bab ii tinjauan pustaka 2.1 bank landasan hukum sistem
Post on 20-Jan-2017
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Landasan hukum sistem perbankan di Indonesia salah satunya adalah Undang-
Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (1998:9) yang
memberikan definisi sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”.
2.1.1 Pengertian Bank
Menurut Siamat (2004) bank merupakan suatu organisasi yang
menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan
fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh
keuntungan bagi pemilik bank.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh bank selalu berkaitan dengan masalah keuangan.
12
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank
Fungsi bank yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam
menghimpun dana, bank menyediakan beberapa layanan jasa diantaranya:
penerimaaan tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan tujuan bank menurutUndang-
Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 yaitu menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2.1.3 Peranan Bank
Bank memiliki peranan sebagai berikut:
1. Sebagai badan usaha/ perusahaan
Artinya dalam menjalankan operasinya bank harus memberikan
keuntungan jangka panjang, sehingga di samping mempunyai kegiatan
operasionalnya bank sanggup memberikan dividen bagi para pemegang
saham.
2. Sebagai sumber dana dan pembiayaan
Salah satu usaha bank adalah menghimpun dana masyarakat berupa
tabungan, giro, dan deposito di dalam negeri. Dana yang terkumpul,
perbankan dapat membiayao proyek-proyek yang menguntungkan.
3. Sebagai penilaian kebijakan moneter
Bank dapat menyebabkan jumlah uang yang beredar bertambah atau
berkurang.
13
2.1.4 Jenis-Jenis Bank
Di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang ditinjau dari berbagai
segi antara lain:
1. Ditinjau dari Segi Fungsinya
a. Bank Sentral
Jenis bank ini tidak bersifat komersial seperti halnya bank umum dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bahkan di setiap negara bank sentral
selalu ada.Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia.
Tujuan bank sentral diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.
23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Bab III Pasal 7 adalah:
“Untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.Mata
uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak
yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil
sangatlah luas seperti salah satunya adalah terjadinya inflasi
yang sangat memberatkan masyarakat luas”.
Tugas Bank Indonesia menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia adalah:
1.) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2.) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3.) Mengatur dan mengawasi bank
14
b. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada.Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah.Bank umum sering disebut juga dengan
Bank Komersil (Commercial Bank).
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana saja, dan tidak menerima simpanan giro. BPR hanya dibatasi dalam
wilayah-wilayah tertentu saja.Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak
diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing.
2. Ditinjau dari Segi Kepemilikannya
Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya, maksudnya adalah siapa
saja yang memiliki bank tersebut. Dalam hal ini maka jenis bank juka dilihat
dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:
15
a. Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah yaitu akte pendirian maupun modalnya dimiliki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan yang diperoleh oleh bank
ini adalah milik pemerintah pula.
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
dengan pembagian keuntungannya.
c. Bank milik asing
Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta
asing maupun pemerintah asing suatu negara tertentu.
d. Bank milik campuran
Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional, di mana kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3. Ditinjau dari Segi Status
a. Bank Devisa
Bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat
melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan
mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri,
inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukuan dan pembayaran
Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.
16
b. Bank Non Devisa
Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai
izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa di mana
persyaratan untuk itu ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jadi bank non
devisa merupakan kebalikan dari bank devisa, di mana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.
4. Ditinjau dari Segi Cara Menentukan Harga
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan
dua metode yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian
pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga
ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan
harga seperti ini dikenal dengan istilah spread based.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya dengan menggunakan atau
menetapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu seperti biaya administrasi, iuran dan biaya-
biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya seperti ini dikenal
dengan istilah fee based.
17
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah menetapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya. Penentuan harga atau pencarian keuntungan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara:
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah)
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
5. Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank atau dari pihak lain (ijarah waiqqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya juga sesuai dengan
syariah Islam.
2.2 Perkreditan
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, yang berarti
kepercayaan (truth).Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Maksudnya
adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa
kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan
18
penerima kredit (debitur) memperoleh kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
2.3.1 Pengertian Kredit
Pengertian kredit yang menjadi dasar perkreditan di Indonesia tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tentang Perbankan Tahun 1998,
sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untukmelunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”.
