bab ii kajian pustaka bantuan sosial dan …repository.uinbanten.ac.id/2698/4/bab ii.pdfdan...
Post on 01-May-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BANTUAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
KELUARGA MISKIN
A. Bantuan Sosial
1. Pengertian Bantuan Sosial
Bantuan sosial (bansos) adalah merupakan transfer uang
atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bansos dapat diberikan secara langsung kepada
masyarakat atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya
bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan
keagamaan, sifatnya tidak terus menerus dan selektif. Dinas
bansos bisa “dengan syarat” atau “tanpa syarat”, diberikan
melalui Kementerian/Lembaga, serta untuk bencana alam. Dari
segi durasinya, bansos dapat bersifat sementara (untuk korban
bencana), atau tetap (penyandang cacat), dan dapat berupa uang
atau barang.
16
Pemanfaatan Bantuan Sosial (bansos) Berdasarkan dana
APBN dikelompokan menjadi empat bidang yaitu :
1) Bidang pendidikan meliputi Program BOS dan Bea Siswa
Pendidikan Siswa /Mahasiswa Miskin.
2) Bidang kesehatan meliputi Program Jaskesmas dan
Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit kelas III.
3) Bidang Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Perdesaan
menckup Kecamatan PPK, P2KP, PNPM Perkotaan, PNPM
Infrastruktur Perdesaan/PPIP, PNPM Daerah
Tertinggal/PDT, PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah).
4) Bidang Perlindungan Sosial, meliputi Program Keluarga
Harapan/PKH, dan Bantuan Langsung Tunai/BLT.1
2. Dasar Hukum Pemberian Dana Hibah dan Bantuan Sosial
Saat ini regulasi pemberian bantuan sosial yang
bersumber dari APBD oleh pemerintah daerah baik pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat dikatakan
“komplit”, walaupun sesungguhnya masih diperlukan berbagai
1 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia,(Bandung: Fokus Media
2012), 2-3
17
ketentuan yang butuh penjelasan dari Kementerian Dalam
Negeri.
Regulasi atau ketentuan peranturan perundang-undangan
yang mengatur pemberian hibah dan bansos oleeh pemerintah
daerah adalah Permendagri Nomor 32 tahun 2011 tentang
pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari APBD yang ditetapkan pada tanggal 27 Juli 2011 dan di
undangkan pada tanggal 28 Juli 2012. Kemudian pada tanggal
21 Mei 2012 telah ditetapkan Permendagri Nomor 39 tahun
2012 tentang perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negri
Nomor 32 tahun 2011 tentang pedoman pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD yang diundangkan
pada tanggal 22 Mei 2012. Demikian pula sejak tanggal 3
Januari 2012 telah ditetapkan dan pada tanggal 4 Januari telah
diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2012 tentang
Hibah Daerah.
Sebelumnya regulasi pemberian hibah dan bantuan
sosial hanya diatur dalam beberapa pasal dalam Pemendagri
Nomor 13 tahun 2006. Pemberian hibah hanya diatur dalam
pasal 42, pasal 43, dan pasal 44, itupun sudah berulang kali
18
diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2009 tentang
pedoman pengelolaan keuangan Daerah terakhir diubah dengan
Permendagri Nomor 21 tahun 2011. Demikian pula untuk
pemberian bantuan sosial hanya diatur dalam satu pasal, yakni
pasal 45 dan terdiri atas 4 ayat dalam Permendagri Nomor 13
tahun 2006. Itupun sudah mengalami perubahan sampai dengan
Permendagri Nomor 21 tahun 2011.
Untuk pemberian hibah, selain berpedoman pada
Permendagri Nomor 32 tahun 2011 dan Permendagri Nomor 39
tahun 2012, maka pemberian hibah yang bersumber pada
APBD, juga diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 2 tahun
2012 tentang hibah daerah. Demikian pula untuk pemberian
hibah dan bantuan sosial dalam penganggarannya juga diatur
setiap tahunnya dengan peraturan Menteri Dalam Negri tentang
Pedoman Penyusunan APBD. Misalnya untuk tahun anggaran
2013. Berdasarkan Permendagri Nomor 37 tahun 2012 tentang
pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2013 pada
lampiran V. Hal-hal khusus lainnya angka 26, maka untuk
kebutuhan pendanaan dalam mendukung terlaksananya tugas
dan fugsi tim penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan
19
keluarga (TP-PKK) Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah
daerah menganggarkan program dan kegiatan SKPD yang
secara fungsional terkait dengan pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga. Ketentuan ini memberikan arti bahwa
kegiatan TP-PKK harus dianggarkan melalui program dan
kegiatan pada SKPD, dan tidak dibolehkan lagi dianggarkan lagi
melalui hibah maupun bantuan sosial.
