bab ii

Post on 05-Sep-2015

226 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

BAB IIEvaluasi Biaya Operasional Produksi Fleet Batubara diPT. Tambang Bukit Tambi

A. Latar Belakang Pemilihan TopikPT. Bukit Asam merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Lokasi penambangan terletak di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.Pada pertambangan dengan sistem tambang terbuka, alat muat dan alat angkut merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam kegiatan penambangan dan merupakan alat yang dapat menentukan besar produksi suatu pertambangan.PT. Bukit Asam (Persero),Tbk. memiliki target bulanan pengupasan overburden 495.000 Bcm dan 100.000 Ton batubara. Salah satu kegiatan penambangan yang dapat mempengaruhi produksi adalah operasi pengangkutan (hauling). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan adalah kondisi jalan angkut itu sendiri. Tujuan dari perencanaan jalan angkut adalah untuk memperlancar proses pengangkutan dan juga memberikan rasa aman bagi pengemudi ketika melewati jalan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengaturan operasional terhadap kondisi jalan angkut yang ada di Site Muara Tiga Besar pada saat ini guna tercapainya target produksi dan operasi pengangkutan yang lebih aman dan nyaman.Berdasarkan latar belakang diatas penulis membahas judul: Pengaturan Operasional Hauling Road untuk Meningkatkan Target Produksi Overburden ditambang MTBS Sekuen Penambangan bulan Maret 2015.

B. Kajian TeoritisFungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja.1. Keadaan Jalan AngkutPemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarakyang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama dalamkegiatan pengangkutan. Secara geometri yang perlu diperhatikan dan dipenuhi dalampenggunaan jalan angkut :a) Lebar JalanLebar jalan angkut pada tambang pada umumnya dibuat untuk pemakaian jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam kenyataanya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik dan lalu lintas pengangkutan semakin aman dan lancar. Akan tetapi semakin lebar jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga akan semakin besar. Untuk itu perlu dilakukan agar keduanya bisa optimal.b) Lebar jalan angkut pada kondisi lurusLebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda pada jalan lurus dapat dilihat pada (gambar 3.2). Penentuan lebar jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural Higway Design (1990) yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar dump truck ditambah setengah lebar truk untuk masing-masing tepi kiri, kanan, dan jarak antara dua dump truck yang sedang bersilangan. Persamaan yang digunakan adalah :L(m) = n.Wt + (n+1) (1/2.Wt)

Dimana:L(m)= lebar jalan angkut minimum, meterN= jumlah jalurWt= lebar alat angkut total, meter

Sumber:(Partanto Prodjosumarto,1993)Gambar 2.5Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus

c) Lebar Jalan Pada Tikungan Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan truk saat melintasi tikungan (lihat Gambar 2.6). Untuk jalur ganda, lebar jalan minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada:a. Lebar jejak rodab. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelokc. Jarak antar alat angkut saat bersimpangand. Jarak alat angkut terhadap tepi jalan.

Gambar 2.6LEBAR JALAN ANGKUT PADA TIKUNGAN UNTUK 2 JALUR

Persamaan yang digunakan adalah :W= 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C C = Z= ( U + Fa + Fb )

Dimana :W= lebar jalan angkut pada tikungan (meter)U= jarak jejak roda (meter)Fa= lebar juntai depan (meter)Fb= lebar juntai belakang (meter)Z= lebar bagian tepi jalan (meter)C= jarak antara alat angkut saat bersimpangan (meter)

2. Kecepatan JalanUntuk mencari kecepatan kita dapat menggunakan rumusnya yaitu:

Keterangan rumus:- V adalah kecepan benda tersebut (m/s)- S adalah jarak (meter)- t adalah waktu (sekon)- Delta pada rumus menandakan perubahan jarak dan perubahan waktu.

3. Jarak Berhenti dan Safe Sight Distance Jarak pandang diartikan sebagai luas daerah yang dapat dilihat oleh operator kendaraan. Keamanan dan kenyamanan pengemudi alat angkut untuk dapat melihat dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi tergantung pada jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya. Sedangkan jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh pengemudi selama menyadari rintangan sampai menginjak rem ditambah jarak pengereman. Persamaan yang digunakan untuk menentukan jarak berhenti adalah :D= D1+ D2 D1= 0,278 V . tt= t1 + t2

D2=

Dimana :D= Jarak HentiD1= Jarak yang ditempuh saat melihat sampai menginjak rem (m)D2= Jarak yang ditempuh sampai berhenti setelah menginjak rem (m)V= Kecepatan rencana ( km/jam)t= Waktu untuk menempuh D1, detikt1= Waktu sadar ( 1,5 detik)t2= Waktu reaksi mengerem ( 1 detik )f= Koefisien gesekan ban (0,6)+= Untuk jalan mendaki-= Untuk jalan menurunL= Besarnya landai jalan (%)

Waktu yang dibutuhkan pengemudi pada saat dia menyadari rintangan sampai mengambil keputusan menurut SAE adalah 1,5 detik dan waktu reaksi pengereman adalah 1 detik. Jarak pandang yang aman dan jarak berhenti perlu diperhatikan dalam perencanaan jalan angkut, terutama pada jalan menikung dan menanjak. Jarak pandang yang aman minimal sama dengan jarak berhenti kendaraan.