Menurut Muljono (2007), menyatakan bahwa:
“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran yang akan
dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
Dari pengertian kredit di atas, dapat dikatakan bahwa:
1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan.
2. Adanya kesepakatan antara kreditur dan debitur.
3. Adanya suatu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman
dan bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo.
19
2.3.2 Fungsi Kredit
Fungsi kredit dalam kehidupan sosial ekonomi (perekonomian, perdagangan,
dan keuangan) dalam garis besarnya sebagai berikut:
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.
a. Para pemilik uang/ modal dapat secara langsung
meminjamkan uang kepada para pengusaha yang
memerlukan, untuk meningkatkan produksi atau
meningkatkan usahanya.
b. Para pemilik uang/ modal dapat menyimpan uangnya pada
lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai
pinjaman kepada pengusaha-pengusaha untuk
mengembangkan usahanya.
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
pembayaran baru seperti cek, giro, dan wesel. Sehingga apabila
pembayaran dilakukan dengan cek, giro, dan wesel maka akan dapat
meningkatkan peredaran uang giral. Di samping itu kredit perbankan
yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang
kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan
baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi
meningkat. Di samping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran
20
barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli
barang-barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Uang
yang digunakan dalam pembelian tersebut berasal dari kredit.Hal ini
juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat
suatu barang.
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi.
Dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu, kebijakan diarahkan
pada usaha antara lain:
a. Pengendalian inflasi
b. Peningkatan ekspor
c. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
Untuk menekankan laju inflasi, pemerintah melaksanakan kebijakan
uang ketat (tight money policy) melalui pemberian kredit yang selektif
dan terarah, untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat
nonspekulatif.Arus kredit diarahkan pada sektor-sektoryang produktif
dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif.Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri serta
ekspor ke luar negeri.
5. Kredit dapat meningkatkan antusias berusaha
Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usahanya
tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang
permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat
mengatasi kekurangmampuannya para pengusaha di bidang
21
permodalan, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan
usahanya.
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan
pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga untuk melaksanakan
proyek-proyek tersebut. Dengan tertampungnya tenaga-tenaga kerja
tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.
7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional
Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara
langsungmaupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di
dalam negeri. Begitu juga negara-negara yang telah maju yang
mempunyai cadangan devisa dan tabungan yang cukup dapat
memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit kepada negara-
negara yang sedang berkembang.
2.3.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta
kewaspadaan agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam kredit benar-
benar terwujud, sehingga kredit yang diberikan sesuai dengan sasaran dan
terjaminnya pemberian kredit tersebut tepat waktu sesuai perjanjian.
Penghasilan bunga dari kredit-kredit yang diberikan merupakan sumber utama
dari pendapatan bank, sehingga untuk terjaminnya kelancaran pembalian pokok,
22
maka sudah sewajarnya apabila pemberian kredit tersebut memerlukan perhitungan-
perhitungan yang teliti dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian kredit.
Prinsip-prinsip pemberian kredit terdiri dari prinsip 5C, prinsip 5P dan prinsip
3R. Antara prinsip 5C dengan prinsip 7P hampir tidak ada perbedaan, karena prinsip
7P berlandaskan pada prinsip 5C, dan untuk prinsip yang lebih umum digunakan
adalah prinsip 5C.
Menurut Munawir (2010) adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C adalah
sebagai berikut:
1. Character
Dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, yaitu
adanya keyakinan dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai moral,
watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga
mempunyai rasa tanggung jawab yang baik dalam kehidupan pribadi
sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
2. Capacity
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang
akan atau sedang dilakukannya. Jadi penilaian capacity dilakukan untuk
menilai sampai sejauh mana hasil yang diperoleh calon debitur dalam
mengelola perusahaannya untuk melunasi utang-utangnya pada waktu
yang telah ditetapkan.
23
3. Capital
Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi
sebagai penyedia dana, namun demikian halnya dalam kaitan bisnis murni,
semakin kaya seseorang ia semakin dipercaya untuk memperoleh kredit.
