bab iii metode penelitian a. desain...
Post on 08-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
28
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan
kemampuan representasi matematis serta kemampuan pemahaman matematis
siswa pada dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang memperoleh
perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif dan
kelompok kontrol yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran kooperatif.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dimana pada penelitian ini
peneliti tidak dapat melakukan pengambilan subjek yang dikelompokan secara
acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya. Hal ini dikarenakan
pengambilan subjek yang dikelompokan secara acak dapat mengganggu jadwal
pelajaran yang telah dimiliki sekolah secara keseluruhan.
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok siswa yang mendapat perlakuan
berbeda, yaitu kelompok ekpserimen atau disebut kelas eksperimen dan kelompok
kontrol atau disebut kelas kontrol. Sebelum kedua kelas diberikan perlakuan
pembelajaran, mula-mula kedua kelas diberikan pretes kemampuan representasi
matematis dan pretes kemampuan pemahaman matematis. Kemudian kelas
eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan strategi
konflik kognitif sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran
kooperatif saja. Setelah perlakuan selesai dilakukan, kedua kelas diberikan postes
kemampuan representasi matematis dan postes kemampuan pemahaman
matematis untuk mengetahui peningkatan kemampuan yang terjadi setelah
diberikan kedua perlakuan yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen non-equivalent group
(Ruseffendi, 2005) dengan pola sebagai berikut:
0 X 0
0 0
Keterangan:
0 : pre-test atau post-test
X : perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik
kognitif
29
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel
Dalam melakukan penelitian tidak terlepas dari sumber data atau
objek/subjek penelitian yang merupakan komponen sebagai sumber diperolehnya
data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 9
Bandung pada semester dua Tahun Ajaran 2014/2015, sedangkan penentuan
sampel penelitiannya ditentukan menggunakan teknik purposive sampling,
tujuannya adalah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
terutama dalam hal kondisi subjek penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian
dan prosedur perijinan, sehingga berdasarkan teknik tersebut diperoleh dua kelas
yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelas kontrol dengan siswa
berjumlah 31 dan kelas eksperimen dengan siswa berjumlah 34, kedua kelas ini
memiliki kemampuan sama/setara. Setiap kelas dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) siswa, yaitu
kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Kelas eksperimen diberi model
pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif dan kelas kontrol diberi
model pembelajaran kooperatif.
Kemampuan awal matematis (KAM) siswa adalah kemampuan matematis
yang dimiliki oleh siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Untuk
mengelompokkan siswa berdasarkan KAM, data nilai siswa diambil dari rata-rata
nilai ulangan harian sebelumnya dari masing-masing kelas. Kriteria
pengelompokan KAM tersebut berdasarkan pada acuan normatif (Arikunto,
2013), yaitu pengelompokan dengan mengambil kedua kutub, 27% skor teratas
sebagai kelompok tinggi, 46% skor tengah sebagai kelompok sedang, dan 27%
skor terbawah sebagai kelompok rendah.
C. Definisi Operasional
Menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran judul makalah ini, maka
penulis memberikan penjelasan istilah-istilah pokok:
1. Kemampuan pemahaman matematis adalah pengalaman mental dari suatu
subjek dimana seseorang menghubungkan antara suatu objek (sign) kepada
objek (meaning) lainnya. Adapun indikator kemampuan pemahaman
matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
30
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Pemahaman instrumental : Menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan
rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan pehitungan secara
algoritmik;
b. Pemahaman relasional : Mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara
benar serta menyadari prosesnya
2. Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
membuat bentuk-bentuk pengganti dalam menyajikan kembali suatu
permasalahan matematika sehingga dapat digunakan untuk membuat suatu
solusi atau dalam menyelesaikan masalah matematika. Adapun indikator
kemampuan representasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah
b. Membuat persamaan, model matematik, atau representasi dari
representasi lain yang diberikan
c. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematik dengan
kata-kata
3. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa
secara berkelompok secara bekerja sama menyelesaikan suatu tugas atau
proyek berdasarkan pada kondisi dan kriteria tertentu. Adapun langkah-
langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Siswa diberikan
apersepsi, (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) Siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa, (4)
Siswa berdiskusi menyelesaikan LKS yang diberikan bersama anggota
kelompoknya, (5) Beberapa siswa sebagai perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi yang diperoleh, (6) Siswa dan guru
menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari bersama-sama.
