bab i pendahuluanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82493/potongan/s1-2015-319151...sumber: perda...
Post on 15-Jun-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, permasalahan transportasi tengah ramai
menjadi perbincangan di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara lain
pun kini tengah ramai membenahi sistem transportasi mereka guna melawan
beberapa permasalahan sosial yang terjadi di negara-negara tersebut. Termasuk
salah satu di antaranya adalah Amerika. Salah satu koridor yang bernama
Rosslyn-Ballston di Kota Arlington, Amerika Serikat adalah salah satu contoh
keberhasilan perencanaan area transit di Amerika. Tiga puluh tahun lalu sebelum
adanya area transit, koridor ini merupakan koridor yang tidak berprospek dan
memiliki densitas komersial yang rendah. Berlandaskan keinginan untuk
mengubah kawasan untuk menjadi kawasan yang lebih berprospek dengan
penambahan pilihan dalam housing dan juga moda transportasi, maka pemerintah
lokal Kota Arlington melakukan perencanaan Transit-Oriented Development yang
fokus pada 5 stasiun di dalam Kota Arlington. Keberhasilan perencanaan ini dapat
dilihat dari meningkatnya nilai lahan di sekitar stasiun yang meningkat 81%
dalam sepuluh tahun terakhir. Perencanaan TOD di Kota Arlington juga
meningkatkan kualitas lalu lintas yang juga memicu peningkatan kualitas hidup di
Kota Arlington.
Melihat keberhasilan beberapa kota di beberapa negara yang mampu
mengatasi beragam permasalahan baik itu transportasi, sosial-ekonomi, dan
lingkungan dari perencanaan transportasi, maka hal tersebut mendorong Indonesia
juga mulai berbenah melalui bidang transportasi. Melihat keberhasilan
perencanaan transportasi terlebih Transit-Oriented Development di negara lain
memicu adanya cita-cita perwujudan transportasi berkelanjutan di Indonesia.
Berbicara mengenai transportasi berkelanjutan yang ingin dicapai oleh Indonesia,
tampaknya Indonesia masih harus bekerja keras untuk menyelesaikan
permasalahan transportasi yang telah lama menjadi pekerjaan rumah pemerintah
dan dinas terkait.
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Beberapa permasalahan transportasi yang masih harus dihadapi oleh
Indonesia adalah permasalahan terkait dengan penggunaan kendaraan pribadi,
kualitas dan kuantitas kendaraan publik, kemacetan, penurunan kualitas
lingkungan akibat tingginya angka polusi, penurunan kualitas kesehatan
masyarakat perkotaan, dan sampai dengan isu pemanasan global. Beberapa
permasalahan tersebut pun sebenarnya telah menjadi pembahasan sejak beberapa
tahun lalu di kota-kota besar di Indonesia. Seperti halnya Jakarta yang diketahui
luas memerankan peran penting sebagai pusat pemerintahan sekaligus ekonomi
di Indonesia, permasalahan transportasi di Jakarta pun perlu menjadi perhatian
yang lebih serius.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun 2009, jumlah
kendaraan di Jakarta mencapai 5,7 juta unit dengan total perjalanan per hari
mencapai 20,7 juta perjalanan. Dari total kendaraan tersebut diketahui bahwa
sebesar 5,6 juta unit berupa kendaraan pribadi dan 879.876 unit berupa angkutan
umum. Angka-angka tersebut semakin menguatkan fakta di lapangan terkait
dengan kian parahnya persoalan kemacetan dan permasalahan transportasi lain di
Jakarta.
Mengetahui keadaan yang demikian, beberapa terobosan dicoba untuk
diaplikasikan seperti pengadaan Transjakarta (Bus Rapid Transit) sejak 2004 dan
Jakarta Eco Transport (JET) Monorel yang diperkirakan akan dapat beroperasi
pada 2016 mendatang. Meskipun telah satu dekade Transjakarta beroperasi,
masalah kemacetan masih juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku
kepentingan terkait. Pembangunan proyek MRT (Mass Rapid Transit) yang saat
ini berlangsung di beberapa titik justru menimbulkan kemacetan baru dan masih
dipertanyakan tingkat keberhasilannya. Terkait dengan hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa perlu terobosan yang lain lagi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Penerapan sistem TOD (Transit-Oriented Development) adalah salah satu
upaya yang seharusnya dapat diaplikasikan segera di Jakarta. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip TOD dan perencanaan area TOD yang tepat dan dapat
berjalan bersamaan dengan operasional transportasi publik yang semakin baik
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
diprediksi akan dapat menyelesaikan permasalahan transportasi di Jakarta.
