bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep mastitis …eprints.umm.ac.id/54157/3/bab ii.pdf10 bab ii...
Post on 20-May-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mastitis
2.1.1 Definisi Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih yang dapat
disertai infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada primipara (ibu pertama
kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum memiliki kekebalan tubuh terhadap
infeksi bakteri Staphilococcus Aureus. Kasus mastitis diperkirakan terjadi dalam 12
minggu pertama, namun dapat pula terjadi pula sampai tahun kedua menyusui
(Maretta Nur Indahsari & Chusnul Chotimah, 2017). Mastitis perlu diperhatikan
karena dapat menimbulkan luka sehingga terjadi mastitis infeksi.
Mastitis adalah masalah umum yang signifikan pada ibu menyusui yang dapat
berkontribusi pada penyapihan menjadi masalah yang paling banyak dilaporkan(Rsud,
Margono, & Purwokerto, n.d.). Pada mastitis terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat menurunkan produksi ASI sehingga ibu
akan berhenti menyusui. Kemudian, mastitis juga berpotensi menyebabkan beberapa
penyakit (Nurhafni, 2018).
Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi. Mastitis
non infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi, tetapi tetap
di payudara). Ibu yang mengalami mastitis non infeksi biasanya merasakan payudara
terasa nyeri, bengkak dan ketidaknyaman (Chiu et al., 2010) . Stasis susu mungkin
memiliki sebab-sebab antara lain : Bayi tidak menempelkan payudara secara efektif
saat menyusui. Bayi mengalami kesulitan mengisap ASI dari payudara. Bayi jarang
mendapat ASI. Saluran susu dapat tersumbat karena tekanan pada payudara seperti
11
pakaian ketat. Apapun yang menghentikan ASI tidak diekspresikan dengan benar
biasanya akan menghasilkan stasis susu, yang sering menyebabkan penyumbatan
saluran susu jika dibiarkan akan timbul luka sehingga mangakibatkan infeksi,
sedangkan mastitis infeksi disebabkan oleh bakteri yang umumnya tidak berkembang
dalam saluran susu. tetapi, jika saluran susu berhenti kemungkinan infeksi akan
tumbuh tumbuh. Para ahli percaya bahwa bakteri yang ada di permukaan kulit
payudara masuk ke payudara melalui retakan kecil atau pecah di kulit. Mereka juga
menyarankan bahwa bakteri di mulut bayi bisa masuk ke payudara ibu saat menyusui
(Walker, 2009). Diagnosis mastitis biasanya klinis, dengan pasien yang mengalami
nyeri tekan dalam satu payudara (Jeanne & Spencer, 2008).
2.1.2 Etiologi
Ada beberapa penyebab terjadinya mastitis antara lain sebagai berikut:
Stasis ASI dan infeksi yang berasal dari bakteri. Faktor predisposisi yang
menyebabkan mastitis diantaranya adalah umur, stress dan kelelahan, pekerjaan di
luar rumah (Inch dan Xylander, 2012). Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan
efisen dari payudara. Hal ini dapat terjadi apabila ASI terbendung pada payudara yang
disebabkan oleh kenyutan bayi tidak efektif atau teknik menyusui yang tidak benar.
Stasis ASI merupakan penyebab primer dan jika dibiarkan akan berkembang timbul
infeksi. Menyusui yang efesien akan mencegah terjadi stasis ASI (Rsud et al., n.d.).
Infeksi disebabkan oleh bakteri yang bernama Staphylococcus Aureus. Bakteri ini berasal
dari mulut bayi memalui saluran puting, sehingga teknik menyusui yang salah akan
menyebabkan puting menjadi lecet. Hal ini akan memudahkan bakteri masuk pada
payudara dan mengakibatkan penyumbatan ASI payudara menjadi besar, terasa nyeri
tekan dan terasa panas. Penyumbatan yang diakibatkan oleh infeksi dapat
12
mengakibatkan terjadi mastitis, karena menyusui yang tidak adekuat(Anasari &
Sumarni, 2014).
Umur juga dapat menyebabkan terjadi mastitis. Umur merupakan individu
yang dihitung mulai dia lahir sampai berulang tahun, semakin berumur semakin
cukup tingkat kematangan dan seseorang akan lebih matang befikir(Herry Rosyati,
2016). Wanita yang berumur 21-35 lebih rentang menderita mastitis dari pada
wanita dibawah 21 tahun dan diatas 35 tahun. Umur sangat menentukan kesehatan
maternal dan kondisi ibu saat hamil, persalinan dan menyusui. Diperkirakan alat
reproduksi yang belum matang, sedangkan jika umur lebih dari 35 akan rentang
sekali terjadi pendarahan. Hal tersebut memicu terjadinya mastitis (Herry Rosyati,
2016).
