bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teoritis 1. pengertian...
Post on 16-Jun-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian dan Penggolongan Biaya
Pada dasarnya perhitungan harga produksi adalah berdasarkan biaya-
biaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut, oleh
karena itu perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana
penggolongannya.
a. Pengertian Biaya
Pengertian biaya secara umum menurut Marcell dan Kuepper (1991 : 6 ) , yaitu:
1) banyaknya barang-barang yang dipakai,
2) keterkaitan pemakaian barang-barang untuk mencapai hasil tertentu,
3) penilaian barang-barang yang dipakai untuk mencapai hasil tertentu.
Dengan demikian dapat definisikan bahwa biaya adalah pemakainan barang-
barang yang dinilai untuk mencapai hasil (output) tertentu.
Menurut Usry dan Hammer ( 2004 : 29 ), “ biaya merupakan suatu nilai
tukar prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat”.
Pengorbanan yang dimaksudkan dapat berupa pengeluaran kas maupun modal.
Biaya menurut Bustami dan Nurlela (2009 : 7 ) yaitu “ pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Biaya ini belum habis masa
pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Harnanto (1991 :23), biaya adalah “ sejumlah uang yang
dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan (terjadi atau akan
terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau untuk mencapai tujuan tertentu”.
Berdasarkan pengertian yang diberikan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
biaya adalah pengorbanan untuk memperoleh sebuah hasil.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menyamakan pengertian
biaya dengan beban. Namun dalam akuntansi dibedakan antara pengertian biaya
dan beban. Setiap beban adalah biaya, tapi tidak setiap biaya adalah beban.
Berikut diberikan definisi beban. Definisi beban menurut Bustami dan Nurlela
(2009 : 8), “beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang
telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa
akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan kedalam
Laporan Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan”. Carter dan Usry
(2006 : 30) mendefinisikan beban sebagai, “ aliran keluar terukur dari barang atau
jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba”.
Dari uraian diatas tampak perbedaan antara biaya dan beban. Biaya ( cost)
ditunjukkan untuk memperoleh barang dan jasa, serta masih memberikan manfaat
diwaktu mendatang dan merupakan asset dalam neraca. Sedangkan beban
(expense ) adalah biaya yang tealh habis manfaatnya dan akan dimasukkan
sebagai beban kedalam perhitunga Laba-Rugi serta bertujuan untuk peenciptaan
pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Penggolongan Biaya
Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada
kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan penting.
Akuntansi biaya dalam hal pengelompokan biaya dikenal konsep “
Different cost for different purpose”, oleh karena hal ini maka biaya
dikelempokkan berdasarkan tujuannya masing-masing. Garrison, Noreen, dan
Brewer (2006 : 64) mengelompokkan biaya berdasarkan tujuannya seperti yang
dirincikan.
1) Menyiapkan laporan keuangan eksternal. Untuk tujuan ini biaya dibagi lagi
menjadi dua yaitu, biaya produk dan biaya periodic.Biaya produk mencakup
semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk.
Biaya-biaya ini terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik.
2) Memprediksi perilaku biaya untuk merespon perubahan aktivitas. Dengan
tujuan ini maka biaya dibagi lagi menjadi biaya tetap, biaya variabeldan
biaya semi variabel.
3) Menentukan biaya ke objek biaya seperti departemen atau produk. Didalam
perusahaan objek biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan,
departemen, ataupun individu. Penggolongan biaya atas tujuan ini dibagi
menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
4) Pembuatan Keputuasan. Biaya adalah bahan yang sangat penting dalam
pembuatan keputusan. Untuk tujuan ini maka diperlukan pemahaman yang
kuat mengenai konsep biaya differenisial ( differential cost ), biaya
kesempatan (opportunity cost), dan biaya tertanam ( sunk cost). Biaya
kualitas atau mutu adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kualitas
barang yang di produksi. Biaya kualitas dibagi empat yaitu biaya
pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal dan eksternal.
a) Biaya pencegahan yaitu biaya yang berkaitan dengan aktivitas untuk
mengurangi jumlah produk atau jasa yang cacat.
b) Biaya penilaian disebut juga biaya inspeksi untuk mengidentifikasi produk
cacat sebelum produk tersebut dikirimkan pada konsumen.
c) Biaya kegagalan internal diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses
penilaian. Biaya ini meliputi sisa bahan, barang yang di tolak, pengerjaan
ulang produk cacat, dan waktu yang terbuang karena masalah kualitas.
d) Biaya kegagalan eksternal, biaya ini terjadi apabila produk cacat sampai
ketangan konsumen. Biaya ini meliputi garansi perbaikan dan
penggantian, penarikan produk di pasar, dll.
Adapun klasifikasi biaya menurut carter dan usry (2006 : 40) didasarkan
hubungan antara biaya dengan :
1) produk ( satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa),
2) volume produksi,
3) departemen, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur,
4) periode akuntansi,
Universitas Sumatera Utara
5) suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.