Perencanaan Transit-Oriented Development tentu akan memberikan keuntungan
dalam berbagai hal seperti penyediaan perumahan yang terjangkau, pengurangan
angka kemacetan, mengatasi atau mengurangi masalah sub-urban sprawl,
mengurangi konsumsi minyak bumi yang akan berdampak pada peningkatan
kualitas hidup dan mencegah pemanasan global, dan juga penghematan dalam
manajemen infrastruktur. Dengan keuntungan yang demikian ini, maka dapat
dipastikan bahwa perencanaan TOD akan menjadi solusi bagi permasalahan
kompleks Jakarta.
Gambar 1. Peta Lokasi Rencana TOD DKI Jakarta
Sumber: Perda No.1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030
dengan Perubahan
Dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030, diketahui bahwa telah ditentukan
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
enam titik perencanaan TOD. Keenam titik dan/atau kawasan tersebut adalah
Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Manggarai, Kawasan Harmoni, Kawasan Senen,
Kawasan Blok M, dan Kawasan Grogol. Dari keenam area tersebut diketahui
bahwa 3 (tiga) di antaranya berada di Jakarta Pusat yakni Kawasan Dukuh Atas,
Kawasan Senen, dan Kawasan Harmoni. Meskipun telah diamanatkan untuk
direncanakan dan dilaksanakan pembangunannya sejak tahun awal disahkannya
RTRW DKI Jakarta 2030 sampai dengan tahun 2030 atas keberadaan TOD di
keenam titik tersebut, diketahui bahwa hanya Stasiun Manggarai saja yang kini
telah selesai direncanakan dan diadakan pembangunan kawasan TOD.
Mengetahui bahwa 3 (tiga) dari keenam area yang diamanatkan untuk
direncanakan sebagai TOD berada di Jakarta Pusat, maka menjadi pertimbangan
tersendiri bahwa Jakarta Pusat memiliki urgensi untuk segera memiliki kawasan
TOD. Jakarta Pusat adalah wilayah administratif di DKI Jakarta yang vital bagi
Jakarta maupun juga bagi Indonesia. Jakarta Pusat menjadi sentra bagi kegiatan
pemerintahan DKI Jakarta dan juga Indonesia. Jakarta Pusat juga merupakan
wilayah administratif yang memiliki banyak landmark serta nilai investasi
internasional di dalamnya.
Di samping tingkat kepentingan Jakarta Pusat sebagaimana yang telah
disebutkan, diketahui juga bahwa wilayah administrasi Jakarta Pusat dipilih sebab
perannya dalam mendukung sistem simpul transportasi. Jakarta Pusat merupakan
wilayah penting yang mendukung sistem transportasi Trans Jakarta yang
beroperasi di Provinsi DKI Jakarta. Peran Jakarta Pusat ini tentu saja menjalankan
perannya baik sebagai destinasi, asal, dan tempat transit. Selain itu, keberadaan
sejumlah stasiun besar dan penting di wilayah administratif Jakarta Pusat, juga
mendukung terjadinya sistem pergerakan commuter line Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Adanya stasiun yang mendukung
transportasi baik itu yang berlangsung secara sistemik DKI Jakarta maupun
Jabodetabek, Jakarta Pusat memainkan peran tersendiri. Meskipun demikian,
penulis tidak memungkiri kekuatan simpul transportasi di Jakarta Pusat tidak serta
merta rata di semua titik. Adanya penyusunan sistem yang demikian, penulis
melihat hal ini disebabkan oleh peran Jakarta Pusat sebagai daerah asal, tujuan,
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
dan transit, serta adanya urgensi atas beberapa penggal jalan utama yang
menghadapi permasalahan kemacetan yang sangat parah. Berdasarkan latar
belakang di atas didukung dengan urgensi akan dokumen perencanaan TOD di
Jakarta Pusat, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan eksplorasi
perencanaan dan penerapan sistem Transit-Oriented Development, memilih lokasi
di Jakarta Pusat sebagai salah satu upaya penyelesaian permasalahan transportasi.
