bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil ... · kegiatan pembelajaran dengan salam, dan...
Post on 01-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi PraSiklus (Kondisi Awal)
Pelaksanaan Pra Siklus
Dalam kondisi awal guru melakukan kegiatan pembelajaran secara
konvensional, yaitu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru, dalam
penyampaian materi guru menggunakanan metode ceramah. Guru mengawali
kegiatan pembelajaran dengan salam, dan berdo’a bersama dipimpin oleh ketua
kelas. Pada kegiatan awal guru mengingatkan kembali materi pelajaran yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab, namun
tidak ada satu siswapun yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa hanya bersifat
sementara. Setelah melakukan tanya jawab guru langsung menyampaikan materi
dengan berceramah. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru berceramah
di depan kelas sementara siswa mendengarkan, sesekali guru memberikan
pertanyaan kepada siswa, namun tidak ada satu siswapun yang menjawab.
Kurangnya guru menggunakan media yang berupa contoh-contoh di sekitar
maupun media berupa gambar agar siswa dapat mengetahui gambaran yang di
jelaskan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran guru sangat dominan, sehingga
informasi hanya berlangsung searah yang menyebabkan interaksi antara siswa dan
guru kurang aktif siswa tidak terlibat langsung dan keaktifan siswa masih sangat
kurang dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan pengetahuan siswa sangat
terbatas, bergantung pada pengetahuan yang dimilliki oleh guru dan yang di
persiapkan oleh guru saat mengajar. Bukan hanya dengan guru, interaksi antar
siswa juga sangat kurang karena guru memegang kendali penuh terhadap kegiatan
pembelajaran. Tanpa melakukan konfirmasi pada siswa guru langsung
39 34
35
memberikan tes evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar
siswa menjadi sangat rendah. Oleh karena itu peneliti dan guru kelas V
mengambil kesimpulan untuk mengaktifkan siswa, menggunakan media yang
berupa gambaran dan contoh agar siswa dapat mengetahui gambaranyya bukan
hanya berangan-angan saja dan meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Examples non examples. Nilai KKM juga ditingkatkan
menjadi 75 agar guru termotivasi untuk mencapai KKM tersebut.
Data Prasiklus
Hasil belajar pada kondisi prasiklus menunjukkan hasil belajar yang sangat
rendah. Nilai hasil rata-rata kelas 67,95 sedangkan nilai minimal 60 dan nilai
maksimalnya 74. Hal ini dikarenakan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Pengetahuan yang dimiliki hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
guru.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran tidak terlihat. Kurangnya guru menggunakan gambaran berupa
contoh yang dapat memberi praduga sementara siswa .Hasil belajar siswa pada
kondisi prasiklus dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Nilai Frekuensi Presentase %
40-59
60-64 4 20
65-69 8 40
70-74 8 40
75-79
80-84
85-89
90-100
Jumlah 20 100
Rata-rata 67,95
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 74
36
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Siswa yang mendapatkan nilai 60-64 yaitu 4 siswa dengan
prosentase 20%. Sedangkan siswa yang meperoleh nilai antara 65-69 sebanyak 8
siswa dengan prosentase 40%, siswa yang memperoleh nilai antara 70-74 adalah 8
siswa presentase 40%..
Dari distribusi nilai hasil belajar IPA kondisi prasiklus diketahui
ketuntasan hasil belajar siswa sangat rendah. Data ketuntasan hasil belajar pada
kondisi prasiklus dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
No Nilai Jumlah siswa Keterangan (KKM=75)
Frekuensi Presentase
1. ≥ 75 0 0% Tuntas
2. < 75 20 100% Tidak tuntas
Jumlah 20 100%
Tabel 4.2 ketuntasan hasil belajar siswa pada prasiklus menunjukkan bahwa
siswa yang nilainya dibawah KKM 75 sebanyak 100% atau 20 siswa sedangkan
yang tuntas diatas KKM 0%. Kondisi seperti ini, menunjukkan kegagalan dalam
pembelajaran, seolah-olah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak
ada artinya. Mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada prasiklus
dapat dilihat lebih jelas melalui gambar diagram berikut ini.
37
Gambar 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
Berdasarkan gambar diagram 4.1, terlihat jelas perbandingan yang sangat
jauh antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas, dimana siswa yang tuntas hanya 0
siswa sementara siswa yang tidak tuntas sebanyak 20 siswa lebih dari setengah
jumlah siswa. Hal ini menunjukkan ketidak berhasilan hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa.
Berdasarkan analisis pada kondisi prasiklus, baik skor tertinggi, skor
terendah, rata-rata serta besarnya siswa yang belum tuntas terhadap hasil belajar
siswa, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran IPA di kelas V SDN Sepakung
03Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.
Untuk itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai rencana seperti yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan
model pembelajaran Examples non examples yang dilaksanakan dalam dua siklus
setiap satu siklus dua kali pertemuan.
