bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro, kecil, dan...
Post on 22-Jun-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,
dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
10
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Adapun kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 6 ayat 1, 2, dan 3 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau;
b. Memiliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
11
3. Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2 Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang ilmu akuntansi yang
merupakan suatu alat bagi manajemen dalam merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya
yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan
keputusan.
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2010:7), pengertian akuntansi biaya adalah:
“Akuntansi biaya ialah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu dengan penafsiran
terhadap hasilnya”.
Adapun penjelasan mengenai akuntansi biaya menurut Matz dan Usry
(2010:10) adalah:
12
“Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan seperangkat
akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan
mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun
keputusan strategik”.
Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi biaya
merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
biaya, sehingga menghasilkan suatu informasi biaya yang dapat membantu
manajemen dalam membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.2 Peranan Akuntansi Biaya
Secara umum akuntansi biaya menghasilkan informasi bagi manajemen
untuk mengukur apakah kegiatan usahanya telah menghasilkan laba atau
sebaliknya menimbulkan rugi. Selain itu akuntansi biaya juga memberikan
informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk
merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan
produk.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:4), peranan akuntansi biaya
adalah:
“Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan
manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian,
memperbaiki kualitas meningkatkan efisiensi serta membuat
keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat
strategis”.
13
Menurut Mulyadi (2010:9), peranan dan tujuan akuntansi biaya adalah
sebagai berikut:
“Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk
kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelola
perusahaan atau bagiannya. Agar supaya akuntansi biaya dapat
mencapai tujuannya tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh atau yang
terjadi di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan
sedemikian rupa hingga memungkinkan penentuan harga pokok
secara teliti, pengendalian biaya, dan analisis biaya-biaya”.
Adapun penjelasan mengenai peranan akuntansi biaya menurut Carter
(2009:11) yaitu, pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai
biaya dapat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut:
1. Anggaran
Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam
kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.
Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi
orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan
perusahaan.
2. Pengendalian Biaya
Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
3. Penetapan Harga
Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan
untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.
14
4. Penentuan Laba
Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun
atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan
nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan
pelaporan eksternal.
5. Memilih Berbagai Alternatif
Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
2.3 Biaya
Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak bisa terlepas dari
pengorbanan sumber-sumber ekonomis untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Pengorbanan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu laba.
2.3.1 Pengertian Biaya
Biaya berbeda dengan beban, biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban merupakan biaya
yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis (Bustami dan Nurlela,
2009:7).
Menurut Mulyadi (2010:8), dalam arti luas biaya adalah “pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
15
yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Didalam definisi ini
terdapat 4 unsur pokok mengenai biaya, yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuang uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai “pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”.
Menurut Carter (2009:2), pengertian biaya adalah sebagai berikut:
“Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang
dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat”.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:66), pengertian biaya adalah:
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
saat ini atau di masa datang bagi organisasi”.
Dari beberapa definisi biaya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, biaya
adalah sumber ekonomi yang dikeluarkan dan dikorbankan untuk suatu tujuan
tertentu guna memperoleh manfaat, serta terukur dalam satuan uang.
16
2.3.2 Klasifikasi Biaya
Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
penggolongan. Penggolongan ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai
dengan manfaat penggolongan tersebut. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep
“different cost for different purpose”.
Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela
(2009:12) adalah:
“Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen
biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting”.
Menurut Mulyadi (2010:13), biaya dapat diklasifikasikan ke dalam lima
macam penggolongan biaya yaitu:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengannya disebut biaya bahan bakar.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Biaya dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi pokok
dalam perusahaan yaitu:
a. Biaya Produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis
17
besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, gaji
karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi
dan pemasaran produk.
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
Dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu:
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada,
maka biaya langsung tidak akan terjadi.
b. Biaya Tidak Langsung (In Direct Cost)
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik.
18
4. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya, biaya dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya Variabel
Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja.
b. Biaya Semi Variabel
Biaya Semi Variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur
biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya Semi Fixed
Merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu
dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
d. Biaya Tetap
Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
5. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun
19
kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan
sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
dinikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi atau diamortisasi.
b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.4 Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan total dari seluruh biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengubah bahan mentah menjadi barang
jadi. Harga pokok produksi disebut juga sebagai biaya pokok dari proses produksi
suatu produk.
