bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...
Post on 27-Apr-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Satya Wacana yang
merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Salatiga. Subyek dalam
penelitian ini adalah kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. Kelas II yang
dijadikan subyek penelitian ini adalah kelas paralel yang terdiri dari 2 kelas, yaitu:
1. Kelas IIB sebagai kelompok eksperimen. Siswa kelas IIB SD Laboratorium
Satya Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan.
2. Kelas IIA sebagai kelompok kontrol. Siswa kelas IIA SD Laboratorium Satya
Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
Karakteristik dari subyek penelitian ini adalah rata-rata siswa kelas II
berumur 7 tahun, dan hampir semua siswa kelas II beragama Kristen. Untuk latar
belakang pekerjaan orang tua siswa sangat bervariasi, mulai dari guru, wiraswasta,
dosen, pedagang, dan ada juga yang orangtuanya berprofesi sebagai TNI.
Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Laboratorium
Satya Wacana sebagai tempat penelitian adalah penelitian dengan topik pengaruh
penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari
perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II belum pernah dilakukan di SD
Laboratoriun Satya Wacana. Sedangkan alasan peneliti menggunakan kelas II
sebagai subyek adalah dikarenakan siswa kelas II masih sulit melakukan abstraksi
materi atau konsep matematika, dan juga kelas II di SD Laboratorium Satya
Wacana terdiri dari dua kelas yang berada dalam satu lingkungan belajar yang
sama, sehingga memungkinkan untuk menjadikan kelas IIA dan IIB menjadi kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
38
4.2 Hasil Uji Instrumen
4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Tabel 4.1
Hasil Validitas Soal Tes Hasil Belajar
No. Nomor Soal
Corrected
Item-Total
Correlation
No. Nomor Soal
Corrected
Item-Total
Correlation
1. 2 .268 10. 17 .277
2. 4 .420 11. 19 .460
3. 5 .493 12. 20 .493
4. 6 .509 13. 21 .404
5. 7 .498 14. 24 .277
6. 10 .284 15. 25 .460
7. 11 .406 16. 26 .439
8. 13 .468 17. 29 .406
9. 14 .498 18. 30 .309
Tabel diatas menunjukkan bahwa butir pernyataan pada instrument tes
dinyatakan valid jika nilai corrected item-total correlation > 0,2. Dari 30 soal
instrument tes yang diujikan dan dianalisis datanya menggunakan Cronbach
Alpha menunjukkan 18 soal dinyatakan valid, yaitu soal nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10,
11, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 29, 30, sehingga layak untuk dipergunakan
sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Sedangkan untuk soal-soal yang tidak valid
tidak dipergunakan.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes
N N of items Mean Cronbach Alpha
31 18 12.7742 0.819
Tabel diatas menunjukkan data tentang uji reliabilitas, instrument tes
dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,6. Dari hasil uji reliabilitas
instrument tes menunjukkan nilai Cronbach Alpha 0,819 sehingga instrument di
atas dinyatakan reliabel.
39
4.2.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran
Tabel 4.3
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes
No. Kriteria Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal
1. Sukar - -
2. Sedang 9 2, 4, 7, 10, 14, 19, 21, 25, 30
3. Mudah 9 5, 6, 11, 13, 17, 20, 24, 26, 29
Dari hasil perhitungan diperoleh 9 butir soal termasuk kriteria mudah,
yaitu nomor 5, 6, 11, 13, 17, 20, 24, 26, dan 29, sedangkan butir soal termasuk
kriteria sedang berjumlah 9, yaitu nomor 2, 4, 7, 10, 14, 19, 21, 25, dan 30. Paket
soal ini belum secara sempurna memenuhi proporsi soal yang baik dikarenakan
tidak adanya soal dalam kriteria sukar. Untuk soal kategori mudah tetap
digunakan dalam penelitian dikarenakan apabila soal tersebut dibuang menjadikan
paket soal dirasa kurang dalam hal kuantitas yang diperlukan oleh peneliti untuk
mengukur karakteristik subyek.