4.1.2 Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanan tindakkan diberikan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan
yang dilaksanakan pada tanggal 28 dan 30 maret 2015 di kelas V SDNSepakung
0
5
10
15
20
25
Jumlah
JUM
LAH
SIS
WA
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
Chart Title
Series3
TUNTAS
TIDAKTUNTAS
38
03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.
Dengan pokok bahasan mendeskripsikan Energi dan Perubahannya. Dalam
pelaksanaan tindakan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan observasi, refleksi. Penjelasan lebih lanjut tentang penelitian siklus
Isebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah
menyusun 1 RPP dengan 2 kali pertemuan tentang Energi dan Perubahannya
dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Selain RRP,
juga telah disusun Media yang di gunakan perlengkapan yang akan disiapkan
untuk mengajar, gambar-gambar yang disusun di power point, lembar observasi
aktifitas guru dan siswa. Setelah itu peneliti dan guru berdiskusi tentang
penerapan model examples non examplesdengan langkah-langkah kerjanya secara
tepat. Selain itu guru dan peneliti berdiskusi untuk menentukan strategi
bagaimana membagi kelompok belajar siswa, yang mana pembagian kelompok
dilakukan secara heterogen. Peneliti dan guru juga mengidentifikasi masalah apa
yang mungkin dapat muncul dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran examples non examples
Perencanaan pada pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan pertama. Untuk persiapannya
dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Menyusun RPP, juga telah disusun
Media yang di gunakan perlengkapan yang akan disiapkan untuk mengajar,
gambar-gambar yang disusun di power point dan lembar observasi. Dalam
pertemuan kedua ditambah dengan menyusun butir-butir soal yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa berupa tes formatif, yang dilaksanakan di
akhir kegiatan pembelajaran.
b. Implementasi Tindakan dan Observasi
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015 di
kelas V SDN Sepakung 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan
alokasi waktu 2x35 menit atau 2 jam pelajaran (70 menit).
39
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di pertemuan pertama cukup
baik,dimana dalam mengawali kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam,
kemudian mengkondisikan siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran,
mengecek kehadiran siswa. Pada tahap awal guru melakukan apersepsi, dengan
mengecek kesiapan alat, media dan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya adalah tahap orientasi dengan menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi yang diharapkan juga menyampaikan tujuan pembelajaran serta
langkah-langkah pembelajaran examples non examples yang akan dilakukan.
Kemudian melakukan motivasi, memberikan pertanyaan kepada siswa tentang
pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari yakni dengan
memperlihatkan Video pendaratan di bulan dengan berhubungan materi Gaya
Gravitasi kepada siswa, dengan memberikan pertanyaan apakah yang
menyebabkan manusia bisa mengambang di bulan oleh guru. Siswa menjawab
secara aktif dengan mengamati video yang diperlihatkan oleh guru.
Pada kegiatan inti guru memberikan contoh gambar-gambar agar siswa dapat
menuju pemahaman yang lebih dengan media LCD, guru memberikan petunjuk
kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar yang di tayangkan
dalam LCD dengan panduan guru, guru membagi siswa kedalam kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 3-4 siswa dalam setiap kelompoknya. Kegiatan
selanjutnya adalah kerja tim. Setelah itu guru memberikan tata cara cara menulis
analisis diskusi dalam kertas dan siswa mempraktekannya menganalisi gambar
dan berdiskusi dan di tulis dalam kertas. Guru menunjuk kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas agar siswa aktif. Setelah
seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan analisa gambar siswa di
suruh berkomentar dari hasil diskusi tadi dan guru menjelaskan materi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai dan siswa menyimpulkan bahasan
yang di lakukan guru. Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan
meminta siswa belajar dirumah mempelajari materi yang akan di sampaikan pada
pertemuan selanjutnya.
40
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan meminta siswa belajar
dirumah mempelajari materi yang akan di sampaikan pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan kedua pada siklus I dilakuakn pada tanggal 30 Maret 2015 di SDN
Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015.
Pertemuan kedua dilakukan dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pertemuan kedua
yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama.
Kegiatan pertemuan kedua diawali dengan guru yang mengkondisikan siswa
siap mengikuti pelajaran, selanjutnya menyampaikan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan, motivasi dilakukan dengan tanya jawab
tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa menjawab
beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan inti siswa dibagi kedalam kelompok secara heterogen. Guru
menyampaikan materi di depan kelas. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan
menganalisa sebuah gambar yang di diberikan oleh guru serta mempresentasikan
dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang maju. Bersama guru siswa
membahas diskusi dan tanggapan antara kelompok yang maju, serta menarik
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Guru mengadakan evaluasi pembelajaran tentang energi dan perubahannya
dengan memberikan soal yang dikerjakan siswa secara individu. Soal evaluasi
berupa tes formatif dari materi pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Yang
terakhir guru memberikan hadiah kepada kelompok yang mengumpulkan nilai
tertinggi dan memberikan motivasi agar siswa tetap semangat dalam belajar.