Dan secara rasional hal ini tentu tidaklah mengherankan, sebab seorang
calon debitur yang telah menanamkan dananya dalam proporsi yang besar
dibandingkan dengan kredit yang diperolehnya dari bank, akan terlihat
melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan.
4. Collateral
Collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkakn oleh
peminjam/ debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.Manfaat
collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan
kredit tersebut gagal atau dikarenakan sebab-sebab lain di mana debitur
tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal.
5. Condition of Economy
Condition of Economy yaitu suatu situasi dan kondisi politik, ekonomi,
sosial, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian
pada suatu saat maupun untuk jangka waktu tertentu yang
kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit.
Penilaian dengan prinsip 7P menurut Kasmir (2002) diuraikan sebagai
berikut:
24
1. Personality
Personality yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah laku
sehari-harinya maupun masa lalunya.Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
2. Party
Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya,
sehingga nsabah dapat digolongkan ke dalam suatu golongan tertentu dan
akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.Tujuan pengambilan kredit
dapat bermacam-macam, sebagai contoh apakah modal kerja atau
investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.
4. Prospect
Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas
kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan
rugi tetapi juga nasabah.
25
5. Payment
Payment yaitu ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengambilan kredit.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.
Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi dari sektor
lainnya.
6. Profitability
Profitability yaitu untuk menganalisis bagaimana perusahaan
mendapatkan laba.Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit
yang diperoleh.
7. Protection
Tujuannyaprotection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
Sedangkan penilaian dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut:
1. Return
Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur dengan
kreditnya, apakah hasil tersebut dapat menutup pengembalian
pinjamannya dan perusahaan bisa terus berkembang atau sebaliknya.
2. Repayment
Bank harus menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
pinjamannya pada saat-saat kredit harus dicicil atau dilunasi.
26
3. Risk Bearing Ability
Bank harus menilai sampai sejauh mana perusahaan mampu menanggung
risiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
2.3.4 Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh suatu
calon debitur sejak permohonan kredit diajukan oleh nasabah sampai disetujui oleh
bank, kemudian kredit tersebut digunakan oleh nasabah, dan pada akhirnya dilunasi
oleh nasabah.
Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu
kredit, diterima atau ditolak.Dalam menentukan kelayakan suatu kredit, maka dalam
setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam.
Tahapan-tahapan dalam proses pemberian kredit bank menurut Firdaus
(2003:91), yaitu:
1. Persiapan kredit (credit preparation)
2. Analisis atau penilaian kredit (credit analysis/ credit appraisal)
3. Keputusan kredit (credit decision)
4. Pelaksanaan dan administrasi kredit (credit realization and credit
administration)
5. Supervisi kredit dan pembinaan debitur (credit supervision and
follow up)
Sedangkan menurut Kasmir (2006), langkah-langkah permohonan kredit
sebagai berikut:
27
1. Pengajuan proposal
Dibuat secara tertulis dan dilengkapi dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan. Isi proposal antara lain: riwayat perusahaan, tujuan
pengambilan kredit, besarnya kredit dan jangka waktunya, cara pemohon
mengembalikan kredit, jaminan kredit.
Proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang dipersyaratkan seperti:
Akte Pendirian Perusahaan, Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon
kredit, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), NPWP, Laporan Posisi Keuangan
dan Laporan Laba Rugi 3 tahun terakhir, fotocopy sertifikat yang
dijadikan jaminan, daftar penghasilan bagi perseroan, dan kartu keluarga
bagi perseorangan.
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.Dalam
penyelidikan berkas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan
kebernaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada.
3. Penilaian Kelayakan Kredit
Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan
prinsip 7C dan 7P namun kredit yang lebih besar jumlahnya perlu
dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Studi kelayakan
meliputi: aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan,
28
aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi sosial, dan aspek
keamanan.
