bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/tsa-2012-0128...
Post on 08-Apr-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Menurut Endang (2007, p.2), Teknologi informasi melalui komputerisasi
dan sistem informasi yang terintegrasi akan sangat mendukung sistem informasi
manajemen dalam sebuah perusahaan. Pemrograman komputer dapat bermanfaat
untuk melakukan pengolahan data secara cepat, menyeragamkan dokumentasi,
ketepatan penghitungan, dan menghindari pemasukan data yang berulang-ulang.
Dengan pemrograman komputer untuk beberapa pekerjaan yang berulang-
ulang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan dalam penginputan data. Karena
apabila dengan penginputan secara manual dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kesalahan dari sumber daya manusianya.
Sistem Informasi sebagai alat bagi organisasi dengan memanfaatkan
teknologi (hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data) untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menggunakan, dan menyebarkan
informasi yang berperan dalam mengotomatisasi proses manual dengan
pengintegrasian sistem yang mendukung operasional perusahaan (Bhatnagar,
2007; O’Brien, 2006, p5; Ward & Peppard, 2002, p3). Sistem informasi
merupakan bagian dari bahasa dan komunikasi manusia dalam interaksi baik
dalam pengembangan dan perubahan pada inovasi teknologi dimana sistem
informasi sebagai penggerak perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif
9
dengan cara mengurangi biaya operasi, meningkatkan produktivitas, dan
meningkatkan pelayanan pelanggan (Bhatnagar, 2007; Chen, 2010; Kearns dan
Lederer, 1997; O’Brien, 2006, p5).
Hubungan sistem informasi dengan kinerja menurut Lee, Kim dan Choi
(2009, p.2) ”(1) individual IT knowledge and both traditional and electronic
communication methods significantly contribute to the internal process
performance of small firms; (2) internal process performance, organizational IT
knowledge, and electronic communication methods affect customer performance;
and (3) financial performance is affected by process and customer performance”.
Menurut mereka (1) individu pengetahuan IT dan kedua metode komunikasi
tradisional dan elektronik secara signifikan berkontribusi pada kinerja proses
internal perusahaan kecil; (2) kinerja proses internal, organisasi TI pengetahuan,
dan metode komunikasi elektronik mempengaruhi kinerja pelanggan, dan (3)
kinerja keuangan adalah dipengaruhi oleh proses dan kinerja pelanggan.
Penggunaan teknologi dalam sistem informasi perusahaan hendaknya
mempertimbangkan pemakainya juga, tidak jarang ditemukan bahwa teknologi
yang diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan
secara maksimal oleh individu pemakai sistem informasi. Menurut penulis, hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan secanggih apapun suatu teknologi tetapi bila
sumber daya manusianya susah untuk menggunakannya, maka manfaatnya tidak
akan optimal. Bahkan dapat berakibat negatif terhadap kinerja operasional
karyawan.
10
Menurut Salman (2005) mengenai dampak penerapan teknologi baru dan
kepercayaan terhadap kinerja individu menemukan hasil bahwa kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh positif terhadap variabel kinerja individual. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Irwansyah (2003) dengan menganalisis
hubungan evaluasi pemakai dari kecocokan tugas dan teknologi terhadap kinerja.
Goodhue (1995) mencoba mengukur keberhasilan sistem informasi yang
diimplementasikan dalam perusahaan/organisasi dengan menggunakan evaluasi
pemakai. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pemanfaatan sistem
informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.
Busi dan Bittici (2006) menyatakan “that ICT has increased the amount of
information available to individuals and their ability to share such information far
beyond everybody's expectations”. Menurut mereka, Teknologi informasi
komunikasi telah meningkatkan jumlah informasi yang tersedia untuk individu
dan kemampuan mereka untuk berbagi informasi tersebut jauh melampaui
harapan semua orang. Sehingga masih banyak lagi manfaat yang di dapat dari
informasi yang cepat dan akurat.
Samarakone (2010) menyatakan ”In summary, an organization can greatly
benefit from an RTTMS. The system allows for the increased validity of not only
performance appraisals, but rather for the whole talentmanagement process. The
result is better real-time business decisions, increased communication, higher
profitability and reduced legal exposure”. Menurut Samarakone, organisasi sangat
bisa mendapatkan keuntungan dari RTTMS. Sistem ini memungkinkan untuk
meningkatkan validitas tidak hanya penilaian kinerja, tetapi lebih untuk proses
11
talent management keseluruhan. Hasilnya adalah baik keputusan bisnis real-time,
komunikasi meningkat, profitabilitas yang lebih tinggi dan paparan hukum
berkurang.
Menurut Kettinger (1994), teknologi informasi membawa perusahaan pada
kondisi yang menguntungkan, seperti kemudahan memasuki pasar, diferensiasi
produk, dan cost effieciency. Kemudahan tersebut akan membuat perusahaan
mampu meningkatkan kinerjanya. Clemons (1993) menyatakan bahwa teknologi
informasi mempunyai kemampuan untuk memperendah biaya koordinasi antara
perusahaan dengan agen-agen di luar perusahaan tanpa mempertinggi risiko
transaksi yang bersangkutan. Teknologi informasi diyakini dapat memperbaiki
monitoring serta pengurangan risiko dalam proses koordinasi antarperusahaan.