2. Pengertian Harga Pokok Produksi
Secara umum harga pokok produksi dapat diartikan sebagai seluruh biaya
yang dikorbankan dalam proses produksi untuk mengelola bahan baku menjadi
barang jadi. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Rayburn ( 1999: 31),
“harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa”.
Menurut Samryn ,( 2001 : 27) “harga pokok produksi meliputi semua biaya yang
terjadi dalam rangka pembelian atau pembuatan produk”.
Cara perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur dapat
diperlihatkan melalui table dibawah.
Universitas Sumatera Utara
3. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Ada tiga unsur biaya yang membentuk harga pokok produksi.
a. Biaya Bahan Langsung (Direct Material Cost)
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
c. Biaya Pabrik Tidak langsung (Factory Overhead Cost)
Biaya bahan baku langsung dan upah langsung digabungkan dalam
kelompok biaya utama (prime cost). Upah langsung dan overhead pabrik
digabung dalam kelompok biaya konversi, yang mencerminkan biaya pengubahan
Harga Pokok Produksi
Persediaan awal bahan baku xxx
Pembelian bahan baku xxx +
Bahan baku yang tersedia untuk dijual xxx
Persediaan akhir bahan baku xxx -
Pemakaian bahan baku xxx
Upah langsung xxx
Overhead pabrik xxx +
Total biaya produksi xxx
Persediaan awal barang dalm proses xxx +
Total barang dalam proses xxx
Persediaan akhir barang dalam proses xxx -
Harga pokok produksi xxx
Universitas Sumatera Utara
bahan baku langsung menjadi barang jadi. Berikut penjabaran unsur-unsur harga
pokok produksi.
a. Biaya bahan langsung (direct material cost)
Bahan langsung atau bahan baku adalah semua bahan yang secara fisik
langsung menjadi bagian utama dari barang jadi, dapat ditelusui pada produk dan
jumlahnya material. Hal yang menjadi pertimbangan utama dalam
mengelompokkan suatu bahan kedalam bahan langsung adalah kemudahan
penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.
Bahan baku dapat diperoleh dengan membeli ataupun memproduksi sendiri, maka
biaya bahan langsung merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh bahan baku tersebut yang termasuk biaya angkut, biaya bongkar
muat, biaya gudang, dan lain-lain. Bahan baku masuk pada perkiraan persediaan
dalam perusahaan.
Ada 2 metode pencatatan persediaan dalam akuntansi yaitu:
1) Sistem periodik
Sistem periodik merupakan metode pencatatan yang tidak dapat
menunjukkan jumlah persediaan akhir secara langsung di akhir periode akuntansi.
Jumlah persediaan akhir dihitung langsung fisiknya digudang, sedangkan nilai
persediaan yang terpakai di sesuaikan berdasarkan sisa barang di gudang pada
akhir periode dengan metode perhitungan sbb :
Persediaan bahan baku awal xxx
Pembelian bahan baku
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai xxx
xxx +
Universitas Sumatera Utara
Persediaan bahan baku akhir
Jumlah bahan baku yang terpakai
xxx -
xxx
2) Sistem perpetual
Sistem ini melakukan pencatatan transaksi secara lengkap, setiap
pemakaian bahan baku dan pembelian di catat dalam akun persediaan bahan baku
tersebut. Dengan melihat catatan akun persediaan atau kartu persediaan maka
dapat diketahui berapa jumlah bahan yang dibeli, digunakan, dan persediaan akhir
bahan baku. Bentuk kartu persediaan yang digunakan pada metode perpetual sbb:
Tanggal Dibeli Dipakai Sisa
Kedua system diatas memiliki kebaikan dan kelamahan masing-masing.
Sistem periodik merupakan metode pencatatan yang mudah untuk dilaksanakan,
namun internal control dengan sitem tersebut akan lebih sulit. Begitu sebaliknya
pada sistem perpetual.
Setelah diketahui jumlah unit pemakaian bahan baku untuk proses
produksi, maka diperluakan konversi dari total jumlah unit tersebut menjadi nilai
uang. Inilah yang merupakan perhitungan biaya bahan baku produksi. Ada
beberapa metode yang di gunakan yaitu:
1) Metode FIFO (First In First Out)
Universitas Sumatera Utara
Menurut metode ini harga pokok bahan baku yang pertama dibeli
juga harus pertama digunakan dalam proses produksi. Sedangkan harga pokok
bahan baku yang dibeli lebih akhir merupakan nilai persediaan. Metode ini
terutama dilakukan apabila terdapat bahan baku yang mudah kusut.
Berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang pertama beli adalah bahan
baku yang pertama dipakai maka persediaan bahan baku akhir akan berisi
bahan yang diterima paling akhir sehingga bahan baku mengikuti harga
sedang berlaku.