4. Model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif adalah
pembelajaran dengan cara berkelompok serta menggunakan strategi
mengajar dengan membangkitkan konflik kognitif siswa sehingga dapat
mengembangkan kesadaran siswa dalam mendukung kontribusi
pengetahuan matematika. Adapun tahapan-tahapan yang siswa alami saat
31
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran strategi konflik kognitif adalah Prior learning needed,
Comfort zone, Exploration, Trigger, Konflik Kognitif, dan Resolusi.
5. Kemampuan awal matematis siswa adalah seperangkat pengetahuan dan
keterampilan matematis yang telah dimiliki siswa sebelum siswa
mendapatkan pembelajaran.
D. Keterkaitan antar Variabel dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini melibatkan variabel bebas, variabel terikat dan variabel
kontrol. Adapun variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif dengan
strategi konflik kognitif dan model pembelajaran kooperatif, variabel terikatnya
adalah kemampuan representasi matematis dan kemampuan pemahaman
matematis siswa, serta variabel kontrolnya adalah kemampuan awal matematis
siswa.
Keterkaitan antara tiga variabel tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Keterkaitan antar Variabel
Kemampuan Pemahaman
Matematis (Pem)
Kemampuan Representasi
Matematis (Re)
Model
pembelajaran
kooperatif
dengan
strategi
konflik
kognitif (Ko)
Model
Pembelajaran
Kooperatif
(Kn)
Model
pembelajaran
kooperatif
dengan
strategi
konflik
kognitif (Ko)
Model
Pembelajaran
Kooperatif
(Kn)
K
A
M
Tinggi (T) PemTKo PemTKn ReTKo ReTKn
Sedang (S) PemSKo PemSKn ReSKo ReSKn
Rendah
(R) PemRKo PemRKn ReRKo ReRKn
Keterangan:
PemTKo: Kemampuan pemahaman matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM tinggi dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
PemSKo: Kemampuan pemahaman matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM sedang dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
32
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PemRKo: Kemampuan Pemahaman Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM rendah dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
PemTKn: Kemampuan Pemahaman Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM tinggi dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
PemSKn: Kemampuan Pemahaman Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM sedang dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
PemRKn: Kemampuan Pemahaman Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM rendah dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
ReTKo : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM tinggi dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
ReSKo : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM sedang dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
ReRKo : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM rendah dan diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan strategi konflik kognitif.
ReTKn : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM tinggi dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
ReSKn : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM sedang dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
ReRKn : Kemampuan Representasi Matematis kelompok siswa yang memiliki
KAM rendah dan diajarkan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif.
Prosedur penelitian mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif untuk
33
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan kemampuan pemahaman dan representasi matematis siswa ini
dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Prosedur dalam
penelitian ini dijelaskan melalui diagram berikut:
Gambar 3.1
Langkah-langkah Penelitian
Studi pendahuluan : Identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, studi literature, dll
Penyusunan instrumen dan bahan ajar
Uji coba instrumen
Analisis hasil uji coba dan perbaikan instrumen
Penentuan subjek penelitian
Pretes
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Strategi Konflik Kognitif
Implementasi Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tes kemampuan representasi dan kemampuan
pemahaman matematis
Pengumpulan data
Pengolahan data dan analisis data
Analisis temuan/ Pembahasan
Laporan
34
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Bahan Ajar
Perangkat pembelajaran dan bahan ajar dirancang berdasarkan pada
karakterisitik model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif untuk kelas kontrol.
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari enam kali pertemuan tatap
muka di setiap masing-masing kelas, sedangkan bahan ajar dalam penelitian ini
adalah bahan ajar yang digunakan pada saat pembelajaran berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS) kelas eksperimen dan Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas kontrol.