GAMBAR 2.7JARAK PANDANG DAN BERHENTI PADA LINTASAN TIKUNGAN

Gambar 2.8JARAK PANDANG DAN JARAK BERHENTI PADA LINTASAN TANJAKAN

4. Aspek Keselamatan Jalan AngkutAspek-aspek teknis di samping diarahkan untuk meraih umurlayanan jalan sesuai yang direncanakan, juga harus memenuhi persyaratan keselamatan,keamanan dan kenyamanan pengemudi. Beberapa aspek keselamatan sepanjang jalan angkutyang akan diuraikan meliputi :(1) jarak pandang yang aman, (2) rambu-rambu pada jalan angkut,(3) lampu penerangan, dan (4) jalur pengelak untuk menghindari kecelakaan.

5. Jarak antar Kendaraan/UnitDalam kondisi normal dan dengan jarak pandang yang baik dan kondisi jalan kering, haul truck harus menjaga jarak sekurang- kurangnya empat kali panjang truck (40 m), dibelakang kendaraan yang melaju didepannya. Apabila kondisi jalan basah atau jarak pandang kurang baik, jarak harus dijaga sekurang- kurangnya menjadi delapan kali panjang truck.Pada kondisi jalan berdebu, berkabut dan jalan licin jarak aman unit dengan unit 100 meterKendaraan ringan yang mengikuti haul truck harus mengatur posisinya dibelakang truck sehingga sopir truck dapat melihatnya melalui kaca spion sebelah kanan.Hidupkan selalu headlamp dan berhenti serta parkirkan kendaraan dengan aman kala hujan turun atau jalan licin.

6. Batas KecepatanBatas kecepatan maksimal untuk semua jenis kendaraan : Di Areal Penambangan : 35 km/jam Di Areal jalan Angkut Batubara (Hauling Road) : 50 km/jam Di Areal pemukiman & kantor : 30 km/jam

7. Perawatan Dan Pemeliharaan Jalan ProduksiPerawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus, hal ini dikarenakan agar tidak mengganggu kegiatan operasional penambangan yang akhirnya akan mengganggu kelancaran produksi. Pada umumnya pemeliharaan jalan produksi ditekankan pada kondisi jalan dan pemeliharaan saluran air (drainage). Pemeliharaan jalan yang baik, tetapi pemeliharaan drainase yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan sebaliknya.Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan menjadi debu yang sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan pengemudi. Sedangkan pada musim hujan, debu tersebut akan manjadi Lumpur yang menggenang dan jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi kecepatan. Ciri-ciri dari jalan angkut produksi yang baik adalah :a. Kondisi permukaan jalan kasar dan rata, serta tidak mengandung Lumpur.b. Kemiringan permukaan jalan 4 %, hal ini untuk mengantisipai adanya genangan air.c. .Elevasi badan jalan harus lebih tinggi dari bahu jalan, agar air tidak masuk ke badan jalan.d. .Saluran air harus lancar sesuai dengan debit dan kemiringan jalan.

8. Fasilitas-fasilitas Pendukung Kelancaran dan Keselamatan Ada beberapa hal yang juga memiliki peran penting dalam menunjang operasi pengangkutan yang lancar dan aman bagi pengemudi, yaitu :a. Rambu-rambu pada jalan angkutUntuk menjamin keamanan sehubungan dengan dipergunakannya suatu jalan angkut, maka perlu kiranya dipasang rambu-rambu sepanjang jalan angkut tersebut. Pemasangan rambu-rambu ini diutamakan pada tempat-tempat yang diperkirakan cukup rawan dan berbahaya. Adapun rambu-rambu yang dipasang antara lain :1) Tanda belokan2) Tanda persimpangan jalan3) Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurunb. Lampu PeneranganLampu penerangan mutlak harus dipasang apabila jalan angkut digunakan pada malam hari. Biasanya pemasangan sarana penerangan dilakukan berdasarkan interval jarak dan tingkat bahayanya. Lampu-lampu tersebut dipasang antara lain pada :1) Belokan2) Persimpangan jalan3) Tanjakan atau turunan tajam4) Jalan yang berbatasan langsung dengan tebingc. Safety Berm (tanggul pengaman)Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena kendaraan selip atau kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada jalan angkut tersebut perlu dibuat tanggul jalan di kedua sisinya. Hal ini terutama bila jalan berbatasan langsung dengan daerah curam, sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut tidak terperosok ke daerah yang curam.d. Penirisan dan Gorong-gorong (culvert)Jalan angkut harus diberi penirisan maupun gorong-gorong, karena air yang mengalir pada permukaan jalan angkut seperti becek, berlumpur atau licin. Ukuran sistem penirisan tergantung pada besarnya curah hujan, luas daerah pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanik material dan tempat membuang air. Penirisan di kiri-kanan jalan angkut sebaiknya dilengkapi dengan saluran penirisan dengan ukuran yang sesuai dengan jumlah curah hujannya.