4. Wawancara Pertama
Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas
tersebut sesuai dan lengkap seperti yang diinginkan pihak bank dan juga
untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
5. Peninjauan ke Lokasi
Hasil dari peninjauan lokasi dicocokkan dengan hasil wawancara
pertama.Hendaknya peninjauan dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah
sehingga kondisi laporan keuangan sesuai dengan yang sebenarnya.
6. Wawancara Kedua
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan di lapangan.
7. Keputusan Kredit
Setelah melalui berbagai penilaian maka langkah selanjutnya adalah
keputusan kredit. Keputusan kredit mencakup: perjanjian kredit yang akan
ditandatangani, jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, dan biaya
yang harus dibayar.
8. Penandatanganan Perjanjian Kredit
Sebelum kredit dicairkan maka calon nasabah terlebih dahulu
menandatangani perjanjian kredit, kemudian mengikat jaminan kredit
dengan hipotik atau surat perjanjuan yang dianggap perlu.
29
9. Realisasi Kredit
Dilakukan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Jadi
dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka.
2.4 Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian khusus
dari manajemen, khususnya dalam mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Pengertian efektivitas dikemukakan oleh Badudu dan Zain (1994:371) adalah
sebagai berikut:
“Efektivitas mempunyai efek/ pengaruh/ akibat; memberikan hasil yang
memuaskan; memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya; berhasil
guna; keefektifan; sifat atau keadaan efektif”.
Sedangkan menurut Anthony dan Welsch (1995:544), pengertian efektivitas
adalah:
“Effectiveness is the relationship between the output as responsibility center
and the goals of the organization”.
Dari kedua definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa efektivitas adalah
suatu ukuran pencapaian sasaran atau tujuan dari perusahaan yang maksimal dari
input yang tersedia.
30
2.4.1 Efektivitas Pemberian Kredit
Pihak bank memberikan kredit dengan maksud dan tujuan tertentu yang
dikehendakinya. Pemberian kredit ini dikatakan efektif apabila menimbulkan akibat
atau maksud serta tujuan yang dikehendaki oleh pihak bank, yaitu kredit diberikan
sesuai dengan prinsip dan prosedur yang telah ditetapkan, kredit diberikan pada
debitur aman, pemanfaatan kredit digunakan sesuai dengan tujuan semula, dan yang
paling penting adalah kredit tersebut dikembalikan tepat pada waktunya. Selain sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh pihak bank, pemberian kredit ini juga harus
menguntungkan para debitur yang diberi kredit. Apabila hal-hal tersebut belum dapat
dipenuhi oleh pihak bank, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan efektivitas pemberian kredit.
2.5 Kerangka Pemikiran
Bank adalah salah satu lembaga yang aktivitas usahanya bergerak dalam
bidang keuangan.Salah satu fungsi bank adalah untuk menyalurkan kredit bagi para
nasabahnya.Bagi suatu bank, kredit merupakan salah satu sumber penghasilan utama,
yaitu pendapatan bunga, tetapi kredit juga sekaligus menjadi risiko terbesar bagi
pihak bank. Sebagian besar dana operasional bank diputarkan dalam kredit
nasabahnya. Bila kredit nasabah ini berhasil, maka usaha bank ini berhasil.
Sebaliknya, apabila kredit ini bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan besar
(Bank Indonesia, 1998).
Kasmir (2009) menyimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,
yaitu:
31
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2. Menyalurkan dana pada masyarakat dalam bentuk kredit
3. Memberikan jasa bank lainnya, antara lain: transfer, inkaso, L/C, valas,
credit card, serta jasa lainnya.
Dana yang dihimpun dari masyarakat disalurkan kembali ke masyarakat
melalui kegiatan perkreditan. Dengan fasilitas kreditnya, bank dapat memberikan
dana bagi pengusaha dalam melaksanakan usahanya. Banyak proyek-proyek yang
dapat membantu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi terlaksana dengan bantuan
dana yang diperoleh dari kegiatan perkreditan (Bank Indonesia, 1998).
