bab iv evaluasi atas pajak penghasilan pasal 25 …thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00476-ak bab...
Post on 06-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
49
BAB IV
EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA
PT. JASA RAHARJA (PERSERO)
Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan
fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi
komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu pembandingan
antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait, sedangkan dari segi fiskal tujuan
utamanya adalah penerimaan negara. Perbedaan antara laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal dikelompokkan menjadi perbedaan waktu dan
perbedaan tetap.
Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban tertentu
antara menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan waktu ini terjadi
karena perbedaan metode pencatatan antara akuntansi dengan pajak. Sedangkan beda
tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal
berbeda dengan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan tanpa ada
koreksi di kemudian hari.
Dalam menyusun laporan keuangan akuntansi baik komersial maupun laporan
keuangan fiskal, perusahaan dapat menyusunnya secara terpisah, atau melakukan
koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi. Koreksi tersebut dapat berupa
koreksi positif dan koreksi negatif.
Koreksi fiskal positif adalah perbedaan dalam pengakuan transaksi-transaksi
pendapatan dan biaya tertentu, antara akuntansi dengan Undang-undang perpajakan
50
yang menyebabkan laba berdasarkan pajak lebih besar dari laba berdasarkan akuntansi.
Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah perbedaan pengakuan transaksi-transaksi
pendapatan dan biaya tertentu antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan yang
menyebabkan laba berdasarkan pajak lebih kecil dari laba akuntansi
Dalam rangka pemanfaatan Undang-undang perpajakan secara optimal untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT. Jasa Raharja (Persero), penulis akan
menguraikan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Mengacu pada teori yang telah
diuraikan pada Bab II, penulis akan mencoba meninjau Penghitungan Pajak Penghasilan
pada PT. Jasa Raharja (Persero) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Agar
mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini
penulis akan menyajikan evaluasi Laporan Keuangan PT. Jasa Raharja (Persero) per 31
Desember 2005 sampai 2007. Dengan mengevaluasi pos-pos pendapatan dan biaya-
biaya yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan pada tahun-tahun tersebut.
IV.1 Evaluasi atas Pendapatan Underwriting
Evaluasi pada pos ini dimaksudkan untuk melihat transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku, sehingga rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan
antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan
berkesinambungan.
Pos akun penghasilan pada PT. Jasa Raharja (Persero) atas pendapatan
dengan rincian sebagai berikut :
51
a. Premi Bruto.
Premi bruto adalah pendapatan perusahaan yang terdiri dari pelaksanaan UU
No.33/1964 tentang Iuran Wajib (IW) atas penumpang umum (darat, laut,
pesawat udara dan kereta api), dan pelaksanaan UU No.34 tentang
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ),
Ansuransi Umum (General Insurance), SIGAP, Surenty Bond serta
pertanggungan tidak langsung. Seluruh pendapatan tersebut dalam laporan
keuangan diakui dan disajikan sebagai pendapatan underwriting.
b. Premi Reasuransi.
Pendapatan yang diperoleh dari Premi Penanggung Ulang (reasuradur) yang
dicatat sebagai pengurang premi bruto pada Pendapatan Underwriting.
c. Kenaikan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan. (Unearned Premium
Reserve).
Premi asuransi pada umumnya diterima untuk masa pertanggungan selama
satu tahun kedepan, sehingga pada tanggal penyusunan laporan keuangan
(Neraca) masih terdapat premi yang belum merupakan pendapatan pada
periode laporan tahun tersebut, tetapi merupakan pendapatan untuk tahun
berikutnya, disamping itu dalam masa pertanggungan masih terdapat
kemungkinan terjadi penyesuaian atau pembatalan pertanggungan
(endorsement/cancellation) sehingga perlu dibentuk cadangan Premi yang
belum merupakan pendapatan.
Pembentukan Premi yang belum merupakan pendapatan berpedoman
kepada Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
52
Perusahaan Reasuransi serta berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
Skep/107/XII/2001 tanggal 31 Desember 2001 tentang pembentukan
Cadangan Teknis yang ditetepkan bahwa besarnya premi yang belum
merupakan pendapatan PT. Jasa Raharja (Persero) adalah sebesar 40% dari
Premi Retensi Sendiri (O/R). Premi ini dicatat sebagai pengurang Premi
Bruto dalam pendapatan Underwriting.
IV.2 Beban - beban
PT. Jasa Raharja (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
jasa, maka dalam pembukuan terdapat pendapatan, dan beban operasi.