Stres merupakan faktor psikologis dengan menciptakan suasa pikiran tenang
dan nyaman. Stress dan kelelahan maternal sering dikaitkan dengan mastitis, biasanya
dialami pada ibu primipara (Nurhafni, 2018). Kondisi ibu yang stres dan cemas akan
mempengaruhi kelancaran ASI (Amalia, 2018). Semakin tinggi ibu mengalami
gangguan emosi maka semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan
sebagai produksi ASI.
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan setiap hari (Nurhafni,
2018). Pekerjaan juga berhubungan dengan penurunan frekuensi menyusui untuk
mengosongkan payudara. Pengosongan payudara yang tidak adekuat akan
mengakibatkan pembengkakan payudara dan saluran susu tersumbat sehingga akan
mengakibatkan mastitis(Hasanah, 2017).
2.1.3 Patofisiologi
Pada umumnya porte de entry menyebabkan puting menjadi luka dan lecet,
kemudian bakteri menjalar pada duktus-duktus yang berkembang biak sehingga
13
terjadi pus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus
(saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi
tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat.
Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma
masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons
imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan
terjadinya infeksi (Novyaningtias, 2016).
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui Duktus Laktiferus ke
lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal)
atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering
adalah Staphylococcus Aureus, Escherecia Coli dan Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan
pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.
Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1% (IDAI,
2011).
2.1.4 Manifestasi Klinis dari Mastitis
Manisfestasi klinis mastitis yang umum adalah area payudara yang terasasakit
dan keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri, bengkak sehingga
ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada payudara.
Berdasarkan jenisnya mastitis dibedakan menjadi dua, mastitis infeksi dan
mastitis non-infeksi. Gejala yang timbul dari mastiti infeksi biasanya ditandai adanya
respon inflamasi dan rusaknya jaringan puting puting menjadi pecah-pecah sehingga
dengan mudah bakteri untuk masuk, sedangkan tanda dan gejala mastitis non-infeksi
payudara mengalami pembengkakan yang upnormal payudara yang mengeras, terasa
14
sakit apabila disentuh dan terasa tegang dikarenakan kurangnya waktu menyusui
untuk bayi (Walker,2009).
Gambar 2.1 Payudara Mastitis (Rysna, 2015)
2.1.5 Epidemiologi
Insiden mastitis puerperalis sangat bervariasi. menurut penelitian, mastitis
tampaknya mempengaruhi sekitar sepuluh persen dari semua ibu yang menyusui.
Namun, hasil studi telah bervariasi secara signifikan, beberapa menunjukkan hanya
tiga persen sementara yang lain mengatakan tiga puluh tiga persen wanita
terpengaruh. Hal ini paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga postpartum
dengan sebagian besar laporan yang menunjukkan bahwa tujuh puluh empat persen
hingga sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada 12 minggu pertama. Namun,
dapat terjadi pada setiap tahap laktasi.
2.1.6 Penatalaksanaan
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-medis, dimana medis
melibatkan obat antibiotik dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan
suportif.
15
1. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan atautidak
ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-penisilinase .
Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan Eritromisin. Terapi yang
paling umum adalah adalah Dikloksasilin. Berikut antibiotik yang efektif
terhadap infeksi Staphylococcus aureus.
Tabel 2.1 Dosis Antibiotik
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Sumber: (IDAI, 2011)
Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat
antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan
terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun jika infeksi
tidak hilang maka dilakukan kultur asi (Prasetyo, 2010).
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa
nyeri menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam proses
pengeluaran ASI. Analgesik yang diberikan berupa ibuprofen dengan dosis
1,6gram per hari karena lebih efektif dalam menurunkan peradangan
dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen. Sehingga direkomendasikan
pada ibu menyusui yang mengalami mastitis (Novyaningtias, 2016). Selain
analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan
kompres kentang.