Penulis berharap pada akhirnya hasil pembahasan ini dapat bermanfaat baik
langsung untuk perencanaan dan pengembangan Transit-Oriented Development di
Jakarta Pusat maupun sebagai bahan penelitian dan/atau perencanaan lebih lanjut.
1.2 Permasalahan di Lokasi Perencanaan
Dengan memperhatikan beberapa temuan lapangan terkait sektor transportasi
di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penulis memutuskan memilih Kota
Administrasi Jakarta Pusat sebagai lokus perencanaan Transit-Oriented
Development. Kota Administrasi Jakarta Pusat dipilih sebab adanya beberapa
temuan permasalahan di lapangan oleh penulis. Adapun beberapa permasalahan
tersebut adalah:
a. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi
Sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di DKI Jakarta,
jumlah kendaraan pribadi di Jakarta Pusat juga meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data statistik transportasi DKI Jakarta 2013, dikatakan bahwa
pertumbuhan kendaraan bermotor selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata di DKI
Jakarta mencapai angka 8,67% di tiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan
angka kepemilikan kendaraan pribadi yang demikian ini, maka akan memicu
sejumlah permasalahan lain. Permasalahan lain tersebut di antaranya adalah
meningkatnya konsumsi bahan bakar yang jelas akan berdampak pada alokasi
subsidi bahan bakar dan juga polusi (utamanya polusi udara dan suara).
Permasalahan yang disebutkan juga akan memberikan dampak pada ekonomi
Indonesia secara luas dan juga permasalahan lingkungan baik bagi Jakarta Pusat
maupun Indonesia secara luas.
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
b. Kemacetan lalu lintas
Permasalahan yang berupa kemacetan lalu lintas ini juga kemudian
menimbulkan permasalahan lain. Permasalahan lain seperti inefisiensi energi,
peningkatan pengeluaran biaya transportasi, dan juga boros dalam waktu.
Kaitannya dengan perkembangan zaman, ketidakefisienan dalam hal waktu juga
akan memberikan dampak pada produktivitas kerja dan sangat berpengaruh pada
pendapatan. Artinya inefisiensi waktu memberi dampak ekonomi sebab adanya
peningkatan waktu tempuh bagi pekerja dari rumah menuju tempat bekerja.
Dengan lamanya waktu yang ditempuh oleh pekerja, secara psikologis akan
mempengaruhi performa kerja pekerja tersebut sehingga mereduksi produktivitas
kerja pekerja tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dalam telaahan isu strategis mengatasi kemacetan
di Jakarta menuju penguatan departemen pekerjaan umum yang menyatakan
bahwa dampak dari kemacetan mampu memberikan dampak negatif secara
ekonomi yakni dengan meningkatkan waktu tempuh dan juga penurunan tingkat
produktivitas kerja.
Hasil studi tahun 2008 oleh Koalisi Warga untuk TDM menyebutkan bahwa
kecepatan rata-rata berkendara di Jakarta adalah 20 km/jam. Akibat dari
kemacetan, menimbulkan inefisiensi dalam waktu perjalanan. Dari studi yang
sama, dikatakan bahwa 60% waktu perjalanan dihabiskan di tengah kemacetan.
c. Pembangunan tidak berimbang
Pembangunan yang tidak berimbang bisa menyebabkan terjadinya sub-urban
sprawl dan juga makin mahalnya harga properti di dalam kota. Semakin mahal
harga properti di dalam kota, semakin mendorong terjadinya sub-urban sprawl.