2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut Hansen dan Mowen (2009:60), penjelasan mengenai pengertian
harga pokok produksi dinyatakan sebagai berikut:
“Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan
pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik”.
Menurut Mulyadi (2010:17), harga pokok produksi didefinisikan sebagai
berikut:
“Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam
pengelolaan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi atau
disebut juga harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
20
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk memperoleh penghasilan“.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, harga
pokok produksi adalah total biaya yang dikorbankan dalam proses produksi yang
dibebankan pada barang jadi, terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
21
Tabel 2.1 Contoh laporan harga pokok produksi
Organisasi Manufaktur
Laporan Harga Pokok Produksi
untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008
Bahan baku langsung:
Persediaan awal 200000
Ditambah: Pembelian 450000
Bahan baku yang tersedia 650000
Dikurangi: Persediaan akhir 50000
Bahan baku langsung yang terpakai 600000
Tenaga kerja langsung 350000
Overhead manufaktur:
Tenaga kerja tidak langsung 122500
Depresiasi 177500
Sewa 50000
Listrik, air, dan lain-lain 37500
Pajak properti 12500
Pemeliharaan 50000 450000
Total tambahan biaya manufaktur 1400000
Ditambah: barang dalam proses awal 200000
Total biaya manufaktur 1600000
Dikurangi: barang dalam proses akhir 400000
Harga Pokok Produksi 1200000
Sumber: Hansen-Mowen (2009:62)
22
2.4.2 Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2010:65), informasi harga pokok produksi yang
dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual produk.
Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan sebagai salah
satu dasar pertimbangan dalam penetapan harga jual selain pertimbangan
nonbiaya.
2. Memantau realisasi produksi.
Informasi dari perhitungan biaya produksi digunakan untuk memantau
apakah total biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang direncanakan.
3. Menghitung laba atau rugi periodik.
Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan untuk
mengetahui apakah perusahaan memperoleh laba atau mengalami rugi.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.
Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat dapat
dimanfaatkan sebagai alat dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2.4.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi ditentukan oleh unsur-unsur biaya yang dikeluarkan
dalam proses mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Unsur-unsur biaya
tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
23
2.4.3.1 Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
Secara garis besar biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sebagai unsur utama dalam proses
produksi. Jumlah biaya bahan baku langsung proporsional dengan jumlah unit
produk yang dihasilkan.
Hansen dan Mowen (2009:57) menyatakan bahwa bahan baku langsung
adalah:
“Bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa
yang sedang diproduksi. Biaya bahan baku langsung dapat secara
langsung dibebankan pada produk. Sebagai contoh: besi pada mobil,
kayu pada lemari, kain pada baju”.
Menurut Mulyadi (2010:14), pengertian biaya bahan baku langsung
adalah:
“Bahan baku atau bahan langsung merupakan bahan yang
membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat diolah
dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,
impor dari pengolahan sendiri”.
Dari definisi yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, biaya
bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan
baku atau bahan langsung yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi
dan dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.
2.4.3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan
sebagai balas jasa bagi semua tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam
24
kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Sama halnya dengan biaya
bahan baku langsung, jumlah biaya tenaga kerja langsung juga proporsional
dengan jumkah unit produk yang dihasilkan.
Menurut Mulyadi (2010:319), tenaga kerja langsung dijelaskan sebagai
berikut:
“Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga
yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.
Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), pengertian biaya
tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:
“Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan
dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk
selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai”.
Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa,
biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang
terlibat langsung dalam kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi, dan
manfaatnya dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.
2.4.3.3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Selama kegiatan produksi berlangsung terdapat biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-
biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tersebut
25
disebut sebagai biaya overhead pabrik.
Menurut Carter (2009:151), pengertian biaya overhead pabrik adalah
sebagai berikut:
“Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat
ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam proses produksi
(di luar pemasaran dan administrasi)”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:13), biaya overhead pabrik
dapat dikelompokkan menjadi elemen-elemen berikut:
a. Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong)
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk
tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri
secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli
dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian,
vanili, garam, pelembut, pewarna.
b. Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam
pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai.
