bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 hasil...
Post on 06-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar IPA
2.1.2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar dalam dunia pendidikan diartikan sebagai
proses yang disengaja dan direncanakan agar terjadi perubahan perilaku
seseorang. Dalam belajar terjadi proses transfer sikap kognitif,
afektif,dan psikomotorik. Perubahan perilaku tersebut sifatnya adalah
menetap, hanya prosesnya antara individu yang satu dengan yang lain
tidak sama. Ada yang dapat berlangsung cepat ada pula yang
berlangsung lama. Sedangkan Suprayekti (2003:5) memberikan definisi
bahwa perubahan kedewasaan yang diakibatkan oleh proses
kematangan seseorang bukan disebut sebagai proses belajar. Karena
dalam belajar terjadi interaksi antara manusia dewasa dengan manusia
belum dewasa yang disengaja dan direncanakan untuk menuju kearah
kekedewasaan. Definisi tentang belajar duiraikan oleh beberapa ahli
pendidikan sebagai berikut :
1) Belajar, menurut Gegne dalam M. Ngalim Purwanto (1997:84),
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami
situasi tersebut.
2) Belajar, menurut Bloom dalam Suprayekti (2003 :4-9), adalah suatu
proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan tingkah
laku. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
8
menghasilkan perubahan-perbahan yang relatif konstan dan
berbekas.
3) Belajar, menurut Morgan dalam M. Ngalim Purwanto (1997:84),
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar
Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri
dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu. (Muhibbin Syah 1997:65).
Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi
dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula
sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar
dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Hasil belajar adalah hasil yang harus dicapai/dilakukan.
(Poerwodarminto, 2001: 895).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang
dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni
penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang
dapat diukur dengan tes tertentu. Yang diungkap dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa kelas V di SD NEGERI 3 Nglinduk
Kecamatan Gabus Grobogan.
2.1.4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Pada dasarnya pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah
dasar merupakan penanaman konsep dasar dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Keberadaan ilmu pengetahuan alam sebagai salah satu
cabang ilmu yang akan selalu berkaitan dengan ilmu pegetahuan dan
9
teknologi yang selalu berkembang. Dedi Supriadi (1995:120),
menguraikan tentang beberapa pengertian ilmu Alam yang bila
diartikan secara sempit sebagai ilmu-ilmu terbatas atau eksakta seperti
halnya fisika, kimia, biologi dan astronomi. Ilmu pengetahuan alam,
adalah merupakan gabungan antara ilmu dan pengetahuan tentang alam.
1) Ilmu
a) Ilmu adalah pengetahuan yang telah memiliki stematika tertentu,
b) ilmu telah memiliki ciri-ciri yang khas.
c) Ilmu mempunyai standar tertentu sebagai hasil konsesnsus para
ilmuwan, yaitu bercirikan : (1) Ilmu memiliki obyek formal dan
materiil tertentu. (2) Ilmu mempunyai sistematika isi dan wilayah
studi yang disebut disiplin. (3) Ilmu terbuka dengan
perkembangan. (4) Ilmu memiliki metode-metode tertentu. Oleh
karena itu setiap mempelajari suatu ilmu harus menggunakan
metode yang sesuai dengan sifat ilmu tersebut. (5) Ilmu
mengimplikasikan kemampuan untuk melakukan eksperimen
terkendali dalam rangka menguji teori dan hipotesis. (6) Ilmu
dipahami berdasar dimensi pasifnya yang mengacu pada
akumulasi fakta dan informasi sehingga membentuk sistematika.
2) Pengetahuan
Pengetahuan atau knowledge adalah suatu generalisasi dari
berbagai hal yang pada perkembangannya ada yang dapat menjadi
ilmu. Tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan
didapat karena berbagai alasan seperti :
a) Sikap mencoba-coba.
b) Sikap pembiasaan menaksir atau memperkirakan sesuatu karena
beberapa alasan kesamaan yang sering mengikuti terjadinya
suatu peristiwa.
c) Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara alamiah dan
bukan karena belajar.
d) Fenomena alam atau gejala alam yang sering terjadi dan
10
dijadikan patokan untuk menentukan sesuatu.
e) Pengembangan ilmu yang dapat menghasilkan suatu penemuan
besar sehingga kemudian muncul istilah ilmu pengetahuan.
3) Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah ilmu dan pegetahuan yang memuat
tentang berbagai cabang yang terdiri dari ekskta dan non eksakta. Untuk
non eksakta antara lain adalah disiplin ilmu yang tidak dapat dilakukan
secara murni, seperti halnya astronomi dan geologi yang selalu
mengalami perubahan dan perkembangan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk sementara dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah mempunyai ciri dan standar
tertentu dan memiliki obyek formal dan materiil tertentu sebagai hasil
konsensus para ilmuwan, sedangkan pengetahuan adalah semata-mata
hanya merupakan akal manusia berdasar alamiah.
2.1.5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Sesuai Silabus KTSP 2007 SD Negeri 3 Nglinduk, Kecamatan
Gabus, Kabupaten Grobogan (2003:25), Pembelajaran iIlmu pengetahua
alam di sekolah dasar bertujuan untuk melatih keterampilan anak untuk
berfikir secara inovatif dan kreatif sehingga pada akhirnya anak mampu
untuk berfikir secara kritis. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam
didasarkan pada fungsi, tujuan dan ruang lingkup. Oleh karena itu
dalam memberikan materi pelajaran ilmu pengetahuan alam bagi siswa
sekolah dasar harus dilandasi penanaman konsep yang kuat untuk
mengubah pemahaman abstrak menjadi pemahaman bentuk konkrit.
Hal tersebut harus diperhatikan oleh guru karena pemahaman untuk
anak usia sekolah dasar pada umumnya masih dalam taraf pemikiran
sederhana.
1) Fungsi
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
berfungsi untuk :
11
a) Memberikan ilmu pengetahuan tentang berbagai jenis dan
perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya
dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
b) Mengembangkan keterampilan proses.
c) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kwalitas hidup sehari-hari.
d) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan
keadaan lingkungan alam dan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari.
e) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk bekal melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
2) Tujuan
a) Mahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-
hari.
b) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
dan gagasan tentang alam sekitar.
c) Mempuyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan seitar.
d) Mampu menerapkan konsep IPAuntuk menjelaskan gejala-gejala
alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
f) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga
menyadari kebesaran dan keagunganTuhan Yang Maha Esa.
3) Ruang Lingkup
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
12
b) Materi, sifat dan kegunaan yang meliputi udara, air, tanah dan
batuan.
c) Listrik dan Magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda
langit lainnya.
d) Sumber daya alam,kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya.
Berdasar hasil pemantauan Depdikbud Kabupaten Grobogan,
khusus tentang proses pembelajaran IPA di sekolah dasar, sering
dijumpai dalam kegiatan belajar dan mengajar IPA, siswa kurang
dilibatkan secara aktif sehingga materi pembelajaran yang disajikan
guru terkesan kurang bermakna dan kurang diminati siswa. Sebagai
akibatnya dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif, kurang
tertarik dan kurang tertantang untuk mengamati, meneliti serta
menafsirkan materi pelajaran walau materi tersebut sifatnya sederhana.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran terdapat unsur materi
pelajaran yang dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu fakta, konsep,
prosedur dan prinsip. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru dituntut
untuk mampu mengembangkan kurikulum dan mampu
mengembangkan strategi mengajar melalui aneka metode dan media
yang membantu siswa memahami materi yang disampaikan. Guru
merupakan kunci utama keberhasilan prestasi belajar siswa. Oleh karena
itu dalam proses pembelajaran Guru perlu memahami secara mendasar
tentang :
a) Materi yang akan disampaikan,
b) Mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat,
c) Mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran secara
efektif dan efisien,
d) Mengorganisasikan kelas.
Depdikbud Kabupaten Grobogan (1999/2000) menguraikan
bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran dan memperoleh hasil
yang maksimal, keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran tidak
13
hanya karena penguasaan materi saja, tetapi juga harus didukung oleh
banyak faktor, diantaranya adalah tentang strategi pembelajaran yang
antara lain meliputi : (a) Penentuan pendekatan, (b) Penentuan metode,
(c) Penentuan sarana, (d) Penentuan alat peraga, (e) Perhitungan waktu
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, (f) Penyusunan evaluasi.