2) Metode LIFO ( Last in Fist Out)
Menurut metode ini, harga pokok bahan yang paling akhir dibeli
dipakai sebagai harga pokok bahan yang digunakan dalam proses produksi.
3) Metode Rata-rata (Average Method)
Harga pokok yang digunakan dalam proses produksi merupakan
harga rata-rata pembelian bahan baku yang masih tersedia digudang. Untuk
menghitung rata-rata perunit bahan baku sangat tergantung pada sistem
pencatatan yang digunakan dimana apabila yang dipakai adalah sistem
priodikal maka disebut weightes average, tetapi apabila sistem perpetual maka
disebut metode moving average.
4) Metode Identifikasi Khusus
Metode ini membebankan harga pokok produksi dengan memberi
tanda khusus pada setiap kemasan bahan baku misalnya berupa kartu atau
label yang berisi , informasi mengenai kuantitas yang dibeli, harga perunit dan
kuantitas yang digunakan. Sehingga setiap pemakaian bahan yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan dapat ditentukan harga poko perunit dan totalnya, demikian pula
sisa persediaan bahan tersebutpada akhir periode. Metode ini dinilai kurang
praktis jika jenis bahan yang dimiliki relatif banyak.
b. Biaya tenaga kerja langsung ( direct labor cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja berupa upah yang
secara langsung terlibat dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai. Menurut Harnanto ( 1992 :108 ), “biaya tenaga kerja langsung adalah
biaya tenaga kerja yang secara langsung melaksanakan kegiatan produksi barang
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, baik secara manual maupun dengan
menggunakan mesin-mesin produksi.
Sutrisno ( 1999 : 65) menulis ada tiga dasar penentuan upah karyawan, yaitu:
1) Tariff berdasarkan jam kerja
Jika seorang pekerja diupah berdasarkan jam kerja, maka besarnya
upah kotor yang akan dibayarkan kepada pekerja adalah sebesar jumlah
jam kerja termasuk jam lembur dikalikan dengan tariff upah per jam
kerja.
Upah kotor = Jumlah jam kerja x tariff / jam
2) Tarif berdasarkan unit yang diproduksi
Apabila perusahaan menggunakan tariff berdasarkan unit produksi
yang dihasilkan, maka upah kotor yang akan diterima oleh pekerja adalah
sebesar unit produksi yang dihasilakan oleh masing-masing pekerja
dikalikan dengan tarif upah perunit.
Universitas Sumatera Utara
Upah kotor = unit dihasilkan x tariff per unit
3) Tarif berdasarkan insentif
Pada tarif ini, upah kotor akan dibayarkan sebesar upah standar
ditambah dengan insentif tertentu. Insentif ini diberikan karena pekerja
kurang mampu memproduksi melebihi jumlah standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
c. Biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost)
Overhead pabrik merupakan suatu biaya keseluruhan yang membantu
jalannya proses produksi namun tidak mempunyai hubungan langsung
dengan hasil produksinya, atau dengan kata lain bahwa biaya overhead pabrik
adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Walaupun biaya overhead pabrik tidak mempunyai hubungan langsung pada
produk yang dihasilkan, tetapi tetap diperlukan karena sebagian biaya
overhead pabrik sering kali berubah-ubah dari waktu ke waktu, baik karena
faktor musiman, perubahan kapasitas produk maupun sejenisnya.
Pembebanan biaya overhead mengalami sedikit kerumitan mengingat biaya
overhead jenisnya bervariasi dan sifatnya berbeda-beda. Untuk itu diberikan
beberapa cara perhitungan beban overhead yang umum dalam perusahaan
manufaktur, berikut perinciannya.
1) Berdasarkan taksiran jumlah unit yang diproduksi
Tarif overhead per unit = jumlah unit produksi
Anggaran biaya overhead
Universitas Sumatera Utara
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi
satu jenis barang.
2) Berdasarkan taksiran biaya bahan langsung
% biaya overhead terhadap bahan baku = anggaran biaya overhead pabrik taksiran biaya bahan baku.
Semakin besar biaya bahan langsung yang dikeluarkan dalam
pengolahan produk, maka semakin besar juga biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepadanya. Metode ini jarang dipakai karena tidak ada
hubungan yang logis antara biaya bahan baku dan overhead.