Pada pertemuan pertama observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Maret
2015. Hasil dari lembar pengamatan aktivitas guru yaitu pada kegiatan awal guru
telah melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, dan langkah-langkah pembelajaran examples non examples dengan
cukup jelas. Sedangkan pada kegiatan inti dimulai dengan membentuk siswa
kedalam kelompok secara heterogen dengan jumlah siswa 3-4, menjelaskan
materi sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran akan tetapi
penyampaiannya terlalu cepat, guru hanya membimbing beberapa siswa saat
41
belajar kelompok dalam melaksanakan diskusi dan analisa, Gambar yang di
berikan oleh guru terlalu sedikit di karenakan kurangnya contoh-contoh yang ada
agar sebagai gambaran terhadap siswa. Penggunaan bahasa mudah dipahami oleh
siswa. Guru dan siswa menarik kesimpulan secara bersama-sama. Memberikan
motivasi diakhir pembelajaran yang membangkitan semangat belajar siswa.
Sedangkan hasil lembar pengamatan aktifitas siswa adalah sebagai berikut ;
siswa membawa buku lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang
ditetapkan dan siap mengikuti pelajaran. Mengikuti pembelajaran dengan baik
dan ada siswa yang menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru, dalam
belajar kelompok dan memahami materi kurang terjadi kerja sama untuk saling
membantu antara anggota kelompok, siswa kurang aktif menjelaskan materi
kepada temannya dalam kelompok, bekerja kelompok dengan cukup baik, siswa
mulai berani dan aktif dalam memberikan pendapat, berdiskusi dengan cukup
baik, namun dalam menggunakan waktu siswa kurang efisien.
Observasi pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015 di
kelas V SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun
2014/2015. Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa
pelakasanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Aktif tipe
Examples non examples cukup baik. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas
guru dan siswa pada pertemuan kedua siklus I.
Untuk hasil pengamatan aktifitas guru pada pertemuan kedua yaitu pada
kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dengan cukup relevan,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran dengan
cukup jelas. Dalam kegiatan inti guru membentuk siswa kedalam kelompok
secara hetogen, guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru membimbing siswa
dalam kerja kelompok. Memberikan tes evaluasi sesuai dengan materi pelajaran.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa, Guru menyiapkan media
dengan tepat, Guru memberikan contoh-contoh gambar sudah banyak dari pada
pertemuan pertama ,pengelolaan waktu masih kurang efektif. Pada akhir pelajaran
guru membimbing siswa merangkum atau menarik kesimpulan mengenai materi
42
yang telah dipelajari secara klasikal dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat
lagi.
Hasil dari pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan kedua meliputi
kegiatan sebagai berikut: mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran
lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang ditetapkan dan siap
menerima pelajaran, mulai banyak siswa yang berani menanyakan hal-hal yang
kurang jelas kepada guru, belajar bersama kelompok dan memahami materi saat
belajar berkelompok namun kerjasama saling membantu menguasai materi belum
terjadi dengan maksimal namun demikian siswa mulai aktif menjelaskan materi di
dalam kelompoknya, mulai berani dan aktif dalam memberikan pendapat dan
bertanya, melakukan diskusi kelompok dengan cukup baik dan lancar,
mengerjakan kuis secara individual namun waktu kurang sesuai dengan yang
ditetapkan.
c. Refleksi
Secara keseluruhan tindakan pada siklus I sudah berlangsung dengan cukup
sesuai dengan harapan dan berjalan lancar. Walaupun masih terdapat beberapa
kekurangan dan siswa masih sedikit bingung dengan arah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, akan tetapi siswa terlihat tertarik dan antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Mulai tumbuh keberanian siswa untuk bertanya
pada guru dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran berlangsung lebih aktif
dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Rencana pembelajaran dengan
pelaksanaannya sudah cukup sesuai namun masih ada beberapa langkah yang
dalam pelaksanaannya kurang maksimal.
Berdasarkan hasil refleksi, pembelajaran pada siklus I ditemukan beberapa
kekurangan yang menyebabkan ketuntasan siswa belum maksimal. Berikut adalah
beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I :
Kurangnya pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan oleh guru, guru
belum nampak memberikan pengarahan yang jelas terhadap langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan, siswa belum menunjukkan adanya
keseriusan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga motivasi belajar siswa masih
kurang, selain itu belum nampak adanya kerjasama yang baik antar anggota
43
kelompok. Hal ini nampak pada siswa yang telah menguasai materi, kurang
membantu teman lain yang belum menguasai materi di dalam kelompoknya.
Demikian pula dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar, enggan bertanya
kepada guru maupun temannya. Kekurangan lain nampak dalam penggunaan
waktu yang kurang efisien, yakni waktu yang digunakan melebihi waktu yang
telah ditentukan. Kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II.