2.2. Media Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Agar siswa mampu memahami konsep belajar dan mampu
mencapai hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran, salah satu pendukung
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam pelaksanaan pembelajaran
ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar hendaknya guru selalu
menggunakan media pembelajaran. Bahwa untuk dapat mengajar IPA
dan mencapai tujuan pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menguasai
materi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh penggunaan media
pembelajaran.
Penekanan penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar
adalah karena sesuai dengan pola pikir siswa yang masih bersifat konkrit.
Sedangkan materi pelajaran IPA pada umumnya bersifat abstrak
sehingga dalam penjelasan materi pelajaran, guru menggunakan model,
tiruan, foto, miniatur atau benda asli, sehingga pelajaran yang bersifat
abstrak dapat dikonkritkan. Menurut teori Behaviorisme BF. Skinner
dalam Aristo Rahadi (2003:9) diuraikan tentang manfaat penggunaan
media pembelajaran yang dapat mengubah tingkah laku siswa
sebagai hasil
proses pembelajaran. Manfaat praktisnya antara lain adalah :
a. Media dapat mengubah materi yang bersifat abstrak menjadi lebih
konkrit.
b. Materi yang membutuhkan penjelasan rumit dapat disederhanakan
dengan melalui penggunaan media.
c. Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
d. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia, baik
indera penglihat, pendengar, peraba, pencium dan pencecap.
14
e. Media dapat membantu menjelaskan obyek yang bersifat berbahaya
dengan melalui audio dan visual.
f. Media juga dapat berupa bahan pengamatan benda sebenarnya untuk
memperjelas suatu proses.
g. Informasi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media yang
tepat akan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa dan
penanaman konsep akan tertanam kuat.
Pada bagian lain Aristo Rahadi (2003:12), dalam penjelasannya
juga menyatakan bahwa pengertian media pembelajaran hendaknya
diasumsikan sebagai alat bantu guru dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar (guru) kepada penerima pesan belajar
(siswa).. Dengan demikian peran guru akan lebih mengarah sebagai
manajer pembelajaran yang mempunyai tanggung jawab utama
menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat belajar dengan hasil
maksimal dan fungsi guru baik sebagai penasihat, pembimbing, motivator
dan fasilitator dalam proses pembelajaran terlaksana secara optimal.
2.2.1. Pengertian Media Realita
Media realita merupakan media yang ditampilkan merupakan benda
nyatanya. Penggunaan media realita lebih mendekatkan peserta didik
(penerima pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah
memahaminya. ”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan
benda yang paling tepat guna, dibandingkan tiruannya”. (Latuheru,
1988:52).
Media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi nyata atau
merupakan benda nyata akan memberikan pengalaman tersendiri bagi
peserta didik yang tidak akan mudah dilupakan. Dengan melihat sendiri
benda nyatanya maka diharapkan peserta didik akan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bukan hanya secara teori
yang dipahaminya, namun benda sendiri hanya dilihat melalui gambar.
Sebagai ilustrasi seorang pilot yang diberikan pembelajaran praktek
langsung dengan yang hanya diberikan teori dan melihat gambarnya,
15
tentunya akan mampu dilihat hasilnya. Seorang pilot yang sudah terbiasa
praktek langsung akan lebih terampil dalam menjalankan pesawatnya.
”Mereka akan belajar lebih banyak tentang binatang serangga yang
dikumpulkan dari hasil perjalanan karya wisata, dibandingkan dengan
melihat difilm strip mengenai kehidupan binatang tersebut”. (Sudjana, dan
Rival, 1990:196).
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan opersi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai
berikut : (1) Mulai memandang dunia secara obyektif, bergeser dari suatu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan
cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4)
Mempergunakan hubungan sebab-akibat, dan (5) Memahami konsep
substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan
tahapan perkembangan berpikir tersebut. (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, CV. Timur Putra
Mandiri, 2006). Kecenderungan belajar anak usia SD memiliki tiga ciri,
yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual,
lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
b. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari
berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif
yakni dari hal yang umum ke bagian demi bagian.
16
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana kehal-hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diperhatikan mengenai urutan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan dan kedalaman materi.