3) Berdasarkan taksiran biaya upah langsung
% biaya overhead terhadap BTKL = anggaran biaya overhead pabrik taksiran biaya tenaga kerja langsung
4) Berdasarkan taksiran jam kerja langsung
Tarif overhead per jam kerja langsung = taksiran jam kerja langsung
Anggaran biaya overhead pabrik
5) Berdasarkan taksiran jam kerja mesin
Tarif overhead per jam = taksiran jam mesin
anggaran biaya overhead pabrik
4. Sistem Biaya Produksi
Menurut Bustami dan Nurlela ( 2009 : 39 ), “ Sistem biaya adalah
organisasi dari formulir, catatan dan laporan yang terkoordinasi yang bertujuan
Universitas Sumatera Utara
untuk melaksanakan kegiatan dan merupakan informasi biaya bagi
manajemen”.Dalam akuntansi biaya system yang dapat digunakan untuk
mengalokasikan dan membebankan biaya ke unit produksi dapat dikeleompokkan
menjadi tiga system yaitu :
a. Sistem biaya sesungguhnya ( Historical costing)
Sistem ini disebut juga system biaya actual adalah suatu system dalam
pembebanan haraga pokok produk atau pesanan atau jasa pada saat biaya tersebut
sudah terjadi atau biaya yang sesungguhnya dinikmati. Penyajian hasil baru akan
dilakukan apabila semua operasi sudah selesai pada periode akuntansi yang
bersangkutan. Sistem ini biasanya digunakan pada metode harga pokok proses
yang menggunakan pencataan persediaan produk jadi dengan metode periodic.
b. Sistem biaya ditentukan dimuka (Standard costing)
Sistem biaya ditentukan dimuka adalah suatu system dalam pembebanan
harga pokok kepada produk atau pesanan atau jasa dihsilkan sebesar harga pokok
yang ditentukan dimuka sebelum suatu produk atau jasa dikerjakan. Metode harga
pokok standar ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memproduksi secara
masal dan menggunakan pencataan persedaiaan produk jadi dengan metode
perpetual.
Pada akhir periode akuntansi, kedua sistem biaya ini dicatat dan
kemuadian dibandingkan sehingga menyebabkan adanya varians antara biaya
yang sesungguhnya terjadi dengan biaya yang ditentukan dimuka. Varians yang
Universitas Sumatera Utara
timbul disebut dengan varians lebih ( over applied ) dan varians kurang ( over
applied ).
c.Sistem harga pokok normal ( normal costing)
Pada metode ini, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya tersebut mudah untuk ditelusuri
kepada produk tertentu, maka biaya overhead pabrik mengggunakan tarif
pembebanan dimuka. Metode ini biasanya digunakan pada metode harga pokok
pesanan ( job order costing) yang menggunakan pencatatan persediaan produk
jadi dengan metode perpetual.
5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu metode pembiayan penuh dan metode pembiayaan variable. Mulyadi (1990 :
377) menyatakan metode full costing maupun variable costing merupakan metode
penentuan harga pokok produk Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode
tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku
tetap.
a. Metode Pembiayaan Penuh
Metode pembiayaan penuh atau full costing atau sering pula disebut
absorbtion costing atau conventional costing adalah metode penentuan harga
pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang bersifat
tetap maupun variabel sebagai bahagian dari harga pokok produksi. Horngen dan
Foster (1995:667) mendefinisikan: “kalkulasi biaya absorbsi (absorption costing)
Universitas Sumatera Utara
adalah metode kalkulasi harga pokok persediaan dalam mana seluruh biaya
pabrikasi langsung dan seluruh biaya overhead pabrikasi-variable dan tetap-
diperlakukan sebagai inventoriable cost. Yakni persediaan menyerap seluruh
biaya ini”. Dengan demikaian seluruh biaya produksi akan dimasukkan ke dalam
nilai persediaan.
Tuanakotta (1999:251) memberikan penjelasan, “jika kita menggunakan
konsep biaya masukan total, maka semua biaya yang diperlakukan dalam
produksi harus dimasukkan dalam penilaian asset yang diproduksi”.
Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari:
1) biaya bahan baku,
2) biaya tenaga kerja langsung,
3) overhead pabrik- biaya tetap,
4) overhead pabrik- biaya variable.
Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melakat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum
laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan)
apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Disebabkan overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika dalan suatu periode
overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan
Universitas Sumatera Utara
terjadi pembebanan overhead berlebihan (over applied factory overhead) atau
pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead).
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual,
maka pembebanan overhead pabrik lebih atau kurang tersebut tersebut digunakan
untuk mengurangi atau menambah harga pokok produksi yang masih dalam
persediaan tersebut ( baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun
produk jadi). Apabila dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan
overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai
pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produknya laku dijual. Metode
full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai
saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi overhead pabrik yang terjadi, baik
yang berperilaku tetap maupun yang variable masih dianggap sebagai aktiva
(karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual.
b. Metode Pembiayaan Variabel
Horngren dan Foster (1995:667) menyatakan, “ kalkulasi biaya variabel
(variable costing) adalah metode kalkulasi harga pokok persediaan dalam mana
seluruh biaya langsung pabrikasi dan biaya overhead variabel pabrikasi
dimasukkan sebagai inventoriable cost; biaya overhead tetap pabrikasi
dikeluarkan dari inventoriable cost dan menjadi biaya saat dikeluarkan”.
Metode pembiayaan variable atau variable costing atau dikenal juga
denagn nama direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
Universitas Sumatera Utara
hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok
produksi sedangkan biaya tetap dianggap sebagai biaya periodik.