16
2. Penatalaksanaan non-medis
Penatalaksanaan non-medis dapat dilakukan berupa tindakan suportif
untuk mencegah mastitis semakin buruk. Tindakan suportif yang diberikan
yaitu guna untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan (Novyaningtias, 2016)
meliputi : Sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan sedikit lalu oleskan
pada daerah payudara dan puting. Cara ini bertujuan untuk menjada
kelembapan puting susu (Soetjiningsih, 2013). Kemudian bayi diletakkan
menghadap payudara ibu. Posisi ibu bisa dudukatau berbaring dengan santai,
bila bu memilih posisi duduk sebaiknya menggunakan kursi yang lebih rendah
supaya kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa bersandar.
Selanjutnya bayi dipegang pada belakang bahu dengan menggunakan satu
lengan, dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi
tidak boleh menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
Tangan bayi diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan, perut
bayu ditempelkan pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya menengokkan kepala bayi). Payudara dipegang dengan jari
jempol diatas dan jari lainnya menopang payudara, seperti huruf C (Reinata,
2016).
17
Gambar 2.2 Bayi Mencari Puting Susu Ibu (Priyono, 2010)
Bayi diberi rangsangan supaya bayi ingin membuka mulut atau disebut dengan
rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi bayi pada puting susu atau menyuntuhkan sisi
mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi didekatkan pada payudara dan
puting dimasukan pada mulut bayi. Usahakan areola payudara masuk ke mulut bayi
sehingga lidah bayi akan menekan ASI. Posisi yang salah apabila bayi hanya
menghisap bagian puting ibu saja. Hal ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar
secara adekuat (Monika, 2015).
Selain pengosongan payudara penatalaksanaan lainya berupa pemberian
kompre hangat dengan menggunakan shower hangat atau lap yang sudah dibasahi air
hangat. Penilitian Eman Mohammed Abd Elhakam and Somaya Ouda Abd Elmoniem
dalam jurnalnya untuk mengatasi mastitis dapat diberikan kompres kentang dengan
menggunakan irisan kentang yang suda direndam pada air kemudian menempelkan
atau mengkompreskan pada payudara (Crepinsek et al, 2012)
Mengubah posisi menyusui (posisi tidur, duduk atau posisi memegang bola
(foot ball position). Memakai baju atau bra yang longgar dapat mengurangi penekanan
berlebihan pada payudara. Bra yang ketat dapat menyebabkan segmental
enggorgement jika tidak disusui dengan adekut (Murniati, 2018).
Selanjutnya mengedukasi ibu atau memberi pengetahuan tentang dan
pencegahan dan penanganan mastitis. Sehingga ibu bisa mewaspadai sebelum terjadi
18
mastitis.Dengan cara tersebut biasanya mastitis akan menghilang setelah 48 jam.
Tetapi jika dengan cara-cara tersebut tidak ada perubahan, maka akan diberikan
antibiotika 5-10 hari dan analgesik(Soetjiningsih, 2013).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan kultur ASI. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk menjunjang diagnosis. WHO menganjurkaan untuk
melakukan uji sensitivitas dan kultur. Bahan kultur diambil dari ASI yang diperah
menggunakan tangan dan ditampung menggunakan penampung urin steril. Sebelum
dilakukan pemeriksaan dipastikan puting dibersihkan terlebih dahulu dan bibir
tempat menampung tidak bersentuhan dengan puting supaya tidak terkontiminasi
dengan kuman-kuman pada kulit sehingga mendapatkan hasil yang positif
(Novyaningtias, 2016).
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi pada mastitis disebabkan karena meluasnya peradangan payudara
(Nurhafni, 2018). Beberapa komplikasi jika mastitis tidak segera ditangani dapat
terjadi penghentian menyusui dini, abses payudara, mastitis berulang atau kronis, dan
juga infeksi jamur (Chotimah, 2017). Penghentian menyusui dini merupakan gejala
yang dapat membuat ibu untuk memutuskan tidak menyusui. Penghentian secara
mendadak dapat menyebabkan resiko abses payudara. selain itu ibu juga meragukan
obat yang dikonsumsi tidak aman bagi bayinya. Sehingga informasi dari tenaga
kesehatan sangat diperlukan untuk hal ini (Chotimah, 2017 (Amin, I, & W, 2014)).
Abses payudara merupakan meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
Gejala dari abses payudara adalah ibu tampak lebih parah merasakan sakit, payudara
terlihat lebih merah dan mengkilap, benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
Sehingga perlu dilakukan insisi payudara untuk menguarkan nanah tersebut. Pada
19
abses payudara perlu diberikan antibiotik dan analgesik dengan dosis tertentu.