Menggunakan media realita tidak selalu tepat dan baik, karena terkadang
terhambat dengan biaya dan benda aslinya. Sebagai contoh untuk
menunjukkan bentuk bumi, tentunya akan merasa kesulitan apabila tanpa
adanya bantuan media lainnya seperti media gambar (globe).
Penggunaan media realtia merupakan alat peraga yang paling tepat
karena peserta didik dapat langsung mengamati benda aslinya/nyatanya.
Dalam penggunaan media realia/benda nyata ini terdapat kelebihan dan
keterbatasan. Diantara kelebihan-kelebihan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. Dapat memperlihatkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan
dari kerja, dengan biaya yang sedikit.
b. Dapat memberikan kesempatan yang semaksimal mungkin pada siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas nyata, atau tuga-tugas simulasi dan mengurangi
transfer belajar.
c. Memudahkan pengukuran penampilan siswa, bila ketangkasan fisik atau
ketrampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami dan melatih
ketrampilan manipulatif mereka dengan menggunakan indera peraba.
Dari kelebihan-kelebihan penggunaan media realita, ada keterbatasan-
keterbatasan penggunaan media tersebut, yaitu:
a. Tidak selalu memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti
pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga
pengajaran harus didukung dengan media lain.
b. Sulit untuk mengontrol hasil belajar, karena konflik-konflik yang mungkin
terjadi dengan pekerjaan atau dengan lingkungan kelas.
17
c. Seringkali dapat menimbulkan bahaya bagi siswa atau orang lain dalam
lingkungan kerja.
d. Mahal, karena biaya yang diperlukan untuk peralatan tidak sedikit.
e. Seringkali sulit mendapatkan tenaga ahli untuk menangani latihan kerja,
mengambil tenaga ahli dari pekerjaannya untuk melatih yang lain dapat
menurunkan produktivitasnya.
Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran akan mencapai
keberhasilan apabila sesuai dengan materi yang tepat. Media realita
mempunyai kelebihan dan keterbatasan, namun apabila disesuaikan dengan
materi yang akan digunakan maka dapat mngurangi keterbatasan yang terjadi.
Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan
fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran
IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan
(Agus. S, 2003: 11).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang
terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan
mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun
deduktif.
2.2.2 Syntax Media Realita Dalam Pembelajaran
Penggunaan media realia dalam penelitian ini di SD N Ngawen
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang diterapkan pada mata pelajaran
IPA dengan materi Cahaya dan Sifat-sifatnya. Sebelum pembelajaran
dilaksanakan diadakan dulu pre-test. Nilai pre-tes dapat diambil dari ulangan
harian Setelah selesai pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa,
setelah diadakan pre-tes baru dilakukan pembelajaran dengan media realita
yaitu dilakukan dengan cara mengajak siswa mengamati dan melihat
langsung sumber-sumber cahaya seperti cahaya yang berasal dari matahari,
cahaya yang berasal dari lampu, cahaya yang berasal dari senter. Kemudian
18
siswa diajak untuk mempelajari sifat-sifat cahaya dengan cara mengamati,
melihat dan praktek langsung dengan benda seperti :
a. Untuk mengetahui bukti cahaya dapat merambat lurus dengan cara siswa
diajak mengamati dan melihat cahaya lilin pada 3 karton yang dilubangi.
b. Menunjukkan contoh benda yang dapat memantulkan cahaya yaitu cermin
datar, cermin cembung dan cermin cekung beserta manfaatnya masing-
masing cermin. Dan kemudian guru mengajak siswa untuk mengamati
hasil pemantulan cahaya dari masing-masing cermin tersebut.
c. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya yaitu dengan pensil
yang dimasukkan dalam gelas bening yang berisi air terlihat patah. Serta
mengajak siswa untuk mengamati anak yang sedang berenang, dengan
adanya pembiasan cahaya maka kaki anak yang berenang terlihat lebih
pendek.