Tuanakotta ( 1999:252) manyatakan, “fixed cost pada metode pembiayaan
variabel diklasifikasikan sebagai period cost dan dianggap sebagai biaya untuk
periode sekarang”.
Harga pokok produk menurut metode variabel terdiri dari:
1) biaya bahan baku,
2) biaya tenaga kerja,
3) overhead pabrik variable.
Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian
overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melakat pada
persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap
maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Penundaaan pembebanan suatu
biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat
dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
Metode pembiayaan variabel memberikan keuntungan bagi manajemen
dalam membuat keputusan dan menetukan pengendalian biaya. Misalnya
menentukan penerimaan pesanan khusus. Tetapi diluar kebutuhan manajemen
Universitas Sumatera Utara
tersebut, konsep ini diragukan terutama dalam penilaian asset dan penentuan laba
periodik.
6. Metode Akumulasi Biaya Produksi
Akumulasi biaya merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar biaya
yang dikerluarkan untuk suatu produk dan jasa dalam perhitungan harga pokok
produksi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya,
tetapi yang lazim digunakan adalah dua metode sebagai berikut:
a. Metode harga pokok pesanan ( job order costing method )
b. Metode harga pokok proses ( process costing method )
a. Metode harga pokok pesanan
Sutrisno (1999 : 71 ) mengatakan, “metode harga pokok pesanan adalah
cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
sejumlah produk atau jasa tertentu yang dapat dipisahkan identitas masing-masing
produk tersebut dan perlu ditentukan harga pokoknya secara individual”.
Adapun karakteristik biaya pesanan secara umum
1) sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada
pesanan yang diterima,
2) spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan,
3) pencatatan biaya produki masing-masing pesanan dilakukan secara
terpisah pada setiap pesanan,
4) harga pokok produksi dan laba kotor juga dihitung berdasarkan masing-
masing pesanan,
Universitas Sumatera Utara
5) total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan
selesai,
6) biaya perunit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total
unit yang dipesan,
7) sistem biaya biasanya menggunakan metode biaya normal.
Sistem biaya normal adalah sistem akuntansi dimana bahan baku dan tenaga kerja
langsung dibebankan pada objek biaya berdasarkan biaya actual, dan biaya
overhead pabrik dibebankan berdasarkan tariff ditentukan dimuka.
Untuk mennetukan biaya berdasarkan pesanan secara teliti dan akurat,
setiap pesanan harus dapat diidentifikasi secara terpisah dan terlihat secara
terperinci dalam kartu biaya pesanan untuk masing-masing pesanan. Metode
harga pokok pesanan ini dapat diterapkan untuk pekerjaan pada perusahaan
manufaktur, pekerjaan konstruksi, industri percetakan, jasa pelayanan hukum, jasa
arsitek, dsb.
Prosedur akuntansi untuk metode harga pokok pesanan adalah sbb:
1) biaya- biaya produksi diakumulasikan pada setiap pesanan,
2) biaya-biaya produksi untuk setiap pesanan dan data lainnya yang
berhubungan dengan pesanan tersebut diakumulasikan dalam kartu biaya
pesanan,
3) pemakaian biaya-biaya produksi untuk setiap pesanan dibebankan pada
perkiraan barang dalam proses,
4) setelah produk selesai dikerjakan, kartu pesanan diikhtisarkan, dan biaya
perunit dihitung dengan membagikan jumlah biaya produksi untuk setiap
Universitas Sumatera Utara
pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dihasilkan, biaya produksi yang
semula dibebankan ke perkiraan barang dalam proses dipindahkan ke
perkiraan barang jadi.
Berikut diberikan contoh perhitungan biaya berdasarkan pesananan. PT.
Medan Motor adalah perusahaan penghasil komponen untuk sepeda motor, proses
produksi yang digunakan adalah berdasarkan pesanan.