Mahmood dan Mann (1993) melakukan penelitian dan membuktikan
adanya hubungan antara investasi dalam teknologi infromasi dengan strategi
orgnisasional dan kinerja ekonomi. Sementara itu, Bandi (2006) memperoleh hasil
yang menyatakan bahwa kinerja organisasi tidak dipengaruhi oleh investasi dalam
teknologi informasi.
2.2 Kinerja Operasional
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kelompok kerja personel. Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga
komponen penting yakni tujuan, ukuran dan penilaian.
12
Meskipun hubungan antara teknologi informasi dan kinerja telah secara
luas diteliti namun hasilnya tidak konsisten. Beberapa peneliti menemukan
hubungan yang positif antara teknologi informasi dan kinerja, sedangkan peneliti
lainnya menemukan hubungan yang negatif antara teknologi informasi dan
kinerja.
Kinerja sering disebut dengan performance kadang juga disebut hasil
(Cash dan Fisher, 1987) yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu
karyawan. Menurut Robbin (1990), kinerja merupakan perilaku kerja yang
ditampakkan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan dan dapat
dijelaskan melalui sistem evaluasi kerja.
Menurut Dale (1992, p.3), kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang
dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam
mencapai dan mewujudkan tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari
seseorang merupakan hal yang bersifat individu karena masing-masing dari
karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Kinerja seseorang
tergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
diperoleh.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan norma dan
etika. Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
13
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”.
Menurut Mangkunegara (2000) unsur-unsur yang dinilai dari kinerja
adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, keandalan dan sikap. Kualitas kerja terdiri
dari ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan. Kuantitas kerja terdiri dari
output dan penyelesaian kerja dengan ekstra. Keandalan terdiri dari mengikuti
instruksi, inisiatif, kehati-hatian, kerajinan. Sedangkan sikap terdiri dari sikap
terhadap perusahaan, karyawan lain dan pekerjaan serta kerjasama.
Sedangkan Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa Kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk: (1) kuantitas output, (2)
kualitas output, (3) jangka waktu output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5)
sikap kooperatif.
Venkatesh, Bala dan Sykes (2010), “we found that, while the ICT had a
significant positive influence on employees' job characteristics, employees were
less satisfied with their job and had lower job performance following the ICT
implementation. Qualitative data indicated that there were four unique contextual
forces, namely environmental barriers, learning difficulty, culture shock, and
employee valuation, that, we believe, were responsible for lower job satisfaction
and job performance”. Menurut mereka, mereka telah menemukan bahwa,
sementara TIK memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap karakteristik
pekerjaan karyawan, karyawan kurang puas dengan pekerjaan mereka dan
memiliki kinerja yang lebih rendah setelah pelaksanaan TIK. Data kualitatif
14
menunjukkan bahwa ada empat gaya kontekstual yang unik, yaitu hambatan
lingkungan, kesulitan belajar, kejutan budaya, dan penilaian karyawan, yang
kami percaya bertanggung jawab untuk kepuasan kerja yang lebih rendah dan
performa kerja.
Kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat
dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Jadi kinerja perusahaan
merupakan hasil yang diinginkan perusahaan dari perilaku orang-orang di
dalamnya (Gibson, 1998). Kinerja perusahaan mencakup kinerja perusahaan
secara keseluruhan sehingga dihasilkan ukuran kinerja yang obyektif
(Govindarajan dan Fisher, 1990).
Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkatan
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi perusahaan yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi (Dharma, 2005). Faktor utama yang mempengaruhi kinerja
individu adalah kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat
usaha yang dicurahkan dan dukungan perusahaan (Mathis, 2001).
Zelbst, Green dan Sower (2010, p.3) menyatakan “While this is not the
only potential for improved performance, it is the most basic. This research
indicates that RFID utilization should not be seen by the practitioner simply as a
cost of doing business but rather as a way to improve efficiency and effectiveness
which ultimately will lead to increased profits”. Menurut mereka, sementara ini
bukan hanya potensi untuk meningkatkan kinerja, ini adalah yang paling dasar.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan RFID tidak harus dilihat oleh
praktisi hanya sebagai biaya melakukan bisnis melainkan sebagai cara untuk
15
meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada akhirnya akan menyebabkan
peningkatan keuntungan.
Harrison dan Chroeder (2003) mengatakan “studies to link human
resources issues, such as cross-functional teams, with operations management
and argued that operations management literature tends to either ignore or pay
little attention to human resources issues, even given the critical role of people in
achieving superior performance in the operations of service organisations”.
menurut mereka penelitian untuk menghubungkan isu-isu sumber daya manusia,
seperti tim lintas fungsional, dengan manajemen operasi dan berpendapat bahwa
operasi literatur manajemen baik cenderung mengabaikan atau membayar sedikit
perhatian untuk isu-isu sumber daya manusia, bahkan diberi peran penting dalam
mencapai kinerja orang yang unggul dalam operasi organisasi layanan.
Kinerja operasional menurut Feng (2008, p. 26), "the performance related
to organizations' internal operations, such as productivity, product quality and
customer satisfactions." menurut Feng, kinerja operasional berhubungan dengan
operasi internal dari organisasi seperti produksi, kualitas produk dan kepuasan
pelanggan.
Beberapa penelitian terdahulu (Merchant, 1984; Brownell dan Merchant,
1990; Lesmana, 2004) di bidang sistem kontrol akuntansi mengukur kinerja
perusahaan dengan ukuran keuangan sedangkan ukuran finansial sebenarnya
menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan.