Pengeluaran- pengeluaran tersebut merupakan pengurang bagi penghasilan bruto
sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Penerapan pajak PT. Jasa Raharja (Persero) atas semua transaksi bebannya
adalah dengan menggunakan metode accrual dan penandingan pendapatan
terhadap beban. Namun, karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua
bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan
beban, Peraturan Perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung
transksi pengeluaran beban tersebut.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi
dalam dua golongan, yaitu beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban
53
yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang
terjadi selama satu tahun yang bersangkutan seperti biaya gaji, dan biaya lainnya.
Selama tahun 2005 sampai 2007, PT. Jasa Raharja (Persero) melakukan
beberapa koreksi fiskal terhadap akun beban yang terdapat dalam laporan
keuangan komersialnya. Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan
mengenai evaluasi atas masing-masing akun beban yang terjadi selama tahun 2005
sampai 2007.
Beban usaha merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran-
pengeluaran PT. Jasa Raharja (Persero) yang terjadi selama satu periode
pembukuan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi perusahaan. Metode
yang digunakan dalam pengakuan beban adalah metode akrual. Kelompok beban
usaha yang terdapat dalam PT. Jasa Raharja (Persero), diklasifikasikan ke dalam
beberapa akun, yaitu :
1. Biaya Pegawai
1.1 Biaya Gaji dan Tunjangan
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
selama tahun 2005, 2006 dan 2007 untuk kepentingan karyawan. Biaya
ini terdiri dari Gaji Direksi dan Honorium Dewan Komisaris, Gaji
Karyawan, Tunjangan Hari Raya, Biaya Rawat Inap, Tunjangan Cuti dan
Tunjangan Pakaian Kerja.
Sesuai dengan Pasal 21 Undang-undang No.17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan, maka atas penghasilan yang diterima oleh
karyawan selama tahun 2005, 2006 dan 2007 dipotong PPh Pasal 21.
Sehingga boleh diakui sebagai biaya dan mengurangi Penghasilan Bruto
54
pada akhir tahun pajak, perusahaan harus mengisi SPT 1721 mengenai
pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan selama tahun 2005,
2006 dan 2007 sehingga diperoleh dengan rincian:
Tabel IV.1
Biaya Pegawai Tahun 2005 2006 2007 Gaji Direksi & Honorarium Dekom 1.890.156.224 2.358.075.318 2.837.841.121Gaji Pegawai 57.683.292.599 58.461.376.873 60.217.091.036Biaya Rawat Inap 5.320.078.884 7.805.651.480 17.368.409.510Tunjangan Cuti 10.904.116.478 13.003.837.562 14.697.987.835Tunjangan Pakaian Kerja 2.057.844.468 2.417.479.337 2.451.879.142Tunjangan Hari Raya 33.565.777.090 37.329.915.190 44.967.751.280
Keterangan:
Biaya Rawat Inap: biaya ini diberikan kepada karyawan dalam bentuk
remburse yaitu dengan menyajikan bukti-bukti pembayaran dari pihak
rumah sakit.
Tunjangan Cuti: karyawan selain mendapatkan jatah cuti sebanyak 12
hari setiap tahunnya juga mendapatkan tunjangan dalam bentuk uang
yang nominalnya sama setiap tahunnya.
Tunjangan Pakaian Kerja: tunjangan ini diberikan kepada karyawan
dalam bentuk Pakaian Kerja jenis khusus.
1.2 Biaya Perayaan (Olahraga /kesenian)
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperingati hari-hari besar seperti perayaan hari ulang tahun
(HUT) PT. Jasa Raharja (Persero), perayaan 17 Agustus, dan perayaan-
55
perayaan lainnya. Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 UU Pajak penghasilan dan
PP No. 138 tahun 2000 dinyatakan bahwa biaya-biaya yang tidak ada
kaitannya dengan upaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto untuk itu
biaya ini harus dikoreksi seluruhnya pada tahun 2005 sebesar Rp
1.482.492.503, tahun 2006 sebesar Rp 2.520.592.379 dan tahun 2007
sebesar Rp 621.312.644 dan perusahaan juga jelas-jelas tidak melampirkan
daftar nominatifnya.
1.3 Biaya Sumbangan dan Iuran
Biaya sumbangan dan iuran adalah akun untuk mencatat
pengeluaran perusahaan dalam rangka ikut berpartisipasi kepada Negara
yaitu sumbangan sosial dalam rangka penanggulangan bencana nasional
dan sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) huruf I maka biaya ini boleh
diakui sebagai pengurang penghasilan bruto. Pada tahun 2005 sebesar Rp
6.234.188.203, tahun 2006 sebesar Rp 6.651.961.575 dan tahun 2007
sebesar Rp 15.538.912.170.