Kesimpulannya adalah Pemerintah daerah dalam
memberikan hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari
APBD sejak tahun anggaran 2012 sudah berpedoman pada
Permendagri Nomor 32 tahun 2011. Sedangkan untuk tahun
anggaran 2013 selain berpedomanPermendagri Nomor 32 tahun
2011 juga berpedoman pada Permendagri Nomor 39 tahun 2012
dan untuk hibah juga berpedoman pada PP Nomor 2 tahun 2012
tentang hibah daerah.2
3. Landasan Hukum Program BOS
Secara rinci landasan hukum program BOS didasarkan atas:3
2 Yusran Lapananda, S.H., M.H, Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari APBD,(Jakarta Timur: Sinar Grafika 2013),1-4 3 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 13-14
20
1) Amanat dalam pembukaan undang-undang dasar 1945,
salah satu tujuan kemerdekaan adalah “untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”.
2) Amandemen undang-undang dasar 1945 pasal 31, ayat 1
dan 2;
3) Surat keputusan bersama antara menteri pendidikan
nasional dan menteri agama nomor 1/U/KB/2000 dan
Nomor MA/86/2000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah
sebagai pola wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
4) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional (pasal 1, butir 18) : wajib belajar
adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah
dan pemerintah daerah. Pasal 34 ayat 2
5) Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan.
6) Intruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang gerakan
nasional percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun dan pemberantasan buta aksara.
21
7) Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah,
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
8) Peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2008 tentang wajib
belajar
9) Peraturan pemerintah nomor 48 tahun 2008 tentang
pendanaan pendidikan.
10) Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
11) Peraturan menteri keuangan nomor 201/PMK. 07/2011
tentang pedoman umum dan alokasi BOS tahun 2012.
12) Peraturan menteri dalam negeri nomor 62 tahun 2011
tentang pedoman pengelolaan BOS tahun 2012.
13) Peraturan pendidikan dan kebudayaan nomor 51 tahun
2011 tentang petunjuk teknis penggunaan dana BOS dan
laporan keuangan BOS tahun 2012.
4. Tujuan Program BOS dan BOS Buku
Program BOS bertujuan untuk membebaskan biaya
pendidikan bagi siswa kurang mampu (miskin) dan
meringankan bagi siswa yang lain agar memperoleh layanan
22
pendidikan dasar yang lebih bermutu dalam rangka penuntasan
“program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun” yang lebih
bermutu serta dapat mengembangkan potensi dirinya supaya
bisa hidup mandiri, atau dapat melanjutkan pendidikan
kenjenjang yang lebih tinggi.
Secara khusus, program BOS diarahkan untuk
membebaskan seluruh siswa SD/Madrasah Ibtidaiyah Negeri
dan SMP/Madrasah Tsanawiyah Negeri, kecuali pada rintisan
sekolah bertaraf Internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf
Internsional (SBI). Program BOS bertujuan untuk
membebaskan biaya sekolah negeri/swasta bagi siswa miskin
dari segala bentuk pungutan apapun, dan meringankan beban
biaya operasional SD/MI dan SMP/MTS.
Untuk melengkapi program BOS, dalam tahun 2006
pemerintah mengeluarkan kebijakan program BOS buku yang
bertujuan untuk : 1) memberikan bantuan pada sekolah dalam
rangka pengadaan buku teks pelajaran bagi seluruh siswa, 2)
membantu masyarakat meringankan beban biaya pendidikan,
dan 3) meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.
23
Sementara itu, program BOS Buku dimaksudkan untuk
membantu madrasah dan PPS dalam menunjang proses
pembelajaran, melalui penyediaan sejumlah buku pelajaran.
Jumlah BOS buku dihitung berdasarkan jumlah siswa penerima
Program BOS dikalikan dengan paket harga buku sebesar
Rp.22.000 per siswa.4
5. Manfaat Program BOS
Pelaksanaan program BOS selama ini menunjukkan
manfaat yang tinggi, yaitu dapat mendorong kualitas belajar
mengajar disekolah maupun mengantisipasi masyarakat miskin
untuk dapat menyekolahkan anaknya mengikuti program wajib
belajar 9 tahun. Adapun manfaat program BOS antara lain
adalah :
a. Ditinjau dari Siswa
1) umlah siswa menamatkan sekolah ditingkat SD dan SMP
jumlahnya meningkat sebagaimana dilihat dari
perkembangan APK dan APS, atau menurunnya jumlah
anak putus sekolah atau tidak tamat SD dan SMP,
artinya program BOS dapat dianggap cukup efektif.
4 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 12-13
24
2) Siswa miskin dan mampu bisa mendapatkan fasilitas
pendidikan wajib belajar 9 tahun secara gratis.
3) Terbuka peluang bahwa siswa miskin bisa bersaing dan
mengembangkan ilmu serta mendapatkan sekolah gratis,
bahkan kemungkinan mendapatkan beasiswa miskin.
b. Ditinjau dari sekolah
1) Dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas
guru dalam memberikan pelajaran dan meningkatkan
kualitas siswa, sehingga jumlah murid pandai dapat
meningkat.
2) Terdapat tambahan insentif bagi guru khususnya guru
honorer. Bagi sekolah yang muridnya sedikit, alokasi
dana yang diterima lebih kecil dari sekolah yang jumlah
muridnya lebih banyak.