Sebelum perangkat pembelajaran serta bahan ajar ini digunakan dalam
peneltian, perangkat pembelajaran dan bahan ajar ini dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan dosen pembimbing, hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
perangkat pembelajaran dan bahan ajar yang telah dibuat serta untuk melihat
kesesuaian perangkat pembelajaran dan bahan ajar dengan model pembelajaran
yang dilaksanakan.
F. Instrumen Penelitian
Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam intrumen,
yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa seperangkat soal
untuk mengukur kemampuan representasi matematis dan pemahaman matematis
siswa, sedangkan instrumen non tes adalah lembar observasi.
1. Tes Kemampuan Representasi dan Pemahaman Matematis
Tes kemampuan representasi dan pemahaman matematis yang digunakan
pada penelitian ini berbentuk tes uraian. Tes dilakukan sebelum diberikan
perlakuan (pretes). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi
dan pemahaman awal siswa. Kemudian dilakukan postes, yaitu untuk mengetahui
kemampuan representasi dan pemahaman siswa setelah pembelajaran selesai
dilakukan.
Instrumen tes untuk mengukur kemampuan representasi dan pemahaman
matematis siswa ini masing masing terdiri dari empat soal dan tiga soal uraian.
Setiap indikator butir soal disesuaikan dengan indikator kemampuan representasi
35
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematis dan indikator kemampuan pemahaman matematis. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh peneliti dalam membuat tes kemampuan representasi dan
pemahaman matematis yaitu membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan
kompetensi dasar, indikator kemampuan yang diukur, butir soal, serta kunci
jawaban. Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMA kelas X
semester genap dengan mengacu pada Kurikulum 2013 pada materi Geometri.
Indikator kemampuan representasi yang termuat pada butir soal dalam
penelitian ini adalah 1) Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan
masalah, 2) Membuat persamaan, model matematik, atau representasi dari
representasi lain yang diberikan, dan 3) Menuliskan langkah-langkah
penyelesaian masalah matematik dengan kata-kata. Selanjutnya indikator
kemampuan pemahaman yang termuat pada butir soal dalam penelitian ini adalah
1) Pemahaman instrumental : Menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus
dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik,
serta 2) Pemahaman relasional : Mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara
benar serta menyadari prosesnya.
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen ke siswa yang bukan merupakan dari sampel penelitian. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi kriteria
kelayakan instrumen. Instrumen tes ini diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA 2
sebanyak 40 siswa SMA Negeri 9 Bandung untuk kemampuan representasi dan
pemahaman masalah. Uji coba tes ini dilakukan kepada siswa-siswi yang sudah
pernah mendapatkan materi Geometri. Kemudian data yang diperoleh dari ujicoba
tes kemampuan representasi dan pemahaman matematis ini dianalisis untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tes
tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010.
a. Pengujian Validitas Butir Soal
Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi
product moment. Rumus korelasi produk moment dengan menggunakan angka
kasar (raw score) (Arikunto, 2013) sebagai berikut:
𝑟𝑋𝑌 = 𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑛 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2)(𝑛 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2)
36
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan: n = Jumlah Siswa
xy
r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.
X = skor siswa pada setiap butir soal
Y = skor total dari seluruh siswa.
Adapun koefisien validitas xy
r dibagi ke dalam kategori-kategori seperti
berikut ini (Arikunto, 2013):
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 rxy 1.00 Sangat tinggi
0,60 rxy < 0.80 Tinggi
0,40 rxy < 0.60 Cukup
0,20 rxy < 0.40 Rendah
rxy <0.20 sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes kemampuan representasi matematis
yang telah dilakukan, diperoleh koefisien korelasi skor butir soal dengan skor total
yang diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan mengacu pada
klasifikasi di tabel 3.2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Representasi Matematis
No. Soal Koefisien Korelasi Validitas Interpretasi
1 0,707 Valid Tinggi
2 0,691 Valid Tinggi
4 0,638 Valid Tinggi
5 0,858 Valid Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat dilihat bahwa empat soal yang diujikan
adalah valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan representasi
matematis layak untuk digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes kemampuan pemahaman matematis
yang telah dilakukan, diperoleh koefisien korelasi skor butir soal dengan skor total
yang diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan mengacu pada
klasifikasi di tabel 3.2 adalah sebagai berikut:
37
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
No. Soal Koefisien Korelasi Validitas Interpretasi
3 0,538 Valid Cukup
6 0,809 Valid Sangat Tinggi
7 0,848 Valid Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.4 di atas, dapat dilihat bahwa tiga soal yang diujikan
adalah valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan pemahaman
matematis layak untuk digunakan.