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Metode Demonstrasi
4.3.1.1 Pelaksanaan Uji Coba Metode Demonstrasi
Sebelum dilakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tindakan
try out. Try out adalah uji coba mengajar dengan metode yang akan diteliti,
sehingga kita sebagai peneliti nanti bisa mengetahui kesiapan guru dalam
menggunakan metode yang akan kita teliti. Di dalam try out guru mengajar
dengan menggunakan metode yang akan diteliti yaitu metode demonstrasi. Tujuan
utama melakukan try out adalah untuk mengetahui kesiapan guru dalam
menggunakan metode demonstrasi di kelas. Selain ada guru yang bertugas
mengajar menggunakan metode demonstrasi, peneliti juga mengajak pengamat
atau observer untuk ikut dalam pelaksanaan try out, sehingga bukan hanya guru
yang dilihat kesiapannya tetapi juga pengamat.
Uji coba metode demonstrasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27
Februari 2012 di kelas II SD Laboratorium Satya Wacana, Salatiga. Guru
menggunakan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar pelajaran IPA.
40
Dalam menggunakan metode demonstrasi, guru mendemonstrasikan posisi
matahari yang disertai dengan penjelasan singkat. Setelah itu guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan demonstrasi bersama
dengan kelompok yang telah ditentukan. Beberapa kelompok diminta
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kendala yang terjadi saat pelaksanaan try out adalah kebanyakan siswa
berebut untuk mencoba melakukan demonstrasi sendiri sehingga kelas menjadi
kurang terkontrol. Tetapi secara keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode demonstrasi berjalan dengan lancar. Hasil yang diperoleh
setelah peneliti melakukan try out adalah guru dan pengamat sudah siap untuk
melaksanakan pembelajaran dengan metode demonstrasi.
4.3.1.2 Penerapan Metode Demonstrasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Selain itu, observasi juga dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah guru
dari SD Laboratorium Satya Wacana. Observasi dilaksanakan secara intensif,
adapun hasil observasi yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4.4, tentang
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa pada tiga pertemuan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Pembelajaran Metode Demonstrasi
No Langkah-Langkah Pertemuan
I II III Aktivitas Guru Yang diamati
1. Apakah guru sudah
mendemonstrasikan suatu proses dan
prosedur disertai penjelasan yang
padat dan singkat?
√ √ √
2. Apakah guru sudah mengatur tempat
duduk siswa sesuai kebutuhan, dengan
pertimbangan jenis kelamin siswa?
√ √ √
3. Apakah guru sudah memberi
kesempatan kepada siswa untuk
mencoba melakukan demonstrasi
serupa guna pemahaman lebih
√ √ √
41
mendalam tentang topik?
4. Apakah guru sudah guru memastikan
semua siswa telah melakukan
demonstrasi seperti yang dilakukan
guru?
√ √ √
5. Apakah guru sudah memberikan soal
baru dan meminta siswa menggunakan
langkah serupa yang telah
didemonstrasikan guru?
√ √ √
6. Apakah selama penyelesaian soal,
guru berkeliling untuk memastikan
semua kelompok dan semua anggota
kelompok telah melakukan langkah
demonstrasi dengan benar?
√ √ √
7. Apakah guru sudah meminta siswa
maju untuk mempresentasikan
jawaban soal hasil demonstrasi yang
telah dilakukan di dalam kelompok?
√ √ ×
Aktivitas Siswa Yang diamati
1. Memperhatikan demonstrasi guru. √ √ √
2. Membentuk kelompok sesuai perintah
dari guru. √ √ √
3. Siswa melakukan demonstrasi di
dalam kelompok. √ √ √
4. Semua siswa telah melakukan
demonstrasi. √ √ √
5. Siswa mengerjakan soal baru dengan
langkah-langkah demonstrasi yang
benar.
√ √ √
6. Semua siswa dalam kelompok telah
melakukan demonstrasi. √ √ √
7. Siswa maju mempresentasikan
jawaban soal hasil demonstrasi. √ √ ×
Berdasarkan tabel 4.4 di atas tentang hasil pengamatan aktivitas
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Pertemuan I dilaksanakan pada
hari Kamis tanggal 1 Maret 2012. Pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 5 Maret 2012. Pertemuan III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6
Maret 2012. Pada penelitian dengan pembelajaran sejumlah tiga kali pertemuan
ini, dihadiri oleh peneliti yaitu orang yang melakukan penelitian di SD
Laboratorium Satya Wacana, selanjutnya guru kelas II yang bertugas untuk
42
mengajarkan materi pembelajaran matematika dengan Metode Demonstrasi, dan
yang terakhir observer yaitu guru kelas IV yang bertugas mengobservasi jalannya
proses pembelajaran dengan tujuan agar dapat diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi sudah berjalan baik, sesuai dengan pengertian
metode demonstrasi sendiri yaitu metode pembelajaran yang menunjukkan benda
atau proses tentang sesuatu yang sedang dipelajari di dalam kelas dengan disertai
penjelasan singkat dari guru dan peran serta siswa dalam pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika yang telah dibuat.
