bab ii tinjauan pustaka a. perilaku perawatan hipertensirepository.ump.ac.id/4263/3/pakuwati bab...
Post on 11-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Perawatan Hipertensi
1. Perilaku (Practice)
Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo
(2010) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi
dua:
a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila
respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain
(dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk
perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior” atau “covert behavior”
apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari
luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan
sikap (attitude).
1
8
18
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
19
b. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam
bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang
disebut praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar atau
“observabel behavior”.
Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini
disebut teori ‘S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan
batasan dari Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku
adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan
sebagainya. Kegiatan ini mencakup :
a. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut
Pengetahuan
b. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi)
c. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan
(practice)
Menurut Soekidjo Notoatmojo (2010) perilaku dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa
tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang
memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia
belum melakukannya secara kongkrit.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
20
b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung
(melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa
menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendiri
melaksanakan dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain
untuk berbuat serupa.
2. Perilaku Perawatan
Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit,
sehingga dapat melakukan perawatan untuk mempertahankan kesehatan
yang optimal.
Perawatan hipertensi adalah usaha yang dilakukan untuk mengontrol
tekanan darah agar tetap dalam batas normal. Sebuah teori yang
dikembangkan oleh Lawrence Green pada tahun 1980, dalam
Notoatmodjo 2010, membedakan adanya dua determinan masalah
kesehatan yakni faktor perilaku (behavioral factor) dan faktor non
perilaklu ( non behavioral factor). Faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3
faktor utama, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor yang mempermudah
terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan. Misalnya puskesmas, posyandu,
rumah sakit dan lain-lain.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
21
c. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku. Untuk berperilaku sehat memerlukan
contoh dari para tokoh masyarakat, yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
3. Unsur – unsur Perilaku
Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan
dari individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya agar
bisa beradaptasi dan tetap survive yang mendasari timbulnya perilaku
adalah dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan
merupakan usia jadi perilaku muncul karena adanya dorongan untuk
survive.
a. Adanya afektif (perasaan atau penilaian mengenai perilaku perawatan
hipertensi pada lansia)
b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang
pengetahuan dan dukungan keluarga dalam melakukan perawatan
hipertensi pada lansia )
c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu perilaku
perawatan pada lansia). Perilaku memiliki hubungan yang cukup
besar dalam menentukan tingkat pemanfaatan sarana kesehatan
pada lansia yang mengalami penyakit hipertensi.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
22
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Perilaku Perawatan
Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku ketaatan pada lansia sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
keluarga mengetahui perilaku perawatan hipertensi pada lansia.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perilaku
kesehatannya. Pengetahuan lansia tentang perawatan pada penderita
hipertensi yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang
rendah pula yang berdampak dan berpengaruh pada penderita hipertensi
dalam mengontrol tekanan darah, kedisiplinan pemeriksaan yang
akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut.
b. Sikap adalah reaksi tertutup darikeluarga yang kurang memperhatikan
kepada anggota keluarga atau lansia mengenai tentang kesehatannya.
c. Ciri- ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan status sosial ekonomi sangat mempengaruhi perilaku kesehatannya
mengenai tentang perawatan hipertensi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga didalam
membantu lansia melaksanakan perawatan dan pengobatan lansia.
B. Lansia
Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua
makhluk hidup.Laslet (Caselli dan Lopez 1996) menyatakan bahwa menjadi
tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
23
dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan lanjut
usia (old age) adalah istilah untuk tahap akhir kehidupan menuju tua yang
diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan
berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya akan
meninggal . Masa usia Lanjut merupakan masa yang tidak bisa diletakan oleh
siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang, ynag bisa dilakukan
oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat,
karena pada hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran atau
penurunan.
1. Masalah yang dihadapi Usia Lanjut
Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lanjut usia dapat
dikelompokan menjadi 4 yaitu :
a. Masalah Ekonomi
Lanjut usia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini
berakibat pada menurunnya pendapatan yag kemudian terkait dengan
pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari, seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial.Pada sebagian usia
lanjut, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa tua
tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tiada penghasilan.