1.4 Biaya Makan dan Minum
Biaya Makan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk dalam
pengertian imbalan/penghasilan berupa kenikmatan/natura yang diberikan
oleh perusahaan karena uang makan tersebut tidak menambah
penghasilan bagi pegawai yang menerimanya.
56
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf e,
Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan
dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan. Pada tahun 2005 sebesar Rp 2.546.788.586, tahun
2006 sebesar Rp 6.048.183.241dan tahun 2007 sebesar Rp 8.453.815.870.
2. Biaya Umum
2.1 Biaya Listrik,Air dan Gas
Akun biaya listrik merupakan akun mencatat pembayaran rutin
listrik perusahaan selama tiga periode. tahun 2005 sebesar Rp
4.531.120.457, tahun sebesar 2006 Rp 4.534.526.282 dan tahun 2007
sebesar Rp 4.752.974.708.
PT. Jasa Raharja (Persero) telah membebankan seluruh biaya
listrik sebagai pengurang Penghasilan Bruto sehingga tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal. Menurut penulis, perusahaan dapat
membiayakan seluruh pengeluaran ini apabila disertai dengan bukti
pendukungnya.
57
2.2 Biaya Pos dan Telekomunikasi
Biaya ini merupakan pengeluaran perusahaan atas fasilitas
komunikasi yang diperlukan dalam menunjang aktivitas operasional
perusahaan seperti surat, telegram, dan fax. Biaya yang dikeluarkan oleh
PT. Jasa Raharja (Persero) pada tahun 2005 Rp 3.589.262.676, tahun
2006 Rp 3.329.643.068 dan tahun 2007 Rp 3.685.280.058. Oleh karena
itu, biaya ini tidak perlu dikoreksi. Karena biaya ini berhubungan
langsung dengan kegiatan operasional perusahaan.
2.3 Biaya Cetak Dokumen, Pengiriman Dokumen dan Alat Tata Usaha
Pengeluaran-pengeluaran atas pembelian alat tulis sebesar
Rp 1.366.589.230 pada tahun 2005, Rp 1.458.384.124 pada tahun 2006 dan
Rp 1.517.845.235 pada tahun 2007, pencetakan dokumen sebesar
Rp 844.211.270 pada tahun 2005, Rp 1.062.459.205 pada tahun 2006 dan
Rp 1.124.037.075 pada tahun 2007 dan pengiriman dokumen sebesar
Rp 401.580.238 pada tahun 2005, Rp 384.743.409 pada tahun 2006 dan
Rp 471.319.836 pada tahun 2007. Biaya ini dipergunakan perusahaan
untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan tercatat dalam akun
ini. Perusahaan menggunakan asas akrual dalam pencatatan biaya alat
tulis dan cetak. Seluruh pengeluaran ini telah dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto tahun 2005, 2006 dan 2007 dan tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal.
58
Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus
didukung dengan bukti yang kuat.
Menurut penulis, pembebanan atas biaya alat tata usaha, cetak dan
pengiriman dokumen pada tahun 2005, 2006 dan 2007 sudah didukung
oleh bukti- bukti yang lengkap dan wajar, sehingga koreksi fiskal tidak
perlu dilakukan.
2.4 Biaya Maintenance Kantor
Biaya atas jasa perawatan dan pemeliharaan kantor dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto karena mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
Sesuai dengan KEP-305/PJ/2001 sebagai penjelasan dari UU PPh
No 17 Tahun 2000 Pasal 23 ayat 1 atas biaya yang dibayarkan oleh
perusahaan merupakan penghasilan bagi penerimanya, atas penghasilan
tersebut dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan
penyelenggara kegiatan atau bentuk usaha tetap sehubungan dengan jasa
yang diberikan perusahaan harus melakukan pemotongan sebesar 15%
dari perkiraan penghasilan neto.