Biaya tenaga kerja tidak langsung tidak dapat diperhitungkan secara
langsung kepada produk. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas
pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji
operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik,
gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.
26
c. Biaya Tidak Langsung Lainnya
Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan
tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk
selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak
bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa
pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan
mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.
2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2010:16), pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksinya. Secara garis besar, cara memproduksi produk
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi
massa. Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan harga
pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (Job
Order Cost Method), sedangkan perusahaan yang berproduksi massa,
mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga
pokok proses (Process Cost Method).
2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2010:17), merupakan
suatu metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu.
Harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi
27
pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2.5.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Metode pengumpulan harga pokok produksi dengan metode harga pokok
pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan, menurut Mulyadi (2010:38) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan
istrilah biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedang
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
28
untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam
pesanan yang bersangkutan.
2.5.3 Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses menurut Mulyadi (2010:17) merupakan suatu
metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan
harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
2.5.4 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2010:64) dalam perusahaan yang berproduksi massa,
karakteristiknya adalah sebagi berikut:
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi
yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu
tertentu.
2.5.5 Perbedaan Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2009) untuk memahami karakteristik metode harga
pokok pesanan dan metode harga pokok proses, berikut dapat dilihat dari
perbedaan yang terletak pada:
29
1. Pengumpulan Biaya Produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Metode harga produksi pesanan menghitung harga pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah
diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi
per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
selam periode bersangkutan. Perhitungan dilakukan setiap akhir periode
(akhir bulan).
3. Penggolongan Biaya Produksi
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Di
dalam metode harga pokok proses pembedaan biaya produksi langsung
dan tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk.
30
4. Unsur Biaya yang Dikelompokkan dalam Biaya Overhead Pabrik
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode
harga pokok proses biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentu.
2.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2010:17), metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi,
terdapat dua pendekatan: full costing dan variable costing.
2.6.1 Metode Full Costing
Definisi metode full costing menurut Mulyadi (2010:17) adalah sebagai
berikut:
“Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku
variabel maupun tetap”.
Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel
maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Menurut metode ini, biaya overhead tetap dipandang sebagai biaya
produk, bukan biaya periode (Hansen dan Mowen, 2009:564).
31
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing
terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga Pokok Produksi xx
Dilihat dari penyajian laporan laba rugi, pada pendekatan full costing yang
biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi
dimana biaya-biaya disusun dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi,
administrasi, dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini
banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan. Oleh karena itu
sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut. Berikut bentuk
penyajian laporan laba rugi menurut pendekatan full costing:
32
Tabel 2.2 Laporan Rugi-Laba Full Costing
Hasil penjualan Rp 500.000
Dikurangi: Harga pokok penjualan 250.000
Laba bruto Rp 250.000
Dikurangi:
Biaya administrasi dan umum Rp 50.000
Biaya pemasaran 75.000 125.000
Laba bersih usaha Rp 125.000
Sumber: Mulyadi (2010:125)
33
2.6.2 Metode Variable Costing
Definisi metode variable costing menurut Mulyadi (2010:18) adalah
sebagai berikut:
“Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel.”
Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak
disertakan dalam penentuan biaya produk. Biaya overhead tetap dikelompokkan
sebagai biaya periode bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable costing
terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga Pokok Produksi xx
Dilihat dari sisi penyajian laporan laba ruginya, pendekatan variable
costing di kenal sebagai contribution approach, yaitu merupakan suatu format
laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya,
dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap,
dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pihak internal. Berikut bentuk penyajian laporan laba rugi
menurut pendekatan variable costing:
34
Tabel 2.3 Laporan Rugi-Laba Variable Costing
Hasil penjualan Rp 500.000
Dikurangi biaya-biaya variabel:
Biaya produksi variabel Rp 150.000
Biaya pemasaran variabel 50.000
Biaya administrasi & umum variabel 30.000
230.000
Laba kontribusi (contribution margin) Rp 270.000
Dikurangi biaya-biaya tetap:
Biaya produksi tetap Rp 100.000
Biaya pemasaran tetap 25.000
Biaya administrasi & umum 20.000
145.000
Laba bersih usaha Rp 125.000
Sumber: Mulyadi (2010:125)
top related