Padahal disisi lain, usia lanjut dihadapkan kepada berbagai kebutuhan
yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan yang
bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
24
bagi yang menderita penyakit hipertensi, kebutuhan sosil, dan rekreasi
(Suardiman,2011).
b. Masalah Sosial
Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,
baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja
sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karya pensiun. Disamping
itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih (nucleus
family) dari pada keluarga luas (extendes family) juga akan mengurangi
kontak sosial usia lanjut. Disamping itu perubahan nilai sosial
masyarakat yang mengarah kepada tatacara masyarakat individualistik,
berpengaruh bagi para usia lanjut yang kurang mendapat perhatian,
sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar.
Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan perasaan kesepian, murung.
Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial
yang dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain atau
keluarga. Untuk menghadapi kenyataan ini perlu dibentuk kelompok-
kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan mempertemukan para
anggotanya agar kontak sosial berlangsung . Kontak sosial ini sangat
berguna bagi usia lanjut agar memiliki kesempatan untuk saling
bertukar informasi, saling belajar,dan saling bercanda. Oleh karena itu,
upaya untuk mempertemukan sesama usia lanjut, meninggalkan
kebiasaan bahwa usia lanjut sebagai penunggu rumah perlu dilakukan
(Suardiman,2011).
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
25
c. Masalah Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya usia harapan hidup manusia di Indonesia. Peningkatan
jumlah penduduk usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya
permasalahan kesehatan, seperti masalah kesehatan indera,
pendengaran, dan penglihatan.
Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan
yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya
berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan
menimbulkan masalah kesehatan, sosial, dan membebani perekonomian
baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena masing – masing
penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya.
Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap
berbagai penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh
menurunnya fungsi berbagai organ tubuh. Diperlukan pelayanan
kesehatan terutama untuk kelainan degeneratif demi meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut agar tercapai masa tua
yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya. Masalah kesehatan pada umumnya
merupakan masalah yang paling dirasakan oleh usia lanjut. Yang
diharapkan bagi usia lanjut adalah bagaimana agar masa tua dijalani
dengan kondisi sehat, bukan dijalani dengan sakit- sakitan. Untuk itu
rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
26
masa usia lanjut, sudah punya rencana apa yang akan dilakukan kelak
sesuai dengan kemampuannya (Suardiman,2011).
d. Masalah Psikologis
Masalah Psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya
meliputi : kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan,
perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,
keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power
syndrome dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan dari
lingkungan sosial biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau
kedudukan, dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Berbagai
persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi- fungsi fisik dan
psikis sebagai akibat proses penuaan. Aspek psikologi merupakan
faktor penting dalam kehidupan usia lanjut, bahkan sering lebih
menonjol dari pada aspek lainnya dalam kehidupan seorang usia lanjut.
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman ,
kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan rasa kasih sayang,
kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan akan rasa aman meliputi
kebutuhan akan keselamatan, seperti keamanan, kemantapan
ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, kecemasan,
kekalutan, ketertiban dan sebagainya, yang intinya pekerjaan atau
penghasilan menimbulkan ketakutan. Oleh karena itu, adanya aktivitas
pekerjaan merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan akan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
27
rasa aman. Dalam aktivitas bekerja juga memungkinkan berinteraksi
dengan orang lain yang menimbulkan rasa senang dan tidak kesepian.
Mengingat kondisi usia lanjut tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa usia lanjut merupakan kelompok penduduk yang
rentan terhadap masalah, baik masalah ekonomi, sosial, kesehatan,
maupun psikologis. Oleh karena itu agar usia lanjut tetap sehat serta
mandiri, sejahtera dan berguna, perlu didukung oleh lingkungan yang
kondusif, baik pada tingkat keluarga maupun lingkungan
masyarakat.Keberadaan usia lanjut bukan sebagai objek tetapi sebagai
subjek (Suardiman,2011).
C. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Pada umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun atau yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan
(Purnomo, 2009).
Hipertensi merupakan suatu kondisi paling umum yang terlihat pada
saat primary care dan dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal
ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi dini dan tidak diobati dengan tepat
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
28
(James et al,2013). Menurut (JNC VII), hipertensi tingkat 1 adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. Sedangkan hipertensi tingkat 2 adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah 160-179 mmHg dan tekanan diastolik 100-109 mmHg. Pada
tingkat 3 adalah suatu keadaan dimana 180-209 mmHg dan tekanan
diastolik 110-119 mmHg, dan pada tingkat 4 adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah >210 mmHg dan tekanan diastolik >120 mmHg. Untuk
memastikan keadaan tekanan darah yang sebenarnya maka harus
dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali.
Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti
stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung) dan hipertropi ventrikel kiri/ left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target utama otak, hipertensi mengakibatkan seseorang
terkena stroke dan merupakan penyebab kematian yang tinggi (Bustan,
2007 dalam Mannan et al, 2012).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia
dan jenis kelamin (Soeparman dalam buku Udjianti,2010).
a. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darah pada waktu berbaring lebih dari120/90 mmHg
b. Pria berusia 45tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih
dari145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
29
2. Klasifikasi Hipetensi
Klasifikasi menurut WHO dalam Martuti (2009) berdasarkan
tekanan diastolic, yaitu :
a. Hipertensi derajat I yaitu, jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.
b. Hipertensi derajat II yaitu, jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.
c. Hipertensi derajat III yaitu, jika tekanan diastoliknya lebih dari 120
mmHg.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Manusia Menurut Sutanto
(2010)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Tensi Optimal < 120 < 80
2 Tensi Normal < 130 <85
3 Tensi Normal –Tinggi 130 –139 85 –89
4 Hipertensi ringan 140 –159 90 –99
Hipertensi (sedang) 160 –179 100 –109
Hipertensi (berat) 180 – 209 110 –119
Hipertensi (sangat berat) > 210 >120
Sumber :Sutanto 2010
3. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi (tekanan darah tinggi) didefinisiskan sebagai
peningkatan dari tekanan darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau
lebih tinggi yang didasarkan dari rata-rata 2 atau lebih pengukuran
dalam waktu yang berkala (LeMone & Burke, 2008). Hipertensi primer
adalah hipertensi yang tidak diketehui penyebabnya. Penyebabnya
banyak faktor tetapi tidak dapat diidentifikasikan. Hipertensi ini
berkontribusi lebih dari 90% kasus dari semua hipertensi. Sedangkan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
30
kurang dari 5-8 % pada dewasa terjadi pada hipertensi sekunder.
(Martuti,2009).
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi sekunder terjadi sebagai
akibat dari penyakit lain yang diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan
hormonal, obat-obatan, koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan
(Martuti, 2009).
4. Faktor Resiko
a. Usia
Hipertensi primer muncul antara usia 30-50 tahun. Angka
kejadian meningkat pada usia 50-60 tahun dari pada usia 60 tahun
lebih. Studi epidemiologi, prognosis lebih buruk bila klien menderita
hipertensi usia muda (Black & Hawk, 2005; LeMone & Burke, 2008).
Menurut Kumar dan Fausto (2005) pertambahan usia dapat
mengakibatkan perubahan fisiologis dan peningkatan resistensi perifer
serta aktifitas simpatik serta kurangnya sensitifitas baroreseptor
(pengatur tekanan darah), peran ginjal aliran darah serta laju filtrasi
glomerulur menurun.
b. Genetik
Genetik atau keturunan adalah jika salah satu anggota keluarga
pernah memiliki riwayat terkena hipertensi maka anaknya pun dapat
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
31
terkena hipertensi sebagai penyakit menurun atau genetik. Penelitian
pada penderita hipertensi pada orang yang kembar dan anggota
keluarga yang sama menunjukan bahwa kasus-kasus tertentu ada
komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005). Pada wanita hamil
yang merokok, risiko terserang hipertensi pada ibu dan bayi juga lebih
tinggi karena pada kembar monozigot (satu telur) yang salah satunya
adalah penderita hipertensi, banyak ditemui juga yang mengidap
hipertensi (Martuti, 2009).
c. Jenis kelamin
Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi laki-laki dari
pada wanita sampai usia 55 tahun. Antara usia 55-74 tahun resikonya
hamper sama, setelah usia 74 tahun wanita lebih besar resikonya (Black
& Hawk, 2005; LeMone & Burke, 2008).
d. Pola makan
Mengkonsumsi tinggi sodium dapat menjadi faktor penting
terjadinya hipertensi primer. Diit tinggi garam mungkin merangsnag
pengeluaran hormon natriuretik yang mungkin secara tidak lansung
meningkatkan tekana darah. Muatan sodium juga merangsang
mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat. Studi juga
menunjukan bahwa diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium
berkontribusi terhadap hipertensi (Black & Hawk, 2005; LeMone &
Burke, 2008).
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
32
e. Stress
Menurut Hidayat (2007) stress memiliki tiga sumber, yaitu:
1) Diri Sendiri
Sumber stress dari dalam diri sendiri umumnya dikarenakan
konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan yang berbeda,
dalam hal ini adalah berbagai masalah yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan dirinya dan tidak mampu diatasi maka akan
menimbulkan stress.