Sprawl sendiri menurut Sierra Club dalam Ewing, Pendall, dan Chen (2003)
adalah “low density development beyond the edge of service and employment,
which separates where people live from where they shop, work, recreate, and
educate –thus requiring cars to move between zones”. Sementara itu dikatakan
oleh Galster, dkk dalam Ewing, Pendall, dan Chen (2003) bahwa sprawl memiliki
8 (delapan) dimensi karakteristik yakni density, continuity, concentration,
clustering, centrality, nuclearity, mixed use, dan proximity. Pertumbuhan
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
pembangunan yang semakin tidak sehat akan makin berdampak pada ketersediaan
rumah-rumah terjangkau di dalam kota. Bahkan ketidakadilan pembangunan bisa
memberikan dampak pada berkurangnya ruang-ruang terbuka kota.
d. Menurunnya kualitas lingkungan dan hidup perkotaan
Dengan adanya pembangunan yang tidak berimbang, meningkatnya polusi
(utamanya polusi udara), parahnya kemacetan, pemborosan dalam konsumsi
energi, dan juga permasalahan lainnya, akan menjebak Jakarta Pusat dalam
kualitas perkotaan yang buruk. Penurunan kualitas lingkungan dan/atau kualitas
hidup perkotaan akan menjadi sebab turunnya tingkat kesehatan penduduk kota
dan juga tingkat produktivitas penduduk kota. Dengan pengaruh pada penurunan
dua hal tersebut, jelas juga akan berdampak pada turunnya perekonomian
masyarakat kota yang berdampak pada ekonomi kota. Dari Kementerian
Lingkungan Hidup (2011), diketahui bahwa profil kesehatan di Jakarta pada tahun
2004 menunjukkan bahwa ada 46% penyakit masyarakat bersumber dari
pencemaran udara. Penyakit yang dimaksudkan adalah gejala pernapasan (43%),
iritasi mata (1,7%), dan asma (1,4%). Dengan demikian diketahui bahwa
penurunan kualitas lingkungan berdampak kepada kesehatan dan secara langsung
memberikan pengaruh pada tingkat kehidupan masyarakat perkotaan.
Sementara itu dari hasil amatan di lapangan, penulis menemukan 3 (tiga)
poin permasalahan yang cukup besar terjadi di Kawasan TOD Senen. Meskipun
terdapat beberapa permasalahan lain bila dikelompokkan menurut penilaian
standar TOD hasil sintesis, secara lebih mendetil permasalahan pada Kawasan
TOD Senen yang merupakan fokus kawasan perencanaan TOD adalah sebagai
berikut:
a. Kurangnya akses yang memperkuat kegiatan transit
Dengan beragamnya pilihan kegiatan berpindah yang ditawarkan di Kawasan
TOD Senen, penulis menemukan permasalahan berupa kurang kuatnya akses yang
dimiliki kawasan ini untuk berpindah dari satu moda dengan moda yang lainnya.
Diketahui bahwa Kawasan TOD Senen memiliki kekuatan dalam pilihan moda
transportasi dan juga pilihan tujuan untuk kegiatan berpindah yang artinya kuat
sebagai kawasan transit. Sayangnya, untuk berpindah dari halte Trans Jakarta
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
menuju Terminal Senen dan juga Stasiun Pasar Senen akses yang tersedia tidak
cukup menjadi pilihan bagi pejalan kaki yang akan melakukan kegiatan transfer
tersebut.
Akses atau juga pilihan rute yang ditawarkan untuk menuju ke satu simpul
transit lain di Kawasan TOD Senen kurang disukai oleh pejalan kaki. Alasan
keamanan dan kenyamanan pejalan kaki serta juga pilihan kegiatan yang dapat
dilakukan sambil berlalu untuk menuju ke simpul lain dirasa tersedia kurang baik.
Dengan demikian, akses yang tersedia saat ini kurang mendukung adanya
kegiatan berjalan kaki yang seharusnya menjadi citra kuat di tiap kawasan TOD.
b. Kemacetan lalu lintas
Sama halnya dengan permasalahan umum lainnya, Kawasan TOD Senen juga
memiliki permasalahan berupa kemacetan lalu lintas. Adanya simpang jalan yang
cukup besar dengan manajemen lalu lintas yang kurang baik utamanya di jam-jam
padat menyebabkan adanya kemacetan. Selain itu, adanya ketidak teraturan dalam
masalah parkir juga menyebabkan beberapa ruas jalan menjadi macet. Adanya
multi user dalam satu ruas jalan dengan volume yang begitu besar juga menjadi
alasan lain terjadinya kemacetan di beberapa ruas jalan di Kawasan TOD Senen.