Keputusan pemberian kredit tergantung pada fungsi pokok yang berbeda-
beda.Fungsi pokok dari bank sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar
pendiriannya.Bank-bank yang ada, pada umumnya memiliki tujuan dalampemberian
kredit. Menurut Sinungan (2000:211) tujuan tersebut akan meliputi fungsi-fungsi
pokok, yaitu:
1. Profitability, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan dari bunga pinjaman.
2. Safety, yaitu keamanan fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin
sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang
berarti.
Untuk menentukan apakah permohonan kredit dapat diterima atau tidak,
menurut lembaga pengembangan perbankan Indonesia dikenal adanya lima faktor
yang harus diperhatikan yang lebih dikenal dengan analisis 5C, yaitu: character,
capacity, capital, collateral, condition of economy. Apabila calon debitur memiliki
32
character yang baik dan capacity yang tinggi, maka semakin tinggi pula bagi pihak
bank dalam memutuskan pemberian kredit.Kemudian semakin baik capital calon
debitur dalam arti semakin tinggi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan
yang dikelolanya, maka semakin tinggi pula pihak bank dalam memberikan kredit.
Kemudia, semakin terjaminnya jaminan dari calon debitur (collateral) maka risiko
tak tertagihnya hutang menjadi rendah sehingga pihak bank kemungkinan besar akan
mengabulkan permintaan kreditnya. Terakhir, apabila semakin baik kondisi ekonomi
(condition of economy) calon debitur, maka kemungkinan tak tertagihnya utang akan
kecil sehingga pihak bank akan mengabulkan permintaan kreditnya (Wulandari,
2012). Bagi bank, debitur yang memenuhi semua prinsip 5C adalah nasabah yang
layak untuk mendapatkan kredit. Maka, dengan penilaian prinsip 5C pihak bank
semakin memperoleh kepastian bahwa kredit tersebut benar-benar tepat guna dan
sasaran (Papalangi, 2013).Sehingga, kredit tersebut tidak menjadi kredit yang
bermasalah atau kredit macet (Saraswati, 2012).Karena salah satu yang dihindari oleh
pihak eksternal adalah timbulnya bad debt (Fahmi, 2011:2).
Menurut Hadiwijaya (2000:72), dalam pelaksanaannya, analisis kredit belum
tentu meneliti semua aspek tersebut dalam menganalisis permohonan kredit, karena
semuanya tergantung pada seberapa besar risiko yang akan ditanggung atau dihadapi
oleh bank. Aspek keuangan merupakan aspek yang paling penting.
Munawir (2004:2) berpendapat bahwa laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi
mengenai keadaan keuangan dan operasional dari suatu pihak tertentu. Oleh karena
itu setiap pemberian kredit harus selalu menyerahkan laporan keuangan terakhirnya
33
kepada bank.Hal ini digunakan oleh bank untuk melihat kondisi keuangan
permohonan tersebut.
Atas dasar laporan keuangan perusahaan, bank menilai keadaan finansial
perusahaan serta mempertimbangkan aspek-aspek lainnya yang berhubungandengan
perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang akan dibiayai, dapat
diketahui berapa besar kebutuhan dana dalam pembiayaan perusahaan dan
kemampuan berkembangnya usaha calon debitur di masa-masa yang akan datang
termasuk kemampuan debitur dalam membayar kreditnya kelak kepada bank.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas pemberian kredit
terutama didasarkan atas kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian aspek
keuangan dalam hal ini dianalisis oleh template analisa kredit usaha.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Template Analisa KreditUsaha
(X1)
Penilaian Prinsip 5C(X2)
Efektivitas PemberianKredit Mikro
(Y)
34
2.5.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis
sebegai berikut:
H0: Secara simultan template analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) tidak mempunyai mempunyai pengaruhterhadap efektivitas pemberian kredit mikro (Y).
H1: Secara simultan template analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) mempunyai mempunyai pengaruh terhadapefektivitas pemberian kredit mikro (Y).
H0: Secara parsialtemplate analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) tidak mempunyai mempunyai pengaruhterhadap efektivitas pemberian kredit mikro (Y).
H1: Secara parsialtemplate analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) mempunyai mempunyai pengaruh terhadapefektivitas pemberian kredit mikro (Y)
top related