Peningkatan financial return merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional,
diantaranya meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang
16
digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk, dan meningkatnya
produktivitas serta komitmen karyawan (Lesmana, 2004).
Menurut Bernardin dan Russel (1993, p. 382) terdapat 6 kriteria untuk
menilai kinerja karyawan, yaitu:
1. Quality
Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada cara yang ideal di dalam
melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan.
2. Quantity
Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit,
atau jumlah dari siklus aktifitas yang telah diselesaikan.
3. Timeliness
Tingkatan di mana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih
cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk
aktifitas lain.
4. Cost effectiveness
Tingkatan dimana penggunaan sumber daya perusahaan berupa manusia,
keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil yang
tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit.
5. Need for supervision
Tingkatan dimana seorang karyawan dapat melakukan pekerjaannya tanpa
perlu meminta pertolongan atau bimbingan dari atasannya.
6. Interpersonal impact
Tingkatan di mana seorang karyawan merasa percaya diri, punya
keinginan yang baik, dan bekerja sama di antara rekan kerja.
17
Dari ke-6 kriteria tersebut, yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah
kinerja operasional dari segi Quality, Quantity, Timeliness dan Need of
supervision. Dikarenakan ke-4 kriteria tersebut yang memiliki hubungan langsung
dengan implementasi sistem informasi SBRS pada perusahaan tersebut.
2.3 Spot Bill Reading System
Spot Bill Reading System (SBRS) atau Automatic Reading System (AMR),
adalah teknologi otomatis dan real-time mengumpulkan data konsumsi,
diagnostik, dan data status dari meter air atau alat pengukur energi (gas, listrik)
dan mentransfer data tagihan ke database pusat, pemecahan masalah, dan
menganalisis. Teknologi ini terutama menghemat penyedia utilitas biaya
perjalanan berkala ke setiap lokasi fisik untuk membaca meter. Keuntungan lain
adalah bahwa penagihan dapat didasarkan pada real-time konsumsi pada
perkiraan berdasarkan masa lalu atau memprediksi konsumsi. Ini informasi yang
tepat waktu ditambah dengan analisis dapat membantu penyedia utilitas baik dan
pelanggan lebih mengontrol penggunaan dan produksi energi listrik, penggunaan
gas, atau konsumsi air. Teknologi AMR termasuk mesin genggam, teknologi
mobile dan jaringan berbasis pada platform telepon (kabel dan nirkabel), frekuensi
radio (RF).
Menurut Statemant (2009), Manfaat dari spot bill reading system (SBRS)
bagi perusahaan yang telah mengimplementasikannya:
1. Pembacaan meteran yang akurat, mengurangi tingkat penggunaan
perkiraan.
18
2. Peningkatan dalam penagihan di lapangan.
3. Penentuan kelas tariff yang lebih akurat untuk pengukuran.
4. Peningkatan keamanan dan deteksi tamper untuk peralatan.
5. Manajemen energy dengan menggunakan grafik data.
6. Menugurangi beban keuangan untuk mengoreksi kesalahan
pembacaan.
7. Mengurangi pengeluaran yang masih harus dibayar.
8. Transparansi "cost to read" untuk pembacaan meter.
9. Pengadaan Peningkatan daya dengan data yang lebih akurat.
Manfaat spot bill reading system (SBRS) atau automatic meter reading
(AMR) untuk pelanggan.
1. Peningkatan penagihan yang lebih akurat dari pemakaian.
2. Transparansi “cost to read” pengukuran.
Spot Bill Reading System (SBRS) adalah suatu sistem informasi yang telah
di implementasikan untuk mendukung proses operasional perusahaan XYZ. SBRS
merupakan suatu sistem yang dapat digunakan oleh meter reader yaitu seorang
karyawan perusahaan tersebut untuk datang ke lapangan operasional untuk
mencatat kubikasi meter yang telah dikonsumsi oleh pelanggannya perbulan dan
langsung mencetak tagihan pada saat itu juga untuk pelanggan. Sistem tersebut
19
berupa aplikasi berbasis website yang menyimpan data pelanggan, history
pelanggan, pencatatan kubikasi meter, tagihan dan data keperluan operasional
lainnya.
Gambar 2.1 Grandmap Spot Bill Reading System
Saat ini di INDIA oleh vendor BCITS menawarkan solusi penagihan On
the Spot dengan nama BOO dan BOOT Basic. BCITS menawarkan berbagai
layanan dalam penagihan on the spot kepada pemerintah dan berbagai
kesanggupan sektor publik atau swasta. BCITS memiliki keahlian untuk
melaksanakan pengelolaan pendapatan total dengan penagihan On the Spot.
BCITS sedang menerapkan solusi untuk dewan listrik negara berbagai di
Karnataka, Rajasthan dan Andra Pradesh. Sebuah proyek khas melibatkan
komputerisasi semua catatan konsumen, penyebaran server diperlukan dan sistem
komputer, deployment solution software customized, menyediakan tenaga kerja
untuk melakukan transaksi hari ke hari, penyediaan HHD dan tenaga kerja untuk
meter reading (Schulz, Wayne, 2006).