Setelah semua materi selesai diajarkan guru bersama siswa menarik
kesimpulan hasil pembelajaran kemudian siswa mengerjakan soal post test
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajar dengan menggunakan
media realita
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Joko Supriyanto (2005:55) dalam penelitiannya “Perbedaan
pembelajaran dengan audio visual dan pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar matematika siswa MTS kelas II”. Menyimpulkan pembelajaran
menggunakan media audio visual lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, karena media audia visual dapat menimbulkan
minat belajar dengan kelebihan media tersebut yang berupa efek suara,
animasi, power point pada tampilan. Di antara kelemahan dan kelemahan
penggunaan media dan tanpa media lebih banyak kelebihannya antara lain
dapat diputar ulang, diperlambat, dipercepat, dihentikan, tidak memerlukan
ruang gelap, dan mudah dilakukan. Penelitian tersebut memberikan saran
perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan
media audio visual.
19
Parmin, 2009 dalam penelitiannya “Pengaruh penggunaan media model
dan gambar terhadap Prestasi belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari
Motivasi belajar siswa”. Menyimpulkan bahwa : Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara penggunaan media model dan media gambar terhadap
prestasi belajar IPA, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan ada interaksi pengaruh yang
signifikan antara penggunaan media dengan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar IPA.
Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang
Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses
Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun
Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media
pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media
pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes.
Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi Komparasi Penggunaan
Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang
menggunakan media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan
media grafis terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah
kognitif.
2.4. Metode Praktikum
Pelaksanaan PTK tentang Pemanfaatan media Realita pada mata pelajaran
IPA ini guru menggunakan Metode praktikum, menurut Suparno, P
(2007:77) menjelaskan bahwa metode praktikum adalah metode mengajar
yang mengajak siswa melakuk an kegiatan percobaan untuk membuktikan
atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran.
Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu praktikum
terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan siswa dalam
20
praktikum terbimbing hanya melakukan percobaan, mengamati dan
menemukan hasilnya saja, seluruh jalann ya percobaan sudah dirancang oleh
guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan, serta
objek yang harus diamati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh
guru. Sedangkan kegiatan siswa dalam praktikum bebas lebih banyak
dituntut untuk berpikir mandiri, bagaimana merangkai alat percobaan,
melakukan percobaan dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan
permasalahan dan objek yang harus diamati atau diteliti. Dalam
mengimplementasikan kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil antara 2-6 orang,
tergantung pada ketersediaan alat dan bahan
Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembelajaran IPA. Hal itu sejalan dengan pendapat Sagala, S
(2005:220) yang menjelask an bahwa proses belajar mengajar dengan
praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri,
mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan
menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses
sesuatu. Metode praktikum mempunyai kelebihan yaitu:
a. Dapat membantu siswa untuk lebih percaya terhadap kebenaran atau
kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri dripada hanya
mendengarkan penjelasan dari guru atau buku.
b. Dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti kerjasama,jujur, terbuka, kritis,
dan bertoleransi.
c. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau
kejadian
d. Memperkaya pengalaman siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif
dan realistis
Djajadisastra (1982:11) mengemukakan bahwa pada pelaksanaan
praktikum agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
21
1. Langkah persiapan
Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-
kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk
metode praktikum antara lain:
a. Menetapkan tujuan praktikum.
Sudah jelas dimana tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
memudahkan siswa dalam memahami khususnya pada mata pelajaran IPA
dan membuktikan materi tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang
disampaikan guru dengan mengguanakan media realita.
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Dimana dalam pelaksanaan praktikum ini guru dan siswa harus
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan materi cahaya dan
sifat-sifat cahaya, seperti : Lilin, korek api, karton, air, baskom, cermin
datar, contoh cermin cembung (spion), senter, kertas HVS, gelas bening,
pensil.
c. Mempersiapkan tempat praktikum.
Praktikum ini akan dilaksanakan didalam kelas bersamaan dengan proses
belajar mengajar
d. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang tersedia dan
kapasitas tempat praktikum.
Untuk memudahkan dalam proses pelaksanaannya jumlah alat yang
disediakan harus disesuaikan dengan jumlah siswa atau jumlah kelompok
yang akan dibentuk sehingga dengan jumlah alat yang telah disesuaikan
proses kegiatan belajar mengajar daoat berjalan dengan lancar sesuai tujuan
yang telah direncanakan.
e. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan dilakukan
Tidak kalah penting dalam praktikum juga memperhatikan faktor
keamanan ini maksugnya selama kegiatan dan alat praktikum aman untuk
digunakan para peserta didik, sehingga guru dan siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tenang.
22
f. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum.