Guru dan siswa sudah melakukan pembelajaran demonstrasi sesuai dengan
langkah-langkahnya. Tetapi pada pertemuan ketiga, guru tidak meminta siswa
untuk mempresentasikan hasil di depan kelas dikarenakan pada akhir pertemuan
ketiga ini akan diberikan posttest. Posttest yang diberikan berupa tes hasil belajar
dengan soal pilihan ganda.
Tabel 4.5
Nilai Kelas Eksperimen Menggunakan Metode Demonstrasi
Mean Total Mean Laki-laki Mean Perempuan
Pretest 44,8333 46.8333 43.5000
Posttest 73,500 79.8333 69.2778
Gain 28.6667 33 25.7778
Total mean pretest yang didapat pada kelas eksperimen dengan
menggunakan metode demonstrasi adalah sebesar 44,8333, sedangkan mean
posttest yang didapat adalah sebesar 73,500. Dari tabel di atas, dapat dilihat
bahwa ada peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki dengan
menggunakan metode demonstrasi, mean pretest meningkat dari 46,83 menjadi
79,83 pada posttest, median pretest dari 44 meningkat menjadi 78 setelah posttest.
Sedangkan peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa perempuan
dengan menggunakan metode demonstrasi, mean pretest meningkat dari 43,50
menjadi 69,278 pada posttest, median pretest dari 39 meningkat menjadi 67
setelah posttest.
43
4.3.2 Metode Konvensional
Tabel 4.6
Nilai Kelas Kontrol Menggunakan Metode Konvensional
Mean Total Mean Laki-laki Mean Perempuan
Pretest 45.5333 45.667 45.333
Posttest 58.2333 59.944 55.667
Gain 12.7 14.27 10.334
Total mean pretest yang didapat pada kelas kontrol dengan menggunakan
metode konvensional adalah sebesar 45,5333, sedangkan mean posttest yang
didapat adalah sebesar 58,2333. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada
peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki dengan
menggunakan metode konvensional, mean pretest meningkat dari 45,667 menjadi
59,944 pada posttest, median pretest dari 44 meningkat menjadi 58,5 setelah
posttest. Sedangkan peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa
perempuan dengan menggunakan metode konvensional, mean pretest meningkat
dari 45,333 menjadi 55,667 pada posttest, median pretest dari 47 meningkat
menjadi 56 setelah posttest.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Hasil Uji Normalitas Data
4.4.1.1 Hasil Uji Normalitas Pretest
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Pretest
Eksperimen Kontrol
N Sig. N Sig.
30 0.065 30 0.136
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan nilai pretest kelas
eksperimen (metode demonstrasi) sebesar 0,065 dan kelas kontrol (metode
44
konvensional) sebesar 0.136. Hasil uji data pretest Kolmogorov-Smirnov lebih
besar dari signifikan 0,05 (sig. > 0,05), sehingga sebaran data nilai pretest
dinyatakan terdistribusi normal.
4.4.1.2 Hasil Uji Normalitas Posttest
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Posttest
Eksperimen Kontrol
N Sig. N Sig.
30 0.200 30 0.091
Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan nilai posttest kelas
eksperimen sebesar 0,200 dan kelas kontrol (metode konvensional) sebesar 0.091.
Hasil uji data posttest Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari signifikan 0,05 (Sig.
> 0,05), sehingga sebaran data nilai posttest dinyatakan terdistribusi normal.
4.4.2 Hasil Uji Homogenitas Data
4.4.2.1 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Eksperimen Kontrol
N N Sig. Based on Mean
30 30 0.120
Tabel uji homogenitas pretest di atas menunjukkan bahwa signifikan
(based on Mean) sebesar 0,120, yang berarti lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05),
sehingga dapat dinyatakan bahwa subyek penelitian ini mempunyai varian pretest
yang homogen.