3) Pelaksanaan program BOS relatif mudah, karena dalam
buku panduan telah memuat proses tahapan pelaksanaan
BOS, sehingga tingkat penyerapan anggaran BOS
hampir diseluruh sekolah bisa mendekati 100%, artinya
tidak banyak terdapat banyak hambatan pada saat proses
penyerapan.
25
6. Syarat Penerima Hibah dan Bantuan Sosial
Pemberian bantuan sosial harus memenuhi kriteria
sebagaimana diatur dalam pasal 24 Permendagri nomor 32
tahun 2011 sebagai berikut5 :
1) Kriteria selektif, yang diartikan bahwa bantuan sosial hanya
diberikan kepada calon penerima yang ditujukan untuk
melindungi dari kemungkinan resiko sosial.
2) Kriteria memenuhi persyaratan penerima bantuan meliputi :
a) Memiliki identitas yang jelas.
b) Berdomisili dalam wilayah administratif pemerintahan
daerah berkenaan.
3) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus yang
diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan
tidak harus diberikan setiap tahun anggaran; serta kriteria
kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan
diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun
anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko
sosial.
4) Sesuai tujuan penggunaan, yang diartikan meliputi :
5 Yusran Lapananda, S.H., M.H, Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari APBD, 24-25
26
a) Rehabilitas sosial
b) Perlindungan sosial
c) Pemberdayaan sosial
d) Jaminan sosial
e) Penanggulangan kemiskinan
f) Penanggulangan bencana
B. Bidang Perlindungan Sosial
1. Program Keluarga Harapan (PKH)
Rendahnya tingkat penghasilan keluarga RTSM
membuat rendahnya tingkat pendidikan sehingga mengharuskan
anak-anak bekerja diusia muda,serta buruknya tingkat kesehatan
khususnya Ibu dan proses tumbuh kembang anak balita, yang
akan menjadikan kondisi miskin yang berkepanjangan. Bahkan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup
minimal yang disebabkan oleh faktor internal RTSM dengan
serba keterbatasannya, maupun faktor eksternal, yaitu
terbatasnya fasilitas pelayanan dasar bagi masyarakat miskin.
Dengan demikian, sistem perlindungan sosial diharapkan dapat
membantu tingkat kehidupan RTSM dengan berbagai
27
persyaratan, sekaligus untuk mendidik masyarakat miskin agar
disiplin, mau berupaya untuk hidup pada tingkat yang lebih
baik.
Untuk memperbaiki sistem perlindungan sosial, maka
dalam tahun 2007 pemerintah mengeluarkan kebijakan sebagai
pembelajaran masyarakat miskin agar dapat lebih disiplin dalam
mengelola bantuan agar dirasakan menjadi lebih bermanfaat dan
bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan
dan kesehatannya, melalui kebijakan “bersyarat” lebih dikenal
dengan program keluarga harapan (PKH), yaitu program
pemberian uang tunai kepada RTSM berdasarkan persyaratan
dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan
kewajibannya, PKH difokuskan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya masyarakat miskin melalui pemberdayaan kaum
ibu, dan mendorong agar anaknya tetap sehat dan bersekolah
sesuai dengan data yang ditetapkan oleh BPS sebagai target
peserta.
Dibidang pembiayaannya, anggaran PKH dialokasikan
melalui belanja bansos bidang perlindungan sosial yang
bersyarat, artinya bagi RTSM yang menerima PKH wajib
28
menyekolahkan anaknya yang berusia sekolah 6-18 tahun,
melakukan pemeriksaan kesehatannya yang mencangkup ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, pemeriksaan gizi, serta
pemeriksaan imunisasi balita. Dalam jangka pendek PKH
diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM,
sedangkan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus
rantai kemiskinan antar generasi. Karena minimnya akses
RTSM menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan
kesehatan masyarakat miskin.
PKH bukan kelanjutan program BLT yang diberikan
dalam rangakan membantu masyarakat miskin untuk
mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan
penyesuaian harga BBM, namun PKH merupakan perlindungan
sosial yang berbentuk bansos bersyarat berbasis rumah tangga
miskin, sampai sekarang pelaksanaannya masih bersifat uji
coba. Kebijakan PKH dicetuskan antara lain karena adanya
situasi krisis global, dimana kondisi ekonomi menurun, sulit
mendapatkan kebutuhan pokok terutama dialami oleh
masyarakat miskin dan rentan, sehingga dikhawatirkan jumlah
masyarakat miskin. Diluar negeri, PKH dikenal dengan istilah
conditional cash transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.
29
Dalam usia pelaksanaan 4 tahun PKH secara bertahap
diarahkan menjadi program nasional, PKH baru mencapai 13
provinsi, pengelolaannya di sinergikan melalui beberapa
instansi terkait, terdiri dari Bappenas, Kementerian Sosial,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian
Agama, Kementerian Informasi, BPS, dan Pemerintah Daerah,
dilakukaan dipusat maupun didaerah. PKH menjadi salah satu
bagian dari program prioritas pembangunan, diharapkan dapat
mempercepat penanggulangan kemiskinan dasar,
mengupayakan penigkatan umur harapan hidup penduduk,
membaiknya sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan,
serta membaiknya tingkat ekonomi masyarakat miskin, menjadi
sangat startegis untuk di implimentasikan secara nasional. Ke
depan PKH diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dibidang pendidikan dan kesehatan.