2) Keluarga
Stress ini bersumber dari lingkungan keluarga yang memiliki
perselisihan bisa antara keluarga, masalah keuangan, anak, atau pun
persepsi tentang satu hal dari keluarga yang berbeda-beda.
3) Lingkungan
Lingkungan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi stress
seperti lingkungan tempat tinggal, pergaulan, hubungan
interpersonal dengan teman pun dapat menimbulkan stres serta
kurang adanya pengakuan dimasyarakat sehingga aktualisasi dirinya
tidak berkembang. Stres dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja,
stres yang menimbulkan efek negatif adalah stres yang dimiliki
seseorang tetapi seseorang tersebut tidak memiliki koping efektif
terhadap stres yang dialaminya.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
33
f. Kegemukan
Kegemukan terutama pada bagian tubuh atas dimana terjadi
peningkatan jumlah lemak dipinggang, abdomen dapat dihubungkan
dengan perkembangan hipertensi. Seseorang yang kelebihan berat
badan pada daerah pantat, pinggul dan paha beresiko lebih rendah untuk
terjadi hipertensi sekunder.
5. Manifestasi Hipertensi
Tanda dan gejala yang bisa ditimbulkan pada penderita hipertensi
menurut Nuraif dan Kusuma (2013) adalah :
a. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan
perubahan kondisi tubuh. Sering hal ini yang menyebabkan banyak
penderita hipertensi terlalu mengabaikan kondisinya karena memang
gejala atau keluhan yang tidak dirasakan.
b. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala dan
kelelahan. Beberapa pasien yang memerlukan pertolongan medis karena
mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Hipertensi yang
menahun dan tergolong hipertensi berat biasanya akan menimbulkan
keluhan yang sangat nampak yaitu: sakit kepala, kelelahan, mual
muntah, sesak nafas, nafas pendek (terengah-engah), gelisah,
pandangan mata kabur dan berkunang-kunang, emosional, telinga
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
34
berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian
belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat
atau tidak teratur, impotensi, pendarahan di urine, bahkan mimisan
(Martuti, 2009).
Dampak selanjutnya yang terjadi jika tekanan darah selalu naik
adalah kerusakan saraf, kerusakan ginjal dan pendarahan. Hal ini sangat
mengancam nyawa dan jika sudah terjadi akan sangat sulit untuk
ditangani. Melakukan control rutin bagi para penderita hipertensi atau
yang mempunyai riwayat hipertensi sangat berguna untuk mencegah
komplikasi yang ditimbukan oleh penyakit hipertensi.
6. Patofisiologi
Menurut Martuti (2009) setelah terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) terjadilah
tekanan darah yang tinggi. ACE memegang peran penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung senyawa yang bernama
angiotensinnogen yang diproduksi oleh hati. Ginjal memproduksi hormon
rennin dan angiotensinogen akan dirubah oleh hormon rennin menjadi
angiotensin I. ACE akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II di
paru-paru. Angiotensin II berperan dalam menaikan tekanan darah,
terdapat dua cara untuk menaikan tekanan darah yaitu denga menaikan
ADH (Antidiuritik Hormone) dan merangsang sekresi aldosteron dari
korteks adrenal.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
35
Pertama, ADH yang diproduksi oleh kelenjar pituaitari di bagian
otak yang bernama hipotalamus bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolaris dan volume urine. Hal ini mempengaruhi rasa haus yang terjadi
di dalam tubuh. ADH yang meningkat akan mengakibatkan sekresi urine
yang menurun, sehingga konsentrasi urine sangat pekat. Volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan untuk mengencerkan urine yang pekat
tersebut dengan cara menaikkan cairan intraselulernya. Peningkatan cairan
intraseluler ini mengakibatkan volume darah yang meningkat, sehingga
tekanan darah pun ikut meningkatat.
Kedua, merangsnag sekresi aldosteron (hormon steroid yang
berperan dalam ginjal) dari korteks adrenal. Volume cairan ekstraseluler
oleh aldosteron dilakukan untuk mengurangi sekresi NaCl (garam) dengan
cara mereaebsorbsi dari tubulus ginjal. Pengurangan ekskresi NaCl
menyebabkan naiknya konsentrasi NaCl. Tubuh yang mengalami kenaikan
NaCl ini akan langsung merespon dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler. Hasil kenaikan volume cairan ekstraseluler ini adalah
peningkatan tekanan darah.