Data beikut adalah data transaksi harian yang dicatat dalam buku besar
perusahaan:
1. Pembelian dan penerimaan bahan
Bahan A Rp. 1.200.000
Bahan B Rp. 1.600.000
Bahan C Rp. 1.350.000
Bahan D
Rp. 4.950.000
Rp. 800.000
Biaya dibayar dimuka Rp. 1.240.000
Jurnal :
Bahan Rp. 4.950.000
Biaya dibayar dimuka Rp. 1.240.000
Utang usaha Rp. 6.190.000
2. Penggunaan bahan
Penggunaan bahan langsung untuk:
Pesanan 1 Rp. 1.040.000
Pesanan 2 Rp. 1.200.000
Universitas Sumatera Utara
Pesanan 3
Total Rp. 3.140.000
Rp. 900.000
Penggunaan BTL
Rp. 3.860.000
Rp 720.000
Jurnal :
Barang dalam proses Rp. 3.140.000
Pengendali overhead pabrik Rp. 720.000
Bahan Rp. 3.860.000
3. Biaya tenaga kerja dilihat dari kartu jam tenaga kerja
Tenaga kerja langsung:
Pesanan 1 Rp. 1.220.000
Pesanan 2 Rp. 1.400.000
Pesanan 3
Total Rp. 3.620.000
Rp. 1.000.000
Tenaga kerja tak langsung
Rp. 4.045.000
Rp. 425.000
Jurnal:
Barang dalam proses Rp. 3.620.000
Pengendali overhead pabrik Rp. 425.000
Utang gaji Rp. 4.045.000
4. Biaya-biaya terjadi yang berkaitan dengan overhead pabrik
Biaya penyusutan mesin Rp. 750.000
Biaya listrik Rp. 500.000
Universitas Sumatera Utara
Pajak Bumi dan Bangunan pabrik Rp. 150.000
Gaji supervise produksi
Jurnal:
Rp. 1.250.000
Pengendali overhead pabrik Rp.2.650.000
Biaya penyusutan mesin Rp. 750.000
Biaya listrik Rp. 500.000
Pajak bumi dan bangunan pabik Rp. 150.000
Gaji supervise pabrik Rp. 1.250.000
5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan, berdasarkan tariff ditentukan
dimuka, dengan tariff 80% dari biaya tenaga kerja langsung
Jurnal:
Barang dalam proses Rp. 2.896.000
BOP dibebankann Rp.2.896.000
Perhitungan untuk masing-masing pesanan:
Pesanan 1 = 80% x Rp. 1.220.000 = Rp. 976.000
Pesanan 2 = 80% x Rp. 1.400.000 = Rp. 1.120.000
Pesanan 3 = 80% x RP. 1.000.000 =
Rp. 2.896.000
Rp. 800.000
6. Ketiga pesanan telah selesai dikerjakan dan siserahkan ke pemesan dengan nilai
masing-masing pesanan 1,2, dan 3 yaitu, Rp. 4.200.000, Rp. 4.120.000, Rp.
4.260.000
Jurnal:
Kas/ Piutang usaha Rp. 12.580.000
Universitas Sumatera Utara
Penjualan Rp. 12.580.000
Harga pokok penjualan Rp. 9.656.000
Barang jadi Rp. 9.656.000
Harga pokok penjualan = Harga pokok produksi
Perhitungan maing-masing harga pokok produksi pesanan 1, 2, dan 3, sbb:
Pesanan 1 Pesanan 2 Pesanan 3
Bahan langsung Rp. 1.040.000 Rp. 1.200.000 Rp. 900.000
Tenaga kerja langsung Rp. 1.220.000 Rp. 1.400.000 Rp. 1.000.000
BOP dibebankan Rp. 976.000 Rp. 1.120.000 Rp. 800.000
Total Rp. 3.236.000 Rp. 3.720.000 Rp. 2.700.000
7. Selisih pembebanan biaya overhead actual dan yang dibebankan lebih tinggil
sebesar Rp. 246.000 ( 2.896.000- 2.650.000)
Untuk pembebanan biaya overhead yang ditentukan dimuka, dapat terjadi
selisih pembebanan terlalu tinggi maupun terlalu rendah, oleh karena itu
diperlukan suatu perlakuan untuk penyesuaikannya. Ada dua cara, yaitu:
1) ditutup ke harga pokok penjualan,
2) dialokasikan antara barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok
penjualan dalam propersi overhead yang dibebankan pada periode
tersebut, yaitu pada saldo akhir masing-masing akun.
b. Metode Harga Pokok Proses
Pada industri manufaktur yang menghasilkan produk massa, umumnya
biaya produksi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode harga
Universitas Sumatera Utara
pokok proses, karena produk yang dihasilkan relative homogen sehingga
pencatatan biaya dari setiap jenis produk tidak perlu dilakukan.
Metode harga pokok proses adalah cara penentuan harga pokok yang
membebankan biaya-biaya produksi selama periode tertentu kepada proses atau
kegiatan produksi dan membagikannya secara merata kepada produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Adapun karakteristik metode harga pokok proses adalah sebagai berikut :
1) aktivitas produksi bersifat terus menerus,
2) produksi bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap
dijual,
3) produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif
homogen dan berdasarkan standar,
4) biaya dibebankan kesetiap unit dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi,
5) pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.
Metode harga pokok proses, mengembangkan prosedur untuk:
1) pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik untuk masing-masing departemen,
2) perhitungan biaya perunit untuk masing-masing departemen,
3) memindahkan biaya dari departemen sebelumnya ke departemen
berikutnya atau ke gudang produk jadi,
4) membebankan biaya ke barang dalam proses yang terdapat pada setiap
departemen.
Universitas Sumatera Utara
Ekuivalen unit dalam metode harga pokok proses
Pada penentuan biaya proses, umumnya tidak semua produk yang
dimasukkan dalam proses selesai akhir periode bersangkutan, sering kali adanya
persediaan awal dan akhir dari barang dalam proses dengan tingkat penyelesaian
yang beragam.Untuk pembebanan biaya apabila terdapat barang dalam proses
dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan barang dalam
proses tersebut menjadi barang jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi.
Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit barang jadi dan unit barang dalam
proses yang disetarakan dengan barang jadi.
Ada dua metode untuk perhitungan unit ekuivalen produksi, yaitu :
a) Metode rata-rata tertimbang
Dengan merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal barang dalam
proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode berjalan untuk
mendapatkan biaya perunit. Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, dengan
memperlakukan unit pada persediaan awal barang dalam proses sebagai produk
periode berjalan, semua unit ekuivalen akan termasuk dalam kategori yang sama
pada saat perhitungan biaya perunit. Sedangan kelemahan utama metode ini
adalah kurang akuratnya perhitungan biaya perunit untuk output periode berjalan
dan untuk unit pada persediaan awal barang dalam proses.
Rumus :
b) Metode FIFO
Unit ekuivalen produksi = produk selesai + (BDP akhir x tingkat penyelesaian)
Universitas Sumatera Utara
Memisahkan biaya perunit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya
perunit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu.
Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya barang dalam prosesa awal dari
periode sebelumnya, dan biaya produk selama periode berjalan.
Rumus:
Unit ekuivalen produksi = produk selesai + (BDP akhir x tingkat
penyelesaian)- (BDP awal x tingkat penyelesaian)
Laporan biaya produksi
Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan kesetiap
departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk
masing-masing departemen. Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki
format yang beragam, dengan informasi menunjukkan skedul kuantitas,
pembebanan biaya, dan pertanggungjawaban biaya.
a) Skedul kuantitas,memnuat informasi BDP awal, barang masuk proses pada
periode bersangkutan, barang jadi yang ditransfer ke dapartemen berikutnya
atau gudang, BDP akhir, produk hilang, produk rusak dan produk cacat.
b) Biaya dibebankan, memuat informasi biaya BDP awal, biaya yang dibebankan
dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit
ekuivalen dan biaya perunit masing-masing elemen biaya.
c) Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer
kedepartemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses,
biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah di serap BDP.
Contoh soal perhitungan biaya metode harga pokok produksi.
Universitas Sumatera Utara
PT. Sulit Air adalah perusahaan minuman dalam kemasan botol,
mempunyai dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran dan
departemen pengolahan.
Data produksi dan biaya untuk bulan September 2007 sebagai berikut:
Data Produk :
Departemen pencampuran
Barang masuk proses 75.000 L
Barang selesai di transfer ke departemen pengolahan 74.500 L
Barang dalam proses akhir 500 L
(tingkat penyelesaian 100%bahan,80%biaya konversi)
Departemen pengolahan
Produk diterima dari departemen pencampuran 74.500 L
Penambahan unit produk 1.000 L
Produk selesai ditransfer ke gudang 75.200 L
Barang dalam proses akhir 300 L
(tingkat penyelesaian 100% bahan, 75% biaya konversi)
Penyelesaian:
1. Unit ekuivalen
Departemen pencampuran
Produk selesai + (BDP akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan : 74.500 L + ( 500L x 100% ) = 75.000 L
Biaya konversi: 74.500 L + ( 500L x 80 % ) = 74.900 L
Departemen pengolahan
Universitas Sumatera Utara
Bahan : 75.200 L + ( 300L x 100%) = 75.500 L
Biaya konversi: 75.200 L + ( 300l x 75%) = 75.425 L
2. Laporan biaya produksi
PT. SULIT AIR
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
DEPARTEMEN PENCAMPURAN
BULAN SEPTEMBER 2007
1. Skedul kuantitas Barang masuk proses
75.000 L
Barang yang di transfer ke departemen pengolahan 74.500 L Barang dalam proses akhir (100%bahan, 80% biaya konversi )
500 L
75.000 L
2. Biaya dibebankan Bahan baku Rp. 9.000.000 75.000 L Rp. 120
Elemen biaya Total U.E Biaya / unit
Tenaga kerja Rp. 5.617.500 74.900 L Rp. 75 Overhead pabrik Rp. 7.490.000 74.900 L
Rp. 100 Rp. 22.107.500
Rp. 295
3. Pertanggungjawaban biaya HP. Selesai ditaransfer ke departemen pengolahan 74.500L x Rp. 295 Rp. 21.977.500 HP. Produk dalam proses Biaya bahan : 500 x 100% x Rp 120 = 60.000 Biaya tenaga kerja: 500 x 80 % x Rp 75 = 30.000 Biaya overhead : 500 x 80 % x Rp 100 =
40.000
TOTAL Rp. 22.107.500 Rp. 130.000
Universitas Sumatera Utara
PT. SULIT AIR
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
DEPARTEMEN PENGOLAHAN
BULAN SEPTEMBER 2007