PKH memberikan kontirbusi dalam rangka
mempercepat pencapaian tujuan milenium Development Goals
(MDGs). Ada lima komponen MDGs yang secara tidak
langsung akan terbantu oleh PKH, yaitu mencakup :
1) Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan
30
2) Pendidikan dasar
3) Kesetaraan gender
4) Pengurangan angka kematian bayi dan balita
5) Pengurangan kematian Ibu melahirkan
Tujuan umum PKH adalah mengurangi angka dan
memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas SDM, dan
merubah perilaku RTSM yang relatif kurang mendukung
peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai
upaya mempercepat pencapaian target Milenium Development
Goals (MDGs).
Sedangkan secara khusus, tujuan PKH adalah :
1) Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM.
2) Meningkatkan status kesehatan gizi Ibu hamil, Ibu nifas,
anak balita, dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk
sekolah dasar dari keluarga sangat miskin (KSM).
3) Mengingkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan
dan kesehatan, khususnya bagi KSM.
4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak keluarga sangat
miskin.
Sementara itu, tujuan operasional PKH adalah :
31
1) Di bidang kesehatan yaitu, meningkatkan akses RTSM (Ibu
hamil, ibu nifas dan anak balita) terhadap pelayanan
kesehatan, dan meningkatkan status kesehatan (IMR,
MMR, AKB).
2) Dibidang pendidikan yaitu meningkatkan akses anak-anak
RTSM terhadap pendidikan dasar (SD dan SLTP) serta
meningkatkan status pendidikan dasar agar tidak terjadi
anak putus sekolah (APS).
PKH diharapkan dapat membantu penduduk termiskin
yang membutuhkan bantuan untuk mencukupi kebutuhan dasar,
setidaknya dapat berlanjut hingga tahun 2015 sejalan dengan
pembangunan MDGs, Yaitu mencakup 5 indikator yang secara
tidak langsung dapat terbantu oleh PKH, yaitu terdiri dari
pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar,
kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita,
serta penurunan angka kematian ibu melahirkan.
Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, manfaat
PKH adalah:
1) Dalam jangka pendek yaitu, memberikan income effect
melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga
miskin.
32
2) Dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan
RTM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi,
pendidikan dan kapasitas pendapatan anak (price effect),
dan memberikan kepastian akan masa depannya (insurance
effect).
3) Merubah perilaku keluarga miskin yang relatif kurang
mendukung peningktan kesejahteraan antara lain disebabkan
oleh kurangnya informasi mengenai hak, manfaat,
keuntungan dan kesempatan, serta tingginya biaya tidak
langsung (transportasi, seragam, dan lain-lain), dan
opportunity cost (anak bekerja lebih “menguntungkan” dari
pada bersekolah).
4) Mengurangi pekerja anak, yaitu mencegah turunnya anak-
anak bekerja di jalanan, serta mencegah RTM menjadi tuna
sosial atau penyandang masalah kesejahteraan sosial.
5) Pengingkatan kualitas pelayanan publik melalui
complementary perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan
(supply side), pengembangan sistem perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin (demand side), sekaligus penguatan
desentralisasi.
33
6) Perceptan pencapaian MDGs, melalui indikator kemiskinan,
pendidikan, kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian
balita, dan peningkatan kesetaraan gender.6
PKH memberikan bantuan uang tunai kepada RTSM
dengan mewajibkan untuk mengikuti persyaratan sesuai dengan
pedoman program, yaitu :
1) Menyekolahkan anak usia 7-15 tahun serta anak usia 16-18
tahun, namun belum tamat pendidikan wajib belajar 9 tahun
di satuan pendidikan, dan menghadiri kelas minimal 85
persen hari sekolah/tatp muka dalam sebulan selama tahun
ajaran berlangsung.
2) Melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan bagi anak
usia 0-6 tahun, sesuai dengan prosedur kesehatan bagi anak.
3) Untuk ibu hamil dan ibu nifas, memeriksakan kesehatan diri
dan juga janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan
prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil.7
Nilai bantuan PKH dipengaruhi oleh suatu komposisi
keluarga maupun tingkat pendidikan anak, selanjutnya
6 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 128-131
7 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 132
34
diterapkan batasan minimum dan maksimum penerimaan
dengan mempertimbangkan sebagai berikut:
1) Jika pembayaran terlalu tinggi, maka orang akan tergantung
pada program tersebut.
2) Jika pembayaran diberikan dalam jumlah yang sama ke
semua keluarga, menjadi tidak adil, karena bagi keluarga
yang memiliki anak banyak/anak bersekolah ditempat yang
lebih tinggi mengingat pengeluarannya pun relatif lebih
besar dari keluarga kecil maka tidak terbebani biaya
sekolah.