Data Siklus I
Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus I masih terdapat 1 siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman
siswa terhadap soal, dan kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
yang kurang menunjukkan adanya keseriusan dan kurangnya motivasi yang
diberikan oleh guru. Kerja sama di dalam kelompok masih belum berjalan dengan
baik. Hal ini nampak pada siswa yang sudah memahami materi enggan membantu
teman lainnya yang belum memahami materi secara maksimal.
Peningkatan nilai siswa yang terjadi belum maksimal, dimana peningkatan
belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Nilai terendah adalah 63sedangkan
nilai tertinggi masih sama dengan prasiklus yaitu 89. Rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus I adalah 80,53. Data ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I belum mencapai target yang telah ditetapkan, karena ketuntasan hasil
belajar minimal harus mencapai 100% dari jumlah siswa. Namun demikian hasil
belajar pada siklus I sudah dapat dibandingkan dengan perolehan nilai hasil
belajar yang didapatkan siswa pada kondisi prasiklus. Hasil belajar pada siklus I
sudah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan prasiklus. Jumlah
siswa yang memperoleh nilai dibawah 75ada 1 orang. Walaupun jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan hasil belajar hanya 19 dan belum masuk dalam kriteria
berhasil tetapi pada siklus I sudah dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil belajar pada prasiklus.
Hasil belajar IPA siswa kelas V dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat dilihat dan
dijelaskan lebih rinci pada tabel di halaman berikut.
44
Tabel 4.3
Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Pada Siklus I
Nilai Frekuensi Presentase %
40-59
60-64 1 5
65-69
70-74
75-79 8 40
80-84 5 25
85-89 6 30
90-100
Jumlah 20 100
Rata-rata 80,53
Nilai terendah 63
Nilai tertinggi 89
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa Siswa yang mendapatkan
nilai 60-64 sebanyak 1 siswa atau 5% yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 8
siswa atau 40%, 5 siswa atau 25% mendapatkan nilai 80-84, sedangkan yang
mendapatkan nilai 85-89 adalah 6 siswa atau 30%. Hasil belajar pada siklus I
tersebut dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk
Tabel 4.4 di halaman berikut.
45
Tabel 4.4
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I
No Nilai Jumlah siswa Keterangan (KKM=75)
Frekuensi Presentase
1. ≥ 75 19 90% Tuntas
2. < 75 1 5% Tidak tuntas
Jumlah 20 100%
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam Tabel 4.4 terlihat
perbandingannya antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Menunjukkan jumlah
siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 95% atau 19 siswa, sedangkan
yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 5% atau 1 siswa. Perbandingan
antara yang tuntas dan tidak tuntas dapat diperjelas pada diagram batang berikut
ini .
Gambar 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Jumlah
Jum
lah
Sis
wa
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I
Chart Title
Ketunt…
TUNTAS
TIDAKTUNTAS
46
Berdasarkan analisa perolehan nilai hasil belajar pada siklus I, baik skor
tertinggi, skor terendah, rata-rata, siswa yang belum tuntas, serta hasil pengamatan
terhadap aktifitas siswa dan guru maka perlu adanya tindakan kedua untuk
memperoleh hasil yang signifikan terhadap hasil belajar siswa sehingga mencapai
keberhasilan sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti maka perlu dilakukan
tindakan pada siklus II. Siklus II dilakukan dengan memperhatikan kekurangan-
kekurang yang terjadi pada siklus I, untuk dapat diperbaiki dan ditindak lanjuti.
4.1.3 Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret dan
4 April 2015 di kelas V SD Negeri Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang. Pembelajaran pada siklus ini merupakan pemantapan dari
pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan
model pembelajaran Examples non examples. Materi pembelajaran yang
digunakan pada siklus II ini adalah Pesawat sederhana dan Jenis-jenisnya
pemebelajaran dilakukandua kali pertemuan.
a. Perencanaan
Sebelum proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan, peneliti telah
melakukan diskusi dengan teman sejawat/observer untuk menentukan kegiatan-
kegiatan selama pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dengan
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus I. Peneliti
mempersiapkan rencana pembelajaran pada siklus II untuk mata pelajaran IPA
dengan materi Pesawat sederhana. Model pembelajaran yang digunakan adalah
Examples non examples. Perencanaan yang dilakukan hampir sama dengan siklus
I. Mempersiapkan RPP dengan dua kali pertemuan, Media, lembar observasi serta
butir-butir soal.
b. Implementasi Tindakan dan Observasi
Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 di kelas V
SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan alokasi
waktu 4x35 menit. Dengan materi Pesawat sederhana.