20
Menurut Statemant (2009) Penagihan on the spot ini sedang digunakan
dalam berbagai tempat di India. Seperti perusahaan pemasok minuman ringan,
perusahaan telekomunikasi untuk mendistribusikan mata uang dan juga dalam
sistem transportasi publik di mana tiket yang dihasilkan menggunakan solusi
tempat penagihan. Dalam Penagihan on the spot langkah-langkah berikut ini
diikuti,
1. Genggam computer (PDA), adalah pra syarat dengan satu set catatan /
informasi berdasarkan yang data meteran harus dikumpulkan. Ini
termasuk parameter seperti nomor konsumen, nomor rumah, nomor
meter, pembacaan sebelumnya, dll.
2. Pembaca meter (meter reader) bergerak di sekitar mengumpulkan data
yang dibutuhkan. Dia bisa masuk pembacaan saat ini dan
menghasilkan tagihan di tempat dan memberikannya kepada
konsumen.
3. Pada akhir hari, download pembaca meteran data ke dalam komputer,
di mana basis data master akan diperbarui.
4. Menggunakan basis data diperbarui, komputer dapat menghasilkan
laporan MIS berbagai seperti diminta oleh perusahaan distribusi.
Sedangkan di Patna, perusahaan Patna Electricity State Undertaking
(PESU), didukung oleh keberhasilan mengambil pembacaan meter melalui mesin
genggam penagihan di divisi Gardanibagh. Singh sebagai general manager dan
21
chief engineer di PESU mengatakan sistem, yang diperkenalkan pada percobaan
dasar dari Desember tahun 2011 di divisi Gardanibagh, telah cukup berhasil.
Sebuah perusahaan Kalkuta berbasis pribadi - MD dan PGtronics Private Limited
telah men-outsourcing pekerjaan melakukan pembacaan meter dan
mendistribusikan tagihan di tempat (Schulz, Wayne, 2006).
Di bawah sistem billing on the spot ini, seorang karyawan mengunjungi
rumah konsumen dengan mesin genggam penagihan untuk menuliskan
pembacaan meter, menghasilkan dan kemudian memberikan tagihan di tempat.
Singh mengatakan: "The on-spot bill delivery system has been a great
success and has helped in increasing revenue collection. Earlier, the revenue
collection from the Gardanibagh division used to be around Rs 1.75 to Rs 1.8
crore. In February, it has soared to Rs 2.39 crore. “. Jadi menurut singh, sistem
tagihan on the spot telah menjadi sukses besar dan telah membantu dalam
pengumpulan pendapatan meningkat. Sebelumnya, pengumpulan pendapatan dari
divisi Gardanibagh dulu sekitar Rs 1,75 Rs 1,8 crore. Pada bulan Februari, telah
melonjak menjadi Rp 2,39 crore" (Schulz, Wayne, 2006).
Singh mengatakan PESU memilih Gardanibagh, divisi terkecil untuk
mengimplementasikan skema tersebut sebagai uji-coba sehingga sistem dapat
berhasil. Sekarang bahwa langkah tersebut telah berhasil, sistem sedang diperluas
ke divisi Gulzarbagh, yang menghasilkan pendapatan bulanan sebesar Rs 2 crore
dari 28.000 konsumen (Schulz, Wayne, 2006).
Sedangkan di Mumbai, perusahaan Saraswat yang telah memiliki The
Meter Reading Terminal (MRT), yaitu suatu sistem informasi dengan tujuan
22
umum rendah biaya terminal genggam dikembangkan untuk aplikasi meter
reading. Program aplikasi ini dibuat untuk merekam energi meteran pembacaan
dengan tanggal dan stempel waktu. Harian laporan dapat dihasilkan dalam MRT
untuk tindakan yang cepat. Komunikasi port serial memungkinkan transfer data
antara MRT dan PC. Penagihan di tempat konsumen dapat dilakukan dengan
menggunakan portabel printer. Kedua dampak termal (4 inci) dan (2 inci) printer
yang tersedia sebagai aksesoris (Schulz, Wayne, 2006).
Manfaat yang didapat dari implementasi sistem informasi tersebut pada
perusahaan yaitu keakuratan data bacaan kubikasi, kecepatan untuk
mengumpulkan data tanpa harus menunggu pulang ke kantor pada sore harinya,
mencegah kesalahan saat penginputan data kubikasi, memaksa si meter reader
untuk bekerja sesuai dengan SOP (Standart of Procedure) dan mencegah
terjadinya kejahatan dalam penyelewengan proses perhitungan kubikasi. Pada
Spot Bill Reading System (SBRS) terdapat besaran modul yang memberikan arti
penting dari sistem tersebut yaitu :
2.3.1 Management Route
Management Route adalah modul yang membantu admin untuk
menyiapkan data yang akan dibawa oleh si pencatat meter dengan menggunakan
handheld (PDA/Tablet PC) berdasarkan area dan rute yang akan di tuju oleh si
pencatat meter tersebut.
23
Gambar 2.2 Management route di sistem informasi SBRS
Proses pemilihan data pelanggan mana saja yang akan di bawa oleh si
pencatat meter berdasarkan kode rute yang akan di berikan pada seorang pencatat
meter beserta device-nya sangatlah memakan waktu yang lama apabila perusahaan
tersebut memiliki pelanggan yang terus bertambah.