3) Jika bantuan berdasarkan jumlah anak tanpa batasan, maka
di khawatirkan akan jadi kecurangan dalam
pelaksanaannya.8
2. Perencanaan PKH
Selama kurun waktu 4 tahun pelaksanaan PKH telah
diujicobakan terhadap 13 provinsi, ke depan PKH akan menjadi
program perlindungan sosial secara nasional, Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten
merupakan daerah yang jumlah penduduknya tinggi dengan
8 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 133
35
tingkat kemiskinannya tinggi, sehingga walaupun bukan
merupakan daerah terpencil maka dijadikan pilot project
pelaksanaan PKH.
Berdasarkan pedoman umum PKH, kriteria
persyaratannya adalah sebagai berikut:
1) Peserta PKH, adalah:
a) RTSM terpilih yang memiliki :
- Ibu hamil/nifas.
- Anak balita/anak usia 5 s/d 7 tahun yang belum
masuk pendidikan SD.
- Anak usia SD s/d usia SLTP.
- Anak usia 15 s/d 18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar.
b) Menandatangani persetujuan
2) Hak Peserta PKH, adalah:
a) Mendapat bantuan tunai sesuai persyaratan.
b) Mendapat pelayanan kesehatan di pusat pelayanan
kesehatan (Puskesma, Posyandu, Polindes).
c) Mendapat pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun.
36
3) Kewajiban Peserta PKH, adalah:
a) Anak usia 0 – 6 tahun dan ibu hamil/nifas wajib
mengikuti persyaratan seluruh protokol pelayanan
kesehatan yang telah ditetapkan,
b) Anak usia 6 – 15 tahun wajib didaftarkan dan
disekolahkan ke SD/MI atau SLTP/MTS dan hadir
dikelas minimal 85 persen dalan sebulan,
c) Anak usia 15 – 18 tahun belum menyelesaikan
pendidikan dasar didaftarkan ke sekolah terdekat atau
mengambil sekolah kesetaraan.
4) Penerima Bantuan PKH :
a) Ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan.
b) Jika tidak ada ibu, yang menerima adalah nenek,
tante/bibi, kakak perempuan.
c) Yang berhak mengambil pembayaran adalah yang
namanya tercantum di kartu PKH dan bukan wakilnya.9
9 Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di Indonesia, 143-145
37
C. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Menurut Friedlander kesejahteraan adalah sistem yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-
institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan
kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial
sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan
kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan
kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.10
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
Kesejahteraan Sosial adalah suatu kegiatan yang
terorganisasikan dengan tujuan untuk membantu penyesuaian
timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial
mereka.
Tujuan kesejahteraan sosial ini dicapai secara seksama,
melalui teknik-teknik dan metode tertentu dengan maksud untuk
memungkinkan individu, kelompok, maupun masyarakat
memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian
10
Adi Fahrudin, Ph.D, Pengantar Kesejahteraan Sosial,(Bandung: Reflika
Aditama), 9
38
diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta
melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi –
kondisi ekonomi dan juga sosial.11
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Keluarga
Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah
anggota keluarga. Berdasarkan jumlah atau besar keluarga,
keluarga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: keluarga kecil
(kurang dari sama dengan 4 orang), keluarga sedang (5-7
orang), dan keluarga besar (lebih dari sama dengan 8 orang).
Menurut arianti, besar keluarga ditentukan oleh jumlah
anggota keluarga. Biasanya jumlah anak. Jumlah anggota
keluarga yang terlalu besar seringkali menimbulkan masalah
dalam pemenuhan kebutuhan pokok.
Sumarwan menyatakan bahwa pendapatan perkapita dan
belanja pangan keluarga akan menurun sejalan dengan
meningkatnya jumlah keluarga. Jumlah dan pola konsumsi
suatu barang atau jasa ditentukan oleh jumlah anggota keluarga
11
Rohiman Notowidagdo,pengantar kesejahteraan sosial,(Jakarta: sinar
grafika offset 2016), 37
39
atau rumahtangga. Keluarga yang memiliki jumlah anggota
keluarga yang lebih besar akan mengkonsumsi pangan dengan
jumlah jauh lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang
jumlah anggota keluarganya lebih sedikit.12
3. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesejahteraan
Faktor penyebab timbulnya masalah kesejahteraan
cukup banyak. Berikut ini penyebab yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh.
1) Faktor ekonomi, Antara lain mencakup kelesuan ekonomi,
perubahan teknologi dalam proses produksi. Perubahan-
perubahan dalam kenaikan produktivitas, perubahan-
perubahan daam pemasaran, ketidakteraturan permintaan
akan tenaga buruh, an pemindahan industry dari
masyarakat tertentu.
2) Factor sosial, bagi penerima income, hal demikian bisa
berupa kehilangan pendapatan bagi para keluarga. Ini bisa
disebabkan oleh kematian, meninggalkan keluarga,
12
Megawati Simanjuntak,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Keluarga dan Prestasi Belajar Anak Pada Keluarga Penerima Program Keluarga
Harapan(PKH),”http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/27013(diunduh tanggal
15 September 2017),23
40
diskriminasi dalam penempatan tenaga kerja, perbedaan
golongan dll.