c. Kurang optimalnya pemanfaatan lahan
Guna lahan di Kawasan TOD Senen memang faktanya telah cukup bervariasi
dengan densitas yang cukup tinggi. Sayangnya Kawasan TOD Senen didominasi
oleh bangunan-bangunan single function yang kurang sejalan dengan prinsip
kawasan transit. Dominasi fungsi perdagangan super blok dan kurangnya
permukiman baik layak huni dengan harga terjangkau di Kawasan TOD Senen
juga menjadi satu permasalahan tersendiri di Kawasan TOD Senen.
Selain itu, permasalahan lain seperti pemanfaatan lahan untuk parkir dan juga
pedagang kaki lima juga memberikan poin masalah baru bagi Kawasan TOD
Senen. Pemberian ruang parkir di lahan terbuka yang sangat besar untuk kawasan
transit adalah perihal yang kurang cocok dan tidak mendukung terciptanya
kawasan TOD yang ideal. Selain itu, guna lahan yang kurang menarik dan desain
yang kurang apik menyebabkan minimnya orang yang mau dipaksa berjalan kaki
dan memanfaatkan transportasi publik di area transit.
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
1.3 Tujuan Perencanaan
Adapun beberapa tujuan perencanaan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi konsep Transit-Oriented Development yang dapat
diterapkan di Kota Jakarta Pusat.
b. Menghasilkan produk usulan perencanaan Transit-Oriented Development
yang dapat diaplikasikan di Kawasan TOD Senen.
1.4 Manfaat Perencanaan
Memperhatikan aspek kemanfaatan dari perencanaan ini, maka penulis
menyusun manfaat yang dapat diberikan oleh perencanaan ini. Adapun beberapa
manfaat yang dapat diberikan yakni:
a. Manfaat Teoritik
Manfaat dari perencanaan ini adalah dapat disumbangkannya pengetahuan
mengenai TOD serta diskusi teori terkait dengan TOD. Selain itu, hasil dari
penulisan laporan ini juga dapat memberikan manfaat bagi penelitian dan/atau
perencanaan sejenis di masa mendatang. Pelaporan perencanaan ini dapat
dijadikan refrensi serta pembelajaran metode dalam penelitian dan/atau
perencanaan lebih lanjut mengenai TOD.
b. Manfaat Praksis
Perencanaan TOD di Jakarta Pusat ini memberikan manfaat sebagai salah
satu alternatif perencanaan dan/atau pengadaan dokumen perencanaan TOD di
Jakarta Pusat. Perencanaan ini mendorong dan bahkan mendesak pemerintah
Jakarta Pusat serta DKI Jakarta untuk segera mewujudkan TOD yang baik di
Jakarta Pusat. Perencanaan TOD di Jakarta Pusat ini pun dapat dimanfaatkan
sebagai masukan akademis terhadap perencanaan dan pengembangan oleh ahli
yang berkenaan dengan TOD di Jakarta Pusat.
1.5 Ruang Lingkup Perencanaan
Guna membatasi perencanaan sehingga tidak terjadi bias dan/atau meluas,
maka disusun batasan lingkup perencanaan. Batasan lingkup perencanaan ini
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
berupa batasan fokus dan batasan lokus perencanaan, serta batasan waktu bagi
asumsi penerapan rencana ini.
1.5.1. Fokus
Fokus dari perencanaan ini adalah perencanaan terhadap Transit-Oriented
Development dalam skala kota di Jakarta Pusat yakni terhadap Kawasan Dukuh
Atas, Senen, dan Harmoni dan perancangan detil Transit-Oriented Development
di Kawasan Senen. Perancangan TOD yang dilakukan mengacu pada hasil adopsi
dan elaborasi dari prinsip-prinsip TOD berdasar pada Rencana Tata Ruang
Wilayah DKI Jakarta 2030, TOD standard oleh Institute for Transportation &
Development Policy New York dan Reconnecting America’s Center for
Transit-Oriented Development.