59
2.5 Biaya Maintenance Kendaraan
Biaya maintenance kendaraan merupakan akun untuk mencatat
pemeliharaan rutin kendaraan kantor yang ternyata didalam biaya
pemeliharaannya terdapat kendaraan dinas berjenis sedan yang digunakan
untuk para direksi.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002
tanggal 18 April 2002 pasal 3 ayat (1) kendaraan sedan atau sejenisnya
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya, dilakukan koreksi sebesar 50%, karena hanya
50% dari biaya tersebut yang diakui sebagai beban fiskal. Maka dari itu,
PT. Jasa Raharja (Persero) harus melakukan koreksi atas biaya
pemeliharaan kendaraan sedan. Dikarenakan keterbatasan data terperinci
atas jumlah biaya maintenance kendaraan, maka penulis mencoba
menghitung persentase besarnya jumlah kendaraan sedan berbanding
jumlah seluruh kendaraan yang dipergunakan perusahaan, dengan asumsi
sebagai berikut:
Jenis Kendaraan Jumlah Jumlah kantor Total persentase
Sedan jenis honda city 26
28
728 54%Minibus jenis: 46% jenis kijang inova 10 280 jenis APV 12 336 Jumlah 48 28 1344 100%
Lalu besarnya koreksi fiskal 50 % dari jumlah biaya maintenance
kendaraan sedan dengan menghitungan persentase kendaraan sedan
60
dikalikan jumlah biaya maintenance kendaraan terlebih dahulu adalah
sebagai berikut :
Tahun 2005 2006 2007 jumlah Biaya Maintanance Kendaraan 9.887.315.278 9.614.011.793 7.625.571.666jumlah Biaya Maintanance kendaraan Sedan 5.339.150.250 5.191.566.368 4.117.808.700(54% x total Biaya Maintanance Kendaraan) Koreksi Fiskal (50% x Biaya Maintanance kendaraan Sedan) 2.669.575.125 2.595.783.184 2.058.904.350
2.6 Biaya lain- lain
Biaya lain-lain merupakan biaya-biaya yang mendukung dengan
kegiatan usaha perusahaan namun tidak secara langsung, dan merupakan
biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan jarang terjadi,
misalnya seperti denda pajak.
Pada Biaya lain-lain ini didalamnya terdapat biaya denda pajak
dimana seharusnya biaya ini tidak boleh menjadi pengurang penghasilan
bruto, sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) k UU No.17/2000.
Disamping itu biaya-biaya ini tidak dilampiri atau didukung oleh
bukti dokumen, catatan atau daftar nominatif atas pengeluaran, sehingga
dikoreksi seluruhnya Pada tahun 2005 sebesar Rp 2.404.907.995, tahun
2006 sebesar Rp 6.093.788.352 dan tahun 2007 sebesar Rp 3.477.679.319.
61
2.7 Biaya Perjamuan
Dalam akun ini tercatat biaya-biaya yang berhubungan dengan
pemberian kenikmatan pada pihak ketiga berupa entertainment atau
jamuan. Menurut pejabat perusahaan yang berwenang, pengeluaran
berupa entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan
pendapatan perusahaan.
Sesuai surat edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-27/PJ.22/1986,
setiap pengeluaran dalam bentuk entertainment atau jamuan tamu dapat
dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi perusahaan
dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominatif tersebut harus
dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan, bila tidak
maka PT. Jasa Raharja (Persero) harus melakukan koreksi fiskal.
Selama tahun 2005, 2006 dan 2007, PT. Jasa Raharja (Persero)
tidak membuat daftar nominatif atas pengeluaran jamuan tersebut sesuai
dengan Ketentuan Perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar nominatif
maka seluruh pengeluaran biaya perjamuan harus dilakukan koreksi yaitu
pada tahun 2005 sebesar Rp 2.771.112.064, tahun 2006 sebesar Rp
3.372.638.849 dan tahun 2007 sebesar Rp 3.464.619.448.
2.8 Biaya Telepon
Biaya telepon pada perusahaan boleh diakui sebagai biaya tetapi
terdapat beban telepon seluler berupa pembelian pulsa yang diberikan
sebagai alat komunikasi operasional bagi para direktur dan manajer yang
sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 atas biaya
62
berlangganan atau pengisian pulsa telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,
dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dari
jumlah biaya pulsa tersebut. Oleh karena itu atas beban pembelian pulsa
tersebut perusahaan harus melakukan koreksi. Atas dasar ketentuan
kantor bahwa 10% dari seluruh biaya telepon kantor merupakan biaya
handphone maka terlebih dahulu saya menghitung besarnya biaya
handphone lalu baru dikalikan dengan persentase besarnya koreksi sesuai
dengan Keputusan Dirjen Pajak dan perhitungan sebagai berikut:
Tahun
2005 2006 2007 jumlah Biaya Telepon keseluruhan 1.397.202.462 1.616.197.896 1.317.005.032jumlah Biaya Handphone 139.720.246 161.619.789 131.700.503(10% dari Beban Handphone) Koreksi Fiskal 69.860.123 80.809.894 65.850.251(50% dari Biaya Handphone)
2.9 Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu
Berdasarkan UU Pajak penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf h, yaitu (1)
telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial, (2)
beban yang boleh mengurangi penghasilan bruto adalah piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat piutang yang telah
diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang / pembebasan utang antara
kreditur dan debitur yang bersangkutan, dengan dilandasi aturan ini maka
63
dari itu semua biaya penyisihan piutang yang ada maka dapat diakui
sebagai biaya.