3) Faktor pribadi. Faktor ini memengaruhi kemampuan untuk
memperoleh pekerjaan dan pendapatan, seperti
ketidakmampuan fisik dan mental.13
4. Fungsi – Fungsi Kesejahteraan
Fungsi-fungsi kesejahteraan bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang
diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi,
menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang
negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi
yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial tersebut antara lain:
1) Fungsi pencegahan (preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat
individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari
masalah-masalah sosial baru. Dalam masyarakat transisi,
13
Rohiman Notowidagdo,pengantar kesejahteraan sosial,(Jakarta: sinar
grafika offset 2016), 112
41
upaya pencegahan di tekankan pada kegiatan-kegiatan untuk
membantu menciptakam pola-pola baru dalam hubungan
sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.
2) Fungsi penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial di tujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik,
emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah
tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam
masyarakat.
3) Fungsi pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan
sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses
pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-
sumber daya sosial dalam masyarakat.
4) Fungsi penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk
membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan
kesejahteraan sosial yang lain.14
14
Adi Fahrudin, Ph.D, Pengantar Kesejahteraan Sosial,(Bandung: Reflika
Aditama), 12-13
42
D. Keluarga dan Kemiskinan
1. Definisi Keluarga
Terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakan untuk
menyebut “keluarga”. Keluarga itu berarti ibu, bapak, dengan
anak-anaknya atau seisi rumah, bisa juga di sebut batih, yaitu
orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, dan dapat pula
berarti kaum, yaitu sanak saudara atau kaum kerabat.
Definisi lain mengemukakan bahwa keluarga adalah
suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
diekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal
bersama.15
2. Tujuan dan Fungsi Keluarga
Tujuan dari terbentuknya keluarga adalah untuk
mewujudkan suatu struktur atau hierarkis yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologis para anggotanya dan untuk
memelihara kebiasaan atau budaya masyarakat yang lebih luas.
Dalam mencapai tujuan keluarga, peraturan pemerintah (PP)
15
Ramdani Wahyu, M.Ag., M.Si, Ilmu Sosial Dasar,(Bandung: Pustaka
Setia 2013),70
43
Nomor 21 Tahun1994 (BKKBN 1996) menyebutkan adanya
delapan fungsi yang harus dijalani oleh keluarga, meliputi:
1) Fungsi keagamaan yaitu keluarga perlu memberikan
dorongan kepada seluruh anggotnya agar kehidupan
keluarga sebagai watinhana persemaian nilai-nilai agama
dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menjadi
insan-insan agamais yang penuh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Fungsi sosial budaya yaitu memberikan kepada keluarga
dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan
budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu keasatuan.
3) Fungsi melindungi yaitu untuk menumbuhkan rasa aman
dan kehangatan.
4) Fungsi cinta kasih yaitu keluarga yang memberikan
landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,
suami dengan istri, orangtua dengan anaknya, serta
hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh
kasih lahir dan batin.
5) Fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu dengan memberi
peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa
44
melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa
depan.
6) Fungsi ekonomi, menjadi unsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga.16
3. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga.17
Di mata sebagian ahli, kemiskinan didefinisikan semata
hanya sebagai fenomena ekonomi, dalam arti rendahnya
penghasilan atau tidak dimilikinya mata pencaharian yang yang
cukup mapan untuk tempat bergantung hidup.
Pengertian tentang kemiskinan secara garis besar bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan relatif dan
kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dinyatakan dengan
16
Megawati Simanjuntak,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Keluarga dan Prestasi Belajar Anak Pada Keluarga Penerima Program Keluarga
Harapan(PKH),”http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/27013(diunduh tanggal
15 September 2017),7-8 17
Megawati Simanjuntak,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Keluarga dan Prestasi Belajar Anak Pada Keluarga Penerima Program Keluarga
Harapan(PKH),”http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/27013(diunduh tanggal
15 September 2017),10
45
beberapa persen dari pendapatan nasional yang diterimakan
oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu
dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang
diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan
lainnya.
Sedangkan kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu
keadaan dimana tingkat pendapaatan absolut dari satu orang
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti:
sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Konsusmsi nyata tersebut dinyatakan dengan secara kuantitatif
atau dalam uang berdasarkan harga pada tahun pangkal tertentu.
Kemudian, karena biaya hidup di daerah kota dan di daerah
desa berbeda, demikian juga antar kelompok masyarakat di
dalamnya.
Di samping itu, ada juga pengertian kemiskinan lain
yang dikembangkan oleh Sajagyo. Dikatakan bahwa,
kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di
bawah standar kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan
berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang
46
cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan
beras dan kebutuhan gizi.
Adapun definisi menurut Friedman, kemiskinan adalah
ketidaksamaan untuk mengakumukasi basis kekuasaan sosial.
Sementara yang dimaksud basis kekuasaan sosial itu menurut
Friedman meliputi: pertama, modal produktif atas aset,
misalnya tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan. Kedua,
sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai.
Ketiga, organisasi sosila dan politik yang dapat digunakan
untuk mencapai kepentingan bersama, seperti koperasi.