Hipertensi terjadi karena akumulasi beberapa hormon sebagai bentuk
respon dari ketidakstabilan proses peredaran didalam tubuh.
Ketidakstabilan peredaran ini bisa disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan
instrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar tubuh seperti konsumsi
makanan yang berlemak, berkolestrol jahat, konsumsi alkohol dan
merokok, serta faktor psikis, sedangkan faktor instrinsik yaitu faktor yang
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
36
berasal dari dalam tubuh seperti ketidakstabilan kerja organ dan sekresi
hormon. Tekanan darah yang tinggi lebih sering dijumpai pada pasien-
pasien lansia. Hal ini dikarenakan proses penuaan yang mengakibatkan
sistem kerja seluruh organ mulai menurun.
Hipertensi yang terjadi pada lansia banyak mengakibatkan stroke,
stroke hemoragic ataupun stroke nonhemoragic keduanya sangat
berbahaya dan sama-sam mengancam nyawa, tidak hanya mengancam
nyawa bahkan stroke ini mengakibatkan kelumpuhan baik kelumpuhan
total ataupun lempuh sebagian dan tidak sedikit lansia yang sudah
mengalami hal ini.
Serangan stroke terjadi karena tekanan darah yang tinggi dan hal ini
terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, penderita hipertensi wajib
hukumnya untuk selalu menjaga kestabilan tekana darah mereka. Menurut
Nurarif dan Kusuma (2013) penyakit hipertensi pada lansia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada elastik dinding aorta yang sudah
menurun, katup jantung yang menebal dan menjadi kaku, kemampun
jantung yang menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.
7. Pengelolaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya
peningkatan tekanan darah , akibat komplikasi jantung kardiovaskuler
(jantung) yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Dalam meningkatkan perilaku
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
37
perawatan dengan cara meningkatkan kemampuan menyampaikan
informasi yang jelas pada penderita mengenai penyakit hipertensi
serta cara pengobatan hipertensi, yang menyangkut keterlibatan keluarga
dan anggota keluarga.
8. Perawatan Hipertensi
Perawatan dalam hipertensi diantaranya dalam ketaatan pengobatan
meliputi perlakuan khusus mengenai gaya hidup seperti diet, istirahat
dan olahraga serta konsumsi obat termasuk didalamnya jenis obat
yang dikonsumsi, berapa lama obat harus dikonsumsi, kapan waktu atau
jadwal minum, kapan harus dihentikan dan kapan harus berkunjung
untuk melakukan kontrol tekanan darah, serta keluarga memberikan
dukungan pada lansia yang menderita hipertensi dan selalu mengingatkan
untuk berobat ke Puskesmas. Bagi yang sudah sakit segera Berobat secara
teratur, Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis
obat tanpa petunjuk dokter, Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika
menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat
meningkatkan memperburuk hipertensi.Mengetahui tentang hipertensi dan
cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
38
D. Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorangterhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dansebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga
dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu danini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi
dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan
sosial budaya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadarioleh seseorang (Agus, 2013).
2. Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses sebagai berikut :
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
39
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
b. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut
disini sikap obyek mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya
stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki.
e. Adaptasi (Adaptation), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajarisebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat
kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini
adalah yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
40
menginterprestasikan materi tersebut secara benar tentang objek
yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-
lain.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam kontak atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain,
kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk
menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
41
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Dari teori tingkat pengetahuan diatas
dapat disimpulkan bahwa pengetahauan memiliki 6 tingkatan
pengetahuan dimana tingkat pengetahuan tersebut diantaranya
tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan, tingkat
kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga
dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,
tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis,
tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk
meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang keenam
seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi.
4. Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku
kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
a. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak
bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
42
Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk ditransfer ke orang lain
baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi
kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari. Contoh seseorang
mengetahui tentang bahaya penyakit hipertensi bagi kesehatan, tetapi
tidak berobat secara teratur (Notoatmodjo, 2012).
b. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa
dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan
dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh
seseorang yang telah mengetahui bahaya hipertensi bagi kesehatan dan
berobat secara teratur (Agus, 2013).
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam
cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua
yakni:
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
43
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang
dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil
maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh
karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error
(gagal atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba)
(Notoatmodjo,2012).
2) Kekuasaaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi
yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi
pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada
masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima
dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan
dan sebagainya (Notoatmodjo,2012).