b. Pengujian Reliabilitas
Arikunto (2013) menyatakan bahwa instrumen dikatakan baik dan memiliki
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap,
atau yang disebut sebagai reliabilitas tes.
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian
dikenal dengan rumus Cronbach-Alpha (Arikunto, 2013) seperti berikut:
𝑟11 = (𝑛
(𝑛 − 1)) (1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎𝑡2
)
dengan:
11r : Reliabilitas instrumen
n : Banyak butir soal 2
i : Jumlah varians tiap butir soal
2
t : Varians total
Kategori untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat
digunakan kategori-kategori sebagai berikut (Arikunto, 2013):
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
r11 < 0.20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0.40 Rendah
0,40 ≤ r11 < 0.60 Cukup
0,60 ≤ r11 < 0.80 Tinggi
0,80 ≤ r11 ≤ 1.00 sangat tinggi
Butir tes memenuhi kriteria reliabel dalam penelitian ini adalah jika 0,40
≤r11< 1,00 (kategori cukup ke atas). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tes
38
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan representasi matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010
dengan mengacu pada klasifikasi di tabel 3.5 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Representasi Matematis
Reliabilitas Tes Interpretasi
0,70 Tinggi
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas
empat soal tes kemampuan representasi matematis termasuk ke dalam kategori
tinggi. Hal ini berarti bahwa instrumen tes kemampuan representasi matematis ini
akan memberikan hasil yang relatif tidak berubah walaupun diujikan pada situasi
yang berbeda.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan pemahaman
matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan mengacu pada
klasifikasi di tabel 3.5 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Reliabilitas Tes Interpretasi
0,57 Cukup
Berdasarkan tabel 3.7 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas tiga
soal tes kemampuan pemahaman matematis termasuk ke dalam kategori cukup.
Hal ini berarti bahwa instrumen tes kemampuan pemahaman matematis ini akan
memberikan hasil yang relatif tidak berubah walaupun diujikan pada situasi yang
berbeda.
c. Daya Pembeda
Arikunto (2013) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan
soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Bagi suatu soal yang dapat
dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa tidak pandai, maka soal itu tidak
baik karena tidak mempunyai daya pembeda.
Adapun rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian
(Suherman, dkk., 2003) adalah sebagai berikut:
A BX X
DPSMI
39
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan:
A
X = rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu,
BX = rata-rata skor kelompok bawah untuk soal itu,
SMI = skor maksimal ideal (bobot).
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan (Suherman,
dkk., 2003) adalah:
Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya DP Interpretasi
𝐷𝑃 ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Jelek
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda tes kemampuan representasi
matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan mengacu pada
klasifikasi di tabel 3.8 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Daya Pembeda Tes Kemampuan Representasi Matematis
No. Soal Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
1 0,49 Baik
2 0,49 Baik
4 0,43 Baik
5 0,75 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien daya pembeda
empat soal tes kemampuan representasi matematis termasuk ke dalam kategori
baik dan sangat baik, artinya soal tes kemampuan representasi matematis ini baik
digunakan untuk instrumen penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda tes kemampuan pemahaman
matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan mengacu pada
klasifikasi di tabel 3.9 adalah sebagai berikut:
40
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10
Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
No. Soal Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
3 0,36 Cukup
6 0,45 Baik
7 0,85 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien daya pembeda
tiga soal tes kemampuan pemahaman matematis termasuk ke dalam kategori
cukup, baik dan sangat baik, artinya soal tes kemampuan pemahaman matematis
ini baik digunakan untuk instrumen penelitian.
d. Indeks Kesukaran
Arikunto (2013) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha dalam memecahkannya, sedangkan soal yang
terlalu sulit juga akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi menyelesaikannya.