Gambar 2.3 Route assign di sistem informasi SBRS
Oleh karena proses pemilihan rute tersebut merupakan pekerjaan yang
rutinitas atau jarang berubah-ubah maka akan sangat terbantu sekali apabila ada
24
sistem yang dapat membantu dalam proses pemilihan rute tersebut. Sehingga
dapat menghemat waktu yang cukup banyak.
2.3.2 Web Service
Web service adalah program yang dapat dipanggil di atas internet oleh
pengguna terlepas dari platform yang digunakan. Konsep ini mendukung
penyempurnaan pengembangan Infrastruktur Data Spasial (IDS), di mana data
dan fungsi yang dimiliki oleh penyedia dapat diintegrasikan dan ditawarkan ke
pengguna sebagai service. Dari service-service yang tersedia, service baru dapat
dihasilkan dengan cara memadukan beberapa service dengan tujuan memecahkan
permasalahan khusus (Aditya, Lemmens, 2003).
Constantianus, Suteja (2005, p.97) menyatakan Web Service digunakan
untuk mengkaitkan berbagai aplikasi melalui Internet. Model ini dibuat dalam
seting infrastruktur dan aplikasi yang sudah ada, sehingga menjadi standar,
sederhana dan adaptif. Web Service adalah salah satu solusi dalam bentuk
perangkat lunak yang dikirimkan via Internet.
Dengan penggunaan teknologi web service, web service menawarkan
kemudahan untuk menjembatani pertukaran informasi yang digunakan. Web
service merupakan turunan aplikasi web dapat dibuat aplikasi modular yang dapat
dipublikasikan, diletakkan, dan dibangkitkan antar web dengan melihat
keunggulan yang dimiliki web service tersebut, maka penerapan web service pada
pelaporan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dinas Kesehatan
Kabupaten Karanganyar. (Saputra, Ragil, 2010).
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa web service
merupakan middleware internet yang memungkinkan berbagai sistem untuk
25
saling berkomunikasi tanpa terpengaruh pada platform. Web service membungkus
operasi-operasi ke dalam sebuah antarmuka yang ditulis dalam notasi XML.
Antarmuka ini menyembunyikan detil implementasi dari layanan. Pertukaran
informasi yang terjadi dalam web service juga menggunakan pesan dalam format
XML.
Web service dibangun dari tiga komponen utama, yaitu service provider,
service registry, dan service requestor. Komponen-komponen tersebut saling
berinteraksi melalui komponen web service, yang berupa deskripsi dan
implementasi layanan. Terdapat tiga macam operasi yang memungkinkan
komponen-komponen tersebut untuk dapat saling berinteraksi, yaitu publish, find,
dan bind. Keterkaitan antara peran, operasi, dan komponen web service dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.4 Komponen dari web service
26
Gambar 2.5 Webservice yang digunakan di sistem informasi SBRS
Dengan menggunakan teknologi web service tersebut, handheld/PDA
dapat bertukar informasi dengan sistem website SBRS via internet. Sehingga si
pencatat meter dapat men-download ataupun upload data-data yang diperlukan
seperti data pelanggan, perhitungan kubikasi dan data-data operasional lainnya.
Dengan begitu si pencatat meter tidak perlu menunggu lama untuk kembali ke
kantor untuk mendapatkan data yang diperlukan.
2.3.3 Spot Bill System
Spot Bill System adalah salah satu bagian dari aplikasi SBRS yang berjalan
di Handheld/PDA yang dapat digunakan oleh si pencatat meter untuk mencetak
tagihan pelanggan setelah pencatatan meter untuk tiap pelanggan tersebut.
Perhitungan kubikasi dan biaya tarif yang akan dikenakan oleh pelanggan tersebut
sudah tersimpan dalam aplikasi SBRS di handheld/PDA tersebut.
27
Gambar 2.6 Handheld/PDA yang digunakan sistem informasi SBRS.
Pada sistem informasi SBRS ini menggunakan handheld dari Motorola
ES400 berbasis windows mobile 6,5 yang sudah memiliki fitur kamera, Barcode-
scanner, GPS, Bluetooth, Wi-Fi, dll.
Gambar 2.7 Menu utama sistem SBRS di Handheld/PDA.
28
Dengan handheld ini si pencatat meter hanya perlu meng-input jumlah
meter pelanggan saat itu lalu aplikasi SBRS akan mengolah data input tersebut
dengan data-data yang telah dibawa dari kantor untuk dihitung kubikasi dan biaya
untuk pelanggan tersebut. Dan si pencatat meter juga dapat mengambil foto dari
meteran (stand meter) dan bangunan (property) dari pelanggan yang sedang di
kunjunginya.
Gambar 2.8 Menu meter reader sistem SBRS di Handheld/PDA.
Setiap pembacaan meter reading di lapangan, sistem SBRS ini otomatis
akan mengirimkan hasil pembacaan dan tagihan pelanggan ke pusat. Dengan
begitu di pusat dapat langsung melihat hasil kerja karyawan di lapangan
operasional secara real-time. Pengiriman data ke pusat ini dapat berjalan apabila
sistem informasi SBRS mengaktifkan fitur automatic upload via GPRS.
29
Gambar 2.9 Menu browse photo customer pada sistem informasi SBRS
Untuk melakukan proses spot bill ini, selain menggunakan aplikasi SBRS
di handheld/PDA tetapi juga dibutuhkan printer portable untuk mencetak tagihan
kubikasi untuk pelanggan tersebut.
