalam pelaksanaan merti dusun. Segala sesuatunya
dikerjakan dengan sungguh-sungguh dari tahap persiapan hingga
evaluasi. Tanggung jawab lebih terlihat ketika evaluasi karena pada
43
saat itu semua anngota masyarakat khususnya anggota panitia
melaporkan apa saja yang telah dikerjakan.
Tanggung jawab adalah sikap yang berat karena dalam segala
pekerjaan mengandung konsekuensi. Dalam mengerjakan suatu
pekerjaan baiknya seseorang memperhitungkan konsekuensi gagal atau
berhasilnya. Maka dari itu dibutuhkan evaluasi agar pekerjaan yang
akan datang dikerjakan lebih baik dari yang lalu sebagai pengalaman
diri sendiri dan orang lain.
Nilai-nilai pendidikan yang tertera dalam 18 nilai pendidikan nasional
yang ditulis Sri Narwanti (2011: 29-30), yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional menurut Dinas Pendidikan
Nasional terdapat pada merti dusun di Dusun Karang Padang. Hal ini juga
diterapkan masyarakat untuk generasi selanjutnya agar dapat melestarikan
kebudayaan dan meningkatkan nilai-nilai pendidikan tersebut.
E. Manfaat Penanaman Nilai Pendidikan bagi Masyarakat Dusun Karang
Padang
Ada berbagai cara untuk melestarikan suatu budaya agar selalu terjaga
eksistensinya. Kebudayaan juga suatu hal yang mudah tergeser seiring
berjalannya waktu karena adanya berbagai pengaruh. Pendidikan dan budaya
menjadi suatu kesatuan yang mendukung dalam mewujudkan melestarikan
budaya Indonesia dan untuk membentuk karakter, identitas bangsa Indonesia
sendiri. Manfaat menanamkan nilai pendidikan adalah untuk selalu membawa
nilai-nilai pendidikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar selaras
berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat. Manfaat nilai-nilai
pendidikan pada tradisi merti dusun di dusun Karang Padang dapat dilihat dari
beberapa hal seperti berikut ini:
1. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang selalu ada di
dalam diri setiap manusia yang beragama terbukti dalam melaksanakan
slametan merti dusun adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan
karena semua berdoa agar diberikan keselamatan, kehidupan yang
44
tentram, rezeki yang melimpah untuk Dusun Karang Padang. Dalam
nilai pendidikan yang terdapat pada penanaman nilai-nilai pendiidkan
merti dusun terdapat pada nilai religius dan toleransi.
2. Membangun Kerukunan
Kaitan penanaman nilai pendidikan merti dusun di Dusun Karang
Padang adalah nilai cinta damai, peduli lingkungan.,
bersahabat/komunikatif. Dapat dilihat bagaimana masyarakat Dusun
Karang Padang membina persatuan dan kesatuan untuk melaksanakan
merti dusun dengan tidak melihat status sosial diantara mereka. Saling
membantu antara tetangga satu dengan yang lain saat kesulitan agar
hubungan pun harmonis dan rukun.
3. Membangun Karakter Kerja Sama (Gotong Royong)
Pekerjaan yang melibatkan orang banyak akan membangun sikap
kerja sama yang harmonis dan saling melengkapi. Dalam merti dusun di
Karang Padang kerja sama antar masyarakat begitu terlihat karena semua
mempunyai tujuan yang sama yaitu mengadakan merti dusun untuk
ketentraman hidup. Tanpa adanya kerja sama yaitu gotong royong suatu
pekerjaan tidak akan berhasil bila tidak saling melengkapi. Kaitannya
dalam penanaman nilai pendidikan dalam merti dusun terdapat pada nilai
jujur, disiplin, kerja keras, dan demokratis.
4. Meningkatkan Nilai-nilai Luhur Budaya Sosial
Secara bersama-sama masyarakat melestarikan nilai-nilai budaya
daerah dan tidak meninggalkan acara tradisional di tengah-tengah
globalisasi. Selain itu merupakan bentuk menghormati roh-roh nenek
moyang yang telah membangun Dusun Karang Padang dan melestarikan
budaya daerah yang merupakan budaya nasional. Masyarakat menjadi
lebih mencintai dusunnya dan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk melestarikan lingkungan. Kaitan nilai ini juga terdapat pada nilai
pendidikan yang terdapat pada penanaman dalam merti dusun yaitu nilai
pendidikan rasa ingin tahu dan tanggung jawab.
45
Selain manfaat nilai pendidikan, dalam merti dusun bagi masyarakat
Karang Padang juga mengandung makna etika Jawa. Masyarakat dusun
Karang Padang hidup bersama alam dengan menjaga keselarasan agar selalu
berdampingan dan tidak terjadi bahaya-bahaya yang diinginkan. Maka dari itu
masyarakat dusun Karang Padang setiap tahunnya melaksanakan merti dusun
agar selalu diberikan keselamatan, kesehatan, kelancaran rezeki, hidup tentram
dan tidak terjadi bencana alam. Selain itu juga memberikan makna
kebersamaan agar hubungan antara masyarakat selalu terjaga. Ada dua kaidah
dasar kehidupan masyarakat Jawa yang dikemukakan oleh Franz Magniz
Suseno yaitu prinsip kerukunan yang berarti dimana semua pihak berada
dalam keadaan damai satu sama lain dan prinsip hormat yang berarti bahwa
setiap orang dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap
hormat terhadap orang lain. Berikut ini makna etika Jawa yang digambarkan
pada masyarakat dusun Karang Padang.
1. Prinsip Kerukunan
Dalam merti dusun kerukunan antar masyarakat dusun Karang
Padang terlihat pada saat tahap persiapan hingga penutupan merti dusun
dimana masyarakat saling bahu membahu dan tidak terjadi perselisihan
diantara masyarakat agar acara merti dusun tercapai dengan apa yang
sudah direncanakan oleh masyarakat. Pada tahap persiapan masyarakat
merencanakan acara dengan sangat matang yaitu dengan mengadakan
rapat RT maupun rapat panitia. Selain itu kelompok remaja Guyub Rukun
juga ikut mempersiapkan merti dusun. Semua yang direncanakan
dilaksanakan secara bersama-sama dan dipertanggungjawabkan juga
secara bersama-sama sehingga pada saat hiburan wayang kulit acaranya
sukses besar. Maka dari itu prinsip kerukunan merupakan hal penting
dalam kehidupan masyarakat agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi dan dapat berlangsung dengan baik.
2. Prinsip Hormat
Dengan membantu orang tua dalam melaksanakan merti dusun,
sikap hormat kelompok remaja Guyub Rukun selalu ditunjukkan dalam
46
setiap tahap pelaksanaannya. Mereka menghormati setiap peraturan dan
tugas apa saja yang diberikan oleh panitia dengan cara bergotong royong.
Hal ini merupakan bentuk solidaritas yang mencerminkan kebersamaan
yang selaras. Mereka tidak terpaksa melakukan semua hal dalam kegiatan
merti dusun.
top related