Adapun rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal (Suherman,
dkk., 2003) yaitu:
XIK
SMI
dengan:
X = rata-rata skor untuk soal itu
SMI = skor maksimal ideal (bobot)
IK = Indeks Kesukaran
Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan (Suherman dan Kusumah,
1990) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
𝐼𝐾 = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Sukar
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Sedang
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Mudah
𝐼𝐾 = 1,00 Terlalu Mudah
41
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran tes kemampuan
representasi matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan
mengacu pada klasifikasi di tabel 3.11 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12
Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Representasi Matematis
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,60 Sedang
2 0,34 Sedang
4 0,44 Sedang
5 0,36 Sedang
Berdasarkan tabel 3.12 di atas, indeks kesukaran dari empat soal tes
representasi matematis termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran tes kemampuan
pemahaman matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan
mengacu pada klasifikasi di tabel 3.11 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.13
Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
3 0,71 Mudah
6 0,17 Sukar
7 0,53 Sedang
Berdasarkan tabel 3.13 di atas, indeks kesukaran dari soal nomor 3, masuk
kategori mudah, soal nomor 7 tes pemahaman matematis termasuk dalam kategori
sedang, sedangkan soal nomor 6 termasuk dalam kategori sukar.
Adapun rekapitulasi hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Representasi dan
Pemahaman Matematis
Kemampuan Representasi
Matematis
Kemampuan Pemahaman
Matematis
Nomor Soal 1 2 4 5 3 6 7
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabilitas Tinggi Cukup
Daya
Pembeda Baik Baik Baik
Sangat
Baik Cukup Baik
Sangat
baik
Indeks
Kesukaran Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang
Keterangan Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
42
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru,
serta keterlaksanaan kriteria selama proses pembelajaran berlangsung di kedua
kelas. Aktivitas siswa yang diamati meliputi sikap siswa dalam memperhatikan
penjelasan guru, tanya jawab antara siswa dan guru, mengemukakan pertanyaan
dan ide untuk menyelesaikan masalah, bekerjasama dalam kelompok, serta
menanggapi hasil penyelesaian dalam permasalahan orang lain. Sedangkan
aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat serta
model pembelajaran untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah
dilaksanakan dengan maksimal. Selain itu, lembar observasi ini dapat dijadikan
bahan refleksi untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Selanjutnya
data hasil observasi ini dihitung rata-rata dan dibuat dalam bentuk persentase.
G. Prosedur pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pembuatan kesimpulan.
1. Tahap Persiapan
a. Membuat rancangan penelitian yang dilanjutkan dengan seminar proposal.
b. Perizinan penelitian.
c. Menentukan subjek penelitian yaitu menentukan kelompok eksperimen
yang diberi model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik
kognitif dan kelompok kontrol yang diberi model pembelajaran kooperatif.
d. Menyusun instrumen penelitian serta perangkat pembelajaran yang
diperlukan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa (LKS).
e. Melakukan uji coba instrumen.
f. Merevisi instrumen tes kemampuan representasi dan pemahaman
matematis.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pre-test) pada kedua kelas.
43
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Implementasi pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan
strategi konflik kognitif dan model pembelajaran kooperatif.
c. Melakukan observasi pembelajaran selama pembelajaran berlangsung.
d. Melakukan post-test.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kedua kelas.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskan.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil pretes dan postes kemampuan
representasi matematis dan kemampuan pemahaman matematis, sedangkan data
kualitatif adalah data hadil lembar observasi. Setelah data terkumpul, maka
selanjutnya dilakukan proses pengolahan dan analisis terhadap data-data tersebut
untuk menguji hipotesis penelitian.