Gambar 2.10 Printer portable yang digunakan SBRS
Pada sistem informasi SBRS ini menggunakan printer portable dari O’neil
microFlash 4T yang merupakan printer thermal. Printer portable ini sangat
berguna dikarenakan si pencatat meter tidak perlu lagi harus kembali ke kantor
untuk mencetak tagihan dan dibawa kembali untuk diberikan ke pelanggan yang
30
bersangkutan di kunjungan berikutnya. Setelah itu data pelanggan dan kubikasi
tersebut terupload secara otomatis ke server aplikasi SBRS yang berbasis website.
Setelah itu data akan di upload ke Core Bill System untuk diolah lebih lanjut.
Gambar 2.11 Koordinat pelanggan pada sistem informasi SBRS
Dengan pencetakan tagihan langsung di lapangan, maka pelanggan dapat
langsung melihat proses pembacaan meter dan dapat langsung berkonsultasi
dengan si meter reader apabila ada permasalahan mengenai air dirumahnya. Pada
tagihan on the spot ini tersimpan informasi-informasi seperti data pelanggan,
kondisi meter pelanggan, rincian biaya tagihan perbulan dan tagihan lainnya.
Dengan begitu pelanggan dapat transparansi dari biaya yang dikenakan
kepadanya. Berikut format printout dari cetakan on the spot dari sistem informasi
SBRS:
31
Gambar 2.12 Printout tagihan dari sistem informasi SBRS.
News Service MALDA (2007) menyatakan “To avoid controversy over
the present electricity bill distribution system, an agency will be working here for
meter reading in presence of consumers and they would hand over the bill to them
on the spot. The authorised agency will also keep a copy of that bill for official
use after the persons concerned gives his or her signature so that they cannot say
that they have not received the bill”. Menurut News Service MALDA, Untuk
menghindari kontroversi atas sistem tagihan listrik distribusi ini, sebuah lembaga
32
akan bekerja di sini untuk membaca meter di hadapan konsumen dan mereka akan
menyerahkan RUU tersebut kepada mereka di tempat. Instansi yang berwenang
juga akan menyimpan salinan dari tagihan untuk penggunaan resmi setelah orang
yang bersangkutan memberikan tanda nya sehingga mereka tidak dapat
mengatakan bahwa mereka belum menerima tagihan.
George dan La Nasa (2002) menyatakan “Research at the GTI MRF to be
published soon will also consider an orifice meter's sensitivity to pulsation
influences, installation influences, and any contaminants in the flowing stream.
Low differential pressures associated with beta ratios above 0.6 can increase
these uncertainties, and they should also be considered in an uncertainty analysis.
For any orifice meter installation, analyses such as these are strongly
recommended to improve the accuracy of custody transfer measurements when
low differential pressures must be used”. Dengan begitu, menurut mereka GTI
MRF telah mengutarakan bahwa sensitifitas dari orifice meter dipengaruhi dari
proses instalasi dan kontaminasi yang terkandung dalam arus yang mengalir.
Perbedaan tekanan yang rendah memberikan rasio beta dibawah 0.6 yang dapat
meningkatkan kadar H20, dan mereka harus lebih focus dalam proses tersebut.
Untuk pemasangan meter selanjutnya disarankan supaya meningkatkan
keakuratan perhitungan perbedaan tekanan yang redah digunakan dengan baik.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Kepercayaan dan Umur Terhadap Kinerja Individual dalam
Penggunaan Teknologi Informasi (Endang Raino Wirjono, 2005)
33
Penelitian yang dilakukan endang ini mengukur pengaruh Kepercayaan,
Umur dan Sistem Informasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Variabel
bebas yaitu Kepecayaan, Umur dan Sistem Informasi. Sedangkan variabel terikat
yaitu kinerja individual karyawan. Dalam penelitian tersebut endang telah
membuktikan beberapa hipotesis-nya, yaitu :
a. Teknologi/Sistem Infomasi akan mempengaruhi kinerja individual
karyawan.
b. Kepercayaan pemakai akan mempengaruhi kinerja individual karyawan.
c. Umur pemakai akan mempengaruhi kinerja individual karyawan.
Dalam penelitian tersebut, berhasil membuktikan bahwa kepercayaan
dapat mempengaruhi kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi
informasi. Hasil penelitian ini semakin memperkuat teori yang menyatakan bahwa
faktor intrinsik dalam diri individu akan mempengaruhi terbentuknya keyakinan
diri dalam menggunakan sistem informasi baru Hipotesis kedua dalam penelitian
ini tidak dapat didukung. Variabel sistem informasi terbukti tidak mempengaruhi
kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi informasi.
2. Pengaruh Implementasi Sistem Informasi/Teknologi Informasi Terhadap
Kinerja Operasional Perusahaan (Hendry Cristianto, Riri Satria dan Yudho
Giri, 2007)
Penelitian yang dilakukan Hendry, Riri dan Yudho ini mengukur pengaruh
Implementasi Sistem Informasi terhadap peningkatan Kinerja Operasional
Perusahaan. Variabel bebas yaitu Implementasi Sistem Informasi. Sedangkan
34
variabel terikat yaitu kinerja Operasional Perusahaan. Dalam penelitian tersebut
endang telah membuktikan beberapa hipotesis-nya, yaitu :
a. Terdapat pengaruh implementasi Sistem Informasi terhadap Peningkatan
Kinerja Operasional Perusahaan.