1.5.2. Lokus
Lokus dari perencanaan ini adalah Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Senen,
dan Kawasan Harmoni yang berada di Kota Administrasi Jakarta Pusat. Pemilihan
ketiga kawasan tersebut didasari dari dokumen RTRW DKI Jakarta 2030.
Sementara luasan dari masing-masing kawasan yang didefinisikan sebagai area
transit adalah dalam radius 350 meter dari titik halte dan/atau stasiun transit dari
masing-masing kawasan. 350 meter ini didasarkan pada pemahaman keinginan
berjalan orang Indonesia dan jarak yang bisa ditempuh dalam 5-10 menit berjalan
kaki dengan kecepatan berjalan orang Indonesia. Dalam perencanaan ini, penulis
akan melakukan perencanaan makro terhadap ketiga titik transit (yakni Dukuh
Atas, Senen, dan Harmoni) sebagai sebuah sistem. Hasil dari perencanaan makro
terhadap sistem transit yang dimaksud adalah untuk memberikan gambaran
terhadap dampak keberadaan transit terhadap sistem transportasi Kota Jakarta
Pusat. Setelah mendapatkan perencanaan skala regional TOD di Jakarta Pusat,
penulis akan melakukan perancangan (pendetilan rencana) terhadap salah satu
kawasan TOD yakni Kawasan TOD Senen untuk memberikan gambaran jelas
terhadap pemasukan elaborasi standar TOD yang bisa dipakai untuk perencanaan
kawasan TOD di daerah layanan sekunder di Jakarta Pusat ini.
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
1.5.3. Temporal
Penelitian dan perencanaan untuk pengadaan TOD di Kota Jakarta Pusat
atau khususnya di Kawasan TOD Senen ini berlangsung sejak November 2014
sampai dengan Februari 2015. Penelitian dan perencanaan ini dibuat dengan data
publikasi tahun 2006-2014. Penelitian dan perencanaan ini dibuat guna
mendukung perwujudan rencana DKI Jakarta dan/atau kota Jakarta Pusat 2030.
1.6 Perencanaan dan Penelitian Terkait
Untuk menghindari plagiarisme, penulis menuliskan beberapa dokumen
perencanaan dan/atau penelitian yang terkait dengan topik yang diusung oleh
penulis. Beberapa dokumen perencanaan dan/atau penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Perencanaan dan Penelitian Terkait Transit-Oriented Development
No Judul Penulis Jenis Komentar
a Peluang dan
Tantangan
Penerapan Transit
Oriented
Development di
Yogyakarta
Pembelajaran
Keberhasilan
Curitiba dan
Bogota
Septian
Sofoewan
Permana,
2012
Penelitian Fokus yang
dilakukan
Permana adalah
penerapan dari
konsep TOD
yang berbeda
dengan yang
dilakukan kali ini
dengan fokus
pada peren-
canaan. Selain
itu pilihan lokasi
juga berbeda.
b Masterplan
Transit Oriented
Development
Stasiun
Manggarai:
Tinjauan
Kesesuaian
Terhadap Kondisi
Ideal Teori dan
Kondisi Eksisting
Kawasan
Nur Azizah
Irawati, 2013
Penelitian Meskipun sama-
sama meng-
angkat konsep
TOD, tetapi
Irawati berfokus
pada penilaian
dokumen
rencana TOD
Stasiun
Manggarai yang
berbeda dengan
penulis yang
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
akan melakukan
perencanaan.
Selain itu,
pemilihan lokasi
juga berbeda.
c Sistem Transit
Oriented
Development
Perkeretapian
Dalam Rencana
Jaringan Kereta
Api Komuter
Mamminasata
Kosmas
Toding, M.
Yamin Jinca,
dan Shirly
Wunas, 2012
Penelitian Perbedaan juga
berada pada level
fokus dan lokus
yang dipilih.
Penelitian oleh
Kosmas
dilakukan di
Makasar dengan
pendekatan MRT
sebagai pusat
transit.