1. Skedul kuantitas Produk diterima dari departemen pencampuran 74.500L Produk tambahan
1.000L
75.500L
Produk di transfer ke gudang 75.200L Produk dalam proses akhir (100% bahan, 75% biaya konversi) 75.500L
300L
2. Biaya dibebankan dr dept. pencampuran Rp.21.977.500 75.500L Rp. 291,093
Elemen biaya Total U.E Biaya/ unit
Bahan baku Rp. 6.040.000 75.500L Rp. 80 Tenaga kerja Rp. 4.525.500 75.425L Rp. 60 Overhead pabrik Rp. 3.017.000 75.425L Rp. 40 Rp. 35.560.000 Rp. 471,093
3. Pertanggungjawaban biaya HP. selesai ditransfer ke gudang 75.200L x Rp. 471,093 Rp. 35.426.193,6 HP barang dalam proses HP. dept pencampuran: 300 x Rp 291,093 = 87.327,9 Biaya bahan : 300 x 100%x Rp80= 24.000 Biaya tenaga kerja : 300 x 75% x Rp 60= 13.500 Biaya overhead : 300 x 75% x Rp 40=
9.000
TOTAL Rp. 133.827,9
Rp. 35.560.021,5
Universitas Sumatera Utara
7. Tujuan dan Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan sangat penting
dilakukan karena perusahaan membutuhkannya untuk menentukan harga jual dari
produknya maupun tujauan lainnya yang erat hubungannya dengan penentuan
strategi dan efisiensi perusahaan dalam bersaing.
Berikut diberikan beberapa tujuan umum dari penentuan harga pokok
produksi.
a. Sebagai pengawasan dari biaya yaitu untuk menghindari pemborosan.
Agar diperoleh harga pokok produksi yang teliti serta pengawasan yang
baik, maka biaya digolangkan pada setiap proses atau departemen-
departemen. Biaya yang sebenarnya terjadi pada setiap proses
dibandingkan denagn standar. Dengan demikian pemborosan dapat
dihindari karena standar dibentuk berdasarkan biaya yang seharusnya
terjadi.
b. Sebagai alat perencanaan, sebelum produksi dijalankan terlebih dahulu
membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya apakah
produksi ditingkatkan atau dikurangi dan juga dibuat ramalan atas unsure-
unsur biaya yang diperlukan untuk setiap periodenya. Perencanaan ini
penting agar seluruh keperluan dapat diketahui dan disediakan pada
jumlah dan waktu yang diperlukan.
c. Sebagai pedoman menentukan harga jual. Biaya produksi bukanlah factor
utama menetapkan harga jual, tetapi menjaga agar harga jual tetap berada
diatas harga pokok produksi.
Universitas Sumatera Utara
d. Harga pokok produksi perlu untuk menentukan nilai persediaan yang
mana menjadi syarat mutlak dalam menetapakan harga pokok penjualan
dengan teliti.
e. Menentukan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan, ini dilakukan
dengan membandingkan harga pokok histories dengan harga pokok
standar. Hal ini berguna untuk pengawasan biaya maupun sebagai alat
perencanaan.
Disamping tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, penentuan harga pokok
produksi penting bagi manajemen untuk keperluan analitis dalam pengambilan
keputusan atau memecahkan masalah-masalah khusus berikut ini.
a. Apakah perlu dilakukan perubahan dalam komposisi dari biaya-biaya
langsung didalam melakukan produksi sehingga dapat dihasilkan barang
jadi yang kualitasnya sama dengan barang jadi yang dihasilkan sebelum
dilakukan perubahan komposisi. Dengan dilakukannya perubahan
komposisi ini diharapkan juga harga pokok produksi dapat ditekan
serendah mungkin.
b. Apakah tenaga kerja langsung perlu ditambah atau dikurangi.
c. Apakah sebaiknya perusahaan membeli bahan atau produk tertentu dari
pihak luar atau memproduksi sendiri.
Universitas Sumatera Utara
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang merupakan dasar pemikiran penelitian ini di
gambarkan sebagai berikut:
Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Harga Pokok Produksi
Definisi operasional :
Menurut Rayburn ( 1999: 31), “harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan
langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang atau jasa”.
Unsur- unsur dalam perhitungan harga pokok produksi, yaitu: biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsuung, dan overhead pabrik.
Overhead Pabrik
Universitas Sumatera Utara
a. Biaya bahan baku langsung
Perhitungan biaya bahan baku yang digunakan oleh UD. Sumber Nelanyan
yaitu dengan cara mengalikan harga bahan baku per kilo dengan beratnya bahan
baku yang digunakan.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Perusahaan menggunakan system upah borongan dalam menghitung biaya
tenaga kerja yang brhubungan dengan proses produksi.
c. Biaya overhead pabrik
Overhead pabrik digunakan tarif aktual karena harga pokok dihitung
setelah barang selesai diproses yaitu berdasarkan catatan historikal.
Universitas Sumatera Utara
top related