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
44
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru
terbaik”. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
(Notoatmodjo,2012).
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat
manusia cara berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan
deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiransecara
tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
(Notoatmodjo,2012).
6. Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode
berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
45
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik
formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidian seseorang semakin mudah orang tersebut
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan
semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
46
b. Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada
pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain
itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain- lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
47
c. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang
lebih baik,terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
d. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang
tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
f. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
48
masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja
yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional,serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerja.
g. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah
sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
49
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang
lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).
8. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus
diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan
(Agus, 2013). Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk
angka-angka yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan
peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai
konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan
nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan
mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda
nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang
bersangkutan. Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: “Benar”
(B) dan “Salah” (S).
E. Dukungan Keluarga
1. Definisi Keluarga dan Dukungan Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
50
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
didalam perannya masing- masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.
2. Dukungan Keluarga
Merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan,
dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal
untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan.
3. Jenis Dukungan Keluarga
Terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan
informasional.
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional.
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan
empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan
selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat
penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.
b. Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan dan validator identitas
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
51
anggota keluarga. Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa
sambutan yang positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan
atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu.
Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan
dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi
afektif keluarga yang dapat meningkatkan status psikososial pada
keluarga yang sakit. Melalui dukungan ini, lansia akan mendapat
pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat
diterima oleh anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan
sarana untuk mempermudah perilaku membantu lansia yang
mencakup bantuan langsung biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit
yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan lain-lain. Bentuk dukungan
ini dapat mengurangi stres karena keluarga dapat langsung
memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
d. Dukungan informasional
Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan yang
meliputi pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang
situasi dan kondisi lansia. Menurut Nursalam (2008) dukungan
iniberupa pemberian nasehat dengan mengingatkan lansia untuk
menjalankan pengobatan atau perawatan yang telah direkomendasikan
oleh petugas kesehatan (tentang pola makan sehari-hari, aktivitas fisik
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
52
atau latihan jasmani, minum obat, dan kontrol), mengingatkan tentang
prilaku yang memperburuk penyakit lansia serta memberikan
penjelasan mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang
penyakit yang diderita lansia.
4. Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal,
seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari
saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti
(dalam jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga
secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Friedman 2002, ada bukti kuat dari hasil penelitian
yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara
kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan.
Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak
perhatian dari pada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar.
Selain itu, dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu)
juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (2002), ibu yang
masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau
mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan
ibu-ibu yang lebih tua.Hal lain yang mempengaruhi faktor-faktor
dukungan keluarga lainya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
53
sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua
dan tingkat pendidikan. Keluarga kelas menengah kemungkinan
memiliki hubungan yang lebih demokratis dan adil, sementara dalam
keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi.
Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada
orang tua dengan kelas sosial bawah (Friedman, 2002). Faktor
lainnya adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga
yang sakit. Status pernikahan juga berpengaruh, hal tersebut dikaitkan
dengan bertambahnya anggota keluarga, dukungan pada anggota
keluarga yang sakit pun semakin banyak.
F. Peran Perawat Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Ada dua
perspektif dasar menyangkut peran orientasi strukturalis yang menekankan
pengaruh normatif ( kultural ), yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status-
status tertentu dan peran- peran terkaitnya ( Linton 1945). Orientasi interaksi
dari turner, 1970 yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari
interaksi sosial. Dalam teks ini peran didefinisikan dalam pemahaman yang
lebih struktural, karena preskripsi - preskripsi normatif dalam keluarga,
meskipun berbeda- beda, secara relatif masih masih didefinisikan lebih baik
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
54
(Nye,1976). Jadi peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu.
Peran Perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakuidan
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesi.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk
kejelasan.
Peran perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan
fungsi dan tugas kesehatan. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara
lain sebagai berikut :
1. Pendidik ( educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan
kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap
masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu didukung
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
55
oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses
belajar mengajar.
2. Koordinator
Menurut ANA, Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik
keperawatan yang umum, menyeluruh, dan berlanjut. Keperawatan
berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang
bekerja dengan keluarga. Koordinasi diperlukan pada perwatan
berkelanjutan agar tercapai pelayanan yang komprehensif.
3. Pelaksana perawatan dan Pengawas perawatan Langsung
Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit. Perawat melakukan perawatan langsung atau
demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan
keluarga mampu melakukannya dirumah, perawat dapat
mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk melakukan peran
langsung selama dirumah sakit atau dirumah oleh perawat kesehatan
masyarakat.
4. Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan atau Penasihat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Hubungan perawat- keluarga harus dibina dengan baik, perawat
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
56
harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Dengan demikian keluarga
mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang bersifat
pribadi Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber
umtuk mengatasi masalah kesehtan keluarga.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
rumah sakit, puskesmas atau anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan.
Sebagai advokat, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
Misalnya, keluarga dengan sosial ekonomi lemah yang tidak mampu
memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga
mencari bantuan.
8. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga
meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat
menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada.
Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, maslah ekonomi, dan masalah sosial
budaya. Agar dapat melaksanakan dengan peran fasilitator dengan baik,
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
57
maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
9. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi maslah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan penyakit atau wabah.
10. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta
lingkungan yang sehat.
a. Peran keluarga dalam merawat Lansia
Berikut ini adalah peran keluarga dalam merawat lansia.
1) Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang berusia
lanjut agar tetap dalam keadaan optimal atau produktif.
2) Mempertahankan dan meningkatkan status mental lansia
3) Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia
4) Memotivasi dan memfasilitasi lansi untuk memenuhi kebutuhan
spiritual, sehingga ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa
meningkat.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
58
G. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Perilaku Perawatan Hipertensi pada Lansia
Secara spesifik, dengan adanya pengetahuan yang baik yang
dimiliki keluarga berpengaruh pada dukungan keluarga yang akan
dilakukan dalam perilaku perawatan hipertensi, sehingga berpengaruh pula
pada menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh daripada sakit.
Jadi dengan adanya pengetahuan dan dukungan keluarga yang baik dan
tepat maka status kesehatan penderita lebih meningkat. Pengetahuan yang
baik dan dukungan Keluarga yang dapat mendorong lansia untuk
berperilaku yang tepat dalam hal perawatan hipertensi, dimana perilaku
biasanya dipengaruhi oleh respon lansia terhadap stimulus atau
pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang
tergantung bagaimana reaksi lansia untuk merespon terhadap suatu
stimulus tersebut yang berujung pada suatu tindakan atau perilaku.
Berbagai strategi untuk meningkatkan kekuatan dalam melakukan
perilaku perawatan hipertensi salah satunya dengan adanya keterlibatan
keluarga, dimana keluarga dapat melakukan perawatan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesehatan penderita hipertensi sehari-harinya dan tercipta
status kesehatan yang optimal. Sebuah keluarga dapat menjadi salah satu
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan suatu keyakinan dan
nilai kesehatan lansia serta dapat menentukan tentang perawatan yang tepat
untuk responden. Sikap keluarga yang perduli sangat diperlukan untuk
menghadapi penderita yang membutuhkan perhatian. Dalam dukungan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
59
emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap
anggota keluarga yang sakit. Dengan perhatian yang berlebih maka
penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam menghadapi penyakitnya,
karena penyakit hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan
perawatannya pun seumur hidup.
Dengan adanya peran serta keluarga yang dilakukan dengan baik
diharapkan dapat membantu penderita hipertensi dalam melakukan perawatan
sehari-hari, sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Perlu diketahui bahwa penyakit hipertensi tidak akan sembuh, untuk itu
dibutuhkan suatu perilaku ketaatan jangka panjang dan kesabaran yang
ekstra selama hidupnya guna mempertahankan kesehatannya (Notoatmodjo
2011).
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
60
H. KerangkaTeori
Perilaku
Perawatan
Faktor Pemungkin
1. puskesmas
2. posyandu
3. rumah sakit
Faktor Predisposisi
1. Tingkat Pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakinan
4. Kepercayaan
5. Nilai
Faktor penguat
1. Keluarga
2. petugas kesehatan
Keterangan :
: Tidak
diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Sumber: Menurut Lowrence Green 1980 dalam Notoatmodjo,
2010 , Notoatmodjo 2012)
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
61
I. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dalam bentuk
hipotesis statistik dalam hipotesis alternatif dan hipotesis nol
1. Ha : Ada Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga terhadap
Perilaku Perawatan hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu Brebes.
2. Ho : Tidak ada Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
terhadap Perilaku Perawatan hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu
Brebes.
Tingkat
Pengetah
uan
Dukungan
Keluarga
Perilaku
Perawatan
Hipertensi
Pengaruh Tingkat Pengetahuan..., Pakuwati , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
top related