9. Waktu EdarWaktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untukmenghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinyasemakin tinggi.a. Waktu Edar Alat MuatMerupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai dari pengisian bucketsampai dengan menumpahkan muatan ke dalam alat angkut dan kembali kosong.

Rumus :

Keterangan :Cta = Waktu edar alat angkut, menitTa1 = Waktu mengambil posisi untuk siap dimuati, detikTa2 = Waktu diisi muatan, detikTa3 = Waktu mengangkut muatan, detikTa4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, detikTa5 = Waktu muatan ditumpahkan (dumping), detikTa6 = Waktu kembali kosong, detikWaktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda, hal ini disebabkanoleh beberapa faktor, yaitu :1) Kondisi Kerja 2) Kekerasan material

10. Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat AngkutUntuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan denganmenggunakan Match Factor yang dirumuskan :

keterangan :nH = jumlah alat angkutLt =waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi alat angkut sampaipenuh.nL =jumlah alat muatcH = waktu edar alat angkut diluar waktu tunggu

Adapun cara menilainya adalah : MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkutbekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karenamenunggu alat angkut yang belum datang. MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadiwaktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut. MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerjakurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

11. Efisiensi KerjaEfisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif denganwaktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akanmempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat. Persamaan yang dapatdigunakan untuk menghitung efisiensi kerja adalah sebagai berikut :We = Wt (Wtd+Whd) Ek = (We/Wt) x 100% Keterangan :We = waktu kerja efektif (menit)Wt= waktu kerja tersedia (menit)Whd= waktu hambatan dapat dihindari (menit)Wtd = waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit)Ek= efisiensi kerja (%)

12. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Alat muat (Excavator)

Alat angkut (Dump truck)

keterangan :Q = produktivitas alat angkut dan alat muat, BCM/jam atau Ton/jamkb = kapasitas bucket (m3)Ct = Cycle time alat muat (detik)CT= Cycle time alat angkut (menit)Eff= Effisiensi kerja alatFf = faktor pengisian bucketSf= swell factorn = jumlah pengisianwp = Waktu produktif (0,85)

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja alat angkut:a. Keadaan JalanKeadaan jalan meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap proses pengangkutan, jalan yang licin dan becek juga berpengaruh besar terhadap kecepatan alat angkut untuk membawa material bahan galian. b. Lebar JalanPada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh terhadap besar besar atau tidaknya produksi alat angkat.Jalan tambang yang standar adalah: Lebar Jalan = 3x Lebar alat angkut terbesar + 2x bahu jalan + 2 x saluran c. Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutanTanjakan maksimum biasanya dinyatakan dalam persen (%). Biassanya untuk jalan tambang yang baik besarnya tanjakan maksimumnya adalah 8%, yang artinya jalan tambang sebesar 8 meter setiap jarak mendatar 100 meter. (yanto Indonesianto, 2004)d. Efesiensi Kerja Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan kendaraan angkut kadang berada dibawah kondisi edial dari waktu yang tersedia. Hal ini karena adanya hal-hal yang tidak dapat dihindari seperti kondisi lapangan kerja, persiapan alat, keterampilan operator, pengisian bahan bakar minyak dan lain sebaginya yang bisa mengurangi efisiensi kerja tersebut.e. Iklim dan CuacaIklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap aktivitas kegiatan penambangan. Pada musim hujan jalan tambang akan becek dan licin, begitu juga sebaliknya dimusim kemarau jalan tambang akan penuh debu yang dapat menghalangi pemandangan para operator alat angkut bisa juga mengurangi kecepatan alat angkut.

14. Factor yang mempengaruhi Produksi Alat Dasar yang menjadi pertimbangan dalam baik atau tidaknya suatu alat berat adalah suatu kemampuan produksi dari alat tersebut. Menurut buku karangan Ir. Partanto , Pemindahan Tanah Mekanis tahun 1996. Dalam menentukan dasar produksi dari masing-masing alat maka dilakukan pengamatan secara langsung.

C. Proses Pelaksanaan KegiatanDalam proses pelaksanaan kegiatan, kegiatan yang penulis lakukan adalah pengambilan data yang ada di lapangan. Pengambilan data lapangan yang penulis lakukan di bantu oleh beberapa sumber. Data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan analisis dilapangan. Terdiri dari:a) Cycle time Alatb) Waktu kerja dan efisiensi kerjac) Jumlah alat muat dan alat angkut yang bekerja di lapangan .d) Data yang mempengaruhi kepadataan jalan angkut e) Menentukan jarak angkut dengan kecepatan dan waktu.2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain seperti literature dan data perusahaan. Terdiri dari:a) Data curah hujan b) Rencana target produksic) Spesifikasi alat muat dan alat angkutd) Data-data lain yang diperlukanData yang dikumpulkan penulis dapat dilihat sebagian pada Lampiran.Adapun data-data yang didapat dilapangan adalah:1. Cycle time Alat%% WtWtLm Wt WtWt

top related