Dalam penelitian tersebut, berhasil dibuktikan bahwa:
1. Implementasi SI TTM Cargo berpengaruh negatif terhadap produktivitas
karyawan dan efisiensi proses bisnis.
Hasil analisis membuktikan bahwa implementasi SI TTM Cargo
berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan efisiensi proses bisnis,
dimana implementasi SI TTM Cargo berdampak pada menurunnya
produktivitas dan efisiensi proses bisnis. Hal ini mungkin disebabkan
implementasi SI TTM Cargo yang baru di implementasikan pada tahun
2005, sehingga pada tahun 2006 pengguna masih melakukan adaptasi
terhadap sistem yang baru. hal ini mengakibatkan kurang optimalnya
implementasi SI TTM Cargo bagi pengguna (pekerja) dalam membantu
mempercepat pekerjaannya.
2. Implementasi SI TTM Cargo tidak berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan pengiriman.
Hasil analisis membuktikan bahwa implementasi SI TTM Cargo
tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengiriman, dimana
peningkatan keberhasilan pengiriman terjadi baik pada cabang yang belum
dan sudah melakukan implementasi SI TTM Cargo sehingga peningkatan
35
yang terjadi tidak dapat disimpulkan sebagai akibat dari implementasi SI
TTM Cargo.
3. Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan di Sektor Publik
(Dedi Rianto Rahadi, 2007).
Penelitian yang dilakukan Dedi yaitu mengukur pengaruh kemudahan
penggunaan TI terhadap Penerimaan TI oleh pegawai pemerintahan yang bekerja
di sektor publik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa TI dapat diterima
jika memiliki karakteristik sesuai dengan apa yang diinginkan, secara teoritis
pengadopsian teori-teori keprilakuan dalam studi-studi TI memberikan akselerasi
kajian di bidang TI sehingga inovasi-inovasi pengembangan TI dan sistem
informasi (SI) mengarah pada kebutuhan pengguna dan kemudahan
penggunaannya.
4. Korelasi Antara Efektifitas Sistem Informasi Penjualan dengan Kinerja User
(Henny Hendarti, Anderes Gul, 2008).
Penelitian yang dilakukan Henny dan Anderes yaitu mengukur hubungan
antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user. Hasil dari
penelitan Henny dan Anderes bahwa terdapat korelasi (hubungan) yang positif
pada tingkat sedang dan signifikan antara efektifitas sistem informasi penjualan
dengan kinerja user, yang artinya semakin tinggi tingkat efektifitas sistem
informasi penjualan maka semakin tinggi pula kinerja user.
5. Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO:9001:200
Terhadap Peningkatan Kinerja pada PT.Jasa Raharja (persero) cabang
Sumatera Utara (Cipta Dharma, 2007).
36
Penelitian yang dilakukan Cipta Dharma ini bertujuan untuk menganalsis
pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 terhadap kinerja
karyawan di PT.Asuransi Jasa Raharja cabang Sumatera Utara. Hasil dari
penelitian ini yaitu secara simultan sistem manajemen mutu ISO:9001:200
berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Jasa
Raharja cabang Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan mendekati 95%
(a=5%).
6. Combining Chlorophyll Meter Reading and High Spasial Resolution Remote
Sensing (Miao, Yuxin. Mulla, David. Randall, Gyles. Vetsch, Jeffrey. Vintila,
Roxana, 2009).
Penelitian yang dilakukan mereka bertujuan untuk menentukan seberapa
baik bacaan CM dapat diperkirakan dengan menggunakan udara hiper-spektral
dan simulasi multi-spektral citra penginderaan jauh pada tahap pertumbungan
jagung yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multi-spektral dan
hiper-spektral atau indeks vegetasi dapat menjelaskan 64%-86% dan 73%-88%
dari varibilitas dalam pembacaan CM. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa
kombinasi dari pembacaan CM dengan gambar spasial tinggi hiper-spektral atau
multi-spektral resolusi penginderaan jauh dapat mengatasi keterbatasan
penggunaan secara individual, sehingga menawarkan solusi praktis untuk deteksi
defisiensi N dan mungkin di musim spesifik lokasi N manajemen di bidang
jagung terus menerus.
7. Drinking Behaviour in Nursery Pigs Determining the Accuracy Between an
Automatic (Meiszberg, Johnson, Sadler, Carroll dan Dailey, 2009).
37
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur keakuratan pembacaan
meter air dengan menggunakan automatic water meter reader dibandingkan
dengan pembacaan manual dengan manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan
dengan menggunakan metode Observer Software (OBS) dan Automatic Water
Meter HOBO, Jumlah kunjungan dengan Automatic Water Meter (3,48 + 0,33)
sendangkan untuk OBS (4,49 + 0,33). Dengan begitu kesimpulan dari penelitian
ini menunjukkan bahwa penggunaan metode tradisional OBS untuk mengukur
perilaku minum pada babi dapat menyesatkan, Sedangkan pengukuran perilaku
minum air dan mungkin peristiwa lainnya menggunakan metode Automatic Water
Meter lebih akurat dan ter-validasi.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan terdahulu, akan dibuatkan
perbandingan untuk melihat perbedaan dan kontribusi dari penulisan thesis ini
pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Penulis Tujuan Penelitian Kesimpulan Pengaruh Kepercayaan dan Umur Terhadap Kinerja Individual dalam Penggunaan Teknologi Informasi.