Guru membuat tata tertib selama kegiatan praktikum agar siswa fokus dan
bisa melaksanakan kegiatan baik dengan baik.
2. Langkah pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan praktikum, siswa mendiskusikan persiapan
dengan guru, setelah itu barulah meminta keperluan praktikum (alat dan
bahan).
b. Guru menjelaskan sedikit tentang materi cahaya dan sifat-sifat cahaya
c. Guru menjelaskan tentang sifat cahaya misalnya cahaya merambat lurus
d. Siswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan langkah-langkah
kerja lembar praktikum dan bimbingan guru dibawah ini :
23
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran Metode praktikum Dengan pemenfaatan metode realita pada Mata Pelajaran IPA Cahaya dan sifat-sifatnya
No Materi/Topik Langkah-langkah/Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran
1 Cahaya Merambat Lurus Langkah kerja
1. Tandai ketiga karton tersebut dengan huruf A, B, dan C.
2. Lubangi ketiga karton setinggi lilin dengan paku kecil.
3. Letakkan ketiga karton secara berurutan, dengan
penyangga, mulai dari karton A, B, dan C, sehingga setiap
lubang terletak pada satu garis lurus. Untuk memudahkan,
gunakan benang yang dimasukkan pada setiap lubang
karton. Amatilah gambar di atas.
4. Nyalakan lilin dan letakkan di depan karton C.
5. Amati olehmu cahaya lilin dari balik karton A.
Jawablah pertanyaan berikut
1. Apakah cahaya lilin terlihat dari lubang A?
2. Geserlah karton A atau karton B ke kanan dan ke kiri.
Apakah cahaya lilin masih terlihat ketika posisi karton
dipindahkan?
3. Bagaimanakah letak lubang ketiga karton agar cahaya lilin
terlihat?
4. Apakah kesimpulanmu dari kegiatan itu?
e. Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum, guru
perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang
dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
3. Tindak lanjut metode praktikum
Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:
24
a. Meminta siswa membuat laporan praktikum.
b. Perwakilan siswa melaporkan hasil laporan apa yang telah didapat atau
dibuat selama kegiatan praktikum
c. Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum.
Dari beberapa hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode
praktikum sangat tepat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar belajar
IPA terutama dengan penggunaan media Realita karena siswa melakukan
percobaan atau mengalami secara langsung dan untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan
mengembangkan sikap ilmiah dalam diri siswa, juga memberikan
gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan
sehingga san gat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.
2.5. Kerangka Pikir
Memperoleh ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari
hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan
berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar,
serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di
sekolah.
Pembelajaran yang menggunakan media akan mengurangi kondisi yang
monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Salah satu media yang
dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan media
realita/benda nyata, karena IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang
segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala
yang terdapat di alam.
Maka langkah awal untuk mencapai hasil perbaikan pembelajaran yang
diharapkan pada pelajaran IPA cahaya dapat dibiaskan, guru harus dapat
menentukan Metode dan Media atau alat peraga yang tepat dan tidak asing
bagi siswa, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang
25
disampaikan. Penentuan Metode, Media dan Alat peraga yang tepat dalam
proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya
penyampaian materi kepada siswa. Untuk itu guru hendaknya tidak
berprinsip sebagai satu-satunya sumber ilmu tetapi lebih bersifat sebagai
nasehat, Fasilitator dan inovator.
Salah satu alat peraga yang tepat dalam pokok bahasan Cahaya dapat
dibiaskan adalah dengan menggunakan Media realita yaitu media
pembelajaran dengan menggunakan gelas, Air, batang pensil atau pena.
Sehingga diharapkan dengan menggunakan Media Realita ini akan menarik
dan memudahkan siswa dalam membantu memahami konsep tentang
pembiasan cahaya. Perlu disadari bahwa hasil belajar yang rendah bukan
sepenuhnya faktor duru sebagai pendidik, tetapi juga faktor siswa itu sendiri.
2.6. Hipotesis Tindakan
Melalui pemanfaatan media realita dapat meningkatkan hasil belajar
IPA bagi siswa Kelas V SD Negeri 3 Nglinduk kecamatan Gabus, kabupaten
Grobogan pada semester 2 tahun 2011/2012 .
top related