Sementara untuk bayi harus menyusu hanya pada payudara yang sehat, sedangkan
ASI dari payudara yang sakit ketika diperas sementara tidak disusukan.
Mastitis berulang atau kronis disebabkan karena pengobatan yang terlambat.
Dalam mastitis kronis ibu dianjurkan lebih banyak untuk beristirahat, banyak minum
air putih dan makan dengan gizi seimbang. Untuk infeksinya diberikan antibiotik
dosis rendah yaitu eritromisin 500mg sekali sehari selama masa menyusui.
Infeksi jamur merupakan komplikasi sekunder yang disebabkan oleh jamur
Candida Albicans. keadaan infeksi jamur terasa terbakar yang menjalar sampai saluran
ASI. Sementara waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal, namun puting
tidak terlihat adanya kelainan. Pada komplikasi ini bayi mendapatkan pengobatan
berupa nistatin krim yang mengandung kortison dengan dioleskan pada puting
setelah menyusui dan bayi mendapatkan nistatin oral pada waktu yang sama
(Novyaningtias, 2016).
2.2 Konsep Kompres
2.2.1 Definisi Kompres
Kompres adalah sepotong balutan yang dilembabkan oleh cairan (Rahmawati,
2013). Manfaat kompres dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh (Rusnoto, 2015). Perubahan pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor
pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bahian
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pembuangan atau kehilangan energi atau panas memalui kulit meningkat, diharapkan
akan terjadi penurunan mastitis non-infeksi sehingga mencapai keadaan normal
kembali (Nursanti, 2012 ; Djuwarijah, 2009).
20
Panas dari kompres dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahan kan
suhu yang konstan, perawat harus sering mengganti kompres atau menggunakan
bantalan akuatermi yang hangat atau bantalan yang kedap air diatas kompres.
Kompres pada kulit dapat menghaambat shevering dan dampak metabolik yang
ditimbulkan. Selain itu kompres juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga
meningkatkan pengeluaran panas tubuh (Susanti, 2013).
2.2.2 Jenis-jenis Kompres
Ketika payudara seorang ibu merasa sakit saat menyusui, maka kompres dapat
membantu meringankan. Kompres biasanya digunakan untuk nemurunkan rasa nyeri,
mengurangi rasa sakit serta meningkatkan aliran darah. Kata kopres sudah tidak asing
lagi pada masyarakat. Berikut jenis-jenis kompres untuk payudara padaa ibu
menyusui.
1. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah pemberian rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain melancarkan sirkulasi darah juga
untuk menghilangkan rasa sakit serta memberikan ketenangan dan
kesenangan pada klien (Nuraeni, 2013).
Pemakaian kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat saja pada
bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian rasa hangat, pembuluh-pembuluh
darah akan melebar sehingga akan memperbaiki peredaran darah dalam
jaringan tersebut. Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit
atau nyeri dan akan menunjang proses penyembuhan dan proses peradangan
(Andarmoyo, 2013).
21
Menurut Kusumastuti (2008) dalam Nengah dan Surinati (2013),
kompres hangat dianggap bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah,
terutama pada egorgement panyudara post partum. Salah satu pengurang nyeri
dengan metode alami yaitu metode panas dingin. Memang tidak mengurangi
keseluruhan rasa nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air
hanagat yang dibungkus handuk dicelupkan ke air dingin untuk mengurangi
rasa pegal dan kram pada punggung saat menyusui (Judha, 2012).
Dalam report information from Donal M dan Susanne (2014), menyatakan
untuk mencegah mastitis pada ibu, bayi perlu minum ASI lebih sering untuk
membantu mengalirkan susu, sedangkan jika terjadi pembengkakan dapat
mereda dengan kompres hangat dan showerair hangatpada area payudara yang
nyeri.
2. Kompres Kol
Dalam penelitian Astutik (2016) kompres kol terbukti menurunkankan
pembengkakan pada area tubuh yang mengalami bengkak. Penurunan skala
pembengkakan payudara setelah diberikan kompres daun kubis menurut
Green (2015), terjadi akibat tingginya 4 kandungan sulfur pada kubis yang
diyakini dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan payudara.
Teori Mars (2014), kubis mempunyai sifat antibiotik dan anti-inflamasi
karena kandungan sinigrin (Allylisothiocyanate), rapine, minyak mustard,
magnesium, dan sulfur yang dapat membantu memperlebar pembuluh darah
kapiler, sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah
tersebut, dan memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan yang
terbendung dalam payudara tersebut (Novita, 2011).