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk perbedaan peningkatan
kemampuan representasi matematis dan pemahaman matematis antara siswa yang
mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik
kognitif dengan siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif.
Data yang akan dianalisis adalah hasil pretes, postes dan indeks gain dari masing-
masing kemampuan matematis. Untuk pengolahan data menggunakan bantuan
program SPSS 22.0 for Windows. Data tersebut diolah melalui tahapan berikut:
a. Menentukan N-gain dari kemampuan representasi matematis dan
kemampuan pemahaman matematis. N-gain dalam penelitian ini merupakan
peningkatan kemampuan representasi matematis dan peningkatan
kemampuan pemahaman matematis yang terjadi sebelum dan sesudah
44
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran, hal ini dapat dihitung dengan rumus gain ternormalisasi
menurut Hake (Izzati, 2010) dengan rumus:
Gain ternormalisasi (g) = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 – 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
kategori menurut Hake (Susanto, 2012) yaitu:
Tabel 3.15
Klasifikasi Indeks Gain
Besarnya Gain (g) Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤0,7 Sedang
g <0,3 Rendah
b. Pengujian hipotesis 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9
1) Melakukan uji normalitas data hasil pretes dan N-gain kemampuan
representasi matematis dan kemampuan pemahaman matematis siswa
dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 :Data merupakan sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
H1 :Data merupakan sampel yang tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Pengujian normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf
signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
Apabila hasil pengujian menunjukan bahwa data merupakan sampel yang
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
pengujian homogenitas. Namun apabila data merupakan sampel yang tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji perbedaan dua rata-
rata menggunakan uji statistik non parametrik Mann Whitney.
45
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Menguji homogenitas varians skor pretes dan N-gain kemampuan
representasi matematis dan kemampuan pemahaman matematis dari kedua
kelas. Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : σ12= σ2
2
H1 : σ12≠ σ2
2
Dengan, σ12 = varians skor kelompok eksperimen
σ22 = varians skor kelompok kontrol
Pengujian homogenitasnya menggunakan uji levene’s dengan taraf
signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
3) Melakukan uji perbedaan rata-rata data N-gain kemampuan representasi
matematis dan kemampuan pemahaman matematis dari kedua kelas. Untuk
hipotesis 1 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
H1: 𝜇1 > 𝜇2
Dengan, 𝜇1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
𝜇2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Jika kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
dan kedua kelompok sampel homogen, maka pengujian perbedaan rata-
ratanya menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5% (∝ = 0,05).
Adapun rumus uji t nya ialah sebagai berikut (Dowdy, 2004):
𝑡 =𝑋1 − 𝑋2
√𝑆𝑃
2
𝑛1+
𝑆𝑃2
𝑛2
dengan 𝑆𝑃2 =
(𝑛1−1)𝑆12+ (𝑛2−1)𝑆2
2
𝑛1+𝑛2−2
𝑋1 = Rata-rata pada distribusi sampel 1
𝑋2 = Rata-rata pada distribusi sampel 2
46
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
𝑆12 = Nilai varians dari distribusi sampel 1
𝑆22 = Nilai varians dari distribusi sampel 2
𝑛1 = Jumlah individu pada sampel 1
𝑛2 = Jumlah individu pada sampel 2
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
Jika kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
tapi kedua kelompok sampel tidak homogen, maka pengujian perbedaan
rata-ratanya menggunakan uji t’ dengan taraf signifikansi 5% (∝ = 0,05).