47
Pada kegiatan awal guru telah mengkondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran, menyiapkan alat dan media dilanjutkan dengan orientasi yaitu
dengan menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan. Motivasi dilakukan oleh guru dengan sangat baik dan lancar yakni
dengan memperlihatkan video saat mengibarkan bendera dan diperlihatkan
kepada siswa untuk dintanyakan fungsi katrol dalam pengibaran bendera
diperlihatkan dengan tujuan untuk memotivasi keingintahuan siswa tentang
Pesawat sederhana yang ada disekitar mereka, dalam tahap ini siswa terlihat
sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru,
bahkan kegiatan motivasi telah membuat keingintahuan siswa dengan adanya
beberapa siswa yang berani bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka ketahui
Guru mengkaitkan peristiwa yang diputar dalam video dengan materi yang akan
dipelajari.
Pada kegiatan inti guru memberikan contoh gambar alat yang digunakan
manusia sehari-hari yang berhubungan dengan materi pesawat sederhana agar
siswa dapat menuju pemahaman yang lebih dengan media LCD, Guru
memberikan petunjuk kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa jenis-
jenis pesawat sederhana pada gambar yang di tayangkan dalam LCD dengan
panduan guru, guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen yang
terdiri dari 3-4 siswa dalam setiap kelompoknya. Kegiatan selanjutnya adalah
kerja tim. Setelah itu guru memberikan tata cara menulis analisis diskusi dalam
kertas dan siswa mempraktekannya menganalisa gambar dan berdiskusi dan di
tulis dalam kertas. Guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas agar siswa aktif. Sehabis seluruh kelompok
mempresentasikan hasil diskusi dan analisa gambar siswa di suruh berkomentar
dari hasil diskusi tadi dan guru menjelaskan materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan siswa menyimpulkan bahasan yang di
lakukan guru. Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan meminta
siswa belajar dirumah mempelajari materi yang akan disampaikan pada pertemuan
selanjutnya
48
Pengamatan terhadap siklus II dilakukan selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 di
SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Observer yaitu
teman sejawat yang mengajar di kelas V SDN Sepakung 03.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan hasil yang sangat
baik yakni pada kegiatan awal guru telah melakukan apersepsi dengan sangat
baik dan relevan, serta menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
dengan sangat jelas. Selanjutnya pada kegiatan inti guru membagi siswa kedalam
kelompok secara heterogen, materi yang disajikanpun telah sesuai dengan
kompetensi dasar, saat siswa belajar berkelompok guru menjadi pembimbing dan
fasilitator yang sangat baik, pengelolaan waktu sudah sangat efisien, bahasa yang
digunakan guru mudah untuk dipahami siswa, di akhir kegiatan pembelajaran
guru membimbing siswa secara klasikal dalam merangkum materi yang telah
dipelajari, serta memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam belajar.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa juga menunjukkan aktivitas yang
sangat baik dimana siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran
dengan baik, siswa sudah menempati tempat duduk sesuai yang ditetapkan,
mengikuti dan memperhatikan segala sesuatu yang disampaikan guru, aktif
menjelaskan materi saat diskusi kelompok, berani dan aktif mengemukakan
pendapat saat belajar kelompok, mengerjakan dengan sungguh-sungguh kuis yang
diberikan guru, menggunakan waktu dengan sangat efisien.
Observasi pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 4 April 2015 di
kelas V SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelakasanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non examples
cukup baik. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada
pertemuan kedua siklus II.
Untuk hasil pengamatan aktivitas guru pada pertemuan kedua yaitu pada
kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dengan baik, menyampaikan
tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran dengan cukup jelas.
Dalam kegiatan inti guru membentuk siswa kedalam kelompok secara hetogen,
49
guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru membimbing siswa dalam kerja
kelompok. Bahasa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran mudah dipahami oleh siswa, guru telah menyiapkan media dengan tepat,
guru telah memberikan contoh-contoh gambar yang lebih banyak daripada
pertemuan pertama, guru telah mengelola waktu dengan baik. Pada akhir
pembelajaran guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari secara klasikal, dan memotivasi
siswa untuk belajar lebih giat lagi.
Hasil dari pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan kedua meliputi
kegiatan sebagai berikut: siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran
lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang ditetapkan dan siap
menerima pelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa mulai banyak yang berani
menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru, belajar bersama kelompok
dan memahami materi saat belajar kelompok, namun kerjasama untuk saling
membantu dalam menguasai materi belum terlaksanasecara maksimal. Meskipun
demikian siswa mulai aktif menjelaskan materi di dalam kelompoknya, mulai
berani dan aktif dalam memberikan pendapat dan bertanya, melakukan diskusi
kelompok dengan cukup baik dan lancar, mengerjakan kuis secara individual,
namun waktu yang dibutuhkan melebihi waktu yang telah ditetapkan.
c. Refleksi
Pembelajaran siklus II merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan
tindakan model pembelajaran examples non examples. Setelah dilakukan
tindakan, kemudian dilakukan refleksi atas segala kegiatan yangtelah dilakukan
berdasarkan pengamatan atau observasi pada siklus II, dan perbaikan dari apa
yang menjadi kekurangan pembelajaran pada siklus I.