22
Hasil penelitian Robert (2005) dalam jurnal penelitian Astutik (2016),
menunjukkan bahwa kompres daun kol efektif dalam mengurangi
ketidaknyamanan saat panyudara terasa penuh. Kompres daun kol efektif
dalam mengurangi ketidaknyamanan pada payudara saat penuh dan bengkak.
Penelitian juga silakukan oleh Sousa dkk (2012), yang mengkombinasikan
kompres hangat, dingin dan kompres kol untuk mengatasi bendungan
payudara yang dapat mengakibatkan mastitis.
3. Kompres Kentang
Selain kompres panas dan kompres kol, teknik yang efektif diterapkan yaitu
teknik kompres kentang. Kentang memiliki nama latin Solanum tuberosum L sejenis
tanaman umbi yang mudah ditemukan di Indonesia khususnya pada daerah
dataran tinggi dan pegunungan (Hidayat, 2014). Sayuran ini biasanya digunakan
sebagai pengganti makanan pokok setelah beras dan gandum (International Potato
Center, 2013). Bagian-bagian penting yang terdapat dalam tanaman kentang daun,
batang yang bertekstur agak keras namun tidak berkayu, akar, bunga dan umbi.
Tanaman kentang diklasifikasikan kedalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta,
kelas Dicotylodenae(berkeping dua), subkelas Asteridae, ordo Solanales, famili
Solanaceae(berbunga terompet), genus Solanum, spesies Solanum tuberosum.
Berdasarkan warna kentang di bedakan menjadi 3 yaitu kentang putih, kentang
kuning dan kentang merah. Peneliti menggunakan kentang kuning atau kentang
pada umumnya yang sering kita temukan karena kentang kuning memiliki
kandungan energi yang cukup tinggi. Berikut ini tabel 2.2 kandungan gizi dari
kentang :
23
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kentang Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI(1996)
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 83,00 kal
Protein 2,00 g
Lemak 0,10 g
Karbohidrat 19,10 g
Kalsium 11,00 mg
Fosfor 56,00 mg
Serat 0,30 g
Besi 0,70 mg
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 16,00 mg
Niacin 1,40 mg
Kentang juga diketahui mengandung banyak mineral (potassium, magnesium,
copper, kalsium, fosfor, zinc, dan zat besi). Kelompok mineral ini penting bagi
tubuh untuk menjalankan fungsi organnya dengan baik. Kentang memiliki zat
antioksidan, asam fitat yang terkandung dalam kentang bisa mengikat zat besi,
pemicu kanker (Puji Lestari, 2010). Selain bagian isi, kulit kentang juga memiliki
manfaat karena mengandung asam klorogenik berupa polifenol berfungsi untuk
mencegah mutasi sel-sel yang mengakibatkan kanker.
Kompres kentang (Solanum Tuberosum L.) bisa diterapkan dengan cara
mengirisan kentang mentah dalam 24 jam pertama gejala mulai payudara akan
mengurangi rasa nyeri,bengkak, dan ketidaknyaman pada payudara mastitis non-
infeksi. Berikut cara mengaplikasikan kompres kentang yaitu dengan cara
memotong 1 buah kentang kuning mentah menjadi 6 hingga 8 irisan tipis dengan
ukuran 0,5-1 cm. Irisan kentang tersebut tempatkan dalam baskom yang berisi air
pada suhu ruangan (15-20ºC) dan biarkan selama 15 hingga 20 menit. Tempelkan
atau aplikasikan irisan kentang kuning tersebut ke area payudara yang mengalami
24
mastitis dan biarkan selama 15 hingga 20 menit. Angkat dan buang setelah 15
hingga 20 menit dan gunakan irisan baru dari baskom. Ulangi proses ini dua kali
lagi sehingga peneliti telah menerapkan irisan kentang 3 kali dalam satu jam.
Istirahat selama 20 atau 30 menit dan kemudian ulangi prosedur (Newman, 2009).
Penggunaan air dingin setelah menyusui mengurangi peradangan dan memfasilitasi
drainase susu dari payudara (Crepinsek et al, 2012). Apabila mastitis non-infeksi
tidak berkurang selama 24 jam maka kolaborasi dengan dokter.