Sementara pada
perencanaan ini,
penulis berlokasi
di Jakarta Pusat
dengan
mengambil halte
Transjakarta
sebagai pusat
transit.
d Perencanaan
Kawasan Transit-
Oriented
Development
(TOD) Menuju
Sistem
Transportasi
Berkelanjutan di
Stasiun Monorel
Bekasi Timur
Vera Aprilia
Virdyana,
2014
Perencanaan Meskipun
mengambil fokus
yang sama yakni
perencanaan
TOD, perbedaan
dengan
perencanaan ini
adalah lokasi.
Selain itu,
pendekatan
prinsip yang
digunakan juga
berbeda.
Sumber: Analisis Penulis, 2014
Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas, penulis telah mengumpulkan
sejumlah penelitian dan perencanaan terkait dengan Transit-Oriented
Development (TOD). Dari temuan penulis, perencanaan yang dilakukan penulis
belum pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan fokus seperti penelitian dan/atau
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
perencanaan, metode dan/atau pendekatan yang digunakan, serta pilihan lokus
menjadi dasar perbedaan penelitian dan perencanaan sebelumnya dengan
perencanaan yang dilakukan penulis.
1.7 Rumusan Penulisan
a. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diberikan penjelasan mengenai dasar pemikiran penulis
yang mendorong penulis untuk melakukan perencanaan terkait dengan topik dan
judul. Dalam bab ini juga penulis menyampaikan temuan masalah di lapangan dan
juga tujuan perencanaan. Keaslian penulisan juga dapat dilihat dalam bab ini.
b. Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini penulis memberikan penjelasan mengenai definisi dari
transportasi, perencanaan transportasi, dan juga definisi dari Transit-Oriented
Development. Lebih lanjut dalam bab ini penulis menjabarkan kerangka berpikir
dalam penyelesaian proyek ini. Penulis juga menuliskan preseden dari
keberhasilan penerapan TOD di Kota Calgary, Amerika Serikat.
c. Bab III Metode Perencanaan
Bab ini menjelaskan mengenai unit amatan dan analisis penulis. Selain itu,
bab ini berisi langkah pengumpulan data hingga perencanaan. Bab ini juga
menjelaskan alat dan/atau instrumen yang digunakan penulis untuk menyelesaikan
proyek ini.
d. Bab IV Deskripsi Wilayah Perencanaan
Deskripsi wilayah perencanaan memberikan gambaran detil profil wilayah
yang akan direncanakan. Deskripsi ini berisikan penjelasan kondisi fisik,
keruangan, kependudukan, ekonomi wilayah, dan sosial budaya. Penulis juga
memberikan gambaran detil ketiga stasiun yang menjadi fokus perencanaan TOD
di Jakarta Pusat.
e. Bab V Analisis
Bab ini menjabarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis. Hasil
analisis ini merupakan bekal perencanaan. Beberapa hasil analisis yang
disampaikan adalah analisis guna lahan di kawasan perencanaan TOD, volume
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
kendaraan, pilihan rute, perpindahan moda, parkir, kebutuhan perumahan dan
kemungkinan pengembangannya, densitas kawasan, dan juga penyediaan
infrastruktur bagi pejalan kaki dan sepeda.
f. Bab VI Rencana
Bab ini menjabarkan hasil perencanaan oleh penulis. Perencanaan TOD yang
dimaksud adalah perencanaan ketiga kawasan TOD sebagai satu sistem untuk
mengurai permasalahan Jakarta Pusat dan detil satu kawasan TOD. Detil kawasan
TOD yang dimaksud adalah perencanaan kawasan yang mengambil lokasi di
Kawasan Senen yang berguna untuk percontohan TOD sebagai pusat layanan
sekunder. Pendetilan rencana pada satu kawasan dimaksudkan untuk memberikan
gambaran detil dari satu kawasan hasil elaborasi standar kawasan TOD. Bab ini
dikerjakan dengan bertahap sesuai dengan hasil analisis yang telah didapatkan
sebelumnya.
g. Bab VII Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan akhir dan juga rekomendasi penulis.
Kesimpulan yang dimaksud adalah pernyataan akhir dari ragam kumpulan temuan
di lapangan. Rekomendasi yang dimaksud adalah pernyataan akhir secara ringkas
mengenai perencanaan yang diusulkan dan masukan terhadap penelitian dan/atau
perencanaan sejenis di masa yang akan datang.
Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
top related