4.4.2.2 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Tabel uji homogenitas posttest di bawah menunjukkan bahwa signifikan
(based on Mean) sebesar 0,091, yang berarti lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05),
sehingga dapat dinyatakan bahwa subyek penelitian ini mempunyai varian posttest
yang homogen.
45
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Posttest
N N Sig. Based on Mean
30 30 0.091
4.4.3 Hasil Uji Anova Dua Arah
Tabel 4.11
Hasil Uji Analisis Data Anova Dua Arah
4.4.3.1 Uji Hipotesis 1
Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.
Ho: Tidak ada pengaruh penerapan metode demonstrasi dengan penerapan metode
konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas II.
Ha: Ada pengaruh penerapan metode demonstrasi dengan penerapan metode
konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas II.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (Sig.) adalah:
1. Apabila Sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dari data hasil penelitian pada tabel 4.11 di atas, pada kolom metode
didapat harga Sig. Metode = 0.000, sehingga harga Sig. ini lebih kecil dari 0,05
(Sig. < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam penelitian ini
ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika
pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.
Source df Mean
Square
F Sig.
Metode 1 4040.100 26.147 .000
JKelamin 1 792.100 5.126 .027
Metode*
JKelamin
1 141.878 .918 .342
Error 56 154.516
Total 60
46
Tabel 4.12
Perbandingan Mean Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Mean Pretest 44.8333 45.5333
Posttest 73.500 58.2333
Gain 28.6667 12.7
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan mean pada kelas eksperimen
yang menggunakan metode demonstrasi. Dari mean pretest kelas eksperimen
adalah 44,8333 meningkat menjadi 73,500 pada posttest atau meningkat sebesar
28,6667. Sedangkan pada kelas kontrol meningkat sebesar 12,7 dari mean pretest
45,5333 menjadi 58,2333 pada posttest.
Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan
metode demonstrasi mempunyai mean posttest yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mean posttest metode konvensional, dan juga peningkatan mean dari
pretest sampai dengan posttest pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi
lebih besar daripada peningkatan mean pada kelas kontrol. Ini membuktikan
bahwa metode demonstrasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
4.4.3.2 Uji Hipotesis 2
Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana.
Ho: Tidak ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana.
Ha: Ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (Sig.) adalah:
1. Apabila Sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2. Apabila Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
47
Dari data hasil penelitian pada tabel 4.11 di atas, pada kolom jenis kelamin
didapat harga Sig. Jenis Kelamin = 0.027, sehingga harga Sig. ini lebih kecil dari
0,05 (Sig. < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam
penelitian ini ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana.
Tabel 4.13
Perbandingan Mean Hasil Belajar Dengan Metode Demonstrasi Ditinjau Dari
Jenis Kelamin
Metode Demonstrasi
Laki-laki Perempuan
Mean Pretest 46.8333 43.5000
Posttest 79.8333 69.2778
Gain 33 25.7778
Hal ini terbukti dari rata-rata nilai pretest dan posttest pada kelompok laki-
laki dan kelompok perempuan pada kelas eksperimen. Mean pretest siswa laki-
laki kelas eksperimen adalah 46.8333 meningkat menjadi 79.8333 pada posttest
atau mengalami peningkatan sebesar 33. Sedangkan siswa perempuan kelas
eksperimen meningkat sebesar 25,7778 dari mean pretest 43.5000 menjadi
69.2778 pada posttest. Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa mean posttest
siswa laki-laki lebih tinggi daripada mean posttest siswa perempuan. Mean
posttest laki-laki sebesar 79,8333 sedangkan siswa perempuan hanya 69,2778
yang berarti pada penggunaan metode demonstrasi siswa laki-laki mempunyai
hasil belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis pada nilai pretest pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana menunjukkan bahwa kedua kelas, yaitu kelas II A
dan II B pada SD Laboratorium Satya Wacana mempunyai varians nilai yang
homogen pada angka Sig. 0,120. Ini membuktikan bahwa kedua kelas tidak
berbeda secara signifikan. Setelah mengetahui bahwa kelas II A dan II B tidak
berbeda secara signifikan, maka peneliti menentukan kelas II B sebagai kelas
48
eksperimen dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, sedangkan
kelas II A digunakan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan
metode konvensional.
Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran pada masing-masing
kelas, yaitu kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dan kelas
eksperimen yang menggunakan metode demonstrasi adalah 3 kali pertemuan (6
jam pelajaran). Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang dilakukan,
didapatkan bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung
dengan baik, mulai dari aspek persiapan, kegiatan inti dan kegiatan akhir
dinyatakan baik dan sesuai dengan prosedur dalam pembelajaran metode
demonstrasi. Selanjutnya, siswa pada masing-masing kelas diberikan posttest
dengan soal yang sama.
Setelah dilakukan uji dengan anova dua arah ternyata pada variabel
metode mempunyai signifikansi 0,000 atau Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti dalam penelitian ini ada pengaruh penerapan metode
demonstrasi dengan penerapan metode konvensional terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi
mempunyai mean posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean posttest
metode konvensional, dan juga peningkatan mean dari pretest sampai dengan
posttest pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi lebih besar daripada
peningkatan mean pada kelas dengan menggunakan metode konvensional. Ini
membuktikan bahwa metode demonstrasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Nurhidayat
(2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreativitas
Pembelajaran Matematika Dalam Menentukan Letak Suatu Benda Pada Diagram
Kartesius Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI SD
Negeri 1 Gesikan”. Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil bahwa
49
sebesar 96,3% dari total keseluruhan siswa telah dinyatakan tuntas dalam
mengikuti pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan posisi titik
dalam sistem koordinat. Selain itu ada beberapa kelebihan metode demonstrasi
menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah:
1. Dapat membimbing siswa kearah berfikir satu saluran pikir.
2. Dapat untuk mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga.
3. Perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting.
4. Permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan langsung
guru.
Pada hipotesis kedua, setelah dilakukan uji dengan anova dua arah ternyata
pada variabel jenis kelamin mempunyai signifikansi 0,027 atau Sig. < 0,05, maka
Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam penelitian ini ada pengaruh
penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika antara siswa
laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelas menggunakan metode
demonstrasi, peningkatan mean dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki lebih
tinggi dibandingkan peningkatan mean pada siswa perempuan. Ini membuktikan
bahwa pada penggunaan metode demonstrasi siswa laki-laki mempunyai hasil
belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Jensen (2008), yang menyatakan
bahwa laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal
keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut:
1. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah.
2. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang.
3. Berbagai tugas spasial.
4. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas.
Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran, hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selain itu,
dengan menggunakan metode demonstrasi pada kelas heterogen, didapat hasil
bahwa hasil belajar siswa laki-laki dengan menggunakan metode demonstrasi
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa perempuan menggunakan
50
metode demonstrasi. Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat
dijelaskan beberapa implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis:
a. Setelah membandingkan teori demonstrasi dengan penelitian ini
hasilnya adalah sejalan dan saling melengkapi. Selain itu setelah
dilakukan uji perbandingan mean pada kelas eksperimen dengan
menggunakan metode demonstrasi dan kelas kontrol menggunakan
metode konvensional didapat hasil bahwa kelas dengan pembelajaran
metode demonstrasi mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi
dibanding kelas dengan metode konvensional. Dalam penelitian ini
terbukti bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
b. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi
siswa laki-laki mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa perempuan. Jadi, di dalam pembelajaran matematika
menggunakan metode demonstrasi siswa laki-laki lebih unggul dengan
hasil belajar yang lebih tinggi.
2. Implikasi Praktis:
a. Pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat digunakan sebagai
salah satu metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurhidayat
yang menyatakan bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran
matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam metode
demonstrasi guru mendemonstrasikan suatu proses yang di dalamnya
terkandung penyampaian materi. Selanjutnya guru meminta siswa
melakukan demonstrasi sendiri. Guru membimbing dan mengarahkan
jalannya demonstrasi yang dilakukan siswa, dan juga meminta beberapa
siswa maju untuk mendemonstrasikan sesuai petunjuk dari guru.
Dengan begitu kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan bisa menguasai materi dengan
51
baik. Maka gunakanlah metode demonstrasi jika siswa di kelas pasif
dalam kegiatan pembelajaran, dengan begitu siswa akan menjadi aktif
dan hasilnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Jenis kelamin siswa turut menentukan hasil belajar siswa menggunakan
metode demonstrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Jensen yang
menyatakan bahwa laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan
dalam hal matematis dan penyelesaian masalah. Dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi perhatikan juga jenis
kelamin siswa, yang ikut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
top related