2.3 Ibu Menyusui
Ibu menyusui adalah suatu proses alamiah, pada kenyataanya di budaya kita
melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah kerena memerlukan pengetahuan dan
latihan yang tepat. Fakta menunjukan terdapat 40% wanita yang tidak menyusui
bayinya karena banyak yang mengalami nyeri dan pembengkakan payudara sehingga
bisa terjadi mastitis (Rinata dkk, 2016).
2.3.1 Masa Menyusui
The American of Pediatrics merekomendasikan ASI ekslusif selama 6 bulan
pertamaa selanjutnya selama 1 tahun. Menyusui sebaiknya dilakukan segera mungkin
setelah bayi dilahirkan. Pada hari pertama, biasanya ASI belum kluar, bayi cukup
disusukan selama empat sampai lima menit, untuk merangsang produksi ASI dan
membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari keempat sampai kelima, bayi
boleh disusukan selama sepuluh menit. Waktu menyusui dua puluh menit pada
masing-masing panyudara sudah cukup untuk bayi (Proverawati, 2010).
Menyusui bayi sesering mungkin bahkan dimalam hari sesuai dengan
kebutuhan bayi , sedikitnya delapan kali dalam dua puluh empat jam. Frekuensi
25
menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI, mencegah panyudara nyeri
dan sakit karena penumpukan dan pengumpalan ASI (Proverawati, 2010).
2.3.2 Teknik Menyusui
Teknik menyusi yang benar adalah dengan cara memberikan ASI pada bayi
dengan melekatkan bayi dan ibu dengan benar dan nyaman serta bayi memperoleh
manfaat terbesar dari menyusui. Berikut merupakan faktor kunci menyusui secara
efektif:
1. Waktu Menyusui
Pada bayi baru lahir akan lebih sering menyusu, rata-rata 10-12 kali disetiap
24 jam. Menyusui on demand merupakan menyusui kapanpun bayi mau. Menyusui
on demand merupakan cara terbaik untuk menjaga produksi ASI. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah sebaiknya tiap menyusui dengan durasi yang cukup lama
dan tidak terlalu sebentar dan sebaiknya menyusui tidak dijadwal karena menyusui
bayi dilakukan di setiap bayi membutuhkan sebab bayi akan menentukan
kebutuhannya sendiri (Astutik, 2014).
2. Pelekatan
Pelekatan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara bayi menahan
puting ibu dalam mulutnya. Ada dua cara untuk mengetahui pakah mulut bayi
melekat pada puting ibu (Astutik, 2014).
1) Jika mulut bayi melekat dengan benar , pastikan bibir bawah bayi terlipat
ke bawah dan dagu mendekat ke payudara selanjutnya lidah ada di
bawah payudara, areola, dan puting menempel pada langit-langit mulut
bayi. Posisi seperti ini memungkinkan bayi menghisap secara efisien.
2) Seluruh puting dan areola berada dalam mukut bayi. Posisi seperti ini
memungkinkan bayi menekan sinus-sinus di bawah areola. Jika hanya
26
puting yang masuk dalam mulut bayi, maka jumlah ASI yang dikeluarkan
sedikit.
.
Tabel 2.3 Pelekatan Benar dan Salah (Khasanah, 2011)
Pelekatan yang kurang baik disebabkan oleh posisi cara menyusui yang
salah atau tidak tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan dengan berbagai macam
posisi menyusui posisi tersebut tergolong benar dan mudah dilakukan bagi
ibu menyusui yaitu dalam posisi duduk, berdiri atau berbaring (Khasanah,
2011). Berikut posisi yang benar dan nyaman untuk ibu menyusui:
a. Baby-led lacting
Baby-led lacting merupakan posisi yang paling mudah bagi bayi yang
belajar menyusui saat ibu merasakan nyeri. cara menyusui bayi dengan
baby-led lacting adalah: susui bayi ketika bayi tenang, ambil posisi nyaman
duduk atau nersandar, lakukan kontak kulit dengan cara letakkan bayi
diantara payudara, kemudian bayi akan mencari puting ibu, setelah
menemukan puting ibu dagu bayi akan menekan payudara ibu dan
membuka mulutnya. Baby-led lacting(Khasanah, 2011).
b. Cross crandle
Cross crandle merupakan posisi yang digunakan oleh ibu yang belajar
menyusui. Posisi ibu diharuskan duduk tegak. Leher dan bahu bayi
disangga oleh lengan bagian bawah tangan (menekuk). Cara memegang
27
payudaranya dengan simbol huruf C yaitu ibu jari diatas puting dan jari
telunjuk dibawah puting (Tella et al, 2015).
c. Cradle
Cradle merupakan posisi dimana bayi menempel pada perut ibu
sehingga kepala bayi tidak berputar , karena bayi berada didekapan ibu.