Siklus II telah dilaksananakan sesuai harapan dengan sangat baik dan lancar.
Kegiatan pembelajaran terlihat lebih aktif dan antusias siswa lebih meningkat.
Rencana pembelajaran dengan pelaksanaanya sudah sesuai dan berjalan secara
maksimal. Jika dibandingkan dengan siklus I keberanian siswa untuk bertanya dan
berpendapat juga lebih meningkat.
50
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran examples non examplessudah tepat, baik bagi siswa maupun
guru, hal ini diperkuat dengan hasil belajar IPA siswa yang mengalami
peningkatan.
Data Siklus II
Pada akhir pembelajaran siklus II. Nilai hasil tertinggi pada siklus II adalah
98 dan nilai terendah adalah 79 dimana yang memperoleh nilai 79 hanya satu
siswa saja. Dengan rata-rata nilai kelas 86,20, data ini menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran sudah mencapai lebih dari target minimal yang harus dicapai yaitu
90% dari jumlah siswa di kelas yaitu minimal 18 siswa menjadi 20 siswa atau
100%.
Hasil belajar IPA siswa kelas V selama mengikuti pembelajaran pada siklus
II dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Pada Siklus II
Nilai Frekuensi Presentase %
40-59
60-64
65-69
70-74
75-79 1 5
80-84 4 20
85-89 12 60
90-100 3 15
Jumlah 20 100
Rata-rata 86,20
Nilai terendah 79
Nilai tertinggi 98
51
Dalam Tabel 4.5 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang
mendapatkan nilai 75-79 sebanyak 1 siswa atau 5%, yang memperoleh nilai 80-84
sebanyak 4 siswa atau 20% sedangkan yang memeproleh nilai 85-89 sebanyak 12
siswa atau 60% yang memperoleh nilai 90-100 sebanyak 3 siswa atau 15%. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa siswa semua memenuhi KKM ≥ 75 20 siswa
Mengenai ketuntasan hasil belajar pada siklus II tersebut dapat disajikan
dalam bentuk tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II
No Nilai Jumlah siswa Keterangan (KKM=75)
Frekuensi Presentase
1. ≥ 75 20 95% Tuntas
2. < 75 0 0% Tidak tuntas
Jumlah 20 100%
Tabel 4.6 tentang ketuntasan hasil belajar pada siklus II dapat diketahui
bahwa hanya terdapat 0 siswa atau 0% yang belum mencapai KKM 75.
Sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%.
Perbandingan hasil belajar siswa antara yang sudah tuntas dan belum tuntas
dapat dilihat dengan jelas pada diagram batang berikut.
Gambar 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II
0
5
10
15
20
Jumlah
Jum
lah
Sis
wa
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II
Chart Title
Ketunt…
TUNTAS
TIDAKTUNTAS
52
Berdasarkan data-data diatas pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar
IPA mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan
pencapaian siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 20 sementara
.Hal ini dikarenakan pada pembelajran siklus I sudah banyak siswa yang hampir
memenuhi KKM yang ditetapkan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan pengamatan lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Sepakung 03 Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang sangat rendah. Hal ini nampak pada hasil belajar
pra siklus (kondisi awal). Rata-rata dari 20 siswa hanya mencapai 67,95. Tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ≥ 75. Nilai terendah siswa 60,
sementara nilai maksimal siswa hanya mencapai 74. Dengan hasil belajar seperti
ini membuktikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif. Hal ini
dikarenakan guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan ceramah dan
kurangnya menggunakan media pembelajaran dan gambaran-gambaran agar dapat
membuat rangsangan kepada siswa. Kesempatan siswa untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat sangat minim, sehingga pemahaman materi tidak
mampu menyeluruh karena pengetahuan siswa hanya berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki oleh guru. Hal ini juga menyebabkan pengetahuan siswa hanya
bersifat sementara. Siswapun cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan, membuktikan adanya
peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas
meningkat menjadi 19 siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari 20
siswa menjadi 1 siswa saja. Dengan nilai minimal yang dicapai siswa sebesar 63
dan nilai maksimal yang dicapai sebesar 89, serta rata-rata kelas meningkat
menjadi 80,53.
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I telah mengalami peningkatan hasil belajar. Meskipun telah mengalami
peningkatan hasil belajar namun hal ini belum sesuai dengan yang diharapkan.
53
Karena hanya90% siswa yang mencapai nilai tuntas. Padahal target ketuntasan
yang akan dicapai adalah minimal 100% siswa tuntas.