Keempat, network atau jaringan sosial untuk memperoleh
pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang
memadai. Kelima, informasi-informasi yang berguna untuk
kehidupan.18
Kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap
kemiskinan adalah para pekerja pabrik dan rumah tangga yang
beberapa tahun belakangan ini kondisi ekonomi mereka
membaik akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan yang menciptakan kesempatan kerja lebih besar
18
Dr. Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi
Penanganannya,(Malang: In-TRANS 2013),1-4
47
dan lebih baik (dari sisi pendapatan), namun mereka berada
persis di atas garis kemiskinan yang berlaku. Kondisi seperti ini
membuat mereka sangat terancam kembali menjadi miskin
apabila ada sebuah krisis ekonomi seperti pada tahun 2008-
2009.19
4. Ciri-ciri Kemiskinan
Dengan melihat banyaknya ukuran yang dapat dipakai
untuk menentukan seseorang atau sekelompok orang untuk
disebut miskin atau tidak miskin, maka umumnya para ahli akan
merasa kesulitan dalam mengklasifikasikan masyarakat menurut
garis kemiskinan. Namun, dari berbagai studi yang ada, pada
dasarnya ada beberapa ciri dari kemiskinan, yaitu:
1) Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada
umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti
tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan. Faktor
produksi yang dimiliki umumnya sedikit, sehingga
kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat
terbatas.
19
Prof. Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia,(Bogor:
Ghalia Indonesia 2014),196
48
2) Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan
untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.
3) Tingkatan pendidikan golongan miskin umumnya rendah,
tidak sampai tamat sekolah dasar.
4) Banyak di antara mereka yang tinggal di daerah perdesaan
dan tidak mempunyai tanah garapan, atau kalaupun ada
relatif kecil sekali. Pada umumnya mereka menjadi buruh
tani atau pekerja kasat di luar pertanian.
5) Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia
muda dan tidak mempunyai keterampilan atau skill dan
pendidikan.20
5. Akar Penyebab Kemiskinan
Menurut faktor yang melatarbelakangi, akar penyebab
kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama,
kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai
akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya atau karena
tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
Kedua, kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang
terjadi karena struktur sosial yang ada, membuat anggota atau
20
Dr. Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi
Penanganannya,(Malang: In-TRANS 2013),6
49
kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan
fasilitas-fasilitas secara merata.
Kemiskinan buatan dalam banyak hal terjadi bukan
karena seorang individu atau anggota keluarga malas bekerja
atau karena mereka terus-menerus sakit. berbeda dengan
perspektif modernisasi yang cenderung memvonis kemiskinan
bersumber dari lemahnya etos kerja, tidak dimilikinya etika
wirausaha atau karena budaya yang tidak terbiasa dengan kerja
keras, kemiskinan buatan dalam perbincangan dikalangan
ilmuwan sosial acapkali diidentikan dengan pengertian
kemiskinan struktural. Menurut Selo Soemardjan, yang
dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah kemiskinan
yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur
sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-
sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.21
E. Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kegiatan mendata dan
mengevaluasi seluruh hasil studi atau penelitian terutama pada skripsi
21
Dr. Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi
Penanganannya,(Malang: In-TRANS 2013),8-9
50
yang lebih dulu membahas fokus yang sama dalam ringkas tersebut,
harus digali kelebihan dan kekurangan skripsi yang telah ada. Berikut
ini beberapa skripsi penelitain teerdahulu.
Penulis mengambil tiga penelitian terdahulu sebagai
perbandingan pada penelitian ini. penulis fokus pada bantuan sosial
program keluarga harapan dan kesejahteraan keluarga miskin dalam
penelitian sebelumnya. Karena penulis mengetahui hasil penelitian
terdahulu, maka penulis dapat membandingkan hasil penelitiannya.
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini,
yang pertama yaitu penelitian yang di lakukan oleh Edwin Satria
Permana dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten tahun
2012 yang berjudul “Evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan
di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang”.
Penelitian terdahulu ini menggunakan metode kualitatif sedangkan
penelitian sekarang menggunakan metode penelitian kuantitatif. Selain
itu penelitian terdahulu tidak membahas kesejahteraan masyarakat
sedangkan penelitian sekarang membahasnya.Persamaannya adalah
pembahasan variabel x sama-sama membahas tentang program
keluarga harapan. Berdasarkan perhitungan pelaksanaan program
Keluarga Harapan mencapai angka 69,80% diperoleh angka thitung
51
lebih besar daripada t tabel (5,885 > 1,657) maka dapat disimpulkan
pelaksanaan Program Keluarga Harapan di di Kelurahan Saruni
Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang kategori baik.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Edo Permana dari
Institut Pertanian Bogor tahun 2016 yang berjudul “Dampak Program
Bantuan Sosial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan
Kabupaten Tertinggal Di Indonesia”. Metode penlitian yang digunakan
oleh penelitian terdahulu menggunakan metode deskrpitif Kualitatif
sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan metode penelitian
kuantitatif, selain itu perbedaannya penelitian yang terdahulu
membahas secara luas bantuan sosial secara umum sedangkan yang
sekarang penelitiannya hanya terkonsentrasi pada Program Keluarga
Harapan.Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDRB tidak
signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di daerah tertinggal.