Dengan posisi lengan ibu menyokong belakang badan dan punggung
bayi (Khasanah, 2011).
d. Football position
Football positionmerupakan posisi yang sesuai untuk ibu yang baru
pulih dari operasi Caesar, ibu yang memiliki payudara besar, serta ibu
yang menyusui anak kembar dalam waktu yang bersamaan. Cara
menyusui Football position dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk
menyokong tubuh ibu, kemudian tangan ibu menyokong kepala bayi
(Khasanah, 2011).
Gambar 2.4 Berbagai macam posisi menyusui (Khasanah, 2011)
e. Posisi berbaring
Sama dengan Football positionposisi ini dilakukan oleh ibu yang baru
pulih yari operasi Caesar, hanya saja beda cara meyusuinya yaitu ibu
28
berbaring dan sedikit miring ke arah bayi, kemudian tangan ibu
menyokong tubuh dan kepala bayi (Khasanah, 2011).
2.3.3 Klasifikasi Menyusui
Tidak ada yang membantah kalau ASI merupakan nutrisi yang paling baik
bagi bayi. Dukungan pemberian ASI telah banyak ditulisikan yang merupakan
program WHO untuk seluruh dunia, maupun di Indonesi memalui program
pemerintah dalam perundang-undangan, peraturan pemerintah (PP), atau peraturan
menteri kesehatan (Permenkes). Namun, tidak semua ibu bisa menyusui secara
langsung. Hal ini disebabkan karena ibu harus bekerja, kondisi bayi, jumlah ASI
(Riyadi, 2015).
1. Ibu menyusui secara langsung
Dalam menyusui secara langsung terdat manfaat bagi ibu dan bayi.
Menambah kedekatan antara ibu dan bayi. Selain itu isapan bayi pada puting
akan ditangkap oleh sel saraf sensorik pada puting yang mengirim sinyal ke
otak. Setelah stimulus mencapai hipotalamus, faktor inhibisi diblokade,
dengan hasil akhir akan lebih banyak prolaktin. Ketersediaan proklatin
mendukung berlangsungnya stimulasi produksi ASI (Riyadi, 2015).
Gambar 2.5 Proses pembentukan ASI (Marliandiani, 2015)
29
2. Menyusui tidak langsung
Pengeluaran ASI yang dibantu menggunakan alat bantu berupa perasan
tangan maupun alat bantu pompa. Hal ini dilakukan apabila puting ibu terasa nyeri
dan lecet. Pemberian ASI perah dapat diberikan dengan menggunakan cangkir
atau sendok, jangan diberikan dengan menggunkana botol/dot karena dapat
menyebabkan bayi bingung puting atau bayi menolak menyusu (Syamsiyah, 2013).
Namun tidak ada alasan lagi untuk memberikan ASI karena ibu bekerja. Wanita
bekerja adalah yang hasil karnyanya menghasilkan uang. Berdasarkan UUD pasal
27 ayat 2, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, yang berarti ibu bekerja tetap mendapat hak yang layak
untuk menyusui anaknya, karena menyusuimerupakan hak asasi manusia dan hak
asasi anak untuk hidup layak (Kemenkes RI, 2015).
2.3.4 Manfaat Menyusi Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI bagi ibu tidak hanya memperkuat jalinan kasih
sayang antara anak dan ibu, namun juga mencegah pendarahan pasca persalian pada
ibu. Hal ini dikarenakan adanya hormon oksitosin yang merangsang kontraksi uterus
sehingga menjepit pembuluh darah yang dapat mencegah terjadinya pendarahan.
Hormon oksitosin juga bermanfaat untuk merangsang proses kontraksi uterus
sehingga dapat berlangsung maksimal atau mempercepat involusi uterus . Adanya
kontraksi uterus dapat mencegah anemia hal ini dikarenakan ibu yang menyusui
kontraksi uterusnya berjalan dengan baik (Kemenkes RI, 2015).
Perubahan berat badan bisa naik turun sewaktu-waktu. Yang ditimbang dalam
keadaan berpakaian maupun tidak. Satuan timbangan berat badan yaitu kilogram
(Kg). Menurut Arisman cara menurunkan berat badan yang efektif yaitu dengan cara
memberi ASI atau menyusui. Ibu yang menyusui lebih cepat mengalami penurunan
30
berat badan karena mengalami pengurangan lemak yang tersimpan selama hamil.