Oleh karena itu, pembelajaran dilanjutkan pada siklus II yang merupakan
pemantapan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I dengan menggunakan
model pembelajaran examples non examples. Pada pembelajaran siklus II
menunjukkan adanya keberhasilan terhadap tindakan yang dilakukan. Model
pembelajaran examples non examplestelah mampu meningkatkan hasil belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Peningkatan ditunjukkan dengan tidak adanya
siswa yang tidak tuntas. Nilai minimal yang dicapai oleh siswa adalah 79, dimana
nilai minimal ini hanya dimiliki oleh satu siswa saja sementara siswa yang lainnya
mendapatkan nilai ≥ 75. Nilai maksimal yang dicapai siswa yaitu 98, dengan rata-
rata siswa mencapai 86,20. Rata-rata ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan
kondisi prasiklus . Kenaikan yang terjadi sangat signifikan, yakni dari 67,95 pada
pra siklus menjadi 80,53 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 86,20 pada
siklus II. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 20 siswa dengan
jumlah persentase 100%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus II
berhasil bahkan melebihi target.
Namun demikian masih terdapat beberapa kendala diantaranya kurangnya
peran orang tua dalam pembelajaran serta masih minimalnya menggunakan media
dalam pembelajaran semoga sehabis penelitian ini lebih dapat mengutamakan
menggunakan media seperti LCD dll agar siswa mempunyai gambaran tentang
suatu materi dan dapat merangsang siswa.
4.2.1 Perbandingan Pelaksanaan pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat
adanya peningkatan perolehan nilai siswa dari kondisi pra siklus , siklus I dan
siklus II. Perbandingan hasil belajar pada kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II
dapat disajikan dalam tabel 4.7 dan 4.8 di halaman berikut.
54
Tabel 4.7
Nilai Prasiklus,Siklus 1,dan Siklus II
No Nama
NILAI AKHIR
Pra Siklus
Siklus
1 Siklus
II
KOG AFEK PSIKO NA KOG AFEK PSIKO NA
1 Sufirman 60 75 80 80 78 80 100 80 87
2 Faisal Taufikurrohman 65 80 80 80 80 85 80 80 82
3 Prabowo 63 70 80 80 77 75 80 100 85
4 Fredi Setiawan 69 80 80 100 87 83 100 80 88
5 Sofi yati 67 76 80 70 75 82 80 100 87
6 Sigit Setiawan 67 78 80 80 79 95 80 80 85
7 Ina Rahmawati 72 88 80 100 89 85 80 100 88
8 Bayu Muslimin 72 79 80 80 80 87 80 80 82
9 Mei Laraswati 68 77 80 100 86 85 100 80 88
10 Fitri Ariyani 73 76 80 80 79 86 80 80 82
11 Andri Safri Yuliyanto 67 80 80 100 87 90 80 100 90
12 Danu Dwi Febriyanto 62 85 80 80 82 93 80 80 84
13 Alfiari 65 79 80 80 80 84 80 100 88
14 Serli Ferdiyanto 62 70 60 60 63 77 80 80 79
15 Amalia Istiyani 70 79 80 80 80 86 80 100 89
16 Siva Ayu Rahmawati 72 77 80 80 79 85 80 80 82
17 Dita Yuliana Pratiwi 72 78 80 80 79 82 100 80 87
18 Andika 66 80 80 70 77 82 80 80 81
19 Ardina Nadya Octavya 74 85 100 80 88 95 100 100 98
20 Wiji Tri Khoeriyah 73 80 100 80 87 95 80 100 92
RATA-RATA 67,95 80,53 86,20
Nilai Maximal 74 89 98
Nilai Minimal 60 63 79
55
Tabel 4.8
Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II
f P(%) F P(%) F P(%)
1. 40-59 0 0% 0 0% 0 0%
2. 60-64 4 20% 0 0% 0 0%
3. 65-69 8 40% 1 5% 0 0%
4. 70-74 8 40% 1 5% 0 0 %
5. 75-79 0 0% 8 40% 1 10%
6. 80-84 0 0% 5 25% 4 20%
7. 85-89 0 0% 6 30% 12 75%
8. 90-100 0 0% 0 0% 3 5%
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Rata-rata 67,95 80,53 86,20
Minimal 60 63 79
Maksimal 74 89 98
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa telah mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Hal ini terlihat
dari peningkatan nilai rata-rata, minimal, dan maksimal yang diperoleh siswa dari
prasiklus hingga siklus II. Peningkatan dari prasiklus hingga siklus II terjadi
dengan cukup signifikan. Peningkatan nilai rata-rata, nilai minimal dan nilai
maksimal dapat dilihat dengan jelas melalui gambar diagram garis berikut ini
56
Gambar 4.4
Peningkatan Nilai Hasil Belajar IPA
Pada Prasiklus, Siklus I dan II
Berdasarkan gambar diagram garis 4.4 ditunjukkan dengan jelas bahwa nilai
hasil hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Hal
tersebut terlihat pada kenaikan rata-rata dari prasiklus yang hanya mencapai nilai
67,95 menjadi 80,53 pada siklus I dan kemudian naik menjadi 86,20 pada siklus
II. sejalan dengan rata-rata, nilai maksimal juga mengalami peningkatan dimana
pada prasiklus 74 dan siklus I nilai maksimal mencapai 89 setelah siklus II naik
menjadi 98. Begitupun nilai minimal terjadi peningkatan yang cukup signifikan
dari prasiklus ada siswa yang mendapat nilai 60, kemudian pada siklus I naik
menjadi 63 dan pada siklus II naik menjadi 79. Sejalan dengan perolehan nilai
rata-rata, nilai maksimal dan minimal yang meningkat, ketuntasan hasil belajar
siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan
perbandingannya pada tabel 4.9di halaman berikut.