Variabel yang signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di daerah
tertinggal adalah tingkat pengangguran, ipm, dan share sektor jasa
Variabel tingkat pengangguran berkorelasi positif terhadap jumlah
penduduk miskin di kabupaten tertinggal di Indonesia. Nilai koefisien
regresi pengangguran sebesar 0,306213 yang berarti setiap kenaikan
pengangguran sebesar 1 persen, akan meningkatkan jumlah penduduk
52
miskin sebesar 0.306213 persen. Ditingkat regional sektor non riil
tumbuh sangat cepat sedangkan sektor riil yang mampu menyerap
tenaga kerja malah tumbuh lambat (BPS, 2014). Dengan lambatnya
pertumbuhan sektor riil daya serap tenaga kerja menjadi sangat rendah,
ditambah dengan kenaikan.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Septa Muliadi Ginting
dari Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2015 yang berjudul
“Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan
Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan”. Pada
penelitian terdahulu menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan penelitian
kuantitatif selain itu penelitian yang dahulu membahas bantuan
langsung tunai sedangkan yang sekarang membahas tentang bantuan
program keluarga Harapan. Persamaan dalam penelitian ini adalah
variabel X dan Y sama yakni bantuan sosial dan kesejahteraan
kehidupan masyarakat.Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
pada rumusan masalah yang pertama, bahwa program BLT/BLSM
berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan pokok di Kecamatan
Medan Belawan, dan ada dua variabel diantaranya yang mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam pengentasan kemiskinan melalui
53
pemenuhan kebutuhan pokok yaitu penggunaan Gas LPG 3Kg dengan
kemampuan membeli dan minum susu dalam seminggu dan sementara
variabel indikator kemiskinan BPS lainnya masih kecil pengaruhnya.
Dan berdasarkan hasil uji paired sample t – test pada total keseluruhan
dari jumlah ataupun skor keduabelas variabel indikator kemiskinan
BPS yang juga akan menjawab rumusan masalah yang kedua,
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan
kemiskinan sebelum dan setelah responden menerima program
BLT/BLSM. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa program
BLT/BLSM tersebut mempengaruhi ataupun berdampak positif
terhadap kehidupan responden yang menerima program BLT/BLSM
dalam hal pengentasan kemiskinan.
F. Hubungan Antara Program Bansos dan Kesejahteraan
Masyarakat Miskin
Bantuan sosial (bansos) adalah merupakan transfer uang atau
barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
54
Bansos dapat diberikan secara langsung kepada masyarakat atau
lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga
non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan, sifatnya tidak terus
menerus dan selektif. Dinas bansos bisa “dengan syarat” atau “tanpa
syarat”, diberikan melalui Kementerian/Lembaga, serta untuk bencana
alam. Dari segi durasinya, bansos dapat bersifat sementara (untuk
korban bencana), atau tetap (penyandang cacat), dan dapat berupa uang
atau barang.22
Bantuan sosial mempunyai strategi yang dimana strategi
tersebut berbanding lurus dengan apa yang ada pada konsep dan tujuan
mensejahterakan masyarakat miskin.
Tujuan dari program ini adalah:
1. Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak-anak balita
2. Meningkatnya pendidikan anak-anak usia sekolah hingga tamat
sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah lanjutan tingkat pertama
(SMP/MTs).
Indikator Keberhasilan
Ukuran atau indikator keberhasilan merupakan kondisional
yang akan di capai oleh masyarakat dan digunakan sebagai dasar untuk
22
Sri Lestari Rahayu, Bantuan Sosial di indonesia,(Bandung: Fokus media
2012),2
55
menilai keberhasilan dalam rangka mengikuti program bansos ini.
ukuran keberhasilan ini dimaksudkan agar masyarakat memfokuskan
pada pencapaian tujuan program dan tidak hanya melakukan kegiatan
pendidikan dan kesehatan secara umum.
Ukuran yang digunakan sebagai berikut:
1. Bidang Kesehatan, meliputi:
a. Setiap ibu hamil diperiksa oleh bidan, minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan.
b. Setiap ibu hamil mendapatkan minimal 90 butir pil Fe
(penambah darah) selama masa kehamilan.
c. Setiap ibu yang melahirkan dan bayinya mendapatkan
perawatan nifas oleh bidan atau dokter, minimal 2 kali
perawatan dalam waktu 40 hari setelah proses persalinan.
d. Setiap bayi usia 12 bulan kebawah mendapatkan imunisasi
standar secara lengkap.
e. Setiap usia 6 bulan sampai 59 bulan mendapatkan vitamin
A, 2 kali dalam setahun.
2. Bidang Pendidikan, meliputi:
a. Setiap anak usia sekolah dasar (7 tahun ke atas) terdaftar
sebagai siswa sekolah dasar (SD/MI).
56
b. Tingkat kehadiran setiap siswa SD/MI dalam mengikuti
proses belajar mengajar, minimal 85%. Usia sekolah SD
menurut DEPDIKNAS adalah usia 7 sampai 12 tahun.
Pengembangan masyarakat yang berbasis partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, kemudian juga secara
langsung memberdayakan masyarakat, dan semoga masyarakat tidak
terus-menerus ketergantungan dengan adanya pemberian bantuan ini.
top related