Adapun rumus uji t’ nya ialah sebagai berikut (Dowdy, 2004):
𝑡 =𝑋1 − 𝑋2
√𝑆1
2
𝑛1+
𝑆22
𝑛2
dengan 𝑋1 = Rata-rata pada distribusi sampel 1
𝑋2 = Rata-rata pada distribusi sampel 2
𝑆12 = Nilai varians dari distribusi sampel 1
𝑆22 = Nilai varians dari distribusi sampel 2
𝑛1 = Jumlah individu pada sampel 1
𝑛2 = Jumlah individu pada sampel 2
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
4) Pengambilan Kesimpulan
Berikut adalah alur prosedur pengolahan data yang akan dilakukan untuk
menguji hipotesis 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9:
47
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alur Prosedur Pengolahan Data untuk Hipotesis 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9
Gambar 3.2
c. Pengujian hipotesis 5 dan hipotesis 10
1) Melakukan uji normalitas data hasil pretes dan N-gain kemampuan
representasi matematis dan kemampuan pemahaman matematis siswa pada
kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah dengan rumusan
hipotesis sebagai berikut:
H0 :Data merupakan sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
H1 :Data merupakan sampel yang tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Pengujian normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf
signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
Apabila hasil pengujian menunjukan bahwa data merupakan sampel yang
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
Data Homogen
Data Tidak
Homogen
Uji t
Uji t’
Kesimpulan
Uji Normalitas
Data Tidak
Normal
Data Normal
Uji Homogenitas
Indeks Gain
Uji Mann-
Whitney
48
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengujian homogenitas. Namun apabila data merupakan sampel yang tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji perbedaan rata-rata
menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis.
2) Menguji homogenitas varians skor pretes dan N-gain kemampuan
representasi matematis dan kemampuan pemahaman matematis dari
kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Rumusan
hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : σ12= σ2
2 = σ3
2
H1 : minimal ada dua varians yang berbeda
Dengan, σ12 = varians skor kelompok tinggi
σ22 = varians skor kelompok sedang
σ32 = varians skor kelompok rendah
Pengujian homogenitasnya menggunakan uji levene’s dengan taraf
signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
3) Melakukan uji perbedaan rata-rata data N-gain kemampuan representasi
matematis dan kemampuan pemahaman matematis dari kelompok tinggi,
kelompok sedang, dan kelompok rendah. Rumusan hipotesis yang akan diuji
adalah:
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 = 𝜇3
H1: minimal ada dua rata-rata yang berbeda
Jika ketiga kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
homogen, maka pengujian perbedaan rata-ratanya menggunakan uji anova
satu jalur dengan taraf signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
49
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
Jika ketiga kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal tapi
kedua kelompok sampel tidak homogen, maka pengujian perbedaan rata-
ratanya menggunakan uji non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis dengan
taraf signifikansi 5% (∝ = 0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (p-value) pengujiannya lebih kecil dari ∝ = 0,05,
maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (p-value) pengujiannya lebih besar atau sama dengan ∝
= 0,05, maka H0 diterima.
4) Pengambilan Kesimpulan
Adapun alur prosedur pengolahan data untuk menguji hipotesis 5 dan 10
adalah sebagai berikut:
Alur Prosedur Pengolahan Data untuk Hipotesis 5 dan 10
Gambar 3.3
Data Homogen
Uji ANOVA
Satu Jalur
Uji lanjutan
post hoc
Kesimpulan
Berbeda secara
signifikan
Tidak berbeda
secara signifikan
Data tidak Homogen
Uji Normalitas
Data Tidak
Normal
Data Normal
Uji Homogenitas
Postes atau Indeks
Gain
Uji Kruskal-
Wallis
50
Handayani Eka Putri, 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi.
Data hasil observasi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa
dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi yang
dianalisis berupa data deskriptif yaitu dengan membandingkan antara hasil
observasi dengan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang oleh
peneliti di awal pembelajaran dan menyimpulkan sejauh mana ketercapaian model
pembelajaran kooperatif dengan strategi konflik kognitif. Untuk dapat
membandingkannya, maka diperlukan rata-rata dari ketercapaian kemudian rata-
rata tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk persentase dengan menggunakan
rumus berikut (Riduwan dan Akdon, 2008) :
𝐴𝑃 = 𝑋��
𝑆𝑖× 100%
Dengan:
AP = Angka Persentase ketercapaian aktivitas.
𝑋�� = Skor rata-rata yang diperoleh
Si = Skor maksimum ideal dari aspek aktivitas
top related