Endang Raino Wirjono
Mengukur pengaruh Kepercayaan, Umur dan Sistem Informasi terhadap peningkatan kinerja karyawan.
Kepercayaan dapat mempengaruhi kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi informasi.
Pengaruh Implementasi Sistem Informasi/Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Operasional Perusahaan.
Hendry Cristianto, Riri Satria dan Yudho Giri
Mengukur pengaruh Implementasi Sistem Informasi terhadap peningkatan Kinerja Operasional Perusahaan.
- Implementasi SI TTM Cargo berpengaruh negatif terhadap produktivitas karyawan dan efisiensi proses bisnis.
- Implementasi SI TTM Cargo tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengiriman.
Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan
Dedi Rianto Rahadi
Mengukur pengaruh kemudahan penggunaan TI
Terbukti TI dapat diterima jika memiliki karakteristik sesuai dengan apa yang
38
Judul Penelitian Penulis Tujuan Penelitian Kesimpulan di Sektor Publik. terhadap Penerimaan
TI oleh pegawai pemerintahan yang bekerja di sektor public.
diinginkan.
Korelasi Antara Efektifitas Sistem Informasi Penjualan dengan Kinerja User.
Henny Hendarti, Anderes Gul
Mengukur hubungan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user.
Terdapat korelasi (hubungan) yang positif pada tingkat sedang dan signifikan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user.
Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO:9001:200 Terhadap Peningkatan Kinerja pada PT.Jasa Raharja (persero) cabang Sumatera Utara.
Cipta Dharma Menganalsis pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 terhadap kinerja karyawan di PT.Asuransi Jasa Raharja cabang Sumatera Utara.
Secara simultan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Jasa Raharja cabang Sumatera Utara.
Combining Chlorophyll Meter Reading and High Spasial Resolution Remote Sensing.
Miao, Yuxin. Mulla, David. Randall, Gyles. Vetsch, Jeffrey. Vintila, Roxana
Menentukan seberapa baik bacaan CM dapat diperkirakan dengan menggunakan udara hiper-spektral dan simulasi multi-spektral citra penginderaan jauh pada tahap pertumbungan jagung yang berbeda.
Kombinasi dari pembacaan CM dengan gambar spasial tinggi hiper-spektral atau multi-spektral resolusi penginderaan jauh dapat mengatasi keterbatasan penggunaan secara individual.
Drinking Behaviour in Nursery Pigs Determining the Accuracy Between an Automatic.
Meiszberg, Johnson, Sadler, Carroll dan Dailey(Meiszberg, Johnson, Sadler, Carroll dan Dailey
Mengukur keakuratan pembacaan meter air dengan menggunakan automatic water meter reader dibandingkan dengan pembacaan manual dengan manusia.
Penggunaan metode tradisional OBS untuk mengukur perilaku minum pada babi dapat menyesatkan, Sedangkan pengukuran perilaku minum air dan mungkin peristiwa lainnya menggunakan metode Automatic Water Meter lebih akurat dan ter-validasi.
Dari perbandingan penelitian-penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
peneranan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja karyawan perusahaan,
39
walaupun akan terdapat penurunan kinerja dikarenakan adanya masa transisi dari
perpindahan sistem yang lama ke sistem yang baru. Sehingga dibutuhkan waktu
untuk beradaptasi dengan sistem yang baru yang akan mengakibatkan penurunan
kinerja karyawan untuk sementara waktu. Dan untuk penelitian yang dilakukan
untuk perbandingan pembacaan meter air pelanggan yang menggunakan sistem
automatisasi menggunakan sistem informasi dengan sistem lama yang masih
manual pembacaannya dapat dipastikan dengan sistem automatisasi pembacaan
meter air pelanggan dapat meningkatkan kinerja karyawan di lapangan dan
mengurangi kemungkinan kesalahan yang ditimbukan karena kesalahan dari
sumber daya manusianya.
Maka penelitian ini dibutuhkan untuk dapat mengembangkan sistem
informasi SBRS sehingga kinerja operasional dapat meningkat. Dilihat dari hasil
sintesa yang telah dilakukan pengembangan sistem informasi SBRS dapat berupa
penambahan module penagihan dikarenakan module penagihan dapat dilakukan
tanpa harus adanya penambahan sistem baru diluar sistem informasi SBRS dan
diasumsikan lebih dapat meningkatkan kinerja operasional PT.XYZ. Dan dilihat
dari penelitian sebelumnya implementasi suatu sistem informasi dapat
meningkatkan kinerja operasional, sedangkan untuk pengembangan dari sistem
informasi tersebut juga dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat
meningkatkan kinerja operasional PT.XYZ.
40
2.5 Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat 3 hipotesis yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1
H0 : Tidak ada pengaruh kemudahan penggunaan sistem informasi SBRS
terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1 : Ada pengaruh kemudahan penggunaan sistem informasi SBRS terhadap
kinerja operasional perusahaan.
Hipotesis 2
H0 : Tidak ada pengaruh akurasi data kubikasi sistem informasi SBRS
terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1 : Ada pengaruh akurasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap
kinerja operasional perusahaan.
Hipotesis 3
H0 : Tidak ada pengaruh validasi data kubikasi sistem informasi SBRS
terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1 : Ada pengaruh validasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap
kinerja operasional perusahaan.
top related