Dikarenakan adanya krisis moneter pada tahun 2005 yang
berdampak pada banyaknya perusahaan penerbangan yang mulai
menunggak pembayaran piutangnya terhadap PT. Jasa Raharja (Persero),
maka akun Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu baru mulai dihitung dan
dimasukkan kedalam laporan komersial pada tahun 2006, oleh Karena itu
pada tahun 2005 besarnya Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu masih
sebesar Rp 0 karena perusahaan belum melakukan penghitungan, dan
baru pada tahun 2006 sebesar Rp 13.593.130.571 dan 2007 sebesar Rp
5.802.420.175.
2.10 Biaya Kendaraan Dinas
Biaya ini dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena
dilandasi dengan ketentuan peraturan pajak yang berlaku yaitu UU Pajak
Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a) yang isinya menyatakan diantaranya
biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Pada tahun
2005 sebesar Rp 4.200.451.528, tahun 2006 3.105.423.012 sebesar Rp dan
tahun 2007 sebesar Rp 4.278.908.192.
Setelah dilakukannya rekosiliasi fiskal terdapat perbedaan pada laba
rugi sebelum pajak antara laba komersial dan laba fiskal, dimana laba
sebelum pajak secara komersialnya tahun 2005 sebesar Rp
385.985.251.585 berubah menjadi Rp 395.473.199.395 secara fiscal,
64
tahun 2006 sebesar Rp 509.323.152.633 berubah menjadi
Rp 524.004.765.291 secara fiskal dan tahun 2007 sebesar
Rp 649.028.094.781 berubah menjadi Rp 658.716.460.793.
Perubahan kenaikan laba sebelum pajak mempengaruhi besarnya
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semula pajak yang harus
dibayarkan ke Negara tahun 2005 adalah Rp 90.949.234.700 berubah
menjadi Rp 88.654.459.818, tahun 2006 adalah Rp 118.154.122.100
berubah menjadi Rp 127.213.929.587 dan tahun 2007 adalah Rp
154.412.883.600 berubah menjadi Rp 167.627.438.238 jumlah tersebut
didapatkan dari besarnya laba sebelum kena pajak dikalikan dengan tarif
PPh Badan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tahun 2005
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30% x Rp 295.473.199.395 = Rp 88.641.959.818 Rp 88.654.459.818
Tahun 2006
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30% x Rp 424.004.765.291 = Rp 127.201.429.587 Rp 127.213.929.587
Tahun 2007
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
65
30% x Rp 558.716.460.793 = Rp 167.614.938.238 Rp 167.627.438.238
Dengan adanya perbedaan jumlah pajak yang terutang maka
perusahaan mempunyai resiko dapat dikenakan denda / sanksi pajak atas
besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar atau terutang, dan ini
mungkin dapat mengakibatkan likuiditas perusahaan dapat terganggu.
Seiring berubahnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh
perusahaan turut merubah pula besarnya laba setelah pajak perusahaan,
dimana laba bersih menurut akuntansi komersial dan laporan keuangan
fiskal. Perubahan laba komersial dan laba fiskal ini bersifat permanen
(permanent difference ) karena beberapa biaya pada Laporan Laba Rugi
komersial tidak dapat dijadikan pengurang sehingga harus dilakukan
koreksi atas biaya tersebut.
Berikut ini penulis akan menyajikan perhitungan pajak atau laporan
laba rugi fiskal yang dibuat oleh pihak PT. Jasa Raharja (Persero), penulis
mencoba untuk membandingkan antara laporan keuangan fiskal yang
dibuat perusahaan dengan hasil laporan laba fiskal yang dibuat oleh
penulis, diharapkan dengan melihat komparasi atau perbandingan laporan
fiskal tersebut dapat mempermudah melakukan evaluasi PPh Badan pasal
25 dan pasal 29.
66
67
68
69
70
71
72
top related