0
20
40
60
80
100
120
Rata-rata
Minimal
Maksimal
57
Tabel 4.9
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No Keterangan
(KKM=75)
Jumla siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 0 0% 19 95% 20 100%
2. Tidak tuntas 20 100% 1 5% 0 0%
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%
Data perbandingan ketuntasan hasil belajar pada tabel 4.9 dapat diperjelas
dengan gambar diagram batang berikut ini.
Gambar 4.5
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pada Prasiklus, siklus I dan II
Berdasarkan gambar 4.5 terlihat jelas perbandingan siswa yang tuntas dan
tidak tuntas pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Dimana pada Prasiklus terdapat
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
JUM
LAH
SISW
A
Pra siklus siklus 1 Siklus 2
Tuntas
tidak tuntas
58
banyak siswa yang tidak tuntas yakni 20 siswa atau 100%, sedangkan yang tuntas
hanya 0 siswa atau 0%. Kemudian pada siklus I terjadi kenaikan jumlah siswa
yang tuntas yaitu 19 siswa atau 95% sedangkan yang tidak tuntas 1 siswa atau
5%. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa terjadi kenaikan yang cukup
signifikan yaitu sebanyak 20 siswa atau 100%, dengan siswa yang tidak tuntas
hanya 0 siswa saja atau 0%.
Hal tersebut menunjukkanbahwa pembelajaran dengan memanfaatkan
model examples non examplesdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA.
Hipotesis pada penelitian ini terbukti bahwa model pembelajaran examples
non examplesdapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas V SDNSepakung
03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.
4.2.2 Pembahasan Hubungan Hasil Penelitian dengan Kajian Teori dan
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.
Model pembelajaran examples non examples apabila diterapkan dalam proses
belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa. Examples non examples
merupakan salah satu tipe model pembelajaran yang menggunakan media. Media
dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru dapat membantu dalam proses
mengajar, mendekati situasi dengan keadaan sesungguhnya. Dengan media,
diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Penggunaan media ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada
dalam gambar menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu untuk dapat menguasai materi pelajaran
guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran Examples non
examples ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa
ketika pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil untuk dapat melatih
kemampuan menganalisa sesuatu masalah atau menganalisa gambar dan juga
59
membuat siswa dapat memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat dan
untuk saling berinteraksi memberikan motivasi yakni dengan berdiskusi, kerja
sama dalam meguasai materi.
Prosedur dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples
khusus dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu model pembelajaran examples non examples ini sangat cocok digunakan
untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan cara aktif dalam menguasai
materi sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa tidak bersifat sementara. Jika
model pembelajaran examples non examples ini diterapkan di kelas maka siswa
akan lebih antusias dalam meningkatkan hasil belajar karena siswa termotivasi
untuk memperoleh nilai yang terbaik. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan
dan tidak membuat siswa jenuh ketika belajar, serta terjadi persaingan yang positif
yakni adanya motivasi untuk menjadi siswa yang terbaik. Kegiatan pembelajaran
yang seperti ini akan menumbuhkan kegembiraan dan ketertarikan siswa akan
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru serta mampu meningkatkan hasil
belajar untuk mencapai ketuntasan belajar. Serta dapat mendorong siswa untuk
menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada
Atas dasar hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar mendukung dan mengokohkan teori beberapa
ahli yang telah dijelaskan pada bab kajiah teori,yang menyatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa melalui pengalaman belajarnya
yang meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Hasil belajar ini juga didukung oleh kajian hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh Purji Mahasiswa PGSD FKIP UKSW Salatiga dengan judul Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Example Non
Example Berbantu Media Gambar pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Sidorejo Kidul
03 Semester II Tahun 2012/ 2013 Cipto Haryoso Mahasiswa PGSD FKIP UKSW
Salatiga dengan judul Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model
Pembelajaran Example Non Example dengan Media power point Siswa Kelas V
SD Negeri Gemuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester 2
Tahun Pelajaran 2011/ 2012 yang terdiri dari dua siklus. Hasil kajian dari
60
penelitian ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Example Non Example
dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kedua hasil penelitian yang telah
dilakukan tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Examples non examplesterbukti dapat meningkatkan hasil belajar
baik pada mata pelajaran IPA maupun pada mata pelajaran lainnya.
top related