Menyusui juga memerlukan energi, yang akan diambil dari penumpukan lemak
selama menyusui. Dengan menyusui ibu sedang melakukan diet karena terjadi
pembakaran lemak, sehingga terjadi pengurangan lemak secara alami (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Menyusui merupakan KB alami digunakan oleh ibu menyusui eksklusif yang
disebut dengan KB metode amonorhoe laktasi (MAL) atau KB MAL. Selama ibu belum
mendapatkan haid yang waktunya kurang dari 6 bulan setelah melahirkan metode KB
MAL yang paefektif dan sederhana tanpa menggunakan alat apapun. Pemberian ASI
secaraon demand yaitu meyusui bayi kapanpun bayi meminta ASI dapat mengendalikan
emosi karena frekuensi menyusui tidak menentu dan konsentrasi prolaktin tetap
meninggi selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi
peningkatan sekresi prolaktin secara akut. Oleh karena itu ibu yang menyusui ekslusif
menambah penjang kembalinya masa subur setelah melahirkan sehingga menunda
kehamilan berikutnya (Lausi, 2017).
2.3.5 Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi
Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Menurut Roesli (2004) yaitu ASI
sebagai nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ekslusif 0-6 bulan. ASI juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit.
Selain itu ASI dipercaya bisa meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal,
ASI juga membuat anak potensial, memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang,
serta memiliki perkembangan sosial yang baik(Wenas et al., 2004). 80 %
perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang
dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut
31
dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang
dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang (Depkes, 2011).
Dari sigi fisik manfaat ASI bagi bayi membantu meningkatkan daya
penglihatan dan kepandaian bicara dan menunjang perkembangan motorik bayi,
mengurangi resiko obesitas bayi. ASI membantu bayi untuk memilih makanan yang
baik di kemudian hari, sehingga dapat memperkecil terjadinya resiko obesitas. ASI
juga mudah dicerna oleh bayi dan membantu bayi memutuskan berapa banyak dan
kapan mereka (bayi) meminumnya (Kemkes, 2016).
2.4 Pengaruh Pemberian Kompres Kentang (Solanum Tuberosum L.)
Terhadap Mastitis Non-infeksi Pada Ibu Menyusui
Mengacu pada kajian secara teoritis sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan
antara kedua variabel penelitianme. Mastitis dapat menjadikan alasan untuk berhenti
menyusui (Spencer, 2014). Mastitis ditandai dengan payudara nyeri, bengkak dan
ketidaknyaman. Mastitis disebabkan karena cara menyusui yang tidak benar dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang merawat payudara.Ada 2 jenis mastitis yang
paling umum yaitu mastitis infeksi dan non-infeksi. Mastitis infeksi disebabkan oleh
puting yang lecet dan ASI tidak keluar secara optimal, sedangkan mastitis non-infeksi
kurangnya waktu menyusui pada bayi sehingga ASI terbendung atau pengosongan
ASI tidak secara sempurna (Abd Elhakam & Abd Elmoniem, 2016).
Mastitis dapat menghambat pertumbuhan bayi, karena tidak mendapatkan
kebutuhan ASI yang tercukupi sehingga bayi menjadi rentang terkena penyakit.
Dampak mastitis juga dapat dirasakan oleh ibu yang mengalami kesakitan sehingga
ibu deman tinggi (Hasanah, 2017). Penurunan mastitis dapat dilakukan dengan
pemberian kompres berupa kompres hangat, kompres kol dan kompres kentang
32
(Lestari, 2014). Kompres kentang dapat diaplikasikan dengan cara mengiris tipis
kentang sebanyak 6-8 iris dengan tipis kira-kira 1cm dan direndam dam mangkuk
yang berisi air selama 15-20 menit untuk mendapatkan efek dingin dan kandungan
kentang yang cocok pada peradangan dan nyeri serta bengkak, kemudian
dikompreskan pada payudara yang terkena mastitis selama 15-20 menit dan ulangi
selama 3 kali dengan jeda istirahat 20-30 menit (Newman, 2019). Berdasarkan
literatur, dengan demikin kompres kentang dapat meredakan payudara yang terasa
tegang dan nyeri, sehingga sirkulasi peredaran darah pada payudara menjadi lancar
(Eman Mohammed, et al.)
top related